Top Banner
Gambaran Pengetahuan dan Sikap Ibu serta Faktor Lingkungan terhadap Kejadian Diare pada Balita di Kecamatan Sungai Pinang Kabupaten Ogan Ilir Tahun 2013 Disusun Oleh : Elita Sari (10091001022) Evelyn Amastiza (10101001010) Ellis Sepianessi (10101001019) Rizka Isti Qomarya (10101001023) Depita Meriyani (10101001024) Mona Elizabeth (10101001026) Rini Andriani (10101001028) Dosen pembimbing : Rini Muntahar, S.KM, M.KM FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT 1
71

Makalah Msc

Jan 02, 2016

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Makalah Msc

Gambaran Pengetahuan dan Sikap Ibu serta Faktor Lingkungan

terhadap Kejadian Diare pada Balita di Kecamatan Sungai

Pinang Kabupaten Ogan Ilir Tahun 2013

Disusun Oleh :

Elita Sari (10091001022)

Evelyn Amastiza (10101001010)

Ellis Sepianessi (10101001019)

Rizka Isti Qomarya (10101001023)

Depita Meriyani (10101001024)

Mona Elizabeth (10101001026)

Rini Andriani (10101001028)

Dosen pembimbing : Rini Muntahar, S.KM, M.KM

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

INDRALAYA

1

Page 2: Makalah Msc

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang selalu

mencurahkan kasih dan sayangnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas

contoh proposal mata kuliah Metode Survey Cepat (MSC) dengan Judul

“Gambaran Pengetahuan dan Sikap Ibu serta Faktor Lingkungan terhadap

Kejadian Diare pada Balita di Kecamatan Sungai Pinang Kabupaten Ogan Ilir

Tahun 2011”.

Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk melengkapi tugas mata kuliah

Metode Survey Cepat, dan secara keseluruhan sebagai dasar penambah wawasan

dan pengetahuan.

Dalam kesempatan ini, kami mengucapkan terimakasih kepada Ibuk Rini

Muntahar, S.KM, M.KM selaku dosen pengasuh mata kuliah Metode Survey

Cepat (MSC) atas bimbingan yang telah diberikan kepada kami.

Contoh proposal penelitian ini tentunya masih banyak kekurangan

didalamnya maka dari itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan

agar menjadi lebih baik di masa yang akan datang, dan semoga berguna bagi yang

membacanya, terimakasih.

Indralaya, Mei 2013

Penulis

2

Page 3: Makalah Msc

DAFTAR ISI

Kata Pengantar………………………………………………………….. iDaftar Isi………………………………………………………………... iiBAB I. PENDAHULUAN…………………………………………….. 11.1. Latar Belakang……………………………………………………... 11.2. Rumusan Masalah………………………………………………….. 41.3. Tujuan Penelitian ..………………………………………………… 5

1.3.1. Tujuan Umum………………………………………………. 51.3.2. Tujuan Khusus……………………………………………… 5

1.4. Manfaat Penelitian ...………………………………………………. 51.4.1. Bagi Peneliti …………………………………………………51.4.2. Bagi Tempat Peneliti ……………………………………….. 61.4.3. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat ……………………… 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA……………………………………… 72.1. Diare dan Balita……………………………………………………. 7

2.1.1. Pengertian Diare……………………………………………. 72.1.2. Pengertian Balita……………………………………………. 8

2.2. Faktor Penyebab Diare …………………………………………… 82.3. Tanda dan Gejala Diare .…………………………………………. 102.5. Epidemiologi Diare…..…………………………………………… 142.6. Pencegahan Diare terhadap Balita………………………………… 152.7. Pengobatan Diare…………………………………………………. 182.8. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu terhadap Kejadian Diare pada Balita …………………………………………………. 18

2.8.1. Konsep prilaku……………………………………………… 182.8.2. Tingkatan Pengetahuan……………………………………... 20

2.9. Hubungan Sanitasi Lingkungan dengan Diare……………………. 212.10. Kerangka Teori…………………………………………………… 25BAB III. KERANGKA KONSEP ……………………………………. 263.1. Kerangka Konsep ……….…………………………………………. 263.2. Definisi Operasional ……………...………………………………... 27BAB IV. METODE PENELITIAN …………………………………… 314.1. Jenis Penelitian……………………………………………………... 314.2. Lokasi Penelitian…………………………………………………… 314.3. Waktu Penelitian…………………………………………………… 314.4. Variabel Penelitian…………………………………………………. 314.5. Populasi dan Sampel……………………………………………….. 31

4.5.1. Populasi……………………………………………………... 314.5.2. Sampel………………………………………………………. 31

4.6. Jenis, Cara, dan Alat Pengumpulan Data………………………….. 32

4.7. Teknik Pengolahan Data…………………………………………… 33BAB V. Daftar Pustaka………………………………………………… 34BAB VI. Lampiran Kuesioner…………...……………………………... 36

3

Page 4: Makalah Msc

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Hendri L. Blum yang diacu pada Ima (2008) derajat kesehatan

dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya lingkungan (30%), perilaku hidup

sehat (40%), pelayanan kesehatan (10%), dan keturunan (20%). Dari keempat

faktor tersebut, faktor lingkungan dan perilaku hidup sehat sangat mempengaruhi

derajat kesehatan. Menurut UU No 32 Tahun 2009, lingkungan adalah kesatuan

ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia

dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan

perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Contoh

perilaku tergambar dalam kebiasaan sehari-hari seperti pola makan, kebersihan

perorangan, gaya hidup, dan perilaku terhadap upaya kesehatan.

Dampak kesehatan lingkungan yang buruk adalah tingginya angka

kesakitan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan air (water related

diseases) dan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan tinja (excreta-related

diseases) sepert diare, kulit dan hepatitis A (Cairncross dan Feachem 1993 diacu

dalam Ima 2008). Badan Amerika Serikat untuk bantuan pembangunan

internasional (U.S. AID) telah merangkum hasil dari berbagai penelitian

mengenai dampak perbaikan keadaan air bersih dan sanitasi di negara-negara

sedang berkembang yang menyatakan bahwa perbaikan kualitas dan kuantitas air

bersih dapat menurunkan angka kesakitan diare dengan median 37%. Serta

4

Page 5: Makalah Msc

perbaikan pembuangan tinja dapat menurunkan angka kesakitan diare dengan

median 22% (World Bank 1992 diacu dalam Ima 2008).

Diare hingga saat ini masih merupakan salah satu penyebab utama

kesakitan dan kematian hampir di seluruh daerah geografis di dunia dan semua

kelompok usia bisa diserang oleh diare, tetapi penyakit berat dengan kematian

yang tinggi terutama terjadi pada bayi dan anak balita (Anjar, 2009). Di negara

berkembang, anak-anak menderita diare lebih dari 12 kali per tahun dan hal ini

yang menjadi penyebab kematian sebesar 15-34% dari semua penyebab kematian

(Aman, 2004 dalam Anjar, 2009). Di negara berkembang, anak-anak balita

mengalami rata-rata 3-4 kali kejadian diare per tahun tetapi di beberapa tempat

terjadi lebih dari 9 kali kejadian diare per tahun atau hampir 15-20% waktu hidup

anak dihabiskan untuk diare (Soebagyo, 2008 dalam Anjar, 2009). Data WHO

memperkirakan bahwa infeksi diare mengancam kehidupan 1,87 juta anak balita

setiap tahun di seluruh dunia, membuat diare menjadi penyebab  kematian bayi

dan balita kedua terbanyak setelah pneumonia (Kemenkes RI, 2012).

Penyakit diare di Indonesia merupakan salah satu masalah kesehatan

masyarakat yang utama, hal ini disebabkan karena masih tingginya angka

kesakitan diare yang menimbulkan banyak kematian terutama pada balita. Hasil

Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004, angka kematian akibat

diare 23 per 100 ribu penduduk dan pada balita 75 per 100 ribu balita. Data

Departemen Kesehatan RI menunjukkan 5.051 kasus diare sepanjang tahun 2005

lalu di 12 provinsi. Angka kesakitan diare pada tahun 2006 yaitu 423 per 1000

penduduk, dengan jumlah kasus 10.980 penderita dengan jumlah kematian 277

(CFR 2,52%). Di Indonesia dilaporkan terdapat 1,6 sampai 2 kejadian diare per

5

Page 6: Makalah Msc

tahun pada balita, sehingga secara keseluruhan diperkirakan kejadian diare pada

balita berkisar antara 40 juta setahun dengan kematian sebanyak 200.000-400.000

balita. WHO memperkirakan, sekitar 31.200 anak balita di Indonesia meninggal

setiap tahun karena penyakit ini (Soebayo dalam Anjar, 2009)

Sumatera Selatan merupakan salah satu provinsi penyumbang kasus diare

terbanyak. Pada tahun 2009, diare termasuk dalam 3 kasus penyakit terbanyak di

rawat inap rumah sakit bersama dengan Tifus dan DBD. Diare juga menempati

posisi pertama (56,2%) penyakit menular berbasis puskesmas terbanyak di

Sumatera Selatan berdasarkan hasil STP (Profil Dinkes Sumsel, 2010). Kabupaten

Ogan Ilir adalah salah satu kabupaten yang angka kejadian penyakitnya masih

tinggi. Berdasarkan Profil Dinkes OI Tahun 2007, angka kesakitan diare yaitu

7.011 kasus. Pada tahun 2010, kasus ini terus meningkat menjadi 8.358 penderita

dan pada tahun 2011 diperkirakan mencapai 18.293 kasus (Profil Dinkes OI,

2011).

Dari seluruh kecamatan yang ada di wilayah Kab. Ogan Ilir, kasus di

wilayah Kecamatan Sungai Pinang diperkirakan turut menyumbangkan kasus

penyakit yang banyak yaitu mencapai 1.209 kasus (Profil Dinkes OI, 2011).

Kasus yang terus meningkat setiap tahunnya tentunya menjadi sebuah

permasalahan kesehatan masyarakat apalagi berdasarkan Profil Dinkes 2011

diketahui bahwa penanganan kasus ini belum terlalu maksimal, hanya 63,17%

kasus yang ditangani. Dalam penanganan kasus ini tentunya dibutuhkan upaya

yang efektif karena determinan penyakit diare sangat kompleks.

Ada beberapa faktor yang berkaitan dengan kejadian diare yaitu tidak

memadainya penyediaan air bersih, air tercemar oleh tinja, kekurangan sarana

6

Page 7: Makalah Msc

kebersihan, pembuangan tinja yang tidak higienis, kebersihan perorangan dan

lingkungan yang jelek, serta penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak

semestinya (Sander, 2005). Banyak faktor yang secara langsung maupun tidak

langsung dapat menjadi faktor pendorong terjadinya diare, terdiri dari faktor

agent, penjamu, lingkungan dan perilaku. Faktor penjamu yang menyebabkan

meningkatnya kerentanan terhadap diare, diantaranya perilaku dan pola asuh ibu,

tidak memberikan ASI selama 2 tahun, kurang gizi, penyakit campak, dan

imunodefisiensi. Faktor lingkungan yang paling dominan yaitu sarana penyediaan

air bersih dan pembuangan tinja, kedua faktor ini akan berinteraksi bersama

dengan perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar

kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula,

maka penularan diare dengan mudah dapat terjadi (Depkes, 2005).

Dari latar belakang tersebut, peneliti ingin mengetahui gambaran

determinan yang berpengaruh terhadap kejadian penyakit diare karena diketahui

kejadian penyakit ini terus menjadi permasalahan kesehatan masyarakat setiap

tahunnya. Maka dari itu, perlu dilakukan penelitian terhadap gambaran faktor

determinan dalam hal ini faktor keluarga (pengetahuan dan perilaku ibu) dan

faktor lingkungan yang mempengaruhi kejadian penyakit diare di Kecamatan

Sungai Pinang Tahun 2013.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, penyakit diare

merupakan salah satu penyakit yang banyak menyerang balita di daerah Kab.

Ogan Ilir, khususnya wilayah Kecamatan Sungai Pinang dimana terus terjadi

7

Page 8: Makalah Msc

peningkatan kasus setiap tahunnya. Dalam hal ini, determinan penyakit akan

dilihat berdasarkan faktor keluarga (pengetahuan dan perilaku ibu) serta faktor

lingkungan.

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana gambaran

determinan penyakit dalam hal ini faktor keluarga (pengetahuan dan perilaku ibu)

serta faktor lingkungan yang mempengaruhi kejadian penyakit diare di

Kecamatan Sungai Pinang Tahun 2013.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui keeratan gambaran faktor determinan dalam hal ini faktor

keluarga (pengetahuan dan perilaku ibu) dan faktor lingkungan yang

mempengaruhi kejadian penyakit diare di Kecamatan Sungai Pinang Tahun 2013.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu yang mempengaruhi

kejadian penyakit diare di Kecamatan Sungai Pinang Tahun 2013.

b. Mengetahui gambaran perilaku ibu yang mempengaruhi kejadian

penyakit diare di Kecamatan Sungai Pinang Tahun 2013.

c. Mengetahui gambaran faktor lingkungan yang mempengaruhi kejadian

penyakit diare di Kecamatan Sungai Pinang Tahun 2013.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

Peneliti memperoleh pengetahuan tentang gambaran determinan penyakit

diare lebih mendalam dan pengalaman secara langsung di dalam

8

Page 9: Makalah Msc

merencanakan dan melaksanakan penelitian, serta mampu menerapkan

ilmu yang telah diperoleh.

1.4.2 Bagi Tempat Penelitian

Sebagai bahan masukan yang dapat dipergunakan untuk lebih

mengefektifkan program dalam hal pemberantasan dan pencegahan

penyakit diare.

1.4.3 Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat

Menambah perbendaharaan karya tulis ilmiah yang dapat bermanfaat bagi

yang membutuhkan bahan pustaka dan informasi mengenai gambaran

determinan kasus penyakit diare.

9

Page 10: Makalah Msc

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. DIARE DAN BALITA

2.1.1. Pengertian Diare

Diare adalah penyakit yang ditandai bertambahnya frekuensi defekasi

lebih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi

cair), dengan atau tanpa darah atau lendir (Suraatmaja, 2007). Menurut WHO

(2008), diare didefinisikan sebagai berak cair tiga kali atau lebih dalam sehari

semalam. Berdasarkan waktu serangannya terbagi menjadi dua, yaitu diare akut (<

2 minggu) dan diare kronik (≥ 2 minggu) (Widoyono, 2008).

Terdapat beberapa pendapat tentang definisi penyakit diare. Menurut

Hippocrates definisi diare yaitu sebagai suatu keadaan abnormal dari frekuensi

dan kepadatan tinja, Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia, diare atau penyakit

diare adalah bila tinja mengandung air lebih banyak dari normal. Menurut WHO

diare adalah berak cair lebih dari tiga kali dalam 24 jam, dan lebih menitik

beratkan pada konsistensi tinja dari pada menghitung frekuensi berak. Ibu-ibu

biasanya sudah tahu kapan anaknya menderita diare, mereka biasanya mengatakan

bahwa berak anaknya encer atau cair. Menurut Direktur Jenderal PPM dam PLP,

diare adalah penyakit dengan buang air besar lembek/ cair bahkan dapat berupa

air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (biasanya 3 kali atau lebih

dalam sehari) (Yatsuyanagi, 2002).

Diare adalah tinja encer keluar lebih sering, diare bukan merupakan suatu

penyakit tetapi kelihatan dalam keadaa seperti enteritis regionalis, sprue, colitis

ulcerosa, berbagai infeksi usus dan kebanyakan karena jenis radang lambung dan

usus (Sasongko, 2009).

Diare adalah buang air besar atau defekasi yang encer dengan frekuensi

lebih dari tiga kali sehari, dengan atau tanpa darah dan atau lender dalam tinja

(Mansjoer, 2000). Sedangkan menurut Ngastiyah (2005), diare merupakan salah

satu gejala dari penyakit pada system gastrointestinal atau penyakit lain diluar

saluran pencernaan, dikarenakan keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4

10

Page 11: Makalah Msc

kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak. Konsistensi feses encer dapat

berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja.

2.1.2. Pengertian Balita

Balita adalah bayi yang berumur dibawah 5 tahun atau masih kecil yang

perlu tempat bergantung pada seorang dewasa yang mempunyai kekuatan untuk

mandiri dengan usaha anak balita yang tumbuh.

Tahap-Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan, yakni ;

Masa neoratus : usia 0 – 28 hari

Masa neonatal dini : 0 – 7 hari

Masa neonatal lanjut : 8 – 20 hari

Masa pasca neonatal : 29 hari – 1 tahun

Masa bayi : usia 0 – 1 tahun

Masa bayi dini : 0 – 1 tahun

Masa bayi akhir : 1 – 2 tahun

Masa pra sekolah (usia 2 – 6 tahun)

Pra sekolah awal (masa balita) : mulai 2 – 3 tahun

Pra sekolah akhir : mulai 4 – 6 tahun

Masa neonatal

Pada masa ini terjadi adaptasi pada lingkungan perubahan sirkulasi darah

serta mulai  berfungsi organ-organ tubuh. Saat lahir berat badan normal dari bayi

yang sehat berkisar  antara 3000-3500 gr, tinggi badan sekitar 350 gr, selama 10

hari pertama biasanya terdapat penurunan berat badan sekitar 10 % dari berat

badan lahir, kemudian berat badan bayi akan berangsur-angsur mengalami

kenaikan. (Soetjeningsih, 2003)

2.2. Faktor penyebab Diare

Faktor infeksi

Infeksi enteral

Infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama

diare pada anak meliputi infeksi enternal sebagai berikut :

11

Page 12: Makalah Msc

Infeksi bakteri : vibrio, E. Coli, Salmonella, Stigella, Campilobacter,

Yersinia, Aeromonas dan sebagainya.

Infeksi Virus : Entrovirus (Virus Echo, Coxsackie, Poliomielitis)

Infeksi parasit : cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris, Strongyloides)

Infeksi parental

ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti : otitis media akut

(OMA), tonsilitis / tonsilofaringis, bronkopneumonia, ensefalitis dan

sebagainya

Faktor Malabsorsi

Malabsorsi karbohidrat disakarida

Faktor makanan

makanan basi

makanan beracun

alergi terhadap makanan

Faktor psikologis

rasa takut dan cemas

Jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih besar) (Ngastiyah 2003).

Faktor-Faktor yang Meningkatkan Resiko Diare

Faktor lingkungan

Pemasukan air tidak memadai

Air terkontaminasi tinja

Fasilitas kebersihan kurang

Kebersihan pribadi buruk, misalnya tidak mencuci tangan setelah buang

air besar

Kebersihan rumah buruk. Misalnya tidak membuang tinja anak di WC

Metode penyiapan dan penyimpanan makanan tidak higienes.

(Misalnya makanan dimasak tanpa dicuci terlebih dahulu atau tidak

menutup makanan yang telah dimasak)

12

Page 13: Makalah Msc

Praktik penyapihan yang buruk

- Pemberian susu eksklusif dihentikan sebelum bayi berusia 4-6 bulan

dan melalui pemberian susu melalui botol

- Berhenti menyusui sebelum anak berusia 1 tahun

- Faktor individu

1. Kurang gizi

2.Buruk atau kurangnya mekanisme pertahanan alami tubuh. Misalnya,

diare lebih lazim terjadi pada anak-anak, baik yang mengidap campak

atau yang mengalami campak.

3. Produksi asam lambung berkurang

Gerakan pada usus berkurang yang mempengaruhi aliran makanan

yang normal.

2.3. Tanda dan Gejala

Menurut Nursalam (2005), tanda dan gejala diare berdasarkan klasifikasi

diare sebagai berikut:

Tanda / gejala yang tampak Klasifikasi

Terdapat dua atau lebih tanda-tanda

berikut:

a. Letargis atau tidak sadar.

b. Mata cekung.

c. Tidak bisa minum atau malas

minum.

d. Cubitan kulit perut

kembalinya sangat lambat.

Diare dengan dehidrasi berat.

Terdapat dua atau lebih tanda-tanda

berikut:

a. Gelisah, rewel atau mudah

marah.

b. Mata cekung.

c. Haus, minum dengan lahap.

Diare dengan dehidrasi

ringan/sedang.

13

Page 14: Makalah Msc

d. Cubitan kulit perut

kembalinya lambat.

Tidak ada tanda-tanda untuk

diklasifikasikan sebagai dehidrasi berat

atau ringan/sedang.

Diare tanpa dehidrasi.

Diare selama 14 hari atau lebih disertai

dengan dehidrasi.

Diare presisten berat.

Diare selama 14 hari atau lebih tanpa

disertai tanda dehidrasi.

Diare presisten.

Terdapat darah dalam tinja (berak

bercampur darah)

Disentri.

Sumber: Pedoman MTBS (2008)

Dibawah ini terdapat tabel-tabel tentang kehilangan cairan menurut derajat

dehidrasi pada anak :

Kehilangan cairan menurut derajat dehidrasi pada anak di bawah dua tahun

No. Derajat Dehidrasi PWL MWL CWL Jumlah

1. Ringan 50 100 25 175

2. Sedang 75 100 25 200

3. Berat 125 200 25 350

Kehilangan cairan menurut derajat dehidrasi pada anak berumur 2-5 tahun

No

.

Derajat Dehidrasi PWL MWL CWL Jumlah

1. Ringan 13 80 25 135

2. Sedang 50 80 25 155

3. Berat 80 80 25 185

Kehilangan cairan pada dehidrasi berat menurut berat badan pasien dan umur

No

.

Berat Badan Umur PWL MWL CWL Jumlah

1. 0-3 Kg 0-1 bulan 150 125 25 300

14

Page 15: Makalah Msc

2. 3-10 1 bln – 2 thn 125 100 25 250

3. 10-15 2-5 thn 100 80 25 205

4. 15-25 5-10 thn 80 25 25 130

Patofisiologi

Mekanisme Keterangan :

PWL : Cairan yang hilang karena muntah

NWL : Cairan hilang melalui urine, kulit, pernapasan

CWL : Cairan hilang karena muntah hebat dasar yang menyebabkan timbulnya

diare ialah:

Gangguan osmotik

makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan    osmotik

dalam lumen usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektroloit ke

dalam lumen usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk

mengeluarkannya sehingga timbul diare.

Gangguan sekresi

Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi

peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam lumen usus dan selanjutnya timbul

diare kerena peningkatan isi lumen usus.

Gangguan motilitas usus

Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk

menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus

menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya dapat

timbul diare pula.

Komplikasi  Diare

Komplikasi lain yang kadang kala timbul mencakup :

Gangguan pada keseimbangan elektrolit normal dalam tubuh

15

Page 16: Makalah Msc

Elektrolit adalah zat-zat kimia yang ketika mencair atau larut dalam air atau cairan

lainnya memecah menjadi partikel-partikel (ion) dan mampu membawa aliran

listrik.

Kelumpuhan ileus (Paralytic ileus)

Ini adalah suatu kondisi dimana terjadi pengurangan atau tidak adanya gerakan

usus. Kondisi ini dapat terjadi akibat pembedahan, cedera pada dinding perut,

sakit ginjal yang parah, atau penyakit parah lainnya

Septi semia

Ini adalah suatu kondisi dimana terdapat infeksi pada seluruh bagian tubuh.

Kondisi ini biasanya menyusul adanya infeksi disalah satu bagian tubuh, yang dari

sana bakteri pergi ke berbagai bagian tubuh lain melalui darah.

Komplikasi darah seperti koagulasi intra vaskuler terdiseminasi

Jika ada penyakit atau cidera parah apapun, darah cenderung membentuk suatu

massa semi padat atau gumpalan darah didalam pembuluh darah (Ramaiah 2002).

Gejala klinis (B. Albert and Paul S, 1990)

Mula-mula bayi/balita menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat,

nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian diare. Tinja lendir dan atau

darah. Warna tinja makinlama berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur

oleh empedu. Anus dan daerahsekitarnya lecet karena sering defekasi dan tinja

makin lama makin asam sebagai akibatmakin banyaknya asam laktat, yang

berasal dari laktosa yang tidak dapat diabsorbsi usus selama diare. Gejala muntah

dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkanoleh lambung yang

turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit,

maka gejala dehidrasi mulai tampak. BB turun, turgor kulit  berkurang, mata

danubun-ubun besar menjadi cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering.

16

Page 17: Makalah Msc

2.5. Epidemiologi Diare

Sebelum kita ketahui epidimiologi dari kasus diare ini, perlu kita ketahui

terlebihdahulu frekuensi diare pada balita yaitu 2-3 kali per tahun. Maka kejadian

ini, merupakankejadian berulang pada balita. Adapun yang menyebabkan kejadian

diare ini berulang yaitu (Joko irianto, 2005), yaitu ;

a.Penyebaran Kuman yang menyebabkan diare. Kuman penyebab diare biasanya

menyebar melalui fecal oral antara lain makan/minumyang tercemar tinja dan atau

kontak langsung dengan tinja penderita. Beberapa prilaku dapatmenyebabkan

penyebaran kuman enterik dan meningkatkan risiko terjadinya diare,

prilakutersebut antara lain :

1) Tidak memberikan ASI (air susu ibu) secara penuh 4-6 bulan pada

pertama kehidupan pada bayi yang tidak diberi ASI risiko untuk menderita

diare lebih besar dari pada bayi yang diberiASI penuh dan kemungkinan

menderita dehidrasi berat juga lebih besar.

2) Menggunakan botol susu, penggunaan botol ini memudahkan pencernaan

oleh kuman,karena botol susah untuk dibersihkan.

3) Menyimpan makanan masak pada suhu kamar. Bila makanan disimpan

beberapa jam padasuhu kamar makanan akan tercemar dan kuman akan

berkembangbiak.

4) Menggunakan air minum yang tercemar. air mungkin sudah tercemar dari

sumbernya atau pada saat disimpan di rumah, pencemaran di rumah dapat

terjadi kalau tempat penyimpanantidak tertutup atau apabila tangan

tercemar menyentuh air pada saat mengambil air daritempat penyimpanan.

5) Tidak mencuci tangan setelah buang air besar dan sesudah membuang

tinja anak atausebelum makan dan menyusui/menyuapi anak.

6) Tidak membuang tinja (termasuk tinja bayi) dengan benar. Sering

menganggap bahwa tinja bayi tidaklah berbahaya padahal sesungguhnya

mengandung virus dan bakteri dalam jumlah besar. Sementara itu tinja

binatang dapat menyebabkan infeksi pada manusia.

 b. Faktor penjamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare.

17

Page 18: Makalah Msc

Beberapa faktor pada penjamu dapat meningkatkan insiden beberapa penyakit lain

danlamanya diare. Faktor-faktor tersebut adalah :

1) Tidak memberikan ASI sampai umur 2 tahun. ASI mengandung antibodi

yang dapatmelindungi kita terhadap kuman penyebab diare

seperti : shigella dan V cholerae

2) Kurang gizi beratnya penyakit , lama dan risiko kematian karena diare

meningkat pada anak-anak yang menderita gangguan gizi terutama gizi

buruk.

3) Campak, diare dan disentri sering terjadi dan berakibat berat pada anak-

anak yang sedangmenderita campak dalam waktu 4 minggu terakhir hal ini

sebagai akibat dari penurunankekebalan tubuh penderita.

4) Imunodefisiensi/imunosupresi. Keadaan ini hanya berlangsung sementara,

misalnya sesudahinfeksi virus (seperti campak) atau mungkin yang

berlangsung lama seperti pada penderitaAIDS (automune insufisiensi

syndrom) pada anak imunosepresi berat, diare dapat terjadikarena kuman

yang tidak patogen dan mungkin juga berlangsung lama.

5) Secara proposional, diare lebih banyak terjadi pada golongan balita (55

%).

c. Faktor lingkungan dan prilaku Penyakit diare adalah salah satu penyakit yang

berbasis lingkungan dua faktor yangdominan , yaitu saran air bersih dan sarana

pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi bersama dengan prilaku

manusia apabila faktor lingkungan tidak sehat karenatercemar kuman diare serta

berakumulasi dengan prilaku manusia yang tidak sehat pula.Yaitu melalui makan

dan minum , maka dapat menimbulkan kejadian penyakit diare.

2.6. Pencegahan Diare terhadap Balita

Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah atau mengurangi keparahan

penyakit pada saat balita menderita diare (Akhmadi (2009), adalah sebagai

berikut:

1. Pemberian ASI

ASI mempunyai khasiat pencegahan secara imunologik dan turut

memberikan perlindungan terhadap diare pada bayi yang mendapat makanan

18

Page 19: Makalah Msc

tercemar. Bayi yang diberi ASI secara penuh mempunyai daya lindung 4 kali

lebih besar terhadap diare daripada pemberian ASI yang disertai dengan susu

formula. Flora usus bayi yang disusui mencegah tumbuhnya bakteri penyebab

diare. Pemberian ASI selama diare dapat mengurangi akibat negatif terhadap

pertumbuhan dan keadaan gizi bayi serta mengurangi keparahan diare.

2. Memperbaiki makanan sapihan

Penyapihan adalah proses seorang anak secara bertahap mulai dibiasakan

dengan susunan makanan orang dewasa. Susu, terutama ASI tetap merupakan

bagian penting dalam susunan makanannya khususnya sampai usia 2 tahun. ASI

eksklusif diberikan sampai bayi berumur 6 tahun setelah itu cara bertahap

dikenalkan makanan tambahan yang lunak. Pada umur 1 tahun semua jenis

makanan yang mudah disiapkan dapat diberikan sebanyak 4-6 kali sehari.

Makanan dimasak dan direbus dengan baik, disimpan di tempat dingin dan

dihangatkan sebelum diberikan.

3. Banyak menggunakan air bersih

Air bersih merupakan barang yang mahal saat sekarang karena dibeberapa

daerah banyak yang mengalami krisis air bersih. Namun penyediaan air bersih

yang memadai penting untuk secara efektif membersihkan tempat dan peralatan

memasak serta makanan, demikian pula untuk mencuci tangan. Hal ini

memungkinkan untuk mengurangi tertelannya bakteri patogen pada balita. Kita

juga harus membiasakan perilaku hidup bersih dan sehat salah satunya dengan

mencuci tangan dan sabun ketika mau makan atau setelah memegang benda yang

kotor. Demikian juga peralatan sumber air untuk bayi, tempat yang digunakan dan

lainnya harus bersih untuk mencegah terjadinya diare.

4. Mencuci tangan

Mencuci tangan dengan sabun, terutama setelah buang air besar dan

sebelum memegang makanan dan makan merupakan salah satu cara mencegah

terjadinya diare. Keluarga dan setiap individu harus paham fungsi dan manfaat

mencuci tangan dengan sabun. Cuci tangan dengan bersih dilakukan setelah

19

Page 20: Makalah Msc

membersihkan anak yang buang air besar, membuang tinja anak, dan buang air

besar. Cuci tangan juga perlu dilakukan sebelum menyiapkan makanan, makan,

dan memberikan makanan kepada anak. Anak juga secara bertahap diajarkan

kebiasaan mencuci tangan.

5. Penggunaan jamban

Penggunaan jamban yang baik adalah apabila tidak ada tinja yang

tertinggal (menempel) di sekitar jamban, serta teratur dalam membersihkan dan

menyikat jamban. (Sutomo, 1995). Sedangkan karakteristik jamban yang baik

sebagai berikut: dapat digunakan oleh semua anggota keluarga, berjarak sekurang-

kurangnya 20 meter dari sumber air dan pemukiman, tandon penampung tinja

sekurang-kurangnya sedalam 1 meter, serta tidak memungkinkan lalat/serangga

hinggap di tampungan tinja (dengan sistem leher angsa).

6. Cara yang benar membuang tinja bayi

Tinja harus dibungkus dengan kertas atau daun kemudian dibuang dengan

cepat ke dalam jamban atau lubang di tanah. Apabila tinja terpaksa dibuang di

udara terbuka, maka dibuang di tempat yang terkena sinar matahari, karena sinar

matahari dapat membunuh bakteri dan kuman-kuman dalam tinja tersebut. Setelah

buang air besar balita segera dibersihkan kemudian tangan keluarga yang

membuang tinja dan tangan balita dicuci dengan sabun sampai bersih.

7. Imunisasi campak

Pemberian imunisasi campak berkorelasi terhadap kejadian diare. Hal ini

dilakukan pada balita yang sedang menderita campak dan selama dua atau tiga

bulan setelah penyakit campak menunjukkan kasus diare dengan angka lebih

tinggi dan lebih parah daripada balita yang sama tanpa campak. Oleh karena itu

balita diusahakan untuk mendapatkan imunisasi campak segera setelah berumur

sembilan bulan.

Diare umumnya ditularkan melaui 4 F, yaitu Food, Feces, Fly dan Finger.

Oleh karena itu upaya pencegahan diare yang praktis adalah dengan memutus

rantai penularan tersebut. Beberapa upaya yang mudah diterapkan adalah

20

Page 21: Makalah Msc

(Ngastiyah, 2005): penyiapan makanan yang higienis, penyediaan air minum yang

bersih, kebersihan perorangan, cuci tangan sebelum makan, pemberian ASI

eksklusif, buang air besar pada tempatnya (WC, toilet), tempat buang sampah

yang memadai, berantas lalat agar tidak menghinggapi makanan, dan lingkungan

hidup yang sehat.

2.7. Pengobatan Diare

Menurut Whaley and Wong (2009) penatalaksanaan diare pada balita

difokuskan pada penyebab, keseimbangan cairan dan elektrolit, serta fungsi

normal perut. Prinsipnya adalah mengganti cairan yang hilang (rehidrasi), tetap

memberikan makanan, tidak memberikan obat anti diare (antibiotik hanya

diberikan atas indikasi), dan penyuluhan. Penderita diare kebanyakan dapat

sembuh tanpa pengobatan khusus. Serangan diare yang berulang akan mendorong

penderita ke dalam keadaan malnutrisi oleh karena itu penatalaksanaan yang

benar sangat dibutuhkan karena dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian,

apalagi pada anak-anak. Selain itu keluarga dapat menjaga balita atau anak-anak

dari diare dengan menjaga kebersihan lingkungan serta makanan. Selain itu bila

sudah terkena maka keluarga dapat melakukan pertolongan dengan memberikan

oralit atau campuran gula dan garam. Adapun cara membuatnya, yaitu: tuangkan

air matang ke dalam gelas bersih (200 ml), ditambah 1 sendok teh munjung gula

pasir 16 dan ¼ sendok teh garam dapur, aduk sampai larut benar. Cairan rumah

tangga adalah cairan yang berasal dari makanan seperti bubur encer dari tepung,

sup, air tajin, air kelapa muda, dan makanan yang diencerkan.

2.8. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu terhadap Kejadian Diare pada

Balita

2.8.1. Konsep prilaku

Penyakit diare merupakan suatu penyakit yang berbasis lingkungan. Ada 2

faktor yang dominan yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor

ini akan berinteraksi bersama perilaku manusia yang tidak sehat. Karena tercemar

kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula,

21

Page 22: Makalah Msc

yaitu melalui makanan dan minuman maka dapat menimbulkan kejadian penyakit

diare. .( Saifuddin Azwar, 2008).

Menurut Notoadmojo (2003) perilaku kesehatan pada dasarnya adalah

respon seseorangterhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit,

sistem pelayanan kesehatan,makanan, serta lingkungan. Perilaku kesehatan itu

mencakup

a. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit, yaitu bagaimana manusia

berespon, baik secara pasif maupun aktif yang dilakukan sehubungan

dengan sakit dan penyakit tersebut.Perilaku tersebut terhadap sakit dan

penyakit ini dengan sendirinya sesuai dengantingkat-tingkat pencegahan

penyakit, yakni :

b. 1) Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan,

misalnya makananyang bergizi, olah raga.

2) Perilaku pencegahan penyakit, misalnya tidur memakai kelambu untuk

menghindari gigitannyamuk, imunisasi.

3) Perilaku sehubungan dengan pencarian obat, misal ke poli gigi untuk berobat.

4) Perilaku sehunbungan denagn pemulihan kesehatan, misal diet,

mematuhi peraturandokter.

c. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan, misal, dalam

memilihmenggunakan fasilitas pelayanan kesehatan.

d. Perilaku terhadap makanan, misal dalam memilih konsumsi makanan.

e. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan, misal perilaku sehubungan

dengan air bersih, pembuangan air kotor, pembuangan limbah, kondisi

rumah sehat, pembersihan sarang-sarang. Menurut Benyamin Bloom

dalam Notoadmojo, 1908. perilaku dibagi dalam 3 domainyaitu :

a. Pengetahuan peserta didik terhadap pendidikan yang diberikan

(knowledge).

b. Sikap atau anggapan peserta didik terhadap materi pendidikan yang

diberikan (attitude).

c. Praktek atau tindakan yang dilakukan oleh peserta didik sehubungan

dengan materi pendidik yang diberikan (practice).

22

Page 23: Makalah Msc

2.8.2. Tingkatan Pengetahuan

Diare membutuhkan penanganan yang cepat agar tidak terjadi dehidrasi.

Pengetahuan mengenai penanggulangan diare sangat penting untuk di ketahui

oleh ibu yang dapat dijadikan sebagai upaya untuk mencegah terjadinya dehidrasi

baik ringan, sedang maupun berat. Jika terjadi dehidrasi dan tidak segera

ditangani maka akan menyebabkan kematian. Karena dehidrasi merupakan

penyebab kematian pada penyakit diare. Jika ibu mengetahui cara

penanggulangan kejadian diare secara dini dengan baik, maka balita yang terkena

diare tidak akan sampai mengalami dehidrasi sedang atau berat karena sudah

dapat ditanggulangi sendiri di rumah. (Lina Malikhah, 2010).

Menurut Notoatmojo (1993), Pengetahuan mempunyai tingkatan yaitu :

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali

terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu merupakan tingkat

pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang

tahu apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, mendefinisikan

menyatakan dan sebagainya. Contoh dapat menyebutkan tanda – tanda

kekurangan kalori dan protein pada anak balita.

b. Memahami

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui. Dan dapat menginterpertasikan materi

tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek materi harus

dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan

sebagainya. Contoh dapat menjelaskan mengapa kita harus makan –

makanan yang bergizi.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini

23

Page 24: Makalah Msc

dapat diartikan sebagai aplikasi atau kegunaan hukum – hukum, rumus,

metode, prinsip dan sebagainya dalam kontek atau situasi yang lain.

Contohnya dapat menggunakan prinsip – prinsip, siklus pemecahan

masalah, dari kasus yang diberi.

d. Analisis (Analysis)

Adalah suatu harapan untuk menjabarkan suatu materi atau objek dalam

komponen – komponen tetapi masih dalam struktur organisasi tersebut dan

masih ada kaitanya dengan yang lain. Kemampuan analisa ini dapat dilihat

dari penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan, membedakan,

memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

e. Sintesis

Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk menghubungkan

bagian – bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata

lain sintesis adalah kemampuan untuk menyusun, merencanakan,

meningkatkan, menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau

rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi

Evaluasi dikaitkan dengan kemampuan – kemampuan untuk melakukan

identifikasi atau  penilaian terhadap suatu materi atau suatu objek,

penilaian – penilaian ini berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sendiri

atau menggunakan kriteria tak ada.

2.9. Hubungan Sanitasi Lingkungan dengan Diare

Masalah kesehatan merupakan suatu masalah yang sangat komplek, yang

saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri.

Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu maupun

kesehatan masyarakat (Notoatmodjo, 2003). Menurut model segitiga

epidemiologi, suatu penyakit timbul akibat interaksi satu sama lain yaitu antara

faktor lingkungan, agent dan host (Timmreck, 2004).

24

Page 25: Makalah Msc

Faktor yang secara langsung maupun tidak langsung dapat menjadi

penentu pendorong terjadinya diare. Faktor lingkungan merupakan faktor yang

paling penting, sehingga untuk penanggulangan diare diperlukan upaya perbaikan

sanitasi lingkungan (Zubir, 2006). Seseorang yang daya tahan tubuhnya kurang,

maka akan mudah terserang penyakit. Penyakit tersebut antara lain diare, kolera,

campak, tifus, malaria, demam berdarah dan influensa (Slamet, 2002). Masalah-

masalah kesehatan lingkungan antara lain pada sanitasi (jamban), penyediaan air

minum, perumahan, pembuangan sampah dan pembuangan air limbah

(Notoatmodjo, 2007).

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Diare:

Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian penyakit diare antara

lain faktor sanitasi lingkungan seperti, (Akhmadi (2009) :

a. Sumber air minum

Air merupakan hal yang sangat penting bagi manusia. Kebutuhan manusia

akan air sangat komplek antara lain untuk minum, masak, mencuci, mandi dan

sebagainya. Di antara kegunaan-kegunaan air tersebut, yang sangat penting adalah

kebutuhan untuk minum. Oleh karena itu, untuk keperluan minum (termasuk

untuk memasak) air harus mempunyai persyaratan khusus agar air tersebut tidak

menimbulkan penyakit bagi manusia termasuk diare.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyediaan air bersih adalah:

Mengambil air dari sumber air yang bersih.

Mengambil dan menyimpan air dalam tempat yang bersih

dan tertutup, serta menggunakan gayung khusus untuk

mengambil air.

Memelihara atau menjaga sumber air dari pencemaran

oleh binatang, anak-anak, dan sumber pengotoran. Jarak

antara sumber air minum dengan sumber pengotoran

(tangki septik), tempat pembuangan sampah dan air

limbah harus lebih dari 10 meter.

Menggunakan air yang direbus.

Mencuci semua peralatan masak dan makan dengan air

yang bersih dan cukup (Depkes RI, 2005).

25

Page 26: Makalah Msc

b. Kualitas fisik air bersih

Air minum yang ideal seharusnya jernih, tidak berwarna,

tidak berasa dan tidak berbau. Menurut Notoatmodjo (2003),

syarat-syarat air minum yang sehat adalah sebagai berikut:

(Umiati, 2009).

Syarat fisik

Persyaratan fisik untuk air minum yang sehat adalah bening (tidak

berwarna), tidak berasa, tidak berbau, suhu dibawah suhu udara di luarnya,

sehingga dalam kehidupan sehari-hari cara mengenal air yang memenuhi

persyaratan fisik tidak sulit.

Syarat Bakteriologis

Air untuk keperluan minum yang sehat harus bebas dari segala bakteri,

terutama bakteri patogen. Cara untuk mengetahui apakah air minum

terkontaminasi oleh bakteri patogen adalah dengan memeriksa sampel air tersebut.

Bila dari pemeriksaan 100 cc air terdapat kurang dari empat bakteri E. coli, maka

air tersebut sudah memenuhi syarat kesehatan.

Syarat kimia

Air minum yang sehat harus mengandung zat-zat tertentu di dalam jumlah

tertentu pula. Kekurangan atau kelebihan salah satu zat kimia di dalam air, akan

menyebabkan gangguan fisiologis pada manusia seperti flour (1-1,5 mg/l), chlor

(250 mg/l), arsen (0,05 mg/l), tembaga (1,0 mg/l), besi (0,3 mg/l), zat organik (10

mg/l), pH (6,5-9,6 mg/l), dan CO2 (0 mg/l).

Kondisi fisik sarana air bersih yang tidak memenuhi syarat kesehatan

berdasarkan penilaian inspeksi sanitasi dengan kategori tinggi dan amat tinggi

dapat mempengaruhi kualitas air bersih dengan adanya pencemaran air kotor yang

merembes ke dalam air sumur.

c. Kepemilikan jamban

Jamban merupakan sarana yang digunakan masyarakat sebagai

tempat buang air besar. Sehingga sebagai tempat pembuangan tinja, jamban

sangat potensial untuk menyebabkan timbulnya berbagai gangguan bagi

masyarakat yang ada di sekitarnya. Gangguan tersebut dapat berupa gangguan

estetika, kenyamanan dan kesehatan.

26

Page 27: Makalah Msc

Menurut Notoatmodjo (2003), suatu jamban disebut sehat untuk daerah

pedesaan, apabila memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut:

Tidak mengotori permukaan tanah disekeliling jamban tersebut.

Tidak mengotori air permukaan di sekitarnya.

Tidak mengotori air tanah di sekitarnya.

Tidak dapat terjangkau oleh serangga terutama lalat, kecoak, dan binatang-

binatang lainnya.

Tidak menimbulkan bau.

Mudah digunakan dan dipelihara.

Sederhana desainnya.

Murah.

Dapat diterima oleh pemakainya.

d. Jenis lantai rumah

Syarat rumah yang sehat, jenis lantai rumahnya yang penting tidak

berdebu pada musim kemarau dan tidak basah pada musim hujan. Lantai rumah

dari tanah agar tidak berdebu maka dilakukan penyiraman air kemudian

dipadatkan. Dari segi kesehatan, lantai ubin atau semen merupakan lantai yang

baik sedangkan lantai rumah dipedesaan cukuplah tanah biasa yang dipadatkan.

Apabila perilaku penghuni rumah tidak sesuai dengan norma-norma kesehatan

seperti tidak membersihkan lantai dengan baik, maka akan menyebabkan

terjadinya penularan penyakit termasuk diare. (Umiati, 2009).

e. Pembuangan sampah

Sampah adalah semua zat atau benda yang sudah tidak terpakai baik yang

berasal dari rumah tangga atau hasil proses industri. Jenis-jenis sampah antara

lain, yakni sampah anorganik, adalah sampah yang umumnya tidak dapat

membusuk, misalnya: logam atau besi, pecahan gelas, plastik. Sampah organik

adalah sampah yang pada umumnya dapat membusuk, misalnya: sisa makanan,

daun-daunan, dan buah-buahan. kebiasaan membuang sampah di tempat lain

(belakang rumah, depan rumah), memiliki tempat sampah dengan keadaan tidak

tertutup, membuang sampah di sungai kejadian diare lebih besar.

(Noerolandra, 2006).

27

Page 28: Makalah Msc

2.10. Kerangka Teori

Skema kerangka teori

(Modifikasi dari konsep HL.Blum oleh Sarwono Solita, 2005 dalam Suharyono

2007)

28

Faktor Predisposisi:

Pengetahuan Sikap Jenis pekerjaan Tingkat pendidikan Tingkat social

ekonomi.

Faktor Pendukung:

Sarana dan prasarana Terjangkaunya fasilitas

kesehatan Ketersediaan

pelayanan kesehatan. Kondisi

lingkungan/sanitasi

Faktor Penguat:

Sikap dan perilaku petugas kesehatan.

Tokoh masyarakat. Peraturan pemerintah.

Praktek ibu dalam

penatalaksanaan

penyakit diare pada

balita

Page 29: Makalah Msc

BAB III

KERANGKA KONSEP

3.1. Kerangka Konsep

Sesuai dengan tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran pengetahuan

dan sikap ibu serta faktor lingkungan yang mempengaruhi kejadian diare pada

balita maka disusun suatu kerangka konsep sebagai berikut:

Variabel Independen

Variabel Dependen

29

Karakteristik Ibu

Pengetahuan Ibu tentang Diare

Sikap Ibu tentang Diare

Faktor Lingkungan

Sumber Air Minum Jenis Tempat

Pembuangan Tinja Jenis Lantai Rumah

Kejadian Diare

pada Balita

Page 30: Makalah Msc

3.2. Definisi Operasional

No

.

Variabel Definisi

Opersional

Cara Ukur

dan Alat

Ukur

Hasil Ukur Skala

1.

2.

3.

Karakteristik

Sosiodemografi:

Umur

Tingkat

Pendidikan

Jenis Pekerjaan

Lama waktu

hidup responden,

sejak dilahirkan

sampai ulang

tahun yang

terakhir (KBBI,

2001)

Jenjang

pendidikan

formal terakhir

yang pernah

diikuti

responden

(KBBI, 2001)

Jenis pekerjaan

responden

Wawancara

Kuesioner

Wawancara

Kuesioner

Wawancara

Kuesioner

1. Remaja (umur

14-21 tahun)

2. Dewasa (umur

22-44 tahun)

3. Lansia (umur

> 45 tahun)

1. Tidak sekolah

2. Tidak tamat

SD

3. Tamat SD

4. Tamat

SMP/sederajat

5. Tamat

SMA/sederaja

t

6. Akademi/

Perguruan

Tinggi

1. Tidak bekerja

2. Buruh

3. Pedagang

4. Petani

Nominal

Ordinal

Nominal

30

Page 31: Makalah Msc

4.

Pendapatan Jumlah

penghasilan

yang diperoleh

oleh keluarga

tiap bulannya

Wawancara

Kuesioner

5. Jasa

6. Pegawai

swasta

7. Pegawai

negeri

8. Lain-lain

1. Tidak bekerja

2. Buruh

Ordinal

6.

7.

8.

Variabel

Independen:

Pengetahuan Ibu

Sikap Ibu

Sumber Air

Minum

Pemahaman

responden

tentang diare

Reaksi

responden

tentang aspek

kesehatan yang

berhubungan

pada

bapencegahan

dan penanganan

diare pada balita.

Sumber air yang

digunakan untuk

memenuhi

Angket

Kuesioner

Wawancara

Kuesioner

Wawancara

Kuisioner

1. Buruk, jika

total akor

kurang dari 24

2. Baik, jika total

skor lebih dari

sama dengan

24.

1. Buruk, jika

total akor

kurang dari 29.

2. Baik, jika total

skor lebih dari

sama dengan

29.

1. Sumber air

tidak

terlindung

2. Sumber air

Ordinal

Ordinal

Nominal

31

Page 32: Makalah Msc

9.

10.

Jenis Tempat

Pembuangan

Tinja

Jenis Lantai

kebutuhan

minum dan

memasak,

dengan kriteria :

(1) sungai; (2)

sumur; dan (3)

PAM

Macam tempat

buang air besar

yang digunakan

keluarga

termasuk balita

untuk

membuang tinja,

dengan kriteria :

(1) tidak

mempunyai

kakus (ke

sungai); (2)

jamban tanpa

tanki septic atau

kakus di atas

sungai; dan (3)

jamban dengan

tangkai septic

atau jamban

leher angsa.

Bahan utama

Wawancara

Kuisioner

Wawancara

terlindung

1. Jamban tidak

sehat

2. Jamban sehat

1. Lantai tidak

Nominal

Nominal

32

Page 33: Makalah Msc

Rumah pembuat lantai

rumah, dengan

kriteria : (1)

tanah; (2) semen;

dan (3) porselin

atau ubin.

Kuisioner kedap air2. Lantai kedap

air

8.

Variabel

Dependen:

Kejadian diare Suatu keadaan

dimana terjadi

buang air besar

cair atau mencret

dengan frekuensi

lebih dari 3 kali

sehari dalam

kurun waktu 3

bulan terakhir

yang dialami

oleh balita yang

terpilih sebagai

sampel.

Wawancara

Kuesioner

1. Tidak diare

2. Diare

Nominal

BAB IV

33

Page 34: Makalah Msc

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional,

yaitu pendekatan penelitian yang mengukur variabel sebab akibat yang terjadi

pada objek penelitian dalam waktu yang bersamaan (Murti, 2003).

4.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sungai Pinang yang diketahui memiliki 12

desa Dengan jumlah penduduk total 28.590 jiwa. Hal ini didasari oleh data yang

dikumpulkan dari puskesmas setempat bahwa daerah tersebut memiliki prevalensi

kejadian diare yang cukup tinggi, dan berdasarkan data dari kelurahan dan

pengamatan dari peneliti sendiri diketahui bahwa daerah tersebut memiliki

keadaan georafis dan lingkungan yang spesifik.

4.3. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober – November 2013.

4.4. Variabel Penelitian

Variabel terikat atau dependen dalam penelitian ini adalah kejadian diare pada

anak balita. Variabel bebas atau independen yakni lingkungan, pengetahuan, dan sikap

ibu.

4.5. Populasi dan Sampel

4.5.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai anak balita di

Kecamatan Sungai Pinang. Jumlah populasi dalam penelitian ini berjumlah

28.590 jiwa (Data Kecamatan Sungai Pinang, 2011).

4.5.2. Sampel

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus :

34

Page 35: Makalah Msc

n : jumlah sampel

Z : deviasi normal standar (pada alpha: 5%)

P : proporsi diasumsikan 0,5

d : presisi relatif (10%)

CI : 95%

Deff : design effect diasumsikan 2

Sehingga:

n = (1,96)2 . 0,5 (1-0,5) 2

(0,10)2

= 193

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2006).

Sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai balita di Kecamatan

Sungai Pinang. Besar sampel dapat dihitung menggunakan CSurvey, dimana

terdapat 12 desa di Kecamatan Sungai Pinang serta terpilih 7 Desa dan 5

kelurahan dengan dibagi menjadi 30 klaster. 30 klaster ini didapat dari 12 desa.

jadi, 193/30= 7 yang artinya terdapat 7 sampel pada tispklaster. sehingga

didapatkan jumlah respondentotal sebanyak 7 x 30 = 210 orang.

4.6. Jenis, Cara, dan Alat Pengumpulan Data

Jenis dan Cara Pengumpulan Data.

a. Data Primer.

Pengumpulan data primer pada penelitian ini menggunakan instrument berupa

kuesioner oleh peneliti sendiri. Data yang dikumpulkan adalah mengenai variable-

variabel yang diteliti antara lain karakteristik sosiodemografi, pengetahuan, dan

sikap ibu.

b. Data Sekunder

Data sekunder digunakan sebagai data pendukung yang diperoleh dari Data

Kecamatan Sungai Pinang, Kabupaten Ogan Ilir Tahun 2011.

35

Page 36: Makalah Msc

2. Alat Pengumpulan Data

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner.

4.7. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data yang akan dilakukan pada prinsipnya melalui tahap-tahap

sebagai berikut:

1. Editing, yaitu melakukan pemeriksaan kelengkapan dan kebenaran data

yang telah dikumpulkan.

2. Coding, yaitu suatu proses untuk memberikan kode pada data yang ada

untk mempermudah pengolahan data.

3. Entry, yaitu suatu proses dimana data tersebut dipindahkan dalam suatu

media untuk mengolah data.

4. Tabulating, yaitu proses dimana data yang telah diberikan kode

dimasukkan ke dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

BAB V

36

Page 37: Makalah Msc

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI, 2005. Buku Pedoman Pelaksanaan Program P2 Diare. Jakarta : Depkes RI.

Umiati, Hubungan Antara Sanitasi Lingkungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Nogosari Kabupaten Boyolali Tahun 2009, Program Studi Kesehatan Masyarakat, Surakarta, 2010.

Yatsuyanagi, Penatalaksanaan Diare di Rumah pada Balita . Beritan Kedokteran Masyarakat. Vol.22. No.1. Maret 2002 : 7-14.

Notoadmodjo, 2007 Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-prinsip Dasar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Timmreck CT. 2004. Epidemiologi suatu Pengantar. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Hidayat, Penatalaksanaan dietetic penderita diare anak, Badan penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2005, 1-50.

Malikah, Lina, Peranan air bersih dan Sanitasi dalamm Pemberantasan Penyakit Menular, Sanitas Vol. II No. 2, YLKI, Jakarta,2010, 81-84.

Ngastiyah, Pengaruh air bersih kaitannya dengan kejadian diare di desa Sondongagung, Kecamatan Godean Kabupaten Sleman Yogyakarta, Pasca Sarjana UGM, Yogyakarta, 2005.

Pudjiaji, 2005, Mengatasi Diare dan Keracunan pada Balita. Jakarta: Kawan Pustaka.

Widoyono, 2008, Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan Pemberantasannya. Surabaya: Erlangga.

Akhmadi, 2009, Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Citra Aditya Bakti.

Saksono, 2009, Kapita Selekta Gastroentrologi. Jakarta: CV. Sagung Seto.

Noerolandra, 2006. Kejadian Diare dan Lingkungan Keluarga. Jakarta: Gramedia.

Azwar, saifuddin, 2009, Mengatasi Diare dan Keracunan pada Balita. Kawan Pustaka. Jakarta.

Suharyono, 2007, Diare akut, Rineka Cipta , Jakarta.

37

Page 38: Makalah Msc

Ernawati, Aeda. 2006. Hubungan Faktor Sosial Ekonomi, Higiene Sanitasi

Lingkungan, Tingkat Konsumsi dan Infeksi dengan Status Gizi Anak

Usia 2-5 Tahun di Kabupaten Semarang Tahun 2003. Tesis.

Semarang : FKM Universitas Diponegoro.

http://eprints.undip.ac.id/15214/1/Aeda_Ernawati.pdf. Diakses tanggal

17 Mei 2013.

Najmah. 2011. Managemen & Analisa Data Kesehatan Kombinasi Teori dan

Aplikasi SPSS. Yogyakarta: Nuha Medika.

Millenium Development Goal’s. 2012. www.depkes.go.id/. Diakses tanggal 17

Mei 2013

Notoatmodjo, S. Metodologi Riset Kesehatan. 2010. Jakarta: Rineka Cipta.

Purbasari, Endah. 2009. Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Ibu dalam

Penanganan Awal Diare pada Balita di Puskesmas Kecamatan Ciputat,

Tangerang Selatan, Banten pada Bulan September Tahun 2009. Skripsi. Jakarta :

FKIK UIN Syarif Hidayatullah.http://perpus.fkik.uinjkt.ac.id/file_digital/Riset

%20ENDAH%20PSPD%202006. pdf . Diakses tanggal 17 Mei 2013.

Sander, M. A., 2005. Hubungan Faktor Sosio Budaya dengan Kejadian Diare di

Desa Candinegoro Kecamatan Wonoayu Sidoarjo. Jurnal Medika. Vol 2.

No.2. Juli- Desember 2005 : 163-193.

Wibowo, T., Soenarto, S., dan Pramono, D., 2004. Faktor-Faktor Risiko Kejadian

Diare Berdarah pada Balita di Kabupaten Sleman. Jurnal Berita

Kedokteran Masyarakat. Vol. 20. No.1. maret 2004 : 41-48.

World Health Organization. 2012. diakses tanggal 24 Mei 2012.

http://www.who.int/research/en/

BAB VI

38

Page 39: Makalah Msc

LAMPIRAN KUESIONER

Lampiran 1

LEMBAR KUISIONER PENELITIAN

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU SERTA

FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP KEJADIAN DIARE

PADA BALITA DI KECAMATAN SUNGAI PINANG

KABUPATEN OGAN ILIR TAHUN 2013

Nomor klaster : Nomor responden :

A. Identitas Responden

Nama Ibu : _____________________

Nama Bayi : _____________________

Tanggal wawancara : …./…../……..

Tanggal lahir ibu : …./…../……..

Tanggal lahir bayi : …./…../……..

Mohon diberi tanda (X) pada setiap jawaban

B. Data Orang Tua

Data Ayah

1. Inisial AYAH : …………………………………….

2. Umur : ……tahun

3. Alamat : …………………………………….

4. Pendidikan terakhir : 1. Tidak sekolah

2. Tamat SD

3. Tamat SMP

4. Tamat SMA

5. Tamat Perguruan Tinggi

39

Page 40: Makalah Msc

5. Pekerjaan : 1. Formal (PNS, POLRI, BUMN)

2. Non Formal (Petani, Wiraswasta,

Buruh dll)

3. Tidak bekerja

6. Jumlah anggota keluarga : ………orang

7. Jumlah balita :…........anak

7. Pendapatan Keluarga/bulan: Rp. .......................................

Data IBU

1. Inisial Ibu : ………………………………….

2. Umur : ……tahun

3. Alamat : ………………………………….

4. Pendidikan terakhir : 1. Tidak sekolah

2. Tamat SD

3. Tamat SMP

4. Tamat SMA

5. Tamat Perguruan Tinggi

5. Pekerjaan : 1. Formal (PNS, POLRI, BUMN)

2. Non Formal (Petani, Wiraswasta, Buruh

dll)

3. Tidak bekerja

C. DIARE

1. Apakah anak balita Ibu menderita diare dalam kurun waktu tiga bulan

terakhir ?

a. Ya

b. b. Tidak

2. Apa yang ibu lakukan bila balita anda terkena diare ?

a. Dibiarkan saja

b. Diobati sendiri

40

Page 41: Makalah Msc

c. Di bawa ke Puskesmas/Dokter/Bidan

D. PENGETAHUAN

1. Apa yang dimaksud dengan diare?

a. Mengentalnya tinja atau kotoran

b. Penyakit buang air besar > 3 kali dalam sehari, berbentuk

cairan

c. Sulitnya tinja atau kotoran dikeluarkan

2. Ada berapa jenis diare berdasarkan waktu berlangsungnya?

a. 2 jenis

b. 3 jenis

c. 4 jenis

3. Diare berdasarkan waktu berlangsungnya dibedakan menjadi?

a. Diare akut dan diare kronis

b. Diare ringan, diare sedang dan diare berat

c. Diare langsung, diare turunan, diare asimtomatis, diare mal

albsorbsi

4. Diare akut adalah.....

a. Diare yang disertai darah

b. Diare yang berlangsung kurang dari 2 minggu

c. Diare yang berlangsung lebih dari 2 minggu

5. Apa penyebab utama diare ?

a. Makanan dan minuman yang terkontaminasi bakteri

b. Buang sampah sembarangan

c. Banyak mengkonsumsi sayuran dan buah

6. Apa penyebab lain dari diare?

a. Infeksi cacing pita

b. Gigitan nyamuk anopheles betina

c. Racun bakteri, kelebihan vitamin C, alergi susu

7. Penyakit Diare menyerang tubuh bagian apa?

a. Lambung-Usus

b. Paru-paru

c. Ginjal

41

Page 42: Makalah Msc

8. Kelompok umur apa yang paling sering mengalami diare?

a. Balita

b. Remaja

c. Dewasa

9. Berapa lama biasanya diare menderita balita?

a. Dua bulan

b. Sebulan

c. Seminggu

10. Apa saja gejala utama diare?

a. BAB terus menerus disertai mual dan muntah-muntah

b. Mata berair dan Sesak Napas

c. Keram kaki

11. Apa resiko terbesar dari penyakit diare?

a. Kekurangan cairan tubuh

b. Kerusakan ginjal

c. Gangguan kesadaran

12. Apa akibat dari penyakit diare?

a. Pembengkakan ginjal

b. Dehidrasi berat dan kematian

c. Sakit kepala dan menurunnya fungsi otak

13. Bagaimana cara penularan penyakit diare ?

a. Bersentuhan dengan kulit

b. Makan makanan/ minuman yang tercemar bakteri

c. Penderita menyebarkan kuman dengan batuk atau bersin.

14. Kemana sebaiknya dilakukan pengobatan diare?

a. Bidan / Puskesmas

b. Dukun

c. Diobati sendiri

42

Page 43: Makalah Msc

15. Kapan sebaiknya ibu membawa anak yang diare ke pelayanan

kesehatan?

a. >24 jam setelah anak BAB terus menerus

b. < 24 jam setelah anak BAB terus menerus

c. 3 hari setelah anak BAB terus menerus

16. Obat apa yang diberikan ketika balita mengalami diare?

a. Larutan oralit

b. Larutan gula

c. Larutan garam

17. Bagaimana cara mencegah penyakit diare pada balita?

a. Ibu memberi air putih/mineral setiap harinya

b. Ibu mencuci tangan sebelum memberikan makanan pada balita

c. Ibu memberi oralit setiap hari

18. Dari mana ibu mendapatkan informasi tentang penyakit diare?

a. Puskesmas / bidan

b. Keluarga

c. Teman

43

Page 44: Makalah Msc

E. SIKAP

No PertanyaanSangat

setujuSetuju

Tidak

setuju

1. Diare merupakan penyakit yang lumrah

terjadi karena merupakan tanda anak sudah

mau besar.

2. Diare bukan penyakit yang parah karena

sering terjadi pada balita dan tidak

menyebabkan kematian

3. Anak ibu mengalami buang air besar

(BAB) terus-menerus dengan disertai mual

dan muntah. Ibu akan segera membawanya

ke puskesmas terdekat.

4. Ibu akan segera memberikan larutan oralit

saat anak balitanya buang air besar (BAB)

terus-menerus dengan disertai mual dan

muntah.

5. Ibu tetap memberikan ASI kepada balita

yang mengalami penyakit diare agar dapat

menggantikkan cairan tubuh yang hilang

6. Ibu selalu memberikan anak minum air

lebih dari biasanya pada saat anak diare.

7. Ibu membawa anak ke puskesmas lagi

setelah berobat, tetapi belum sembuh

8. Ibu membuat larutan oralit sendiri sebagai

pertolongan pertama pada balita yang diare

9. Ibu akan tetap menggunakan larutan oralit

yang sudah dibuat lebih dari 24 jam.

10. Dalam mengobati penyakit diare,

penggunaan oralit dapat digantikan dengan

air dogan.

44

Page 45: Makalah Msc

11. Ibu segera menghentikan pemberian oralit

bila diare sudah berhenti.

12. Media air sangat penting peranannya dalam

penularan, maka ibu perlu memperhatikan

kebersihan suplai air minum.

13. Ibu selalu menjaga kebersihan tubuh

(perorangan) misalnya pada penyajian

makanan untuk keluarga.

14. Ibu selalu menjaga kebersihan lingkungan

misalnya kondisi sanitasi sumur.

15. Ibu selalu mencuci tangan menggunakan

air bersih dan sabun sebelum makan,

sesudah makan, sesudah BAB, sebelum

menyuapi anak, sesudah mencebok anak.

16. Ibu membiasakan anak mencuci tangan

sebelum makan.

17. Ibu membiasakan sejak dini pada anak agar

BAB pada tempatnya.

18. Ibu membatasi kebiasaan anak untuk jajan

sembarangan.

19. Ibu segera mengganti susu formula dengan

merk lain ketika anak terserang diare.

20. Ibu tidak memberikan ASI ataupun susu

formula pada saat anak diare.

21. Ibu selalu menyiapkan makanan bertekstur

lembut dan tidak asam/ pedas ketika anak

terserang diare.

22. Minuman jeruk sangat baik diberikan pada

saat anak diare.

23. Ibu selalu memisahkan makanan untuk

keluarga dan untuk anak yang terserang

diare sehingga mencegah penularan.

45

Page 46: Makalah Msc

24. Ibu membiasakan mencuci sayur dan buah

sebelum diolah/ dimakan.

F. SUMBER AIR MINUM

1. Dari mana sumber air minum yang digunakan keluarga sehari-hari ?

a. Sungai

b. Sumur

c. PAM

2. Untuk keperluan memasak Ibu menggunakan air yang berasal dari

mana ?

a. Sungai

b. Sumur

c. PAM

3. Untuk keperluan minum apakah Ibu memasak air sampai mendidih ?

a. Ya

b. Tidak

4. Apakah Ibu menampung air yang digunakan untuk keperluan minum

dan

memasak di wadah tertutup ?

a. Ya

b. Tidak

5. Apakah Ibu menguras tempat penampungan air yang digunakan untuk

keperluan minum dan memasak ?

a. Ya

b. Tidak

6. Bila ya, berapa kali Ibu menguras tempat penampungan air yang

digunakan untuk keperluan minum dan memasak ?

a. Lebih dari seminggu sekali

b. 1-2 kali dalam seminggu

7. Berapa jarak antara sumur dengan tempat pembuangan tinja ?

a. < 10 m

46

Page 47: Makalah Msc

b. ≥ 10 m

8. Dari manakah Ibu memperoleh sumber air yang digunakan untuk

keperluan sehari-hari ?

a. Pribadi

b. Tetangga

G. JENIS TEMPAT PEMBUANGAN TINJA

1. Apakah di rumah Ibu mempunyai jamban keluarga (kakus) ?

a. Ya

b. Tidak

2. Bila ya, apa jenis jamban di rumah Ibu ?

a. Jamban tanpa tangki septic / jamban cemplung

b. Jamban dengan tangki septic / leher angsa

3. Bila tidak, ke mana Ibu dan keluarga buang air besar (BAB) ?

a. Sungai/kali

b. Kebun/pekarangan

c. Lain-lain ___________________________(Sebutkan)

4. Apakah Ibu dan keluarga selalu menggunakan jamban keluarga untuk

buang air besar (BAB) ?

a. Ya

b. Tidak

5. Apakah Ibu membuang tinja balita ke jamban ?

a. Ya

b. Tidak

6. Bila tidak, ke mana Ibu membuang tinja balita ?

a. Sungai/kali

b. Kebun/pekarangan

c. Lain-lain ________________________________ (Sebutkan)

7. Apakah di jamban selalu tersedia air yang cukup ?

a. Ya

b. Tidak

8. Apakah kondisi jamban selalu bersih dan bebas vektor (lalat) ?

47

Page 48: Makalah Msc

a. Ya

b. Tidak

H. JENIS LANTAI RUMAH

1. Apa jenis bahan utama lantai rumah Ibu ?

a. Tanah

b. Semen

c. Porselin/keramik

2. Apakah balita Ibu sering bermain di lantai ?

a. Ya

b. Tidak

3. Bagaimana kondisi lantai rumah Ibu ?

a. Lembap, kotor dan sulit dibersihkan

b. Kering, rapat dan mudah dibersihkan

4. Berapa kali Ibu membersihkan lantai rumah dalam sehari ?

a. < 2 kali

b. ≥ 2 kali

TERIMA KASIH

48