Top Banner
TEORI DAN PROSES PENUAAN Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas pra profesi keperawatan komunitas Disusun oleh: Kelompok 1 Ahmad Jaelani PPN 14147 Dessy Angghita PPN 14166 Ega Kusmawati PPN 14173 Emilio V. Rosi PPN 14177
29

Makalah Kelompok 1

Dec 13, 2015

Download

Documents

Dessy Angghita

makalah mengenai teori dan proses penuaan
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Makalah Kelompok 1

TEORI DAN PROSES PENUAAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas pra profesi keperawatan komunitas

Disusun oleh:

Kelompok 1

Ahmad Jaelani PPN 14147

Dessy Angghita PPN 14166

Ega Kusmawati PPN 14173

Emilio V. Rosi PPN 14177

PROGRAM PROFESI NERS XIII

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL

BANDUNG

2015

Page 2: Makalah Kelompok 1

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Proses Menua

Menurut Constantindes (1994) dalam Nugroho (2008) Menua atau menjadi

tua dapat diartikan sabagai suatu proses menghilangnya secara pelahan-lahan

kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan

mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap

infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Proses menua merupakan

suatu proses fisiologik yang berlangsung perlahan-lahan dan efeknya

berlainan pada tiap individu. Menua bukanlah suatu penyakit tetapi

merupakan suatu proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi

rangsangan dari dalam maupun luar tubuh (Nugroho, 2008).

Proses menua pada seseorang sebenarnya sudah mulai terjadi sejak

pembuahan atau konsepsi dan berlangsung sampai saat kematian. Proses

menua (aging) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi

fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain.

Keadaan itu cenderung berpotensi menimbulkan masalah secara umum

maupun kesehatan jiwa secara khusus pada usia lanjut. Dengan demikian

manusia secara progresif akan kehilangan daya tahan terhadap infeksi dan

akan menumpuk makin banyak distorsi metabolik dan stuktural yang disebut

sebagai penyakit degeneratif seperti, hipertensi, aterosklerosis, diabetes

militus dan kanker yang akan menyebabkan kita menghadapi akhir hidup

dengan episode terminal yang dramatik seperti stroke, infark miokard, koma

asidosis, metastasis kanker dan sebagainya (Darmojo, 2011).

B. Teori Penuaan

Terdapat beberapa teori penuaan yang dimuat dalam buku ajar keperawatan

lansia. Donlon (2007 dalam Stanley dan Beare, 2007) mengelompokkan

teori-teori tersebut kedalam kelompok teori seperti:

Page 3: Makalah Kelompok 1

1. Teori Biologis

a. Teori radikal bebas

Radikal bebas adalah produk metabolisme seluler yang merupakan

bagian molekul yang sangat reaktif. Molekul ini memiliki muatan

ekstraseluler kuat yang dapat menciptakan reaksi dengan protein,

mengibah bentuk dan sifatnya, molekul ini juga dapat bereaksi dengan

lipid yang berada dalam membran sel, mempengaruhi

permeabilitasnya atau dapat berikatan dengan organel sel. Teori ini

menyatakan bahwa penuaan disebabkan karena terjadinya akumulasi

kerusakan irreversibel akibat senyawa pengoksidasi. Dimana radikal

bebas dapat terbentuk dialam, tidak stabilnya radikal bebas

mengakibatkan oksidasi bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan

protein.

b. Teori genetika

Menurut teori ini, penuaan adalah suatu proses yang secara tidak sadar

diwariskan yang berjalan dari waktu ke waktu untuk mengubah sel

atau struktur jaringan. Teori ini terdiri dari teori asam

deoksiribonukleat (DNA), teori ketepatan dan kesalahan, mutasi

somatic dan teori glikogen. Teori-teori ini menyatakan bahwa proses

replikasi pada tingkatan seluler menjadi tidak teratur karena adanya

informasi tidak sesuai yang diberikan dari inti sel. Molekul DNA

menjadi saling bersilangan (crosslink) dengan unsur yang lain

sehingga mengubah informasi genetik dan mengakibatkan kesalahan

pada tingkat seluler dan menyebabkan system dan organ tubuh gagal

untuk berfungsi.

c. Teori cross link

Teori crosslink dan jaringan ikat menyatakan bahwa molekul kolagen

dan elastin, komponen jaringan ikat, membentuk senyawa yang lama

meningkatkan rigiditas sel, crosslink diperkirakan akibat reaksi kimia

yang menimbulkan aenyawa antara molekul-molekul yang normalnya

Page 4: Makalah Kelompok 1

terpisah atau secara singkatnya sel-sel tua atau usang, reaksi kimianya

menyebakan kurang elastis dan hilangnya fungsi. Contoh crosslink

jaringan ikat terkait usia meliputi penurunan kekuatan daya rentang

dinding arteri, tanggalnya gigi, tendon kering dan berserat.

d. Teori Wear and Tear

Teori ini mengusulkan bahwa akumulasi sampah metabolik atau zat

nutrisi dapat merusak sintesis DNA, sehingga mendorong malfungsi

molekular dan akhirnya malfungsi organ tubuh. Pendukung teori ini

percaya bahwa tubuh akan mengalami kerusakan berdasarkan suatu

jadwal. Radikal bebas adalah contoh dari produk sampah metabolisme

yang menyebabkan kerusakan ketika akumulasi terjadi. Radikal bebas

dengan cepat dihancurkan oleh sistem enzim pelindung pada kondisi

normal. Beberapa radikal bebas berhasil lolos dari proses perusakan

ini dan berakumulasi didalam struktur biologis yang penting, saat itu

kerusakan organ terjadi.

Karena laju metabolisme terkait secara langsung pada pembentukan

radikal bebas, sehingga ilmuwan memiliki hipotesis bahwa tingkat

kecepatan produksi radikal bebas berhubungan dengan penentuan

waktu rentang hidup. Pembatasan kalori dan efeknya pada

perpanjangan rentang hidup mungkin berdasarkan pada teori ini.

Pembatasan kalori telah terbukti dapat meningkatkan masa hidup pada

tikus percobaan. Sepanjang masa hidup, tikus-tikus tersebut telah

mengalami penurunan angka kejadian kemunduran fungsional, dan

mengalami lebih sedikit kondisi penyakit yang berkaitan dengan

peningkatan umur, berkurangnya kemunduran fungsional tubuh, dan

menurunnya insidensi penyakit yang berhubungan dengan penuaan.

e. Teori Imunitas

Teori ini menggambarkan suatu kemunduran dalam system imun yang

berhubungan dengan penuaan. Ketika orang bertambah tua,

pertahanan mereka terhadap organisme asing mengalami penurunan,

Page 5: Makalah Kelompok 1

sehingga mereka lebih rentan untuk menderita berbagai penyakit

seperti kanker dan infeksi. Seiring dengan berkurangnya fungsi

system imun, terjadilah peningkatan dalam respons autoimun tubuh.

Ketika orang mengalami penuaan, mereka mungkin mengalami

penyakit autoimun seperti arthritis rheumatoid. Penganjur teori ini

sering memusatkan pada peran kelenjar timus, dimana berat dan

ukuran kelenjar timus akan menurun sering bertambahnya umur

sehingga mempengaruhi kemampuan diferensiasi sel T dalam tubuh

dan mengakibatkan menurunnya respons tubuh terhadap benda asing

didalam tubuh.

f. Teori neuroendokrin

Dalam teori sebelumnya dijelaskan bahwa terdapat hubungan antara

penuaan dengan perlambatan system metabolisme atau fungsi sel.

Sebagai contoh dalam teori ini adalah  sekresi hormon yang diatur

oleh system saraf. Salah satu area neurologi yang mengalami

gangguan secara universal akibat penuaan adalah waktu reaksi yang

diperlukan untuk menerima, memproses dan bereaksi terhadap

perintah. Dikenal sebagai perlambatan tingkah laku, respons ini

kadang-kadang di interpretasikan sebagai tindakan melawan, ketulian,

atau kurangnya pengetahuan.

g. Riwayat Lingkungan

Menurut teori ini, faktor-faktor di dalam lingkungan (misalnya

karsinogen dari industri, cahaya matahari, trauma dan infeksi) dapat

membawa perubahan dalam proses penuaan. Walaupun faktor-faktor

ini diketahui dapat mempercepat penuaan, dampak dari lingkungan

lebih merupakan dampak sekunder dan bukan merupakan faktor

utama dalam penuaan. Perawat dapat mempunyai pengetahuan yang

mendalam tentang dampak dari aspek ini terhadap penuaan dengan

cara mendidik semua kelompok umur tentang hubungan antara faktor

lingkungan dan penuaan yang dipercepat. Ilmu pengetahuan baru

Page 6: Makalah Kelompok 1

mulai untuk mengungkap berbagai faktor lingkungan yang dapat

memengaruhi penuaan.

h. Teori autoimun

Dalam teori ini dijelaskan bahwa didalam proses metabolisme tubuh,

suatu saat diproduksi zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang

tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi

lemah dan sakit. Sebagai contoh ialah tambahan kelenjar timus yang

pada usia dewasa berinvolusi dan semenjak itu terjadilah kelainan

autoimun.

2. Teori Psikososiologis

a. Teori Kepribadian

Teori ini menyebutkan aspek-aspek pertumbuhan psikologis tanpa

menggambarkan harapan atau tugas spesifik lansia. Dalam teorinya

Jung (1971) menyatakan bahwa terdapat kepribadian introvert dan

ekstrovert dan keseimbangan terhadap keduanya sangat penting bagi

kesehatan. Dalam konsep interioritas ini Jung mengungkapkan bahwa

separuh kehidupan manusia berikutnya digambarkan dengan memiliki

tujuannya sendiri, yaitu untuk me-ngembangkan kesadaran diri sendiri

melalui aktivitas yang dapat merefleksikan dirinya sendiri. Lansia

sering menemukan bahwa hidup telah memberikan satu rangkaian

pilihan yang sekali dipilih, akan membawa orang tersebut pada suatu

arah yang tidak bisa diubah.

b. Teori Tugas Perkembangan

Tugas perkembangan adalah aktivitas dan tantangan yang harus

dipenuhi oleh seseorang pada tahap-tahap spesifik dalam hidupnya

untuk mencapai penuaan yang sukses. Erickson (1986) menguraikan

tugas utama lansia adalah mampu melihat kehidupan seseorang

sebagai bagian kehidupan yang dijalani dengan integritas. Pada

kondisi tidak adanya pencapaian perasaan bahwa ia telah menikmati

kehidupan yang yang baik, maka lansia tersebut beresiko untuk

disibukkan dengan rasa penyesalan atau putus asa.

Page 7: Makalah Kelompok 1

c. Teori Disengagement

Teori pemutusan hubungan, dikembangkan pertama kali pada awal

tahun 1960-an, menggambarkan proses penarikan diri oleh lansia dari

peran bermasyarakat dan tanggung jawabnya. Proses penarikan diri ini

daoat diprediksi, sistematis, tidak dapat dihindari, dan penting untuk

fungsi yang tepat dari masyarakat yang sedang tumbuh. Lansia

dikatakan akan bahagia apabila kontak sosial telah berkurang dan

tanggung jawab telah diambil oleh generasi yang lebih muda. Manfaat

dari pengurangan kontak sosial adalah agar ia dapat menyediakan

waktu untuk merefleksikan pen-capaian hidupnya dan untuk

menghadapi harapan yang tidak terpenuhi, sedangkan manfaatnya

bagi masyarakat adalah dalam rangka memindahkan kekuasaan

generasi tua ke generasi muda. Teori ini memiliki titik kelemahan

karena seolah-olah membatasi peran lansia di masyarakat dan pada

kenyataannya banyak lansia yang masih berkontribusi secara positif

bagi masyarakat dalam usia senjanya.

d. Teori Aktivitas

Teori ini dikatakan sebagai lawan dari teori disengagement yang

menyatakan bahwa jalan menuju penuaan yang sukses adalah dengan

cara tetap aktif. Gagasan pemenuhan kebutuhan seseorang harus

seimbang dengan pentingnya perasaan dibutuhkan oleh orang lain

ditunjukkan dalam teori ini. Sebuah penelitian juga menunjukkan pen-

tingnya aktivitas mental dan fisik yang berkesinambungan untuk

mencegah kehilangan dan pemeliharaan kesehatan sepanjang masa

kehidupan manusia.

e. Teori Kontinuitas

Teori ini dikenal juga sebagai teori perkembangan dan mencoba

menjelaskan dampak kepribadian pada kebutuhan untuk tetap aktif

atau memisahkan diri agar mencapai kebahagiaan dan terpenuhinya

Page 8: Makalah Kelompok 1

kebutuhan di usia tua. Teori ini menekankan pada kemampuan koping

individu sebelumnya dan kepribadian sebagai dasar untuk

memprediksi bagaimana seseorang akan dapat menyesuaikan diri

terhadap perubahan akibat penuaan. Lansia yang terbiasa memiliki

kendali dalam membuat keputusan mereka sendiri tidak akan dengan

mudah menyerahkan peran ini hanya karena usia mereka yang telah

lanjut. Selain itu, individu yang telah melakukan manipulasi atau

abrasi dalam interaksi interpersonal mereka selama masa mudanya

tidak akan tiba-tiba mengembangkan suatu pendekatan yang berbeda

di dalam masa akhir kehidupannya.

3. Teori Telomere

Pada ujung setiap kromosom, terdapat sekuen pendek DNA

nontranskripsi yang dapat diulang berkali-kali (TTAGGG), yang dikenal

sebagai telomere. Sekuen telomere ini tidak seluruhnya terkopi sepanjang

sintesis DNA menuju ke mitosis. Sebagai hasilnya, ekor untaian tunggal

DNA ditinggal di ujung setiap kromosom; ini akan dibuang dan, pada

setiap pembelahan sel, telomere menjadi pendeksel . Pada saat sel somatik

bereplikasi, satu potongan kecil tiap susunan telomere tidak berduplikasi,

dan telomere memendek secara progresif. Akhirnya , setelah pembelahan

sel yang multiple, telomere yang terpotong parah diperkirakan mensinyal

proses penuaan sel. Namun demikian, pada sel germ dan sel stem panjang

telomere diperbaiki setelah pembelahan tiap sel oleh enzim khusus yang

disebut telomerase.

Pemendekan telomere dapat menjelaskan batas replikasi (“Hayflick”) sel.

Hal ini didukung oleh penemuaan bahwa panjang telomer berkurang

sesuai umur individu darimana kromosom didapat. Dari pengamatan

jangka panjang bahwa fibroblast manusia dewasa normal pada kultur sel,

memiliki rentang masa hidup tertentu; fibroblast berhenti membelah dan

menjadi menua setelah kira-kira 50 kali penggandaan. Fibroblast neonatus

mengalami sekitar 65 kali penggandaan sebelum berhenti membelah,

Page 9: Makalah Kelompok 1

sementara itu fibroblast pada pasien dengan progeria, yang berusia

premature, hanya memperlihatkan 35 kali penggandaan atau lebih.

Menuanya fibroblas manusia dalam biakan dapat dihindari secara parsial

dengan melumpuhkan gen RB dan TP 53. Namun sel ini akhirnya juga

mengalami suatu krisis, yang ditandai dengan kematiaan sel masif.

C. Perubahan Fisik Pada Proses Penuaan

Menurut Darmojo (2011), menjadi tua bukanlah suatu penyakit atau sakit,

tetapi suatu perubahan dimana kepekaan bertambah atau batas kemampuan

beradaptasi menjadi berkurang yang sering dikenal dengan geriatric giant.

Beberapa perubahan fisik yang terjadi pada proses penuaan diantaranya:

1. Sel

a. Lebih sedikit jumlahnya

b. Lebih besar ukurannya

c. Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan

intraseluler

d. Menurunnya proporsi protein di otak, otot, darah, dan hati.

e. Jumlah sel otak menurun.

f. Terganggunya mekanisme perbaikan sel.

g. Otak menjadi atrofi, beratnya berkurang 5-10%

2. Sistem Pernafasan

a. Otot-otot pernapasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku.

b. Menurunnya aktivitas dari silia

c. Paru-paru kehilangan aktivitas; kapasitas residu meningkat, menarik

nafas menjadi berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun, dan

kedalaman bernafas menurun

d. Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang

e. O2 pada arteri menurun menjadi 75 mmHg.

f. CO2 pada arteri tidak berganti

g. Kemampuan untuk batuk berkurang

Page 10: Makalah Kelompok 1

h. Kemampuan pegas, dinding, dada, dan kekuatan otot pernapasan akan

menurun seiring degan bertambahnya usia.

3. Sistem pendengaran

a. Presbiakusis (gangguan pada pendengaran). Hilangnya kemampuan

(daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara

atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit dimengerti

kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas 60 tahun.

b. Membran timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis.

c. Terjadi pengumpulan serumen dapat mengeras karena menginkatnya

keratin

d. Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami

ketegangan jiwa/stres.

4. Sistem persyrafan

a. Berat otak menurun 10-20% (setiap orang berkurang sel otaknya

dalam setiap harinya).

b. Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan

stres.

c. Mengecilnya saraf panca indra. Berkurangnya penglihatan, hilangnya

pendengaran, mengecilnya saraf pencium dan perasa, lebih sensitif

terhadap perubahan suhu dengan rendahnya dengan ketahanan

terhadap dingin.

d. Kurang sensitif terhadap sentuhan

5. Sistem penglihatan

a. Sfingter pupil timbul skelerosis dan hilangnya tespon terhadap sinar.

b. Kornea lebih berbentuk sferis (bola)

c. Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, jelas

menyebabkan gangguan penglihatan.

d. Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap

kegelapan lebih lambat, dan susah melihat dalam cahaya gelap

e. Hilangnya daya akomodasi.

f. Menurunnya lapangan pandang; berkurang luas pandangannya.

Page 11: Makalah Kelompok 1

g. Berkurangnya daya membedakan warna biru atau hijau

6. Sistem kardiovaskuler

a. Elastisitas dinding aorta menurun

b. Katup jantung menebal dan menjadi kaku

c. Kemampuan jantung untuk memompa menurun 1% setiap tahun

sesudah berumut 20 tahun, hal ini menyebabkan menurunnya

kontraksi dan volumenya.

d. Kehilangan elatisitas pembuluh darah; kurang efektifitas pembuluh

darah perifer untuk oksigenisasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk

(duduk ke berdiri) bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi

65 mmHg (menyebabkan pusing mendadak).

e. Tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya resistensi

dari pembuluh darah perifer; sistolis normal 170 mmHg, diastolis

normal 90 mmHg.

7. Sistem pengaturan temperatur tubuh

Pada sistem pengaturan suhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai

suatu termostat, yaitu menetapkan suatu suhu tertntu, kemunduran terjadi

sebagai faktor yang mempengaruhinya yang sering ditemui antara lain;

a. Temperatur tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologik ± 35o ini

akibat metabolisme yang menurun.

b. Keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat memproduksi panas

yang banyak sehingga terjadi rendahnya aktivitas otot.

8. Sistem gastrointestinal

a. Kehilangan gigi; penyebab utama adalah Periodental disease yang bisa

terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi

yang buruk dan gizi yang buruk.

b. Indera pengecap menurun; adanya iritasi yang kronis, dari selaput

lendir, atropi indera pengecap (±80%), hilangnya sensitifitas dari

saraf pengecap di lidah terutama rasa tentang rasa asin, asam, dan

pahit.

c. Esofagus melebar.

Page 12: Makalah Kelompok 1

d. Lambung, rasa lapar menurun (sensitifitas lapar menurun), asam

labung menurun, waktu mengosongkan menurun.

e. Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi

f. Fungsi absobsi melemah (daya absobsi terganggu).

g. Liver (hati) makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan,

berkurangnya aliran darah.

9. Sistem reproduksi

a. Menciutnya ovari dan uterus

b. Atrofi payudara

c. Pada laku-laki testis masih dapat memproduksi spermatosoa,

meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur

d. Selaput lendir vagina menurun, permukaan menjadi halus, sekresi

menjadi berkurang, reaksi sifatnya menjadi alkali, dan terjadi

perubahan-perubahan warna.

10. Sistem genitourinaria

a. Ginjal, merupaan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh,

melalui urine darah yang masuk ke ginjal, disaring oleh satuan unit

terkecil dari ginjal yang disebut nefron (tepatnya di glumerulus,

kemudia mengecil dan nefron menjadi atrofi. Aliran darah ke ginjal

menurun sampai 50%. Fungsi tubulus berkurang akibatnya; kurang

kemapuan mengkonsentrasi urine, berat jenis urine menurun, proten

uria.

b. Vesika urinaria (kandung kemih); otot-ototnya menjadi lemah,

kapasitasnya menurun sampai 200ml atau menyebabkan frekuensi

buang air kecil meningkat. Vesika urinari susah dikosongkan sehingga

meningkatkan retensi urine.

c. Pembesaran prostat kurang lebih 75% dialami oleh pria usia di atas 65

tahun

11. Sistem endokrin

a. Produksi hampir semua hormon menurun

b. Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah

Page 13: Makalah Kelompok 1

c. Pituitari; hormon pertumbuhan ada tetapi lebih rendah tetapi rendah

dan hanya dalam pembuluh darah, berkurangnya produksi dari ACTH,

TSH, FSH, LH.

d. Menurunnya aktifitas tiroid, BMR menurun.

12. Sistem muskuloskeletal

a. Tulang kehilangan density (cairan) dan makin rapuh

b. Kifosis

c. Discus intervertebralis menipis dan menjadi pendek

d. Persendian membesar dan menjadi pendek

e. Tendon mengerut dan mengalami skelrosis

D. Perubahan Mental Pada Proses Penuaan

Perubahan mental pada lansia dipengaruhi dengan bertambahnya umur.

Faktor–faktor yang mempengaruhi perubahan mental yaitu perubahan fisik

khususnya organ perasa kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan

(hereditas), dan lingkungan. Perubahan mental pada lansia, terdiri dari

perubahan ingatan. Kenangan (memory) terdiri dari kenangan jangka panjang

(berjam–jam sampai berhari–hari yang lalu mencakup beberapa perubahan),

dan kenangan jangka pendek atau seketika (0-10 menit, kenangan buruk).

Perubahan–perubahan mental pada lansia berkaitan dengan dua hal yaitu

kenangan dan intelegensia. Lansia akan mengingat kenangan masa terdahulu

namun sering lupa pada masa yang baru, sedangkan intelegensia tidak

berubah namun terjadi perubahan dalam gaya membayangkan (Nugroho,

2008). I.Q. (Intellegentian Quantion) tidak berubah dengan informasi

matematika dan perkataan verbal, berkurangnya penampilan, persepsi dan

ketrampilan psikomotor (terjadinya perubahan pada daya membayangkan

karena tekanan–teanan dari faktor waktu).

Page 14: Makalah Kelompok 1

E. Perubahan Kognitif Pada Proses Penuaan

Umumnya lansia akan mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor.

Fungsi kognitif merupakan suatu proses mental manusia yang meliputi

perhatian persepsi, proses berpikir, pengetahuan dan memori sehingga

menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi makin lambat. Sebanyak

75% dari bagian otak besar merupakan area kognitif. Sementara fungsi

psikomotorik meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak

seperti gerakan, tindakan, koordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi

kurang cekatan.

Kemampuan kognitif seseorang berbeda dengan orang lain, dari hasil

penelitian diketahuai bahwa kemunduran sub sistem yang membangun proses

memori dan belajar mengalami tingkat kemunduran yang tidak sama. Fungsi

otak yang menurun seiring dengan bertambahnya usia adalah fungsi

memori berupa kemunduran dalam kemampuan penamaan dan kecepatan

mencari kembali informasi yang telah tersimpan dalam pusat memori

(speed of information retrieval from memory). Penurunan fungsi memori

secara linier itu terjadi pada kemampuan kognitif dan tidak

mempengaruhi rentang hidup yang normal. Perubahan atau gangguan

memori pada penuaan otak hanya terjadi pada aspek tertentu, sebagai contoh,

memori primer (memori jangka pendek) relatif tidak mengalami perubahan

pada penambahan usia, sedangkan pada memori sekunder (memori jangka

panjang) mengalami perubahan bermakna. Artinya kemampuan untuk

mengirimkan informasi dari memori jangka pendek ke jangka panjang

mengalami kemunduran dengan penambahan usia. Perkembangan otak

menjadi tua terbukti dapat berlanjut terus sampai usia berapapun kalau saja

otak memperoleh stimulasi yang terus menerus, baik secara fisik dan mental.

Hal ini disebut juga kemampuan plastisitas otak yang terjadi juga pada usia

lanjut.

Page 15: Makalah Kelompok 1

Walaupun jumlah sel-sel otak berkurang setiap hari dengan beberapa puluh

ribu sehari, tetapi pengurangan ini tidak bermakna bila dibandingkan jumlah

sel yang masih ada sebagai cadangan. Ditambah lagi bukti-bukti penelitian

yang menunjukkan bahwa pada stimulasi lingkungan yang kaya, jaringan

antarsel dalam permukaan otak (corteks serebri) bertambah terus

jumlahnya sehingga dampaknya sumber daya otak dan kemampuan

kognitif usia lanjut dapat terus berkembang.

Proses menua sehat (normal aging) secara fisiologi juga terjadi kemunduran

beberapa aspek kognitif seperti kemunduran daya ingat terutama memori

kerja (working memory) yang amat berperan dalam aktifitas hidup seharihari,

hal ini menjelaskan mengapa pada sebagian lanjut usia menjadi pelupa. Selain

itu fungsi belahan otak sisi kanan sebagai pusat intelegensi dasar akan

mengalami kemunduran lebih cepat daripada belahan otak sisi kiri sebagai

pusat inteligensi kristal yang memantau pengetahuan. Dampak dari

kemunduran belahan otak sisi kanan pada lanjut usia antara lain adalah

kemunduran fungsi kewaspadaan dan perhatian. Penurunan kognitif pada

lansia juga bergantung pada faktor usia dan jenis kelamin terutama pada

wanita hal ini dikarenakan adanya peranan hormon seks endogen dalam

perubahan fungsi kognitif serta reseptor esterogen di otak yang berperan

dalam fungsi belajar dan memori, seperti hipokampus. Status kesehatan juga

merupakan satu faktor penting yang memperburuk fungsi kognitif lansia.

Salah satunya adalah hipertensi. Peningkatan tekanan darah kronis dapat

meningkatkan efek penuaan pada struktur otak, penurunan hipokampus

(Gunawan, 2009).

F. Sindroma Proses Penuaan yang Prematur

Beberapa penyakit genetik yang menunjukan adanya proses penuaan yang

prematur. Tanda-tanda dari penyakit ini adalah dijumpainya rambut yang

beruban, mengkerutnya kulit, dan pendeknya masa hidup dari penderita

Page 16: Makalah Kelompok 1

tersebut. Pada beberapa kasus hal ini dapat terjadi karena mutasi dari gen.

Adapun proses penuaan yang premature diantaranya (Tamher, 2009):

1. Warner’s Syndrome

Pada penderita ini kelihatan pada rambut mereka telah beruban pada usia

20 tahun dan penderita umumnya meninggal pada usia 40 tahun. Tanda-

tanda proses penuaan seperti osteoporosis, katarak, dan arterosklerosis

dapat terlihat pada penderita. Meskipun pada waktu mudanya, sel-sel juga

mengalami replikasi penuaan namun hanya sebanyak 20 kali, sedangkan

yangnormal mencapai 70 kali atau lebih. Hal ini disebabkan oleh mutasi

di WRN, dimana WRN ini diperlukan untuk perbaikan dan pemeliharaan

DNA yang terdapat di telomere.

2. Cockayne Syndrome (CI)

Terjadi karena mutasi pada gen-gen yang berfungsi pada perbaikan DNA

yaitu pada saat terjadi transkripsi DNA. Pada penderita ini hanya

menunjukkan beberapa tanda proses penuaan, namun proses kematian

sangatlah cepat pada penderita ini.

3. Ataxia Telangiectasia (AT)

Penderita menunjukkan proses penuaan yang premature hal ini

disebabkan karena kerusakan pada fungsi gen yang mendeteksi kerusakan

DNA (ATM) sehingga gen gagal memulai untuk proses perbaikan selnya.

4. Hutchinson-Gilford Progeria Syndrome

Anak-anak yang menderita sindroma ini akan menunjukkan tanda-tanda

proses penuaan premature yang parah sejak mereka dilahirkan dan

penderita akan meninggal setelah mereka berumur belasan tahun.

Disebabkan oleh mutasi gen (LMNA) untuk lamin yang berfungsi

menstabilkan membrane dalam dari pembungkus inti sel. Sebagaimana

telah diketahui bahwa replikasi, transkripsi, dan perbaikan dari DNA

berlangsung di bagian dalam dari inti sel, sedangkan pada penderita

sindroma ini terjadi peningkatan kerusakan pada DNA dan kerusakan

pada ekspresi gen. Sindrom penuaan yang premature ini terlihat bahwa

terjadinya mutasi bukan seluruhnya pada sel, tetapi terjadi mutasi pada

Page 17: Makalah Kelompok 1

gen-gen yang bertanggung jawab pada proses replikasi, perbaikan, dan

transkripsi dari dari seluruh gen.

5. Anti Aging

Pada penderita proses penuaan yang premature terapi yang maksimal

belumlah dijumpai, namun dengan diketahuinya bahwa adanya enzim

telomerase yang menghambat pemendekan telomere ini,maka para

ilmuwan masih berusaha untuk membentuk suatu substrat yang bekerja

seperti enzim telomerase tersebut. Namun penghambatan proses penuaan

pada sel-sel yang normal telah banyak ditemukan dengan munculnya

produk-produk anti aging. Dugaan bahwa radikal bebas tersebar dimana-

mana, pada setiap kejadian pembakaran seperti merokok, memasak,

pembakaran bahan baker pada mesin dan kendaraan bermotor. Paparan

sinar ultraviolet yang terus-menerus, pestisida dan pencemaran lain di

dalam makanan kita, bahkan karena olahraga yang berlebihan,

menyebabkan tidak ada pilihan selain tubuh harus melakukan tindakan

protektif. Langkah yang tepat untuk menghadapi banyaknya radikal bebas

tersebut adalah dengan mengurangi paparannya atau mengoptimalkan

pertahanan tubuh melalui aktivitas antioksidan.

Selain jenis antioksidan enzimatis seperti yang disebut di awal, dikenal

pula jenis antioksidan nonenzimatis. Jenis ini dapat berupa golongan

vitamin, seperti vitamin C, vitamin E serta golongan senyawa fitokimia

seperti senyawa fenolik. Senyawa fenolik ini banyak dijumpai pada

sayuran, buah-buahan, rempah-rempah dan sebagainya yang merupakan

konsumsi makanan kita sehari-hari. Suplemen vitamin banyak beredar di

pasaran dalam berbagai dosis. Namun perlu diketahui, hingga saat ini para

ahli masih sulit memastikan berapa komposisi yang seimbang antara

radikal bebas dan antioksidan di dalam tubuh. Beberapa antioksidan

dalam dosis tertentu bisa berubah sifat menjadi prooksidan.

Page 18: Makalah Kelompok 1

DAFTAR PUSTAKA

Darmojo, B. (2011). Geriatri Imu Kesehatan Usia Lanjut. Jakarta: Balai

Penerbit Fakultas Kedokteran Indonesia

Gunawan, S. (2009). Upaya Kesehatan Usia Lanjut. Jakarta: Dep.Kes RI

Nugroho, W. (2008). Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Edisi 3.

Jakarta: EGC

Tamher, Noorkasiani. (2009). Pengantar Dalam: Kesehatan Usia Lanjut

dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Cetakan Pertama.

Jakarta: Salemba Medika