Top Banner
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kita panjatkan atas karunia Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Karena berkat rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah Farmakologi II yang berjudul “Pulmonary Arterial Hypertention ( PAH ) ”. Dalam pembuatan makalah ini, kami mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. kami mengucapkan terimakasih terutama kepada dosen pengampuh, karena telah memberikan saya tugas makalah ini serta kepada pihak-pihak lain yang telah membantu menyelesaikan tugas ini baik secara langsung maupun tidak langsung. Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna untuk itu kami menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan kearah kesempurnaan dan lebih baik kedepannya. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya i
48

Makalah PAH

Dec 19, 2015

Download

Documents

Yessi_Dwisanti

farmakologi II
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kita panjatkan atas karunia Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Karena berkat rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah Farmakologi II yang berjudul Pulmonary Arterial Hypertention ( PAH ) .Dalam pembuatan makalah ini, kami mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. kami mengucapkan terimakasih terutama kepada dosen pengampuh, karena telah memberikan saya tugas makalah ini serta kepada pihak-pihak lain yang telah membantu menyelesaikan tugas ini baik secara langsung maupun tidak langsung.Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna untuk itu kami menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan kearah kesempurnaan dan lebih baik kedepannya. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan kami pada khususnya. Akhir kata kami ucapkan terima kasih.Pontianak, 13 Maret 2015

Penyusuni

2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTARiDAFTAR ISIiiBAB 1 PENDAHULUAN11.1Latar Belakang11.2Rumusan Masalah11.3Tujuan11.4Manfaat2BAB II TINJAUAN PUSTAKA32.1 Pulmonary Arterial Hypertention ( PAH )32.1.1 Pengertian Pulmonary Arterial Hypertention ( PAH )32.1.2 Klasifikasi Pulmonary Arterial Hypertention ( PAH )32.1.3 Etiologi Pulmonary Arterial Hypertention ( PAH )52.2 Patogenesis Pulmonary Arterial Hypertention ( PAH )82.3 Gambaran Klinik Pulmonary Arterial Hypertention ( PAH )92.4 Test Diagnosis Pulmonary Arterial Hypertention ( PAH )92.5 Treatment132.6 Spesialite Obat142.7 Mekanisme Kerja Obat PAH23BAB III PENUTUP273.1 Kesimpulan27DAFTAR PUSTAKA28

ii

28

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangHipertensi pulmonial (Pulmonary hipertension) atau yang disebut hipertensi paru, barangkali belum familiar ditelinga. Padahal ini adalah jenis penyakit fatal yang menyerang banyak orang pada usia produktif. Sedihnya angka kejadian pada perempuan dua setengah kali lipat dibanding laku-laki. Pada kasus hipertensi pulmonial primer, penyakit ini diturunkan, atau terkait faktor genetik. Meski diakui, meluasnya penyakit hipertensi pulmonal saat ini kurang diketahui, namun diperkirakan sekitar 1-2 juta orang per tahun terdiagnosis menderita penyakit ini. Bahkan, angka yang sebenarnya diprediksi lebih tinggi mengingat diagnosis penyakit ini masih minim ( wanita ) di Indonesia dan kawasan Asia Pasifik, hipertensi pulmonal kurang terdiagnosis dan kurang pengobatan antara lain faktor kurangnya kesadaran mengenai penyakit ini. Mereka yang menderita penyakit hipertensi pulmonal kebanyakan tidak terobati. Bahkan penderita tidak sadar bahwa mereka terkena penyakit berbahaya ini, tidak tahu tentang pengobatan yang dapat meningkatkan harapan hidup dan memberi kualitas hidup yag lebih baik. Kendala lain adalah banyak gejala yang dikaitkan denga hipertensi paru ternyata tidak spesifik mengarah pada hipertensi paru, sehingga tak heran diagnosis penyakit ini semakin sulit saja. Atas dasar itulah, kami membahas lebih lanjut mengenai hipertensi pulmonal yang kurang diketahui oleh masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah1. Apa definisi dari PAH ?2. Apa saja spesialite obat dari PAH ?3. Apa saja treatment yang dilakukan untuk PAH ?

1.3 Tujuan1. Untuk mengetahui definisi dari PAH2. Untuk mengetahui spesialite dari PAH

3. Untuk mengetahui treatment yang dilakukan pada PAH

1.4 ManfaatUntuk menambah wawasan dan informasi tentang PAH ( Pulmonary Arteri Hipertension ).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pulmonary Arterial Hypertention ( PAH )2.1.1 Pengertian Pulmonary Arterial Hypertention ( PAH )Hipertensi pulmonal adalah peningkatan resistensi vaskular pulmonal yang menyebabkan menurunnya fungsi ventrikel kanan oleh karena peningkatan afterload ventrikel kanan (Diah et al, 2006). HTP sering terjadi pada pasien PGK (Abdelwhab et al, 2009).HTP dapat disebabkan oleh berbagai macam penyakit, jika HTP tidak diatasi maka dapat mengakibatkan menurunnya regangan vaskular, peningkatan tekanan arteri pulmonalis yang progresif dan akhirnya menjadi gagal jantung kanan dan kematian. Pasien dengan HTP berkepanjangan mempunyai morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi dari pada kondisi kausatif yang menyebabkan HTP itu sendiri (Abdelwhab et al, 2009).

2.1.2 Klasifikasi Pulmonary Arterial Hypertention ( PAH )Klasifikasi klinis PAH berdasarkan WHO dan Venice (2003), PAH dikelompokkan dalam 5 kelompok.

Klasifikasi Hipertensi Pulmonal (Michael et al 2007; Diah et al 2006)Hipertensi arteri pulmonal Idiopatik atau primer Familial Hipertensi yang berhubungan dengan : 1. Penyakit kolagen pada pembuluh darah 2. Shunt kongenital sistemic-ke-pulmonal 3. Hipertensi portal4. Infeksi HIV5. Toxin dan obat-obatan Yang berhubungan dengan keterlibatan vena atau kapiler 1. Penyakit oklusi vena pulmonal2. Hemangiomatosis kapiler pulmonal

Hipertensi pulmonal dengan penyakit jantung kiri Penyakit atrium atau ventrikel kiri jantung Penyakit katup jantung kiri

Hipertensi pulmonal yang dihubungkan dengan penyakit paru dan atau hipoksia Penyakit paru obstruksi kronik Penyakit jaringan paru Gangguan nafas saat tidur Kelainan hipoventilasi alveolar Tinggal lama ditemapt yang tinggi Perkembangan abnormal

Hipertensi pulmonal oleh karena penyakit emboli dan trombitik kronik Obstruksi tromboembolik arteri pulmonalis proksimal Obstruksi tromboembolik arteri pulmonalis distal Emboli pulmonal non trombotik ( tumor, parasit, benda asing ) Miscellaneous Sarcoidosis, histiocytosis-X, lymphangiomatosis, penekanan pembuluh darah paru (adenopati, tumor, fibrosis mediastinitis).

WHO juga mengusulkan klasifikasi fungsional HTP dengan memodifikasi klasifikasi fungsional dari New York Heart Association (NYHA) sistem.

Tabel 2.2 Klasifikasi Status Fungsional WHO Penderita Hipertensi Pulmonal (Diah et al 2006)Kelas IPasien dengan hipertensi pulmonal tanpa keterbatasan dalam melakukan aktifitas sehari hari.

Kelas IIPasien dengan hipertensi pulmonal, dengan sedikit keterbatasan dalam melakukan aktifitas sehari hari.

Kelas IIIPasien dengan hipertensi pulmonal, yang bila melakukan aktifitas ringan akan merasakan sesak dan rasa lelah yang hilang bila istirahat.

Kelas IVPasien dengan hipertensi pulmonal, yang tidak mampu melakukan aktifitas apapun (aktifitas ringan akan merasakan sesak), dengan tanda dan gejala gagal jantung kanan.

2.1.3 Etiologi Pulmonary Arterial Hypertention ( PAH )Etiologi pasti PAH pada pasien PGTA masih belum diketahui. Beberapa proses etiologi yang berbeda telah ditetapkan sebagai faktor-faktor yang mempengaruhinya. Perubahan hormonal dan metabolik yang berkaitan dengan PGK dapat menyebabkan vasokonstriksi arteri pulmonalis dan meningkatkannya resistensi vaskular pulmonal. Selanjutnya peningkatan tekanan arteri pulmonalis juga disebabkan oleh peningkatan kardiak output akibat dari akses AV fistula itu sendiri dan diperburuk oleh kondisi-kondisi umum yang terjadi pada PGK seperti anemia dan overload cairan ( Abdlwhab et al, 2009 ).

Gambar 2.1 Lesi Flexiform arteri pulmonal pada hipertensi pulmonal (Diah et al 2006)

Meskipun masih kontroversial, adanya kalsifikasi yang berlebihan pada pembuluh darah dapat diobservasi pada pasien-pasien usia muda yang menjalani HD. Kalsifikasi vaskular merupakan tipe kalsifikasi ekstraosseous yang paling sering terjadi pada pasien PGTA. Kalsifikasi jarang sekali dapat di identifikasi dengan foto thoraks konvensional (Amin et al, 2003). Kemungkinan lain adalah pada pasien PGK sering terjadi hiperparatiroidisme sekunder yang menyebabkan kalsifikasi arteri pulmonalis (Yigla et al, 2003).Berbagai studi menghubungkan terjadinya PAH sebagai ketidakseimbangan antara vasodilator seperti prostacyclin dan nitric oxide (NO) dan vasokonstriktor seperti thromboxane A2 dan endothelin-1 (Abdelwhab et al, 2009). NO dan ET-1 merupakan molekul yang dihasilkan oleh sel endotel berperan penting dalam patogenesis HTP pada pasien PGTA dengan HD melalui AV fistula. Respon vasodilatasi yang berkurang pada akses AV fistula menyebabkan peningkatan cardiac output yang mungkin bisa menerangkan terjadinya peningkatan tekanan arteri pulmonalis pada pasien-pasien uremik, menunjukkan bahwa 48% pasien HTP mengalami peningkatan cardiac output yang signifikan. HTP pada pasien HD merupakan bentuk HTP yang unik, dimana peningkatan cardiac output dan kondisi uremik timbulnya disfungsi endotel yang menetap (Nakhoul et al, 2005). Produksi NO meningkatkan tonus pembuluh darah paru, mengurangi kapasitas sirkulasi pulmonal dalam mempertahankan akses AV fistula yang memediasi peningkatan cardiac output dan akhirnya menyebabkan HTP (Said et al, 2006).Peningkatan produksi NO pada pasien PGTA dengan HD melalui AV fistula dihubungkan dengan biocompatibility dialiser. Mekanisme yang mempengaruhi aktifitas NO pada pasien uremia masih belum jelas. Terjadinya disfungsi endotel pada seluruh tingkatan PGK mendukung bahwa uremia berperan langsung terhadap gangguan ini. Menurunnya bioavailibilitas NO terhadap substrat NO L-arginine, berkurangnya ekspresi NO synthase pada organ yang bersangkutan, interaksi NO dengan Reactive Oxygen Species (ROS) dan akumulasi endogen inhibitor NO synthase seperti dimethyl arginine asimetrik dan homosistein berperan dalam mekanisme ini (Nakhoul et al, 2005).ET-1 merupakan vasokonstriktor yang poten dan mitogen yang sangat kuat yang dihubungkan dengan hipertensi primer dan sekunder. Kadar ET-1 meningkat pada penderita HTP. Aktivitas ET-1 juga meningkat pada pasien uremia (Albada et al, 2005). Pendapat ini didukung oleh adanya penemuan BOSENTAN (antagonis ET-1) yang menurunkan HTP pada PGTA secara signifikan (Abdelwhab et al, 2009).

Hipertensi pulmonal Tipe 2 HTP tipe 2 dengan disfungsi diastolik ventrikel kiri lebih tinggi signifikan pada HTP. Disfungsi diastolik berpengaruh terhadap perkembangan HTP dengan menyebabkan peningkatan tekanan atrium kiri (Abdelwhab et al, 2009). Pada studi yang lain kadar thromboxane B2 (TXB2) lebih tinggi signifikan pada pasien PGTA dengan HTP (Harp et al, 2005). Vena pulmonalis merupakan tempat kerja primer dari thromboxane. Meningkatnya sintesis zat zat vasoaktif ini dapat menyebabkan kontriksi vena pulmonalis dan meningkatkan tekanan mikrovaskular. Proses HD sendiri juga berkaitan dengan peningkatan produksi thromboxane (Abdelwhab et al, 2009) .Selain itu adanya korelasi positif yang signifikan diantara pro-brain natriuretic peptide (pro-BNP) dan HTP pada pasien PGTA. Peranan BNP terhadap HTP pada pasien PGTA masih belum jelas dan mungkin karena BNP adalah prediktor penting adanya kongesti kardiovaskula dan disfungsi diastolik ventrikel kiri yang dapat meningkatkan tekanan intravaskular pada vena pulmonalis (Wang et al, 2007).Efek lain uremik terhadap tekanan arteri pulmonal telah ditetapkan sebagai faktor etiologi HTP pada HD melalui disfungsi endotel yang terjadi pada HTP dan uremia. Penggunaan eritropoetin (EPO) pada pasien PGK menyebabkan peningkatan resistensi vaskular pulmonal dimana kemungkinan tidak hanya berhubungan dengan efek vasomotor tetapi juga remodeling vaskular disebabkan karena stimulasi reseptor EPO (Abdelwhab et al, 2009).

Hipertensi pulmonal Tipe 3HTP tipe 3 merupakan tipe hipertensi yang umum terjadi pada pasien PGK. Selain hipoksemia yang terjadi selama dialisis, sleep apnea sindrome terjadi pada 3080% pasien dialisis, menyebabkan hipoventilasi alveolar. Selain itu resiko obstruktif dan gangguan respiratori sentral meningkat pada pasien PGK dan terapi dialisis. Sleep apnea sindrome dan gangguan tidur pada pasien PGTA disebabkan oleh efek langsung uremik ensefalopati dan sitokin somnogenik hipoksia yang berhubungan dengan gangguan tidur dan dialisis memicu terjadinya vasokonstriksi pulmonal dan remodelling vaskular yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan arteri pulmonal (Abdelwhab et al, 2009) .

Hipertensi pulmonal Tipe 4 Proses HD sendiri berpengaruh terhadap peningkatan tekanan arteri pulmonalis, tetapi penyebab pasti masih belum diketahui, mungkin karena adanya vasokonstriktor seperti endothelin. Penyebab lain adalah emboli microbubble. Jejas paru dengan mikrobubble yang berulang dapat menerangkan terjadinya peningkatan tekanan arteri pulmonalis pada pasien hemodialisis jangka panjang. Selain itu, hemodialisis menyebabkan episode hipoksemia yang berulang disebabkan karena blokade parsial capillary bed pulmonal oleh selsel putih atau mikroemboli silikon. Hipoksia menyebabkan vasokonstriktor pulmonal aktif sama seperti remodeling struktur vaskulatur arteri pulmonalis (Abdelwhab et al, 2009) .

2.2 Patogenesis Pulmonary Arterial Hypertention ( PAH )Akses vaskular yang dibuat untuk terapi HD adalah artificial sering menyebabkan terjadinya shunting yang besar dari kiri ke kanan dengan kapasitas yang selalu meningkat seiring waktu. Pasien PGTA mempunyai sirkulasi pulmonal yang abnormal secara fungsional. Peningkatan tekanan arteri pulmonalis yang patologis terjadi pada pasien yang tidak mampu mengkompensasi sirkulasi pulmonal terhadap akses AV fistula yang dihubungkan dengan cardiac output yang tinggi (Abdelwhab et al, 2009) .

Gambar 2.2 Patogenesis Hipertensi Pulmonal (Diah et al 2006)

2.3 Gambaran Klinik Pulmonary Arterial Hypertention ( PAH )Gejala HTP yang paling sering adalah dispnu saat aktifitas, fatique dan sinkop merupakan refleksi ketidakmampuan menaikkan curah jantung selama aktifitas. Angina tipikal juga dapat terjadi meskipun arteri koroner normal tetapi nyeri dada disebabkan oleh karena peregangan arteri pulmonal atau iskemia ventrikel kanan (Diah et al, 2006).

Tabel 2.3 Gejala dan Tanda Hipertensi Pulmonal (Diah et al, 2006)GejalaTanda

Dispnu saat aktifitasDistensi vena jugularis

FatiqueImpuls ventrikel kanan dominan

SinkopKomponen katup paru menguat ( P2 )

Nyeri dada anginaS3 jantung kanan

HemoptisisMurmur trikuspid

Fenomena RaynauldsHepatomegaliEdema perifer.

Pasien PAH dapat berkembang menjadi gagal jantung kanan dengan gambaran kongesti vena sistemik, efusi pleura dan asites. Hal inilah yang menyebabkan menurunnya tekanan arteri sistemik dan hipotensi intradialisis (Tarrass et al, 2005).

2.4 Test Diagnosis Pulmonary Arterial Hypertention ( PAH )a. Ekokardiogarfi Ekokardiografi merupakan skrining test noninvasive yang sangat baik dilakukan untuk pasien yang dicurigai mengalami PAH (Schannwell et al, 2007). Tekanan sistolik arteri pulmonal ekuivalen dengan tekanan sistolik ventrikel kanan tanpa adanya obstruksi outflow pulmonal. Untuk menilai tekanan sistolik ventrikel kanan dengan ekokardiografi harus ada trikuspid regurgitasi (TR) (Noordegraaf et al, 2009).Color DopplerPerkembangan TR pada pasien PAH sering dihubungkan dengan adanya dilatasi annular, perubahan ukuran ruang ventrikel kanan dan perubahan letak katup trikuspidal bagian apical. Pemakaian aliran trikuspidal regurgitasi sistolik (v) merupakan sebuah perhitungan pulmonary artery systolic pressure (PASP) yang dapat ditentukan dengan ekokardiografi Doppler. Tanpa adanya pulmonary outflow tract obstruction, PASP ekuivalen dengan tekanan sistolik ventrikel kanan, yang dapat dihitung dengan rumus Bernouilli yang sederhana :RVSP = 4v2 + right atrial pressure ( RAP ), RVSP singkatan dari right ventricular systolic pressure, v diukur dengan signal continuous wave Doppler dan perhitungan nilai RAP menggunakan karakteristik vena cava inferior. Kecepatan puncak early diastolik dan end diastolik regurgitasi pulmonal berkorelasi signifikan dengan rerata dan tekanan arteri pulmonalis diastolik (Daniels et al, 2004).Waktu accelerasi (Acceleration time) right ventricular outflow tract didefinisikan sebagai interval dari onset kecepatan maksimal aliran darah yang dipulsasikan melalui signal yang dihasilkan gelombang Doppler, memiliki korelasi negative dengan mean pulmonary artery pressure ( mPAP ). Waktu accelerasi right ventricular outflow tract < 100 ms mencerminkan peningkatan mPAP. Performan miokard ventrikel kanan (TEI Index) merupakan rasio interval waktu isovolumetrik terhadap waktu ejeksi ventrikel, yang dapat dihitung dari pulsasi gelombang Doppler yang dihasilkan dari lamanya inflow dan outflow. Parameter ini telah menggambarkan sebagai indeks non geometrik global fungsi ventrikel sistolik dan diastolik. Nilai normal index ini adalah 0,280,04 dan nilai ini meningkat dengan adanya disfungsi ventrikel kanan (Jae et al, 2006).

Tabel 2.4 Klasifikasi tekanan arteri pulmonalis sistolik (Daniels et al, 2004).KategoriTekanan arteri pulmonalis

Ringan36 50 mmHg

Sedang51 69 mmHg

Berat 70 mmHg

Karakteristik disfungsi ventrikel kanan pada HTP dengan ekokardiografi Doppler mencakup penurunan kecepatan dan integral waktu aliran darah melalui katup pulmonal dan pemendekan acceleration time (AcT) yang diukur dari permulaan aliran darah melalui katup pulmonal sampai kecepatan mencapai puncaknya, satuannya milliseconds dapat digunakan untuk menghitung rerata tekanan arteri pulmonal dengan rumus : mPAP = 79 0,45 (AcT) (Jae et al, 2006).

Gambar 2.4 Short axis menunjukkan gambaran TR yang terlihat pada atrium kanan selama sistolik (Daniels et al, 2004)

b. ElektrokardiografiElektrokardiografi (EKG) juga harus dilakukan pada pasien yang dicurigai HTP, meskipun tidak spesifik. Gambaran tipikal EKG pada HTP adalah : Pergeseran axis ke kanan Gelombang R>S dengan R/S rasio > 1 di V1 qR kompleks di lead V1 Pattern rSR di lead V1 Gelombang S besar dan R kecil dengan R/S rasio < 1 di lead V5 atau V6 Pattern S1, S2, S3

Gambaran gelombang ST depresi dan inversi sering muncul di lead precordial kanan. Pembesaran atrium kiri ditandai dengan gelombang P yang tinggi (2,5mm) di lead II, III, AVF dan axis P frontal 75 (Schannwell et al, 2007).

Gambar 2.4 Elektrokardiografi Hipertensi Pulmonal (Diah et al, 2006)

c. Foto Thoraks Gambaran khas foto thoraks pada HTP ditemukan pembesaran hilar, bayangan arteri pulmonalis dan pada foto thoraks lateral pembesaran ventrikel kanan (Diah et al, 2006).

d. Pemeriksaan AngiografiKateterisasi jantung merupakan baku emas untuk diagnosis PAH. Kateterisasi membantu diagnosis dengan menyingkirkan etiologi lain seperti penyakit jantung kiri dan memberikan informasi penting untuk dugaan prognostik pada pasien dengan PAH. Kateterisasi jantung dilakukan pada pasien dengan PAH yang signifikan sesudah pemeriksaan klinis dan ekokardiografi terutama pada yang direncanakan untuk pengobatan (Diah et al, 2006).2.5 Treatment Pengobatan hipertensi pulmonal bertujuan untuk mengoptimalkan fungsi jantung kiri dengan menggunakan obat-obatan seperti diuretic, beta-blocker, ACE Inhibitor atau dengan cara memperbaiki katup jantul mitral atau katup aorta (pembuluh darah utama). Pada hipertensi pulmonal pengobatan dengan perubahan pola hidup, diuretic, antikoagulan, dan terapi oksigen merupakan suatu terapi yang lazim dilakukan tetapi berdasarkan dari penelitian tersebut belum pernah dinyatakan bermanfaat dalam mengatasi pernyakit tersebut.

Terapi bedahPembedahan sekar antar serambi jantung (Atrial Septostomi) yang dapat menghubungkan antara serambi kanan dan serambi kiri dapat mengurangi tekanan pada jantung kanan tetapi kerugian dari terapi ini dapat mengurangi kadar oksigen dalam darah (hipoksia). Transplantasi paru dapat menyenangkan hipertensi pulmonal namun komplikasi terapi ini cukup banyak dan angka harapan hidupnya kurang lebih 5 tahun. Obat-obatan VasoaktifObat-obat vasoaktif yang digunakan saat ini antara lain adalah Antagonis Reseptor Endothelial, PDE-5 inhibitor dan Derivate Prostasiklin. Obat-obat tersebut bertujuan untuk mengurangi tekanan dalam pembuluh darah paru. Sildenafil adalah obat golongan PDE-5 inhibitor yang dapat persetujuan dari FDA pada tahun 2005 untuk mengatasi hipertensi pulmonal (Lee SH, Channick RN.2005.Endothelin Antagonism Hypertension Pulmonary Arterial).

2.6 Spesialite ObatBeberapa dari obat-obat yang paling umum digunakan yang diresepkan untuk merawat pulmonary hypertension termasuk dalam tabel di bawah ini:GenerikPatenIndikasiKontraindikasiEfek sampingPosologi

Nifedipin FedipinAntihiertensi, anti angina ( membantu menurunkan tekanan darah tinggi)Kombinasi nifedipin dengan penyekat adrenoseptor beta dapat menimbulkan hipotensi berat dan/gagal jantung bila diberi pada penderita dgn angina pektoris berat, aterosklerosis pd tiga pembuluh koroner, gangguan fungsi jantung dan/atau riwayat infark miokard.Insiden efek samping kurang lebih 20%, terutama disebabkan akibat vasodilatasi berlebihan, berupa nyeri kepala berdenyut,pusing,muka merah udem perifer hipotensi, refleks taki kardi dan palpitasi .Antihipertensi sediaan biasa tab. 10mg, dosis awal 3x 10 mg, maksimal 60 mg/hr.Sediaan lepas lambat 20 mg, dosis awal 2x20 mg, maksimal 80 mg/hr.Anti angina : anginastabil kronik; 3x10-20mg, anginaprinzmetal; 3-4 x 20-30 mg.

AdalatPengobatan hipertensi, pengobatan penyakit jantung koronerAdalat OROS tidak boleh diberikan pada kasus hipersensitifitas terhadap nifedipine atau penyekat kanal kalsium golongan dihydmpyridine. Nifedipine tidak boleh diberikan pada kasus syok kardiovaskuler. Adalat OROS tidak boleh diberikan bersama rifampicin karena kadar plasma nifedipine yang efisien tidak akan tercapai akibat induksi enzim. Adalat OROS tidak boleh diberikan pda pasien dengan Kock pouch (ileostomi peace protokolektomi). Astenia, edema, sakit kepala, palpitasi, vasodilatasi, konstipasi, pening.Untuk hipertensi - 1 tablet adalat OROS 20 satu kali sehari (1x 20mg/hari)-1 tablet adalat OROS 30 satu kali sehari (1x 30mg/hari)-1 tablet adalat OROS 60 satu kali sehari (1x 60mg/hari)

Beta Adalat

Hipertensi, dimana pengobatan tunggal dari masing-masing obat tidak memberikan penurunan tekanan darah yang kuatBlokade jantung derajat 2 atau 3, syok kardiogenik, payah jantung berat, kehamilan laktasi. Pemberian bersama antagonis kalsium yang mempunyai efek inotropik negatif Sakit kepala, kemerahan, kelelahan, gangguan saluran cerna, pusing, edema, perubahan suasana hati, trombositopenia, reaksi psoriasiform kulit, eksaserbasi psoriasis, gangguan penglihatan, psikosis, perburukan payah jantung, halusinasi, blokade jantung1 kapsul sekali sehari, dapat dinaikkan sampai sampai 2 kali/hari; pada pasien lansia, maksimal 1 kapsul/hari

Beraprost (Pengobatan PH Oral (diminum/bentuk pill)Dornerhipertensi paru primer; perbaikan tukak, nyeri dan rasa dingin yang disebabkan oleh oklusi arteri kronik.

perdarahan; kehamilan

meningkatkan risiko perdarahan pada kondisi menstruasi; pengobatan sebaiknya dihentikan jika perdarahan, syok, pneumonia interstisial, gangguan fungsi hati, angina pektoris, infark miokard, reaksi hipersensitivitas, sakit kepala,pusing,hot flushes, diare, mual, nyeri abdomen, anoreksia, peningkatan bilirubin, AST, ALT, LDH, trigliserida.

hipertensi paru primer: dosis awal, 60 mcg sehari dalam 3 dosis terbagi, sesudah makan, dapat ditingkatkan hingga maksimum 180 mcg sehari dalam 3-4 dosis terbagi; perbaikan tukak, nyeri dan rasa dingin yang disebabkan oleh oklusi arteri kronik: Dewasa, dosis lazim 120 mcg sehari dalam 3 dosis terbagi.

Inhaler Iloprost

Ventavis

hipertensi paru primer atau sekunder yang disebabkan penyakit jaringan ikat (connective tissue disease) atau akibat obat, pada tahap sedang sampai berat. Sebagai tambahan, pengobatan hipertensi paru yang disebabkan tromboembolisme paru kronik yang tidak bisa dilakukan pembedahan

kehamilan dan menyusui (lihat lampiran 2), kondisi yang akan meningkatkan resiko pendarahan (tukak lambung aktif, trauma, perdarahan intrakranial), angina tidak stabil atau penyakit jantung koroner berat, infark miokard dalam 6 bulan terakhir, gagal jantung dekompensasi (kecuali jika di bawah pengawasan dokter), aritmia berat, kongesti paru, kejadian serebrovaskular dalam 3 bulan terakhir (serangan iskemik transien atau stroke), hipertensi paru akibat penyakit oklusif vena, kelainan katup jantung.

sangat umum: sakit kepala, vasodilatasi, peningkatan batuk, mual, nyeri rahang/trismus; umum: pusing, hipotensi, sinkop, dispnea, diare, muntah, iritasi mulut dan lidah, ruam kulit, nyeri punggung; frekuensi tidak diketahui: hipersensitivitas, bronkospasme/wheezing, disgeusia

melalui inhalasi: 2,55 mcg, 69 kali sehari, dapat ditambah tergantung respon dan tolerabilitas.

EpoprostenolFlolanUntuk mengobati tekanan darah tinggi dalam pembuluh darah yang berhubungan dengan paru-paru Hindari pada pasien dengan gagal jantung kongestif (CHF) karena disfungsi sistolik ventrikuler kiri dan pada mereka yang mengembangkan edema pulmonary selama pemberian dosis.Efek pembatasan dosis : nyeri di dada,gelisah,kepeninganPerubahan detak jatung,sakit kepala,hipotensi,kulit kemerahan. Nyeri otot, sakitt rahang.Sediaan infus 1-2 ng/kg/menit setiap 15 menit atau lebih lama.

TreprostinilRemodulin infusUntuk mengobati tekanan darah tinggi dalam sistem peredaran PAH (pulmonary arterial hypertension).Remodulin harus digunakan dengan hati-hati pada pasien dengan gangguan ginjal atau hati.1. Efek CV (vasodilasi, edema, hipotensi), Efek CNS (sakit kepala, kepeningan); Efek dermatologis (ruam, pruritus); Efek GI (diare, mual).2. Efek lokal: sakit di titik infus bisa meningkat selama beberapa bulan terapi; reaksi di titik infus.1. Dosis awal: 1.25 ng/kg/menit lanjutkan infus subcutaneous.2. Jika hal ini tidak bisa diterima, dosis harus dibagi dua.3. Jumlah infus boleh ditambah berdasarkan respon pasien dengan kenaikan hingga mencapai 1.25 ng/kg/menit setiap minggu untuk 4 minggu pertama, diikuti dengan kenaikan hingga 2.5 ng/kg/menit setiap minggunya.4. Dosis maksimum: 40 ng/kg/menit.

Tyvaso inhalerDigunakan pada orang dewasa untuk mengobati hipertensi arteri paru ( PAH ) ( WHO Grup 1 ) , yang merupakan tekanan darah tinggi pada arteri paru-paru Anda . Tyvaso dapat meningkatkan kemampuan berolahraga pada orang yang juga mengambil bosentan ( antagonis reseptor endotelin ) atau sildenafil ( phosphodiesterase - 5 inhibitor )

Jika memiliki tekanan darah rendah , Tyvaso dapat menyebabkan gejala hipotensi ( tekanan darah rendah )Karena Tyvaso mengurangi kemampuan darah untuk membeku ( mengentalkan ) , mungkin meningkatkan risiko pendarahan jika mengambil pengencer darah ( antikoagulan ) , seperti warfarin atau heparin, Penggunaan Tyvaso dengan diuretik ( pil air ) , antihipertensi ( obat yang digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi atau penyakit jantung ) , atau vasodilator lainnya ( obat yang menurunkan tekanan darah ) dapat meningkatkan risiko untuk hipotensi ( tekanan darah rendah )

Batuk , sakit kepala , iritasi tenggorokan dan nyeri , mual , kemerahan pada wajah dan leher ( flushing ) , dan pingsan atau kehilangan kesadaran . Ini tidak semua kemungkinan efek samping dari Tyvaso . Katakan kepada dokter Anda tentang efek samping yang mengganggu.

Tyvaso inhalasi biasanya diberikan 4 kali per hari pada interval merata spasi selama jam bangun. Setiap kali menggunakan obat, maka akan menghirup hingga 9 napas obat. Ikuti petunjuk dokter.Jangan mencampur obat inhalasi lain dengan Tyvaso dalam sistem inhalasi.

Sildenafil citrateViagraDapat digunakan untuk merelaksasikan pembuluh darah kecil paru-paru pada pasien dengan hipertensi arteri pulmonal (HAP), dan secara tidak langsung meningkatkan kemampuan napas orang saat berolahraga.Viagra dikontraindikasikan pada pasien atau pada orang dengan gangguan jantung, tidak boleh digunakan pada keangguan ginjal berat, gangguan hati berat, pasien dengan sakit lambung kronis. Viagra dapat menurunkan aliran darah ke serabut saraf optik, hal ini dapat menyebabkan kehilangan penglihatan sesaat secara tiba tiba, keadaan ini terjadi pada beberapa orang yang sebagian besar menderita penyakit jantung, diabetes mellitus, tekanan darah tinggi, perokok berat, pasien dengan usia di atas 50 tahun. Bila hal ini terjadi, segera hentikan penggunaan dan segera hubungi dokter.Efek samping mengkonsumsi Viagra dapat berupa nyeri kepala, rasa hangat pada tubuh, gangguan ulkus lambung, gangguan penglihatan seperti penglihatan kabur atau fotofobia. Efek samping lainnya adalah hipotensi berat, gangguan irama jantung, serangan jantung akut, maupun stroke.Viagra 50 mg mengandung sildenafil 50 mg dalam setiap tabletnya.Penggunaan sildenafil untuk mengobati hipertensi arteri pulmonal adalah sebanyak tiga kali per hari, dosis dapat disesuaikan dengan tingkat keparahan. Terapi dapat dimulai dengan dosis rendah 25 mg, 50 mg, kemudian 100 mg setiap minumnya.

RevatioBila mengambil donor oksida nitrat, nitrit organik dan nitrat, seperti trinitrate gliseril (nitrogliserin), natrium nitroprusside , amyl nitrit (" popper "); Dosis untuk hipertensi arteri paru (Revatio) adalah salah satu 20 mg tablet tiga kali sehari. Revatio pil berwarna putih, bulat, berlapis film tablet dicetak dengan "RVT 20" timbul di satu sisi

2.7 Mekanisme Kerja Obat PAH NifedipinAntagonis kalsium yang bekerja terutama dengan cara menghambat masuknya ion Ca ( calsium ) ke dalam sel. Nifedipin adalah antagonis kalsium yang paling kuat dalam menimbulkan vasodilatasi arteriol perifer sehingga menyebabkan penurunan tekanan darah dan resistensi perifer. Nifedipin juga merupakan vasodilator koroner yang paling poten dan akibat vasodilatasi perifer terjadilah penurunan after load jantung, sehingga menyebabkan peningkatan curah jantung, terutama pada penderita gagal jantung kiri.

BeraprostBeraprost adalah analog prostasiklin yang diberikan secara oral. Beraprost digunakan untuk HP ringan. Beraprost dapat meningkatkan fleksibilitas sel darah merah, menurunkan viskositas darah, mengahambat agregrasi trombosit dan vasodilatasi pembuluh darah paru.Mekanisme kerja beraprost yaitu serupa dengan prostasiklin, natrium beraprost menunjukkan tindakan misalnya, antiplatelet dan vasodilatasi tindakan dengan mengikat reseptor PGI2 trombosit dan sel-sel otot polos pembuluh darah, yang menginduksi aktivasi adenilat siklase, meningkatkan konsentrasi intraselular cAMP, menghambat Ca+2 masuknya dan sintesis tromboksan A2 atau model lainnya.

Sildenafil SitratSildenavfil sitrat merupakan salah satu jenis obat baru yang masih dipasarkan sebagai produk patennya yaitu viagra dan revatio. Sildenafil merupakan salah satu senyawa yang di gunakan dalam terapi disfungsi ereksi atau lebih dikenal dengan istilah antiimpotensi golongan inhibitor fosfodiesterase. Selain digunakan dalam terapi disfungsi ereksi, sildenafil juga digunakan dalam pulmonary arterial hypertention (PAH).Pada Pulmonary Arterial Hypertention (PAH) sildenafil bekerja dengan merelaksasi dinding arteri sehingga menyebabkan penurunan resistensi dan tekanan arteri. Pada akhirnya akan mengurangi beban kerja dari ventrikel kanan jantung dan memperbaiki gejala gagal jantung karena, PDE-5 terutama tersebar pada otot halus dinding arteri pada paru dan penis, sildenafil bertindak selektif pada kedua daerah tersebut tanpa menvasodilatasi daerah lain di tubuh. EpoprostenolEpoprostenol adalah obat kelompok prostaglandin. Obat ini bekerja dengan cara memperlebar pembuluh darah dan meningkatkan darah ke paru-paru, sehingga mengurangi beban kerja jantung.

TreprostinilTreprostinil adalaha sebuah prostaglandin. Obat ini bekerja dengan cara mengendurkan pembuluh darah dan meningkatkan pasokan darah ke paru-paru pada pasien dengan penyakit PAH (pulmonary arterial hypertension).

Inhaler IloprostInhaler merupakan sejenis alat untuk menyedot obat digunakan dalam rawatan penyakit asma atau penyakit berkaitan saluran pernafasan. Terdapat beberapa jenis inhaler yang sering digunakan. Inhalasi analog prostasiklin yang stabil, iloprost, pernah diteliti penggunaannya untuk hipertensi pulmonal. Sildenafil merupakan penghambat selektif phosphodiesterase type 5 (PDE5). PDE5 terdapat di seluruh tubuh dan di dalam paru terdapat dalam konsentrasi yang tinggi. Penghambatan pada PDE5 akan meningkatkan efek vasodilatasi dari nitric oxide pada hipertensi pulmonal dengan mencegah pemecahan dari cyclic guanosine monophosphate (cGMP), yang mencetuskan relaksasi otot halus vaskular dan meningkatkan aliran darah. Pada hewan coba dan penelitian pada manusia, sildenafil diketahui menghasilkan penurunan selektif pada tekanan arteri pulmonal secara relatif tanpa meningkatkan efek samping sistemik. Penghambatan PDE5 juga meningkatkan aktivitas anti-agregrasi trombosit nitric oxide dan menghambat pembentukan trombus.

Cara penggunaan inhaler:1. Duduk tegak atau berdiri dengan dagu terangkat.2. Buka tutup inhaler dan kocok inhaler dengan teratur.3. Jika baru pertama kali menggunakan inhaler selama seminggu atau lebih, maka untuk penggunaan pertama sebelum digunakan, semprotkan inhaler ke udara untuk mengecek apakah inhaler berfungsi dengan baik.4. Tarik nafas dalam-dalam dan buang perlahan, lalu letakan bagian mulut inhaler pada mulut ( diantara gigi atas dan bawah ), kemudian tuutp mulut dengan merapatkan bibir ( jangan digigit ).5. Mulai dengan bernafas perlahan dan dalam melalui mulut inhaler, sambil bernafas secara berbarengan tekan bagian tombol inhaler untuk melepaskan obatnya. Satu kali tekan merupakan satu kali semprotan obat.6. Lanjutkan untuk bernafas dalam untuk memastikan obat dapat mencapai paru-paru.7. Tahan nafas selama kurang lebih 10 detik ( atau selama kondisi senyaman yang terasa) lalu buang nafas perlahan.8. Jika membutuhkan semprotan berikutnya, tunggu sampai 30 detik, dan kocok kembali inhaler, ulangi langkah 4-7.9. Tutup kembali mulut inhaler dan simpan inhaler di tempat yang kering.10.Setelah selesai, berkumur kumur dan catat dosi s yang sudah terpakai.

BAB III PENUTUP

3.1 KesimpulanBerdasarkan pembahsan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:1. Hipertensi pulmonal adalah peningkatan resistensi vaskular pulmonal yang menyebabkan menurunnya fungsi ventrikel kanan oleh karena peningkatan afterload ventrikel kanan (Diah et al, 2006).2. Beberapa dari obat-obat yang paling umum digunakan yang diresepkan untuk merawat pulmonary hypertension antara lain: Nifedipin ( Fedipin, Adalat, Beta Adalat ) Beraprost ( Dorner ) Treprostinil ( Remodulin infus, Tyvaso inhaler ) Sildenafil citrate ( Viagra, Revatio ) Inhaler iloprost ( Ventavis ) Epoprostenol ( Flolan )3. Treatment untuk PAH bertujuan untuk mengoptimalkan fungsi jantung kiri dengan menggunakan obat-obatan seperti diuretic, beta-blocker, ACE Inhibitor atau dengan cara memperbaiki katup jantul mitral atau katup aorta (pembuluh darah utama). Pada hipertensi pulmonal pengobatan dengan perubahan pola hidup, diuretic, antikoagulan, dan terapi oksigen merupakan suatu terapi yang lazim dilakukan tetapi berdasarkan dari penelitian tersebut belum pernah dinyatakan bermanfaat dalam mengatasi pernyakit tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Abdelwhab S, Abdelwhab M (2009). Pulmonary hypertension in renal failure patients. Kidney.

Hardjasputra SL, dkk. Data Obat di Indonesia(DOI). edisi 10. Jakarta: Grafidian Medipress, 2002.

H.A Steven, D.D. Ivy. Recent progress in understanding pediatric pulmonary hypertension, Curr Opin Pediatr, 2011 June, 23(3) : 298-304.

H. Marc, S. Gerald. Pulmonary arterial hypertension, Orphanet encyclopedia, November 2004 : 1-7.

Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia (ISFI). ISO. Jakarta: PT.Ikrar Mandiri Abadi, 2007.

Mi H.M., Sun Y.K., Yeon J.K., Su J.K., Jae B.L., Yong C.B., et al., 2006, Humanadipose tissue-derived mesenchymal stem cells improve postnatal neovascularization in a mouse model of hindlimb ischemia. Cell PhysiolBiochem 2006, 17: 279-290. O Teddy. Hipertensi Pulmonal Pada Penyakit Jantung Bawaan, Jurnal Kardiologi Indonesia, 1996, vol.XXI(3) : 168-171.

R.J. Barst, S.I. Ertel, M.Beghetti, and D.D. Ivy. Pulmonary arterial hypertension : a comparison between children and adults, Eur Respir J, 2011 March; 37(3) : 665-677.Schannwell CM, Steiner S, et al (2007). Diagnostics in pulmonary hypertension. Journal of Physiology and Pharmacology, 58:591-602.