Top Banner
MAKALAH LAPORAN DISKUSI KELOMPOK MODUL BASIC SCIENCE IN NURSING 2 PEMICU 2 KARDIOVASKULER Disusun oleh : KELOMPOK 3 ANGKATAN 2014 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
54

makalah muskuloskeletal

Dec 07, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: makalah muskuloskeletal

MAKALAH LAPORAN DISKUSI KELOMPOK

MODUL BASIC SCIENCE IN NURSING 2

PEMICU 2 KARDIOVASKULER

Disusun oleh :

KELOMPOK 3

ANGKATAN 2014

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

DESEMBER/ 2014

Page 2: makalah muskuloskeletal

Nama Kelompok 5:

Sitta Diana 11141040000003

Dewi Andriani 11141040000007

Iin Silawati 11141040000012

Maya Fitriani 11141040000017

Abdul Har 111410400000022

Feby Fitriatus S 11141040000027

Hilma Ainun 11141040000032

Yessica Putriandeta 11141040000037

Pujiati 11141040000042

Ratih Yulianingsih 11141040000047

Program Studi Ilmu Keperawatan 2014

Page 3: makalah muskuloskeletal
Page 4: makalah muskuloskeletal

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat

rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah mengenai sistem kardiovaskular

tepat pada waktunya.

Makalah ini penulis susun untuk melengkapi tugas Basic Science of Nursing 2,

selain itu untuk mengetahui dan memahami mengenai sistem kardiovaskular.

Penulis mengucapkan terima kasih pada pihak-pihak yang telah membantu

menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.Untuk itu setiap

pihakdiharapkan dapat memberikan masukan berupa kritik dan saran yang bersifat

membangun.

Jakarta, Desember 2014

Penulis

Page 5: makalah muskuloskeletal

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................................4

DAFTAR ISI....................................................................................................................................5

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................................5

A. LATAR BELAKANG.............................................................................................................6

B. TUJUAN............................................................................................................................7

C. RUMUSAN MASALAH.......................................................................................................7

BAB II ISI.......................................................................................................................................8

2.1 Fisiologi EKG dan Tensi.......................................................................................................8

2.2 Cara membaca gelombang EKG........................................................................................13

2.3 Sinus Rhytm dan EKG 12 Lead..........................................................................................18

2.4 Faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi aktivitas jantung..............................20

2.5 HEMODINAMIKA TEKANAN DARAH.................................................................................30

2.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah.........................................................31

2.7 Perbedaan tekanan paru-paru dan jantung.....................................................................32

BAB III PENUTUP........................................................................................................................... ii

3.1 Kesimpulan......................................................................................................................... ii

3.2 Saran................................................................................................................................... ii

Page 6: makalah muskuloskeletal

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

EKG merupakan gambaran sinyal yang dihasilkan oleh jantung dengan

meletakkan dua belas sadapan ke beberapa bagian permukaan tubuh pasien. Sinyal EKG

ini membantu para dokter untuk mendiagnosa kelainan jantung pada pasien. Tetapi

untuk mengetahui pasien mempunyai kelainan jantung atau tidak, dibutuhkan seorang

ahli untuk melakukan penganalisaan pada sinyal EKG yang sudah ada. Sinyal EKG ini

diperoleh dari aktivitas jantung yang direkam di disket mini dalam recorder yang

nantinya akan dianalisa dengan komputer. Kemudian pada layar komputer akan tampil

keluaran berupa sinyal EKG. Pola sinyal inilah yang nantinya akan dianalisa.

Sebenarnya, tanpa bantuan seorang dokter pun. Pola sinyal elektrokardiografi

dapat dianalisa yaitu dengan menggunakan suatu intelejensia buatan. Sistem intelejensia

buatan yang dapat digunakan adalah jaringan syaraf tiruan.

Jaringan syaraf tiruan merupakan suatu representasibuatan dari otak manusia

yang diimplementasikan dengan menggunakan program komputer. Perkembangan

penelitian jaringan syaraf tiruan sangat membantu manusia untuk menyelesaikan

permasalahan yang ada. Metode ini sudah banyak digunakan untuk pengenalan pola,

signal processing,sampai untuk prediksi yang akan terjadi dimasa yang akan datang.

Jaringan syaraf tiruan juga sudah dimanfaatkan dalam bidang kedokteran, seperti untuk

indentifikasi donor darah, mendeteksi penyakit ginjal, dan lain-lain. Oleh karena itu,

studi kasus aplikasi jaringan syaraf tiruan dibidang kedokteran akan memberikan

kemudahan di bidang kedokteran itu sendiri.

Page 7: makalah muskuloskeletal

Pemicu 2 :

Tn G 40 thn datang ke sebuah klinik karena dirinya merasa mudah lelah dan

merasakan berat didada saat lari pagi bersama keluarganya. Di klinik tersebut perawat

memeriksa tensinya 135/85 mmHg, dan juga melakukan pemeriksaan EKG. Dan

ternyata gambaran gelombang listrik pada EKG 12 lead disimpulkan dokter umum

sebagai sinus rhytm.

B. TUJUANa. Mengetahui fisiologi tekanan darah dan EKG

b. Mengetahui gelombang EKG

c. Mengetahui aktivitas jantung

d. Mengetahui konsep hemodinamika jantung

C. RUMUSAN MASALAH1. Fisiologi tensi dan EKG

2. Cara membaca gelombang EKG

3. Pengertian sinus rhytm dan EKG 12 lead

4. Faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi aktivitas jantung

5. Konsep hemodinamika jantung

6. Perbedaan tekanan paru dan jantung

Page 8: makalah muskuloskeletal

BAB II ISI

2.1 Fisiologi EKG dan Tensi2.1.1 Fisiologi EKG

Elektrokardiogram adalah rekaman dari sebagian dari aktivitas listrik yang di

induksi di cairan tubuh oleh impuls jantung yang mencapai permukaan tubuh, bukan

rekaman langsung aktivitas listrik jantung yang sebenarnya. Aktivitas listrik yang

direkam dari permukaan tubuh bergantung pada orientasi elektroda perekam. Elektroda

dapat secara kasar dianggap sebagai “mata “ yang melihat aktivitas listrik

danmenterjemahkan menjadi rekaman yang dapat dilihat, rekaman EKG.

Untuk menghasilkan perbandingan yang baku, rekaman EKG secara rutin terdiri dari

12 sistem elektroda konvensional, atau sandapan (lead). Ketika sebuah mesin

elektrokardiograf dihubungkan antara elektroda –elektroda perekam di dua titik di

tubuh maka susunan spesifik dari masing-masing pasanagan koneksi di sebut sadapan.

Terdapat 12 sadapan berbeda yang masing-masing merekam aktivitas listrik di jantung

dari lokasi yang berbeda –beda enam sadapan dari ekstremitas dan enam sadapan dada

di berbagai tempat di sekitar jantung. Untuk menghasilkan gambaran dasar untuk

perbandingan dan untuk mengenali penyimpangan dari normal, ke-12 sadapan tersebut

di gunakan secara rutin dalam semua rekaman EKG.

Elektroda yang di pasang pada tempat tertentu pada tubuh merupakan 1 sadapan. Garis

hipotesis yang menghubungkan 2 elektroda di sebut poros sadapan. Terdapat 3 macam

sadapan yaitu:

a. Sadapan bipolar (standar lead/ I, II, III )

Sadapan bipolar mengukur perbedaan potensial antara 2 elektroda pada permukaan

tubuh.

Page 9: makalah muskuloskeletal

Sadapan I : elektroda positif di hubungkan dengan lengan kiri (LA) dan

elektroda negatif di hubungkan dengan lengan kanan ( RA)

Sadapan II: elektroda positif di hubungkan dengan kaki kiri (LL) dan

elektrodanegatif dengan lengan kanan (RA)

Sadapan III: elektroda positif dengan kaki kiri (LL) dan elektroda negatif dengan

tangan kiri (LA).

b. Sadapan unipolar (aVR, aVL, aVF)

Sadapan ini hanya mengukur potensial listrik pada satu titik, sehingga di sebut sadapan

unipolar.

Sadapan aVR : sadapan unipolar lengan kanan yang di perkuat. Gambaran EKG

aVR untuk menunjukkan keadaan jantung kanan.

Sadapan aVL : sadapan unipolar lengan kiri yang diperkuat. Gambaran EKG

aVL untuk menunjukkan keadaan jantung kiri dan lateral.

Sadapan aVF : sadapan unipolar tungkai kiri. Gambaran EKG aVF untuk

menunjukkan keadaan jantung bawah.

Page 10: makalah muskuloskeletal

c. Sadapan jantung uniporal prekordial (sadapan dada)

Sadapan dada di tandai dengan dengan huruf V, penempatan elektroda yaitu:V1: ruang

iga ke 4

V1: ruang iga ke empat pada garis sternal kanan

V2: ruang iga ke empat pada garis sternal kiri

V3: terletak diantara V2 dan V3

V4: ruang iga kelimapada garis mid clavicularis kiri

V5: garis axilla depan

V6: garis axilla tengah

Page 11: makalah muskuloskeletal

Elektrokardiogram yang normal

EKG adalah suatu rekaman yang ditimbulkan oleh perubahan aktivitas listrik

jantung yang di tandai dengan gelombang p, Q, R, S, T dan U

Gelombang p mencerminkan depolarisasi atrium , merupakan perjalanan impuls

SA. Gelompang P yang normal waktu < 0,08 detik dan amplitudo <3 mm dan di

aVRselalu negatif.

Gelombang Q RS mencerminkan depolarisasi ventrikel

Gelombang T mencerminkan repolarisasi ventrikel, Waktu gelombang T 0,10-

0,25 detik.

EKG dapat digunakan untuk mendiagnosis kelainan kecepatan denyut jantung,

aritmia, dan kerusakan otot jantung.

2.1.2 Fisiologi tekanan darah

Tekanan darah adalah kekuatan yang di perlukan agar darah dapat mengalir

didalam pembuluh darah dan beredar mencapai semua jaringan tubuh manusia. Darah

dengan lancar beredar ke seluruh bagian tubuh berfungsi sangat penting sebagai media

pengangkut oksigen serta zat-zat lain yang di perlukan bagi kehidupan sel-sel tubuh.

Selain darah berfungsi sebagai sarana pengangkut sisa hasil metabolisme yang tidak

berguna lagi dari jaringan tubuh . Tekanan darah berarti tekanan pada pembuluh nadi

Page 12: makalah muskuloskeletal

dari peredaran darah sistemik di dalam tubuh. Tekanan darah dibedakan antara tekanan

darah pada waktu jantung menguncup( sistolik). Adapun tekanan darah diastolik adalah

tekanan darah pada saat jantung mengendor.Dengan demikian jelaslah bahwa tekanan

darah sistolik selalu lebih tinggi dari pada tekanan darah diastolik. Tekanan darah

manusia senantiasa berayun-ayun antara tinggi dan rendah sesuai dengan detak jantung.

Tekanan darah manusia diukur dengan alat tensimeter (sfigmomanometerair raksa).

Alat-alat tensi meter terdiri dari beberapa komponen utama berikut:

1. Manset (cuff) di karet yang di bungkus kain

2. Manometer air raksa berskala 0mm-300mmHg

3. Pompa karet

4. Pipa karet/ selang

5. Ventil putar

Dalam pengukuran tekanan darah di lakukan dengan memasang manset di lengan atas ,

kira-kira 4 cm di atas lipatan siku.

Dalam pengukuran tekan darah hal yang perlu di perhatikan sebagai berikut:

1. Pengukuran tekanan darah boleh di lakukan pada posisi duduk / berbaring. Lengan

sejajar dengan jantung.

2. Pengukuran duduk memberikan hasil yang lebih tinggi di banding dengan dengan

posisi berbaring, meskipun selisihnya kecil

3. Tekanan darah juga di pengaruhi kondisi saat pengukuran pada orang yang baru

bangun dari tidur tekanan darah nya paling rendah di namakan tekanan darah

basal.Tekanan darah yang diukur setelah berjalan kaki / aktivitas fisik lain

memberikan angan yang lebih tinggi di sebut tekanan darah kasual. Oleh karena itu

pengukuran darah sebaiknya pasien beristirahat duduk santai minimal 10 menit dan

juga tidak boleh merokok, minum kopi karena dapat menyebabkan tekanan darah

menjadi tinggi.

Tekanan darah sistolik akan berubah-ubah sesuai dengan kegiatan yang

dikerjakan, sedangkan tekanan darah diastolik relatif tidak berubah. Pada suatu

Page 13: makalah muskuloskeletal

pemeriksaan kesehatan sebaiknya tekanan darah di ukur 2-3 kali berturut-turut. Jika

hasilnya berbeda-beda, nilai yang di pakai adalah nilai yang terendah.

Tekanan darah di atur dengan mengontrol curah jantung, resistensi perifer total

dan volume darah.

2.2 Cara membaca gelombang EKG

Gelombang P = Depolarisasi atrium

Interval PR = Depolarisasi dan hantaran atrium melalui nodus AV

Segmen PR = Jeda atau penundaan nodus AV

Durasi QRS = Depolarisasi ventrikel dan repolarisasi atrium

Kompleks QRS = Depolarisasi ventrikel (atrium secara bersamaan mengalami

repolarisasi )

Page 14: makalah muskuloskeletal

Interval QT = depolarisasi ventrikel plus repolarisasi ventrikel

Segmen ST (QT dikurang QRS) = Saat ventrikel berkontraksi dan mengosongkan

isinya.

Gelombang T = Repolarisasi ventrikel

Interval TP = Waktu saat ventrikel melemas dan terisi

EKG Normal

Rangkaian bagian jantung yang mengalami depolarisasi dan posisi jantung

terhadap elektroda menjadi pertimbangan yang penting dalam menafsirkan konfigurasi

gelombang disetiap sadapan. Atrium terletak di sebelah posterior dalam rongga dada.

Ventrikel membantuk basis dan permukaan anterior jantung. Dan ventrikel kanan

berada di sisi anterolateral ke kiri.

Page 15: makalah muskuloskeletal

Jadi aVR “ menghadap ke rongga ventrikel “.Depolarisasi atrium, depolarisasi

ventrikel dan repolarisasi ventrikel bergerak menjauhi elektroda eksplorasi sehingga

gelombang P, kompleks QRS dan gelombang T tampak sebagai defleksi negative (ke

arah bawah). aVL dan aVF menghadap ke ventrikel dan kerena itu defleksinya dominan

positif atau bifasik.

Tidak ada gelombang Q pada V1 dan V2, serta bagian awal kompleks QRS

merupakan defleksi kecil ke atas karena depolarisasi ventrikel mula-mula bergerak

melintasi bagian tengah septum dari kiri ke kanan menuju elektroda eksplorasi.

Gelombang eksitasi lalu bergerak menuruni septum dan ke ventrikel kiri menjauhi

elektroda, yang menghasilkan gelombang S besar. Akhirnya, gelombang ini bergerak

kembali sepanjang dinding ventrikel menuju elektroda sehingga kembali ke garis

isoelektrik.

Sebaliknya pada sadapan ventrikel kiri (V4-V6) mungkin terdapat awal

gelombang Q kecil (depolarisasi septum dari kiri ke kanan) dan terdapat gelombang R

besar (depolarisasi septum dan ventrikel kiri) yang diikuti dengan gelombang S sedang

pada V4 dan V5 (depolarisasi lambat dinding ventrikel bergerak kembali menuju AV

junction)

Gelombang P:

Normalnya:

A. Tinggi tidak lebih dari 3 kotak kecil

B. Lebar tidak lebihb dari 3 kotak kecil

C. Positif kecuali di aVR

D. Gelombang simetris

Kelainan Gelombang P:

a. Pulmonal / Runcing: R

b. Mitral / berlekuk lebar: LAH

PR interval

7. normalnya 0,12-0,2 second.

Page 16: makalah muskuloskeletal

8. Jika memanjang berarti ada block jantung karena interval ini terbentuk saat aliran

listrik jantung melewati berkas HIS.

Gelombang Q:

Normal:

a. Lebar kurang dari 0,04 second

b. Tinggi < 0,1 second

Patologis:

A. Panjang gelombang Q > 1/3 R

B. Ada QS pattern dengan gelombang R  tidak ada.

C. Adanya gelombang Q patologis ini menunjukkan adanya Old Miocard infark

(OMI). Bila gelombang ini belum ada (tetapi sudah ada ST depresi) berarti

iskemik belum lama  terjadi (< 12 jam), masih ada KEMUNGKINAN

diselamatkan.

Kompleks QRS:

e. Lebar jika aliran listrik berasal dari ventrikel atau terjadi blok cabang berkas

f. Normal R/S =1 di lead V3 dan V4

g. Rotasi menurut arah jarum jam menunjukkan penyakit paru kronik. Artinya

gelombang QRS menjadi berbalik. Yang tadinya harus positif di V5 + V6 dan

negatif di V1 dan V2 maka sekarang terjadi sebaliknya.

Segmen ST

Normalnya:

Isoelektrik

Di V1-V6 bisa naik 2 kotak kecil atau turun 0,05 kotak kecil.

Patologis:

Elevasi: AMI atau perikarditis

Depresi: Iskemia atau terjadi setelah pemakaian digoksin

Gelombang T

Page 17: makalah muskuloskeletal

Normal

Sama dengan gelombang P

Dapat positif di lead I, II, V3-V6 dan negatif di VR

Patologis:

Runcing: Hiperkalemia

Tinggi lebih dari 2/3 R dan datar: Hipokalemia

Inversi: bisa normal (di lead III, VR, V1, V2 dan V3 (pada orang kulit hitam) atau

iskemia, infark, RVH dan LVH, emboli paru, Sindrom WPW, dan Block cabang

berkas.

Blok jantung:

Derajat 1:

satu gel P: satu Kompleks QRS interval PR > 0,2 Second.

Derajat 2:

Weckenbach: PR interval awalnya noramal dan makin lama makin panjang

lalu tidak ada gelombang P, kemudian siklus berlanjut lagi.

Mobitz 2: P timbul kadang-kadang

Derajat 3 (total):

QRS lebar, Frekuensi QRS < 50 kali/menit.

P dan QRS tidak berhubungan.

RBBB:

QRS > 0,12 second,

pola RSR’.

R’ dominan di V1.

LBBB:

QRS > 0,12 second

Pola M di lead V6

Bifascular: Hemiblok anterior kiri (Axis kiri dengan S dalam pada sadapan II dan

III) ditambah RBBB

Page 18: makalah muskuloskeletal

Terkadang ketika merekam EKG terlihat gambaran gelombang P yang tidak jelas.

Untuk membedakan ini dengan Fibrilasi Atrium dapat dilihat iramanya. Pada fibrilasi

atrium irama sangat tidak teratur. Dan berbeda dengan Atrial Flutter atau atrial

takikardi, pada Atrial Fibrilasi dijumpai garis dasar yang rata.

2.3 Sinus Rhytm dan EKG 12 Lead

Elektrokardiogram (EKG) adalah rekaman grafik aktivitas listrik yang menyertai

kontraksi atrium dan ventrikel jantung. Sinus rhytm adalah gelombang normal EKG

yang dimulai dari gelombang P dilanjutkan ke kompleks QRS kemudian di lanjut ke

gelombang T. Kecepatannya 60 sampai 100 kali\menit, iramanya teratur, terdapat

gelombang P. Lamanya QRS normal, P/QRS berhubungan dan interval PR dalam

keadaan normal.

Depolarisasi dan polarisasi otot jantung menghasilkan daya potensil pada

permukaan kulit yang dapat direkam melalui sebuah poligraf atau osiloskop setelah

melekatkan elektroda permukaan pada lokasi yang tepat.

a. Posisi elektroda berhubungan satu sama lain dan terhadap jantung disebut

lead.

b. Ada 12 lead konvensional yang dipakai untuk merekam EKG.

(1) Tiga lead tungkai standar meliputi lengan kanan terhadap lengan kiri,

lengan kanan terhadap tungkai kiri, dan lengan kiri terhadap tungkai kiri.

Lead ini bipolar karena dapat mendeteksi variasi gelombang listrik sebagai

dua titik dan memperlihatkan peberdaannya. Lead bipolar : merekam

perbedaan potensial dari 2 elektrode

Lead I : merekam beda potensial antara tangan kanan (RA) dengan

tangan kiri (LA) yang mana tangan kanan bermuatan (-) dan tangan kiri

bermuatan (+)

Page 19: makalah muskuloskeletal

Lead II : merekam beda potensial antara tangan kanan (RA) dengan kaki

kiri (LF) yang mana tangan kanan bermuatan (-) dan kaki kiri bermuatan

(+)

Lead III : merekam beda potensial antara tangan kiri (LA) dengan kaki

kiri (LF) yang mana tangan kiri bermuatan (-) dan kaki kiri bermuatan

(+)

Ketiga lead ini membentuk segitiga sama sisi dan jantung berada di tengah yang

disebut segitiga Einthoven. Jika ketiga lead dipisah, maka lead I merupakan aksis

horisontal dan membentuk sudut 0°, sadapan II membentuk sudut 60° dan sadapan III

membentuk sudut 120° dengan jantung. Aksis listrik ini disebut sistem referensi aksial

dan digunakan untuk menghitung aksis jantung.

(2) Tiga lead tungkai modifikasi diperkuat dengan hubungan listrik yang

mengakibatkan defleksi peningkatan amplitudo. Lead ini unipolar karena

hanya dapat mendata perubahan voltase di salah satu titik (lengan kanan,

lengan kiri, atau tungkai kiri), asalkan titik lain tidak menunjukkan

perubahan listrik yang berarti selama kontraksi jantung berlansung. Lead

unipolar ekstremitas :

Lead aVR : merekam beda potensial pada tangan kanan (RA) dengan

tangan kiri dan kaki kiri yang mana tangan kanan bermuatan (+)

Lead aVL : merekam beda potensial pada tangan kiri (LA) dengan

tangan kanan dan kaki kiri yang mana tangan kiri bermuatan (+)

Lead aVF : merekam beda potensial pada kaki kiri (LF) dengan

tangan kanan dan tangan kiri yang mana kaki kiri bermuatan (+)

(3) Lead prekordial unipolar merekam beda potensial pada enam posisi dada

yaitu V1-V6.

- V1 di garis parasternal kanan sejajar dengan Intercosta 4

- V2 di garis parasternal kiri sejajar dengan Intercosta 4

- V3 di antara V2 dan V4

- V4 di garis mid klavikula kiri sejajar Intercosta 5

Page 20: makalah muskuloskeletal

- V5 di garis aksila anterior kiri sejajar Intercosta 5

- V6 di garis mid aksila kiri sejajar Intercosta 5

2.4 Faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi aktivitas jantung

2.4.1 Faktor Eksternal

a. Pengaruh Posisi Tubuh

Pengukuran tekanan darah paling sering dibuat baik dalam duduk atau posisi

terlentang, namun 2 posisi tersebut memberikan pengukuran yang berbeda. Sudah

diterima secara luas bahwa tekanan diastolik diukur saat duduk lebih tinggi dari ketika

diukur terlentang (dengan perbedaan ≥ 5 mmHg), meskipun ada yang kurang bersepakat

tentang perbedaan pada tekanan sistolik. Ketika posisi lengan secara cermat disesuaikan

sehingga manset berada pada selevel atrium kanan di kedua posisi, tekanan sistolik telah

dilaporkan menjadi 8 mm Hg lebih tinggi pada terlentang daripada posisi tegak.

Pertimbangan lainnya termasuk posisi punggung dan kaki. Jika punggung tidak

didukung (seperti ketika pasien duduk di kursi pemeriksaan), tekanan diastolik dapat

meningkat hingga 6 mm Hg.  Menyilangkan kaki dapat meningkatkan tekanan sistolik

sekitar 2 sampai 8 mmHg.

Dalam posisi terlentang, atrium kanan berada pada sekitar setengah antara

tempat tidur dan sternum  , dengan demikian, jika lengan sedang beristirahat di tempat

tidur, maka posisinya akan berada di bawah permukaan jantung. Untuk alasan ini,

ketika pengukuran dilakukan dalam posisi terlentang lengan harus didukung dengan

bantal. Dalam posisi duduk, tingkat atrium kanan adalah titik tengah sternum atau ruang

intercostal IV.

Posisi tubuh mempengaruhi denyut nadi dan tekanan darah karena terkait

dengan perbedaan gravitasi dan jumlah otot yang berkontraksi.

b. Pengaruh Posisi Lengan

Page 21: makalah muskuloskeletal

Posisi lengan dapat memiliki pengaruh besar ketika tekanan darah diukur, jika

lengan atas berada di bawah tingkat atrium kanan (ketika lengan menggantung ke

bawah sementara dalam posisi duduk), pembacaan akan terlalu tinggi. Demikian pula,

jika lengan berada di atas tingkat jantung, pembacaan akan terlalu rendah. Perbedaan ini

dapat disebabkan oleh efek dari tekanan hidrostatik  dan mungkin perbedaannya 10

mmHg atau lebih,  atau 2 mmHg untuk setiap inci di atas atau di bawah tingkat jantung.

Faktor fisiologis lain yang dapat mempengaruhi tekanan darah selama proses

pengukuran termasuk ketegangan otot. Jika lengan diangkat sendiri oleh pasien (bukan

diangkat oleh pengamat), latihan isometrik akan meningkatkan tekanan.

c. Perbedaan Antara 2 Lengan

Beberapa penelitian telah membandingkan tekanan darah yang diukur di kedua

lengan, sebagian besar menggunakan teknik auskultasi. Hampir semuanya telah

melaporkan menemukan perbedaan, namun tidak ada pola yang jelas;. Meski demikian,

perbedaan yang muncul tidak ditentukan oleh apakah subyek tersebut bertangan kanan

atau kidal.

Salah satu penelitian terbesar dilakukan pada 400 subyek menggunakan

pengukuran simultan dengan perangkat oscillometric, tidak menemukan perbedaan

sistematis antara 2 lengan, tetapi 20% dari subyek memiliki perbedaan > 10

mmHg.  Meskipun temuan ini sedikit mengganggu, tetap saja tidak jelas sampai sejauh

mana perbedaan yang konsisten, berkebalikan dengan hasil dari variabilitas tekanan

darah yang melekat.

Namun demikian, dianjurkan bahwa tekanan darah harus diperiksa pada kedua

lengan pada pemeriksaan pertama. Hal ini mungkin membantu dalam mendeteksi

coarctation dari aorta dan obstruksi arteri ekstremitas atas. Ketika ada perbedaan antar

lengan yang konsisten, lengan dengan tekanan yang lebih tinggi harus digunakan. Pada

wanita yang memiliki mastektomi, tekanan darah bisa diukur di kedua lengan kecuali

ada lymphedema.

d. Penempatan Manset dan Stetoskop

Penempatan manset harus didahului dengan pemilihan ukuran manset yang tepat

untuk lingkar lengan subjek. Pengamat harus terlebih dahulu melakukan palpasi arteri

Page 22: makalah muskuloskeletal

brakialis di fossa antecubital dan menempatkan garis tengah bagian tengah manset

(biasanya ditandai pada manset oleh produsen) sehingga berada di atas pulsasi arteri di

atas lengan pasien.

Lengan tidak boleh dilipat sedemikian rupa sehingga memiliki efek tourniquet di

atas manset tekanan darah. Ujung bawah manset harus 2 sampai 3 cm di atas fossa

antecubital untuk memungkinkan ruang untuk penempatan stetoskop.Namun, jika

manset yang melingkupi ruang tersebut memiliki panjang bladder yang tidak cukup

mengelilingi lengan (setidaknya 80%), manset yang lebih besar harus digunakan,

dengan pertimbangan bahwa jika manset menyentuh stetoskop, kebisingan artifaktual

akan terjadi.

Manset kemudian ditarik pas di sekitar lengan atas yang tidak tertutup. Baik

pengamat maupun pasien tidak boleh berbicara selama pengukuran. Tahap 1 (sistolik)

dan Tahap 5 (diastolik) suara Korotkoff adalah yang terbaik digunakan untuk

mendengar bel / bunyi denyut dari stetoskop di atas arteri brakialis yang teraba di fossa

antecubital, meskipun beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa ada sedikit

perbedaan  bila menggunakan bel atau diafragma.

Kunci untuk pengukuran yang baik adalah penggunaan stetoskop berkualitas

tinggi dengan tabung pendek, karena model murah mungkin memiliki sifat transmisi

suara yang kurang baik yang diperlukan untuk pengukuran auscultatory secara akurat.

e. Sistem Inflasi / Deflasi

Pengukuran tekanan darah tidak langsung mengharuskan oklusi dari arteri

brakialis diproduksi oleh inflasi dan deflasi bertahap dari manset berukuran tepat. Pipa

dari perangkat ke manset harus cukup panjang (70 cm atau lebih) untuk memungkinkan

fungsinya dalam suasana kantor.

Inflasi dan deflasi yang sukses membutuhkan sebuah sistem kedap udara,

inspeksi yang sedang berlangsung dan pemeliharaan pipa untuk kerusakan karet

(cracking) dan katup pelepasan diperlukan. Manset awalnya harus digelembungkan

untuk setidaknya 30 mmHg di atas titik di mana denyut radial menghilang. Laju deflasi

memiliki dampak yang signifikan terhadap penentuan tekanan darah.

Deflasi dengan nilai > 2 mm per detik dapat menyebabkan hasil yang secara

signifikan lebih rendah pada tekanan sistolik dan terlalu tinggi pada tekanan

Page 23: makalah muskuloskeletal

diastolik. Perangkat otomatis dengan tingkat deflasi linear mungkin telah meningkatkan

akurasi atas keadaan lebih sering terjadi pada perangkat otomatis yang memiliki deflasi

bertahap. Disarankan bahwa tingkat deflasi sebesar 2 sampai 3 mm Hg per detik (atau

per denyut ketika denyut jantung sangat lambat).

f. Poin Penting Pengukuran Tekanan Darah Klinis

Pasien harus duduk nyaman dengan punggung didukung dan lengan atas terbuka

tanpa tertutup pakaian secara konstriktif. Kaki tidak boleh menyilang.

Lengan harus selevel / sejajar dengan tingkat jantung, dan bladder dari manset

harus mengelilingi setidaknya 80% dari lingkar lengan.

Kolom merkuri harus kempes dengan kecepatan 2 sampai 3 mm/detik, dan suara

terdengar pertama dan terakhir harus diambil sebagai tekanan sistolik dan

diastolik. Kolom harus dibaca dengan 2 mmHg terdekat.

Baik pasien maupun pengamat tidak boleh berbicara selama pengukuran.

g. Pengamat

Pengamat adalah komponen yang paling penting dari pengukuran tekanan darah

yang akurat. Untuk pengukuran tekanan darah yang akurat, pengamat harus:

a. secara benar terlatih dalam teknik pengukuran tekanan darah,

b. menggunakan perangkat akurat dan terawat dengan baik,

c. mengenali faktor subjek, seperti kecemasan dan penggunaan nikotin terakhir,

yang akan mempengaruhi hasil pengukuran tekanan darah,

d. posisikan subjek dengan tepat,

e. pilih manset yang benar dan posisi dengan benar, dan

f. melakukan pengukuran dengan menggunakan metode oscillometric

auscultatory atau otomatis dan merekam nilai yang diperoleh secara akurat.

Kesalahan pengamat adalah keterbatasan utama dari metode

auscultatory.  kesalahan sistematis menyebabkan Kesalahan intra-pengamat dan

kesalahan inter-pengamat. Terminal preferensi digit mungkin adalah manifestasi paling

umum dari penentuan tekanan darah suboptimal. Hal ini umumnya direkomendasikan

bahwa pengamat harus membaca tekanan darah terdekat ke 2 mmHg, tetapi

ketidaktepatan dalam perekaman "nol" sebagai angka terakhir dalam penentuan tekanan

Page 24: makalah muskuloskeletal

darah auscultatory telah dilaporkan oleh peneliti dalam beberapa pengaturan klinis dan

penelitian.

Bias Digit atau prasangka digit sangat umum ketika pengamat mengakui nilai

ambang tertentu untuk tekanan darah dan, tergantung pada keadaan, catat tekanan tepat

di atas atau di bawah angka tersebut. Contoh yang baik adalah Trial Syst-Eur, yang

menunjukkan kedua preferensi nol meningkat dan bias digit yang signifikan untuk 148

mmHg sistolik, ambang batas yang berhasil untuk pengobatan dalam percobaan itu.

h. Jumlah Pengukuran

Hal ini juga diakui bahwa kekuatan prediksi dari pengukuran beberapa tekanan

darah jauh lebih besar daripada pembacaan tunggal.  Salah satu keuntungan potensial

melengkapi bacaan auscultatory dengan pembacaan yang diambil oleh sebuah perangkat

otomatis adalah kemampuan untuk mendapatkan lebih banyak bacaan.

Ketika serangkaian pembacaan diambil, yang pertama biasanya yang

tertinggi. Minimal 2 pembacaan harus dilakukan dengan interval minimal 1 menit, dan

rata-rata dari bacaan tersebut harus digunakan untuk mewakili tekanan darah

pasien. Jika ada perbedaan > 5 mmHg antara pembacaan pertama dan kedua, tambahan

(1 atau 2) pembacaan harus diperoleh, dan kemudian rata-rata dari beberapa bacaan

tersebut yang digunakan.

i. Metode Otomatis

Perangkat tekanan darah otomatis oscillometric semakin sering digunakan dalam

pengukuran tekanan darah kantoran, serta untuk rumahan dan pemantauan rawat

jalan. Ketika mereka digunakan di kantor, pembacaan biasanya lebih rendah dari

pembacaan yang diambil oleh dokter atau perawat.

Keuntungan potensial dari pengukuran otomatis di kantor adalah penghapusan

kesalahan pengamat, meminimalkan efek jas putih, dan meningkatkan jumlah

bacaan. Kelemahan utama adalah kesalahan yang melekat dalam metode oscillometric

dan fakta bahwa data epidemiologi sebagian besar didasarkan pada ukuran tekanan

darah yang diauskultasi.

Page 25: makalah muskuloskeletal

Perangkat otomatis mungkin juga menawarkan kesempatan untuk menghindari

pelatihan mahal dan berulang perawat kesehatan profesional di tahapan auskultasi, yang

diperlukan untuk mengurangi kesalahan pengamat. Penggunaannya masih memerlukan

evaluasi kehati-hatian terhadap pasien pengguna kafein atau nikotin, pemilihan ukuran

manset yang tepat, dan posisi pasien yang tepat jika tekanan darah yang akurat ingin

diperoleh. Perangkat yang tersedia sekarang dapat mengambil serangkaian pembacaan

sekuensial dan otomatis merata-ratakan hasilnya.

j. Kebisingan

Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki, maka dari itu kebisingan sering

mengganggu walaupun terhadap variasi dalam besarnya gangguan atas jenis dan

kekerasan suatu kebisingan. Pada umumnya kebisingan bernada tinggi sangat

mengganggu, lebih-lebih yang terputus-putus atau yang datangnya secara tiba-tiba dan

tidak terduga.

Kebisingan mengganggu perhatian, sehingga konsentrasi dan kesigapan mental

menurun. Efek pada persyarafan otonom terlihat sebagai kenaikan tekanan darah,

percepatan denyut jantung, pengerutan pembuluh darah kulit, bertambah cepatnya

metabolisme, menurunnya aktivitas alat pencernaan. Kebisingan menyebabkan

kelelahan, kegugupan, rasa ingin marah, hipertensi dan menambah stress.

k. Tekanan panas

Pada lingkungan kerja panas, tubuh mengatur suhunya dengan penguapan

keringat yang dipercepat dengan pelebaran pembuluh darah yang disertai meningkatnya

denyut nadi dan tekanan darah, sehingga beban kardiovaskuler bertambah.

2.2.1 Faktor Internal

a. Aktivitas fisik

Aktivitas fisik dan kegiatan sehari-hari sangat mempengaruhi tekanan darah

Semakin tinggi kegiatan fisik yang dilakukan tekanan darah semakin meningkat.

b. Emosi

Page 26: makalah muskuloskeletal

Perasaan takut, cemas, cenderung membuat tekanan darah meningkat.

c. Stress

Keadaan pikiran juga berpengaruh terhadap tekanan darah sewaktu mengalami

pengukuran. Stress bisa bersifat fisik maupun mental, namun sulit untuk

membedakannya. Bentuk stress dapat berupa situasi yang mengancam hidup atau

masalah yang timbul. Yang terjadi adalah jantung berdenyut lebih kuat atau lebih cepat.

Kelenjar seperti tiroid dan adrenalin bereaksi dengan meningkatkan pengeluaran

hormon aktif mereka, sehingga kebutuhan otak akan darah juga meningkat.

d. Umur

Tekanan darah akan cenderung tinggi bersama dengan peningkatan usia.

Umumnya sistolik akan meningkat sejalan dengan peningkatan usia, sedangkan

diastolik akan meningkat sampai usia 55 tahun, untuk kemudian menurun lagi.Semakin

tua umur seseorang tekanan sistoliknya semakin tinggi. Biasanya dihubungkan dengan

timbulnya arteriosclerosis.

e. Jenis Kelamin

Tekanan darah pada perempuan sebelum menopause adalah 5-10 mmHg lebih

rendah dari pria seumurnya, Tetapi setelah menopause tekanan darahnya lebih

meningkat.

f. Status Gizi (Obesitas)

Bila mempunyai ukuran tubuh termasuk obesitas memungkinkan terjadinya

peningkatan tekanan darah. Indeks Massa Tubuh yang kurang dari 18,5 termasuk dalam

kategori kurus, untuk IMT antara 18,5 - 22,9 termasuk dalam kategori normal, untuk

IMT 23,0 - 27,4 termasuk dalam kategori over weight dan untuk IMT lebih dari 27,5

termasuk dalam kategori obesitas.

h. Minuman Alkohol

Minuman alkohol secara berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah dan

menyebabkan resistensi terhadap obat anti hipertensi (Imam Parsudi, 1992). Beberapa

Page 27: makalah muskuloskeletal

studi menunjukkan hubungan langsung antara tekanan darah dan asupan alkohol serta

diantaranya melaporkan bahwa efek terhadap tekanan darah baru nampak bila

mengkonsumsi alkohol sekitar 2 – 3 gelas ukuran standar setiap harinya.

i. Merokok

Merokok merupakan salah satu kebiasaan hidup yang dapat mempengaruhi

tekanan darah. Pada keadaan merokok pembuluh darah dibeberapa bagian tubuh akan

mengalami penyempitan, dalam keadaan ini dibutuhkan tekanan yang lebih tinggi

supaya darah dapat mengalir ke alat-alat tubuh dengan jumlah yang tetap. Untuk itu

jantung harus memompa darah lebih kuat, sehingga tekanan pada pembuluh darah

meningkat.

Rokok yang dihisap dapat mengakibatkan peningkatan tekanan darah. Namun

rokok akan mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan pembuluh di

ginjal sehingga terjadi peningkatan tekanan darah. Merokok sebatang setiap hari akan

meningkatkan tekanan sistolik 10–25 mmHg dan menambah detak jantung 5–20 kali

per menit.

j. Kelebihan Protein Dalam Diet

Terlalu banyak protein dapat menyebabkan pengentalan aliran darah. Lemak

daging kaya akan kolesterol, semakin kental cairan, semakin sulit mengalir, dan

semakin besar pula tekanan yang dibutuhkan untuk memaksanya melewati pembuluh

yang sempit.

Kelebihan pemasukan lemak hewan yang menyebabkan kolesterol menumpuk

pada dinding pembuluh darah.

Lemak yang diperoleh dari makanan hewan padat dan keras seperti lilin.

Sebaliknya lemak yang berasal dari sereal, biji-bijian dan sayuran berbentuk cairan

seperti minyak benih gandum. Bila lemak hewan tertumpuk terlalu banyak dalam tubuh

maka akan menyumbat sebagian dari pembuluh darah sehingga menyebabkan tekanan

darah yang mengalirr meningkat.

k. Makanan tak bervitamin yang mengganggu keseimbangan kelenjar.

Page 28: makalah muskuloskeletal

Bila diet kekurangan nilai vitamin dan mineral penting, kelenjar endokrin akan

gagal berfungsi dengan efisien. Kelenjar ini gagal mengeluarkan bermacam hormon ke

dalam aliran darah dan seluruh susunan kimiawi tubuh terganggu.

l. Terlalu banyak garam dalam diet.

Pemasukan garam yang tinggi dapat menaikkan tekanan darah. Bagian garam

yang menyebabkan hipertensi adalah sodium yang juga terdapat pada bubuk

pengembang kue.

Pemasukan kalori yang tinggi dapat menyebabkan kelebihan berat badan.Setiap

makan kita membutuhkan darah untuk mencernanya. Semakin banyak makan semakin

banyak jumlah darah yang diperlukan. Dengan kata lain semakin banyak makan

semakin berat tugas jantung, ginjal dan mekanisme sirkulasi.

m. Kekuatan memompa jantung

Gerakan jantung terdiri atas dua jenis, yaitu kontraksi atau sistol dan

pengendoran atau diastol. Kontraksi dari kedua atrium terdiri serentak dan disebut sistol

atrial, pengendorannya adalah diastol atrial. Serupa dengan itu kontraksi dan

pengendoran ventrikel disebut juga sistol dan diastol ventrikel.

Kontraksi kedua atrium pendek, sedangkan kontraksi ventrikel lebih lama dan

lebih kuat. Dan yang dari ventrikel kiri adalah yang terkuat karena harus mendorong

darah ke seluruh tubuh untuk mempertahankan tekanan darah arteri sistemik.

Meskipun ventrikel kanan juga memompa volume darah yang sama, tetapi tugasnya

hanya mengirimkannya ke sekitar paru-paru dimana tekanannya jauh lebih rendah.

n. Viskositas (kekentalan) darah

Viskositas disebabkan oleh protein plasma dan oleh jumlah sel darah yang

berada di dalam aliran darah. Setiap perubahan pada kedua faktor ini akan merubah

tekanan darah. Besarnya geseran yang ditimbulkan oleh cairan terhadap dinding tabung

yang dilaluinya, berbeda-beda sesuai dengan viskositas cairan. Makin pekat cairan

makin besar kekuatan yang diperlukan untuk mendorongnya melalui pembuluh.

Page 29: makalah muskuloskeletal

Peningkatan hematokrit menyebabkan peningkatan viskositas; pada anemia,

kandungan hematokrit dan viskositas berkurang.

o. Elastisitas dinding pembuluh darah

Di dalam arteri tekanan lebih besar dari yang ada dalam vena sebab otot yang

membungkus arteri lebih elastis daripada yang ada pada vena.

a. Tahapan tepi (resistensi perifer)

Ini adalah tahanan yang dikeluarkan oleh geseran darah yang mengalir dalam

pembuluh. Tahanan utama pada aliran darah dalam sistem sirkulasi besar berada di

dalam arteriol. Dan turunnya tekanan terbesar terjadi pada tempat ini. Arteriol juga

menghaluskan denyutan yang keluar dari tekanan darah sehingga denyutan tidak

kelihatan di dalam kapiler dan vena.

b. Keadaan pembuluh darah kecil pada kulit

Arteri-arteri kecil di kulit akan mengalami dilatasi (melebar) kalau kena panas

dan mengadakan kontraksi (mengecil) apabila kena dingin, sehingga bekerja seperti

termostat yang mempertahankan suhu tubuh agar tetap normal. Kalau arteri-arteri kecil

ini mangalami dilatasi, tekanan darah akan turun, oleh karena itu panas akan menurukan

tekanan darah. Apabila tekanan darah turun, sel-sel otak menjadi kurang aktif karena

sel-sel ini tidak mendapatkan cukup oksigen dan glukose yang biasanya tersedia.

c. Panjang pembuluh Darah

Semakin panjang pembuluh semakin besar tahanan terhadap aliran darah.

d. Radius pembuluh

Tahanan perifer berbanding terbalik dengan radius pembuluh sampai pangkat ke

empatnya. Jika radius pembuluh digandakan seperti yang terjadi pada vasodilatasi,

maka aliran darah akan meningkat 16 kali lipat dan tekanan darah akan turun. Jika

radius pembuluh dibagi 2, seperti yang terjadi pada vasokonstriksi, maka tahanan

terhadap aliran akan meningkat 16 kali lipat dan tekanan darah akan naik. Karena

Page 30: makalah muskuloskeletal

panjang pembuluh dan viskositas darah secara normal konstan, maka perubahan dalam

tekanan darah didapat dari perubahann radius pembuluh darah.

2.5 HEMODINAMIKA TEKANAN DARAHTekanan darah adalah daya dorong darah ke semua arah pada seluruh

permukaan yang tertutup yaitu pada dinding bagian dalam jantung dan pembuluh darah.

Asal tekanan darah aksi pemompaan jantung yang memberikan tekanan yang

mendorong darah melewati pembuluh-pembuluh. Darah mengalir melalui system

pembuluh tertutup karena ada perbedaan tekanan atau gradien tekanan antara ventrikel

kiri dan atrium kanan.

Tekanan ventrikular kiri berubah dair setinggi 120 mmHg saat sistole sampai

serendah 0 mmHg saat diastole. Tekanan aorta berubah dari setinggi 120 mmHg saat

sistole samapai seredah 80 mmHg saat diastole. Tekanan diastolik tetap dipertahankan

dalam arteri karena dadnya efek lontar balik dari dindin elastic aorta. Rata-rata tekanan

aorta adalah 100mmHg.

Perubahan tekanan sirkulasi sistemik . Darah mengalir dari aorta (dengan

tekanan 100 mmHg) menuju arteri (dengan perubahan tekanan dari 100 ke 40 mmHg)

ke arteriol (dengan tekanan 25 mmHg di ujung arteri sampai 10 mmHg di ujung vena )

masuk ke vena (dengan perubahan tekanan dari 10 mmHg ke 5 mmHg) menuju vena

kava superior dan inferior (dengan tekanan 2 mmHg ) dan sampai ke atrium kanan

(dengan tekanan 0 mmHg).

2.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah.1. Curah jantung. Tekanan darah berbanding lurus dengan curah jantung

(ditentukan berdasarkan isi sekuncup dan frekuensi jantungnya).

2. Tahanan perifer terhadap aliran darah. Tekanan darah berbandung terbalik

dengan tahanan dalam pembuluh . Tahanan perifer memiliki beberapa faktor

penentu :

Page 31: makalah muskuloskeletal

Viskositas darah.

Semakin banyak kendunagn protein dan sel darah dalam plasma, semakin besar

tahanan terhadap aliran darah

Panjang pembuluh darah.

Semakin panjang pembuluh, semakin besar tahanan terhadap aliran darah

Radius pembuluh.

Tahanan perifer berbanding terbalik dengan radius pembuluh sampai pangkat

keempatnya.

a) Jika radius pembuluh digandakan seperti yang terjadi pada vasodilatasi,

maka aliran darah akan meningkat enam belas kali lipat. Tekanan darah

akan turun.

b) Jika radius pembuluh dibagi dua , seperti yang terjadi pada

vasokontriksi, maka tahanan terhadap aliran akan meningkat 16 kali dan

tekanan darah akan naik.

Karena panjang pembuluh dan viskositas darah secara normal konstan, maka

perubahan dalam tekanan darah didapat darah perubahan radius pembuluh darah.

2.7 Perbedaan tekanan paru-paru dan jantung

2.7.1 Tekanan paru-paru

Secara umum, udara mengalir karena ada perbedaan tekanan. Udara mengalir

dari tekanan yang lebih tinggi ke tempat yang bertekanan lebih rendah. Perbedaan

tekanan udara di paru terjadi akibat adanya daya kekuatan yang bekerja pada sistem

Page 32: makalah muskuloskeletal

pernapasan sehingga dapat mengatasi kekuatan-kekuatan yang melawan gerak udara

ketika masuk ke paru.

Udara dari lingkungan luar dapat masuk kedalam paru-paru karena terdapat

perbedaan tekanan antara lingkungan luar dengan tekanan dalam paru-paru. Secara

umum, inspirasi terjadi karena rongga paru-paru yang berkontraksi dan mengembang

sehingga terjadi peningkatan ukuran rongga. Peningkatan ukuran rongga dada ini

menyebabkan tekanan didalam paru-paru menurun sehingga lebih kecil dari pada

tekanan dilingkungan luar. Perbedaan tekanan ini menyebabkan udara terhisap masuk

kedalam paru-paru. Ketika otot-otot rongga dada mengalami relaksasi, maka ukuran

rongga dada pun mengalami penurunan sehingga menyebabkan tekanan didalam paru-

paru meningkat dan menjadi lebih tinggi daripada tekanan dilingkungan luar. Hal ini

mendorong udara keluar dari dalam paru-paru sehingga terjadilah apa yang disebut

dengan ekspirasi. Seperti saat ketika inspirasi, dimana diafragma berkontraksi dan

mendatar serta otot-otot antariga (interkostal) berkontraksi. Volume toraks akan

bertambah dan tekanan paru-paru berkurang (hukum Boyle). Karena volume paru

meningkat, maka tekanan dalam paru akan lebih rendah daripada tekanan atmosfer

sehingga udara akan tertarik masuk ke paru.

Demikian pula halnya ketika ekspirasi, dimana diafragma berelaksasi dan

bergerak ke atas dan otot-otot antariga berelaksasi. Volume toraks akan berkurang dan

tekanan paru bertambah. Karena volume paru berkurang, maka tekanan dalam paru

akan lebih tinggi dari tekanan atmosfer sehingga udara keluar dari paru-paru.

2.7.2 Tekanan jantung

Saat jantung memompakan darah, jumlah tenaga darah yang ditekan terhadap

dinding arteri disebut "tekanan darah". Tekanan Darah Tinggi yang dikenal pula dengan

hipertensi terjadi ketika tekanan darah terus menerus tinggi dan bertahan selama satu

waktu. Dengan aliran darah yang tetap tinggi, dinding arteri meregang melewati batas

sehatnya. Semakin banyak tenaga yang digunakan untuk memompa darah ke seluruh

tubuh, semakin banyak arteri yang meregang. Dalam jangka panjang, banyak masalah

Page 33: makalah muskuloskeletal

yang akan timbul bersamaan dengan tekanan darah tinggi. Meregangnya arteri secara

terus menerus dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah yang bisa menyebabkan

stroke atau aneurisme.

Rasa sakit vaskular terjadi ketika arteri terus menerus meregang, menciptakan

robekan mikro di dinding arteri dan pembuluh darah. Robekan ini akhirnya

memerangkap plak, kolesterol dan sel-sel darah ketika mereka melewati arteri.

Pembentukan plak dapat menyebabkan gumpalan darah yang memotong atau

menurunkan pasokan darah ke seluruh tubuh. Potongan pembentukan plak juga dapat

terlepas dan menghalangi pembuluh darah, menyebabkan serangan jantung atau stroke.

Arteri yang menyempit juga dapat mencegah darah yang mengandung oksigen untuk

menjangkau berbagai bagian tubuh, menyebabkan kerusakan pada jaringan dan organ.

Pembentukan dan penyempitan arteri juga berarti bahwa jantung harus bekerja

lebih keras untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Dalam waktu panjang, jantung itu

sendiri dapat rusak akibat pengeluaran upaya paksa berlebihan. Hal ini dapat

menyebabkan gagal jantung atau kerusakan pada otot atau katup jantung.

Sirkulasi paru adalah sistim yang memiliki tekanan dan resistensi rendah,

sedangkan sirkulasi sistemik adalah sistim yang memiliki tekanan dan resistensi yang

tinggi. Oleh karena itu, walaupun sisi kiri dan kanan jantung memompa darah dalam

jumlah yang sama, sisi kiri melakukan kerja yang lebih besar karena ia memompa

volume darah yang sama ke dalam sistim dengan resistensi tinggi. Dengan demikian

otot jantung di sisi kiri jauh lebih tebal daripada otot di sisi kanan sehingga sisi kiri

adalah pompa yang lebih kuat.

Sirkulasi Sistemik adalah bagian dari sirkulasi yang mendistribusi darah yang

kaya oksigen dari sisi kiri jantung, keseluruh tubuh. Darah kemudian kembali dari tubuh

ke sisi kanan jantung dan lewat melalui paru-paru untuk mengisi oksigen. Ia kemudian

kembali ke sisi kiri jantung untuk putaran yang lain melalui sirkulasi sistemik. Jantung

berfungsi sebagai pompa ganda. Darah yang kembali dari sirkulasi sistemik (dari

seluruh tubuh) masuk ke atrium kanan melalui vena besar yang dikenal sebagai vena

Page 34: makalah muskuloskeletal

kava. Darah yang masuk ke atrium kanan berasal dari jaringan tubuh, telah diambil O2-

nya dan ditambahi dengan CO2. Darah yang miskin akan oksigen tersebut mengalir dari

atrium kanan melalui katup ke ventrikel kanan, yang memompanya keluar melalui arteri

pulmonalis  ke paru. Dengan demikian, sisi kanan jantung memompa darah yang miskin

oksigen ke sirkulasi paru. Di dalam paru, darah akan kehilangan CO2-nya dan

menyerap O2 segar sebelum dikembalikan ke atrium kiri melalui vena pulmonalis.

Darah kaya oksigen yang kembali ke atrium kiri ini kemudian mengalir ke

dalam ventrikel kiri, bilik pompa yang memompa atau mendorong darah ke semus

sistim tubuh kecuali paru. Jadi, sisi kiri jantung memompa darah yang kaya akan O2 ke

dalam sirkulasi sistemik. Arteri besar yang membawa darah menjauhi ventrikel kiri

adalah aorta. Aorta bercabang menjadi arteri besar dan mendarahi berbagai jaringan

tubuh.

Sirkulasi sistemik memompa darah ke berbagai organ, yaitu ginjal, otot, otak,

dan semuanya. Jadi darah yang keluar dari ventrikel kiri tersebar sehingga masing-

masing bagian tubuh menerima darah segar. Darah arteri yang sama tidak mengalir dari

jaringan ke jaringan. Jaringan akan mengambil O2 dari darah dan menggunakannya

untuk menghasilkan energi. Dalam prosesnya, sel-sel jaringan akan membentuk CO2

sebagai produk buangan atau produk sisa yang ditambahkan ke dalam darah. Darah

yang sekarang kekurangan O2 dan mengandung CO2 berlebih akan kembali ke sisi

kanan jantung. Selesailah satu siklus dan terus menerus berulang siklus yang sama

setiap saat.

Kedua sisi jantung akan memompa darah dalam jumlah yang sama. Volume

darah yang beroksigen rendah yang dipompa ke paru oleh sisi jantung kanan memiliki

volume yang sama dengan darah beroksigen tinggi yang dipompa ke jaringan oleh sisi

kiri jantung.

Page 35: makalah muskuloskeletal

BAB III PENUTUP

Page 36: makalah muskuloskeletal

3.1 KesimpulanElektrokardiografi adalahilmu yang mempelajari aktifitas listrik jantung.

Sedangkan Elektrokardiogram( EKG ) adalah suatu grafik yang menggambarkan

rekaman listrik jantung. Sebuah pendekatan metodik sederhana yang dapat diterapkan

pada setiap EKG. Setiap EKG harus didekati dengan cara berurutan, terutama kalau

seorang perawat yang masih baru di bidang ini, sehingga tidak ada hal penting yang

terlewatkan. Kalau perawat semakin banyak mengenal,membaca kardiogram, hal yang

pada mulanya mungkin tampak terpaksa dan secara mekanik akan memberikan

keuntungan besar dan akan segera menjadi seperti kebiasaan. Gelombang P;gambaran

proses depolarissi atrium. Gelombang  QRS;gambaran proses depolarisasi ventrikel

Gelombang  T;gambaran proses repolarisasi ventrikel. Gelombang U;timbul setelah

gelombang T dan sebelum gelombang P berikutnya Interval PR;diukur dari permukaan

gelombang P sampai permulaan gelombang QRS.

3.2 SaranDengan adanya pembelajaran tentang EKG,maka kenalilah dulu pasien kita.

Benar bahwa EKG saja dapat dibaca dengan cukup tepat, tetapi kekuataan alat ini baru

betul-betul muncul bila diintregasikan dengan penilaian klinik secara total. Guna dalam

pembacaan EKG,selanjutnya membacalah terus lebih banyak. Bacalah di mana pun

Anda menemukan EKG, tidak hanya mengacu pada materi ini, tetapi bacalah dari

berbagai sumber pengetahuan tentang EKG.Kenalilah lebih dalam dulu dasar-dasar

tentang EKG,maka seorang perawat akan dapat menguasai materi dan mampu untuk

mempraktekannya.

DAFTAR PUSTAKA

Page 37: makalah muskuloskeletal

Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia. Jakarta:EGC

Ganong, William F. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta:EGC

Goodner, Brenda & Skidmore.2005. Panduan Tindakan Keperawatan Klinik Praktis.

Jakarta:EGC

Dharma, Surya.2009. Pedoman Praktis Sistematika Interpretasi EKG. Jakarta:EGC

Sloane,Ethel.2012. Anatomi dan Fisiologi. Jakarta:EGC