BAB 1PENDAHULUAN1.1 Latar belakangManusia adalah makhluk sosial
yang cenderung untuk hidup bermasyarakat serta mengatur dan
mengorganisasi kegiatannya dalam mencapai tujuan tetapi karena
keterbatasan kemampuan menyebabkan mereka tidak mampu mewujudkan
tujuan tanpa adanya kerjasama. Hal tersebut yang mendasari manusia
untuk hidup dalam berorganisasi. Banyak bentuk organisasi dalam
kalangan masyarakat, Salah satunya adalah organisasi nirlaba (non
profit). Organisasi nirlaba adalah organisasi bersasaran pokok
untuk mendukung suatu isu atau perihal di dalam menarik publik
untuk suatu tujuan yang tidak komersial, tanpa ada perhatian
terhadap hal-hal yang bersifat mencari laba (moneter). Organisasi
nirlaba meliputi keagamaan, sekolah negeri, derma publik, rumah
sakit dan klinik publik, organisasi politis, bantuan masyarakat
dalam hal perundang-undangan, organisasi sukarelawan, serikat
buruh. Badan layanan umum (BLU) adalah instansi di lingkungan
pemerintah yang di bentuk untuk memberikan pelayanan kepada
masyarakat berupa penyediaan barang atau jasa yang di jual tanpa
mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya di
dasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.Oleh karena itu
pada makalah ini kami membahas mengenai akuntansi organisasi
nirlaba dan badan layanan umum yang nantinya dapat dijadikan
referensi atau menambah wawasan bagi para pembacanya.
1.2 TujuanAdapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:1.
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Sektor Publik (ASP)2.
Sebagai bahan diskusi 3. Mengetahui perbedaan antara akuntansi
organisasi nirlaba dengan akuntansi badan layanan umum1.3 Rumusan
masalahRumusan makalah ini adalah:1. Apakah pengertian organisasi
nirlaba dan badan layanan umum?2. Bagaiamana akuntansi organisasi
nirlaba dan akuntansi Badan Layanan Umum?
BAB IIPEMBAHASAN2.1 Organisasi nirlaba2.1.1 Pengertian
organisasi nirlaba Organisasi nirlaba atau organisasi nonprofit
adalah suatu organisasi yang bersasaran pokok untuk mendukung suatu
isu atau perihal di dalam menarik publik untuk suatu tujuan yang
tidak komersial, tanpa ada perhatian terhadap hal-hal yang bersifat
mencari laba (moneter). Organisasi nirlaba meliputi keagamaan,
sekolah negeri, derma publik, rumah sakit dan klinik publik,
organisasi politis, bantuan masyarakat dalam hal
perundang-undangan, organisasi sukarelawan, serikat buruh. Menurut
PSAK No.45 bahwa organisasi nirlaba memperoleh sumber daya dari
sumbangan para anggota dan para penyumbang lain yang tidak
mengharapkan imbalan apapun dari organisasi tersebut. (IAI, 2004:
45.1)Lembaga atau organisasi nirlaba merupakan suatu lembaga atau
kumpulan dari beberapa individu yang memiliki tujuan tertentu dan
bekerja sama untuk mencapai tujuan tersebut, dalam pelaksanaannya
kegiatan yang mereka lakukan tidak berorientasi pada pemupukan laba
atau kekayaan semata (Pahala Nainggolan, 2005 : 01). Lembaga
nirlaba atau organisasi nonprofit merupakan salah satu komponen
dalam masyarakat yang perannya terasa menjadi penting sejak era
reformasi, tanpa disadari dalam kehidupan sehari-hari kini semakin
banyak keterlibatan lembaga nirlaba.Berdasarkan pengertian di atas
dapat menyimpulkan bahwa organisasi nirlaba adalah salah satu
lembaga yang tidak mengutamakan laba dalam menjalankan usaha atau
kegiatannya.
2.1.2 Ciri-ciri organisasi nirlaba Adapun ciri-ciri organisasi
nirlaba adalah:1. Sumber daya entitas berasal dari para penyumbang
yang tidak mengharapakan pembayaran kembali atas manfaat ekonomi
yang sebanding dengan jumlah sumber daya yang diberikan.2.
Menghasilkan barang dan atau jasa tanpa bertujuan memupuk laba, dan
kalau suatu entitas menghasilkan laba, maka jumlahnya tidak pernah
dibagikan kepada para pendiri atau pemilik entitas tersebut.3.
Tidak ada kepemilikan seperti lazimnya pada organisasi bisnis,
dalam arti bahwa kepemilikan dalam organisasi nirlaba tidak dapat
dijual, dialihkan, atau ditebus kembali, atau kepemilikan tersebut
tidak mencerminkan proporsi pembagian sumber daya entitas pada saat
likuiditas atau pembubaran entitas
2.1.3 Contoh organisasi nirlabaContoh organisasi nirlaba yang
ada di Indonesia: Organisasi kesejahteraan sosial masyarakat
Yayasan sosialMisalnya : Supersemar, Yatim Piatu dsb Yayasan
danaMisalnya : YDSF, Pundi Amal SCTV, RCTI Peduli, Dompet Dhuafa,
Lembaga advokasiMisalnya : Kontras, YLKI, Perlindungan kekerasan
dalam RT Balai keselamatanMisalnya : Tim SAR Konservasi lingkungan
/ satwaMisalnya : WALHI, Pro Fauna Rumah sakit dan organisasi
kesehatan masyarakat Yayasan kanker Indonesia PMI
2.1.4 Dasar pemikiran akuntansi organisasi nirlabaDi Amerika
Serikat (AS), Financial Accounting Standard Board (FASB) telah
menyusun standar untuk laporan keuangan yang ditujukan bagi para
pemilik entitas atau pemegang saham, kreditor, dan pihak lain yang
tidak secara aktif terlibat dalam manajemen entitas bersangkutan
namun memiliki kepentingan. FASB juga berwenang untuk menyusun
standar akuntansi bagi entitas nirlaba nonpemerintah, sementara US
Government Accounting Standard Board (GASB) menyusun standar
akuntasi dan pelaporan keuangan untuk pernerintah pusat dan federal
AS.Di Indonesia, Pemerintah membentuk Komite Standar Akuntasi
Pemerintah. Organisasi penyusun standar untuk pemerintah itu
dibangun terpisah dari FASB di AS atau Dewan Standar Akuntansi
Keuangan-Ikatan Akuntan Indonesia di Indonesia karena karakteristik
entitasnya berbeda. Entitas pemerintah tidak mempunyai pemegang
saham atau semacamnya, memberi pelayanan masyarakat tanpa
mengharapkan laba, dan mampu memaksa pembayar pajak untuk mendukung
keuangan pernerintah tanpa peduli bahwa imbalan bagi pembayar pajak
tersebut memadai atau tidak memadai.Organisasi komersial dan
nirlaba sering rancu, karena pembagiannya didasarkan atas jenis
kegiatan atau bentuk legalnya. Sesungguhnya istilah nonkomersial
lebih tepat dari istilah nirlaba. Istilah Not For Profit
Organization (NFPO) telah menggeser istilah nonprofit organization
karena menawarkan resolusi bahwa itikad atau tujuan pendirian
organisasi bersangkutan bukan untuk mencari laba. Seluruh
kegiatannya tidak ditujukan untuk mengumpulkan laba, namun dalam
perjalanannya organisasi nirlaba ternyata secara legal bernasib
keuangan yang baik, yakni dapat mengalami surplus karena aliran kas
masuk melebihi aliran kas keluar. Dengan demikian, walaupun
sama-sama memperoleh sisa laba, surplus yang setara laba neto
setelah pajak, baik organisasi komersial maupun organisasi nirlaba
tetap pada jati dirinya.Surplus diperlukan organisasi nirlaba untuk
memperbesar skala kegiatan pengabdiannya dan memperbaharui sarana
yang uzur dan rusak. Sebaliknya, apabila surplus tersebut dinikmati
oleh para pengurus dalam bentuk gratifikasi, gaji, bonus, tunjangan
perjalanan dinas, pinjaman bagi pendiri/ pengurus (setara dividen
dalam entitas komersial) atau kenikmatan (mobil mewah, rumah
tinggal, keanggotaan golf dan sebagainya), maka organisasi nirlaba
menjadi berhakikat entitas komersial.Entitas komersial atau nirlaba
sering diidentifikasi melalui bentuk legal dan bentuk kegiatan.
Contoh entitas legal adalah:1) Entitas komersial, terbagi atas
entitas komersial yang dikelola pemerintah, seperti BUMN Persero;
entitas komersial swasta, misalnya CV, NV, Firma, usaha perorangan,
UD;2) Entitas nirlaba, terbagi atas entitas nirlaba pemerintah,
entitas nirlaba swasta, misalnya yayasan, partai politik, lembaga
swadaya masyarakatPembagian entitas komersial dan nirlaba
berdasarkan bidang bentuk kegiatan/ bidang usaha tidak disarankan.
Rumah sakit dan museum pemerintah pada umumnya nirlaba, namun rumah
sakit dan museum swasta mungkin nirlaba atau komersial
2.1.5 Tujuan laporan keuangan organisasi nirlabaSebagai bagian
dari usaha untuk membuat rerangka konseptual, Financial Accounting
Standards Board (FASB, 1980) mengeluarkan Statements of Financial
Accounting Concepts No. 4 (SFAC 4) mengenai tujuan laporan keuangan
untuk organisasi nonbisnis/nirlaba (objectives of financial
reporting by nonbusiness organizations). Tujuan laporan keuangan
organisasi nirlaba dalam SFAC 4 tersebut adalah:1) Laporan keuangan
organisasi nonbisnis hendaknya dapat memberikan informasi yang
bermanfaat bagi penyedia dan calon penyedia sumber daya, serta
pemakai dan calon pemakai lainnya dalam pembuatan keputusan yang
rasional mengenai alokasi sumber daya organisasi.2) Memberikan
informasi untuk membantu para penyedia dan calon penyedia sumber
daya, serta pemakai dan calon pemakai lainnya dalam menilai
pelayanan yang diberikan oleh organisasi nonbisnis serta
kemampuannya untuk melanjutkan memberi pelayanan tersebut.3)
Memberikan informasi yang bermanfaat bagi penyedia dan calon
penyedia sumber daya, serta pemakai dan calon pemakai lainnya dalam
menilai kinerja manajer organisasi nonbisnis atas pelaksanaan
tanggung jawab pengelolaan serta aspek kinerja lainnya.4)
Memberikan informasi mengenai sumber daya ekonomi, kewajiban, dan
kekayaan bersih organisasi, serta pengaruh dari transaksi,
peristiwa dari kejadian ekonomi yang mengubah sumber daya dan
kepentingan sumber daya tersebut.5) Memberikan informasi mengenai
kinerja organisasi selama satu periode. Pengukuran secara periodik
atas perubahan jumlah dan keadaan/ kondisi sumher kekayaan bersih
organisasi nonbisnis serta informasi mengenai usaha dan hasil
pelayanan organisasi secara bersama-sama yang dapat menunjukkan
informasi yang berguna untuk menilai kinerja.6) Memherikan
informasi mengenai bagaimana organisasi memperoleh dan
membelanjakan kas atau sumber daya kas, mengenai utang dan
pembayaran kembali utang, dan mengenai faktor-faktor lain yang
dapat mempengaruhi likuiditas organisasi.7) Memberikan penjelasan
dan interpretasi untuk membantu pemakai dalam memahami informasi
keuangan yang diberikan.
2.1.6 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 45PSAK
No. 45 tentang pelaporan keuangan organisasi nirlaba diterbitkan
oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) untuk memfasilitasi seluruh
organisasi nirlaba nonpemerintah. Dalam PSAK karakteristik entitas
nirlaba ditandai dengan perolehan sumbangan untuk sumber daya utama
(aset), penyumbang bukan pemilik entitas dan tak berharap akan
hasil, imbalan, atau keuntungan komersial.Entitas nirlaba juga
dapat berutang dan memungkinkan pendapatan dari jasa yang diberikan
kepada publik, walaupun pendapatannya tidak dimaksud untuk
memperoleh laba. Dengan demikian, entitas nirlaba tidak pernah
membagi laba dalam bentuk apapun kepada pendiri/pemilik entitas
Laporan keuangan entitas nirlaba bertugas mengukur jasa atau
manfaat entitas dan menjadi sarana pertanggungjawaban pengelola
entitas dalam bentuk pertanggungjawaban harta-utang (neraca),
pertanggungjawaban kas (arus kas), dan laporan aktivitas.Menurut
PSAK 45, organisasi nirlaba perlu menyusun setidaknya 4 jenis
laporan keuangan sebagai berikut:1. Laporan posisi keuangan
(neraca) pada akhir periode laporanLaporan ini bertujuan untuk
menyediakan informasi mengenai aset, kewajiban, dan aset bersih dan
informasi mengenai hubungan di antara unsur-unsur tersebut pada
waktu tertentu. Informasi ini dapat membantu para penyumbang,
anggota organisasi, kreditur dan pihak-pihak lain untuk menilai:1)
Kemampuan organisasi untuk memberikan jasa secara berkelanjutan,
dan2) Likuiditas, fleksibilitas keuangan, kemampuan untuk memenuhi
kewajibannya, serta kebutuhan pendanaan eksternal.
Lebih lanjut, komponen dalam laporan posisi keuangan mencakup:1)
Aset2) Liabilitas3) Aset bersih
2. Laporan aktivitas untuk suatu periode pelaporanTujuan utama
laporan aktivitas adalah menyediakan informasi mengenai pengaruh
transaksi dan peristiwa lain yang mengubah jumlah dan sifat aset
bersih, hubungan antar transaksi, dan peristiwa lain, dan bagaimana
penggunaan sumber daya dalam pelaksanaan berbagai program atau
jasa. Perubahan aset bersih dalam laporan aktivitas biasanya
melibatkan 4 jenis transaksi, yaitu (1) pendapatan, (2) beban,
(3)gains and losses, dan (4) reklasifikasi aset bersih. Seluruh
perubahan aset bersih ini nantinya akantercermin pada nilai akhir
aset bersih yang disajikan dalam laporan posisi keuanganAdapun
informasi dalam laporan ini dapat membantu parastakeholdersuntuk1)
Mengevaluasi kinerja organisasi nirlaba dalam suatu periode2)
Menilai pelaksanaan tanggung jawab dan kinerja manajer dan3)
Menilai upaya, kemampuan, dan kesinambungan organisasi dan
memberikan jasa.
Secara umum, ketentuan dalam laporan aktivitas adalah sebagai
berikut: Pendapatan disajikan sebagai penambah aset bersih tidak
terikat, kecuali jika penggunaannya dibatasi oleh penyumbang. Beban
disajikan sebagai pengurang aset bersih tidak terikat Sumbangan
dapat disajikan sebagai penambah aset bersih tidak terikat, terikat
permanen, atau terikat temporer, tergantung pada ada tidaknya
pembatasan. Jika ada sumbangan terikat temporer yang pembatasannya
tidak berlaku lagi dalam periode yang sama, maka sumbangan tersebut
dapat disajikan sebagai sumbangan tidak terikat sepanjang disajikan
secara konsisten dan diungkapkan sebagai kebijakan akuntansi.
Keuntungan dan kerugian dari investasi dan aset (atau kewajiban)
lain diakui sebagai penambah atau pengurang aset bersih tidak
terikat, kecuali jika penggunaannya dibatasi. Selain dari ketiga
jenis aset bersih yang ada sebagaimana dijelaskan sebelumnya,
organisasi nirlaba tetap berpeluang untuk menambah klasifikasi aset
bersih sekiranya diperlukan.
Lebih lanjut, komponen dalam laporan posisi keuangan mencakup:1)
Pendapatan2) Beban
3. Laporan arus kas untuk suatu periode pelaporanTujuan utama
laporan arus kas adalah menyajikan informasi mengenai penerimaan
dan pengeluaran kas dalam suatu periode. Adapun klasifikasi
penerimaan dan pengeluaran kas pada laporan arus kas organisasi
nirlaba, sama dengan yang ada pada organisasi bisnis, yaitu: arus
kas dari aktivitas operasi, aktivitas investasi dan aktivitas
pendanaan. Metode penyusunan laporan arus kas pun bisa menggunakan
metode langsung (direct method) maupun metode tidak langsung
(indirect method).Arus kas dari aktivitas operasi umumnya berasal
dari pendapatan jasa, sumbangan, dan dari perubahan atas aset
lancar dan kewajiban lancar yang berdampak pada kas. Sementara itu,
arus kas dari aktivitas investasi biasanya mencatat dampak
perubahan aset tetap terhadap kas, misal karena pembelian
peralatan, penjualan tanah, dsb. Lebih lanjut, arus kas dari
aktivitas pendanaan berasal dari penerimaan kas dari penyumbang
yang penggunaannya dibatasi untuk jangka panjang; penerimaan kas
dari sumbangan dan penghasilan investasi yang penggunaannya
dibatasi untuk perolehan, pembangunan dan pemeliharaan aset tetap,
atau peningkatan dana abadi (endowment), atau dari hasil investasi
yang dibatasi penggunaannya untuk jangka panjang.4. Catatan atas
laporan keuangan
2.1.7 Perbedaan organisasi nirlaba dengan organisasi labaBanyak
hal yang membedakan antara organisasi nirlaba dengan organisasi
lainnya (laba). Dalam hal kepemilikan, tidak jelas siapa
sesungguhnya pemilik organisasi nirlaba, apakah anggota, klien,
atau donatur. Pada organisasi laba, pemilik jelas memperoleh untung
dari hasil usaha organisasinya. Dalam hal donatur, organisasi
nirlaba membutuhkannya sebagai sumber pendanaan. Berbeda dengan
organisasi laba yang telah memiliki sumber pendanaan yang jelas,
yakni dari keuntungan usahanya. Dalam hal penyebaran tanggung
jawab, pada organisasi laba telah jelas siapa yang menjadi Dewan
Komisaris, yang kemudian memilih seorang Direktur Pelaksana.
Sedangkan pada organisasi nirlaba, hal ini tidak mudah dilakukan.
Anggota Dewan Komisaris bukanlah pemilik organisasi.Organisasi
nirlaba, non-profit, membutuhkan pengelolaan yang berbeda dengan
organisasi profit dan pemerintahan. Pengelolaan organisasi nirlaba
dan kriteria-kriteria pencapaian kinerja organisasi tidak berdasar
pada pertimbangan ekonomi semata, tetapi sejauh mana masyarakat
yang dilayaninya diberdayakan sesuai dengan konteks hidup dan
potensi-potensi kemanusiaannya. Sifat sosial dan kemanusiaan sejati
merupakan ciri khas pelayanan organisasi-organisasi nirlaba.
Manusia menjadi pusat sekaligus agen perubahan dan pembaruan
masyarakat untuk mengurangi kemiskinan, menciptakan kesejahteraan,
kesetaraan gender, keadilan, dan kedamaian, bebas dari konfilk dan
kekerasan. Kesalahan dan kurang pengetahuan dalam mengelola
organisasi nirlaba, justru akan menjebak masyarakat hidup dalam
kemiskinan, ketidakberdayaan, ketidaksetaraan gender, konflik dan
kekerasan sosial. Pengelolaan organisasi nirlaba, membutuhkan
kepedulian dan integritas pribadi dan organisasi sebagai agen
perubahan masyarakat, serta pemahaman yang komprehensif dengan
memadukan pengalaman-pengalaman konkrit dan teori manajemen yang
handal, unggul dan mumpuni, sebagai hasil dari proses pembelajaran
bersama masyarakat.
2.2 Badan Layanan Umum (BLU)2.2.1 Pengertian Badan Layanan
UmumBadan layanan umum (BLU) adalah Instansi di lingkungan
pemerintah yang di bentuk untuk memberikan pelayanan kepada
masyarakat berupa penyediaan barang atau jasa yang di jual tanpa
mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya di
dasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.
Kriteria BLU1) Bukan kekayaan negara/ daerah yang dipisahkan,
sebagai satuan kerja instansi pemerintah2) Dikelola secara otonom
dengan prinsip efisiensi dan produktivitas ala korporasi3) Berperan
sebagai agen dari menteri/ pimpinan lembaga induknya:a. Kedua belah
pihak menandatangani kontrak kinerjab. Menteri/ pimpinan lembaga
bertanggungjawab atas kebijakan layanan yang hendak dihasilkan,c.
BLU bertanggungjawab untuk menyajikan layanan yang diminta
2.2.2 Tujuan dan asasBLU bertujuan untuk meningkatkan pelayanan
kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan bangsa dengan memberikan fleksibilitas dalam
pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip ekonomi dan produktivitas,
dan penerapan praktek bisnis yang sehat.Adapun asas-asas dalam BLU
adalah:1) BLU beroperasi sebagai unit kerja kementerian negara/
lembaga/ pemerintah daerah untuk tujuan pemberian layanan umum yang
pengelolaannya berdasarkan kewenangan yang didelegasikan oleh
instansi induk yang bersangkutan.2) BLU merupakan bagian perangkat
pencapaian tujuan kementerian negara/ lembaga/ pemerintah daerah
dan karenanya status hukum BLU tidak terpisah dari kementerian
negara/ lembaga/ pemerintah daerah sebagai instansi induk.3)
Menteri/ pimpinan lembara/ gubernur/ bupati/ walikota bertanggung
jawab atas pelaksanaan kebijakan penyelenggaraan pelayanan umum
yang didelegasikannya kepada BLU dari segi manfaat layanan yang
dihasilkan.4) Pejabat yang ditunjuk mengelola BLU bertanggung jawab
atas pelaksanaan kegiatan pemberian layanan umum yang didelegasikan
kepadanya oleh menteri/ pimpinan lembaga/ gubernur/ bupati/
walikota.5) BLU menyelenggarakan kegiatannya tanpa mengutamakan
pencarian keuntungan.6) Rencana kerja dan anggaran serta laporan
keuangan dan kinerja BLU disusun dan disajikan sebagai bagian yang
tidak terpisahkan dari rencana kerja dan anggaran serta laporan
keuangan dan kinerja kementerian negara/ lembaga/ SKPD/ pemerintah
daerah.7) BLU mengelola penyelenggaraan layanan umum sejalan dengan
praktek bisnis yang sehat.
2.2.3 Persyaratan, penetapan dan pencabutan BLUPersyaratanSuatu
satuan kerja instansi pemerintah dapat diizinkan mengelola keuangan
dengan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK-BLU)
apabila memenuhi persyaratan substantif, teknis, dan administratif.
Persyaratan substantif terpenuhi apabila instansi pemerintah yang
bersangkutan menyelenggarakan layanan umum yang berhubungan
dengan:a. Penyediaan barang dan/atau jasa layanan umum.b.
Pengelolaan wilayah/kawasan tertentu untuk tujuan meningkatkan
perekonomian masyarakat atau layanan umum; dan/atau.c. Pengelolaan
dana khusus dalam rangka meningkatkan ekonomi dan/atau pelayanan
kepada masyarakat.
Persyaratan teknis terpenuhi apabila:a. Kinerja pelayanan di
bidang tugas pokok dan fungsinya layak dikelola dan ditingkatkan
pencapaiannya melalui BLU sebagaimana direkomendasikan oleh
menteri/ pimpinan lembaga/ kepala SKPD sesuai dengan kewenangannya;
dan.b. Kinerja keuangan satuan kerja instansi yang bersangkutan
adalah sehat sebagaimana ditunjukkan dalam dokumen usulan penetapan
BLU.
Persyaratan administratif terpenuhi apabila instansi pemerintah
yang bersangkutan dapat menyajikan seluruh dokumen berikut:
Pernyataan kesanggupan untuk meningkatkan kinerja pelayanan,
keuangan, dan manfaat bagi masyarakat Pola tata kelola Rencana
strategis bisnis Laporan keuangan pokok Standar pelayanan minimum,
dan Laporan audit terakhir atau pernyataan bersedia untuk diaudit
secara independen.Dokumen tersebut disampaikan kepada menteri/
pimpinan lembaga/ kepala SKPD untuk mendapatkan persetujuan sebelum
disampaikan kepada Menteri Keuangan/ gubernur/ bupati / walikota,
sesuai dengan kewenangannya. Ketentuan lebih lanjut mengenai
persyaratan administratif diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan/
gubernur/ bupati/ walikota sesuai dengan kewenangannya.
PenetapanProses penetapan PPK-BLU adalah sebagai berikut:
Menteri/pimpinan lembaga/kepala SKPD mengusulkan instansi
pemerintah yang memenuhi persyaratan substantif, teknis, dan
administratif untuk menerapkan PPK-BLU kepada Menteri Keuangan/
gubernur/ bupati/ walikota, sesuai dengan kewenangannya. Menteri
Keuangan/ gubernur/ bupati/ walikota menetapkan instansi pemerintah
yang telah memenuhi persyaratan untuk menerapkan PPK-BLU. Penetapan
tersebut dapat berupa pemberian status BLU secara penuh atau status
BLU bertahap. Status BLU secara penuh diberikan apabila seluruh
persyaratan telah dipenuhi dengan memuaskan. Status BLU-Bertahap
diberikan apabila persyaratan substantif dan teknis telah
terpenuhi, namun persyaratan administratif belum terpenuhi secara
memuaskan. Status BLU-Bertahap berlaku paling lama 3 (tiga) tahun.
Menteri Keuangan/ gubernur/ bupati/ walikota, sesuai dengan
kewenangannya, memberi keputusan penetapan atau surat penolakan
terhadap usulan penetapan BLU paling lambat 3 bulan sejak diterima
dari menteri/ pimpinan lembaga/ kepala SKPD.
PencabutanAdapun penerapan PPK-BLU berakhir atau dicabut yaitu
apabila: Dicabut oleh Menteri Keuangan/ gubernur/ bupati/ walikota
sesuai dengan kewenangannya. Dicabut oleh Menteri Keuangan/
gubernur/ bupati/ walikota berdasarkan usul dari menteri/ pimpinan
lembaga/ kepala SKPD, sesuai dengan kewenangannya atau
Pencabutan status dilakukan berdasarkan penetapan ketentuan
peraturan perundang-undangan, yaitu: Menteri Keuangan/ gubernur/
bupati/ walikota, sesuai dengan kewenangannya, membuat penetapan
pencabutan penerapan PPK-BLU atau penolakannya paling lambat 3
(tiga) bulan sejak tanggal usul diterima. Dalam hal jangka waktu 3
(tiga) bulan terlampaui, usul pencabutan dianggap ditolak. Instansi
pemerintah yang pernah dicabut dari status PPK-BLU dapat diusulkan
kembali untuk menerapkan PPK-BLU sesuai dengan ketentuan dalam
Pasal 4 PP No.23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum. Dalam rangka menilai usulan penetapan dan pencabutan,
Menteri Keuangan/ gubernur/ bupati/ walikota, sesuai dengan
kewenangannya, menunjuk suatu tim penilai.
2.2.4 Sistem akuntansi BLUSistem Akuntansi BLU terdiri dari:
Sistem Akuntansi Keuangan, adalah sistem akuntansi yang
menghasilkan laporan keuangan pokok dengan tujuan umum (general
purpose) yang menghasilkan laporan keuangan pokok untuk keperluan
akuntabilitas, manajemen, dan transparansi. Sistem Akuntansi Aset
Tetap, yang menghasilkan laporan aset tetap untuk keperluan
manajemen aset tetap. Sistem Akuntansi Biaya, yang menghasilkan
informasi biaya satuan (unit) per unit layanan, pertanggungjawaban
kinerja ataupun informasi lain untuk kepentingan manajerial.
Di dalam sistem akuntansi keuangan BLU harus dirancang agar
paling sedikit menyajikan : Informasi tentang posisi keuangan
secara akurat dan tepat waktu Informasi tentang kemampuan BLU untuk
memperoleh sumber daya ekonomi berikut beban yang terjadi selama
satu periode Informasi mengenai sumber dan penggunaan dana selama
satu periode Informasi tentang pelaksanaan anggaran secara akurat
dan tepat waktu Informasi tentang ketaatan pada peraturan
perundang-undangan
Karakteristik yang ada dalam sistem akuntansi keuangan BLU
antara lain: Basis akuntansi yang digunakan adalah basis akrual.
Sistem akuntansi dilaksanakan dengan sistem pembukuan berpasangan
(double entry). Sistem akuntansi BLU disusun dengan berpedoman pada
prinsip pengendalian intern sesuai praktek bisnis yang sehat
Sistem Akuntansi Aset Tetap BLU paling sedikit harus mampu
menghasilkan: Informasi tentang jenis, kuantitas, nilai, mutasi,
dan kondisi asset tetap milik BLU Informasi tentang jenis,
kuantitas, nilai, mutasi, dan kondisi asset tetap bukan milik BLU
namun berada dalam pengelolaan BLU Dalam pelaksanaan sistem
akuntansi asset tetap, BLU dapat menggunakan sistem akuntansi
barang milik Negara yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan
Sistem Akuntansi Biaya BLU paling sedikit mampu menghasilkan:
Informasi tentang harga pokok produksi Informasi tentang biaya
satuan (unit cost) per unit layanan Informasi tentang analisis
varian (perbedaan antara biaya standar dan biaya sesungguhnya)
Sistem Akuntansi Biaya menghasilkan informasi yang berguna
dalam: Perencanaan dan pengendalian operasional BLU Pengambilan
keputusan oleh pimpinan BLU Perhitungan tarif layanan BLU
Dalam rangka pertanggungjawaban atas pengelolaan keuangan dan
kegiatan pelayanannya, BLU menyusun dan menyajikan: Laporan
Keuangan, yang terdiri dari: Laporan Realisasi Anggaran dan/atau
Laporan Operasional; Neraca; Laporan Arus Kas Catatan atas Laporan
Keuangan Laporan Keuangan unit-unit usaha yang diselenggarakan oleh
BLU dikonsolidasikan dalam Laporan Keuangan Induk
Pengelolaan kas, utang, dan piutang BLUPengelolaan kasSesuai
dengan pasal 16 UU N0 23 Th 2005, pengelolaan kas BLU dilaksanakan
berdasarkan praktek bisnis yang sehat. Dalam rangka pengelolaan
kas, BLU menyelenggarakan hal-hal sebagai berikut: Merencanakan
penerimaan dan pengeluaran kas Melakukan pemungutan pendapatan atau
tagihan Menyimpan kas dan mengelola rekening bank Melakukan
pembayaran Mendapatkan sumber dana untuk menutup defisit jangka
pendek, dan Memanfaatkan surplus kas jangka pendek untuk memperoleh
pendapatan tambahan. Atau dengan kata lainmemanfaatkan kas yang
menganggur (idle cash) jangka pendek untuk memperoleh pendapatan
tambahan.Pengelolaan utangMengenai pengelolaan utang BLU,
disebutkan dalam 18 UU N0 23 Th 2005 tentang pengelolaan BLU,
disebutkan BLU dapat memiliki utang sehubungan dengan kegiatan
operasional dan/ atau perikatan peminjaman dengan pihak lain
sepanjang dikelola dan diselesaikan secara tertib, efisien,
ekonomis, transparan, dan bertanggung jawab, sesuai dengan praktek
bisnis yang sehatTerdapat 2 (dua) jenis utang BLU, yaitu: Utang
jangka pendek Utang jangka panjangPengelolaan piutangDalam pasal 17
UU N0 23 Th 2005, mengenai pengelolaan piutang BLU disebutkan bahwa
BLU dapat memberikan piutang sehubungan dengan penyerahan barang,
jasa, dan/ atau transaksi lainnya yang berhubungan langsung atau
tidak langsung dengan kegiatan BLU sepanjang dikelola dan
diselesaikan secara tertib, efisien, ekonomis, transparan, dan
bertanggung jawab serta dapat memberikan nilai tambah, sesuai
dengan praktek bisnis yang sehat dan berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan.Piutang BLU yang sulit ditagih dapat
dilimpahkan penagihannya kepada Menteri Keuangan/ gubernur/ bupati/
walikota sesuai dengan kewenangannya. Pada implementasi
selanjutnya, piutang BLU dapat dihapus secara mutlak atau bersyarat
oleh pejabat yang berwenang, yang nilainya ditetapkan secara
berjenjang.Adapun kewenangan penghapusan piutang secara berjenjjang
tersebut ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan/ gubernur/
bupati/ walikota, sesuai dengan kewenangannya, dengan memperhatikan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pengelolaan barang dan investasiPengelolaan barangBerdasarkan
Undang-undang nomor 23 tahun 2005 pasal 20, tentang pengelolaan
keuangan BLU, pengadaan barang/ jasa oleh BLU dilakukan berdasarkan
prinsip efisiensi dan ekonomis, sesuai dengan praktek bisnis yang
sehat dimana kewenangan atas pengadaan tersebut diselenggarakan
berdasarkan jenjang nilai yang diatur dalam Peraturan Menteri
Keuangan/ Gubernur/ Bupati/ Walikota.Dengan kata lain, pengadaan
barang/ jasa BLU yang sumber dananya berasal dari pendapatan
operasional, hibah tidak terikat, hasil kerjasama lainnya dapat
dilaksanakan berdasarkan ketentuan pengadaan barang/ jasa yang
ditetapkan pimpinan BLU, tanpa mengikuti ketentuan Keppres No. 80
tahun 2003 beserta seluruh perubahannya, dengan mengikuti
prinsip-prinsip transparansi, adil/ tidak diskriminatif,
akuntabilitas, dan praktis bisnis yang sehat. Sehingga dapat
dibebaskan sebagian atau seluruhnya dari ketentuan mengenai
pengadaan barang/jasa, dalam kaitannya dengan Kepres No. 80 tahun
2003, dengan alasan efektivitas dan efisiensi.Pengelolaan
investasiDalam hal investasi, BLU mengenal dua jenis investasi
dalam pengelolaan keuangannya, yaitu: Investasi jangka panjang
Investasi jangka pendek
Akuntansi dan pelaporanBerdasarkan Peraturan Menteri Keuangan
(PMK) Nomor 76/ PMK.05/ 2008 tentang Pedoman Akuntansi dan
Pelaporan Keuangan BLU, sistem akuntansi BLU adalah sebagai
berikut:1) Setiap transaksi keuangan BLU harus diakuntansikan dan
dokumen pendukungnya dikelola secara tertib2) Periode akuntansi BLU
meliputi masa 1 (satu) tahun, mulai dari tanggal 1 Januari sampai
dengan tanggal 31 Desember.
Sistem akuntansi BLU terdiri dari:1) Sistem akuntansi keuangan2)
Sistem akuntansi aset tetap3) Sistem akuntansi biaya
BAB IIIPENUTUP3.1 KesimpulanOrganisasi nirlaba atau organisasi
non profit adalah suatu organisasi yang bersasaran pokok untuk
mendukung suatu isu atau perihal di dalam menarik publik untuk
suatu tujuan yang tidak komersial, tanpa ada perhatian terhadap
hal-hal yang bersifat mencari laba (moneter).Ada 4 jenis laporan
keuangan yang perlu disusun oleh organisasi nirlaba menurut PSAK
Nomor 45 yaitu:1. Laporan posisi keuangan (neraca)2. Laporan
aktivitas3. Laporan arus kas4. Catatan atas laporan keuanganAda 3
hal yang membedakan antara organisasi nirlaba dengan organisasi
laba yaitu:1. Kepemilikan2. PengelolaanBadan layanan umum (BLU)
adalah Instansi di lingkungan pemerintah yang di bentuk untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang
atau jasa yang di jual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan
dalam melakukan kegiatannya di dasarkan pada prinsip efisiensi dan
produktivitas.
3.2 Saran
DAFTAR
PUSTAKAhttp://mitoyono.blogspot.com/2011/01/akuntansi-organisasi-nirlaba.htmlhttp://tugasdanbelajar.blogspot.com/2013/02/pengertian-organisasi-nirlaba-non.html#.UzuOjycQzXQhttp://titoindraprasetyo09.blogspot.com/2013/01/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.htmlhttp://akuntansi-organisasi-nirlaba.blogspot.com/Dcmaria
wordpress.com/2012/09/18/badan-layanan-umum-blu.
Htmlwww.fourseasonnew.com/2012/10/sistem-akuntansi-blu.htmlhttp://drummerfan.wordpress.com/2010/01/16/blu-badan-layanan-umum/
23Akuntansi Organisasi Nirlaba & Akuntansi Badan Layanan
UmumSTIE Panca Bhakti Palu 2013/2014