1
ASUHAN KEPERAWATAN RESPIRATORY FAILUREA. Definisi Gagal
NafasRespiratory Faillur adalah sindrom dimana sistem pernapasan
gagal dalam satu atau kedua fungsi pertukaran gas: oksigenasi dan
eliminasi karbondioksida. Dalam prakteknya, kegagalan pernafasan
didefinisikan sebagai nilai PaO2 kurang dari 60 mm Hg saat
menghirup udara atau PaCO2 lebih dari 50 mm Hg. Selain itu,
kegagalan pernafasan dapat bersifat akut atau kronis. Sementara
kegagalan pernafasan akut ditandai dengan derangements yang
mengancam nyawa dalam gas darah arteri dan status asam-basa,
manifestasi kegagalan pernapasan kronis kurang dramatis dan tidak
mudah terlihat (Emedicine, 2003).Gagal napas merupakan diagnosis
klinis yang luas dan tidak spesifik, menandakan sistem pernapasan
tidak mampu mensuplai kebutuhan oksigen untuk menjaga metabolisme
atau tidak dapat mengeluarkan jumlah karbondioksida (CO2) yang
cukup (Black.M Joyce, 2009).Gagal nafas terjadi bilamana pertukaran
oksigen terhadap karbondioksida dalam paru-paru tidak dapat
memelihara laju konsumsi oksigen dan pembentukan karbon dioksida
dalam sel-sel tubuh. Sehingga menyebabkan tegangan oksigen kurang
dari 50 mmHg (Hipoksemia) dan peningkatan tekanan karbondioksida
lebih besar dari 45 mmHg (hiperkapnia). (Brunner & Sudarth,
2001).B. Aspek EpidemiologiKegagalan pernafasan adalah sindrom
daripada proses penyakit tunggal, dan frekuensi keseluruhan
kegagalan pernafasan tidak dikenal. Perkiraan untuk penyakit
individu yang disebutkan dalam artikel ini dapat ditemukan dalam
artikel Medscape Referensi spesifik untuk setiap penyakit.
Hubungan antara kegagalan pernafasan akut dan ras masih
diperdebatkan. Sebuah studi oleh Khan et al menyarankan bahwa tidak
ada perbedaan dalam kematian ada di pasien keturunan India di Asia
dan penduduk asli dengan penyakit kritis akut setelah disesuaikan
dengan perbedaan dalam campuran kasus. Moss dan Mannino melaporkan
hasil buruk untuk Afrika Amerika dengan ARDS dibandingkan kulit
putih setelah penyesuaian untuk campuran kasus, studi hubungan
calon masa depan harus menghasilkan pengetahuan yang lebih baik
tentang dampak ras pada hasil kegagalan pernafasan.Prognosis pada
gagal nafas atau respiratory failure dimana Angka kematian terkait
dengan kegagalan pernafasan bervariasi sesuai dengan etiologi.
Untuk ARDS, kematian adalah sekitar 40-45%; Angka ini tidak berubah
secara signifikan selama bertahun-tahun. Pasien yang lebih muda (
60 mmHg. PaO2 dan PCO2 meningkat dengan frekuensi 5 mmHg/jam. PaO2
tidak dapat dipertahankan pada 60 mmHg atau lebih, atau pasien
memperlihatkan keletihan atau depresi mental atau sekresi menjadi
sulit untuk diatasi.
3. Gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan abnormalitas ventilasi-perfusi sekunder
terhadap hipoventilasi
Setelah diberikan tindakan keperawatan pasien dapat
mempertahankan pertukaran gas yang
adekuatKriteria Hasil :Pasien mampu menunjukkan :Bunyi paru
bersihWarna kulit normalGas-gas darah dalam batas
normal untuk usia yang
diperkirakan1. Kaji terhadap tanda dan gejala hipoksia dan
hiperkapnia
2. Kaji TD, nadi apikal dan tingkat kesadaran setiap[ jam dan
prn, laporkan perubahan tingkat kesadaran pada dokter.
3. Pantau dan catat pemeriksaan gas darah, kaji adanya
kecenderungan kenaikan dalam PaCO2 atau penurunan dalam PaO2
4. Bantu dengan pemberian ventilasi mekanik sesuai indikasi,
kaji perlunya CPAP atau PEEP.
5. Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi nafas setiap jam
6. Tinjau kembali
pemeriksaan sinar X dada harian, perhatikan peningkatan atau
penyimpangan
7. Pantau irama jantung
8. Berikan cairan parenteral sesuai pesanan
9. Berikan obat-obatan sesuai pesanan : bronkodilator,
antibiotik, steroid.
1. Takipneu adalah mekanisme kompensasi untuk hipoksemia dan
peningkatan usaha nafas
2. Suara nafas
mungkin tidak sama atau tidak ada ditemukan. Crakles terjadi
karena peningkatan cairan di
permukaan jaringan yang disebabkan oleh peningkatan
permeabilitas membran alveoli, kapiler.
3. Wheezing terjadi karena bronchokontriksi atau adanya mukus
pada jalan nafas
4. Selalu berarti bila diberikan oksigen (desaturas 5 gr dari
Hb)sebelum cyanosis muncul. Tanda cyanosis dapat dinilai padamulut,
bibiryang indikasi adanya hipoksemia sistemik, cyanosis perifer
seperti pada kuku dan ekstremitas adalah vasokontriksi
5. Hipoksemia dapat menyebabkan iritabilitas dari miokardium
6. Menyimpan tenaga pasien, mengurangi penggunaan oksigen
7. Memaksimalkan pertukaran oksigen secara terus menerus dengan
tekanan yang sesuai
8. Peningkatan ekspansi paru meningkatkan oksigenasi
9. Memperlihatkan kongesti paru yang progresif
4.Kelebihan volume cairan b.d. edema pulmo
Setelah diberikan tindakan perawatan pasien tidak
terjadi kelebihan volume cairanKriteria Hasil :Pasien mampu
menunjukkan: TTV normalBalance cairan dalam batas normal Tidak
terjadi edema1. Timbang BB tiap hari
2. Monitor input dan output pasien tiap 1 jam
3. Kaji tanda dan gejala penurunan curah jantung
4. Kaji tanda-tanda
kelebihan volume :
edema, BB , CVP
5. Monitor parameter
Hemodinamik
6. Kolaborasi untuk
pemberian cairan dan elektrolit1. Untuk mengetahui perkembangan
bb klien2. Untuk mengetahui balance cairan
3. Mengetahui suplai oksigen di dalam tubuh
4. Mengetahui adanya odema
5. Untuk memantau cairan dalam tubuh
6. Memnuhi kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh
5Gangguan perfusi jaringan b.d
penurunan curah jantung
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien mampu
mempertahankan perfusi
jaringan.Kriteria Hasil :Pasien mampu menunjukkanStatus
hemodinamik dalam bata
normal TTV normal
1. Kaji tingkat kesadaran
2. Kaji penurunan perfusi jaringan
3. Kaji status hemodinamik
4. Kaji irama EKG
5. Kaji system
Gastrointestinal1. Untuk mengetahui tingkat kesadaran klien2.
Mengetahui keadaan perfusi jaringan tercukupi apa tidaknya
3. Untuk memantau cairan dalam tubuh
4. Untuk mengetahui kelainan di jantung
5. Untuk mengetahui adanya kelainan di gastrointestinal
AVIDENCE BASED 1
Prone ventilation reduces mortality in patients with acute
respiratory failure and severe hypoxemia: systematic review and
meta-analysisAbstract BackgroundProne position ventilation for
acute hypoxemic respiratory failure (AHRF) improves oxygenation but
not survival, except possibly when AHRF is severe.
Objective
To determine effects of prone versus supine ventilation in AHRF
and severe hypoxemia [partial pressure of arterial oxygen
(PaO2)/inspired fraction of oxygen (FiO2)