Top Banner
Pendahuluan Masalah telinga, hidung, dan tenggorokan atau yang biasa disingkat THT merupakan masalah yang sering terjadi pada anak- anak. Saluran napas atas merupakan tempat infeksi tersering pada anak. Infeksi saluran pernapasan atas ini terkadang juga dapat menimbulkan keluhan lain seperti infeksi pada telinga. Telinga sendiri terbagi menjadi 3 bagian, yaitu telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam. Telinga tengah adalah daerah yang dibatasi oleh gendang telinga sekaligus menghubungkan suara dengan alat pendengaran di telinga dalam. Selain itu telinga tengah ini terdapat saluran eustachius yang menghubungkan telinga tengah dengan rongga hidung belakang dan tenggorokan bagian atas sehingga apabila terjadi infeksi di bagian rongga hidung atau tenggorokan bagian atas akan sangat mudah terjadi infeksi pada bagian telinga tengah ini. Saluran Eustachius yang terdapat pada telinga tengah ini sebenarnya memiliki fungsi antara lain ialah menjaga keseimbangan tekanan udara di dalam telinga dan menyesuaikannya dengan tekanan udara di luar telinga dan mengalirkan sedikit lendir yang dihasilkan sel – sel yang melapisi telinga tengah ke bagian belakang hidung. Jika terjadi oklusi pada saluran ini akan menyebabkan terjadinya infeksi dan peradangan pada telinga tengah.
32

Makalah Oma (Skenario 6)

Dec 11, 2014

Download

Documents

Winda Anastesya
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Makalah Oma (Skenario 6)

Pendahuluan

Masalah telinga, hidung, dan tenggorokan atau yang biasa disingkat THT merupakan

masalah yang sering terjadi pada anak-anak. Saluran napas atas merupakan tempat infeksi

tersering pada anak. Infeksi saluran pernapasan atas ini terkadang juga dapat menimbulkan

keluhan lain seperti infeksi pada telinga.

Telinga sendiri terbagi menjadi 3 bagian, yaitu telinga luar, telinga tengah dan telinga

dalam. Telinga tengah adalah daerah yang dibatasi oleh gendang telinga sekaligus

menghubungkan suara dengan alat pendengaran di telinga dalam. Selain itu telinga tengah ini

terdapat saluran eustachius yang menghubungkan telinga tengah dengan rongga hidung belakang

dan tenggorokan bagian atas sehingga apabila terjadi infeksi di bagian rongga hidung atau

tenggorokan bagian atas akan sangat mudah terjadi infeksi pada bagian telinga tengah ini.

Saluran Eustachius yang terdapat pada telinga tengah ini sebenarnya memiliki fungsi

antara lain ialah menjaga keseimbangan tekanan udara di dalam telinga dan menyesuaikannya

dengan tekanan udara di luar telinga dan mengalirkan sedikit lendir yang dihasilkan sel – sel

yang melapisi telinga tengah ke bagian belakang hidung. Jika terjadi oklusi pada saluran ini akan

menyebabkan terjadinya infeksi dan peradangan pada telinga tengah.

Anamnesis

Anamnesis yang dilakukan adalah allo anamnesis. Dokter akan menanyakan beberapa

pertanyaan kepada ibu bapa, penjaga atau saudara terdekat dengan pasien yang mengalami

keluhan untuk mengetahui dengan lebih jelas penyakit penderita tersebut.

Untuk dapat menegakkan diagnosis suatu penyakit atau kelainan di telinga, hidung dan tenggorokan diperlukan kemampuan dan keterampilan melakukan anamnesis dan pemeriksaan organ-organ tersebut. Kemampuan ini merupakan bagian dari pemeriksaan fisik yang merupakan syarat bila terdapat gejala atau keluhan yang berhubungan dengan kepala atau leher. Anamnesis yang terarah diperlukan untuk menggali lebih dalam dan lebih luas keluhan utama pasien.

Page 2: Makalah Oma (Skenario 6)

1. Keluhan utama dapat berupa:Sakit pada telinga secara tiba-tiba. Bila ada gangguan pendengaran maka perlu ditanyakan :

Apakah keluhan tersebut pada satu atau dua telinga? Apakah timbul tiba-tiba atau bertambah berat secara bertahap? Sudah berapa lama

diderita? Adakah riwayat trauma telinga (tertampar, terpapar bising, trauma akustik)? Riwayat penggunaan obat-obatan ototoksik sebelumnya? Apakah pernah menderita penyakit infeksi virus? Apakah gangguan pendengaran ini dialami sejak masih bayi dan juga terdapat gangguan

dalam berbicara? Apakah gangguan ini lebih terasa di tempat yang bising atau tenang? (Ditanyakan pada

orang dewasa) Tinnitus (Suara berdengung/berdenging) Otalgia (Rasa nyeri dalam telinga) Otore (Keluar cairan dari telinga) Apakah secret keluar dari satu atau kedua telinga? Sudah berapa lama terjadi? Apakah disertai rasa nyeri atau tidak?

2. Riwayat Penyakit sekarang3. Riwayat Penyakit terdahulu4. Riwayat penggunaan obat5. Riwayat penyakit keluarga

Pemeriksaan

Pemeriksaan Fisik

Alat yang diperlukan untuk melakukan pemeriksaan telinga adalah lampu kepala, corong telinga, otoskop, pelilit kapas, pengait serumen, pinset telinga dan garputala. Mula-mula dillihat keadaan dan bentuk daun telinga, daerah belakang daun telinga (retro aurikuler) apakah terdapat tanda-tanda radang, sikatrik ataupun bekas operasi. Dengan menarik daun telinga ke atas dan ke belakang liang telinga akan menajdi lebih lurus dan mempermudah untuk melihat keadaan liang telinga tengah dan membrane timpani. Pakailah otoskop untuk dapat melihat membrane timpanu dengan lebih jelas.

Bila terdapat serumen dalam liang telinga yang menyembut maka serumen ini harus

Page 3: Makalah Oma (Skenario 6)

dikeluarkan. Jika konsistensinya cair maka dapat dikelurkan dengan kapas yang dililitkan, bila konsistensinya lunak atau liat dapat dikeluarkan dengan pengait dan bila berbentuk lempengan dapat dipegang dan dikeluarkan dengan pinset. Jika serumen ini sangat keras dan menyumbat seluruh telinga maka lebih baik dilunakkan dulu dengan minyak atau karbogliserin. Bila sudah lunak atau cair maka dapat dilakukan irigasi dengan air agar telinga menjadi bersih.1

Daun telinga

- Diperhatikan bentuk serta tanda-tanda peradangan atau pembengkakan.

- Daun telinga ditarik, untuk menentukan nyeri tarik dan menekan tragus untuk

menentukan nyeri tekan.

Daerah Mastoid- Adakah abses atau fistel di belakang telinga.

- Mastoid diperkusi untuk menentukan nyeri ketok.

Liang telinga

- Lapang atau sempit, dindingnya adakah edema, hiperemis atau ada furunkel. Perhatikan

adanya polip atau jaringan granulasi, tentukan dari mana asalnya. Apakah ada serumen atau sekret.

Membran tempani

- Nilai warna, reflek cahaya, perforasi dan tipenya dan gerakannya.

- Warna membran timpani yang normal putih seperti mutiara.

- Refleks cahaya normal berbentuk kerucut, warna seperti air raksa

- Bayangan kaki maleus jelas kelihatan bila terdapat retraksi membrane timpani ke arah

dalam.

Perforasi umumnya berbentuk bulat. Bila disebabkan oleh trauma biasanya berbentuk robekan dan di sekitarnya terdapat bercak darah. Lokasi perforasi dapat di atik (di daerah pars = flaksida), di sentral (di pars tensa dan di sekitar perforasi masih terdapat membran) dan di marginal (perforasi terdapat di pars tensa dengan salah satu sisinya langsung berhubungan dengan sulkus timpanikus) Gerakan membran timpani normal dapat dilihat dengan memakai balon otoskop. Pada sumbatan tuba Eustachius tidak terdapat gerakan membran timpani ini.1

Page 4: Makalah Oma (Skenario 6)

Pemeriksaan Hidung, Nasofaring Dan Sinus Paranasal

Hidung luar

Bentuk hidung luar diperhatikan apakah ada deformitas atau depresi tulang hidung. Apakah ada pembengkakan di daerah hidung dan sinus paranasal. Dengan jari dapat dipalpasi adanya krepitasi tulang hidung atau rasa nyeri tekan pada peradangan hidung dan sinus paranasal.

Rinoskopi anterior|

Pasien duduk menghadap pemeriksa. Spekulum hidung dipegang dengan tangan kiri (right handed), arah horizontal, dengan jari telunjuk ditempelkan pada dorsum nasi. Tangan kanan untuk mengatur posisi kepala. Spekulum dimasukkan ke dalam rongga hidung dalam posisi tertutup, dan dikeluarkan dalam posisi terbuka. Saat pemeriksaan diperhatikan keadaan: Rongga hidung, luasnya lapang/sempit( dikatakan lapang kalau dapat dilihat pergerakan palatum mole bila pasien disuruh menelan) , adanya sekret, lokasi serta asal sekret tersebut. Konka inferior, konka media dan konka superior warnanya merah muda (normal), pucat atau hiperemis. Besarnya, eutrofi, atrofi, edema atau hipertrofi. Septum nasi cukup lurus, deviasi, krista dan spina. Jika terdapat sekret kental yang keluar daridaerah antara konka media dan konka inferior kemungkinan sinusitis maksila, sinusitis frontal dan sinusitis etmoid anterior, sedangkan sekret yang terdapat di meatus superior berarti sekret berasal dari sinus etmoid posterior atau sinus sphenoid. Massa dalam rongga hidung, seperti polip atau tumor perlu diperhatikan keberadaannya. Asal perdarahan di rongga hidung, krusta yang bau dan lain-lain perlu diperhatikan.

Rinoskopi posterior

Untuk pemeriksaan ini dipakai kaca tenggorok no.2-4. Kaca ini dipanaskan dulu dengan lampu spritus atau dengan merendamkannya di air panas supaya kaca tidak menjadi kabur oleh nafas pasien. Sebelum dipakai harus diuji dulu pada punggung tangan pemeriksa apakah tidak terlalu panas. Lidah pasien ditekan dengan spatula lidah, pasien bernafas melalui mulut kemudian kaca tenggorok dimasukkan ke belakang uvula dengan arah kaca ke atas. Setelah itu pasien diminta bernafas melalui hidung. Perlu diperhatikan kaca tidak boleh menyentuh dinding posterior faring supaya pasien tidak terangsang untuk muntah. Sinar lampu kepala diarahkan ke kaca tenggorok dan diperhatikan :

- Septum nasi bagian belakang.

- Nares posterior (koana).

Page 5: Makalah Oma (Skenario 6)

- Sekret di dinding belakang faring (post nasal drip)

- Dengan memutar kaca tenggorok lebih ke lateral maka tampak konka superior, konka media

dan konka inferior.- Pada pemeriksaan rinoskopi posterior dapat dilihat nasopharing, perhatikan muara tuba, torus

tubarius dan fossa rossen muller.

Pemeriksan Mulut dan Faring (Orofaring)

Dua per tiga bagian depan lidah ditekan dengan spatula lidah kemudian diperhatikan:

1. Dinding belakang faring: warnanya, licin atau bergranula, sekret ada atau tidak dan gerakan arkus faring.

2. Tonsil: besar, warna, muara kripti, apakah ada detritus, adakah perlengketan dengan pilar, ditentukan dengan lidi kapas.

Ukuran tonsil

- To Tonsil sudah diangkat.

- T1 Tonsil masih di dalam fossa tonsilaris.

- T2 Tonsil sudah melewati pilar posterior belum melewati garis para Median.

- T3 Tonsil melewati garis paramedian belum lewat garis median (pertengahan uvula).

- T4 Tonsil melewati garis median, biasanya pada tumor.

3. Mulut :bibir, bukal, palatum, gusi dan gigi geligi.4. Lidah: gerakannya dan apakah ada massa tumor, atau adakah berselaput.5. Palpasi rongga mulut diperlukan bila ada massa tumor, kista dan lain-lain.6. Palpasi kelenjar liur mayor (parotis dan mandibula).

Pemeriksaan Hipofaring dan Laring

Pasien duduk lurus agak condong ke depan dengan leher agak fleksi. Lidah pasien dijulurkan kemudian dipegang dengan tangan kiri memakai kasa( dengan jari tengah dibawah dan jempol diatas lidah di pegang, telunjuk di bawah hidung, jari manis dan kelingking di bawah dagu). Pasien diminta bernafas melalui mulut denggan tenang. Kaca tenggorok no 9 yang telah dihangatkan dipegang dengan tangan kanan seperti memegang pensil, diarahkan ke bawah, dimasukkan ke dalam mulut dan diletakkan di muka uvula.1

Page 6: Makalah Oma (Skenario 6)

Diperhatikan:

- Epiglotis yang berbentuk omega

- Aritenoid berupa tonjolan 2 buah

- Plika ariepiglotika yaitu lipatan yang menghubungkan aritenoid dengan Epiglottis

- Rima glotis

- Pita suara palsu (plika ventrikularis) : warna, edema atau tidak, tumor.

- Pita suara (plika vokalis): warna, gerakan adduksi pada waktu fonasi dan abduksi pada

waktu inspirasi, tumor dan lain-lain- Valekula : adakah benda asing

- Sinus piriformis : apakah banyak sekret

Pemeriksaan Leher dan Kelenjar Limfe Leher

Pemeriksaan kel tiroid, kista tiroid

Pemeriksa berdiri di belakang pasien dan meraba dengan kedua belah tangan seluruh daerah leher dari atas ke bawah.

Bila terdapat pembesaran kelenjar limfe, tentukan ukuran, bentuk, konsistensi, perlekatan dengan jaringan sekitarnya.

Pemeriksaan Penunjang

Radiografi dan MRI tidak begitu penting untuk kasus ini kecuali gambaran klinis

menunjukkan kemungkinan adanya kerusakan tulang dan atau adanya kholesteatom. Perforasi

yang asimtomatik, terutama jika pendengaran masih mendekati normal, biasanya tidak

dibutuhkan pemeriksaan ini.

Ada beberapa tes lain yang dapat dilakukan untuk menunjang diagnosa antara lain :

Dengan otoskopi

Perforasi yang kecil mebutuhkan otomikroskopi untuk identifikasi

Beberapa program skrining pendengaran seperti test impedance telinga tengah

Skrining timpanometri mengungkapkan kelainan yang konsisten dengan perforasi. Masih

dibutuhkan pemeriksaan lain untuk konfirmasi

Page 7: Makalah Oma (Skenario 6)

Selalu menunjukkan audiometric ketika diagnosis awal perforasi membran timpani dan

juga sebelum dilakukan perbaikan apapun baik di praktek ataupun di ruang operasi.

Audiography preoperasi dan postoperasi selalu dilakukan. Hilangnya konduktif mayor

tidak hanya menjadi perhatian bagi ahli bedah untuk melihat kemungkinan adanya lesi

osikular, tetapi dokumentasi sebelum adanya tuli sensorineural melindungi ahli bedah

dari bukti di kemudian hari bahwa operasi menyebabkan hilangnya pendengaran.

Audiometri mengungkapkan pendengaran normal. Adanya tuli konduktif yang ringan

merupakan perforasi yang konsisten, dan komponen konduktif setidaknya 30dB

mengindikasikan adanya diskontinitas osikular atau kondisi patologik.

Pada kasus yang jarang, otomikroskopi dan studi impedance masih meninggalkan

pertanyaan untuk diagnosa perforasi membran timpani. Untuk membuktikan adanya perforasi

(dalam wujud suatu arus gelembung), isi saluran telinga dengan air suling yang cukup atau

dengan air steril untuk menutupi membran timpani dan pasien melakukan maneuver Valasava.

Hasil negative test ini merupakan sugesti dan tidak pasti. Hasil positif pada test ini disebabkan

hanya oleh perforasi membran timpani.1

Pada perforasi membran timpani yang kronik, pemeriksaan histologi terlihat adanya

epitel skuamosa pada mukosa telinga tengah dan membentuk sudut perforasi. Setiap

penyembuhan sudut perforasi menunjukkan adanya factor kontribusi terjadinya perforasi yang

persisten.1

Diagnosis Kerja

Daripada anamnesis dan pemeriksaan dapat ditegakkan bahawa pasien menderita otitis

media akut (OMA). Penegakan diagnosis terhadap OMA tidak sulit, cukup dengan melihat gejala

klinis dan keadaan membran timpani biasanya diagnosis sudah dapat ditegakkan. Penilaian

membran timpani dapat dilihat melalui pemeriksaan lampu kepala dan otoskopi. Perforasi yang

terdapat pada membran timpani bermacam-macam, antara lain perforasi sentral, marginal, atik,

subtotal, dan total.2,3

Selain itu, diagnosis OMA dapat ditegakkan oleh hal – hal berikut:

Page 8: Makalah Oma (Skenario 6)

1. Penyakitnya muncul mendadak (akut)

2. Ditemukannya tanda efusi (pengumpulan cairan) di telinga tengah. Efusi dapat dibuktikan

dengan adanya salah satu diantara tanda – tanda berikut :

Menggembungnya gendang telinga

Terbatas/ tidak adanya gerakan gendang telinga

Adanya bayangan cairan di belakang gendang telinga

Cairan yang keluar dari telinga

3. Adanya tanda/ gejala peradangan telinga tengah, yang dibuktikan dengan adanya salah satu

diantara tanda berikut :

Kemerahan pada gendang telinga

Nyeri telinga yang menggangu tidur dan aktivitas

Pada anak, keluhan utama adalah rasa nyeri di dalam telinga dan suhu tubuh tinggi serta

ada riwayat batuk pilek sebelumnya. Anak juga gelisah, sulit tidur, diare, kejang-kejang, dan

kadang-kadang anak memegang telinga yang sakit. Bila terjadi ruptur membran timpani, maka

sekret mengalir ke liang telinga, suhu tubuh turun, dan anak tertidur tenang. Pada anak yang

lebih besar atau dewasa, selain rasa nyeri terdapat pula gangguan pendengaran dan rasa penuh

dalam telinga.

Sedangkan pada bayi dan anak yang lebih kecil gejala khas OMA ialah suhu tubuh tinggi

dapat mencapai 39,5 C (pada stadium supurasi), anak gelisah dan susah tidur terkadang anak

tiba-tiba menjerit saat tidur.

Page 9: Makalah Oma (Skenario 6)

Diagnosis Banding

Otitis Media Serosa

Otitis media serosa adalah keadaan terdapatnya secret yang non-purulen di telinga tengah sedangka membrane timpani utuh. Apabila efusi tersebut kental maka disebut dengan otitis media serosa kronik atau otitis media koloid (glue ear). Pada otitis media koloid, cairan yang terdapat pada liang telinga tengah timbul akibat sekresi aktif dari kelenjar dan kista yang terdapat dalam mukosa telinga tengah, tuba Eustachius dan sel mastoid. Pada otitis media serosa kronik secret terbentuk perlahan secara bertahap tanpa nyeri dengan gejala-gejala pada telinga yang berlangsung lama.

Otitis media serosa kronik lebih sering terjadi pada anak-anak. Sekret pada otitis media serosa kronik dapat kental seperti lem maka disebut dengan glue ear. Otitis media serosa kronik juga bias terjadi akibat gejala sisa dari OMA yang tidak sembuh sempurna. Penyebab lain diperkirakan berhubungan dengan infeksi virus, alergi ataupu gangguan mekanis pada tuba. Perassan tuli pada otitis media serosa kronik lebih menonjol (40-50dB) oleh karena adanya secret kental. Pada otoskop terlihat membrane timpani utuh, retraksi, suram, kuning kemerahan atau keabu-abuan.

Pengobatan yang harus dilakukan adalah mengeluarkan secret dengan miringotomi dan memasang pipa ventilasi (Grommet). Pada kasus yang masih baru pemberian denkongestan tetes hidung serta kombinasi anti histamine-dekongestan per oral kadang-kadang bias berhasil. Sebagian ahli menganjurkan pemberian obar selama 3 bulan, bila tidak berhasil baru dilakukan operasi.2,3

Otitis Media Supuratif

infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus-menerus atau hilang timbul, sekret dapat encer atau kental, bening atau berupa nanah. Otitis media supuratisf kronis selian merusak jaringan lunak pada telinga tengah dapat juga merusak tulang dikarenakan terbentuknya jaringan patologik sehingga sedikit sekali / tidak pernah terjadi resolusi spontan.

Otitis media supuratif kronis terbagi antara benigna dan maligna, maligna karena terbentuknya kolesteatom yaitu epitel skuamosa yang bersifat osteolitik.

Penyakit OMSK ini biasanya terjadi perlahan-lahan dan penderita datang dengan gejala-gejala penyakit yang sudah lengkap dan morbiditas penyakit telinga tengah kronis ini dapat berganda, gangguan pertama berhubungan dengan infeksi telinga tengah yang terus menerus ( hilang timbul ) dan gangguan kedua adalah kehilangan fungsi pendengaran yang disebabkan

Page 10: Makalah Oma (Skenario 6)

kerusakan mekanisme hantaran suara dan kerusakan konka karena toksisitas atau perluasan infeksi langsung.

Tipe Benigna

Gejalanya berupa discharge mukoid yang tidak terlalu berbau busuk , ketika pertama kali ditemukan bau busuk mungkin ada tetapi dengan pembersihan dan penggunaan antibiotiklokal biasanya cepat menghilang, discharge mukoid dapat konstan atau intermitten.

Gangguan pendengaran konduktif selalu didapat pada pasien dengan derajat ketulian tergantung beratnya kerusakan tulang2 pendengaran dan koklea selama infeksi nekrotik akut pada awal penyakit.

Perforasi membran timpani sentral sering berbentuk seperti ginjal tapi selalu meninggalkan sisa pada bagian tepinya . Proses peradangan pada daerah timpani terbatas pada mukosa sehingga membrane mukosa menjadi berbentuk garis dan tergantung derajat infeksi membrane mukosa dapt tipis dan pucat atau merah dan tebal, kadang suatu polip didapat tapi mukoperiosteum yang tebal dan mengarah pada meatus menghalangi pandangan membrane timpani dan telinga tengah sampai polip tersebut diangkat . Discharge terlihat berasal dari rongga timpani dan orifisium tuba eustachius yang mukoid da setelah satu atau dua kali pengobatan local abu busuk berkurang. Cairan mukus yang tidak terlalu bau datang dari perforasi besar tipe sentral dengan membrane mukosa yang berbentuk garis pada rongga timpani merupakan diagnosa khas pada omsk tipe benigna.2,3

Tipe Maligna Dengan Kolesteatom

Sekret pada infeksi dengan kolesteatom beraroma khas, sekret yang sangat bau dan berwarna kuning abu-abu, kotor purulen dapat juga terlihat keeping-keping kecil, berwarna putih mengkilat.

Gangguan pendengaran tipe konduktif timbul akibat terbentuknya kolesteatom bersamaan juga karena hilangnya alat penghantar udara pada otitis media nekrotikans akut. Selain tipe konduktif dapat pula tipe campuran karena kerusakan pada koklea yaitu karena erosi pada tulang-tulang kanal semisirkularis akibat osteolitik kolesteatom.

Page 11: Makalah Oma (Skenario 6)

Etiologi

Otitis media akut (OMA) terjadi karena faktor pertahan tubuh ini terganggu. Sumbatan

tuba Eustachius merupakan faktor penyebab utama dari otitis media. Karena fungsi tuba yang

terganggu, pencegahan invasi kuman ke dalam telinga tengah juga terganggu, sehingga kuman

masuk ke dalam telinga tengah dan menyebabkan peradangan.2.3

1. Bakteri

Bakteri piogenik merupakan penyebab OMA yang tersering. Menurut penelitian, 65-75%

kasus OMA dapat ditentukan jenis bakteri piogeniknya melalui isolasi bakteri terhadap kultur

cairan atau efusi telinga tengah. Kasus lain tergolong sebagai non-patogenik karena tidak

ditemukan mikroorganisme penyebabnya. Tiga jenis bakteri penyebab otitis media tersering

adalah Streptococcus pneumoniae (40%), diikuti oleh Haemophilus influenzae (25-30%) dan

Moraxella catarhalis (10-15%). Kira-kira 5% kasus dijumpai patogen-patogen yang lain seperti

Streptococcus pyogenes (group A beta-hemolytic), Staphylococcus aureus, dan organisme gram

negatif. Staphylococcus aureus dan organisme gram negatif banyak ditemukan pada anak dan

neonatus yang menjalani rawat inap di rumah sakit. Haemophilus influenzae sering dijumpai

pada anak balita. Jenis mikroorganisme yang dijumpai pada orang dewasa juga sama dengan

yang dijumpai pada anak-anakSelain itu dikatakan juga pencetus terjadinya OMA adalah infeksi

saluran napas atas. Pada anak, makan sering anak terserang infeksi saluran napas, makin besar

kemungkinan terjadinya OMA, sedangkan pada bayi OMA lebih mudah terjadi karena tuba

Eustachius nya masih pendek, lebar dan letaknya horizontal sehingga apabila terjadi infeksi

saluran napas atas akan sangat memudahkan invasi kuman yang akan menyebabkan terjadi otitis

media.

2. Virus

Virus juga merupakan penyebab OMA. Virus dapat dijumpai tersendiri atau bersamaan

dengan bakteri patogenik yang lain. Virus yang paling sering dijumpai pada anak-anak, yaitu

respiratory syncytial virus (RSV), influenza virus, atau adenovirus (sebanyak 30-40%). Kira-kira

10-15% dijumpai parainfluenza virus, rhinovirus atau enterovirus. Virus akan membawa dampak

buruk terhadap fungsi tuba Eustachius, menganggu fungsi imun lokal, meningkatkan adhesi

Page 12: Makalah Oma (Skenario 6)

bakteri, menurunkan efisiensi obat antimikroba dengan menganggu mekanisme

farmakokinetiknya (Kerschner, 2007). Dengan menggunakan teknik polymerase chain reaction

(PCR) dan virus specific enzyme-linked immunoabsorbent assay (ELISA), virus-virus dapat

diisolasi dari cairan telinga tengah pada anak yang menderita OMA pada 75% kasus

Seperti yang telah disebutkan diatas mengenai saluran tuba Eustachius pada anak dan

bayi, ada beberapa faktor lain yang menyebabkan mengapa pada anak dan bayi lebih sering

mengalami OMA, yaitu :

1. Sistem kekebalan tubuh anak yang masih dalam tahap perkembangan

2. adenoid (adenoid: salah satu organ di tenggorokan bagian atas yang berperan dalam

kekebalan tubuh) pada anak relatif lebih besar dibanding orang dewasa. Posisi adenoid

berdekatan dengan muara saluran Eustachius sehingga adenoid yang besar dapat

mengganggu terbukanya saluran Eustachius. Selain itu adenoid sendiri dapat terinfeksi

di mana infeksi tersebut kemudian menyebar ke telinga tengah lewat saluran

Eustachius.

Epidemiologi

Prevalensi terjadinya otitis media di seluruh dunia untuk usia 1 tahun sekitar 62%,

sedangkan anak-anak berusia 3 tahun sekitar 83%. Di Amerika Serikat, diperkirakan 75% anak

mengalami minimal satu episode otitis media sebelum usia 3 tahun dan hampir setengah dari

mereka mengalaminya tiga kali atau lebih. Di Inggris setidaknya 25% anak mengalami minimal

satu episode sebelum usia sepuluh tahun.

Patofisiologi

Otitis media sering diawali dengan infeksi saluran napas seperti radang tenggorok atau

pilek yang kemudian menyebar ke telinga tengah melalui tuba Eustachius. Saat bakteri melewati

tuba Eustachius, bakteri ini dapat menyebabkan infeksi di saluran tersebut sehingga terjadi

pembengkakan di sekitar saluran yang menyebabkan tersumbatnya saluran dan kemudian

datangnya sel – sel darah ptuih untuk melawan bakteri tersebut. Sel – sel darah putih ini akan

Page 13: Makalah Oma (Skenario 6)

membunuh bakteri tersebut dengan cara mengorbankan diri sendiri yang pada akhirnya

terbentuklah nanah dalam telinga tengah ini.2

Selain itu pembengkakan jaringan sekitar tuba Eustachius ini menyebabkan lendir yang

dihasilkan sel-sel di telinga tengah terkumpul di belakang gendang telinga. Jika lendir dan nanah

bertambah banyak, fungsi pendengaran dapat terganggu karena gendang telinga dan tulang-

tulang kecil penghubung gendang telinga dengan organ pendengaran di telinga dalam tidak dapat

bergerak bebas. Rasa nyeri juga dapat timbul akibat pembengkakan dan penumpukan lendir pada

telinga tengah ini sampai keluhan yang terberat dapat berupa robeknya gendang telinga karena

besarnya tekanan yang tidak seimbang.

Telinga tengah biasanya steril. Gabungan aksi fisiologis silia, enzim penghasil mucus dan

anti bodi berfungsi sebagai mekanisme pertahanan bila telinga terpapar dengan mikroba

kontaminan pada saat menelan. Otitis media terjadi bila mekanisme fisiologis ini terganggu.

Sebagai pelengkap system pertahanan dipermukaan, suatu anyaman kapiler subepitelyang

penting menyediakan faktor-faktor humoral, leukosit polimorfonukleardan sel fagosit lainya.

Obstruksi atau eklusi tuba eustachius merupak suatu faktor penyebab dasar pada otitis

media karena terjadi hilangnya sawar utama terhadap bakteri dan biasanya pada bakteri yang

biasanya tidak patogenik dapatv berkolonisasi di telinga tengah, menyerang jaringan dan

menimbulkan infeksi. Pada tahap awal infeksi biasanya terjadi pelebaran pembuluh darah pada

membrane timpani yang biasa disebut dengan stadium hiperemis. 2

Karena proses peradangan yang hebat dan terjadi pecahnya sel epitel, menyebabkan

terbentuknya eksudat purulen pada kavum timpani dan menyebabkan membrane timpani

menonjol ke arah meatus auditiva eksterior. Biasanya pada stadium ini pasien merasakan nyeri

yang sangat hebat, suhu meningkat dan pada anak sering mengalami susah tidur dan rewel.

Karena pemberian antibiotika yang terlambat atau virulensi kuman yang sangat tinggi, dapat

terjadi rupturnya membrane timpani dan pus keluar menuju ke telinga bagian luar. Pada stadium

ini biasanya anak sudah mulai tenang, nyeri dan suhu tubuh sudah menurun.

Page 14: Makalah Oma (Skenario 6)

Pada stadium supuratif dan perforasi akan terjadi gangguan pendengaran konduktif akibat

membrane timpani yang tidak dapat bekerja secara maksimal. Membrane timpani yang rupture

akan bisa menyatu kembali dan dapat berfungsi secara normal kembali pada stadium resolusi.

Dipercayai bahwa anak lebih mudah terserang OMA dibanding dengan orang dewasa. Ini

karena pada anak dan bayi, tuba lebih pendek, lebih lebar dan kedudukannya lebih horizontal

dari tuba orang dewasa, sehingga infeksi saluran pernapasan atas lebih mudah menyebar ke

telinga tengah. Panjang tuba orang dewasa 37,5 mm dan pada anak di bawah umur 9 bulan

adalah 17,5 mm (Djaafar, 2007). Ini meningkatkan peluang terjadinya refluks dari nasofaring

menganggu drainase melalui tuba Eustachius. Insidens terjadinya otitis media pada anak yang

berumur lebih tua berkurang, karena tuba telah berkembang sempurna dan diameter tuba

Eustschius meningkat, sehingga jarang terjadi obstruksi dan disfungsi tuba. Selain itu, sistem

pertahanan tubuh anak masih rendah sehingga mudah terkena ISPA lalu terinfeksi di telinga

tengah. Adenoid merupakan salah satu organ di tenggorokan bagian atas yang berperan dalam

kekebalan tubuh. Pada anak, adenoid relatif lebih besar dibanding orang dewasa. Posisi adenoid

yang berdekatan dengan muara tuba Eustachius sehingga adenoid yang besar dapat mengganggu

terbukanya tuba Eustachius. Selain itu, adenoid dapat terinfeksi akibat ISPA kemudian menyebar

ke telinga tengah melalui tuba Eustachius.3

Faktor predisposisi pada anak terhadap otitis media yang paling menonjol adalah posisi

horizontal dan dukungan kartilago flaksid pada tuba eustachius yang pada orang tua anatominya

akan berubah. Hal tersebut menyebabkan infeksi virus atau bakteri pada saluran pernafasan atas

dapat menyebar ke telinga bagian tengah melalui tuba eustachius.2,3

Page 15: Makalah Oma (Skenario 6)

Gambar 1: Perbedaan Antara Tuba Eustachius pada Anak-anak dan Orang Dewasa

Faktor Risiko

Faktor risiko terjadinya otitis media adalah umur, jenis kelamin, ras, faktor genetik, status

sosioekonomi serta lingkungan, asupan air susu ibu (ASI) atau susu formula, lingkungan

merokok, kontak dengan anak lain, abnormalitas kraniofasialis kongenital, status imunologi,

infeksi bakteri atau virus di saluran pernapasan atas, disfungsi tuba Eustachius, inmatur tuba

Eustachius dan lain-lain

Faktor umur juga berperan dalam terjadinya OMA. Peningkatan insidens OMA pada bayi

dan anak-anak kemungkinan disebabkan oleh struktur dan fungsi tidak matang atau imatur tuba

Eustachius. Selain itu, sistem pertahanan tubuh atau status imunologi anak juga masih rendah.

Insidens terjadinya otitis media pada anak laki-laki lebih tinggi dibanding dengan anak

perempuan. Anak-anak pada ras Native American, Inuit, dan Indigenous Australian

menunjukkan prevalensi yang lebih tinggi dibanding dengan ras lain. Faktor genetik juga

berpengaruh. Status sosioekonomi juga berpengaruh, seperti kemiskinan, kepadatan penduduk,

fasilitas higiene yang terbatas, status nutrisi rendah, dan pelayanan pengobatan terbatas, sehingga

Page 16: Makalah Oma (Skenario 6)

mendorong terjadinya OMA pada anak-anak. ASI dapat membantu dalam pertahanan tubuh.

Oleh karena itu, anak-anak yang kurangnya asupan ASI banyak menderita OMA.

Lingkungan merokok menyebabkan anak-anak mengalami OMA yang lebih signifikan

dibanding dengan anak-anak lain. Dengan adanya riwayat kontak yang sering dengan anak-anak

lain seperti di pusat penitipan anak-anak, insidens OMA juga meningkat. Anak dengan adanya

abnormalitas kraniofasialis kongenital mudah terkena OMA karena fungsi tuba Eustachius turut

terganggu, anak mudah menderita penyakit telinga tengah. Otitis media merupakan komplikasi

yang sering terjadi akibat infeksi saluran napas atas, baik bakteri atau virus.4

Manifestasi Klinik

Gejala klinis otitis media akut (OMA) tergantung pada stadium penyakit dan umur pasien. Stadium otitis media akut (OMA) berdasarkan perubahan mukosa telinga tengah:

Gambar 2: Membran Timpani Normal

1. Stadium oklusi tuba Eustachius

Page 17: Makalah Oma (Skenario 6)

Terdapat gambaran retraksi membran timpani akibat tekanan negatif di dalam telinga

tengah. Kadang berwarna normal atau keruh pucat. Efusi tidak dapat dideteksi. Sukar dibedakan

dengan otitis media serosa akibat virus atau alergi.2

2. Stadium hiperemis (presupurasi)

Tampak pembuluh darah yang melebar di membran timpani atau seluruh membran

timpani tampak hiperemis serta edema. Sekret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat

eksudat serosa sehingga sukar terlihat.2

Gambar 3 Membran Timpani Hiperemis

3. Stadium supurasi

Membrana timpani menonjol ke arah telinga luar akibat edema yang hebat pada mukosa

telinga tengah dan hancurnya sel epitel superfisial serta terbentuknya eksudat purulen di kavum

timpani.Pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat, serta nyeri di telinga bertambah

hebat.

Apabila tekanan tidak berkurang, akan terjadi iskemia, tromboflebitis dan nekrosis

mukosa serta submukosa. Nekrosis ini terlihat sebagai daerah yang lebih lembek dan kekuningan

pada membran timpani. Di tempat ini akan terjadi ruptur.2

Page 18: Makalah Oma (Skenario 6)

Gambar 4 Membran Timpani Bulging dengan Pus Purulen

4. Stadium perforasi

Karena pemberian antibiotik yang terlambat atau virulensi kuman yang tinggi, dapat

terjadi ruptur membran timpani dan nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke telinga luar.

Pasien yang semula gelisah menjadi tenang, suhu badan turun, dan dapat tidur nyenyak.2

Gambar 5: Membran Timpani Peforasi

5. Stadium resolusi

Bila membran timpani tetap utuh maka perlahan-lahan akan normal kembali. Bila terjadi

perforasi maka sekret akan berkurang dan mengering. Bila daya tahan tubuh baik dan virulensi

Page 19: Makalah Oma (Skenario 6)

kuman rendah maka resolusi dapat terjadi tanpa pengobatan. Otitis media akut (OMA) berubah

menjadi otitis media supuratif subakut bila perforasi menetap dengan sekret yang keluar terus-

menerus atau hilang timbul lebih dari 3 minggu. Disebut otitis media supuratif kronik (OMSK)

bila berlangsung lebih 1,5 atau 2 bulan. Dapat meninggalkan gejala sisa berupa otitis media

serosa bila sekret menetap di kavum timpani tanpa perforasi.Pada anak, keluhan utama adalah

rasa nyeri di dalam telinga dan suhu tubuh yang tinggi. Biasanya terdapat riwayat batuk pilek

sebelumnya. Pada orang dewasa, didapatkan juga gangguan pendengaran berupa rasa penuh atau

kurang dengar.

Pada bayi dan anak kecil gejala khas otitis media anak adalah suhu tubuh yang tinggi (>

39,5 derajat celsius), gelisah, sulit tidur, tiba-tiba menjerit saat tidur, diare, kejang, dan kadang-

kadang memegang telinga yang sakit. Setelah terjadi ruptur membran tinmpani, suhu tubuh akan

turun dan anak tertidur.

Komplikasi

Sebelum adanya antibiotik, otitis media akut (OMA) dapat menimbulkan komplikasi,

mulai dari abses subperiosteal sampai abses otak dan meningitis. Otitis media yang tidak diobati

dapat menyebar ke jaringan sekitar telinga tengah, termasuk otak. Namun komplikasi ini

umumnya jarang terjadi. Salah satunya adalah mastoiditis pada 1 dari 1000 anak dengan OMA

yangtidak diobati.

Otitis media yang tidak diatasi juga dapat menyebabkan kehilangan pendengaran

permanen. Cairan di telinga tengah dan otitis media kronik dapat mengurangi pendengaran anak

serta menyebabkan masalah dalam kemampuan bicara dan bahasa. Otitis media dengan efusi

didiagnosis jika cairan bertahan dalam telinga tengah selama 3 bulan atau lebih.2,3,5

Page 20: Makalah Oma (Skenario 6)

Penatalaksanaan

Terapi OMA bergantung pada stadium penyakitnya. Pengobatan pada stadium awal

ditujukan untuk mengobati infeksi saluran napas, dengan pemberian antibiotik, dekongestan

lokal atau sistemik, dan antipiretik.6

Stadium Oklusi. Terapi ditujukan untuk membuka kembali tuba Eustachius sehingga

tekanan negatif di telinga tengah hilang. Diberikan obat tetes hidung HCl efedrin 0,25 % untuk

anak < 12 tahun atau HCl efedrin 0,5 % dalam larutan fisiologis untuk anak diatas 12 tahun dan

dewasa. Selain itu sumber infeksi lokal harus diobati. Antibiotik diberikan bila penyebabnya

kuman.6

Stadium Presupurasi. Diberikan antibiotik, obat tetes hidung dan analgesik. Bila

membran timpani sudah terlihat hiperemis difus, sebaiknya dilakukan miringotomi. Dianjurkan

pemberian antibiotik golongan penisilin atau eritromisin. Jika terjadi resistensi, dapat diberikan

kombinasi dengan asam klavulanat atau sefalosporin. Untuk terapi awal diberikan penisilin

intramuskular agar konsentrasinya adekuat di dalam darah sehingga tidak terjadi mastoiditis

terselubung, gangguan pendengaran sebagai gejala sisa dan kekambuhan. Antibiotik diberikan

minimal selama 7 hari.6

Stadium Supurasi. Selain antibiotik, pasien harus dirujuk untuk melakukan miringotomi

bila membran timpani masih utuh sehingga gejala cepat hilang dan tidak terjadi ruptur.

Stadium Perforasi. Terlihat sekret banyak keluar, kadang secara berdenyut. Diberikan

obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari serta antibiotik yang adekuat sampai 3 minggu.

Biasanya sekret akan hilang dan perforasi akan menutup sendiri dalam 7-10 hari.6

Stadium Resolusi. Membran timpani berangsur normal kembali, sekret tidak ada lagi, dan

perforasi menutup.

Bila tidak terjadi resolusi biasanya akan tampak sekret mengalir di liang telinga luar

melalui perforasi di membran timpani. Keadaan ini dapat disebabkan karena berlanjutnya edema

mukosa telinga tengah. Pada keadaan demikian, antibiotika dapat dilanjutkan sampai 3 minggu.

Page 21: Makalah Oma (Skenario 6)

Bila 3 minggu setelah pengobatanvsekret masih tetap banyak, kemungkinan telah terjadi

mastoiditis.

Bila OMA berlanjut dengan keluarnya sekret dari telinga tengah lebih dari 3 minggu,

maka keadaan ini disebut otitis media supuratif subakut. Bila perforasi menetap dan sekret tetap

keluar lebih dari satu setengah bulan atau dua bulan, maka keadaan ini disebut otitis media

supuratif kronis (OMSK).6

Pencegahan

Beberapa hal yang tampaknya dapat mengurangi risiko OMA adalah:

1. pencegahan ISPA pada bayi dan anak-anak,

2. pemberian ASI minimal selama 6 bulan,

3. penghindaran pemberian susu di botol saat anak berbaring,

4. dan penghindaran pajanan terhadap asap rokok.

Berenang kemungkinan besar tidak meningkatkan risiko OMA.

Prognosis

Prognosis pada otitis media akut adalah baik jika ditangani dengan tindakan yang sesuai berdasarkan stadiumnya dan biasanya sembuh dengan sendirinya.

Kesimpulan

Anak berusia 2 tahun dengan keluhan demam sejak 3 hari lalu, tidak mahu makan dan hidung mengeluarkan ingus encer serta sakit telinga kanan adalah disebabkan Otitis Media Akut Telinga Dextra.

Page 22: Makalah Oma (Skenario 6)

Daftar Pustaka

1. Efiaty, Nurbaiti, Janny, Ratna. Pemeriksaan Telinga, Hidung dan Tenggorok. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga. Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher. FKUI. Jakarta. 6th Edition. 2010: 1-9.

2. Efiaty, Nurbaiti, Janny, Ratna. Kelainan Telinga Tengah. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga. Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher. FKUI. Jakarta. 6th Edition. 2010: 64-73.

3. Fauci, Braunwald, Kasper, Hauser, Et al. Pharyngitid, Sinusitis, Otitis, and Other Upper Respiratory Infection. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 17th Edition. Vol I. United States of America: Mc Graw Hill. 2008: 205-13.

4. Efiaty, Nurbaiti, Janny, Ratna. Infeksi Hidung. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga. Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher. FKUI. Jakarta. 6th Edition. 2010: 139-44.

5. Efiaty, Nurbaiti, Janny, Ratna. Sinus Paranasal. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga. Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher. FKUI. Jakarta. 6th Edition. 2010: 145-49.

6. Katzung, B. Susan, J. Anthony. Chemotherapeutics Drugs. Basic And Clinical Pharmacology. International 11th Edition. Singapore: Mc Graw Hill; 2009: 773-986.