MAKALAH
MAKALAH
ASKEP EMERGENCY DAN KRITIS PADA KEGAWATAN
GIGITAN BINATANG
Guna Untuk Memenuhi Mata Kuliah Sistem Kegawatdaruratan 2
Dosen Pengampu : Faridah Aini, M.Kep., Sp.KMB
Di susun oleh :
Nanik Purwanti
(010112a066)
Octavia Nur Aini W
(010112a076)
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
STIKES NGUDI WALUYO
UNGARAN
2015
BABIPENDAHULUANLatarBelakangRacun adalah zat atau senyawa yang
masuk ke dalam tubuh dengan berbagai cara yang menghambat respons
pada sistem biologis dan dapat menyebabkan gangguan kesehatan,
penyakit, bahkan kematian. Keracunan sering dihubungkan dengan
pangan atau bahan kimia. Pada kenyataannya bukan hanya pangan atau
bahan kimia saja yang dapat menyebabkan keracunan. Di sekeliling
kita ada racun alam yang terdapat pada beberapa tumbuhan dan hewan.
Salah satunya adalah gigitan binatang yang menyebab infeksi yang
menyerang susunan saraf pusat (rabies).
Mengingat masih sering terjadi keracunan akibat gigitan seperti
gigitan ular, anjing, kucing dan monyet maka untuk dapat menambah
pengetahuan masyarakat kami menyampaikan informasi mengenai bahaya
dan pertolongan terhadap gigitan binatang tersebut.
Serangan binatang laut berbahaya merupakan salah satu resiko
yang dihadapi oleh para wisatawan. Binatang laut berbahaya dapat
dibagi jadi dua kelompok yaitu binatang laut yang menggigit dan
binatang laut yang menyengat.
Keracunan adalah keadaan sakit yang ditimbulkan oleh racun.
Bahan racun yang masuk ke dalam tubuh dapat langsung mengganggu
organ tubuh tertentu, seperti paru-paru, hati, ginjal dan lainnya.
Tetapi zat tersebut dapat pula terakumulasi dalam organ tubuh,
tergantung sifatnya pada tulang, hati, darah atau organ lainnya
sehingga akan menghasilkan efek yang tidak diinginkan dalam jangka
panjang.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latarbelakang diatas, masalah yang akan dibahas pada
makalah ini yaitu :
Apa yang dimaksud kegawatdaruratan pada gigitan
serangga,binatang berbisa dan binatang laut ?
Apa saja penyebab gigitan serangga,binatang berbisa dan binatang
laut ?
Bagaimana penatalaksanaan gigitan serangga,binatang berbisa dan
binatang laut ?
TujuanBerdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari
penyusunan makalah ini adalah :
Untuk mengetahui konsep kegawatdaruratan gigitan serangga,
binatang berbisa dan binatang laut
Untuk mengetahui penyebab gigitan serangga, binatang berbisa dan
binatang laut
Untuk mengetahui penatalaksanaan gigitan serangga, binatang
berbisa dan binatang laut
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Definisi Gigitan Serangga
Insect Bites adalah gigitan atau serangan serangga. Gigitan
serangga seringkali menyebabkan bengkak, kemerahan, rasa sakit
(senut-senut), dan gatal-gatal. Reaksi tersebut boleh dibilang
biasa, bahkan gigitan serangga ada yang berakhir dalam beberapa jam
sampai berhari-hari. Bayi dan anak-anak labih rentan terkena
gigitan serangga dibanding orang dewasa. Insect bites adalah
gigitan yang diakibatkan karena serangga yang menyengat atau
menggigit seseorang.
Keracunan adalah keadaan sakit yang ditimbulkan oleh racun.
Bahan racun yang masuk ke dalam tubuh dapat langsung mengganggu
organ tubuh tertentu, seperti paru-paru, hati, ginjal dan lainnya.
Tetapi zat tersebut dapat pula terakumulasi dalam organ tubuh,
tergantung sifatnya pada tulang, hati, darah atau organ lainnya
sehingga akan menghasilkan efek yang tidak diinginkan dalam jangka
panjang.
Definisi gigitan binatang berbisa
Gigitan binatang berbisa adalah gigitan atau serangan yang di
akibatkan oleh gigitan hewan berbisa seperti ular.
Definisi Gigitan Binatang LautBanyak hewan laut menggigit atau
menyengat. Beberapa memberikan racun melalui mereka gigi, tentakel,
duri, atau kulit. Lainnya, seperti hiu, tidak berbisa tetapi dapat
menimbulkan gigitan serius dengan besar, gigi yang tajam.
Kebanyakan makhluk yang menyengat atau menggigit telah
mengembangkan perilaku ini sebagai mekanisme pertahanan atau untuk
membantu mereka berburu makanan. Kebanyakan sengatan hewan laut dan
gigitan disebabkan oleh kontak tidak disengaja. Misalnya, Anda bisa
menginjak ikan pari terkubur di pasir atau sikat terhadap ubur-ubur
saat berenang. Penyelam dan nelayan sangat beresiko karena sering
dan lama kontak mereka dengan kehidupan laut.
EtiologiPenyebab gigitan serangga dan binatang berbisa Serangga
dan binatang berbisa tidak akan menyerang kecuali kalau mereka
digusar atau diganggu. Kebanyakan gigitan dan sengatan digunakan
untuk pertahanan. Gigitan serangga untuk melindungi sarang
mereka.
Sebuah gigitan atau sengatan dapat menyuntikkan bisa(racun) yang
tersusun dari protein dan substansi lain yang mungkin memicu reaksi
alergi kepada penderita. Gigitan serangga juga mengakibatkan
kemerahan dan bengkak di lokasi yang tersengat.
Lebah, tawon, penyengat, si jaket kuning, dan semut api adalah
anggota keluarga Hymenoptera. Gigitan atau sengatan dari mereka
dapat menyebabkan reaksi yang cukup serius pada orang yang alergi
terhadap mereka. Kematian yang diakibatkan oleh serangga 3-4 kali
lebih sering dari pada kematian yang diakibatkan oleh gigitan ular.
Lebah, tawon dan semut api berbeda-beda dalam menyengat. Ketika
lebah menyengat, dia melepaskan seluruh alat sengatnya dan
sebenarnya ia mati ketika proses itu terjadi. Seekor tawon dapat
menyengat berkali-kali karena tawon tidak melepaskan seluruh alat
sengatnya setelah ia menyengat. Semut api menyengatkan bisanya
dengan menggunakan rahangnya dan memutar tubuhnya. Mereka dapat
menyengat bisa berkali-kali. Manifestasi Klinis
Gigitan Serangga
Beberapa contoh masalah serius yang diakibatkan oleh gigitan
atauserangangigitan serangga didantaranya adalah :
Reaksi alergi berat (anaphylaxis). Reaksi ini tergolong tidak
biasa, namun dapat mengancam kahidupan dan membutuhkan pertolongan
darurat. Tanda-tanda atau gejalanya adalah:
Terkejut (shock). Dimana ini bisa terjadi bila sistem peredaran
darah tidak mendapatkan masukan darah yang cukup untuk organ-organ
penting (vital)
Batuk, desahan, sesak nafas, merasa sakit di dalam mulut atau
kerongkongan/tenggorokan.
Bengkak di bibir, lidah, telinga, kelopak mata, telapak tangan,
tapak kaki, dan selaput lendir (angioedema).
Pusing dan kacau
Mual, diare, dan nyeri pada perut
Rasa gatal dengan bintik-bintik merah dan bengkak
Gejala tersebut dapat diikuti dengan gejala lain dari beberapa
reaksi.
Reaksi racun oleh gigitan atau serangan tunggal dari
serangga.
Serangga atau laba-laba yang menyebabkan hal tersebut
misalnya:
Laba-laba janda (widow) yang berwarna hitam
Laba-laba pertapa (recluse) yang berwarna coklat
Laba-laba gembel (hobo)
Kalajengking
Reaksi racun dari serangan lebah, tawon, atau semut api.
Seekor lebah dengan alat penyengatnya di belakang lalu mati
setelah menyengat. Lebah madu afrika, yang dinamakan lebah-lebah
pembunuh, mereka lebih agresif dari pada lebah madu kebanyakan dan
sering menyerang bersama-sama dengan jumlah yang banyak.
Tawon, penyengat dan si jaket kuning (yellow jackets), dapat
menyengat berkali-kali. Si jaket kuning dapat menyebabkan sangat
banyak reaksi alergi.
Serangan semut api kepada seseorang dengan gigitan dari
rahangnya, kemudian memutar kepalanya dan menyengat dari perutnya
dengan alur memutar dan berkali-kali.
Reaksi kulit yang lebar pada bagian gigitan atau serangan.
Infeksi kulit pada bagian gigitan atau serangan.
Penyakit serum (darah), sebuah reaksi pada pengobatan
(antiserum) digunakan untuk mengobati gigitan atau serangan
serangga. Penyakit serum menyebabkan rasa gatal dengan
bintik-bintik merah dan bengkak serta diiringi gejala flu tujuh
sampai empat belas hari setelah penggunaan anti serum.
Infeksi virus. Infeksi nyamuk dapat menyebarkan virus West Nile
kepada seseorang, menyebabkan inflamasi pada otak
(encephalitis).
Infeksi parasit. Infeksi nyamuk dapat menyebabkan menyebarnya
malaria.
Serangga dan binatang berbisa tidak akan menyerang kecuali kalau
mereka digusar atau diganggu. Kebanyakan gigitan dan sengatan
digunakan untuk pertahanan. Gigitan serangga untuk melindungi
sarang mereka. Sebuah gigitan atau sengatan dapat menyuntikkan
bisa(racun) yang tersusun dari protein dan substansi lain yang
mungkin memicu reaksi alergi kepada penderita. Gigitan serangga
juga mengakibatkan kemerahan dan bengkak di lokasi yang tersengat.
Lebah, tawon, penyengat, si jaket kuning, dan semut api adalah
anggota keluarga Hymenoptera. Gigitan atau sengatan dari mereka
dapat menyebabkan reaksi yang cukup serius pada orang yang alergi
terhadap mereka.Kematian yang diakibatkan oleh serangga 3-4 kali
lebih sering dari pada kematian yang diakibatkan oleh gigitan ular.
Lebah, tawon dan semut api berbeda-beda dalam menyengat. Ketika
lebah menyengat, dia melepaskan seluruh alat sengatnya dan
sebenarnya ia mati ketika proses itu terjadi. Seekor tawon dapat
menyengat berkali-kali karena tawon tidak melepaskan seluruh alat
sengatnya setelah ia menyengat. Semut api menyengatkan bisanya
dengan menggunakan rahangnya dan memutar tubuhnya. Mereka dapat
menyengat bisa berkali-kali.
Gejala dari gigitan serangga bermacam-macam dan tergantung dari
berbagai macam faktor yang mempengaruhi. Kebanyakan gigitan
serangga menyebabakan kemerahan, bengkak, nyeri, dan gatal-gatal di
sekitar area yang terkena gigitan atau sengatan serangga
tersebut.Kulit yang terkena gigitan bisa rusak dan terinfeksi jika
daerah yang terkena gigitan tersebut terluka. Jika luka tersebut
tidak dirawat, maka akan mengakibatkan peradangan akut.
Rasa gatal dengan bintik-bintik merah dan bengkak, desahan,
sesak napas, pingsan dan hampir meninggal dalam 30 menit adalah
gejala dari reaksi yang disebut anafilaksis.Ini juga diakibatkan
karena alergi pada gigitan serangga.Gigitan serangga juga
mengakibatkan bengkak pada tenggorokan dan kematian karena gangguan
udara.Sengatan dari serangga jenis penyengat besar atau ratusan
sengatan lebah jarang sekali ditemukan hingga mengakibatkan sakit
pada otot dan gagal ginjal.Gigitan Binatang BerbisaGejala dan tanda
gigitan ular berbisa dapat dibagi ke dalam beberapa kategori mayor
:
Efek lokalDigigit oleh beberapa ular viper atau beberapa kobra
(Naja spp) menimbulkan rasa sakit dan perlunakan di daerah gigitan.
Luka dapat membengkak hebat dan dapat berdarah dan melepuh.
Beberapa bisa ular kobra juga dapat mematikan jaringan sekitar sisi
gigitan luka.PerdarahanGigitan oleh famili viperidae atau beberapa
elapid Australia dapat menyebabkan perdarahan organ internal
seperti otak atau organ-organ abdomen. Korban dapat berdarah dari
luka gigitan atau berdarah spontan dari mulut atau luka yang lama.
Perdarahan yang tak terkontrol dapat menyebabkan syok atau bahkan
kematian.
Efek sistem sarafBisa ular elapid dan ular laut dapat berefek
langsung pada sistem saraf. Bisa ular kobra dan mamba dapat beraksi
terutama secara cepat menghentikan otot-otot pernafasan, berakibat
kematian sebelum mendapat perawatan. Awalnya, korban dapat
menderita masalah visual, kesulitan bicara dan bernafas, dan
kesemutan.
Kematian ototBisa dari Russells viper (Daboia russelli), ular
laut, dan beberapa elapid Australia dapat secara langsung
menyebabkan kematian otot di beberapa area tubuh. Debris dari sel
otot yang mati dapat menyumbat ginjal, yang mencoba menyaring
protein. Hal ini dapat menyebabkan gagal ginjal.
MataSemburan bisa ular kobra dan ringhal dapat secara tepat
mengenai mata korban, menghasilkan sakit dan kerusakan, bahkan
kebutaan sementara pada mata.
Penatalaksanaan Gigitan Serangga
Pengobatan gigitan serangga pribadi di rumah
Pengobatan tergantung pada jenis reaksi yang terjadi. Jika hanya
kemerahan dan nyeri pada bagian yang digigit, cukup menggunakan es
sebagai pengobatan. Bersihkan area yang terkena gigitan dengan
sabun dan air untuk menghilangkan partikel yang terkontaminasi oleh
serangga (seperti nyamuk). Partikel-partikel dapat mengkontaminasi
lebih lanjut jika luka tidak dibersihkan.
Pengobatan dapat juga menggunakan antihistamin seperti
diphenhidramin (Benadryl) dalam bentuk krim/salep atau pil. Losion
Calamine juga bisa membantu mengurangi gatal-gatal.
Penatalaksanaan di rumah sakit
Tindakan EmergenciAirway
:Bebaskan jalan nafas, kalau perlu lakukan
intubasiBreathing:Berikan pernafasan buatan bila penderita tidak
bernafas spontan atau pernapasan tidak adekuat.Circulation:Pasang
infus bila keadaan penderita gawat dan perbaiki perfusi
jaringan.Identifikasi Penyebab Keracunan
Bila mungkin lakukan identifikasi penyebab keracunan, tapi
hendaknya usaha mencari penyebab keracunan ini tidak sampai menunda
usaha-usaha penyelamatan penderita yang harus segera dilakukan.
Eliminasi
Emesis, merangsang penderita supaya muntah pada penderita yang
sadar atau dengan pemberian sirup ipecac 15 - 30 ml. Dapat diulang
setelah 20 menit bila tidak berhasil. Katarsis, ( intestinal lavage
), dengan pemberian laksan bila diduga racun telah sampai diusus
halus dan besar. Kumbah lambung atau gastric lavage, pada penderita
yang kesadarannya menurun,atau pada penderita yang tidak
kooperatif. Hasil paling efektif bila kumbah lambung dikerjakan
dalam 4 jam setelah keracunan. Keramas rambut dan memandikan
seluruh tubuh dengan sabun. Emesis, katarsis dan kumbah lambung
sebaiknya hanya dilakukan bila keracunan terjadi kurang dari 4 6
jam. Pada koma derajat sedang hingga berat tindakan kumbah lambung
sebaiknya dukerjakan dengan bantuan pemasangan pipa endotrakeal
berbalon untuk mencegah aspirasi pnemonia.
Anti dotum (Penawar Racun)
Atropin sulfat ( SA ) bekerja dengan menghambat efek akumulasi
Akh pada tempat penumpukan.
Mula-mula diberikan bolus IV 1 - 2,5 mg
Dilanjutkan dengan 0,5 1 mg setiap 5 - 10 - 15 menitsamapi
timbulk gejala-gejala atropinisasi (
mukamerah,mulutkering,takikardi,midriasis,febris dan
psikosis).Kemudian interval diperpanjang setiap 15 30 - 60 menit
selanjutnya setiap 2 4 6 8 dan 12 jam.Pemberian SA dihentikan
minimal setelaj 2 x 24 jam. Penghentian yang mendadak dapat
menimbulkan rebound effect berupa edema paru dan kegagalan
pernafasan akut yang sering fatal.Gigitan Binatang Berbisa
Penatalaksanaan tergantung derajat keparahan envenomasi; dibagi
menjadi perawatan di lapangan dan manajemen di rumah sakit.
Penatalaksanaan di Lapangan
Seperti kasus-kasus emergensi lainnya, tujuan utama adalah untuk
mempertahankan pasien sampai mereka tiba di instalasi gawat
darurat. Sering penatalaksanaan dengan autentisitas yang kurang
lebih memperburuk daripada memperbaiki keadaan, termasuk membuat
insisi pada luka gigitan, menghisap dengan mulut, pemasangan
turniket, kompres dengan es, atau kejutan listrik. Perawatan di
lapangan yang tepat harus sesuai dengan prinsip dasar emergency
life support. Tenangkan pasien untuk menghindari hysteria selama
implementasi ABC (Airway, Breathing, Circulation).
Pertolongan Pertama :
Cegah gigitan sekunder atau adanya korban kedua. Ular dapat
terus mengigit dan menginjeksikan bisa melalui gigitan
berturut-turut sampai bisa mereka habis.
Buat korban tetap tenang, yakinkan mereka bahwa gigitan ular
dapat ditangani secara efektif di instalasi gawat darurat. Batasi
aktivitas dan imobilisasi area yang terkena (umumnya satu
ekstrimitas), dan tetap posisikan daerah yang tergigit berada di
bawah tinggi jantung untuk mengurangi aliran bisa.
Jika terdapat alat penghisap, (seperti Sawyer Extractor), ikuti
petunjuk penggunaan. Alat penghisap tekanan-negatif dapat memberi
beberapa keuntungan jika digunakan dalam beberapa menit setelah
envenomasi. Alat ini telah direkomendasikan oleh banyak ahli di
masa lalu, namun alat ini semakin tidak dipercaya untuk dapat
menghisap bisa secara signifikan, dan mungkin alat penghisap dapat
meningkatkan kerusakan jaringan lokal.
Buka semua cincin atau benda lain yang menjepit / ketat yang
dapat menghambat aliran darah jika daerah gigitan membengkak. Buat
bidai longgar untuk mengurangi pergerakan dari area yang
tergigit.
Monitor tanda-tanda vital korban temperatur, denyut nadi,
frekuensi nafas, dan tekanan darah jika mungkin. Tetap perhatikan
jalan nafas setiap waktu jika sewaktu-waktu menjadi membutuhkan
intubasi.
Jika daerah yang tergigit mulai membengkak dan berubah warna,
ular yang mengigit kemungkinan berbisa.
Segera dapatkan pertolongan medis. Transportasikan korban secara
cepat dan aman ke fasilitas medis darurat kecuali ular telah pasti
diidentifikasi tidak berbahaya (tidak berbisa). Identifikasi atau
upayakan mendeskripsikan jenis ular, tapi lakukan jika tanpa resiko
yang signifikan terhadap adanya gigitan sekunder atau jatuhnya
korban lain. Jika aman, bawa serta ular yang sudah mati. Hati-hati
pada kepalanya saat membawa ular ular masih dapat mengigit hingga
satu jam setelah mati (dari reflek). Ingat, identifikasi yang salah
bisa fatal. Sebuah gigitan tanpa gejala inisial dapat tetap
berbahaya atau bahkan fatal.
Jika berada di wilayah yang terpencil dimana transportasi ke
instalasi gawat darurat akan lama, pasang bidai pada ekstremitas
yang tergigit. Jika memasang bidai, ingat untuk memastikan luka
tidak cukup bengkak sehingga menyebabkan bidai menghambat aliran
darah. Periksa untuk memastikan jari atau ujung jari tetap pink dan
hangat, yang berarti ekstrimitas tidak menjadi kesemutan, dan tidak
memperburuk rasa sakit.
Jika dipastikan digigit oleh elapid yang berbahaya dan tidak
terdapat efek mayor dari luka lokal, dapat dipasang pembalut dengan
teknik imobilisasi dengan tekanan. Teknik ini terutama digunakan
untuk gigitan oleh elapid Australia atau ular laut. Balutkan perban
pada luka gigitan dan terus sampai ke bagian atas ekstremitas
dengan tekanan seperti akan membalut pergelangan kaki yang
terpeleset. Kemudian imobilisasi ekstremitas dengan bidai, dengan
tetap memperhatikan mencegah terhambatnya aliran darah. Teknik ini
membantu mencegah efek sistemik yang mengancam nyawa dari bisa,
tapi juga bisa memperburuk kerusakan lokal pada sisi gigitan jika
gejala yang signifikan terdapat di sana.
Penatalaksanaan di Rumah Sakit
Bisa ular terdiri dari terutama protein yang mempunyai effek
fisiolgik yang luas atau bervariasi. Sistem multiorgan, terutama
neurologik, kardiovaskuler , sistem pernapasan mungkin
terpengaruh.
Bantuan awal pertama pada daerah gigitan ular meliputi :
Mengistirahatkan korbanMelepskan benda yang mengikat seperti
cincinMemberikan kehangatanMembersihkan lukaMenutup luka dengan
balutan sterilImobilisasi bagian tubuh di bawah tinggi
jantungEvaluasi awal departemen kedaruratan dilakukan dengan cepat
meliputi :
Menentukan apakah ular berbisa atau tidakMenentukan dimana dan
kapan gigitan ular terjadi dan sekitar gigitanMenetapkan urutan
kejadian, tanda dan gejala ( bekas gigi, nyeri, edema, dan eritem
jaringan yang digigit dan di dekatnya)Menentukan keparahan dampak
keracunanMemantau tanda vitalMengukur dan mencatat lingkar
ekstremitas sekitar gigitan atau ares pada beberapa titik.Dapatkan
data laboratorium yang tepat ( misalnya, HDL , urinalisis, dan
pemeriksaan pembekuanProses dan prognosis gigitan ular bergantung
pada jenis dan jumlah bisa dimana terjadi gigitan, dan kesehatan
umum, serta usia korban. Tidak ada protokol khusus penatalaksanaan
gigitana ular. Pedoman umum meliputi :Dapatkan data dasar
laboratoriumJangan gunakan es, tornikuet, heparin, kortikosteroid
selama tahap akut. Kortikosteroid dikontraindikasikan pada jam 6-8
jam pertama setelah gigitan karena agens ini mendepresi produksi
antibodi dan menyembunyikan kerja antivenin ( antitoksin untuk bisa
ular)Cairan parenteral dapat digunakan untuk penatalksanaan
hipotensi. Jika vasopresin digunakan untuk penanganan hipotensi
penggunaan harus dalam jangka pendekBedah eksplorasi terhadap
gigitan jarang di indikasikanObservasi pasien dengan telitiselama 6
jam : pasien tidak pernah dibiarkan tanpa peratian.Pemberian
antivenin ( antitoksin ). Antivenin paling efektif diberikan selama
12 jam dan gigitan ular. Dosis bergantung pada tipe ular dan
perkiraan keparahan gigitan. Anak membutuhkan lebih banyka
antinenin daripada orang dewasa karena tubuhnya lebih kecil dan
lebih rentan terhadap efek toksik bisa. Uji kuliit atau mata harus
dilakukan sebelumnya untuk dosis awal untuk mendeteksi alergi
terhadap antivenin. Sebelum meberikan antivenin dan setiap 15 menit
setelahnya, sekitar bagian yang trekena diperiksa. Antivenin
diberikan diberikan dengan tetesan IV kapanpun mungkin, meskipun
pemberian ini dapat dilakukan. Bergantung pada keparahan gigitan
ativenin dicairkan 500-1000ml salin normal: volume cairan mungkin
diturunkan untuk anak. Infus dimulai perlahan dan kecepatan
meningkata setelah 10 menit jika tidak ada reaksi. Dosis total
harus di infus selama 4-5 jam pertama setelah keracunan. Dosis awal
di ulang sampai dengan gejala menurun. Setelah gejala menurun,
sekitar daerah yang terkena harus di ukur 30-60 menit setelah 48
jam kemudian.Penyebab paling umum dari reaksi serum adalah infus
antivenin yang paling sering terlalu cepat, meskipun sekitar 3%
reaksi tidak berhubungan dengan kecepatan infus. Reaksi yang dari
perasaan penuh di wajah, urtikaria, pruritus, keletihan dan
khawatir. Gejala ini mungkin diikuti dengan situasi ini, infus
harus dihentikan segera dan diberikan defenhidramin IV. Vasopresor
digunakan jika terdapat syok. Resusitasi kedarurtan harus siap pada
saat antivenin diberikan.Perawatan definitif meliputi pengecekan
kembali ABC dan mengevaluasi pasien atas tanda-tanda syok (seperti
takipneu, takikardi, kulit kering dan pucat, perubahan status
mental, hipotensi). Rawat dahulu keadaan yang mengancam nyawa.
Korban dengan kesulitan bernafas mungkin membutuhkan endotracheal
tube dan sebuah mesin ventilator untuk menolong korban bernafas.
Korban dengan syok membutuhkan cairan intravena dan mungkin
obat-obatan lain untuk mempertahankan aliran darah ke organ-organ
vital.
Semburan bisa ular sendok, apabila mengenai mata, dapat
mengakibatkan iritasi menengah dan menimbulkan rasa pedih yang
hebat. Mencucinya bersih-bersih dengan air yang mengalir sesegera
mungkin dapat membilas dan menghanyutkan bisa itu, mengurangi
iritasi dan mencegah kerusakan yang lebih lanjut pada mata.
Penderajatan envenomasi membedakan kebutuhan akan antivenin pada
korban gigitan ular-ular viper. Derajat dibagi dalam ringan,
sedang, atau berat. Envenomasi ringan ditandai dengan rasa sakit
lokal, edema, tidak ada tanda-tanda toksisitas sistemik, dan hasil
laboratorium yang normal.Envenomasi sedang ditandai dengan rasa
sakit lokal yang hebat; edema lebih dari 12 inci di sekitar luka;
dan toksisitas sistemik termasuk nausea, vomitus dan penyimpangan
pada hasil laboratorium (misalnya penurunan jumlah hematokrit atau
trombosit).Envenomasi berat ditandai dengan ptekie, ekimosis,
sputum bercampur darah, hipotensi, hipoperfusi, disfungsi renal,
perubahan pada protrombin time dan tromboplastin time parsial
teraktivasi, dan hasil-hasil abnormal dari tes-tes lain yang
menunjukkan koagulopati konsumtif. Penderajatan envenomasi
merupakan proses yang dinamis. Dalam beberapa jam, sindrom ringan
awal dapat berkembang menjadi sedang bahkan reaksi yang berat. Beri
antivenin pada korban gigitan ular koral sebagai standar perawatan
jika korban datang dalam 12 jam setelah gigitan, tanpa melihat
adanya tanda-tanda lokal atau sistemik. Neurotoksisitas dapat
muncul tanpa tanda-tanda sebelumnya dan berkembang menjadi gagal
nafas. Bersihkan luka dan cari pecahan taring ular atau kotoran
lain. Suntikan tetanus diperlukan jika korban belum pernah
mendapatkannya dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. Beberapa luka
memerlukan antibiotik untuk mencegah infeksi.PembedahanEfek lokal
dari keracunan seperti nekrosis lokal, sindrom kompartemen dan
trombosis dari pembuluh darah utama biasanya terjadi pada pasien
yang tidak diterapi dengan anti bisa. Intervensi pembedahan mungkin
dapat dilakukan.Tetapi intervensi ini menjadi bahaya apabila pasien
dengan komplikasi consumption coagulopathy, trombositopenia,
fibrinolisis. Pada pasien dengan keadaan tersebut harus dilakukan
penanganan yang lebih komperhensif untuk menangani komplikasi dari
efek lokal racun tersebut.FasciotomyJika perawatan dengan elevasi
tungkai dan obat-obatan gagal, ahli bedah mungkin perlu melakukan
pembedahan pada kulit sampai kompartemen yang terkena, disebut
fasciotomy. Prosedur ini dapat memperbaiki pembengkakan dan
penekanan tungkai, berpotensi menyelamatkan lengan atau tungkai.
Fasciotomi tidak diindikasikan pada setiap gigitan ular, tapi
dilakukan pada pasien dengan bukti objektif adanya peningkatan
tekanan kompartemen. Cedera jaringan setelah sindrom kompartemen
bersifat reversible tapi dapat dicegah.NekrotomiDikerjakan bila
telah nampak jelas batas kematian jaringan, kemudian dilanjutkan
dengan cangkok kulit. Dalam penanganan yang menyeluruh, maka perlu
dilakukan pengambilan darah untu pemeriksaan waktu protrombin,
APTT, D-Dimer, fibrinogen, dan Hb, leukosit, trombosit, kreatinin,
urea N, elektrolit, CK. Periksa waktu pembekua, jika dalam 10 menit
menunjukkan adanya koagulopati. Juga dapat dilakukan apus tempat
gigitan dengan venom detection.Gigitan Binatang Laut
Pertolongan Pertama Pada Sengatan Hewan Laut
Perawatan pada sengatan hewa laut bervariasi tergantung pada
jenis gigitan atau sengatan. Tapi beberapa aturan umum yang berlaku
untuk penanganan sengatan hewan laut:
Jangan biarkan korban latihan, karena hal ini dapat menyebarkan
racun, kecuali dokter memerintahkan
Jangan memberi obat apapun.
Air tawar sering memperburuk racun, sehingga bilas luka hanya
dengan air laut.
Jika Anda menghapus sebuah stinger, pakailah sarung tangan.
Gunakan handuk untuk menyeka tentakel liar atau sengatan.
KomplikasiKomplikasi pada pasien dengan gigitan
serangga/binatang
Kejang
Koma
Henti jantung
Henti napas
Syok
Komplikasi pada pasien dengan gigitan binatang berbisaSindrom
kompartemen adalah komplikasi tersering dari gigitan ular pit
viper. Komplikasi luka lokal dapat meliputi infeksi dan hilangnya
kulit. Komplikasi kardiovaskuler, komplikasi hematologis, dan
kolaps paru dapat terjadi. Jarang terjadi kematian. Anak-anak
mempunyai resiko lebih tinggi untuk terjadinya kematian atau
komplikasi serius karena ukuran tubuh mereka yang lebih kecil. [5]
Perpanjangan blokade neuromuskuler timbul dari envenomasi ular
koral.Komplikasi yang terkait dengan antivenin termasuk reaksi
hipersensitivitas tipe cepat (anafilaksis, tipe I) dan tipe lambat
(serum sickness, tipe III). Anafilaksis terjadi dimediasi oleh
immunoglobulin E (IgE), berkaitan dengan degranulasi sel mast yang
dapat berakibat laryngospasme, vasodilatasi, dan kebocoran kapiler.
Kematian umumnya pada korban tanpa intervensi farmakologis. Serum
sickness dengan gejala demam, sakit kepala, bersin, pembengkakan
kelenjar lymph, dan penurunan daya tahan, muncul 1 2 minggu setelah
pemberian antivenin. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
PengkajianAktifitas dan IstirahatGejala :
Keletihan,kelemahan,malaise Tanda : Kelemahan,hiporefleksib.
Sirkulasi
Tanda : Nadi lemah (hipovolemia), takikardi,hipotensi (pada
kasus berat) ,aritmia jantung,pucat, sianosis,keringat banyak.c.
EliminasiGejala : Perubahan pola berkemih,distensi vesika
urinaria,bising usus menurun,kerusakan ginjal.Tanda : Perubahan
warna urin contoh kuning pekat,merah,coklat d. Makanan CairanGejala
: Dehidrasi, mual , muntah, anoreksia,nyeri uluhati Tanda :
Perubahan turgor kulit/kelembaban,berkeringat banyake. Neurosensori
Gejala : Sakit kepala,penglihatan kabur,midriasis,miosis,pupil
mengecil,kram otot/kejangTanda : Gangguan status mental,penurunan
lapang perhatian,ketidakmampuan berkonsentrasi kehilangan
memori,penurunan tingkat kesadaran(azotemia), koma,syok.f. Nyaman /
NyeriGejala : Nyeri tubuh,sakit kepalaTanda : Perilaku
berhati-hati/distraksi,gelisahg. PernafasanGejala : Nafas
pendek,depresi napas,hipoksiaTanda : Takipnoe,dispnoe,peningkatan
frekuensi,kusmaul,batuk produktifh. KeamananGejala : Penurunan
tingkat kesadaran,koma,syok,asidemiai.
Penyuluhan/pembelajaranGejala : Riwayat terpapar
toksin(obat,racun),obat nefrotik penggunaan berulang Kaji kondisi
pasien,apabila ada sengatan akan ditemukan :
Mendesah
Sesak nafasTenggorokan sakit atau susah berbicaraPingsan atau
lemahInfeksiKemerahanBengkakNyeriGatal-gatal di sekitar area yang
terkena gigitanPada gigitan ular dapat ditemukan data :Tampak
kebiruan
PingsanLumpuhSesak nafasSyok hipovolemikNyeri kepalaMual dan
muntahNyeri perutDiareKeluarnya darah terus menerus dari tempat
gigitanDiagnosa Keperawatan
Nyeri berhubungan dengan proses toksikasi
Syok berhubungan dengan tidak adekuatnya peredaran darah ke
jaringan
Rasa gatal, bengkak dan bintik bintik merah berhubungan dengan
proses inflamasi
Gangguan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan reaksi
endotoksin
Hipertermia berhubungan dengan efek langsung endotoksin pada
hipotalamus
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan
tubuh tak adekuat
INTERVENSI
Nyeri berhubungan dengan proses toksikasi
Tujuan : Meredakan nyeri
Intervensi :
Sengat kalau masih ada dicabut dengan pinset
Rasional : Mengeluarkan sengat serangga yang masih
tertinggal
Berikan kompres dingin
Rasional : Meredakan nyeri dan mengurangi bengkak
Lakukan tehnik distraksi relaksasi
Rasional : Mengurangi nyeri
Kolaborasi dalam pemberian antihistamin seperti diphenhidramin
(Benadryl) dalam bentuk krim/salep atau pil, losion Calamine
Rasional : mengurangi gatal gatal
Syok berhubungan dengan tidak adekuatnya peredaran darah ke
jaringan
Tujuan : Menangani penyebab, memperbaiki suplai darah ke
jaringan
Intervensi :
Atasi setiap penyebab shock yang mungkin dapat di
atasi(perdarahan luar)
Rasional : Mengurangi keparahan
Pasien dibaringkan kepala lebih rendah.
Rasional : Kepala lebih rendah supaya pasien tidak hilang
kesadaran
Kaki di tinggikan dan di topang
Rasional : Meningkatkan suplai darah ke otak
Longgarkan pakaian yang ketat atau pakaian yang menghalangi
Rasional : Sirkulasi tidak terganggu
Periksa dan catat pernapasan nadi dan tingkat reaksi tiap 10
menit
Rasional : Mengetahui tingkat perkembangan pasien
Rasa gatal, bengkak dan bintik bintik merah berhubungan dengan
proses inflamasi
Tujuan : Mencegah peradangan akut
Intervensi :
Pasang tourniket pada daerah di atas gigitan
Rasional : Mencegah tersebarnya racun ke seluruh tubuh
Bersihkan area yang terkena gigitan dengan sabun dan air untuk
menghilangkan partikel yang terkontaminasi oleh serangga (seperti
nyamuk).
Rasional : Untuk menghindari terkontaminasi lebih lanjut pada
luka.
Kolaborasi dalam pemberian antihistamin dan serum Anti Bisa Ular
(ABU) polivalen i.v dan disekitar luka. ATS dan penisilin procain
900.000 IU
Rasional : Mencegah terjadinya infeksi
Gangguan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan reaksi
endotoksin
Tujuan : Mengembalikan fungsi pernapasan
Intervensi :
Auskultasi bunyi nafas
Rasional : Mengetahui kondisi nafas pasien
Pantau frekuensi pernapasan
Rasional : Mencegah pasien mengalami gangguan pernafasan yang
lebih akut
Atur posisi klien dengan nyaman dan atur posisi kepala lebih
tinggi
Rasional : Agar sirkulasi darah dan jalan nafas tidak
terganggu
Observasi warna kulit dan adanya sianosis
Rasional : Untuk mengetahui persebaran bisa ular dan tingkat
keparahnnya
Kaji adanya distensi abdomen dan spasme otot
Rasional : Spasme otot akan memberikan tanda adanya gangguan
pernafasan yang parah
Batasi pengunjung klien
Rasional : Mengurangi stress pada pasien
Bantu pengobatan pernapasan (fisioterapi dada)
Rasional : Membantu jalan nafas pasien
Beri O2 sesuai indikasi (menggunakan ventilator)
Rasional : Memberikan kecukupan oksigen pada pasien dan membnatu
pernapasan
Hipertermia berhubungan dengan efek langsung endotoksin pada
hipotalamus
Tujuan : Mengembalikan suhu normal pasien (36-37oC)
Intervensi :
Pantau suhu klien, perhatikan menggigil atau diaforesis
Rasional : Mengetahui keadaan suhu tubuh pasien dan reaksi tubuh
pasien terhadap racun yang menyebar di tubuh pasien.
Pantau suhu lingkungan, batasi linen tempat tidur
Rasional : Linen yang tebal maupun tipis akan memppengaruhi suhu
tubuh pasien
Beri kompres mandi hangat
Rasional : Agar pasien tidak kehilangan suhu tubuh yang ekstrem
apabila diberi kompres dingin.
Beri antipiretik
Rasional : Membantu menurunkan suhu tubuh pasien.
Berikan selimut pendingin
Rasional : Membantu menurunkan suhu tubuh pasien.
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan
tubuh tak adekuat
Tujuan : Mencegah terjadinya infeksi
Intervensi :
Berikan isolasi atau pantau pengunjung sesuai indikasi
Rasional : Agar pasien tidak terkena infeksi dari luar
Cuci tangan sebelum dan sesudah aktivitas terhadap klien
Rasional : Agar tindakan yang diberikan perawat ke pasien selalu
dalam keadaan steril.
Ubah posisi klien sesering mungkim minimal 2 jam sekali
Rasional : Mencegah gangguan integritas kulit pada bagian yang
terus tertekan.
Batasi penggunaan alat atau prosedur infasive jika
memungkinkan
Rasional : Mencegah terjadinya luka.
Lakukan infeksi terhadap luka alat infasif setiap hari
Rasional : Mencegah paparan kuman dari luar kepada pasien.
Lakukan tehnik steril pada waktu penggantian balutan
Rasional : Mencegah kontaminasi kuman pada luka pasien
Gunakan sarung tangan pada waktu merawat luka yang terbuka atau
antisipasi dari kontak langsung dengan ekskresi atau sekresi
Rasional : Mencegah tertularnya kuman dari pasien ke
perawat/tenaga medis lainnya.
Pantau kecenderungan suhu mengigil dan diaforesis
Rasional : Mencegah infeksi menjalar ke bagian lain.
Berikan obat antiinfeksi (antibiotic)
Rasional : Membantu proses penyembuhan pasien dan pertahanan
pasien dari kuman yang lain.
BAB IIIPENUTUPKesimpulan
Keracunan adalah keadaan sakit yang ditimbulkan oleh racun.
Bahan racun yang masuk ke dalam tubuh dapat langsung mengganggu
organ tubuh tertentu. Salah satu penyebab keracunan adalah gigitan
binatang.
Serangan binatang laut berbahaya merupakan salah satu resiko
yang dihadapi oleh para wisatawan dan orang yang berada/bekerja
diair laut. Disamping itu resiko karena sifat alamiah laut seperti
arus, pasang surut, ombak, suhu air laut, kondisi didasar laut dan
jenis pekerjaan/kegiatan yang dilaukan dilaut juga menimbulkan
resiko trauma diair laut.Binatang laut yang biasanya menyerang para
wisatawan yang berlibur di pantai adalah
bulu babi, ikan pari, kerang laut, ular laut, ubur-ubur,
stonefish, gurita dan sebagainya. Keadaan yang sering muncul
apabila pasien telah tergigit dengan binatang laut adalah akan
adanya bekas gigitan pada kulit pasien,rasa gatal di area yang
tergigit, kemerahan, suhu tubuh meningkat, pasien merasa mual dan
bahkan muntak,sianosis,bengkak,pasien nampak kebingungan ,
perdarahan pasien pingsan, lumpuh, sesak nafas, alergi, syok
hipopolemik, nyeri kepala bahakan pasien dapat meninggal apabila
tidak ditangani dengan cepat.
SaranDengan terselesaikannya tugas makalah ini kami berharap
para pembaca dapat memahami tentang Asuhan Keperawatan Klien Dengan
Keracunan dan Gigitan Binatang.Semoga makalah ini dapat bermanfaat
untuk membuat pembaca lebih mengetahui dan menambah wawasan tentang
Asuhan Keperawatan Klien Dengan Keracunan dan Gigitan
Binatang.DAFTAR PUSTAKA
Carpenito-Moyet, Lynda Juall, 2000, Buku Saku Diagnosis
Keperawatan. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran: EGC.
Doenges, M.E,dkk.1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3.
Jakarta: EGC.
Djoni Djunaedi. Penatalaksanaan Gigitan Ular Berbisa. Dalam:
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata MK, Setiati S, editor.
Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 2. Edisi ke-5. Jakarta: Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam,2009.h.280-3.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 jilid 1
Media Aesculapius. FKUI : Jakarta
Nanda Internasional. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran.:EGC.Noer
Syaifoellah.1996.Ilmu Penyakit Dalam. FKUI : Jakarta
Suzanne C. Brenda G.2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :
EGC