Top Banner
Infeksi Saluran Kemih PENDAHULUAN 1,2 Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan keadaan tumbuh dan berkembang biaknya kuman dalam saluran kemih dengan jumlah bakteriuria yang bermakna. Secara anatomi, ISK dibagi menjadi infeksi saluran kemih bagian atas dan infeksi saluran kemih bagian bawah. ISK bagian atas mencakup semua infeksi yang menyerang ginjal, sedangkan ISK bagian bawah mencakup semua infeksi yang menyerang uretra, kandung kemih dan prostat. Dalam keadaan normal saluran kemih tidak mengandung bakteri, virus, atau mikroorganisme lainnya. Dengan kata lain bahwa diagnosis ISK ditegakkan dengan membuktikan adanya mikroorganisme di dalam saluran kemih. Pada pasien dengan simptom ISK, jumlah bakteri dikatakan signifikan jika lebih besar dari 10 5 /ml urin. Infeksi ini juga lebih sering dijumpai pada wanita daripada laki-laki, pada wanita dapat terjadi pada semua umur, sedangkan pada laki-laki di bawah umur 50 tahun jarang terjadi. Escherecia coli merupakan bakteri penyebab ISK pada kehamilan yang ditemukan pada 80-90% kasus. Bakteri ini dapat berasal dari flora usus yang keluar sewaktu buang air besar, dan jika bakteri berkembang biak akan menjalar ke saluran kencing dan naik ke kandung kemih dan ginjal, inilah yang menyebabkan ISK. Page 1 of 45
45

makalah kelompok A5

Dec 12, 2015

Download

Documents

Yuwen Hulkyawar

pbl 24
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: makalah kelompok A5

Infeksi Saluran Kemih

PENDAHULUAN 1,2

Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan keadaan tumbuh dan berkembang

biaknya kuman dalam saluran kemih dengan jumlah bakteriuria yang bermakna.

Secara anatomi, ISK dibagi menjadi infeksi saluran kemih bagian atas dan infeksi

saluran kemih bagian bawah. ISK bagian atas mencakup semua infeksi yang

menyerang ginjal, sedangkan ISK bagian bawah mencakup semua infeksi yang

menyerang uretra, kandung kemih dan prostat.

Dalam keadaan normal saluran kemih tidak mengandung bakteri, virus, atau

mikroorganisme lainnya. Dengan kata lain bahwa diagnosis ISK ditegakkan dengan

membuktikan adanya mikroorganisme di dalam saluran kemih. Pada pasien dengan

simptom ISK, jumlah bakteri dikatakan signifikan jika lebih besar dari 105/ml urin.

Infeksi ini juga lebih sering dijumpai pada wanita daripada laki-laki, pada wanita

dapat terjadi pada semua umur, sedangkan pada laki-laki di bawah umur 50 tahun

jarang terjadi.

Escherecia coli merupakan bakteri penyebab ISK pada kehamilan yang

ditemukan pada 80-90% kasus. Bakteri ini dapat berasal dari flora usus yang keluar

sewaktu buang air besar, dan jika bakteri berkembang biak akan menjalar ke saluran

kencing dan naik ke kandung kemih dan ginjal, inilah yang menyebabkan ISK.

Biasanya proses ISK tanpa gejala dan tanda yang spesifik, namun apabila kandung

kemih telah terinfeksi maka mulai timbul gejala seperti nyeri di bawah perut dan

susah kencing atau keluar hanya sedikit.

PEMBAHASAN

Kasus :

Seorang bayi laki-laki berusia 6 bulan dibawa ibunya ke poliklinik karena

demam sejak 3 hari yang lalu. Anaknya suka rewel dan malas minum susu.

Pemeriksaan lab : Hb: 14 mg/dl, Ht: 14%, Leukosit: 20.000, LED: 8 mm, Urin:

kuning tua agak keruh, Trombosit: 385.000, Eritrosit: 5,5 juta/ml, Hitung jenis:

Page 1 of 30

Page 2: makalah kelompok A5

1/2/80/15/2, MCV: 90, MCH: 30 Hp, MCHV: 35%, PH: 6, BJ: 1,030, Protein: - ,

Keton: - , Darah samar: - , Bilirubin: - , Nitrit: + , Leukosit esterase: + .

ANAMNESIS 3

Pemeriksaan anamnesa merupakan pemeriksaan yang dilakukan oleh seorang

dokter dengan cara memberikan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan

penyakit yang dikeluhkan oleh pasien. Pertanyaan-pertanyaan ini adalah usaha dari

dokter untuk menggali informasi tentang penyakit pasien sehingga di dapat

mendiagnosa penyakit tersebut.

Anamnesis di bedakan atas dua yaitu: anamnesis secara langsung dilakukan

kepada pasien (auto-anamnesis). sedangkan anamnesis yang dilakukan terhadap pihak

keluarga, orang tua wali dari pasien atau orang yang mengantar pasien tersebut (alo-

anamnesis). Alo-anamnesis dilakukan bila keadaan pasien tidak memungkinkan untuk

diwawancarai oleh dokter.

Anamnesis yang baik akan terdiri dari:

Identitas – nama lengkap pasien, umur, tanggal lahir, jenis kelamin,

nama orang tua atau suami atau isteri atau penanggung jawab,

alamat tempat tinggal, pendidikan, pekerjaan, suku bangsa dan

agama. Dalam kasus, umur bayi 6 bulan.

Keluhan utama – keluhan yang dirasakan pasien yang membawa

pasien pergi ke dokter atau mencari pertolongan. Dalam kasus ini

seorang bayi laki-laki datang dengan demam sejak 3 hari yang

lalu, rewel dan malas untuk minum susu.

Riwayat penyakit sekarang – riwayat perjalanan penyakit

merupakan cerita yang kronologis, terinci dan jelas mengenai

keadaan kesehatan pasien sejak sebelum keluhan utama sampai

pasien datang berobat.

Riwayat penyakit dahulu – mengetahui kemungkinan-

kemungkinan adanya hubungan antara penyakit yang pernah

diderita dengan penyakitnya sekarang.

Page 2 of 30

Page 3: makalah kelompok A5

Riwayat penyakit dalam keluarga – penting untuk mencari

kemungkinan penyakit herediter, familial atau penyakit infeksi.

Riwayat pribadi dan sosial – meliputi data-data sosial, ekonomi,

pendidikan dan kebiasaan dari pada pasien.

Selain menanyakan identitas pasien dan lainnya, dapat juga

ditanyakan beberapa pertanyaan yang menyangkut keluhan pasien,

seperti:

- Apakah ada kesulitan saat pasien berkemih?

- Berapa kali pasien berkemih dalam 1 hari?

- Apakah pasien ada rasa nyeri waktu berkemih (disuria)?

- Apakah pasien waktu berkemih tidak puas dan urin menetes

(intkontinensia)?

- Apakah pasien ada rasa nyeri suprapubik atau nyeri dibagian

bawah perut?

- Apakah urin pasien berwarna merah, keruh atau jernih?

- Apakah disertai kolik atau tidak?

- Nafsu makan?

- Baik atau buruk?

- Perubahan yang baru terjadi atau sudah lama?

- Ada intoleransi makanan spesifik?

- Berat badan?

- Berkurang atau bertambah atau tetap?

- Berapa banyak dan berapa lama?

PEMERIKSAAN 4-6

Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan fisik pasien yaitu pemeriksaan tanda-tanda vital,

pemeriksaan antripometri. Ini pemeriksaan abdomen paling baik dilakukan pada

pasien dalam keadaan berbaring dan relaks, kedua lengan berada disamping, dan

pasien bernapas melalui mulut. Pasien diminta untuk menekukkan kedua lutut

sehingga otot-otot abdomen menjadi relaks. Tangan pemeriksa harus hangat untuk

menghindari terjadinya refleks tahanan otot oleh pasien.

Pemeriksaan melihat (Inspeksi)

Page 3 of 30

Page 4: makalah kelompok A5

Melihat pada kulit dan kedua sklera, pernapasan, bentuk torak simetris

atau tidak, dll.

Pemeriksaan meraba (Palpasi)

Palpasi mencari pembesaran organ-organ didalam abdomen dari RLQ

menuju kearah inferior arcus costae dextra saat pasien inspirasi.

Pemeriksaan mengetuk (Perkusi)

Perkusi mencari batas-batas organ didalam abdomen anterior dan

posterior.

Pemeriksaan mendengar (Auskultasi)

Melakukan auskultasi secara sistematis (RLQ, RUQ,LUQ, LLQ) dan

mendengarkan adanya bising usus apakah normal atau terdengar bunyi

patologis seperi bruit hepar pada kasus hepatoma.

Pemeriksaan antropometri anak :

a. Berat badan

Pada bayi yang lahir cukup bulan, berat badan waktu lahir akan

kembali pada hari ke 10. Umur 5 bulan berat badan menjadi 2 kali

berat badan waktu lahir, menjadi 3 kali berat badan lahir pada umur

satu tahun, dan menjadi 4 kali berat badan lahir pada umur 2 tahun.

b. Tinggi badan

Tinggi badan rata-rata pada waktu lahir adalah 50cm. Secara garis

besar, tinggi badan anak dapat diperkirakan, sebagai berikut : 1

tahun ,1,5 x TB lahir, 4 tahun 2 x TB lahir, 6 tahun 1,5 x TB setahun,

13 tahun 3 x TB lahir, Dewasa 3,5 x TB lahir (2x TB setahun).

Pemeriksaan penunjang

A.Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan untuk menunjang

menegakkan diagnosis infeksi saluran kemih, antara lain :

B.Urinalisis

Page 4 of 30

Page 5: makalah kelompok A5

Untuk pengumpulan spesimen, dapat dipilih pengumpulan urin melalui

urin porsi tengah, pungsi suprapubik, dan kateter uretra. Secara umum, untuk

anak laki-laki  dan perempuan yang sudah bisa berkemih sendiri, maka cara

pengumpulan spesimen yang dapat dipilih adalah dengan cara urin porsi

tengah.Urin yang dipergunakan adalah urin porsi tengah (midstream). Untuk

bayi dan anak kecil, spesimen didapat dengan memasang kantong steril pada

genitalia eksterna. Cara terbaik dalam pengumpulan spesimen adalah dengan

cara pungsi suprapubik, walaupun tingkat kesulitannya paling tinggi dibanding

cara yang lain karena harus dibantu dengan alat USG untuk

memvisualisasikan adanya urine dalam vesica urinaria.

Pada urinalisis, yang dinilai adalah sebagai berikut:

a. Eritrosit

Ditemukannya eritrosit dalam urin (hematuria) dapat merupakan

penanda bagi berbagai penyakit glomeruler maupun non-gromeruler, seperti

batu saluran kemih dan infeksi saluran kemih.

b. Piuria

Piuria atau sedimen leukosit dalam urin yang didefinisikan oleh

Stamm, bila ditemukan paling sedikit 8000 leukosit per ml urin yang tidak

disentrifus atau setara dengan 2-5 leukosit per lapangan pandang besar pada

urin yang di sentrifus. Infeksi saluran kemih dapat dipastikan bila terdapat

leukosit sebanyak > 10 per mikroliter urin atau > 10.000 per ml urin .

Piuria yang steril dapat ditemukan pada keadaan :

1. infeksi tuberkulosis;

2. urin terkontaminasi dengan antiseptik;

3. urin terkontaminasi dengan leukosit vagina;

4. nefritis intersisial kronik (nefropati analgetik);

Page 5 of 30

Page 6: makalah kelompok A5

5. nefrolitiasis;

6. tumor uroepitelial

c. Silinder

Silinder dalam urin dapat memiliki arti dalam diagnosis penyakit ginjal, antara

lain:

1. silinder eritrosit, sangat diagnostik untuk glomerulonefritis atau vaskulitis

ginjal;

2. silinder leukosit bersama dengan hanya piuria, diagnostik untuk

pielonefritis;

3. silinder epitel, dapat ditemukan pada nekrosis tubuler akut atau pada

gromerulonefritis akut;

4. silinder lemak, merupakan penanda untuk sindroma nefrotik bila ditemukan

bersamaan dengan proteinuria nefrotik.

d. Kristal

Kristal dalam urin tidak diagnostik untuk penyakit ginjal.

e. Bakteri

Bakteri dalam urin yang ditemukan dalam urinalisis tidak identik dengan

infeksi saluran kemih, lebih sering hanya disebabkan oleh kontaminasi.

C.Bakteriologis

a. Mikroskopis, pada pemeriksaan mikroskopis dapat digunakan urin segar

tanpa diputar atau pewarnaan gram. Bakteri dinyatakan positif bila dijumpai

satu bakteri lapangan pandang minyak emersi.

Page 6 of 30

Page 7: makalah kelompok A5

b. Biakan bakteri, pembiakan bakteri sedimen urin dimaksudkan untuk

memastikan diagnosis ISK yaitu bila ditemukan bakteri dalam jumlah

bermakna, yaitu:

Tabel 1. Kriteria untuk diagnosis bakteriuria bermakna

Pengambilan spesimen Jumlah koloni bakteri per ml urin

Aspirasi supra pubik >  100 cfu/ml dari 1 atau lebih organisme

patogen

Kateter > 20.000 cfu/ml dari 1 organisme patogen

Urine bag atau urin porsi tengah > 100.000 cfu/ml

Dalam penelitian Zorc et al. menyatakan bahwa  ISK  pada anak-anak

sudah dapat ditegakkan bila ditemukan bakteri lebih besar dari 10.000 cfu per

ml urin yang diambil melalui kateter. Namun, Hoberman et al. menyatakan

bahwa ditemukannya jumlah koloni bakteri antara 10.000 hingga 49.000 cfu

per ml urin masih diragukan, karena kemungkinan terjadi kontaminasi dari

luar, sehingga masih diperlukan biakan ulang, terutama bila anak belum

diobati atau tidak menunjukkan adanya gejala ISK.

D. Tes Kimiawi

Beberapa tes kimiawi dapat dipakai untuk penyaring adanya bakteriuria,

diantaranya yang paling sering dipakai adalah tes reduksi griess nitrate.

Dasarnya adalah sebagian besar mikroba kecuali enterococci mereduksi nitrat.

E. Tes Plat – Celup (Dip-Slide)

Beberapa pabrik mengeluarkan biakan buatan yang berupa lempengan

plastik bertangkai dimana pada kedua sisi permukaannya dilapisi pembenihan

padat khusus.

Lempengan tersebut dicelupkan ke dalam urin pasien atau dengan

digenangi urin. Setelah itu lempengan dimasukkan kembali kedalam tabung

Page 7 of 30

Page 8: makalah kelompok A5

plastik tempat penyimpanan semula, lalu diletakkan pada suhu 37oC selama

satu malam.

Penentuan jumlah kuman/mL dilakukan dengan membandingkan pola

pertumbuhan kuman yang terjadi dengan serangkaian gambar yang

memperlihatkan pola kepadatan koloni antara 1000 hingga 10.000.000 cfu per

mL urin yang diperiksa. Cara ini mudah dilakukan, murah dan cukup adekuat.

Kekurangannya adalah jenis kuman dan kepekaannya tidak dapat diketahui .

Menurut AAP, jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada kultur urin untuk

dapat dikategorikan positif adalah sebagai berikut :

Table 2. Kriteria Diagnosis ISK

Kriteria diagnosis ISK

Pengambilan urin Jumlah koloni Kemungkinan infeksi (%)

Aspirasi suprapubik Gram-negatif : berapa pun >99%

Gram-positif : > beberapa ribu

Kateterisasi >105 95%

Kemungkinan besar infeksi

Meragukan, ulangi

Kemungkinan tidak infeksi

104-105

103-104

<103>

Mid-stream / kantung

Anak laki-laki >104 Kemungkinan besar infeksi

Anak perempuan

3 sediaan = "

v:shapes="_x0000_i1025"

width="9" height="12">105

95%

2 sediaan = "

v:shapes="_x0000_i1026"

90%

Page 8 of 30

Page 9: makalah kelompok A5

width="9" height="12">105

1 sediaan = "

v:shapes="_x0000_i1027"

width="9" height="12">105

80%

5 × 104 105Meragukan, ulangi

104 5 × 104+ gejala : meragukan, ulangi

- gejala : kemungkinan tidak infeksi

<104> Kemungkinan tidak infeksi

F. Pemeriksaan penunjang lain

Meliputi: radiologis (rontgen), IVP (pielografi intra vena), USG dan

Scanning. Pemeriksaan penunjang ini dimaksudkan untuk mengetahui ada

tidaknya batu atau kelainan lainnya.

Prinsipnya adalah untuk mendeteksi adanya faktor predisposisi infeksi

saluran kemih, yaitu hal – hal yang mengubah aliran urin dan stasis urin, atau

hal – hal yang menyebabkan gangguan fungsional saluran kemih. Pemeriksaan

tersebut antara lain berupa:

a. Foto polos abdomen

Dapat mendeteksi sampai 90% batu radio opak

b. Pielografi intravena (PIV)

Memberikan gambaran fungsi eksresi ginjal, keadaan ureter, dan distorsi

system pelviokalises. Untuk penderita: pria (anak dan bayi setelah episode

infeksi saluran kemih yang pertama dialami, wanita (bila terdapat hipertensi,

pielonefritis akut, riwayat infeksi saluran kemih, peningkatan kreatinin plasma

sampai < 2 mg/dl, bakteriuria asimtomatik pada kehamilan, lebih dari 3

episode infeksi saluran kemih dalam setahun. PIV dapat mengkonfirmasi

adanya batu serta lokasinya. Pemeriksaan ini juga dapat mendeteksi batu

Page 9 of 30

Page 10: makalah kelompok A5

radiolusen dan memperlihatkan derajat obstruksi serta dilatasi saluran kemih.

Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan setelah > 6 minggu infeksi akut sembuh,

dan tidak dilakukan pada penderita yang berusia lanjut, penderita DM,

penderita dengan kreatinin plasma > 1,5 mg/dl, dan pada keadaan dehidrasi.

c. Sistouretrografi saat berkemih

Pemeriksaan ini dilakukan jika dicurigai terdapat refluks vesikoureteral,

terutama pada anak – anak.

d. Ultrasonografi ginjal

Untuk melihat adanya tanda obstruksi/hidronefrosis, scarring process, ukuran

dan bentuk ginjal, permukaan ginjal, masa, batu, dan kista pada ginjal.

e. Pielografi antegrad dan retrograde

Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat potensi ureter, bersifat invasive dan

mengandung factor resiko yang cukup tinggi. Sistokopi perlu dilakukan pada

refluks vesikoureteral dan pada infeksi saluran kemih berulang untuk mencari

factor predisposisi infeksi saluran kemih.

f. CT-scan

Pemeriksaan ini paling sensitif untuk menilai adanya infeksi pada parenkim

ginjal, termasuk mikroabses ginjal dan abses perinefrik. Pemeriksaan ini dapat

membantu untuk menunjukkan adanya kista terinfeksi pada penyakit ginjal

polikistik. Perlu diperhatikan bahwa pemeriksaan in lebih baik hasilnya jika

memakai media kontras, yang meningkatkan potensi nefrotoksisitas.

g. DMSA scanning

Penilaian kerusakan korteks ginjal akibat infeksi saluran kemih dapat

dilakukan dengan skintigrafi yang menggunakan (99mTc) dimercaptosuccinic

acid (DMSA). Pemeriksaan ini terutama digunakan untuk anak – anak dengan

infeksi saluran kemih akut dan biasanya ditunjang dengan sistoureterografi

saat berkemih. Pemeriksaan ini 10 kali lebih sensitif untuk deteksi infeksi

korteks ginjal dibanding ultrasonografi.

GEJALA KLINIS1,7

Page 10 of 30

Page 11: makalah kelompok A5

Gejala yang dapat timbul pada ISK pada anak sangat tidak spesifik, dan seperti telah

diungkapkan sebelumnya, banyak yang hanya disertai demam sebagai gejala.

Infeksi saluran kemih sulit didiagnosis pada anak kecil dimana gejala klinis yang dijumpai

tidak spesifik. Walaupun beberapa anak mempunyai gejala klinis seperti demam >380C,

muntah, letargi, nafsu makan berkurang, nyeri perut, sakit pinggang, disuria, enuresis diurnal

atau nokturnal. Namun kebanyakan tidak mempunyai gejala klinis yang begitu spesifik.

Dua kategori klinis dari ISK adalah pyelonefritis akut atau ISK atas dan sistitis akut atau ISK

bawah. Dengan gejala yang bervariasi sesuai usia.

Anak baru lahir sampai berumur 2 bulan :

- sering tak ada gejala di saluran kemih. ISK ditemukan dengan

adanya sepsis neonatus, kuning berkepanjangan, gagal tumbuh,

tak mau menyusu.

Anak 2 bulan - 2 tahun :

- Bayi dan anak-anak pada usia ini memiliki gejala demam yang

tidak diketahui sebabnya ( >38oC)

- Usia ini memiliki resiko tinggi luka pada ginjal dibanding usia

yang lebih tua, karena tanda atau gejala klinis yang kurang

menyebabkan keterlambatan pengobatan dengan antibiotik.

- Bayi sering mendapat demam dan gejala lainnya, seperti rewel,

tak mau menyusu, nyeri perut, muntah dan diare.

Anak dengan usia 1-2 tahun datang dengan gejala sugestif sistitis akut. Gejala

biasanya menangis saat berkemih atau kencing yang berbau busuk tanpa adanya

demam (suhu <38oc).

Anak usia 2-6 tahun

- Pada kelompok dengan demam ISK sering memiliki gejala

sistemik yaitu tak nafsu makan, rewel dan nyeri pada perut,

panggul dan punggung dengan atau tanpa kelainan berkemih.

Page 11 of 30

Page 12: makalah kelompok A5

- Pasien dengan sistitis akut memiliki gejala berkemih dengan

sedikit atau tanpa peningkatan suhu. Disfungsi berkemih

termasuk urgensi, frekuensi, hesistensi, disuria dan

inkontinensia urine.

- Nyeri suprapubis atau perut dapat ditemukan dan adanya bau

busuk pada urine.

Penyebabnya adalah : Proliferasi kuman dalam saluran kemih menyebabkan ISK.

Infeksi hampir selalu asenden dan disebabkan kehadiran bakteri di distal uretra. E coli

umumnya menyebabkan infeksi awal, tapi basil gram negatif lain dan enterococci

dapat juga menyebabkan infeksi. Masuknya bakteri ke kandung kemih merupakan

hasil dari aliran turbulen pada saat berkemih normal, gangguan berkemih, atau

kateterisasi.

DIAGNOSIS1,2,7

Diagnosis kerja

Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi yang terjadi akibat terbentuknya koloni

kuman di saluran kemih. Beberapa istilah penting yang sering dipergunakan dalam

klinis mengenai ISK adalah:

1. ISK sederhana, yaitu ISK pada pasien tanpa disertai kelainan anatomi maupun

kelainan struktur saluran kemih.

2. ISK kompleks, yaitu ISK yang terjadi pada pasien yang menderita kelainan

anatomis/ struktur saluran kemih, atau adanya penyakit sistemik. Kelainan ini

akan menyulitkan pemberantasan kuman oleh antibiotika.

3. First infection (infeksi pertama kali) atau isolated infection, yaitu ISK yang baru

pertama kali diderita  atau infeksi yang didapat setelah sekurangkurangnya 6

bulan bebas dari ISK.

4. Infeksi berulang, yaitu timbulnya kembali bakteriuria setelah sebelumnya dapat

dibasmi dengan pemberian antibiotika pada infeksi yang pertama. Timbulnya

infeksi berulang ini dapat berasal dari re-infeksi atau bakteriuria persisten. Pada

re-infeksi kuman berasal dari luar saluran kemih, sedangkan bakteriuria persisten

5. bakteri penyebab berasal dari dalam saluran kemih itu sendiri.

Page 12 of 30

Page 13: makalah kelompok A5

Klasifikasi2

Infeksi saluran kemih dapat diklasifikasikan berdasarkan anatomi, yaitu:

a. Infeksi saluran kemih atas

1. Pielonefritis akut (PNA), adalah proses inflamasi parenkim ginjal yang

disebabkan oleh infeksi bakteri.

2. Pielonefritis kronis (PNK), mungkin terjadi akibat lanjut dari infeksi bakteri

berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil. Obstruksi saluran kemih serta

refluks vesikoureter dengan atau tanpa bakteriuria kronik sering diikuti

pembentukan jaringan ikat parenkim ginjal yang ditandai pielonefritis kronik yang

spesifik.

b. Infeksi saluran kemih bawah

1. Sistitis, adalah presentasi klinis infeksi saluran kemih disertai bakteriuria

bermakna.

2. Sindroma uretra akut (SUA), adalah presentasi klinis sistitis tanpa ditemukan

mikroorganisme (steril).

Diagnosis banding

1. ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut)

Infeksi saluran pernafasan adalah suatu keadaan dimana saluran pernafasan

(hidung, pharing dan laring) mengalami inflamasi yang menyebabkan terjadinya

obstruksi jalan nafas dan akan menyebabkan retraksi dinding dada pada saat

melakukan pernafasan.

Klasifikasi :

Secara anatomis yang termasuk Infeksi saluran pernapasan akut :

ISPA atas : Rinitis, faringitis,Otitis

Page 13 of 30

Page 14: makalah kelompok A5

ISPA bawah : Laringitis ,bronchitis,bronkhiolitis,pneumonia.

Etiologi

1. Virus Utama : – ISPA atas : Rino virus ,Corona Virus,Adeno virus,Entero Virus

- ISPA bawah : RSV,Parainfluensa,1,2,3 corona virus,adeno virus

2. Bakteri Utama : Streptococus,pneumonia,haemophilus influenza,Staphylococcus

aureus

3. Pada neonatus dan bayi muda : Chlamidia trachomatis, pada anak usia sekolah :

Mycoplasma pneumonia.

Gejala Klinis

Tanda dan gejala yang muncul ialah :

Demam

Meningismus

Anorexia

Muntah

Diare

Abdominal pain

Sumbatan pada jalan nafas

Batuk

Suara nafas (wheezing, stridor, crackles)

Pemeriksaan Penunjang

- Pemeriksaan kultur/biakan kuman (swab)

- Pemeriksaan hitung darah : LED meningkat, leukositosis, trombositopenia

2. OMA (Otitis Media Akut)

Otitis media adalah peradangan akut sebagian atau seluruh periosteum telinga

tengah.

Etiologi

Penyebabnya adalah bakteri piogenik seperti streptococcus haemolyticus,

staphylococcus aureus, pneumococcus , haemophylus influenza, escherecia  coli,

streptococcus anhaemolyticus, proteus vulgaris, pseudomonas aerugenosa.

Patofisiologi

Page 14 of 30

Page 15: makalah kelompok A5

Otitis media sering diawali dengan infeksi saluran napas seperti radang tenggorokan /

pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran eustachius.

Saat bakteri melalui saluran eustachius, bakteri bisa menyebabkan infeksi saluran

tersebut. Sehingga terjadilah pembengkakan di sekitar saluran, tersumbatnya saluran,

dan datangnya sel-sel darah putih untuk melawan bakteri.

Sel darah putih akan melawan sek-sel bakteri dengan mengorbankan diri mereka

sendiri, sedikitnya terbentuk nanah dalam telinga tengah. Pembengkakan jaringan

sekitar sel eustachius menyebabkan lendir yang dihasilkan sel-sel jika lendir dan nanah

bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu karena gendang telinga dan tulang-

tulang kecil penghubung gendang telinga dengan organ pendengaran di telinga dalam

bergerak bebas. Cairan yang terlalu banyak tersebut, akhirnya dapat merobek gendang

telinga karena tekanannya.

Gejala Klinis

Gejala klinis otitis media tergantung pada stadium penyakit dan umur pasien :

1.    Biasanya gejala awal berupa sakit telinga tengah yang berat dan menetap.

2.    Biasa tergantung gangguan pendengaran yang bersifat sementara.

3.    Pada anak kecil dan bayi dapat mual, muntah, diare, dan demam sampai 39,50

Celcius, gelisah, susah tidur diare, kejang, memegang telinga yang sakit.

4.    Gendang telinga mengalami peradangan yang menonjol.

5.    Keluar cairan yang awalnya mengandung darah lalu berubah menjadi cairan jernih

dan akhirnya berupa nanah (jika gendang telinga robek).

6.    Membran timpani merah, sering menonjol tanpa tonjolan tulang yang dapat dilihat.

7.    Keluhan nyeri telinga (otalgia), atau rewel dan menarik-narik telinga pada anak

yang belum dapat bicara.

8.    Anoreksia (umum).

Pemeriksaan Penunjang

1.    Otoscope untuk melakukan auskultasi pada bagian telinga luar.

Page 15 of 30

Page 16: makalah kelompok A5

2.    Timpanogram untuk mengukur keseuaian dan kekakuan membrane timpani.

3.    Kultur dan uji sensitifitas ; dilakukan bila dilakukan timpanosentesis (Aspirasi

jarum dari telinga tengah melalui membrane timpani).

4.     Otoskopi pneumatik (pemeriksaan telinga dengan otoskop untuk melihat gendang

telinga yang dilengkapi dengan udara kecil). Untuk menilai respon endang telinga

terhadap perubahan tekanan udara.

OMA harus dibedakan dari otitis media dengan efusi yang dapat menyerupai OMA.

Untuk membedakannya dapat diperhatikan hal-hal berikut.

Table 3. Perbedaan OMA dan OMA dengan efusi

Gejala dan tanda OMA Otitis media dengan efusi

Nyeri telinga, demam, rewel

+ -

Efusi telinga tengah + +Gendang telinga suram + +/-Gendang yang menggembung

+/- -

Gerakan gendang berkurang

+ +

Berkurangnya pendengaran

+ +

Beberapa hal yang tampaknya dapat mengurangi risiko OMA adalah:

pencegahan ISPA pada bayi dan anak-anak, pemberian ASI minimal selama 6 bulan,

penghindaran pemberian susu di botol saat anak berbaring, dan penghindaran pajanan

terhadap asap rokok.

ETIOLOGI8

Kuman penyebab infeksi saluran kemih umumnya gram negatif seperti

Escherichia coli, Klebsiela sp, Enterobacter sp, Proteus sp dan Pseudomonas sp.

Infeksi saluran kemih merupakan infeksi bakteri yang sering dijumpai pada

bayi dan anak dengan gejala demam. Prevalensi infeksi saluran kemih menyerang ≤

5% wanita dan 1 sampai 2% laki-laki dengan prevalensi 5,3% pada bayi-bayi yang

demam di gawat-darurat.

Page 16 of 30

Page 17: makalah kelompok A5

Escherichia coli adalah penyebab paling umum pada anak-anak, hingga

80%. Pada bayi baru lahir (0-28 hari), infeksi diperantarai oleh aliran darah.

Sedangkan setelah usia itu, ISK umumnya terjadi dengan naiknya bakteri ke

saluran kemih.

Staphylococcus saprophyticus. Proteus mirabilis. Selain menyebabkan

infeksi, bakteri ini mengeluarkan zat yang dapat memfasilitasi pembentukan batu

di saluran kemih.

Mikroorganisme lain yang dapat menyebabkan ISK adalah beberapa

bakteri yang umumnya menginfeksi saluran cerna dan Candida albicans, jamur

yang umumnya menginfeksi pasien dengan kateter (kateter : semacam selang)

pada saluran kemihnya, kekebalan tubuh yang rendah, diabetes mellitus, atau

pasien dalam terapi antibiotik.

Sebagian besar ISK tidak dihubungkan dengan faktor risiko tertentu.

Namun pada ISK berulang, perlu dipikirkan kemungkinan faktor risiko seperti :

Kelainan fungsi atau kelainan anatomi saluran kemih, gangguan pengosongan

kandung kemih (incomplete bladder emptying), konstipasi, operasi saluran kemih

dan kekebalan tubuh yang rendah.

PATOGENESIS & PATOFISIOLOGI1,2,7

Saluran kemih merupakan area yang seharusnya bebas dari mikroorganisme

atau steril. Infeksi saluran kemih terjadi pada saat mikroorganisme masuk ke dalam

saluran kemih dan berkembang biak di dalam media urin. Kuman penyebab ISK pada

umumnya adalah kuman yang berasal dari flora normal usus dan hidup secara

komensal di introitus vagina, prepusium penis, kulit perineum, dan sekitar anus.

Mikroorganisme memasuki saluran kemih melalui 4 cara, yaitu:5

1. ascending;

2. hematogen;

3. limfogen;

Page 17 of 30

Page 18: makalah kelompok A5

4. langsung dari organ sekitar yang sebelumnya sudah terinfeksi atau eksogen sebagai

akibat dari pemakaian instrumen.

Dua jalur utama terjadinya ISK adalah ascending dan hematogen.  Namun,

secara umum, infeksi paling sering terjadi dengan cara ascending, walapupun infeksi

secara hematogen dapat terjadi pada anak usia infant.

Infeksi Ascending

Infeksi secara ascending (naik) dapat terjadi melalui 4 tahapan, yaitu:

a. Kolonisasi mikroorganisme pada uretra dan daerah introitus vagina;

b. masuknya mikroorganisme ke dalam buli-buli;

c. multiplikasi dan penempelan mikroorganisme dalam kandung kemih;

d. naiknya mikroorganisme dari kandung kemih ke ginjal.

Terjadinya infeksi saluran kemih karena adanya gangguan keseimbangan

antara mikroorganisme penyebab infeksi (uropatogen) sebagai agent dan epitel

saluran kemih sebagai host. Gangguan keseimbangan ini disebabkan oleh pertahanan

tubuh dari host yang menurun atau karena virulensi agent yang meningkat.6

1. Faktor host

Kemampuan host untuk menahan mikroorganisme masuk ke dalam saluran kemih

disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :

a. Pertahanan lokal dari host;

b. Peranan sistem kekebalan tubuh yang terdiri dari imunitas selular dan humoral.

Tabel 4. Pertahanan lokal terhadap infeksi.

No Pertahanan lokal tubuh terhadap infeksi

1. Mekanisme pengosongan urin yang teratur dari buli-buli dan gerakan peristaltik ureter

(wash out mechanism)

Page 18 of 30

Page 19: makalah kelompok A5

2. Derajat keasaman (pH) urin

3. Osmolaritas urin yang cukup tinggi

4. Panjang uretra pada pria

Pertahanan lokal sistem saluran kemih yang paling baik adalah mekanisme

wash out urin, yaitu aliran urin yang mampu membersihkan kuman-kuman yang ada

di dalam urin. Gangguan dari sistem ini akan mengakibatkan kuman mudah sekali

untuk bereplikasi dan menempel pada urotelium. Mekanisme wash out dapat berjalan

dengan baik dengan aliran urin yang adekuat adalah jika:6

a. Jumlah urin cukup;

b. Tidak ada hambatan didalam saluran kemih.

Oleh karena itu, kebiasaan jarang minum dan gagal ginjal menghasilkan urin yang

tidak adekuat, sehingga memudahkan terjadinya infeksi saluran kemih.

Keadaan lain yang dapat mempengaruhi aliran urin dan menghalangi mekanisme

wash out adalah adanya:

1. Stagnansi atau stasis urin (miksi yang tidak teratur atau sering menahan kencing,

obstruksi saluran kemih, adanya kantong-kantong pada saluran kemih yang tidak

dapat mengalir dengan baik misalnya pada divertikula, dan adanya dilatasi atau

refluks sistem urinaria.

2. Didapatkannya benda asing di dalam saluran kemih yang dipakai sebagai tempat

persembunyian kuman.

2. Faktor agent (mikroorganisme)

Bakteri dilengkapi dengan pili atau fimbriae yang terdapat di permukaannya.

Pili berfungsi untuk menempel pada urotelium melalui reseptor yang ada

dipermukaan urotelium. Ditinjau dari jenis pilinya terdapat 2 jenis bakteri yang

mempunyai virulensi berbeda, yaitu :

a. Tipe pili 1, banyak menimbulkan infeksi pada sistitis.

b. Tipe pili P, yang sering menimbulkan infeksi berat pielonefritis akut.

Page 19 of 30

Page 20: makalah kelompok A5

Selain itu beberapa bakteri mempunyai sifat dapat membentuk antigen,

menghasilkan toksin (hemolisin), dan menghasilkan enzim urease yang dapat

merubah suasana urin menjadi basa.

Hematogen

Infeksi hematogen kebanyakan terjadi pada anak usia infant, anak dengan

daya tahan tubuh yang rendah karena menderita sesuatu penyakit kronis, atau pada

anak yang mendapatkan pengobatan imunosupresif. Penyebaran hematogen bisa juga

timbul akibat adanya fokus infeksi di tempat lain, misalnya infeksi S. aureus pada

ginjal bisa terjadi akibat penyebaran hematogen dari fokus infeksi di tulang, kulit,

endotel, atau tempat lain. M. Tuberculosis, Salmonella sp., pseudomonas sp., Candida

albicans, dan Proteus sp termasuk jenis bakteri/ jamur yang dapat menyebar secara

hematogen. Walaupun jarang terjadi, penyebaran hematogen ini dapat mengakibatkan

infeksi ginjal yang berat, misal infeksi Staphylococcus dapat menimbulkan abses pada

ginjal .7

PENCEGAHAN 2

Hindari penggunaan antibiotik spektrum luas (cth. Amoxicillin, cephalexin),

yang dapat melemahkan pertahanan alami melawan kolonisasi. Atasi konstipasi bila

pasien terdapat disfungsi berkemih yang terkait dengan pelebaran kronik rektum

dengan feses. Bila disfungsi berkemih menjadi faktor pencetus, perintahkan pasien

untuk kencing secara teratur.

Pertimbangkan khitan atau sunat pada neonatus laki-laki. Bagi perempuan,

membersihkan organ intim dengan sabun khusus yang memiliki pH balanced

(seimbang) sebab membersihkan dengan air saja tidak cukup bersih.

Gunakan pakaian dalam dari bahan katun yang menyerap keringat agar tidak

lembab. Menjaga dengan baik kebersihan sekitar organ intim dan saluran kemih.

PENATALAKSANAAN 9

Page 20 of 30

Page 21: makalah kelompok A5

Pada ISK yang tidak memberikan gejala klinis tidak perlu pemberian terapi,

namun bila sudah terjadi keluhan harus segera dapat diberikan antibiotika. Antibiotika

yang diberikan berdasarkan atas kultur kuman dan tes kepekaan antibiotika.

Banyak obat-obat antimikroba sistemik diekskresikan dalam konsentrasi tinggi

ke dalam urin. Karena itu dosis yang jauh dibawah dosis yang diperlukan untuk

mendapatkan efek sistemik dapat menjadi dosis terapi bagi infeksi saluran kemih.

Bermacam cara pengobatan yang dilakukan pada pasien ISK, antara lain:

pengobatan dosis tunggal

pengobatan jangka pendek (10-14 hari)

pengobatan jangka panjang (4-6 minggu)

pengobatan profilaksis dosis rendah

pengobatan supresif (1)

Prinsip umum penatalaksanaan ISK adalah :

1. eradikasi bakteri penyebab dengan menggunakan antibiotik yang sesuai, dan

2. mengkoreksi kelainan anatomis yang merupakan faktor predisposisi

Tujuan penatalaksanaan ISK adalah mencegah dan menghilangkan gejala,

mencegah dan mengobati bakteriemia dan bakteriuria, mencegah dan mengurangi

risiko kerusakan ginjal yang mungkin timbul dengan pemberian obat-obatan yang

sensitif, murah, aman dengan efek samping yang minimal. Oleh karena itu, pola

pengobatan ISK harus sesuai dengan bentuk ISK, keadaan anatomi saluran kemih,

serta faktor-faktor penyerta lainnya.

Pemilihan antibiotik sangat dipengaruhi oleh bentuk resistensi lokal suatu

daerah. Amoksisilin secara tradisional merupakan antibiotik lini pertama untuk ISK

pada anak-anak. Namun, peningkatan angka resistensi  E.coli terhadap antibiotik ini

menjadikan angka kegagalan kesembuhan ISK  yang diterapi dengan antibiotik ini

menjadi tinggi. Uji sensitivitas antibiotik menjadi pilihan utama dalam penentuan

Page 21 of 30

Page 22: makalah kelompok A5

antibiotik yang dipergunakan. Antibiotik yang sering dipergunakan untuk terapi ISK,

yaitu:

1. Amoxicillin 20-40 mg/kg/hari dalam 3 dosis. Sekitar 50% bakteri penyebab

ISK resisten terhadap amoxicillin. Namun obat ini masih dapat diberikan pada

ISK dengan bakteri yang sensitif terhadapnya.

2. Kloramfenikol 50 mg/kg berat badan sehari dalam dosis terbagi 4,

sedangkan untuk  bayi premature  adalah 25 mg/kg berat badan sehari dalam

dosis terbagi 4.

3. Co-trimoxazole atau trimethoprim 6-12 mg trimethoprim/kg/hari dalam 2

dosis. Sebagian besar ISK akan menunjukkan perbaikan dengan

cotrimoxazole. Penelitian menunjukkan angka kesembuhan yang lebih besar

pada pengobatan dengan cotrimoxazole dibandingkan amoxicillin.

4. Cephalosporin seperti cefixime atau cephalexin 1-2 gr dalam dosis tunggal

atau dosis terbagi (2 kali sehari) untuk infeksi saluran kemih bagian bawah

(sistitis) sehari. Cephalexin kira-kira sama efektif dengan cotrimoxazole,

namun lebih mahal dan memiliki spectrum luas sehingga dapat mengganggu

bakteri normal usus atau menyebabkan berkembangnya jamur (Candida sp.)

pada anak perempuan.

Obat-obatan seperti Asam nalidiksat atau Nitrofurantoin tidak digunakan pada

anak-anak yang dikhawatirkan mengalami keterlibatan ginjal pada ISK. Selain itu

nitrofurantoin juga lebih mahal dari Cotrimoxazole dan memiliki efek samping seperti

mual dan muntah. Fluoroquinolon yang sering dipergunakan pada pasien dewasa

tidak pernah dipergunakan pada anak-anak karena mengganggu perkembangan  pada

sistem muskuloskeletal dan sendi .

Lama pemberian antibiotik pada ISK umumnya masih menjadi kontroversi.

Pada pasien dewasa, pemberian antibiotik selama 1-3 hari telah menunjukkan

perbaikan berarti, namun dari berbagai penelitian, lamanya antibiotik diberikan pada

anak adalah sebaiknya 7-14 hari.

Page 22 of 30

Page 23: makalah kelompok A5

Jika tidak ada perbaikan dalam 2 hari setelah pengobatan, contoh urin harus

kembali diambil dan diperiksa ulang. Kultur ulang setelah 2 hari pengobatan

umumnya tidak diperlukan jika diperoleh perbaikan dan bakteri yang dikultur

sebelumnya sensitif terhadap antibiotik yang diberikan. Jika sensitivitas bakteri

terhadap antibiotik yang diberikan atau tidak dilakukan tes sensitivitas/resistensi

sebelumnya, maka kultur ulang dilakukan setelah 2 hari pengobatan.Antibiotik

profilaksis tidak dianjurkan diberikan pada anak penderita ISK. Dalam penelitiannya,

Conway et  al. menyatakan bahwa pemberian antibiotik profilaksis berkaitan erat

dengan meningkatnya risiko terjadinya resistensi dan tidak adanya pengurangan

dalam risiko terjadinya ISK berulang maupun renal scarring. Pada anak penderita

refluks vesiko-urinaria, antibiotik profilaksis tidak memberikan efek berarti dalam

pengurangan risiko terjadinya ISK berulang, sehingga pemberian antibiotik

profilaksis tidaklah diperlukan.

Sulfonamide

Sulfonamide dapat menghambat baik bakteri gram positif dan gram negatif.

Secara struktur analog dengan asam p-amino benzoat (PABA). Biasanya diberikan

per oral, dapat dikombinasi dengan Trimethoprim, metabolisme terjadi di hati dan di

ekskresi di ginjal. Sulfonamide digunakan untuk pengobatan infeksi saluran kemih

dan bisa terjadi resisten karena hasil mutasi yang menyebabkan produksi PABA

berlebihan.

Efek samping yang ditimbulkan hipersensitivitas (demam, rash,

fotosensitivitas), gangguan pencernaan (nausea, vomiting, diare), Hematotoxicity

(granulositopenia, (thrombositopenia, aplastik anemia) dan lain-lain. Mempunyai 3

jenis berdasarkan waktu paruhnya :

Short acting

Intermediate acting

Long acting

Trimethoprim

Page 23 of 30

Page 24: makalah kelompok A5

Mencegah sintesis THFA, dan pada tahap selanjutnya dengan menghambat

enzim dihydrofolate reductase yang mencegah pembentukan tetrahydro dalam bentuk

aktif dari folic acid. Diberikan per oral atau intravena, di diabsorpsi dengan baik dari

usus dan ekskresi dalam urine, aktif melawan bakteri gram negatif kecuali

Pseudomonas spp. Biasanya untuk pengobatan utama infeksi saluran kemih.

Trimethoprim dapat diberikan tunggal (100 mg setiap 12 jam) pada infeksi saluran

kemih akut

Efek samping : megaloblastik anemia, leukopenia, granulocytopenia.

Trimethoprim + Sulfamethoxazole (TMP-SMX):

Jika kedua obat ini dikombinasikan, maka akan menghambat sintesis folat,

mencegah resistensi, dan bekerja secara sinergis. Sangat bagus untuk mengobati

infeksi pada saluran kemih, pernafasan, telinga dan infeksi sinus yang disebabkan

oleh Haemophilus influenza dan Moraxella catarrhalis. Karena Trimethoprim lebih

bersifat larut dalam lipid daripada Sulfamethoxazole, maka Trimethoprim memiliki

volume distribusi yang lebih besar dibandingkan dengan Sulfamethoxazole. Dua

tablet ukuran biasa (Trimethoprim 80 mg + Sulfamethoxazole 400 mg) yang

diberikan setiap 12 jam dapat efektif pada infeksi berulang pada saluran kemih bagian

atas atau bawah. Dua tablet per hari mungkin cukup untuk menekan dalam waktu

lama infeksi saluran kemih yang kronik, dan separuh tablet biasa diberikan 3 kali

seminggu untuk berbulan-bulan sebagai pencegahan infeksi saluran kemih yang

berulang-ulang pada beberapa wanita.

Efek samping : pada pasien AIDS yang diberi TMP-SMX dapat menyebabkan

demam, kemerahan, leukopenia dan diare.

Fluoroquinolones

Mekanisme kerjanya adalah memblok sintesis DNA bakteri dengan

menghambat topoisomerase II (DNA gyrase) topoisomerase IV. Penghambatan DNA

gyrase mencegah relaksasi supercoiled DNA yang diperlukan dalam transkripsi dan

replikasi normal. Fluoroquinolon menghambat bakteri batang gram negatif termasuk

enterobacteriaceae, Pseudomonas, Neisseria. Setelah pemberian per oral,

Page 24 of 30

Page 25: makalah kelompok A5

Fluoroquinolon diabsorpsi dengan baik dan didistribusikan secara luas dalam cairan

tubuh dan jaringan, walaupun dalam kadar yang berbeda-beda.  Fluoroquinolon

terutama diekskresikan di ginjal dengan sekresi tubulus dan dengan filtrasi

glomerulus. Pada insufisiensi ginjal, dapat terjadi akumulasi obat.

Efek samping yang paling menonjol adalah mual, muntah dan diare.

Fluoroquinolon dapat merusak kartilago yang sedang tumbuh dan sebaiknya tidak

diberikan pada pasien di bawah umur 18 tahun.

Norfloxacin

Merupakan generasi pertama dari fluoroquinolones dari nalidixic acid, sangat

baik untuk infeksi saluran kemih.

Ciprofloxacin

Merupakan generasi kedua dari fluoroquinolones, mempunyai efek yang

bagus dalam melawan bakteri gram negatif dan juga melawan gonococcus,

mykobacteria, termasuk Mycoplasma pneumoniae.

Levofloxacin

Merupakan generasi ketiga dari fluoroquinolones. Hampir sama baiknya

dengan generasi kedua tetapi lebih baik untuk bakteri gram positif.

Nitrofurantoin

Bersifat bakteriostatik dan bakterisid untuk banyak bakteri gram positif dan

gram negatif. Nitrofurantoin diabsorpsi dengan baik setelah ditelan tetapi dengan

cepat di metabolisasi dan diekskresikan dengan cepat sehingga tidak memungkinkan

kerja antibakteri sistemik. Obat ini diekskresikan di dalam ginjal. Dosis harian rata-

rata untuk infeksi saluran kemih pada orang dewasa adalah 50 sampai 100 mg, 4 kali

sehari dalam 7 hari setelah makan.

Efek samping : anoreksia, mual, muntah merupakan efek samping utama.

Neuropati dan anemia hemolitik terjadi pada individu dengan defisiensi glukosa-6-

fosfat dehidrogenase.

Page 25 of 30

Page 26: makalah kelompok A5

Obat tepat digunakan untuk pasien ISK dengan kelainan fungsi ginjal

Ginjal merupakan organ yang sangat berperan dalam eliminasi berbagai obat

sehingga gangguan yang terjadi pada fungsi ginjal akan menyebabkan gangguan

eliminasi dan mempermudah terjadinya akumulasi dan intoksikasi obat.

Faktor penting dalam pemberian obat dengan kelainan fungsi ginjal adalah

menentukan dosis obat agar dosis terapeutik dicapai dan menghindari terjadinya efek

toksik.  Pada gagal ginjal, farmakokinetik dan farmakodinamik obat akan terganggu

sehingga diperlukan penyesuaian dosis obat yang efektif dan aman bagi tubuh. Bagi

pasien gagal ginjal yang menjalani dialisis, beberapa obat dapat mudah terdialisis,

sehingga diperlukan dosis obat yang lebih tinggi untuk mencapai dosis terapeutik.

Gagal ginjal akan menurunkan absorpsi dan menganggu kerja obat yang diberikan

secara oral oleh karena waktu pengosongan lambung yang memanjang, perubahan pH

lambung, berkurangnya absorpsi usus dan gangguan metabolisme di hati. Untuk

mengatasi hal ini dapat dilakukan berbagai upaya antara lain dengan mengganti cara

pemberian, memberikan obat yang merangsang motilitas lambung dan menghindari

pemberian bersama dengan obat yang menggangu absorpsi dan motilitas.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemberian obat pada kelainan

fungsi ginjal adalah :

penyesuaian dosis obat agar tidak terjadi akumulasi dan intoksikasi obat

pemakaian obat yang bersifat nefrotoksik seperti aminoglikosida,

Amphotericine B, Siklosporin.

Pada pasien ISK yang terinfeksi bakteri gram negatif Escherichia coli dengan

kelainan fungsi ginjal adalah dengan mencari antibiotik yang tidak dimetabolisme di

ginjal. Beberapa jurnal dan text book dikatakan penggunaan Trimethoprim +

Sulfamethoxazole (TMP-SMX) mempunyai resiko yang paling kecil dalam hal

gangguan fungsi ginjal. Hanya saja penggunaanya memerlukan dosis yang lebih kecil

dan waktu yang lebih lama. Pada pasien dengan creatine clearance 15 hingga 30

ml/menit, dosis yang diberikan adalah setengah dari dosis Trimethoprim 80 mg +

Sulfamethoxazole 400 mg yang diberikan tiap 12 jam.  Cara pemberiannya dapat

dilakukan secara oral maupun intravena.

Page 26 of 30

Page 27: makalah kelompok A5

Penghitungan creatine clearance: TKK = (140 – umur) x berat badan

72 x kreatinin serum

KOMPLIKASI 1

Komplikasi yang dapat terjadi pada infeksi saluran kemih antara lain batu saluran

kemih, obstruksi saluran kemih, sepsis, infeksi kuman yang multisistem, dan

gangguan fungsi ginjal.

Komplikasi lain yang mungkin terjadi setelah terjadi ISK yang terjadi jangka

panjang adalah terjadinya renal scar yang berhubungan erat dengan terjadinya

hipertensi dan gagal ginjal kronik. ISK pada kehamilan dengan BAS (Basiluria

Asimtomatik) yang tidak diobati: pielonefritis, bayi prematur, anemia, Pregnancy-

induced hypertension

ISK pada kehamilan: retardasi mental, pertumbuhan bayi lambat, Cerebral

palsy, fetal death.

Sistitis emfisematosa : sering terjadi pada pasien DM.

Pielonefritis emfisematosa à syok septik dan nefropati akut vasomotor.

Abses perinefrik

PROGNOSIS 2

Anak dengan resiko komplikasi ini biasanya ditemukan dengan USG saluran

kemih yang menunjukkan hidronefrosis. Penelitian pada neonatus menyebutkan

bahwa kerusakan ginjal terkait dengan obstruksi di saluran keluar kandung kemih atau

hidronefrosis non obstruktif karena VUR yang berat.

Anak ini mungkin mendapat tambahan kerusakan ginjal sebagai hasil dari

infeksi, tetapi ISK bukan faktor utama penyebab komplikasi renal. Hipertensi, fungsi

ginjal terganggu, ESRD sekarang sering didapatkan pada bayi dengan kerusakan

ginjal intrauterine.

Page 27 of 30

Page 28: makalah kelompok A5

EPIDEMIOLOGI7

Epidemiologi ISK pada anak bervariasi tergantung usia, jenis kelamin, dan

faktor-faktor lainnya. Insidens ISK tertinggi terjadi pada tahun pertama pada anak.

Selama tahun pertama kehidupan, prevalensi bakteriuria 0,9% pada anak perempuan

dan 2,5% pada anak laki-laki. Prevalensi ISK pada anak usia 2 bulan sampai 2 tahun

adalah 5%. Suatu penelitian mendapatkan prevalensi yang lebih tinggi terjadi pada

anak malnutrisi yaitu sekitar 8-35%.

Penyebab terbanyak ISK baik yang simtomatik maupun yang asimtomatik

termasuk pada neonatus adalah Escherichia coli (70-80%).

ISK dapat terjadi pada 5% anak perempuan dan 1-2% anak laki-laki. Kejadian

ISK pada bayi baru lahir dengan berat lahir rendah mencapai 10-100 kali lebih besar

dibanding bayi dengan berat lahir normal (0,1-1%). Sebelum usia 1 tahun, ISK lebih

banyak terjadi pada anak laki-laki. Sedangkan setelahnya, sebagian besar ISK terjadi

pada anak perempuan. Misalnya pada anak usia pra sekolah di mana ISK pada

perempuan mencapai 0,8%, sementara pada laki-laki hanya 0,2%. Dan rasio ini terus

meningkat sehingga di usia sekolah, kejadian ISK pada anak perempuan 30 kali lebih

besar dibanding pada anak laki-laki. Dan pada anak laki-laki yang disunat, risiko ISK

menurun hingga menjadi 1/5-1/20 dari anak laki-laki yang tidak disunat.

Faktor resiko yang berpengaruh terhadap infeksi saluran kemih:

o Panjang urethra. Wanita mempunyai urethra yang lebih pendek

dibandingkan pria sehingga lebih mudah

o Faktor usia. Orang tua lebih mudah terkena dibanndingkan dengan usia

yang lebih muda.

o Wanita hamil lebih mudah terkena penyakit ini karena penaruh hormonal

ketika kehamilan yang menyebabkan perubahan pada fungsi ginjal

dibandingkan sebelum kehamilan.

o Faktor hormonal seperti menopause. Wanita pada masa menopause lebih

rentan terkena karena selaput mukosa yang tergantung pada esterogen

yang dapat berfungsi sebagai pelindung.

Page 28 of 30

Page 29: makalah kelompok A5

o Gangguan pada anatomi dan fisiologis urin. Sifat urin yang asam dapat

menjadi antibakteri alami tetapi apabila terjadi gangguan dapat

menyebabkan menurunnya pertahanan terhadap kontaminasi bakteri.

o Penderita diabetes, orang yang menderita cedera korda spinalis, atau

menggunakan kateter dapat mengalami peningkatan resiko infeksi.

Sebagian besar infeksi saluran kemih tidak dihubungkan dengan faktor risiko

tertentu. Namun pada infeksi saluran kemih berulang, perlu dipikirkan kemungkinan

faktor risiko seperti :

Kelainan fungsi atau kelainan anatomi saluran kemih

Gangguan pengosongan kandung kemih (incomplete bladder emptying)

Konstipasi

Operasi saluran kemih atau instrumentasi lainnya terhadap saluran kemih

sehingga terdapat kemungkinan terjadinya kontaminasi dari luar.

Kekebalan tubuh yang rendah

PENUTUP

Kesimpulan

ISK merupakan suatu infeksi pada saluran kemih yang ditandai dengan adanya

bakteri patogen, yang sering terjadi pada anak dan memberi gejala yang samar dengan

resiko kerusakan ginjal dan komplikasi lain yang berat.

Pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan antara lain USG dan VCUG.

Pemberian antibiotika yang tepat pada ISK sangat penting untuk mengeradikasi

kuman dan mencegah timbulnya komplikasi yang lebih berat, selain pemberian terapi

simptomatik terhadap gejala lain yang timbul.

Pencegahan ISK dapat dilakukan dengan menjaga higiene saluran kemih,

kencing teratur, serta sirkumsisi pada anak laki-laki.

Page 29 of 30

Page 30: makalah kelompok A5

Dengan demikian kasus yang dibahas yaitu bayi 6 bulan mengalami ISK

(infeksi saluran kemih).

Daftar pustaka

1. Behrman Richard E, Kliegman Robert M, Arvin Ann M. Nelson

ilmu kesehatan anak. Ed 15th Vol 3. Jakarta : EGC, 2002.hlm 1028-

43.

2. Tessy A, Ardaya, Suwanto. Infeksi Saluran Kemih. In: Suyono HS.

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam 3rd edition. Jakarta, FKUI. 2001.

3. Abdurahman N, Daldiyono H, Markum, dkk. Anamnesis dan

Pemeriksaan Fisik. Jakarta: Balai penerbit FKUI 2003. h.7-19.

4. Schwartz M. William. Pedoman klinis pediatric. Jakarta: EGC;

2005.

5. Hull David. Johnston Derek I. Dasar-dasar pediatric. Ed 3. Jakarta:

EGC; 2008. h.101-4.

6. Sacher RA, Richard A. Tinjauan klinis hasil pemeriksaan laboratorium.

Jakarta: EGC; 2004. h.590-3,609-88.

7. Trevor AJ, Katzung BG, Mastri SB. Katzung and Trevor’s

Pharmacology Examination and Board Review 7th Edition.

Newyork, Mcgrtaw-hill.2005.

8. Nugroho E, Maulany RF. Mikrobiologi kedokteran. Edisi 20.

Jakarta : EGC; 2008. Halm 302-9.

9. Syarif A, Ari E, Arini S, dkk. Farmakologi dan Terapi edisi 5.

Jakarta: Balai penerbit FKUI 2001. Hal 613-33.

Page 30 of 30