Top Banner
MAKALAH KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN ATELEKTASIS Disusun oleh: Kelompok II kelas IV B PRODI S-1 ILMU KEPERAWATAN STIKES BETHESDA YAKKUM YOGYAKARTA 2013
40

Makalah Kelompok. Atelektasis.september 2013

Jan 02, 2016

Download

Documents

Vasista Sanjaya
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Makalah Kelompok. Atelektasis.september 2013

MAKALAH KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN

ATELEKTASIS

Disusun oleh:

Kelompok II kelas IV B

PRODI S-1 ILMU KEPERAWATAN STIKES BETHESDA

YAKKUM YOGYAKARTA

2013

Page 2: Makalah Kelompok. Atelektasis.september 2013

Anggota kelompok II

1. GABRIEL GIO 1002049

2. GEDALYA A M NALLE 1002051

3. I KADEK WAHYU ADI GUNA 1002054

4. ICHANA DESSI INDRATRI 1002056

5. IMELDA DEWI SUSANTI 1002057

6. IRENE ERIKA BUDIONO 1002058

7. KATRISIA NOVITA MBANI 1002062

8. KETUT SANJAYA 1002063

9. MARIA JANEKE M 1002067

10. MARLYN NIJA MUDE 1002069

11. MAYLANDANI LINGGIH A 1002070

12. MONICA TUNJUNG RIASTUTI 1002073

13. NI MADE ASRI WIANITA 1002076

14. NI MADE FRANSISCA INDAH 1002077

15. NINDYA YULIANA RIZKI 1002078

16. PATRICIA YULISTIYANI M 1002080

17. PENTANA AKHIR P 1002081

18. RATNA PUSPITA ADIYASA 1002084

Page 3: Makalah Kelompok. Atelektasis.september 2013

ATELEKTASIS

I. Konsep Medis

A. Pengertian

Atelektasis sebenarnya bukan merupakan penyakit, tetapi ada kaitannya

dengan penyakit parenkim paru. Atelektasis adalah istilah yang berarti

“pengembangan paru-paru yang tidak sempurna” dan menerangkan arti

bahwa alveolus pada bagian paru-paru yang terserang tidak mengandung

udara dan kollaps.

Atelektasis adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat

penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat

pernafasan yang sangat dangkal.

Kolapsnya paru atau alveolus disebut atelektasis, alveolus yang kolaps

tidak mengandung udara sehingga tidak dapat ikut serta di dalam

pertukaran gas. Kondisi ini mengakibatkan penurunan luas permukaan

yang tersedia untuk proses difusi dan kecepatan pernafasan berkurang

(Elizabeth J.Corwin, 2009).

B. Anatomi dan Fisiologi

Sistem pernapasan atau sistem respirasi adalah sistem organ yang

digunakan untuk pertukaran gas.

1. Pernapasan dada

Pernapasan dada adalah pernapasan yang melibatkan otot antartulang

rusuk. Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut :

a. Fase inspirasi. Fase ini berupa berkontraksinya otot antartulang

rusuk sehingga rongga dada membesar, akibatnya tekanan dalam

rongga dada menjadi lebih kecil daripada tekanan di luar sehingga

udara luar yang kaya oksigen masuk.

b. Fase ekspirasi. Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya

otot antara tulang rusuk ke posisi semula yang dikuti oleh turunnya

tulang rusuk sehingga rongga dada menjadi kecil. Sebagai

akibatnya, tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih besar

Page 4: Makalah Kelompok. Atelektasis.september 2013

daripada tekanan luar, sehingga udara dalam rongga dada yang

kaya karbon dioksida keluar.

2. Pernapasan perut

Pernapasan perut adalah pernapasan yang melibatkan otot diafragma.

Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut :

a. Fase inspirasi. Fase ini berupa berkontraksinya otot diafragma

sehingga rongga dada membesar, akibatnya tekanan dalam rongga

dada menjadi lebih kecil daripada tekanan di luar sehingga udara

luar yang kaya oksigen masuk.

b. Fase ekspirasi. Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya

otot diaframa ke posisi semula yang dikuti oleh turunnya tulang

rusuk sehingga rongga dada menjadi kecil. Sebagai akibatnya,

tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih besar daripada tekanan

luar, sehingga udara dalam rongga dada yang kaya karbon dioksida

keluar.

Alat-alat pernapasan berfungsi memasukkan udara yang mengandung

oksigen dan mengeluarkan udara yang mengandung karbon dioksida

dan uap air.

Tujuan proses pernapasan yaitu untuk memperoleh energi. Pada

peristiwa bernapas terjadi pelepasan energi.

a. Rongga Hidung

Pada permukaan rongga hidung terdapat rambut-rambut halus dan

selaput lendir yang berfungsi untuk menyaring udara yang masuk ke

dalam rongga hidung.

b. Pangkal Tenggorok

Pangkal tenggorok disusun oleh beberapa tulang rawan yang

membentuk jakun. Pangkal tenggorok dapat ditutup oleh katup

pangkal tenggorok (epiglotis). Pada waktu menelan makanan, katup

tersebut menutup pangkal tenggorok dan pada waktu bernapas katu

membuka. Pada pangkal tenggorok terdapat selaput suara yang akan

Page 5: Makalah Kelompok. Atelektasis.september 2013

bergetar bila ada udara dari paru-paru, misalnya pada waktu kita

bicara.

c. Batang tenggorok

Batang tenggorok (trakea) terletak di sebelah depan kerongkongan.

Di dalam rongga dada, batang tenggorok bercabang menjadi dua

cabang tenggorok (bronkus). Di dalam paru-paru, cabang tenggorok

bercabang-cabang lagi menjadi saluran yang sangat kecil disebut

bronkiolus. Ujung bronkiolus berupa gelembung kecil yang disebut

gelembung paru-paru (alveolus).

d. Paru-paru

Paru-paru terletak di dalam rongga dada. Rongga dada dan perut

dibatasi oleh siuatu sekat disebut diafragma. Paru-paru ada dua buah

yaitu paru-paru kanan dan paru-paru kiri. Paru-paru kanan terdiri

atas tiga gelambir (lobus) yaitu gelambir atas, gelambir tengah dan

gelambir bawah. Sedangkan paru-paru kiri terdiri atas dua gelambir

yaitu gelambir atas dan gelambir bawah. Paru-paru diselimuti oleh

suatu selaput paru-paru (pleura).

Alveolus dalam paru-paru jumlahnya sangat banyak, lebih kurang

300 juta alveolus. Luas permukaan seluruh alveolus diperkirakan

100 kali lebih besar daripada permukaan tubuh. Alveolus dikekelingi

pembuluh-pembuluh kapiler darah.

Page 6: Makalah Kelompok. Atelektasis.september 2013

3. Saluran Nafas Atas

a. Hidung

1) Terdiri atas bagian eksternal dan internal

2) Bagian eksternal menonjol dari wajah dan disangga oleh tulang

hidung dan kartilago

3) Bagian internal hidung adalah rongga berlorong yang dipisahkan

menjadi rongga hidung kanan dan kiri oleh pembagi vertikal yang

sempit, yang disebut septum

4) Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat

banyak mengandung vaskular yang disebut mukosa hidung

5) Permukaan mukosa hidung dilapisi oleh sel-sel goblet yang

mensekresi lendir secara terus menerus dan bergerak ke belakang ke

nasofaring oleh gerakan silia

6) Hidung berfungsi sebagai saluran untuk udara mengalir ke dan dari

paru-paru

7) Hidung juga berfungsi sebagai penyaring kotoran dan melembabkan

serta menghangatkan udara yang dihirup ke dalam paru-paru

8) Hidung juga bertanggung jawab terhadap olfaktori (penghidu)

karena reseptor olfaktori terletak dalam mukosa hidung, dan fungsi

ini berkurang sejalan dengan pertambahan usia

b. Faring

1) Faring atau tenggorok merupakan struktur seperti tuba yang

menghubungkan hidung dan rongga mulut ke laring

2) Faring dibagi menjadi tiga region : nasal (nasofaring), oral

(orofaring), dan laring (laringofaring)

3) Fungsi faring adalah untuk menyediakan saluran pada traktus

respiratorius dan digestif

c. Laring

1) Laring atau organ suara merupakan struktur epitel kartilago yang

menghubungkan faring dan trakea

Page 7: Makalah Kelompok. Atelektasis.september 2013

2) Laring sering disebut sebagai kotak suara dan terdiri atas :

a) Epiglotis : daun katup kartilago yang menutupi ostium ke arah

laring selama menelan

b) Glotis : ostium antara pita suara dalam laring

c) Kartilago tiroid : kartilago terbesar pada trakea, sebagian dari

kartilago ini membentuk jakun (Adam’s apple)

d) Kartilago krikoid : satu-satunya cincin kartilago yang komplit

dalam laring (terletak di bawah kartilago tiroid)

e) Kartilago aritenoid : digunakan dalam gerakan pita suara dengan

kartilago tiroid

f) Pita suara : ligamen yang dikontrol oleh gerakan otot yang

menghasilkan bunyi suara (pita suara melekat pada lumen laring)

3) Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya

vokalisasi

4) Laring juga berfungsi melindungi jalan nafas bawah dari obstruksi

benda asing dan memudahkan batuk.

d. Trakea

1) Disebut juga batang tenggorok

2) Ujung trakea bercabang menjadi dua bronkus yang disebut karina

4. Saluran Nafas Bawah

a. Bronkus

1) Terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri

2) Disebut bronkus lobaris kanan (3 lobus) dan bronkus lobaris

kiri(2 bronkus)

3) Bronkus lobaris kanan terbagi menjadi 10 bronkus segmental dan

bronkus lobaris kiri terbagi menjadi 9 bronkus segmental

4) Bronkus segmentalis ini kemudian terbagi lagi menjadi bronkus

subsegmental yang dikelilingi oleh jaringan ikat yang memiliki :

arteri, limfatik dan saraf

Page 8: Makalah Kelompok. Atelektasis.september 2013

b. Bronkiolus

1) Bronkus segmental bercabang-cabang menjadi bronkiolus

2) Bronkiolus mengadung kelenjar submukosa yang memproduksi

lendir yang membentuk selimut tidak terputus untuk melapisi

bagian dalam jalan napas

c. Bronkiolus Terminalis

Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus

terminalis (yang tidak mempunyai kelenjar lendir dan silia)

d. Bronkiolus respiratori

Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus respiratori

Bronkiolus respiratori dianggap sebagai saluran transisional

antara jalan napas konduksi dan jalan udara pertukaran gas

e. Duktus alveolar dan Sakus alveolar

1) Bronkiolus respiratori kemudian mengarah ke dalam duktus

alveolar dan sakus alveolar dan kemudian menjadi alveoli

f. Alveoli

1) Merupakan tempat pertukaran O2 dan CO2

2) Terdapat sekitar 300 juta yang jika bersatu membentuk satu

lembar akan seluas 70 m2

3) Terdiri atas 3 tipe :

Sel-sel alveolar tipe I : adalah sel epitel yang membentuk

dinding alveoli

Sel-sel alveolar tipe II : adalah sel yang aktif secara metabolik

dan mensekresi surfaktan (suatu fosfolipid yang melapisi

permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak kolaps)

Sel-sel alveolar tipe III : adalah makrofag yang merupakan sel-

sel fagotosis dan bekerja sebagai mekanisme pertahanan

5. PARU

1) Merupakan organ yang elastis berbentuk kerucut

2) Terletak dalam rongga dada atau toraks

Page 9: Makalah Kelompok. Atelektasis.september 2013

3) Kedua paru dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi

jantung dan beberapa pembuluh darah besar

4) Setiap paru mempunyai apeks dan basis

5) Paru kanan lebih besar dan terbagi menjadi 3 lobus oleh

fisura interlobaris

6) Paru kiri lebih kecil dan terbagi menjadi 2 lobus

7) Lobos-lobus tersebut terbagi lagi menjadi beberapa segmen

sesuai dengan segmen bronkusnya

6. PLEURA

Merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen dan jaringan

elastis. Terbagi menjadi 2 : Pleura parietalis yaitu yang melapisi

rongga dada,Pleura viseralis yaitu yang menyelubingi setiap paru-

paru.Diantara pleura terdapat rongga pleura yang berisi cairan

tipis pleura yang berfungsi untuk memudahkan kedua permukaan

itu bergerak selama pernapasan, juga untuk mencegah pemisahan

toraks dengan paru-paru. Tekanan dalam rongga pleura lebih

rendah dari tekanan atmosfir, hal ini untuk mencegah kolap paru-

paru.

C. Epidemiologi

Menurut penelitian pada tahun 1994, secara keseluruhan terdapat 74,4 juta

penderita penyakit paru yang mengalami atelektasis. Di Inggris sekitar 2,1

juta penderita penyakit paru yang mengalami atelektasis yang perlu

pengobatan dan pengawasan secara komprehensif. Di Amerika serikat

diperkirakan 5,5 juta penduduk menderita penyakit paru yang mengalami

atelektasis. Di Jerman 6 juta penduduk. Ini merupakan angka yang cukup

besar yang perlu mendapat perhatian dari perawat di dalam merawat klien

dengan penyakit paru yang mengalami atelektasis secara komprehensif bio

psiko sosial dan spiritual.

Penderita penyakit paru yang mengalami atelektasis pertama kali di

Indonesia ditemukan pada tahun 1971. Sejak itu penyakit tersebut

Page 10: Makalah Kelompok. Atelektasis.september 2013

menyebar ke berbagai daerah, sehingga sampai tahun 1980 seluruh

propinsi di Indonesia. Sejak pertama kali ditemukan, jumlah kasus

menunjukkan kecenderungan meningkat baik dalam jumlah maupun luas

wilayah. Di Indonesia insiden terbesar terjadi pada 1998, dengan Incidence

Rate (IR) = 35,19 per 100.000 penduduk dan CFR = 2%. Pada tahun 1999

IR menurun tajam sebesar 10,17%, namun tahun-tahun berikutnya IR

cenderung meningkat yaitu 15,99 (tahun 2000); 21,66 (tahun 2001); 19,24

(tahun 2002); dan 23,87 (tahun 2003).

D. Klasifikasi

1. Berdasarkan Faktor yang Menimbulkan

Atelektasis Neonatorum

Banyak terjadi pada bayi prematur, di mana pusat pernapasan dalam

otak tidak matur dan gerakan pernapasan masih terbatas. Faktor

pencetus termasuk komplikasi persalinan yang menyebabkan hipoksia

intrauter.

Pada autopsy, paru tampak kolaps, berwarna merah kebiruan, non

crepitant, lembek dan alastis. Yang khas paru ini tidak mampu

mengembang di dalam air. Secara histologis, alveoli mempunyai paru

bayi, dengan ruang alveoli kecil yang seragam, dilapisi dindingin septa

yang tebal yang tampak kisut. Epitel kubis yang prominem melaposi

rongga alveoli dan sering terdapat edapan protein granular bercampur

dengan debris amnion dan rongga udara. Atelektasi neonatorum pada

sistem, gawat napas, telah di bahas disebelumnya.

a. Atelektasis Acquired atau Didapat

Atelektasis pada dewasa, termasuk gangguan intratoraks yang

menyebabkan kolaps dari ruang udara, yang sebelumnya telah

berkembang. Jadi terbagi atas atelektasis absorpsi, kompresi,

kontraksi dan bercak. Istilah ini banya menyangkut mechanisme

dasar yang menyebabkan paru kolaps atau pada distribusi dari

perubahan tersebut.

Page 11: Makalah Kelompok. Atelektasis.september 2013

1) Altelektasis absorpsi terjadi jika saluran pernapasan sama sekali

tersumbat sehingga udara tidak dapat memasuki bagian distal

parenkim. Udara yang telah tersedia secara lambat laun

memasuki aliran darah, disertai dengan kolapsnya alveoli.

Tergantung dari tingkat obstruksi saluran udara, seluruh paru,

merupakan lobus yang lengkap, atau bercak segmen dapat

terlibat. Penyebab tersering dari kolaps absorbsi adalah abstruksi

bronchus oleh suatu sumbatan mucus. Hal ini sering terjadi

pasca operasi. Asma bronchial, bronkiektasis dan bronchitis akut

serta kronis, dapat pula menyebabkan obstruksi akut serta

kronis. Dapat pula menyebabkan obstruksi akut serta kronis,

dapat pula menyebabkan obstruksi karena sumbatan bahan

mukopurulen. Kadang-kadang obstruksi disebabkan oleh

aspirasi benda asing atau bekuan darah, terutama pada anak atau

selama operasi rongga mulut atau anestesi. Saluran udara dapat

juga ter sumbat oleh tumor, terutama karsinoma bronkogenik

dengan pembesaran kelenjar getah bening (seperti pada

tuberculosis, contohnya) dan oleh aneurisma pembuluh darah.

2) Atelektasis kompresi paling sering dihubungkan dengan

penimbunan cairan darah atau udara dalam kavum pleura, yang

secara mekanis menyebabkan kolaps paru di sebelahnya. Ini

adalah kejadian yang sering pada efusi pleura dari penyebab apa

pun, namun mungkin yang paling sering dihubungkan dengan

hidrotoraks pada payah jantung kongesti. Pneumotoraks dapat

juga menyebabkan atelektasis kompresi pada penderita dengan

tirah baring dan penderita denan asites, atelaktasis basal

menyebabkan posisi diafragma yang lebih tinggi.

3) Atelektasis kontraksi terjadi bila perubahan fibrosis pada paru

dan pleura yang menghambat ekspensi dan meningkatkan daya

pegas pada ekspirasi.

4) Atelektasis bercak bearti adanya daeah kecil-kecil dari kolaps

paru, sepeti terjadi pada obstruksi bronkioli yang multiple

Page 12: Makalah Kelompok. Atelektasis.september 2013

karena sekresi atau eksudat pada kedua sindrom gawat napas

orang dewasa dan bayi.  Pada sebagian kecil kasus, atelektasis

terjadi karena patogenesis tertentu yang menyertai jelas pada

dinding dada.

Atelektasis didapat (acquired) dapat akut atau kronis. Biasanya

timbul karena sumbatan mucus yang relatif akut, yang menjadi

manifest karena mendadak timbul sesak napas. Memang peristiwa

sesak napas akut dalam 48 jam setelah satu prosedur pembedahan,

hampir selalu didiagnosis sebagai atelektasis. Yang penting adalah

atelektasis dapat didiagnosis dini dan terjadi reekspensi yang tepat

dari paru yang terkena, karena perenkim yang kolaps amit peka

terhadap infeksi yang menunggagi. Atelektasis persisten segmen

paru mungkin merupakan bagian penting untuk terjadinya

karsinoma bronkogenik yang diam-diam.

2. Berdasarkan luasnya atelektasis

a) Massive atelectase, mengenai satu paru

b) Satu lobus, percabangan main bronchus

c) Gambaran khas yaitu inverted S sign  →  tumor ganas bronkus

dengan atelectase lobus superior paru.

d) Satu segmen  → segmental atelectase

e) Platelike atelectase, berbentuk garis

f) Misal : Fleischner line  →  oleh tumor paru

g) Bisa juga terjadi pada basal paru  →  post operatif

3. Berdasarkan lokasi atelektasis

a) Atelektasis lobaris bawah: bila terjadi dilobaris bawah paru kiri,

maka akan tersembunyi dibelakang bayangan jantung dan pada

foto thorak PA hamya memperlihatkan diafragma letak tinggi.

b) Atelektasis lobaris tengah kanan (right middle lobe). Sering

disebabkan peradangan atau penekanan bronkus oleh kelenjar

getah bening yang membesar.

Page 13: Makalah Kelompok. Atelektasis.september 2013

c) Atelektasis lobaris atas (upper lobe): memberikan bayangan

densitas tinggi dengan tanda penarikan fissure interlobaris ke atas

dan trakea ke arah atelektasis.

d) Atelektasis segmental: kadang-kadang sulit dikenal pada foto

thoraj PA, maka perlu pemotretan dengan posisi lain seperti lateral,

miring (obligue), yang memperlihatkan bagian uang terselubung

dengan penarikan fissure interlobularis.

e) Atelektasis lobularis (plate like/atelektasis local). Bila

penyumbatan terjadi pada bronkus kecil untuk sebagian segmen

paru, maka akan terjadi bayangan horizontal tipis, biasanya

dilapangan paru bawah yang sering sulit dibedakan dengan proses

fibrosis. Karena hanya sebagian kecil paru terkena, maka biasanya

tidak ada keluhan.

f) Atelektasis pada lobus atas paru kanan. Kolaps pada bagian ini

meliputi bagian anterior, superior dan medial. Pada foto thorak PA

tergambarkan dengan fisura minor bagian superior dan mendial

yang mengalami pergeseran. Pada foto lateral, fisura mayor

bergerak ke depan, sedangkan fisura minor dapat juga mengalamai

pergeseran ke arah superior.

E. Etiologi

Penyebab dari atelektasis adalah :

1.      Obstruktif :

Sebab utama dari atelektasis adalah penyumbatan sebuah bronkus.

Penyumbatan juga bisa terjadi pada saluran pernafasan yang lebih kecil.

Penyumbatan bisa disebabkan oleh adanya gumpalan lendir, tumor atau

benda asing yang terhisap ke dalam bronkus. Atau bronkus bisa tersumbat

oleh sesuatu yang menekan dari luar, seperti tumor atau pembesaran

kelenjar getah bening. Jika saluran pernafasan tersumbat, udara di dalam

alveoli akan terserap ke dalam aliran darah sehingga alveoli akan menciut

Page 14: Makalah Kelompok. Atelektasis.september 2013

dan memadat. Jaringan paru-paru yang mengkerut biasanya terisi dengan

sel darah, serum, lendir, dan kemudian akan mengalami infeksi.

Bronkus yang tersumbat, penyumbatan bias berasal di dalam bronkus

seperti tumor bronkus, benda asing, cairan sekresi yang massif. Dan

penyumbatan bronkus akibat panekanan dari luar bronkus seperti tumor

sekitar bronkus, kelenjar yang membesar.

Peradangan intraluminar airway menyebabkan penumpukan sekret yang

berupa mukus.

Tekanan ekstra pulmonary, biasanya diakibatkan oleh pneumothorah,

cairan pleura, peninggian diafragma, herniasi alat perut ke dalam rongga

thorak, tumor thorak seperti tumor mediastinum.

Paralisis atau paresis gerakan pernapasan, akan menyebabkan

perkembangan paru yang tidak sempurna, misalkan pada kasus

poliomyelitis dan kelainan neurologis lainnya. Gerak napas yang

terganggu akan mempengaruhi lelancaran pengeluaran sekret bronkus dan

ini akan menyebabkan penyumbatan bronkus yang berakhir dengan

memperberat keadaan atelektasis.

Hambatan gerak pernapasan oleh kelainan pleura atau trauma thorak yang

menahan rasa sakit, keadaan ini juga akan menghambat pengeluaran sekret

bronkus yang dapat memperberat terjadinya atelektasis

2. Non-obstruktif :

a) Pneumothoraks

b) Tumor

c) Pembesaran kelenjar getah bening.

d) Pembiusan (anestesia)/pembedahan

e) Tirah baring jangka panjang tanpa perubahan posisi

f) Pernafasan dangkal

g) Penyakit paru-paru

Page 15: Makalah Kelompok. Atelektasis.september 2013

F. Patofisiologi

Setelah penyumbatan bronchial yang terjadi secara mendadak sirkulasi

darah perifer akan diserap oleh udara dari alveoli, yang akan menyebabkan

terjadinya kegagalan pernapasan dan penarikan kembali paru-paru dalam

beberapa menit, hal ini tanpa desebabkan adanya infeksi. Paru-paru akan

menyusut secara komplek. Dalam tingkat awal, perfusi darah paru-paru

akan kekurangan udara yang menyebabkan hipoksemi arterial. Jika kapiler

dan jaringan hipoksia mengakibatkan timbulnya transudat berupa gas dan

cairan serta udem paru. Pengeluaran transudat dari alveoli dan sel

merupakan pencegahan komplit kolaps dari atelektasis paru. Daerah

sekitar paru-paru yang mengalami udem kompensata sebagian akan

kehilangan volume. Bagaimanapun juga pada kasus kolaps yang luas

diafragma mengalami paninggian, dinding dada nyeri dan hal ini akan

mempengaruhi perubahan letak hati dan mediastinum.

Sesak yang disebabkan merupakan variasi perubahan stimulus pusat

respirasi dan kortek serebral. Stimulus berasal dari kemoreseptor di mana

terdapat daerah atelektasis yang luas yang menyebabkan tekanan O2

kurang atau berasal dari paru-paru dan otot pernapasan, dimana paru-paru

kekurangan oksigen tidak terpenuhi dan penambahan kerja pernapasan.

Kiranya aliran darah pada daerah yang mengalami atelektasis berkurang.

Tekanan CO2 biasanya normal atau seharusnya turun sedikit dari sisa

hiperventilasi parenkim paru-paru yang normal.

Page 16: Makalah Kelompok. Atelektasis.september 2013
Page 17: Makalah Kelompok. Atelektasis.september 2013

G. Manifestasi klinis

1. Mungkin tidak mengalami gejala

2. Sesak nafas yang ringan : bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang

sampai setengah paru.

3. Batuk : terjadi karena adanya iritasi pada bronkus, batuk ini untuk

membuang/mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk kering

sampai batuk purulenta (menghasilkan sputum)

4. Nyeri dada : ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang

sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.

5. Malaise : ditemukan berupa anorexia, nafsu makan menurun, BB

menurun, sakit kepala, nyeri otot, keringat di waktu malam hari

6. Takikardi

7.   Sianosis

8. Panas atau temperature tinggi : subfebril, febril ( 38-40 0C) hilang

timbul

9. Syok atau penurunan kesadaran

10. Letak diafragma akan meninggi, berkurangnya gerakan dada pada sisi

yang sakit.

11. Mungkin batas jantung dan mediastinum akan bergeser ke arah yang

sakit.

12. Bunyi pekak atau datar pada sisi yang mengalami atelektasis.

13. Suara nafas tambahan (ronkhi)

14. Pada atelektaksis yang luas bising nafas melemah atau sama sekali

tidak terdengar

15. Terdapat perbedaan pada gerak dinding thorak, gerak sela iga dan

diafragma. Pada orang yang normal gerakan dada akan seirama

sewaktu inspirasi dan ekspirasi namun pada klien atelektasis gerakan

dada pada sisi yang sakit akan tertinggal dari pada gerakan dada pada

sisi yang sehat.

Page 18: Makalah Kelompok. Atelektasis.september 2013

H. Pemeriksaan Diagnostik

Paru dapat dikatakan mengalami atelektasis bilamana seluruh/ sebagian

paru-paru mengempis, akan ada suatu bayangan homogen pada belah itu,

dengan jantung dan trakhea beranjak ke jurusan itu dan diafragma

terangkat. Bilamana hanya satu lobus yang atelaktasis disebabkan oleh

penyumbatan bronkhial, mungkin kelihatan dua kelainan yang

karakteristik. Kelainan pertama adalah suatu bayangan yang homogen

daripada lobus yang kempis itu sendiri, yang akan menempati ruangan

yang lebih kecil daripada bilamana ia berkembang sama sekali.

Lobus kiri atas bilamana kempis biasanya mencakup lingula, dan

bayangan yang diakibatkannya adalah lebih tidak tegas tanpa batas bawah

yang tegas. Akan tetapi pada proyeksi lateral akan kelihatan suatu

bayangan berbentuk lidah dengan puncaknya dekat diafragma; di sebelah

anterior, ini mungkin sampai kepada sternum, atau mungkin dipisahkan

oleh suatu daerah yang translusen yang disebabkan oleh paru-paru kanan

yang menyelip diantaranya dan sternum di sebelah posterior bayangan itu

mempunyai batas yang tegas dengan batas konkaf yang disebabkan oleh

fisura besar yang terdesak ke depan.

Suatu lobus tengah akan menyebabkan suatu bayangan yang sangat tidak

tegas pada proyeksi anterior, akan tetapi mungkin mengaburkan batas

daripada jantung kanan, pada proyeksi lateral ia akan kelihatan sebagai

suatu bayangan berbentuk pita yang membujur dari hilus ke angulus

sterno-diafragmatikus. Batas atasnya yang tegas dibentuk oleh fisura

horizontalis yang terdekat, sedangkan batas belakangnya yang konkaf oleh

fisura mayor yang terdesak ke depan.

Lobus bawah yang kempis menyebabkan suatu bayangan berbentuk

segitiga, dengan batas lateral yang tegas yang membujur ke bawah dan

keluar dari daerah hilus ke diafragma. Oleh karena ia biasanya terletak di

belakang bayangan jantung, ia hanya dapat dilihat bilamana radiograf

adalah baik. Pada proyeksi lateral bayangan mungkin kabur sekali, akan

tetapi biasanya kehadirannya memberikan tiga gambar; vertebrae torakalis

di sebelah bawah akan kelihatan lebih berwarna abu-abu daripada hitam

Page 19: Makalah Kelompok. Atelektasis.september 2013

daripada vertebrae di sebelah tengah; bagian posterior daripada bayangan

diafragma kiri akan tidak dapat dilihat; dan akhirnya, daerah vertebrae

bawah di belakang bayangan jantung akan kurang hitam daripada daerah

translusen di belakang sternum.

Gejala-gejala yang karakteristik lainnya adalah konsekuensi daripada

bayangan-bayangan vaskuler menjadi kabur di dalam opasitas umum

daripada lobus yang tidak mengandung udara, sedangkan bayangan

pembuluh-pembuluh darah di dalam lobus yang lain adalah lebih

memencar oleh karena ia mengisi suatu volume yang lebih besar.

Pembuluh-pembuluh darah hilus pada sebelah yang terkena penyakit akan

menunjukkan suatu konveksitas lateral dan bukan suatu konkafitas seperti

dalam keadaan normal pada tempat dimana grup daripada lobus atas

bertemu dengan arteria basalis di samping itu, hilus akan menjadi lebih

kecil daripada di sebelah yang lain, sedangkan pembuluh-pembuluh darah

paru-paru akan lebih memencar sehingga per unit daerah akan kelihatan

lebih sedikit daripada di sebelah yang lain (normal).  Hanya akan ada

sedikit atau sama sekali tidak ada translusensi yang relatif, oleh karena

aliran kapiler bertambah besar, sedangkan pendesakan trakhea atau

peninggian diafragma biasanya sedikit dan jantung beralih hanya sedikit

ke jurusan lobus yang kempis yaitu pada kolaps daripada lobus bawah,

atau yang lebih sering sama sekali tidak pada kolaps daripada lobus atas.

1. Kolaps Lobus Atas Kanan

Foto PA

Densitas uniform akibat lobus

kanan yang kolaps dan mengkerut

(panah).

Fisura interlobaris kanan bergeser

ke atas ke arah mediastinum

(panah lebar)

Page 20: Makalah Kelompok. Atelektasis.september 2013

Foto Lateral

Lobus yang kolaps tidak terlihat. Ini akan

membedakannya dengan pneumonia.

Konsolidasi akan bisa dilihat dari kedua

proyeksi tetapi kolaps mungkin hanya

bisa dilihat dari satu proyeksi saja.

2. Kolaps Lobus Medius Kanan

Foto PA

Terlihat densitas didekat jantung

pada lapangan tengah dekat

hilus. Bentuknya mirip segitiga.

Bagian paru yang lain nampak

bersih.

Foto Lateral

Page 21: Makalah Kelompok. Atelektasis.september 2013

Kolaps lobus medius selalu lebih jelas

terlihat pada proyeksi lateral, terutama

pada anak-anak.

Terlihat densitas berbentuk segitiga

dibagian depan, menunjukkan kolaps

lobus medius (panah).

Foto PA

Hipertranslusen pada lobus kanan atas, terjadi

karena adanya peningkatan volume sebagai

kompensasi.

Lobus bawah kanan kolaps ke arah jantung

dan mediastinum (panah) dan menghilangkan

sinus cardiophrenicus. Batas lateralnya tegas.

Hilus kanan “menghilang” karena pembuluh

darah paru pindah ke arah jantung sebagai

akibat kolaps paru.

Foto PA

Hipertranslusen lobus atas kanan (panah

lebar).

Bila dibandingkan dengan kolaps lobus bawah

kanan saja, densitas pada foto ini lebih luas

dan batasnya kurang tegas.

Page 22: Makalah Kelompok. Atelektasis.september 2013

Foto PA

Terlihat pergeseran ringan jantung dan mediastinum ke kiri.

Hilus kiri turun dibawah hilus kanan (panah).

Terlihat penurunan corakan vaskular pada bagian paru kiri yang over-expanded

(panah lebar). Lobus bawah yang kolaps tidak terlihat pada foto yang kurang

keras ini (bandingkan dengan foto “keras” dibawah ini).

I. Penatalaksanaan

Penatalaksaan Atelektasis meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut:

1. Medis

a) Pemeriksaan bronkoskopi

b) Pemberian oksigenasi

c) Pemberian terapi simtomatis (anti sesak, bronkodilator, antibiotik

dan kortikosteroid)

d) Fisioterafi (masase atau latihan pernapasan)

e) Pemeriksaan bakteriologis

2. Keperawatan

a) Teknik batuk efektif

b) Pegaturan posisi secara teratur

c) Melakukan postural drainase dan perkusi dada

J. Komplikasi

Menurut Madappa (2010), komplikasi atelektaksis di antaranya adalah :

1. Pnemonia akut

2. Bronkietaksis

3. Hipoksemia dan gagal nafas

4. Sepsis

5. Efusi plura dan empiema

Page 23: Makalah Kelompok. Atelektasis.september 2013

K. Pencegahan

Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya

atelektasis :

1. Setelah menjalani pembedahan, penderita harus didorong untuk

bernafas dalam, batuk teratur dan kembali melakukan aktivitas secepat

mungkin.

2. Meskipun perokok memiliki resiko lebih besar, tetapi resiko ini bisa

diturunkan dengan berhenti merokok dalam 6-8 minggu sebelum

pembedahan.

3. Seseorang dengan kelainan dada atau keadaan neurologis yang

menyebabkan pernafasan dangkal dalam jangka lama, mungkin akan

lebih baik bila menggunakan alat bantu mekanis untuk membantu

pernafasannya. Mesin ini akan menghasilkan tekanan terus-menerus ke

paru-paru, sehingga meskipun pada akhir dari suatu pernafasan, saluran

pernafasan tidak dapat menciut.

II. Asuhan Keperawatan pada pasien Atelektasis

A. Pengkajian

Pemeriksaan inspeksi pada klien dengan atelektasis akan terlihat adanya

peningkatan frekuensi pernapasan, pergerakan napas dari sisi paru yang

sakit sedikit tertinggal dari sisi paru yang sehat.

Pada palpasi ditemukan adanya ruang antar-iga yang menyempit dan cekung

pada sisi sakit akibat kolapsnya alveoli, pada trakhea ditemukan adanya

deviasi ke arah sisi paru yang mengalami atelektasis.

Pemeriksaan taktil fremitus berkurang sampai menghilang sesuai banyaknya

lobos yang mengalami atelektasis.

Suara napas menurun sampai menghilang pada sisi paru yang sakit.

B. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi Keperawatan

Page 24: Makalah Kelompok. Atelektasis.september 2013

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi

Rencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Bersihan Jalan Nafas tidak efektif berhubungan dengan: - Infeksi, disfungsi neuromuskular,

hiperplasia dinding bronkus, alergi jalan nafas, asma, trauma

- Obstruksi jalan nafas : spasme jalan nafas, sekresi tertahan, banyaknya mukus, adanya jalan nafas buatan, sekresi bronkus, adanya eksudat di alveolus, adanya benda asing di jalan nafas.

DS:

- DispneuDO:- Penurunan suara nafas- Orthopneu- Cyanosis- Kelainan suara nafas (rales,

wheezing)- Kesulitan berbicara- Batuk, tidak efekotif atau tidak ada- Produksi sputum- Gelisah- Perubahan frekuensi dan irama

nafas

NOC: Respiratory status :

Ventilation Respiratory status : Airway

patency Aspiration ControlSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama …………..pasien menunjukkan keefektifan jalan nafas dibuktikan dengan kriteria hasil :

Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)

Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)

Mampu mengidentifikasikan dan mencegah faktor yang penyebab.

Saturasi O2 dalam batas normal

Foto thorak dalam batas normal

Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning.

Berikan O2 ……l/mnt, metode……… Anjurkan pasien untuk istirahat dan

napas dalam Posisikan pasien untuk memaksimalkan

ventilasi Lakukan fisioterapi dada jika perlu Keluarkan sekret dengan batuk atau

suction Auskultasi suara nafas, catat adanya

suara tambahan Berikan bronkodilator :

- ………………………- ……………………….- ………………………

Monitor status hemodinamik Berikan pelembab udara Kassa basah

NaCl Lembab Berikan antibiotik :

…………………….…………………….

Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.

Monitor respirasi dan status O2 Pertahankan hidrasi yang adekuat untuk

mengencerkan sekret Jelaskan pada pasien dan keluarga

tentang penggunaan peralatan : O2, Suction, Inhalasi.

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi

Rencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Pola Nafas tidak efektif berhubungan dengan : - Hiperventilasi - Penurunan energi/kelelahan - Perusakan/pelemahan muskulo-

skeletal - Kelelahan otot pernafasan - Hipoventilasi sindrom - Nyeri - Kecemasan - Disfungsi Neuromuskuler - Obesitas- Injuri tulang belakang

DS:- Dyspnea- Nafas pendek DO:

- Penurunan tekanan inspirasi/ekspirasi - Penurunan pertukaran udara per menit - Menggunakan otot pernafasan

tambahan

NOC: Respiratory status : Ventilation Respiratory status : Airway

patency Vital sign Status

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ………..pasien menunjukkan keefektifan pola nafas, dibuktikan dengan kriteria hasil: Mendemonstrasikan batuk efektif

dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dg mudah, tidakada pursed lips)

Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)

Tanda Tanda vital dalam rentang

NIC: Posisikan pasien untuk memaksimalkan

ventilasi Pasang mayo bila perlu Lakukan fisioterapi dada jika perlu Keluarkan sekret dengan batuk atau suction Auskultasi suara nafas, catat adanya suara

tambahan Berikan bronkodilator :

-…………………..…………………….

Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab

Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.

Monitor respirasi dan status O2 Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea Pertahankan jalan nafas yang paten Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi Monitor adanya kecemasan pasien

terhadap oksigenasi Monitor vital sign Informasikan pada pasien dan keluarga

Page 25: Makalah Kelompok. Atelektasis.september 2013

- Orthopnea - Pernafasan pursed-lip - Tahap ekspirasi berlangsung sangat

lama - Penurunan kapasitas vital- Respirasi: < 11 – 24 x /mnt

normal (tekanan darah, nadi, pernafasan)

tentang tehnik relaksasi untuk memperbaiki pola nafas.

Ajarkan bagaimana batuk efektif Monitor pola nafas

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi

Rencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Gangguan Pertukaran gas Berhubungan dengan :è ketidakseimbangan perfusi ventilasiè perubahan membran kapiler-alveolarDS:è sakit kepala ketika bangunè Dyspnoeè Gangguan penglihatanDO:è Penurunan CO2è Takikardiè Hiperkapniaè Keletihanè Iritabilitasè Hypoxiaè kebingunganè sianosisè warna kulit abnormal (pucat, kehitaman)è Hipoksemiaè hiperkarbiaè AGD abnormalè pH arteri abnormalèfrekuensi dan kedalaman nafas

abnormal

NOC: Respiratory Status : Gas

exchange Keseimbangan asam Basa,

Elektrolit Respiratory Status : ventilation Vital Sign Status

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. Gangguan pertukaran pasien teratasi dengan kriteria hasi:

Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat

Memelihara kebersihan paru paru dan bebas dari tanda tanda distress pernafasan

Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)

Tanda tanda vital dalam rentang normal

AGD dalam batas normal Status neurologis dalam batas

normal

NIC : Posisikan pasien untuk memaksimalkan

ventilasi Pasang mayo bila perlu Lakukan fisioterapi dada jika perlu Keluarkan sekret dengan batuk atau

suction Auskultasi suara nafas, catat adanya suara

tambahan Berikan bronkodilator ;

-………………….-………………….

Barikan pelembab udara Atur intake untuk cairan mengoptimalkan

keseimbangan. Monitor respirasi dan status O2 Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan,

penggunaan otot tambahan, retraksi otot supraclavicular dan intercostal

Monitor suara nafas, seperti dengkur Monitor pola nafas : bradipena, takipenia,

kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, biot

Auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak adanya ventilasi dan suara tambahan

Monitor TTV, AGD, elektrolit dan ststus mental

Observasi sianosis khususnya membran mukosa

Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang persiapan tindakan dan tujuan penggunaan alat tambahan (O2, Suction, Inhalasi)

Auskultasi bunyi jantung, jumlah, irama dan denyut jantung

Page 26: Makalah Kelompok. Atelektasis.september 2013

III. Sumber Pustaka

Carpenito, Lynda Juall. 2007. Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC

Simon, G. Diagnostik Rontgen untuk Mahasiswa Klinik dan Dokter Umum.

Edisi kedua. Jakarta: Penerbit Erlangga, 1981 : 275

Harrison. Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Volume3. Yogyakarta :

Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1995 : 1287

Palmer, P.E.S. Petunjuk Membaca Foto Untuk Doker Umum. Jakarta : Penerbit

Buku Kedokteran EGC, 1995 : 45-50

Soemantri,Irman.(2009). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan

Sistem Pernapasan Edisi 2.Salemba Medika :Jakarta.

Smeltzer.(2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Stuart and Sudden.

EGC:Jakarta

http://www.scribd.com/doc/143708944/Woc-Atelektasis-Deal diakses tanggal

24 September 2013

Page 27: Makalah Kelompok. Atelektasis.september 2013