Top Banner
BAB I PENDAHULUAN 1.1. TUJUAN Untuk memenuhi tugas mata kuliah Imunologi II dengan menjelaskan mengenai malaria. Untuk lebih memahami mengenai mekanisme dan pemeriksaan malaria dan dapat mengaplikasikan cara pemeriksaannya pada praktek kerja sehari - hari. 1.2. LATAR BELAKANG Malaria masih merupakan masalah penyakit endemik di wilayah Indonesia Timur khususnya Nusa Tenggara Barat. Salah satu masalah yang dihadapi adalah kesulitan mendiagnosis secara cepat dan tepat. Berdasarkan hasil evaluasi Program Pemantapan Mutu Eksternal Laboratorium Kesehatan pada pemeriksaan mikroskopis malaria, yang dilakukan oleh Balai Laboratorium Kesehatan Mataram, dari 19 laboratorium di NTB yang mengevaluasi menggunakan preparat positif malaria, hanya 79% peteknik laboratorium yang dapat membaca preparat dengan benar. Kepentingan untuk mendapatkan diagnosis yang cepat pada penderita yang diduga menderita malaria merupakan tantangan untuk mendapatkan uji/metode laboratorik yang tepat, cepat, sensitif, mudah dilakukan, serta ekonomis. Peranan keendemikan (endemisitas) malaria, migrasi penduduk yang cepat, serta IMUNOLOGI II (Malaria) Page 1
30

Makalah Malaria

Aug 13, 2015

Download

Documents

Arenas Arenas

makalah malaria
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Makalah Malaria

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. TUJUAN

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Imunologi II dengan menjelaskan mengenai malaria.

Untuk lebih memahami mengenai mekanisme dan pemeriksaan malaria dan dapat

mengaplikasikan cara pemeriksaannya pada praktek kerja sehari - hari.

1.2. LATAR BELAKANG

Malaria masih merupakan masalah penyakit endemik di wilayah Indonesia Timur

khususnya Nusa Tenggara Barat. Salah satu masalah yang dihadapi adalah kesulitan

mendiagnosis secara cepat dan tepat. Berdasarkan hasil evaluasi Program Pemantapan

Mutu Eksternal Laboratorium Kesehatan pada pemeriksaan mikroskopis malaria, yang

dilakukan oleh Balai Laboratorium Kesehatan Mataram, dari 19 laboratorium di NTB

yang mengevaluasi menggunakan preparat positif malaria, hanya 79% peteknik

laboratorium yang dapat membaca preparat dengan benar. Kepentingan untuk

mendapatkan diagnosis yang cepat pada penderita yang diduga menderita malaria

merupakan tantangan untuk mendapatkan uji/metode laboratorik yang tepat, cepat,

sensitif, mudah dilakukan, serta ekonomis. Peranan keendemikan (endemisitas) malaria,

migrasi penduduk yang cepat, serta berpindah-pindah (traveling) dari daerah endemis,

secara tidak langsung mempengaruhi masalah diagnostik laboratorikmaupun terapi

malaria. Perubahan gambaran morfologi parasit malaria, serta variasi galur (strain),

yang kemungkinan disebabkan oleh pemakaian obat antimalaria secara tidak tepat

(irasional), membuat masalah semakin sulit terpecahkan bila hanya mengandalkan

teknik diagnosis mikroskopis. Ditambah lagi rendahnya mutu mikroskop dan pereaksi

(reagen) serta kurang terlatihnya tenaga pemeriksa, menimbulkan kendala dalam

memeriksa parasit malaria secara mikroskopis yang selama ini merupakan standar

emas (gold standard) pemeriksaan laboratoris malaria.

IMUNOLOGI II (Malaria) Page 1

Page 2: Makalah Malaria

BAB II

ISI

A. Pengertian

Malaria merupakan penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh plasmodium yang

menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual didalam darah. Infeksi

malaria memberikan gejala berupa demam, menggigil, anemia dan splenomegali. penyakit

menular ini sangat dominan di daerah tropis dan sub-tropis atau kawasan tropika yang

biasa namun apabila diabaikan dapat menjadi penyakit yang serius. Parasit penyebab

malaria seperti malaria jenis Plasmodium falciparum merupakan malaria tropika yang

sering menyebabkan kematian. Ia adalah suatu protozoa yang dipindahkan kepada

manusia melalui gigitan nyamuk Anopheles betina terutama pada waktu terbit dan

terbenam matahari. Setidaknya 270 juta penduduk dunia menderita malaria dan lebih

dari 2 miliar atau 42% penduduk bumi memiliki risiko terkena malaria. WHO mencatat

setiap tahunnya tidak kurang dari 1 hingga 2 juta penduduk meninggal karena penyakit

yang disebarluaskan nyamuk Anopheles. Penyakit malaria juga dapat diakibatkan

karena perubahan lingkungan sekitar seperti adanya Pemanasan global yang terjadi

saat ini mengakibatkan penyebaran penyakit parasitik yang ditularkan melalui nyamuk

dan serangga lainnya semakin mengganas. Perubahan temperatur, kelembaban nisbi,

dan curah hujan yang ekstrim mengakibatkan nyamuk lebih sering bertelur sehingga

vector sebagai penular penyakit pun bertambah dan sebagai dampak muncul berbagai

penyakit, diantaranya demam berdarah dan malaria.

B. Penyebab Penyakit Malaria

Penyakit malaria disebabkan oleh bibit penyakit yang hidup di dalam darah

manusia. Bibit penyakit tersebut termasuk binatang bersel satu, tergolong amuba yang

disebut Plasmodium. Kerja plasmodium adalah merusak sel-sel darah merah. Dengan

perantara nyamuk anopheles, plasodium masuk ke dalam darah manusian dan

berkembang biak dengan membelah diri. Ada empat macam plasmodium yang

menyebabkan malaria:

Falciparum, penyebab penyakit malaria tropika. Jenis malaria ini bisa

menimbulkan kematian.

IMUNOLOGI II (Malaria) Page 2

Page 3: Makalah Malaria

Vivax, penyebab malaria tersiana. Penyakit ini sukar disembuhkan dan

sulit kambuh.

Malaria, penyebab malaria quartana. Di Indonesia penyakit ini tidak

banyak ditemukan.

Ovale, penyebab penyakit malaria Ovale. Tidak terdapat di Indonesia.

Penyebab lain terjadinya penyakit malaria, yaitu

a) Parasit

Untuk kelangsungan hidupnya, parasit malaria memerlukan dua macam siklus

kehidupan yaitu siklus dalam tubuh manusia dan siklus dalam tubuh nyamuk.

a. Siklus aseksual dalam tubuh manusia

Sikus dalam tubuh manusia juga disebut siklus aseksual, dan siklus ini terdiri

dari :

Gambar 1 : siklus hidup parasit malaria

Siklus di luar sel darah merah

Siklus di luar sel darah merah berlangsung dalam hati. Pada

Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale ada yang ditemukan dalam

bentuk laten di dalam sel hati yang disebut hipnosoit. Hipnosoit

merupakan suatu fase dari siklus hidup parasit yang nantinya dapat

menyebabkan kumat / kambuh atau rekurensi (long term relapse).

IMUNOLOGI II (Malaria) Page 3

Page 4: Makalah Malaria

Plasmodium vivax dapat kambuh berkali-kali bahkan sampai jangka

waktu 3 – 4 tahun. Sedangkan untuk Plasmodium ovale dapat

kambuh sampai bertahun-tahun apabila pengobatannya tidak

dilakukan dengan baik. Setelah sel hati pecah akan keluar merozoit

yang masuk ke eritrosit (fase eritrositer)

Fase dalam sel darah merah

Fase hidup dalam sel darah merah / eritrositer terbagi dalam :

a) Fase sisogoni yang menimbulkan demam

b) Fase gametogoni yang menyebabkan seseorang menjadi sumber

penularan penyakit bagi nyamuk vektor malaria. Kambuh pada

Plasmodium falciparum disebut rekrudensi (short term relapse),

karena siklus didalam sel darah merah masih berlangsung sebagai

akibat pengobatan yang tidak teratur. Merozoit sebagian besar masuk

ke eritrosit dan sebagian kecil siap untuk diisap oleh nyamuk vektor

malaria. Setelah masuk tubuh nyamuk vektor malaria, mengalami

siklus sporogoni karena menghasilkan sporozoit yaitu bentuk parasit

yang sudah siap untuk ditularkan kepada manusia.

Gambar 2 : eritrosit yang terinfeksi parasit malaria

IMUNOLOGI II (Malaria) Page 4

Page 5: Makalah Malaria

b. Fase seksual dalam tubuh nyamuk

Fase seksual ini biasa juga disebut fase sporogoni karena menghasilkan

sporozoit, yaitu bentuk parasit yang sudah siap untuk ditularkan oleh nyamuk

kepada manusia. Lama dan masa berlangsungnya fase ini disebut masa

inkubasi ekstrinsik, yang sangat dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban udara.

Prinsip pengendalian malaria, antara lain didasarkan pada fase ini yaitu

dengan mengusahakan umur nyamuk agar lebih pendek dari masa inkubasi

ekstrinsik, sehingga fase sporogoni tidak dapat berlangsung. Dengan demikian

rantai penularan akan terputus

b) Nyamuk Anopheles

Gambar 3 : Nyamuk Anopheles

Penyakit malaria pada manusia ditularkan oleh nyamuk Anopheles vektor

betina. Di seluruh dunia terdapat sekitar 2000 spesies nyamuk Anopheles, 60

spesies diantaranya diketahui sebagai vektor malaria. Di Indonesia terdapat

sekitar 80 jenis nyamuk Anopheles, 22 spesies diantaranya telah terkonfirmasi

sebagai vektor malaria. Sifat masing-masing spesies berbeda-beda tergantung

berbagai faktor seperti penyebaran geografis, iklim dan tempat

perkembangbiakannya. Semua nyamuk vektor malaria hidup sesuai dengan

kondisi ekologi setempat, contohnya nyamuk vektor malaria yang hidup di air

payau (Anopheles sundaicus dan Anopheles subpictus), di sawah (Anopheles

aconitus) atau di mata air (Anopheles balabacensis dan Anopheles maculatus).

Nyamuk Anopheles hidup di daerah iklim tropis dan subtropis, tetapi juga bias

IMUNOLOGI II (Malaria) Page 5

Page 6: Makalah Malaria

hidup di daerah yang beriklim sedang. Nyamuk ini jarang ditemukan pada daerah

dengan ketinggian lebih dari 2500 meter dari permukaan laut. Tempat

perkembangbiakannya bervariasi (tergantung spesiesnya) dan dapat dibagi

menjadi tiga ekosistem yaitu pantai, hutan dan pegunungan. Biasanya nyamuk

Anopheles betina vektor menggigit manusia pada malam hari atau sejak senja

hingga subuh. Jarak terbang (flight range) antara 0,5 – 3 km dari tempat

perkembangbiakannya. Jika ada angin yang bertiup kencang, dapat terbawa

sejauh 20 – 30 km. Nyamuk Anopheles juga dapat terbawa pesawat terbang,

kapal laut atau angkutan lainnya dan menyebarkan malaria ke daerah yang

semula tidak terdapat kasus malaria. Umur nyamuk Anopheles dewasa dialam

bebas belum banyak diketahui, tetapi di laboratorium dapat mencapai 3 -5

minggu. Nyamuk Anopheles mengalami metamorfosis sempurna. Telur yang

diletakkan nyamuk betina diatas permukaan air akan menetas menjadi larva,

melakukan pergantian kulit (sebanyak 4 kali) kemudian tumbuh menjadi pupa

dan menjadi nyamuk dewasa. Waktu yang dibutuhkan untuk perkembangan

(sejak telur menjadi dewasa) bervariasi antara 2 – 5 minggu tergantung spesies,

makanan yang tersedia, suhu dan kelembaban udara.

c) Manusia yang rentan terhadap infeksi malaria

Secara alami penduduk di suatu daerah endemis malaria ada yang mudah dan

ada yang tidak mudah terinfeksi malaria, meskipun gejala klinisnya ringan.

Perpindahan penduduk dari dan ke daerah endemis malaria hingga kini masih

menimbulkan masalah. Sejak dulu, telah diketahui bahwa wabah penyakit ini

sering terjadi di daerah-daerah pemukiman baru, seperti di daerah perkebunan

dan transmigrasi. Hal ini terjadi karena pekerja yang datang dari daerah lain

belum mempunyai kekebalan sehingga rentan terinfeksi.

d) Lingkungan

Keadaan lingkungan berpengaruh terhadap keberadaan penyakit malaria di

suatu daerah. Adanya danau, air payau, genangan air di hutan, persawahan,

tambak ikan, pembukaan hutan dan pertambangan di suatu daerah akan

meningkatkan kemungkinan timbulnya penyakit malaria karena tempat-tempat

tersebut merupakan tempat perkembangbiakan nyamuk vektor malaria.

e) Iklim

Suhu dan curah hujan di suatu daerah berperan penting dalam penularan

penyakit malaria. Biasanya penularan malaria lebih tinggi pada musim kemarau

IMUNOLOGI II (Malaria) Page 6

Page 7: Makalah Malaria

dengan sedikit hujan dibandingkan pada musim hujan. Pada saat musim

kemarau dengan sedikit hujan, genangan air yang terbentuk merupakan tempat

yang ideal sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk vektor malaria. Dengan

bertambahnya tempat perkembangbiakan nyamuk, populasi nyamuk vektor

malaria juga bertambah sehingga kemungkinan terjadinya transmisi meningkat.

C. Penularan dan Penyebaran

Penularan penyakit malaria dari orang yang sakit kepada orang sehat, sebagian

besar melalui gigitan nyamuk. Bibit penyakit malaria dalam darah manusia dapat

terhisap oleh nyamuk, berkembang biak di dalam tubuh nyamuk, dan ditularkan kembali

kepada orang sehat yang digigit nyamuk tersebut. Jenis-jenis vektor (perantara) malaria

yaitu:

Anopheles Sundaicus, nyamuk perantara malaria di daerah pantai.

Anopheles Aconitus, nyamuk perantara malaria daerah persawahan.

Anopheles Maculatus, nyamuk perantara malaria daerah perkebunan, kehutanan

dan pegunungan.

Penularan yang lain adalah melalu transfusi darah. Namun kemungkinannya sangat

kecil.

Cara penularan penyakit malaria dapat di bedakan menjadi dua macam yaitu :

1. Penularan secara alamiah (natural infection)

Malaria ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Nyamuk ini jumlahnya kurang lebih ada

80 jenis dan dari 80 jenis itu, hanya kurang lebih 16 jenis yang menjadi vector

penyebar malaria di Indonesia. Penularan secara alamiah terjadi melalui gigitan

nyamuk Anopheles betina yang telah terinfeksi oleh Plasmodium. Sebagian besar

spesies menggigit pada senja dan menjelang malam hari. Beberapa vector

mempunyai waktu puncak menggigit pada tengah malam dan menjelang pajar.

Setelah nyamuk Anopheles betina mengisap darah yang mengandung parasit pada

stadium seksual (gametosit), gamet jantan dan betina bersatu membentuk ookinet di

perut nyamuk yang kemudian menembus di dinding perut nyamuk dan membentuk

kista pada lapisan luar dimana ribuan sporozoit dibentuk. Sporozoit-sporozoit

tersebut siap untuk ditularkan. Pada saat menggigit manusia, parasit malaria yang

ada dalam tubuh nyamuk masuk ke dalam darah manusia sehingga manusia

tersebut terinfeksi lalu menjadi sakit.

2. Penularan tidak alamiah (not natural infection)

IMUNOLOGI II (Malaria) Page 7

Page 8: Makalah Malaria

a. Malaria bawaan

Terjadi pada bayi yang baru lahir karena ibunya menderita malaria. Penularannya

terjadi melalui tali pusat atau plasenta (transplasental)

b. Secara mekanik

Penularan terjadi melalui transfusi darah melalui jarum suntik.

c. Secara oral

Cara penularan ini pernah dibuktikan pada burung (P.gallinasium), burung dara

(P.relection) dan monyet (P.knowlesi).

D. Tanda-tanda Terjadinya Penyakit Malaria

Tanda-tanda yang terjadi pada penyakit malaria dimulai dengan dingin dan sering

sakit kepala. Penderita menggigil atau gemetar selama 15 menit sampai satu jam.

Dingin diikuti demam dengan suhu 40 derajat atau lebih. Penderita lemah, kulitnya

kemerahan dan menggigau. Demam berakhir serelah beberapa jam. Penderita mulai

berkeringat dan suhunya menurun. Setelah serangan itu berakhir, penderita merasa

lemah tetapi keadaannya tidak mengkhawatirkan

E. Gejala Klinis dan Masa Inkubasi Malaria

Keluhan dan tanda klinis, merupakan petunjuk yang penting dalam diagnosa malaria.

Gejala klinis ini dipengaruhi oleh jenis/ strain Plasmodium imunitas tubuh dan jumlah

parasit yang menginfeksi. Waktu mulai terjadinya infeksi sampai timbulnya gejala klinis

dikenal sebagai waktu inkubasi, sedangkan waktu antara terjadinya infeksi sampai

ditemukannya parasit dalam darah disebut periode prepaten.9

1. Gejala klinis

Gejala klasik malaria yang umum terdiri dari tiga stadium (trias malaria), yaitu:

a. Periode dingin. Mulai dari menggigil, kulit dingin dan kering, penderita sering

membungkus diri dengan selimut dan pada saat menggigil sering seluruh badan

bergetar dan gigi saling terantuk, pucat sampai sianosis seperti orang kedinginan.

Periode ini berlangsung 15 menit sampai 1 jam diikuti dengan meningkatnya

temperatur.

b. Periode panas. Penderita berwajah merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan

panas badan tetap tinggi dapat mencapai 400C atau lebih, respirasi meningkat, nyeri

IMUNOLOGI II (Malaria) Page 8

Page 9: Makalah Malaria

kepala, terkadang muntah-muntah, dan syok. Periode ini lebih lama dari fase dingin,

dapat sampai dua jam atau lebih diikuti dengan keadaan berkeringat.

c. Periode berkeringat. Mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh, sampai basah,

temperatur turun, lelah, dan sering tertidur. Bila penderita bangun akan merasa

sehat dan dapat melaksanakan pekerjaan seperti biasa. Di daerah dengan tingkat

endemisitas malaria tinggi, sering kali orang dewasa tidak menunjukkan gejala klinis

meskipun darahnya mengandung parasit malaria. Hal ini merupakan imunitas yang

terjadi akibat infeksi yang berulang-ulang. Limpa penderita biasanya membesar

pada serangan pertama yang berat/ setelah beberapa kali serangan dalam waktu

yang lama. Bila dilakukan pengobatan secara baik maka limpa akan berangsur-

berangsur mengecil. Keluhan pertama malaria adalah demam, menggigil, dan dapat

disertai sakit kepala, mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal. Untuk

penderita tersangka malaria berat, dapat disertai satu atau lebih gejala berikut:

gangguan kesadaran dalam berbagai derajat, kejang-kejang, panas sangat tinggi,

mata atau tubuh kuning, perdarahan di hidung, gusi atau saluran pencernaan, nafas

cepat, muntah terus-menerus, tidak dapat makan minum, warna air seni seperti the

tua sampai kehitaman serta jumlah air seni kurang sampai tidak ada.

2. Masa inkubasi

Masa inkubasi dapat terjadi pada :

a. Masa inkubasi pada manusia (intrinsik)

Masa inkubasi bervariasi pada masing-masing Plasmodium. Masa inkubasi pada

inokulasi darah lebih pendek dari infeksi sporozoid. Secara umum masa inkubasi

Plasmodium falsiparum adalah 9 sampai 14 hari, Plasmodium vivax adalah 12

sampai 17 hari, Plasmodium ovale adalah 16 sampai 18 hari, sedangkan

Plasmodium malariae bisa 18 sampai 40 hari. Infeksi melalui transfusi darah, masa

inkubasinya tergantung pada jumlah parasit yang masuk dan biasanya bisa sampai

kira-kira 2 bulan.

b. Masa inkubasi pada nyamuk (ekstrinsik)

Setelah darah masuk kedalam usus nyamuk maka protein eritrosit akan dicerna

oeleh enzim tripsin kemudian oleh enzim aminopeptidase dan selanjutnya

karboksipeptidase, sedangkan komponen karbohidrat akan dicerna oleh glikosidase.

Gametosit yang matang dalam darah akan segera keluar dari eritrosit selanjutnya

IMUNOLOGI II (Malaria) Page 9

Page 10: Makalah Malaria

akan mengalami proses pematangan dalam usus nyamuk untuk menjadi gamet

(melalui fase gametogenesis). Adapun masa inkubasi atau lamanya stadium

sporogoni pada nyamuk adalah Plasmodium vivax 8-10 hari, Plasmodium palsifarum

9-10 hari, Plasmodium ovale 12-14 hari dan Plasmodium malariae 14-16 hari.

F. Diagnosa Malaria

Sebagaimana penyakit pada umumnya, diagnosis malaria didasarkan pada manifestasi

klinis (termasuk anamnesis), uji imunoserologis dan ditemukannya parasit (Plasmodium)

di dalam darah penderita. Manifestasi klinis demam seringkali tidak khas dan

menyerupai penyakit infeksi lain (demam dengue, demam tifoid) sehingga menyulitkan

para klinisi untuk mendiagnosis malaria dengan mengandalkan pengamatan manifestasi

klinis saja, untuk itu diperlukan pemeriksaan laboratorium sebagai penunjang diagnosis

sedini mungkin. Secara garis besar pemeriksaan laboratorium malaria digolongkan

menjadi dua kelompok yaitu pemeriksaan mikroskopis dan uji imunoserologis untuk

mendeteksi adanya antigen spesifik atau antibody spesifik terhadap Plasmodium.

Namun yang dijadikan standar emas (gold standard) pemeriksaan laboratorium malaria

adalah metode mikroskopis untuk menemukan parasit Plasmodium di dalam darah tepi.

Uji imunoserologis dianjurkan sebagai pelengkap pemeriksaan mikroskopis dalam

menunjang diagnosis malaria atau ditujukan untuk survey epidemiologi dimana

pemeriksaan mikroskopis tidak dapat dilakukan. Sebagai diagnosa banding penyakit

malaria ini adalah demam tifoid, demam dengue, ISPA. Demam tinggi, atau infeksi virus

akut lainnya.

G. Bahaya Penyakit Malaria

1. Rasa sakit yang ditimbulkan sangat menyiksa si penderita

2. Tubuh yang sangat lemah, sehingga tidak dapat bekerja seperti biasa

3. Dapat menimbulkan kematian pada anak-anak dan bayi

4. Perkembangan otak bisa terganggu pada anak-anak dan bayi, sehingga

menyebabkan kebodohan.

IMUNOLOGI II (Malaria) Page 10

Page 11: Makalah Malaria

H. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan dengan mikroskop cahaya

Pewarnaan mikroskopik dengan pewarnaan giemsa sampai saat ini masih

merupakan baku emas pemeriksaan malaria. Walaupun demikian hasil pembacaannya

hannya dapat dipercaya jika dilakukan oleh seorang yang berpengalaman. Selain untuk

menegakan diagnosis, pemeriksaan mikroskopik dapat digunakan untuk mengevaluasi

hasil pengobatan dan hal ini tidak dapat diterapkan dengan uji cepat malaria maupun

teknik PCR. Kekurangannya adalah subjektivitas pemeriksa, terutama dalam hal

mendiagnosis infeksi campuran atau infeksi dalam jumlah parasit yang rendah. Selain

itu pada infeksi P.falciparum yang stadium lanjutnya berada di kapiler alat dalam

(sekuestrasi), parasit tersebut sulit ditemukan dalam darah tepi hingga memerlukan

pemeriksaan serial darah ( 3 kali dalam 48 jam ) untuk memastikan ada tidaknya parasit.

Konsentrasi parasit malaria dalam darah cukup merata sehingga pengambilan

darah rutin dapat dilakukan pada ujung jari atau tumit kaki (pada bayi). Morfologi parasit

yang optimal dapat dilihat dengan membuat sediaan darah yang diwarnai giemsa yang

diambil dari ujung jari segera. Akhir - akhir ini darah vena dengan antikoagulan lebih

sering digunakan sebagai bahan pemeriksaan. Hal yang harus diperhatikan adalah

jumlah darah yang diambil harus sesuai dengan volume antikoagulannya. Jika

digunakan tabung komersial yang berisis antikoagulan maka tabung tersebut harus diisi

penuh dengan darah penderita (sesuai dengan batasnya ). Hal tersebut untuk

menghindari ketidaktepatan rasio darah dan antikoagulan yang dapat mempengaruhi

morfologi parasit malaria.

Jika pembuatan sediaan darah yang mengandung antikoagulan dilakukan 24 jam

setelah pengambilan darah maka jumlah parasit dapat berkurang sampai 50% dan

morfologi parasit sudah berubah. Oleh karena itu, sangat penting untuk segera (< 1jam)

membuat sediaan darah tipis dan tebal dari darah dengan antikoagulan tersebut.

Bahkan jika dilakukan setelah 6 jam pengambilan darah jumlah parasit mulai berkurang.

Morfologi malaria terlihat optimal pada sediaan darah tipis yang diwarnaai

giemsa, tetapi sensitifitasnya rendah. Dengan menggunakan sediaan darah

tebalsensitivitas sediaan darah mikroskopik akan meningkat sampai 10 kali disbanding

sediaan darah tipis. Hal ini yang perlu diperhatikan adalah lamanya pewarnaan yang

IMUNOLOGI II (Malaria) Page 11

Page 12: Makalah Malaria

optimal, yaitu 30 menit dengan giemsa 3 %. Pewarnaan cepat dengan giemsa yang

lebih tinggi tidak dianjurkan, karena jika jumlah parasit rendah dalam darah, sering kali

parasit yang ada tidak terwarnai.

Prinsip : mewarnai apusan darah menggunakan pewarna giemsa agar sel eritrosit yang

terinfeksi parasit mlaria dapat terlihat kelainan morfologinya.

Cara kerja :

Gambaran mikroskopik :

Gambar 4 : gambar mikroskopik parasit malaria

IMUNOLOGI II (Malaria) Page 12

Page 13: Makalah Malaria

Interpretasi hasil :

+ : 1-10 parasit stadium aseksual per 100 lapang pandang mikroskop

++ : 11-100 parasit stadium aseksual per 100 lapang pandang mikroskop

+++ : 1-10 parasit stadium aseksual per 1 lapang pandang mikroskop

++++ : 11-100 parasit stadium aseksual per 1 lapang pandang mikroskop

Sedangkan perhitungan secara kuantitatif dapat dilakukan baik pada sediaan

darah tebal maupun sediaan darah tipis. Jumlah parasit stadium aseksual (cincin,

trofozoit, dan skizont) dan aseksual (gametosit) biasanya dihitung secara terpisah.

Pada sediaan darah tebal parasit dihitung berdasarkan jumlah leukosit per mikro

liter darah; jika tidak diketahui biasanya diasumsikan leukosit penderita berjumlah

berjumlah 8000/Ul, dengan rumus berikut.

Jumlah parasit stadium aseksual x jumlah leukosit /Ul

200

Sedangkan perhitungan parasit dalam sediaan darah tipis perlu diketahui jumlah

eritrosit per Ul darah. Jika nilai ini tidak diketahui, diasumsikan penderita mengandung

eritrosit 5.000.000/Ul (laki-laki) atau 4.500.000 / Ul (wanita). Jumlah parasit kemudian

dihitung paling sedikit dalam 25 lapangan pandang mikroskopik atau total parasit/Ul

dihitung dengan rumus sebagai berikut.

Jumlah parasit stadium aseksual x jumlah eritrosir/Ul

Total eritrosit dalam 25 lapang pandang

Pada sediaan darah tipis dapat juga dihitung proporsi atau presentase eritrosit yang terinfeksi

dengan rumus sebagai berikut.

Jumlah parasit stadium aseksual dalam 25 lapang pandang x 100%

IMUNOLOGI II (Malaria) Page 13

Page 14: Makalah Malaria

Total eritrosit dalam 25 lapang pandang mikroskopik

Pemeriksaan dengan mikroskopik flouresensi

Sensitivitas diagnosis malaria pada sediaan darah dapat ditingkatkan dengan

menggunakan zat flouresensi yang dapat berikatan dengan parasit. Asam nukleat dalam

inti akan berikatan dengan zat tersebut dan akan berflouresensi jika disinari dengan

sinar UV yang mempunyai panjang gelombang tertentu. Mula-mula digunakan acridine

orange (AO) dan benzothio carboxypurine (BCP). Keduanya dieksitasi panjang

gelombang 490 nm dan akan berfloursensi dengan warna kehijauan atau kekuningan.

Acridine orange dapat digunakan langsung pada sediaan darah di kaca objek

atau dengan menggunakan capillary tubes yang bagian dalamnya dilapisi oleh zat

wrana acridine orange. Pada waktu sentrifugasi, capillary tubes yang berisi darah pasien

dan terdiri dari berbagai sel, yaitu leukosir, trombosit dan eritrosit akan terpisah. Parasit

malaria akan terkonsentrasi dibawah berbagai lapisan sel, terutama dibagian atas

lapisan eritrosit dan kadang - kadang ditemukan dalam lapisan trombosit dan leukosit.

Parasit dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop flouresensi.

Tekhnik kawamoto menggunakan filter yang dapat mengeksitasi panjang

gelombang 470-490 nm sehingga pada waktu cahaya melewati sediaan darah yang

diwarnai acridine orange, parasit akan terlihat berflouresensi. Dalam hal ini digunakan

sinar matahari yang kuat atau lampu halogen sebagai sumber cahaya.

Walaupun acridine orange merupakan zat yang berfluoresensi kuat, tetapi zat ini

akan berikatan dengan asam nukleatsemua jenis sel hingga flouresesnsinya menjadi

tidak spesifik. Jika metode ini digunakan untuk mendiagnosis malaria, si pembaca harus

dapat membedakan dengan flouresesnsi yang disebabkan oleh inti sel lain.

Zat flouresensi lain yaitu benzothiocarboxypurine (BCP) untuk mewarnai asam

nukleat parasit dapat digunakan langsung pada sediaan darah tebal atau suspense

darah yang sudah dilisiskan zat warna ini tida cepat pudar seperti acridine orange.

Diagnosis malaria dengan menggunakan zat berflouresensi merupakan suatu

cara yang harus dipelajari dan memerlukan pengalaman sehingga hingga aplikasi ini

dapat diaplikasikan dengan cepat dan tepat. Kekurangan cara ini adalah tidak dapat

membedakan berbagai macam spesies plasmodium karena tanda spesifik yang terdapat

IMUNOLOGI II (Malaria) Page 14

Page 15: Makalah Malaria

dalam sitoplasma darah merah tidak akan terwarnai. Morfologi sel darah merah yang

terinfeksi dan tanda spesifik yang timbul pada infeksi berbagai plasmodium tetap

diperlukan untuk menegakan diagnosis.

Pemeriksaan dengan rapid test.

Secara umum terdapat 3 macam antigen yang digunakan dalam malaria rapid

test, yaitu histidine rich protein-2 ( HRP-2 ), lactate dehydrogenase (LDH), dan aldolase.

HRP-2 merupakan protein yang larut air dan disekresikan oleh berbagai stadium

aseksual dan gametosit muda P.falciparum. protein ini tidak ditemukan pada spesies

plasmodium lain hingga sangat spesifik untuk menegakan diagnosis P.falciparum.

sedangkan enzim (pLDH dan aldolase) merupakan antigen yang ditemukan dalam

glikolitik pathway parasit malaria, namun sudah terdapat kit dengan LDH yang spesifik

untuk P.vivax yaitu pvLDH.

Prinsip :imunokromatografi cairannya akan naik sepanjang kertas nitroselulosa.

Pada beberapa titik dikertas selulosa diletakan antibody monoclonal terhadap antigen

malaria yang spesifik sehingga pada penderita positif akan terjadi reaksi antigen

antibody yang tervisualisasi dalam bentuk garis.

Cara kerja:

Gambar 5 : Rapid test kit

IMUNOLOGI II (Malaria) Page 15

Page 16: Makalah Malaria

Cara kerja :

1. Kit disimpan pada suhu ruang selama 30 menit.

2. 10 sampai 15 μl darah EDTA diambil menggunakan mikropipet dan diletakkan dalam

lubang sampel.

3. Hasil akan dibaca setelah 10-15 menit (terbentuk garis merah muda)

Interpretasi hasil

Garis yang paling atas (garis pertama) merupakan garis kendali (kontrol).

Garis dibawahnya (garis kedua) merupakan garis uji untuk Plasmodium vivax.

Garis yang terbawah (garis ketiga) adalah garis uji untuk Plasmodium falciparum.

Bila hasil uji negative, maka hanya pada garis kendali ( control) saja yang terbentuk

garis merah muda.

Bila hasil uji untuk Plasmodium falciparum positif, maka garis kendali (kontrol) dan garis

uji terbawah akan berwarna merah muda, sedangkan garis tengah tidak terlihat.

Bila untuk Plasmodium vivax positif, maka garis kendali (kontrol) dan garis uji kedua saja

yang terlihat .

Metode Dip-Stick

Teknik dip-stick mendeteksi secara imuno-enzimatik suatu protein kaya

histidine II yang spesifik parasit (immuno enzymatic detection of the parasite spesific

histidine rich protein II). Tes spesifik untuk plasmodium falciparum telah dicoba pada

beberapa negara, antara lain di Indonesia. Tes ini sederhana dan cepat karena dapat

dilakukand alam waktu 10 menit dan dapat dilakukan secara massal. Selain itu, tes ini

dapat dilakukan oleh petugas yang tidak terampil dan memerlukan sedikti latihan.

Alatnya sederhana, kecil dan tidak memerlukanaliran listrik. Kelemahan tes dip-stick ini

adalah :

Hanya spesifik untuk plasmodium falciparum (untuk plasmodium

vivax masih dalam tahap pengembangan)

Tidak dapat mengukur densitas parasit (secara kuantitatif)

Antigen yang masih beredar beberapa hari setelah parasit hilang

masih memberikan reaksi positif.

Gametosit muda (immature) bukan yang matang (mature),

mungkin masih dapat dideteksi.

IMUNOLOGI II (Malaria) Page 16

Page 17: Makalah Malaria

Biaya tes ini cukup mahal.

Walaupun demikian tes yang sederhana dan stabil dapat digunakan untuk

pemeriksaan epidemiologi dan operasional. Hasil positif palsu (false positive) yang

disebabkan oleh antigen residual yang beredar dan oleh gametosit muda dalam darah

biasanya ditemukan pada penderita tanpa gejala (asimptomatik). Jadi seharusnya tidak

mengakibatkan over treatment sebab tes ini digunakan untuk menunjang diagnosis klinis

pada penderita dengan gejala.

Prinsip pemeriksaan : imunokromatografi cairannya akan naik sepanjang kertas

nitroselulosa. Pada beberapa titik dikertas selulosa diletakan antibody monoclonal

terhadap antigen malaria yang spesifik sehingga pada penderita positif akan terjadi

reaksi antigen antibody yang tervisualisasi dalam bentuk garis.

Prosedur :

1. Serum diletakan di tabung ependorff kurang lebih 200 Ul.

2. Dip-stick dimasukan ke tabung ependorff.

3. Reaksi ditunggu hingga kira-kira 10 menit.

4. Hasil bias dibaca.

Gambar 6 : dip-stick kit

Pemeriksaan polymerase chain reaction (PCR)

Diagnosis parasit berdasarkan asam nukleat menggunakan molekul DNA

reporter untuk mendeteksi rangkaian DNA atau RNA spesifik yang dimiliki parasit

tertentu. tes ini sangat spesifik dan sensitif, dapat mendeteksi hingga minimal 2 parasit,

bahkan 1 parasit / µL darah.

IMUNOLOGI II (Malaria) Page 17

Page 18: Makalah Malaria

Prinsip : menggunakan siklus termal yaitu menaikan dan menurunkan suhu

secara teratur hingga didapat sekuens DNA / RNA yang diinginkan dengan

menggunakan 2 primer oligonukleotida yang berbeda. Kelemahan tes ini adalah :

Penyediaan DNA dan RNA sangat rumit

Alat yang diperlukan untuk hibridisasi rumit

Alat untuk amplifikasi PCR dan deteksi hasil amplifikasi sangat canggih dan mahal

Metode ini membutuhkan waktu lebih lama (>24 jam)

Tidak dapat membedakan stadium aseksual dan seksual

Tidak dapat dilakukan pemeriksaan secara kuantitatif

Sementara keuntungan utama pada teknik PCR adalah dapat mendeteksi dan

mengidentifikasi infeksi ringan dengan sangat tepat dan dapat dipercaya. Hal ini penting

untuk studi epidemiolgi dan eksperimental, tetapi tidak penting untuk meningkatkan

penanganan malaria tanpa komplikasi.

I. Pengobatan dan Pencegahan Penyakit Malaria

Memutus rantai penularan dengan memilih mata rantai yang paling lemah. Mata

rantai tersebut adalah penderita dan nyamuk malaria. Seluruh penderita yang memiliki

tanda-tanda malaria diberi pengobatan pendahuluan dengan tujuan untuk

menghilangkan rasa sakit dan mencegah penularan selama 10 hari. Bagi penderita yang

dinyatakan positif menderita malaria setelah diuji di laboratorium, akan diberi

pengobatan secara sempurna. Bagi orang-orang yang akan masuk ke daerah endemis

malaria seperti para calon transmigran, perlu diberi obat pencegahan.

Obat – obat antimalaria,diantaranya :

1. Klorokuin

Klorokuin adalah bentuk sintetik 4-aminokuinolin, diproduksi dalam bentuk garam

fosfat untuk pemberian secara oral. Ekskresi klorokuin melalui urin dengan mas

paruh 3-5 hari, namun waktu paruh eliminasi terminal mencapai 1-2 bulan.

Klorokuin bersifat skizontosida darah yang sangat efektif untuk semua jenis

plasmodium pafa manusia dan gametosida terhadap P.vivax, P.ovale dan

P.malariae. Mekanisme kerja klorokuin adalah menghambat polimerisasi produk

IMUNOLOGI II (Malaria) Page 18

Page 19: Makalah Malaria

sisa hemoglobin (heme) menjadi hemozoin di dalam vakuol pencernaan parasit

sehingga menghilangkan toksisitas parasit karena pembentukan heme bebas.

2. Kina dan Kuinidin

Kina mulai dipakai sebagai OAM sejak tahun 1632. Obat ini merupakan alkaloid

kinkona yang dibuat dari ekstrak pohon kinkona di Amerika Selatan. Kuinidin

adalah dekstrorotatori stereoisomer dari kina.

Mekanisme kerja kina sebagai OAM belum sepenuhnya dipahami, diduga

menghambat detoksifikasi heme parasit dalam vakuola makanan.

3. Proguanil

Proguanil adalah suatu biguanid yang dimetabolisme dalam tubuh (melalui enzim

CYP2C19) menjadi bentuk aktif sikloguanil. Sikloguanil menghambat

pembentukan asam folat dan asam nukleat, bersifat skizontosida darah yang

bekera lambat, skizontosida jaringan terhadap P.falcifarum, P.vivax, P.ovale, dan

sporontosida.

4. Tetrasiklin

Tetrasiklin bersifat skizontosida darah untuk semua spesies plasmodium yang

bekerja lambat, skizontosida jaringan untuk P.falcifarum.

5. Klindamisin

Obat ini menghambat fase awal sintesis protein. Klindamisin bersifat

skizontosida darah yang bekerjalambat terhadap P.falciparum dan harus

diberikan dalam kombinasi dengan OAM lain seperti kina atau klorokuin.

F. Tindakan-tindakan Pencegahan:

1. Usahakan tidur dengan kelambu, memberi kawat kasa, memakai obat nyamuk bakar,

menyemprot ruang tidur, dan tindakan lain untuk mencegah nyamuk berkembang di

rumah.

2. Usaha pengobatan pencegahan secara berkala, terutama di daerah endemis malaria.

IMUNOLOGI II (Malaria) Page 19

Page 20: Makalah Malaria

3. Menjaga kebersihan lingkungan dengan membersihkan ruang tidur, semak-semak

sekitar rumah, genangan air, dan kandang-kandang ternak.

4. Memperbanyak jumlah ternak seperti sapi, kerbau, kambing, kelinci dengan

menempatkan mereka di luar rumah di dekat tempat nyamuk bertelur.

5. Memelihara ikan pada air yang tergenang, seperti kolam, sawah dan parit. Atau dengan

memberi sedikit minyak pada air yang tergenang.

6. Menanam padi secara serempak atau diselingi dengan tanaman kering atau

pengeringan sawah secara berkala

7. Menyemprot rumah dengan DDT.

IMUNOLOGI II (Malaria) Page 20

Page 21: Makalah Malaria

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Malaria merupakan penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh plasmodium yang

menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual didalam darah.

Infeksi malaria memberikan gejala berupa demam, menggigil, anemia dan splenomegali.

Terdapat beberapa parasit yang dapat menyebabkan penyakit malaria, yaitu plasmodium

falciparum, vivax, malaria dan ovale. Parasit ini menggunakan nyamuk sebagai hospes

definitifnya, yaitu nyamuk Anopheles. Gejala klinis penyakit ini terdiri dari 3 tahap, yaitu

periode dingin, periode panas dan periode berkeringat.

Penularan penyakit ini bias secara alami, yaitu melalui gigitan langsung nyamuk

anopheles dan secara tidak alami yaitu secara bawaan dan secra mekanik. Diagnosanya

dapat dilihat dari manifestasi klinis yaitu terjadinya demam, imunnoserologi yaitu

ditemukannya antigen HRP-2, pLDH dan aldolase dan lewat pemeriksaan mikroskopik yaitu

melihat morfologi sel darah merah yang terinfeksi dan melihat asam nukleat pada parasit.

Malaria ini dapat menyebabkan rasa sakit, gangguan otak hingga menyebabkan kematian.

Pemeriksaan dapat dilakukan dengan lima metode, yaitu yang pertama menggunakan

mikroskopik cahaya dengan melihat morfologi eritrosit yang terinfeksi, yang kedua

menggunakan mikroskop flouresensi dengan melihat asam nukleat yang terdapat diparasit,

yang ketiga dengan menggunakan metode rapid test yaitu identifikasi antigen yang terdapat

pada serum sampel, yang keempat menggunakan dip-stick yaitu identifikasi antigen parasit

malaria yang terdapat dalam serum sampel, yang kelima dengan menggunakan PCR yaitu

dengan menggandakan sekuens DNA/RNA yang spesifik dengan menggunakan primer

oligonukleotida yang spesifik pula lalu dibaca menggunakan elektroforesis.

IMUNOLOGI II (Malaria) Page 21

Page 22: Makalah Malaria

DAFTAR PUSTAKA

http://malariana.blogspot.com/2008/11/malaria-diagnosis.html (Diakses pada tanggal 08

April 2012

http://www.anneahira.com/pencegahan-penyakit/malaria.htm (Dikses pada tanggal 08 april

2012

Depkes RI, Pedoman Ekologi dan Aspek Perilaku Vektor, Direktorat Jenderal PPM-PL,

Departemen Kesehatan RI, Jakarta 2001.

Day 1998. Nyamuk Penular Malaria , Dalam Jurnal Data dan Informasi Kesehatan ,

Pusdatin, Depkes RI, Jakarta 2003.

Nugroho, Agung. 2010. Malaria Dari Molekuler ke Klinis.Jakarta : EGC

IMUNOLOGI II (Malaria) Page 22