Lingkungan Eksternal dan Global dan Pengaruhnya Terhadap Sumber
Daya Manusia (SDM)
Diana S. Ayuningtyas, Ika P. Rahayu, Sueb
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Negeri MalangE-mail: [email protected];
[email protected]; [email protected]
ABSTRAK
Lingkungan eksternal dan global sangat berpengaruh terhadap
kualitas sumber daya manusia. Masalah besar yang saat ini masih
dijadikan fokus penyelesaian bagi pemerintah negara Indonesia
adalah masalah kualitas sumber daya manusia (SDM). Sumber daya
manusia merupakan tuntutan bagi negara Indonesia untuk bisa
bersaing di pasar global. Hal yang akan dibahas dalam makalah ini
antara lain ruang lingkup lingkungan eksternal dan global dalam
dunia kerja, pengaruh lingkungan eksternal dan global terhadap
kualitas SDM, manajemen perusahaan dalam meningkatkan kualitas SDM,
serta alasan pendidikan dijadikan sebagai tolok ukur peningkatan
kualitas SDM. Kata Kunci: kualitas SDM, lingkungan eksternal dan
globalABSTRACT
External and global environment give effect for quality of human
source. The great problem still focus to solve for Indonesian
government is quality of human source. Human source is demand for
Indonesia to compete in the global market. The things will be
discussed such as study of external and global environment in the
working area, the effect of external and global environment for
quality of human source, companies management to increase the
quality of human source, and the reason education be the way of
incrising human source quality. Key words: human source quality,
external and global environmentBAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Masalah yang masih dihadapi bangsa Indonesia hingga saat ini
adalah rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM). Apabila jumlah
sumber daya manusia yang besar ini dikelola atau didayagunakan
secara efektif dan efisien akan sangat bermanfaat bagi laju
perkembangan pembangunan nasional yang berkelanjutan. Agar di
masyarakat tercipta sumber daya manusia yang handal diperlukan
adanya pendidikan yang berkualitas, penyediaan berbagai fasilitas
sosial, serta lapangan kerja yang memadai. Kelemahan dalam
penyedian berbagai fasilitas tersebut akan menyebabkan keresahan
sosial yang akan berdampak kepada keamanan masyarakat. Dewasa ini,
kemampuan sumber daya manusia yang masih rendah dapat dilihat dari
kemampuan intelektualnya maupun keterampilan teknis yang
dimilikinya (Koesmono, 2005).Produktifitas kerja merupakan tuntutan
yang utama bagi agar kelangsungan hidup atau operasionalnya dapat
terjamin. Oleh karena itu, diperlukan adanya suatu cara bagaimana
menciptakan sumber daya manusia yang dapat menghasilkan kinerja
optimal sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. Mengingat begitu
pentingnya kegiatan ekspor dalam usaha untuk meningkatkan devisa
negara (Koesmono, 2005).Pada saat ini, persaingan di pasar dunia
sangat tinggi, sehingga menuntut kualitas yang merupakan faktor
yang sangat penting bagi perusahaan agar dapat bertahan di dalam
pasar global yang semakin meluas dan berkembang (Ahmad et.al.,
2013). Selain itu, pendidikan juga mempunyai andil yang besar bagi
peningkatan kualitas sumber daya manusia. Maka dari itu, pemerintah
bersama masyarakat Indonesia perlu memikirkan solusi untuk
perbaikan sistem pendidikan yang digunakan. Manusia tidak cukup
hanya pandai dalam hal kognitif, namun kepandaian dalam hal sikap
atau akhlak yang mulia. Kita menyadari bahwa pemerintah Indonesia
telah berusaha untuk memperbaiki sistem pendidikan di negara ini.
Namun, masih banyak problematika yang terjadi di negara yang kaya
akan budaya, suku, dan agama ini yang perlu diselesaikan,
diantaranya problematika yang melanda generasi muda kita. Kerusakan
moral pada generasi muda menjadikan kualitas sumber daya manusia
menjadi menurun sehingga mudah sekali untuk diperdaya oleh pihak
asing yang ingin menguasai kekayaan alam Indonesia. Kerusakan moral
itulah yang akan memicu adanya budaya konsumtif dan menurunnya
produktivitas sumber daya manusia. 1.2. Rumusan MasalahDari latar
belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan yang akan dibahas
dalam makalah ini sebagai berikut.1) Apa saja ruang lingkup
lingkungan eksternal dan global dalam dunia kerja?
2) Bagaimana pengaruh lingkungan eksternal dan global terhadap
kualitas SDM?
3) Bagaimana manajemen perusahaan untuk meningkatkan kualitas
SDM?
4) Mengapa pendidikan dijadikan sebagai tolok ukur utama dalam
peningkatan kualitas SDM? 1.3. Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan penulis bagi pembaca makalah ini,
sebagai berikut.1) Untuk mengetahui, mempelajari, dan meningkatkan
kualitas SDM dalam dunia kerja. 2) Untuk mengetahui bagaimana suatu
perusahaan/instansi mengatur pegawainya agar lebih berkualitas.
3) Untuk menyadarkan masyarakat akan pentingnya pendidikan bagi
peningkatan kualitas sumber daya manusia. BAB II
KAJIAN TEORI
2.1. Pengaruh Lingkungan Eksternal dan Global Terhadap Kualitas
SDMMenurut Ahmad et.al. (2013), dimensi pengaruh lingkungan
terhadap SDM adalah sebagai berikut.2.1.1. Lingkungan Eksternal dan
Gejolak PasarLingkungan eksternal menjelaskan mengenai persaingan
di antara para pelaku industri. Lingkungan persaingan sangat
penting untuk melihat informasi mengenai pelanggan dan mengusahakan
adanya modifikasi pelayanan berdasarkan data pelanggan. Sedangkan
gejolak pasar menjelaskan tentang tingkat perubahan dalam komposisi
dan minat konsumen atau pelanggan. Dengan begitu, para pelaku
industri dituntut untuk berfikir kreatif dan inovatif untuk
menciptakan produk atau jasa yang bisa memuaskan para
konsumen.2.1.2. Intensitas PersainganApabila gejolak pasar,
intensitas persaingan, dan gejolak teknologi meningkat, maka
organisasi harus beralih dari kebutuhan pelanggan yang ada saat itu
dan melihat kebutuhan potensial yang baru untuk mempertahankan
keuntungan dari sebuah persaingan. Dengan banyaknya perusahaan yang
saling bersaing untuk mencari perhatian konsumen akan produk atau
jasa yang ditawarkan, maka pelaku industri harus cermat dalam
menciptakan produk yang berkualitas namun dengan harga terjangkau.
2.1.3. Gejolak TeknologiGejolak teknologi menjelaskan tentang
perubahan teknologi yang digunakan. Kemajuan teknologi dalam suatu
organisasi dapat terus digunakan melalui produk dan pelayanan
superior. Dengan begitu, pekerjaan menjadi semakin cepat, mudah,
dan murah tanpa membutuhkan biaya dan tenaga yang besar, serta
waktu yang terpakai menjadi lebih efektif dan efisien.2.2.
Manajemen Perusahaan Untuk Meningkatkan Kualitas SDM
Nasution (2013) menyimpulkan bahwa dalam menjalankan aktivitas
operasionalnya, suatu perusahaan senantiasa mengharapkan tingkat
kepuasan kerja karyawan maksimal sehingga dapat bekerja secara
optimal. Pada dasarnya, kepuasan kerja merupakan hal yang membuat
seseorang bahagia dalam pekerjaannya atau keluar dari pekerjaannya.
Faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan diantaranya
kompensasi dan lingkungan kerja. Seorang karyawan yang merasa puas
akan pekerjaannya, akan cenderung memiliki kinerja yang tinggi.
Dengan begitu, agar tercipta kepuasan kerja bagi karyawan,
perusahaan harus dapat memberikan kompensasi yang sesuai dan
memberikan lingkungan kerja yang kondusif.2.2.1.
KompensasiKompensasi merupakan balas jasa yang diberikan oleh
organisasi/perusahaan kepada karyawannya, baik bersifat finansial
maupun non-finansial pada periode yang tetap. Sistem kompensasi
yang baik akan meningkatkan kepuasan karyawan dan memungkinkan
perusahaan memperoleh, memperkerjakan, dan mempertahankan
karyawannya. Kompensasi memiliki arti penting bagi
organisasi/perusahaan, karena mencerminkan upaya
organisasi/perusahaan tersebut dalam mempertahankan dan
meningkatkan kesejahteraan karyawannya. Sedangkan kompensasi yang
tidak memadai akan memungkinkan terjadinya penurunan prestasi
kerja, motivasi kerja, dan kepuasan kerja karyawan, bahkan dapat
menyebabkan karyawan yang potensial keluar dari
organisasi/perusahaan.2.2.2. Lingkungan KerjaMenurut Nasution
(2013), lingkungan kerja merupakan sesuatu yang ada di sekitar
perusahaan yang mempengaruhi cara kerja dan produktivitas kerja
karyawan. Lingkungan kerja juga dapat terbagi menjadi dua, sebagai
berikut.
2.2.2.1. Lingkungan kerja internal, yaitu lingkungan yang turut
mempunyai tugas yang dibebankan kepada karyawan secara langsung
atau segala sesuatu yang berada di sekeliling karyawan yang
mempengaruhi keberhasilan suatu pekerjaan. Lingkungan internal
terdiri dari penerangan, pewarnaan, kebersihan, pertukaran udara,
keamanan, dan kebisingan.
2.2.2.2. Lingkungan kerja eksternal, yaitu sesuatu yang ada di
sekitar para pekerja secara tidak langsung dapat mempengaruhi
dirinya dalam menjalankan tugas-tugasnya. Lingkungan kerja
eksternal terdiri dari suasana kerja, hubungan antar sesama, dan
hubungan antara karyawan dengan pimpinan.
2.3. Pendidikan Sebagai Tolok Ukur SDM BerkualitasPendidikan
merupakan sarana strategis untuk meningkatkan kualitas suatu
bangsa, karena suatu bangsa tidak lepas dari kemajuan tingkat
pendidikannya. Namun pada kenyataannya, sistem pendidikan Indonesia
belum menunjukkan keberhasilan yang diharapkan. Krisis multidimensi
yang dialami bangsa ini diyakini banyak kalangan akibat gagalnya
sistem pendidikan yang digunakan, juga merosotnya Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI)
Indonesia tidak terlepas dari rendahnya kualitas pendidikan di
negeri kita ini.
Data UNDP tahun 2000 tentang Human Development Report atau Human
Development Indeks menunjukkan dari 174 negara, Indonesia pada
posisi yang kurang menguntungkan bahkan memprihatinkan. Kita berada
pada posisi ke-109, hanya 1 (satu) tingkat di atas Vietnam.
Sementara Malaysia pada posisi ke-56, Brunai di posisi ke-25 dan
Singapura berada diperingkat ke-22. pendeknya semua negara ASEAN
berada pada kisaran angka ke-100. Kecuali negara kita tercinta,
bahkan Jepang satu-satunya negara ASEAN yang mampu bertengger di
atas, yakni pada posisi ke-4. Sedangkan pada tahun 2003 IPM
Indonesia merusut lagi dari 0,684 menjadi 0,0682; hal ini
menyebabkan peringkat Indonesia di antara 175 negara juga merosot;
dari posisi ke-109 menjadi posisi ke-112. Tingkat partisipasi
pendidikan yang rendah, angka drop-out yang tinggi, angka
melanjutkan yang terbatas, prestasi belajar siswa yang rendah dan
sebagainya, merupakan indikator gagalnya pendidikan nasional
kita.
Di lihat dari latar belakang pendidikan, angkatan kerja kita
sungguh sangat memprihatinkan. Sebagian besar angkatan kerja kita
tidak berpendidikan dan ini mencapai porsentasi 53%, mereka yang
berpendidikan dasar sebanyak 34%, berpendidikan menengah pertama
11%, dan yang berpendidikan tinggi (universitas) hanya 2%.
(Suyanto:2000). Sementara itu, selain rendahnya indek prestasi
manusia (IPM) Indonesia, seperti yang digambarkan di atas. Pada
waktu hampir bersamaan, lembaga ekonomi yang bermarkas di Swiss,
World Economic Forum (WEF), menerbitkan publikasinya mengenai
kemampuan berkompetisi suatu negara. Dalam laporannya berjudul
Global Competitiveness Report 1999 nama Indonesia berada pada
urutan 37 dari 59 negara. (Kompas, 21 Agustus 2000). Kedua
publikasi itu secara tidak langsung mencerminkan rendahnya kinerja
pendidikan nasional kita. Logikanya sederhana saja: kurang
berhasilnya pembangunan pendidikan, kesehatan, dan kependudukan di
Indonesia berhubungan secara timbal balik dengan kurang berhasilnya
kita membangun SDM. Selanjutnya hal ini mengakibatkan rendahnya
daya kompetisi kita dalam mengarungi persaingan di era global.
Hal ini terjadi karena sector pendidikan tidak pernah diberi
alokasi dana yang cukup guna mengembangkan dirinya. Sehingga dlam
kurun waktu yang singkat (tiga atau empat tahun) terakhir ini
pemerintah hanya mengalokasikan dana pendidikan sekitar 1.4 % dari
GNP sedangkan rata-rata untuk Negara berkembang sudah 3.8 % dan
Negara maju 5.1 %.
2.3.1. Pendidikan di Era Orde Baru
Pada pendidikan di era sekarang ini, pendidikan Indonesia
merupakan hasil dari kebijakan politik pemerintah Indonesia selama
ini. Di lihat dari realitas praktisny, pendidikan kita masih
mementingkan pendidikan yang bersifat dan berideologi materialisme
kapitalis. Materialisasi atau proses menjadikan semua yang bernilai
materi telah merunyak di segala sendi sistem pendidikan Indonesia.
Sendi-sendi yang di masuki bukan hanya materi pelajaran, pendidik,
peserta didik, manajemen, dan lingkungan, tetapi tujuan pendidikan
itu sendiri. Jika tujuan pendidikan telah mengarah kepada hal-hal
yang bersifat materi, maka apa yang dapat diharapkan dari proses
pendidikan tersebut. Teori modem mengatakan bahwasanya pendidikan
adalah investasi buat masa depan. Dari penyataan tersebut dapat
diketahui bahwa kurikulum pendidikan telah dijadikan atau
diselewengkan oleh tujuan yang tujuannya hanya untuk mendapatkan
pekerjaan. Oleh karena itu tujuan pendidikan untuk membentuk
manusia yang utuh dan tidak termajinalkan akan sulit tercapai
disebabkan prinsip ekonomi memang tidak mengenal nilai-nilai
spiritual, moralitas, dan kebersamaan.
Materialisasi pendidikan dapat dilihat dari beberapa aspek.
Materialisasi pada aspek manajemen pendidikan dapat dilihat pada
praktik munculnya kebanggaan semua pihak baik pengelola, pendidik,
peserta didik, dan wali akan megahnya gedung dan kampus di mana
mereka berada dan ikut andil di dalamnya. Jika hal ini dijadikan
sebagai ukuran kemajuan sebuah pendidikan, maka dapat dibayangkan
orientasi pendidiknya akan menjadi seperti apa. Materialisasi pada
aspek lingkungan pendidikan merupakan fenomena yang sangat jelas.
Lingkungan pendidikan yang dimaksud adalah masyarakat yang berada
di dalamnya. Kemasyarakatan Indonesia setelah memasuki era
modernisasi telah mengalami pergeseran yang luar biasa.
Pergeseran tersebut mencakup pergeseran orientasi kehidupan,
budaya, gaya hidup, pandangan hidup, perilaku politik, perilaku
ekonomi, dan pergeseran terhadap ajaran agama. Modernisasi pada
intinya merupakan upaya rasionalisasi seluruh aspek kehidupan
masyarakat, dari yang awalnya kental akan nuansa religious,
sakralitas, dan spiritual, bahkan transedental, obyektivitas, dan
realitas empiris.
Materialisasi tujuan pendidikan merupakan landasan awal bagi
proses materialisasi seluruh aspek di atas. Tujuan pendidikan yang
di materialisasikan adalah upaya mencapai tujuan pendidikan
nasional dengan asumsi dapat diukur secara kuantitatif dan dapat
dilihat hasilnya secara nyata; misalnya, berapa alumni yang telah
menjadi dokter, berapa yang telah menjadi pengacara atau berapa
alumni yang telah menjadi anggota dewan. Dengan melihat jumlah
alumni yang telah menduduki jabatan strategis, baik di lembaga
pemerintahan maupun di kantor-kantor mereka, maka dapat diketahui
pula keberhasilan sebuah lembaga pendidikan.
2.3.2. Reorientasi Sistem Pendidikan Indonesia
Dalam menentukan orientasi sistem pendidikan Indonesia ke depan,
maka perlu direnungkan kembali filosofis yang menjadi pedoman dan
arah pendidikan nasional. Meskipun bukan satu-satunya faktor
penentu, filsafat pendidikan diyakini dapat menentukan arah
pendidikan suatu bangsa; jika bangsa Indonesia melaksanakan
pendidikan, maka tentu didasarkan pada filsafat pendidikannya.
Sebelumnya, bangsa Indonesia memang telah memiliki nilai-nilai
filosofis dan nilai-nilai edukatif yang mendasari prilaku
kehidupannya. Meskipun sangat sukar merumuskan filsafat pendidikan
nasional Indonesia yang tepat. Namun dasar-dasarnya dapat kita
temukan dari tiga aspek dasar, yaitu: konsep manusia, nilai dasar
manusia Indonesia, dan visi pendidikan Indonesia.
Pertama, konsep manusia, pertanyaannya, siapakah manusia itu.
Dalam konsep Islam manusia itu terdiri dari tiga unsur: tubuh,
hayat, dan jiwa. Tubuh bersifat materi, tidak kekal dan hancur,
hayat berarti hidup. Dan jika tubuh mati, maka kehidupan pun
berakhir, sedangkan jiwa bersifat kekal.Kedua, nilai dasar manusia
Indonesia, bangsa Indonesia yang sering dikategorikan sebagai
bangsa timur, mewarisi nilai-nilai ketimuran seperti sopan santun,
jujur, ramah, berani, cakap, dan tegas. Ketiga, visi pendidikan
Indonesia, dalam UUD 1945 mengamanatkan bahwa hakekat visi
pendidikan nasional adalah untuk menciptakan manusia Indonesia
seutuhnya, menyangkut keunggulan dalam ilmu pengetahuan, spritual,
keterampilan, produktivitas dan daya saingnya.
Dalam ketetapan MPR No. II/MPR/1998 tentang GBHN memperinci
tujuan pendidikan nasional sebagai berikut, yaitu: Pendidikan harus
mampu menumbuhkan, meningkatkan kecerdasan dan dorongan untuk
selalu menambah pengetahuan dan keterampilan serta pengalamannya,
sehingga terwujud manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Esa, berakhlak mulia, berbudi luhur, mandiri,
memiliki disiplin dan kecerdasan serta tanggung jawab sebagai warga
negara dan bangsa, beretos kerja tinggi, berwawasan keunggulan dan
kewirausahaan, mampu memanfaatkan dan mengembangkan ilmu
pengetahuan dan tehnologi, serta menghargai jenis pekerjaan yang
memiliki harkat dan martabat sesuai dengan filsafat Pancasila.
Perlu kita ketahui bahwa pendidikan untuk siswa merupakan
potensi yang harus dikembangkan jika kita ingin menjadi bangsa yang
mampu bersaing dalam percaturan dunia secara global. Unggulan
kompetitif baru dapat diciptakan melalui insan-insan yang kreatif.
Orang yang kreatif adalah mereka yang mampu mencipta sesuatu yang
sama sekali baru secara monumental. Kemampuan inilah yang
dibutuhkan dalam kehidupan global di abad 21. Tanpa adanya
kreatifitas, kita sulit mempunyai unggulan kompetitif di
tengah-tengah bangsa lain. Selain itu, sistem pendidikan kita telah
lama mengorientasikan tujuannya pada kawasan kognitif, dan
membiarkan kawasan afektif untuk tidak diupayakan aplikasinya.
Kebanyakan kita beranggapan, bahwa jika aspek kognitif ini
dikembangkan secara benar, maka aspek afektif akan ikut berkembang
secara positif.
Fenomena kognitif (pengetahuan) dalam diri seseorang sangat
berpengaruh terhadap proses pengambilan keputusan dalam dirinya
apakah melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Dalam dunia
keseharian, betapa posisi afektif dapat berpengaruh kuat pada
prilaku seseorang. Seperti contoh, pada masa penjajahan melawan
Belanda/Jepang, di mana para pemimpin perang kita mampu dan
berhasil menanamkan Sistem nilai kepada seluruh rakyat Indonesia;
yaitu: Lebih baik mati dari pada di jajah. Dari sistem nilai itu
timbul semboyan Merdeka atau mati.
2.3.3. Pendidikan Karakter atau Pendidikan Budi Pekerti
Dalam mewujudkan pendidikan yang berkarakter ataupun pendidikan
yang berbasis budi pekerti, ada beberapa faktor yang perlu
diperhatikan diantaranya adalah pembentukan karakter dan budi
pekerti anak didik. Pendidikan moral (budi pekerti) adalah suatu
kesepakatan tentang apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia
dengan tujuan untuk mengarahkan generasi muda atas nilai-nilai
(values) dan kebajikan (virtues), yang akan membentuknya menjadi
manusia yang baik (good peoples). Tujuan lainnya adalah membentuk
kapasitas intelektual pada generasi muda yang memungkinkannya untuk
membuat keputusan bertanggungjawab atas hal atau permasalahan rumit
yang dihadapinya dalam kehidupan.
Moral secara turun temurun diajarkan kepada generasi muda
melalui penanaman kebiasaan (cultivation) yang menekankan pada mana
yang benar dan mana yang salah secara absolut. Sedangkan hal yang
di ajarkan kepada siswa didik, adalah mengenalkan pada mereka nilai
baik dan salah dan memberikan hukuman secara langsung maupun tidak
manakala terjadi pelanggaran. Yang tidak kalah penting, pendidikan
ini juga menghendaki adanya penghayatan bahwa ilmu yang dipelajari
akan diamalkan tanpa pamrih. Sifat ilmu yang tanpa pamrih ini
(scientific disinterestedness), merupakan suatu etos ilmiah yang
tetap harus dijunjung tinggi sampai saat ini.
Bagaimana dengan pendidikan karakter di Indonesia? Di Indonesia
di mana agama diajarkan di sekolah-sekolah negeri, kelihatannya
pendidikan moral masih belum berhasil di lihat dari parameter
kejahatan dan demoralisasi masyarakat yang tampak meningkat pada
periode ini. Dilihat dari esensinya, seperti yang terlihat dari
kurikulum pendidikan agama: tampaknya pendidikan agama lebih
mengajarkan pada dasar-dasar agamanya saja, sementara akhlak atau
kandungan nilai-nilai kebaikan belum sepenuhnya disampaikan. Dan
juga jika diperhatikan dari model pendidikannya pun; tampaknya
terjadi kelemahan, karena metode pedidikan yang disampaikan
dikonsentrasikan atau terpusat pada pendekatan otak kiri
(kognitif), yaitu mewajibkan anak didik untuk menghapal dan
mengetahui konsep dan kebenaran tanpa menyentuh perasaan, emosi,
dan nuraninya. Selain itu, tidak dilakukan praktek perilaku dan
penerapan nilai-nilai kebaikan dan akhlak mulia dalam kehidupan di
sekolah. Ini merupakan kesalahan metodologis yang mendasar dalam
pengajaran moral bagi manusia.
Dengan demikian, peran orang tua dalam pendidikan agama untuk
membentuk karakter anak menjadi amat mutlak, karena melalui orang
tua pula-lah anak memperoleh kesinambungan nilai-nilai kebaikan
yang telah ia ketahui di sekolah. Tanpa keterlibatan orang tua dan
keluarga, pendidikan ahklah (karakter) yang diajarkan di sekolah
akan menjadi sia-sia, sebab pendidikan karakter atau akhlak harus
mengandung unsur afeksi, perasaan, sentuhan nurani, dan prakteknya
sekaligus dalam bentuk amalan kehidupan sehari-hari.
2.4. Ruang Lingkup Lingkungan Eksternal dan Global dalam
Manajemen SDM Berkualitas2.4.1. Ruang Lingkup MSDM
Ruang lingkup dari MSDM meliputi semua aktivitas yang
berhubungan dengan sumberdaya manusia dalam organisasi, seperti
dikatakan oleh Russel & Bernadin bahwa.alll decisions which
affect theworkforce corcern the organizations human resource
management function. Aktivitas yang berkaitan dengan MSDM ini
secara umum mencangkup (1) Rancangan Organisasi , (2) Staffing,
(3)Sistem reward, tunjangan, dan pematuhan/compliance, (4)Manajemen
Performasi, (5) Pengembangan Pekerja dan Organisasi, (6) Komunikasi
dan Hubungan Masyarakat. Sedangkan kegiatan-kegiatan yang umumnya
tercakup dalam lingkup MSDM sebagai berikut.2.4.1.1. Rancangan
Organisasi
a. Perencanaan Sumber Daya Manusia
b. Analisis pekerjaan
c. Rancangan pekerjaan
d. Tim kerja (sistem sosioteknik)
e. Sistem informasi
2.4.1.2. Staffing
a. Rekrut/interview/mempekerjakan
b. Affirmative action
c. Promosi/pemindahan/sparasi
d. Pelayanan-pelayanan outplacement
e. Pengangkatan/orientasi
f. Metode-metode seleksi pekerja
2.4.1.3. Sistem Reward, Tunjangan, dan Pematuhan
a. Pelayanan kesehatan/medis
b. Prosedur pengaduan/disiplin
c. Administrasi kompensasi
d. Administrasi pengupahan/penggajian
e. Administrasi tunjangan asuransi
f. Rencana pembagian keuntungan/pensiun
g. Hubungan kerja
2.4.1.4. Maanjemen Formasi
a. Penilaian manajemen/MBO
b. Program peningkatan/produktivitas
c. Penilaian performasi yang difokuskan pada klien
2.4.1.5. Pengembangan pekerjaan dan organisasi
a. Pengemban dan pengawasan /manajemen
b. Perencaan/pengembangan karier
c. Program pembinaan/asistensi pekerjaan
d. Pelatihan ketrampilan, nonmanajemen
e. Program persiapan pensiun
f. Penelitian terhadap sikap
2.4.1.6. Komunikasi dan Relasi Publik
a. Sistem informasi /laporan/catatan sumber daya manusia
b. Komuniaksi/publikasi pekerja
c. Sistem penyaranan
d. Penelitian sumberdaya manusia ( Faustino, 2003: 12)
2.4.2. Faktor yang perlu dipertimbangkan2.4.3.1. Perubahan
lingkungan eksternal
a. Kondisi perekonomian makro
b. Hukum, politik, sosial
c. Ilmu pengetahuan dan teknologi
d. Persaingan usaha2.4.3.2. Perubahan lingkungan internal
a. Perubahan kondisi perusahaan
b. Perubahan kondisi karyawan
2.4.3. Ruang lingkup MSDM Internasional
Secara umum, Dowling dalam Schuler (1994) membatasi ruang
lingkup Manajemen Sumber Daya Manusia Internasional meliputi fungsi
MSDM, tipe pekerja dan negara yang terlibat. Ruang lingkup yang
dimaksud secara lebih terperinci dapat dijelaskan
sebagaiberikut.2.4.3.1. Fungsi MSDM meliputi empat aktifitas,
yaitu: a.fungsi akuisisi, meliputi:
perencanaan,penarikandansosialisasi.
b.fungsi pengembangan, meliputi: pelatihan, pengembangan dan
pembinaan
c.fungsi pemeliharaan, meliputi: kesehatan dankeselamatan kerja
serta hubungan kerja.
d.fungsi motivasi, meliputi evaluasi,penghargaan,kompensasidan
disiplin.
2.4.3.2. Tipe pekerja atau karyawan dapat dibedakan berdasarkan
negara asalnya, yaitu:
a. karyawan yang berasal dari Negara tempat perusahaan
beroperasi (local national)
b. karyawan yang berasalk dari negara asal perusahaan
(expratiate)
c. karyawan yang berasal dari negara ketiga (third country
national)2.4.3.3. Sedangkan negara yang terlibat dalam operasi,
yaitu:
a. negara bantuan rumah tempat perusahaan beroperasi (host
country)
b. negara asal perusahaan (home country)
c. negara yang bukan negara asal dan negara tuan rumah (other
countries)
Mengingat luasnya wilayah operasi manajemen Sumber Daya Manusia
Internasional,fungsi dan aktifitas yang dilakukan dalam MSDM
Internasional lebih banyak dan luas cakupannya jika dibandingkan
dengan MSDM domestik. Ada aktifitas yang dilakukan MSDM
Internasional namun tidak dilakukan oleh MSDM domestik. Aktifitas
tersebutmeliputi penyesuaian dengan aturan perundangan atau hukum
internasional maupun hukum negara yang ditempati termasuk di
dalamnya adalah tata aturan perpajakan, administrasi yangberkaitan
dengan para expatriate, misalnya paspor/visa dan dokumen lainnya
yang diperlukan,serta pelaksanaan orientasi bagi para expatriate.
Penyesuaian itu berlaku di negara mana saja dimana para tenaga
kerja asing akanbekerja.Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Nomor 02/PERMEN/III/2008 persyaratan yang harus
dimiliki oleh Tenaga Kerja Asing (TKA) yang dipekerjakan oleh
pemberi kerja di wilayahIndonesia sebagai berikut.a. Memiliki
pendidikan dan atau pengalaman kerja sekurang kurangnya 5 (lima)
tahun yang sesuai dengan jabatan yang akan diduduki.
b. Bersedia membuat pernyataan untuk mengalihkan keahliannya
kepada Tenaga Kerja Indonesia (TKI) khususnya TKI pendamping. Yang
dimaksud dengan TKIpendamping
(BabIKetentuanUmum,pasal1PERMEN,2008)adalahtenagakerja warga negara
Indonesia yang ditunjukdan dipersiapkansebagai pendamping Tenaga
Kerja Asing (TKA)
c. Dapat berkomunikasi dalam bahasa Indonesia.
Dalam hal jabatan yang akan diduduki oleh TKA telah mempunyai
standarkompetensi kerja, maka TKA yang akan dipekerjakan harus
memenuhi standartersebut. TKI pendamping harus memiliki
latarbelakang bidang pendidikan yangsesuaidenganjabatan yang akan
diduduki TKA.
Pemberi kerja TKA wajib melaporkan penggunaan TKA dan pendamping
TKA di perusahaan secara periodik 6(enam) bulan sekali kepada
Direktur (Direktur Pengendalian Penggunaan Tenaga Asing) atau
Gubernur atau Bupati/Walikota dengan tembusan kepada Dirjen
(Direktur Jenderal Pembinaan Tenaga Kerja). Direktur atau Gubernur
atauBupati/Walikota melaporkan IMTA (Ijin Menggunakan Tenaga Asing)
yang diterbitkansecara periodik setiap 3(tiga) bulan kepada Menteri
dengan tembusan kepadaDirjen.
Disamping yang dijelaskan di atas, MSDM Internasional juga
memiliki perspektif yang lebih luas jika dibandingkan dengan MSDM
domestik, hal ini sangat dimungkinkan karena mereka harus
berhadapan dengan kelompok karyawan yang sangat heterogen
kebangsaannya. Oleh karena itu, seringkali dalam praktek MSDM
Internasionalmemungkinkan untuk terlibat lebihjauh dalam kehidupan
karyawan. Halini diperlukan dalam aktifitas seleksi, pelatihan
danmanajemen efektif.
Karena MSDM Internasional dalam prakteknya lebih banyak
dipengaruhi oleh faktoreksternal, antara lain bentuk pemerintahan,
perekonomian, dan praktek bisnis tuan rumahmaka MSDM Internasional
memiliki resiko yang sangat tinggi terhadap kegagalan strategiyang
diterapkannya. Kegagalan tersebut ditimbulkan oleh kegagalan
pekerja yang memangditempatkan di luar negeri, terutama dalam
rangka penyesuaian lingkungan dan penyikapanyang tidak berhasil
(Foster, 1998).
2.4.4. Pengertian Manajemen Strategik dan Strategi MSDM
Internasional
Sebelum mendefinisikan manajemen strategi,maka perlu
mendefinisikan kata strategi. Kata strategi berasal dari bahasa
Yunani kuno yaitu strategos. Di kalangan militer kata strategi
dimaksudkan sebagai suatu cara untuk memenangkan suatu pertempuran.
Manthis (2000) mendefinisikan strategy as the process ofidentifying
organizational objectives and theactions needed to achieve those
objectives. Manajemen strategik merupakan suatu proses atau suatu
pendekatan yang berhubungan dengan tantangan persaingan dan peluang
yangharus dihadapi oleh perusahaan,dengan kata lain manajemen
strategi merupakan sejumlah keputusan dan tindakan atau usahayang
mengarah pada penyusunan suatu strategi yang efektif untuk membantu
mencapai sasaran perusahaan. Manajemen strategi pada dasarnya
merupakan kumpulan bentuk-bentukstrategi, suatu proses untuk
menganalisis situasi persaingan perusahaan dalammengembangkan
tujuan strategi perusahaan dan memikirkan suatu rencana tindakan
serta alokasi sumber daya tangible yang dapat meningkatkan
kemungkinan pencapaian tujuanorganisasi (Suteja, 2001). Pilihan
strategi (strategy choice) merupakan respon atas pertanyaan
substansi almengenai persaingan, yaitu bagaimana
perusahaan-perusahaan akan bersaing untuk mencapaitujuan dan
misinya. Keputusan dalam pilihan ini sering berhubungan dengan
masalahmendasar, misalnya dimana akan bersaing, bagaimana dapat
bersaing dan dengan cara apaakan bersaing.
Dalam praktiknya para decision maker kurang atau bahkan tidak
memperhatikanmasalah dengan cara apa akan bersaing. Keputusan ini
memiliki dampak luas terhadap perusahaan. Kegagalan
dalammengantisipasi masalah diatas dapat
mengakibatkanperusahaantidakmengetahuibagaimana mereka dapat
bersaingdenganpesaing - pesaingnya, baikdidalam negaranya
sendiridimana indukperusahaanituberoperasimaupundinegaralain dimana
cabang perusahaan itu beroperasi.
Strategi MSDM Internasional merupakan suatu keterkaitan antara
manajemen sumberdaya manusia internasional dengan tujuan dan
sasaran strategik yang dimaksudkan agar dapat memperbaiki kinerja
bisnis dan mengembangkan budaya perusahaan, sehingga dapatmendorong
dan membantu untuk berkreasi, berinovasi lebih fleksibel. Strategi
MSDM Internasional juga dapat diartikan sebagai suatu pola
penyebaran sumber daya manusia yangterencana dan suatu tindakan
yang dimaksudkan untuk meyakinkan dan meningkatkan bahwaperusahaan
dapat mencapai tujuannya.
Berkaitan dengan uraian di atas, maka keberadaan calon Tenaga
Kerja Asing dalam hal ini Expatriate, haruslah dikelola dengan baik
oleh perusahaan-perusahaan besar yangmemiliki jaringan
internasional (MNCs = MultinationalCorporations) jika perusahaan
inimenginginkan para pekerjanya sukses dalam penugasan luar
negerinya. Perusahaan-perusahaan tersebut haruslah menyadari bahwa
karyawanyang berkinerja tinggi di negaranyasendiri dapat dengan
mudah menjadi karyawan yang berkinerja rendah di negara lain
(Schuler,1994). Untuk mengantisipasi kemungkinan itu maka
perusahaan harus memilikirencana dan pilihan strategi apa yang
tepat digunakan untuk tujuan perusahaan dan untukmembekali para
pekerjanya dalam menjalankan pekerjaannya di negara lain dimana
situasidan kondisinya berbeda dengan induk perusahaan atauasal
perusahaan (home country). Strategi dalam penerapan MSDM
Internasional dilakukan melalui berbagai kegiatan, yaitu:
1. perencanaan
2. rekrutmen dan seleksi
3. pengaturan atau pengelolaan staf
4. pemberian orientasi atau pembekalan
5. pelatihan dan pengembangan SDM
6. pemberian kompensasi dan imbalan
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Ruang lingkup lingkungan eksternal dan global antara lain
rancangan organisasi, staffing, sistem reward, tunjangan, dan
pematuhan/compliance, manajemen performasi, pengembangan pekerja
dan organisasi, komunikasi dan hubungan masyarakat.
2. Pengaruh lingkungan eksternal dan global terhadap kualitas
SDM antara lain sebagai berikut.
a. Menuntut para pelaku industri untuk berfikir kreatif dan
inovatif untuk menciptakan produk atau jasa yang bisa memuaskan
para konsumen/pelanggan.
b. Para pelaku industri semakin cermat dalam menciptakan produk
atau jasa yang berkualitas dan terjangkau agar dapat diminati
konsumen/pelanggan.
c. Pekerjaan menjadi semakin cepat, mudah, dan murah tanpa
membutuhkan biaya dan tenaga yang besar, serta waktu yang terpakai
menjadi lebih efektif dan efisien.
3. Manajemen perusahaan dalam meningkatkan kualitas SDM yaitu
dengan cara memberikan kompensasi dan menciptakan lingkungan kerja
yang kondusif bagi pekerja/pegawai.4. Alasan pendidikan dijadikan
tolok ukur dalam peningkatan kualitas SDM adalah pendidikan
diharapkan mampu menumbuhkan, meningkatkan kecerdasan dan dorongan
untuk selalu menambah pengetahuan dan keterampilan serta
pengalamannya, sehingga terwujud manusia Indonesia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Esa, berakhlak mulia, berbudi luhur,
mandiri, memiliki disiplin dan kecerdasan serta tanggung jawab
sebagai warga negara dan bangsa, beretos kerja tinggi, berwawasan
keunggulan dan kewirausahaan, mampu memanfaatkan dan mengembangkan
ilmu pengetahuan dan tehnologi, serta menghargai jenis pekerjaan
yang memiliki harkat dan martabat sesuai dengan filsafat
Pancasila.3.2. Saran
1. Dengan adanya lingkungan esternal dan global diharapkan dapat
memacu semangat untuk berkarya atau bekerja agar kualitas dan
produktivitas individu semakin meningkat dan berkembang.2. Para
pelaku perusahaan diharapkan dapat terus mencari metode untuk
meningkatan kualitas SDM dari pegawainya agar perusahaan yang
dipimpin dapat berkembang semakin baik.
3. Masyarakat diharapkan sadar akan pentingnya pendidikan baik
secara formal maupun informal terlebih lagi mengenai pendidikan
karakter dan akhlak. DAFTAR RUJUKAN
Ahmad, M.F., Zakuan, N., Jusoh, A., Yusof, S.M., & Takala,
J. 22-23 September 2013. Moderating Effect of Asean Free Trade
Agreement between Total Quality Management and Business
Performance. International Conference on Innovation, Management and
Technology Research, (Online), ([email protected]), diakses 10
Januari 2015.Bafaddal Ibrahim, 2003Manajemen Perlengkapan Sekolah
Teori Dan Aplikasinya. Jakarta:PT. Bumi Aksara.Budi, Setya Gagus.
2010. Solusi Masalah Pengangguran di Indonesia.Malang: Universitas
Muhammadiah Malang. Darigagus.student.umm, (Online),
(http://gagus.student.umm.ac.id.),di akses tanggal 9 april
2012.Dessler Gary. 1998. Manajemen Sumber Daya Manusia jilid 2.
Jakarta: PT Prenhallindo.
Dowling, P. J., Schuler, R. S. 1994.International Dimensions of
Human Resources Management. California: Wadworth Publishing
Company.Echols, M. John, 2006,Kamus Inggris Indonesia,
CetakanXXVIII. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.Foster, D. 1998.
Culture Shock: Waiting and Winning in Indonesia, Septembre, Global
Workforce.Frazie, Valerie. 1998. Cost Skyrocket to Maintain Exparts
in Indonesia, July, Global Workforce.
Hollinshead, Graham. 1995. HumanResource Management An
International and Comparative Perspective. London: Pitman
Publishing.
Hornby, A. S, et all, 1973, The Advance Learner's Dictionary of
Current English, SecondEdition, London, Oxford University
Press.Imron, Ali. 2002. Kebijaksanaan Pendidikan di Indonesia.
Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Jackson, Terence. 1993. Organizational Behaviour in
International Management. London: Butterworth-Heinemann.
Koesmono, H. Teman. 2005. Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap
Motivasi dan Kepuasan Kerja Serta Kinerja Karyawan Pada Sub Sektor
Industri Pengolahan Kayu Skala Menengah di Jawa Timur. Jurnal
Manajemen & Kewirausahaan, 7 (2): 171-188.
Nasution, Wendi Amsuri. 2013. Pengaruh Kompensasi dan Lingkungan
Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Pada PT. Karya Deli Stelindo
Medan. Jurnal Manajemen Bisnis, 20 (2): 5-11.
Nata Abuddin, 2003. Manajemen Pendidikan (Mengatasi Kelemahan
Pendidikan Islam di Indonesia). Jakarta timur: Prenada Media.
Stephen.P. Robbins, 1999.Manajemen (Mnagement, Sixth Edition).
Jakarta: PT. Prenhallindo.Sutrisno Edy. 2009. Manajemen Sumber Daya
Manusia Cetakan ke3. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.Syafri,2003. StrategiManajemen Sumber Daya Manusia.
JakartaSelatan: Ghalia Indonesia.-------------------------.
2003.Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar Dari Sentralisasi
Menuju Desentralisasi.Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Undang-undang dasar 1945.Hasil Amandemen
UU. Nomor 2 tahun1989.Tentang SisdiknasUU. Nomor 20 tahun
2003.Tentang Sisdiknas.
13