Top Banner
PENDAHULUAN Nyeri punggung atau Back Pain merupakan keluhan yang sering dijumpai. Keluhan ini menempati urutan kedua sesudah sakit kepala, dan merupakan salah satu penyebab mangkir kerja. Beraneka ragam sifat dan faktor penyebab terjadinya Back Pain, sehingga masih banyak dijumpai perbedaan pendapat di kalangan para ahli kedokteran dalam penanganan penderita ini. Keluhan ini dapat menyerang setiap orang tanpa mengenal perbedaan umur, pekerjaan, jenis kelamin, pendidikan maupun tingkat ekonomi. Angka kejadian yang pasti dari penderita Back Pain susah didapatkan, sebab tidak semua penderita Back Pain berobat ke dokter. Sekitar 80% dari populasi di Amerika Serikat mengeluh Back Pain. Di Indonesia berlaku suatu aksioma bahwa “nyeri punggung” ialah “sakit ginjal”. Banyak orang menghabiskan sebagian besar waktunya duduk di depan komputer, playstation, menyetir kendaraan, menonton televisi, kurang gerak, dan berolahraga. Keluhan juga banyak muncul dari para pekerja kasar, seperti buruh bangunan dan buruh pabrik yang terlalu sering mengangkat beban berat atau kerja lembur, tukang becak, dan profesi lainnya. Kondisi lain yang memiliki manifestasi awal sebagai nyeri punggung, seperti spinal stenosis, arthritis (osteoarthritis), infeksi spinal (osteomyelitis), spinal tumor (benigna dan maligna), spondylolisthesis, vertebral 1
81

Makalah Kel. 10

Aug 12, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Makalah Kel. 10

PENDAHULUAN

Nyeri punggung atau Back Pain merupakan keluhan yang sering dijumpai.

Keluhan ini menempati urutan kedua sesudah sakit kepala, dan merupakan salah satu

penyebab mangkir kerja. Beraneka ragam sifat dan faktor penyebab terjadinya Back

Pain, sehingga masih banyak dijumpai perbedaan pendapat di kalangan para ahli

kedokteran dalam penanganan penderita ini.

Keluhan ini dapat menyerang setiap orang tanpa mengenal perbedaan umur,

pekerjaan, jenis kelamin, pendidikan maupun tingkat ekonomi. Angka kejadian yang

pasti dari penderita Back Pain susah didapatkan, sebab tidak semua penderita Back

Pain berobat ke dokter. Sekitar 80% dari populasi di Amerika Serikat mengeluh Back

Pain. Di Indonesia berlaku suatu aksioma bahwa “nyeri punggung” ialah “sakit

ginjal”.

Banyak orang menghabiskan sebagian besar waktunya duduk di depan komputer,

playstation, menyetir kendaraan, menonton televisi, kurang gerak, dan berolahraga.

Keluhan juga banyak muncul dari para pekerja kasar, seperti buruh bangunan dan

buruh pabrik yang terlalu sering mengangkat beban berat atau kerja lembur, tukang

becak, dan profesi lainnya.

Kondisi lain yang memiliki manifestasi awal sebagai nyeri punggung, seperti

spinal stenosis, arthritis (osteoarthritis), infeksi spinal (osteomyelitis), spinal tumor

(benigna dan maligna), spondylolisthesis, vertebral fraktur (burst fracture),

osteoporosis, paget’s disease, rheumatiod arthritis, dan trauma. Selain itu, sikap

mental seperti stress ataupun depresi dan sikap fisik yang salah (postur tubuh) seperti

skoliosis, juga dapat mengakibatkan nyeri punggung.

Nyeri punggung (Back Pain) itu dapat dibedakan Upper Back Pain dan Low Back

Pain. Nyeri pada punggung bagian bawah (Low Back Pain) berhubungan dengan

tulang lumbal dan spinal, diskus intervertebralis, ligamen di sekitar spinal dan

medulla spinalis dan saraf, otot di daerah punggung, organ di antara pelvis dan

abdomen, dan kulit yang terdapat di daerah lumbal. Low Back Pain dapat dibedakan

menjadi akut, subakut, dan kronik.

Nyeri punggung akut mulai dengan tiba-tiba diikuti nyeri intensif yang pada

umumnya kurang dari tiga bulan. Sedangkan nyeri pinggang kronik adalah sakit

jangka panjang, bahkan bisa seumur hidup. Bahkan sakit kronik bisa menyebabkan

gejala nyeri pinggang akut.

1

Page 2: Makalah Kel. 10

2

Page 3: Makalah Kel. 10

DEFINISI

Low Back Pain dipersepsikan ketidaknyamanan berhubungan dengan lumbal atau

area sacral pada tulang belakang atau sekitar jaringan (Randy Mariam,1987).

Low Back Pain adalah suatu tipe nyeri yang membutuhkan pengobatan medis

walaupun sering jika ada trauma secara tiba-tiba dan dapat menjadi kronik pada

masalah kehidupan seperti fisik, mental, social dan ekonomi (Barbara).

Low Back Pain adalah nyeri kronik didalam lumbal, biasanya disebabkan oleh

terdesaknya para vertebral otot, herniasi dan regenerasi dari nucleus pulposus,

osteoartritis dari lumbal sacral pada tulang belakang (Brunner,1999).

Low Back Pain terjadi di lumbal bagian bawah, lumbal sacral atau daerah

sacroiliaca, biasanya dihubungkan dengan proses degenerasi dan ketegangan muskulo

(Prisilia Lemone,1996).

Low Back Pain dapat terjadi pada siapa saja yang mempunyai masalah pada

muskuloskeletal seperti ketegangan lumbosacral akut, ketidakmampuan ligamen

lumbosacral, kelemahan otot, osteoartritis, spinal stenosis serta masalah pada sendi

inter vertebra dan kaki yang tidak sama panjang (Lucman and Sorensen’s 1993).

Nyeri punggung adalah rasa tidak menyenangkan yang terjadi oleh karena ada

atau tidak adanya rangsangan berbahaya. Nyerinya bersifat mendadak, tajam, atau

tumpul di bawah pinggang.

Nyeri punggung bawah (Low Back Pain) adalah suatu gejala yang berupa rasa

nyeri di daerah dorsal tubuh di antara vertebra torakal XII dan bagian bawah pinggul

atau lubang dubur, mencakup juga keluhan yang menjalar ke tungkai dan kaki. Paling

umum disebabkan oleh ketegangan otot berhubungan dengan pekerjaan fisik berat,

pengangkatan atau pergerakan kuat, atau berdiri satu posisi dalam jangka lama. Di

mana pergerakan ini dapat memperburuk keadaan punggung.

Low Back Pain berdasarkan perjalanan kliniknya dibedakan menjadi tiga, yaitu:

1. Acute Low Back Pain

Nyeri punggung bawah akut dapat disebabkan oleh suatu peristiwa traumatis,

seperti suatu kecelakaan atau jatuh. Keluhan nyeri yang menyerang secara tiba-

tiba dan pada umumnya pasien dapat menunjukkan titik lokasi nyeri ketika

peristiwa tersebut terjadi. Rentang waktunya hanya sebentar, antara beberapa hari

sampai beberapa minggu. Rasa nyeri ini dapat hilang / sembuh. Kejadian tersebut

3

Page 4: Makalah Kel. 10

selain dapat merusak jaringan tissue, juga dapat melukai otot, ligamen, dan

tendon. Pada suatu kecelakaan serius, fraktur vertebra di daerah lumbalis dapat

terjadi. Pada ruas terakhir tulang belakang, beberapa pasien mungkin mempunyai

nyeri pada cauda equina (disebut juga nyeri tulang belakang).

2. Subacute Low Back Pain

Jangka waktu terjadinya antara 6-12 minggu

3. Chronic Low Back Pain

Nyeri punggung bawah kronik pada umumnya mempunyai suatu serangan

yang lebih tesembunyi atau membahayakan dan terjadi pada suatu periode yang

lama. Rasa nyeri yang menyerang lebih dari tiga bulan, atau rasa nyeri berulang-

ulang atau kambuh kembali. Penyebab keluhan ini adalah dapat terjadi karena

osteoarthritis, rheumatoid anthritis, proses degenerasi discus intervertebralis,

herniasi tulang belakang, vertebra yang patah, kadang suatu tumor, atau infeksi

peradangan. Penyebab lain juga berupa gangguan emosional atau gangguan

psikologis, dan dapat didiagnosis sebagai TMS atau Tension Myositis Syndrome.

4

Page 5: Makalah Kel. 10

EPIDEMIOLOGI

Low Back Pain merupakan salah satu masalah penyakit saraf yang sering

dikeluhkan oleh pasien ketika datang ke dokter. Nyeri punggung setidaknya pernah

dialami 60-80% orang dewasa selama hidupnya dan sekitar 50% mengalami nyeri

punggung setiap tahunnya. Penyakit ini menyerang pada usia pertengahan dengan

predileksi antara umur 30 tahun sampai 60 tahun.

Pada usia antara 19-45 tahun, yaitu periode usia yang paling produktif, nyeri

pinggang menjadi penyebab disabilitas yang paling tinggi. Di Indonesia, LBP

dijumpai pada golongan usia 40 tahun. Secara keseluruhan, LBP merupakan keluhan

yang paling banyak dijumpai (49%).

Pada negara maju (industrialized countries) prevalensi orang terkena nyeri

punggung adalah sekitar 79-80%. Pada para buruh di Amerika, keluhan nyeri

punggung meningkat sebanyak 168% antara tahun 1971-1981. Hal ini menyebabkan

banyak waktu kerja yang terbuang percuma sebab nyeri punggung membatasi

kemampuan orang untuk bergerak terutama pada orang yang berusia di bawah 45

tahun.

Sekitar 80-90% pasien nyeri punggung (Low Back Pain) menyatakan bahwa

mereka tidak melakukan usaha apapun untuk mengobati penyakitnya, dan hanya 3%

dari pasien Low Back Pain yang datang ke dokter atau masuk Rumah Sakit. Selain itu

hanya 0,5% pasien yang perlu menjalani operasi. Jadi dapat disimpulkan bahwa nyeri

punggung (Low Back Pain) meskipun mempunyai prevalensi yang tinggi, namun

penyakit ini dapat sembuh dengan sendirinya.

5

Page 6: Makalah Kel. 10

ANATOMI

Tulang belakang (vertebra) merupakan bangunan yang kompleks yang dapat

dibagi dalam dua bagian. Di bagian ventral terdiri atas korpus vertebra terdiri atas

korpus vertebra yang dibatasi satu sama lain oleh ligamen longitudinal ventral dan

dorsal. Bagian dorsal tidak begitu kokoh dan terdiri atas masing-masing arkus

vertebra dengan lamina dan pedikel yang diikat satu sama lain oleh berbagai ligamen

di antaranya ligamen interspinalis, ligamen intratransversa dan ligamen flavum.

Struktur utama dari tulang punggung adalah vertebrae, discus intervertebralis,

ligamen antara spina dan diskus intervertebralis, spinal cord dan saraf, otot punggung,

organ-organ dalam di sekitar pelvis dan abdomen, dan kulit yang menutupi daerah

pinggang.

Columna Vertebralis.

Dimulai dari atas, tulang belakang mempunyai empat regio:

1. Tujuh (7) tulang cervical atau tulang leher (C1-C7)

2. Dua belas (12) tulang thoracal atau ruas-ruas tulang belakang punggung bagian

atas (T1-T12)

3. Lima (5) tulang lumbal (L1-L5), yang biasa disebut sebagai tulang belakang

punggung bagian bawah

4. Lima (5) tulang Sacrum dan empat (4) tulang koksigeus, yang menjadi satu di

dasar tulang belakang

Regio lumbal dari tulang belakang, yang merupakan tempat tersering sakit

pinggang dirasakan, menyokong berat badan tubuh bagian atas.

Columna vertebralis merupakan tempat perlekatan dari otot, diskus

intervertebralis, saraf, dan spinalis.

6

Page 7: Makalah Kel. 10

Medulla spinalis, diskus intervertebralis, dan saraf.

Medulla spinalis dewasa meluas ke bawah sampai tepi bawah processus spinosus

L1. Pada anak dapat meluas sampai ke processus L4. Nervus spinalis keluar dari

medulla spinalis di dekat diskus intervertebralis. Diskus intervertebralis memiliki

konsistensi seperti jelly yang berisi annulus fibrosis dan nucleus pulposus. Nucleus

pulposus terdapat di bagian tengah dari lempengan diskus yang terdiri atas bahan

berbentuk gelatin. Annulus fibrosis merupakan bagian luar dan terkuat dari lempengan

diskus serta memiliki fungsi untuk pencegahan terjadinya hernia pada diskus

intervertebralis.

Pada prosesus spinosus dan transversum melekat otot-otot yang turut menunjang 7

Page 8: Makalah Kel. 10

dan melindungi kolum vertebra. Seluruh bangunan kolom vertebra dan sekitarnya

mendapat inervasi dari cabang-cabang saraf spinal yang sebagian besar keluar dari

ruangan kanalis vertebra melalui foramen intervertebra dan sebagian dari ramus

meningeal yang menginervasi duramater.

Nukleus Pulposus tidak mempunyai inervasi sensibel biar pun berbatasan langsung

dengan ligamen longitudinal yang mengandung serabut–serabut sensibel.

Bagian lumbal merupakan bagian tulang punggung yang mempunyai kebebasan

gerak yang terbesar. Tarikan tekanan dan torsi yang dialami pada gerakan-gerakan

antara bagian toraks dan panggul menyebabkan daerah ini dapat mengalami cedera

lebih besar daripada daerah lain, biarpun tulang-tulang vertebra dan ligamen di daerah

pinggang relatif lebih kokoh.

Otot punggung dapat dibagi dalam tiga kelompok utama:

1. Otot superfisial

Otot ini merupakan bagian lengan atas dan terdiri M. trapezius, Latissimus

8

Page 9: Makalah Kel. 10

dorsi, Levator scapulae, dan Rhomboideus minor dan major.

2. Otot intermedia

Otot ini berhubungan dengan respirasi, terdiri atas M. serratus posterior

superior, Serratus posterior inferior, dan Levatores costarum.

3. Otot profunda (Postvertebralis)

1. Otot superfisialis yang berjalan vertikal

a. M. erector spinae

b. M. iliocostalis

c. M. longissimus

d. M. spinalis

2. Otot intemedial yang berjalan serong

a. M. transversospinalis

b. M. semispinalis

c. Mm. multifidi

d. Mm. motatores

3. Otot profunda

a. Mm.iInterspinales

b. Mm. intertransversari

Pada punggung terdapat banyak otot yang menghubungkan bagian punggung ke

arah ekstremitas maupun yang terdapat pada bagian punggung itu sendiri.

Otot pada punggung memiliki fungsi sebagai pelindung dari columna spinalis,

pelvis, dan ekstremitas. Otot punggung yang mengalami luka, mungkin dapat

menyebabkan terjadinya Low Back Pain.

9

Page 10: Makalah Kel. 10

10

Page 11: Makalah Kel. 10

GEJALA KLINIS

Manifestasinya macam-macam. Bila degenerasi terjadi pada sendi antar ruas-ruas

tulang belakang, maka dapat terjadi penipisan sendi dan ruas tulang merapat satu sama

lain, sehingga tinggi badan bisa berkurang.

Selain itu juga jaringan yang terdapat di dalam sendi antar ruas tersebut bisa

menonjol ke luar yang disebut hernia discus. Bila terjadi seperti ini maka penderita

spondylosis akan merasa nyeri di punggungnya akibat penekanan struktur tersebut ke

jaringan sekitarnya.

Selain itu hernia discus juga dapat menekan ke dalam sumsum tulang belakang

sehingga menimbulkan gangguan saraf baik motorik, sensorik, maupun otonom

sehingga bisa saja bermanifestasi menjadi kelumpuhan, gangguan sensori seperti

kesemutan dan mati rasa, dan gangguan otonom seperti gangguan berkeringat,

gangguan buang air besar maupun juga ketika pasien buang air kecil sekalipun.

Bukan hanya itu saja, proses degenerasi bisa menimbulkan penipisan rawan sendi

dan penonjolan tulang yang disebut osteophyte atau awam biasa menyebutnya

pengapuran. Akibatnya otot dan jaringan penunjang sekitarnya dapat teriritasi oleh

tonjolan tulang tersebut dan penderita akan merasakan nyeri dan kaku.

Gejala klinis LBP berbeda-beda sesuai dengan etiologinya masing-masing seperti

beberapa contoh dibawah ini :

1. LBP akibat sikap yang salah

- Sering dikeluhkan sebagai rasa pegal yang panas pada pinggang, kaku dan

tidak enak namun lokasi tidak jelas

- Pemeriksaan fisik menunjukkan otot-otot paraspinal agak spastik di daerah

lumbal, namun motalitas tulang belakang bagian lumbal masih sempurna,

walaupun hiperfleksi dan hiperekstensi dapat menimbulkan perasaan tidak

enak

- Lordosis yang menonjol

- Tidak ditemukan gangguan sensibilitas, motorik, dan refleks pada tendon

- Foto rontgen lumbosakral tidak memperlihatkan kelainan yang relevan

11

Page 12: Makalah Kel. 10

2. Pada Herniasi Diskus Lumbal

- Nyeri punggung yang onsetnya perlahan-lahan, bersifat tumpul atau terasa

tidak enak, sering intermiten, wala kadang onsetnya mendadak dan berat

- Diperhebat oleh aktivitas atau pengerahan tenaga serta mengedan, batuk atau

bersin

- Menghilang bila berbaring pada sisi yang tidak terkena dengan tungkai yang

sakit difleksikan

- Sering terdapat spasme refleks otot-otot paravertebrata yang menyebabkan

nyeri sehingga membuat pasien tidak dapat berdiri tegak secara penuh

- Setelah periode tertentu timbul skiatika atau iskialgia

3. LBP pada Spondilosis

- Kompresi radiks sulit dibedakan dengan yang disebabkan oleh protrusi diskus,

walaupun nyeri biasanya kurang menonjol pada spondilisis

- Dapat muncul distesia tanpa nyeri pada daerah distribusi radiks yang terkena

- Dapat disertai kelumpuhan otot dan gangguan refleks

- Terjadi pembentukan osteofit pada bagian sentral dari korpus vertebra yang

menekan medula spinalis

- Kauda ekuina dapat terkena kompresi pada daerah lumbal bila terdapat stenosis

kanal lumbal

4. LBP pada Spondilitis Tuberkulosis

- Terdapat gejala klasik tuberkulosis seperti penurunan berat badan, keringat

malam, demam subfebris, kakeksia. Gejala ini sering tidak menonjol

- Pada lokasi infeksi sering ditemukan nyeri vertebra/lokal dan menghilang bila

istirahat

- Gejala dan tanda kompresi radiks atau medula spinalis terjadi pada 20% kasus

(akibat abses dingin)

- Onset penyakit dapat gradual atau mendadak (akibat kolaps vertebra dan

kifosis)

- Diawali nyeri radikular yang mengelilingi dada atau perut, diikuti paraparesis

yang lambat laun makin memberat, spastisitas, klonus, hiperrefleksia dan

refleks Babinsky bilateral. Dapat ditemukan deformitas dan nyeri ketok tulang

vertebra

12

Page 13: Makalah Kel. 10

- Penekanan mulai dari bagian anterior sehingga gejala klinis yang muncul

terutama gangguan motorik

5. LPB pada Spondilitis Ankilopoetika

- Biasanya dirasakan pada usia 20 tahun

- Tidak hilang dengan istirahat dan tidak diperberat oleh gerakan

- Pemeriksaan fisik menunjukkan pembatasan gerakan di sendi sakrolumbal

dan seluruh tulang belakang lumbal

- Laju endap darah meninggi

- Terjadi osifikasi ligamenta interspino

PENYEBAB / PATOFISIOLOGI

13

Page 14: Makalah Kel. 10

Nyeri punggung bawah sering dijumpai. Penyebab yang utama untuk nyeri

punggung bawah adalah suatu ketegangan otot atau kelainan struktur lembut

(misalnya ikatan sendi dan tendon) yang dihubungkan dengan tulang belakang

(vertebra). Kadang-kadang penyebabnya adalah bantalan antartulang (diskus

intervertebra) yang tegang, dan menonjol keluar (herniasi) dan menekan saraf yang

terdekat (seperti penyakit pegal pada pinggang).

Nyeri yang dirasakan biasanya bervariasi dari orang ke orang, tetapi kita juga

boleh mendapatkan teori berbeda tergantung kepada siapa kita bertanya. Untuk

penderita yang lemah secara ekonomi, hal tersebut bisa jadi membuatnya merasa

kacau dan cemas.

Beberapa faktor dapat yang menyebabkan nyeri punggung bawah:

1. Trauma dan Gangguan Mekanik

Trauma dan gangguan mekanis merupakan penyabab utama nyeri punggung

bawah. Pada orang–orang yang tidak biasa melakukan pekerjaan otot atau sudah

lama tidak melakukan kegiatan ini dapat menderita nyeri punggung bawah yang

akut.

Gangguan mekanis yang dapat menyebabkan LBP:

a. Apophyseal Osteoarthritis

b. Difus Idiopatik Skeletal Hyperostosis

c. Cakram spinal yang berdegeneratif

d. Kyphosis Scheuemann’s

e. Herniasi Cakram Spinal atau Hernia Nukleus Pulposus

f. Spinal Stenosis

g. Spondylolistesis dan kelainan kongenital abnormal yang lain

h. Retak (fraktur)

i. Kelainan otot yang tidak spesifik atau ligamen yang menegang atau keseleo

j. Perbedaan panjangnya kaki

k. Gerakan pinggul yang terbatas

l. Tulang Pelvis yang tidak sebaris

2. Radang (Inflamasi)

14

Page 15: Makalah Kel. 10

Radang sebagai penyebab kelainan kolumna vertebra pada masyarakat dengan

keadaan higiene yang masih kurang masih banyak ditemukan. Di antaranya yang

banyak dijumpai adalah radang tuberkulosis, yang menyebabkan penyakit Pott.

Radang yang dapat menyebabkan LBP:

a. Seronegatif Spondylarthritides (Ankylosing spondylitis)

b. Arthritis Rheumatoid

c. Infeksi

3. Neoplasma

Jika pada seseorang ditemukan nyeri punggung bawah yang dirasakan lebih

sakit pada waktu berbaring atau pada waktu malam hari harus dipikirkan

kemungkinan penyebabnya adalah tumor. Tumor bisa jinak atau ganas. Pada

tumor jaringan saraf nyeri punggung sering disertai gangguan – gangguan

neurologis lain.

Beberapa tumor penyebab LBP:

a. Tumor tulang (primer atau metastase)

b. Tumor Spinal Intradural

c. Neurinoma

d. Meningeoma

4. Gangguan Metabolik

Osteoporosis akibat gangguan metabolik yang merupakan penyebab banyak

keluhan nyeri punggung dapat disebabkan oleh kekurangan protein atau oleh

gangguan hormonal (menopause, penyakit Cushing).

Gangguan metabolik penyebab LBP:

a. Retak Osteoporosis

b. Osteomalasia

c. Ochronosis

d. Chondrocalcinosis

e. Penyakit Paget’s

5. Nyeri yang dialihkan (Reffered Pain)

a. Penyakit pelvik atau abdominal

b. Postur atau perawakan

c. Tension Myositis Syndrome

15

Page 16: Makalah Kel. 10

d. Depresi atau kelainan psikogen

6. Kelainan pada alat-alat visera dan retroperitonium

a. Alat-alat reproduksi

i. Wanita: tumor dan infeksi, endometriosis, dismenore

ii. Pria: prostatitis, karsinoma prostat

b. Alat-alat dalam lain

i. Penyakit-penyakit ginjal dan ureter

ii. Gangguan pembuluh nadi besar : aneurisma aorta, trombosis bifurkasio

aorta dan arteria iliaka komunis.

7. Kelainan Kongenital

Kelainan kongenital tidak merupakan penyebab nyeri pinggang bawah yang

penting. Kelainan kongenital yang dapat menyebabkan nyeri pinggang bawah

adalah :

a) SPONDILOLISIS DAN SPONDILOLISTESIS

SPONDILOLISIS

Pada Spondilolisis tampak bahwa sewaktu pembentukan korpus vertebrae

itu ( in utero ) arkus vertebrae tidak bertemu dengan korpus vertebraenya

sendiri.

Pada spondilolistesis korpus vertebrae itu sendiri ( biasanya L5 ) tergeser

ke depan.

Walaupun kejadian ini terjadi sewaktu bayi itu masih berada dalam

kandungan, namun ( oleh karena timbulnya kelinan-kelainan degeneratif )

sesudah berumur 35 tahun, barulah timbul keluhan nyeri pinggang. Nyeri

pinggang ini berkurang / hilang bila penderita duduk atau tidur. Dan akan

bertambah, bila penderita itu berdiri atau berjalan.

Spondilolitesis dapat mengakibatkan tertekuknya radiks L5 sehingga

timbul nyeri radikuler.

16

Page 17: Makalah Kel. 10

SPONDILOLISTHESIS

Dalam istilah sederhana, spondylolisthesis menggambarkan suatu

pergeraseran vertebra atau kolumna vertebralis yang berhubungan dengan

vertebra di bawahnya. Pertama sekali diperkenalkan pada tahun 1782 oleh ahli

Belgia, Dr. Herbinaux. Dia melaporkan terdapatnya penonjolan bagian

17

Page 18: Makalah Kel. 10

anterior tulang sakrum yang menyebabkan hambatan jalan lahir. Pergerseran

tersebut sering terjadi pada vertebra lumbal 2,3,5,10.

Spondylolisthesis menunjukkan suatu pergeseran kedepan satu korpus

vertebra bila dibandingkan dengan vertebra yang terletak dibawahnya.

Umumnya terjadi pada pertemuan lumbosacral (lumbosacral joints) dimana L5

bergeser (slip) diatas S1, akan tetapi hal tersebut dapat terjadi pada tingkatan

yang lebih tinggi. Spondylolisthesis pada cervical sangat jarang terjadi.

Umumnya diklasifikasikan ke dalam lima bentuk: kongenital atau displastik,

isthmus, degeneratif, traumatik, dan patologis.

Banyak kasus dapat diterapi secara konservatif. Meskipun demikian, pada

individu dengan radikulopati, klaudikasio neurogenik, abnormalitas postural

dan cara berjalan yang tidak berhasil dengan penanganan non-operatif, dan

terdapatnya pergeseran yang progresif, pembedahan dianjurkan. Tujuan

pembedahan adalah untuk menstabilkan segmen spinal dan menekan elemen

saraf jika dibutuhkan.

Prevalensi spondylolisthesis sekitar 5% pada umur 5-7 tahun dan

meningkat sampai 6-7% pada umur 18 tahun. Prevalensi antara pria dan

wanita adalah 2:1. Prevalensi spondylolisthesis lebih banyak pada orang

berkulit putih dibandingkan dengan orang yang berkulit hitam. Prevalensi

pada pria berkulit putih sekitar 6,4%, pria berkulit hitam 2,8%, wanita berkulit

putih 2,3%, dan wanita berkulit hitam sekitar 1,1%.

Etiologi spondylolisthesis adalah multifaktorial. Predisposisi kongenital

tampak pada spondylolisthesis tipe 1 dan tipe 2. Postur, gravitasi, tekanan

rotasional dan stres/tekanan kosentrasi tinggi pada sumbu tubuh berperan

penting dalam terjadinya pergeseran tersebut.

Sekitar 5-6% pria dan 2-3% wanita mengalami spondylolisthesis. Pertama

sekali tampak pada individu yang terlibat aktif dengan aktivitas fisik yang

berat seperti angkat besi, senam dan sepak bola. Pria lebih sering

menunjukkan gejala dibandingkan dengan wanita, terutama diakibatkan oleh

tingginya aktivitas fisik pada pria.

Meskipun beberapa anak-anak dibawah usia 5 tahun dapat mengalami

spondylolisthesis, sangat jarang anak-anak tersebut didiagnosis dengan

spondylolisthesis. Spondylolisthesis sering terjadi pada anak usia 7-10 tahun.

Peningkatan aktivitas fisik pada masa remaja dan dewasa sepanjang aktivitas

18

Page 19: Makalah Kel. 10

sehari-hari mengakibatkan spondylolisthesis sering dijumpai pada remaja dan

dewasa.2,7

Spondylolisthesis dikelompokkan ke dalam lima tipe utama dimana

masing-masing mempunyai patologi yang berbeda. Tipe tersebut antara lain

tipe displastik, isthmik, degeneratif, traumatik, dan patologik.

Spondylolisthesis displatik merupakan kelainan kongenital yang terjadi karena

malformasi lumbosacral joints dengan permukaan persendian yang kecil dan

inkompeten.

Spondylolisthesis displastik sangat jarang, akan tetapi cenderung

berkembang secara progresif, dan sering berhubungan dengan defisit

neurologis berat. Sangat sulit diterapi karena bagian elemen posterior dan

prosesus transversus cenderung berkembang kurang baik, meninggalkan area

permukaan kecil untuk fusi pada bagian posterolateral.2,3,5

Spondylolisthesis displatik terjadi akibat defek arkus neural pada sacrum

bagian atas atau L5. Pada tipe ini, 95% kasus berhubungan dengan spina bifida

occulta. Terjadi kompresi serabut saraf pada foramen S1, meskipun

pergeserannya (slip) minimal. Spondylolisthesis isthmic merupakan bentuk

spondylolisthesis yang paling sering. Spondylolisthesis isthmic (juga disebut

dengan spondylolisthesis spondilolitik) merupakan kondisi yang paling sering

dijumpai dengan angka prevalensi 5-7%. Fredericson dkk menunjukkan

bahwa defek sponsilolistesis biasanya didapatkan pada usia 6 dan 16 tahun,

dan pergeseran tersebut sering terjadi lebih cepat. Ketika pergeseran terjadi,

jarang berkembang progresif, meskipun suatu penelitian tidak mendapatkan

hubungan antara progresifitas pergeseran dengan terjadinya gangguan diskus

intervertebralis pada usia pertengahan.

19

Page 20: Makalah Kel. 10

Gambaran klinis spondylolisthesis sangat bervariasi dan bergantung pada

tipe pergeseran dan usia pasien. Selama masa awal kehidupan, gambaran

klinisnya berupa nyeri punggung yang biasanya menyebar ke paha bagian

dalam dan bokong, terutama selama aktivitas tinggi. Gejala jarang

berhubungan dengan derajat pergeseran (slippage), meskipun sangat berkaitan

dengan instabilitas segmental yang terjadi.

Tanda neurologis berhubungan dengan derajat pergeseran dan mengenai

sistem sensoris, motorik dan perubahan refleks akibat dari pergeseran serabut

saraf (biasanya S1).

Progresifitas listesis pada individu dewasa muda biasanya terjadi bilateral

dan berhubungan dengan gambaran klinis / fisik berupa:

- Terbatasnya pergerakan tulang belakang

- Kekakuan otot hamstring

- Tidak dapat mengfleksikan panggul dengan lutut yang berekstensi penuh

- Hiperlordosis lumbal dan thorakolumbal

- Hiperkifosis lumbosacral junction

- Pemendekan badan jika terjadi pergeseran komplit (spondiloptosis)

- Kesulitan berjalan

Gambaran klinis Isthmic spondylolisthesis, antara lain:

- Kebanyakan penderita spondylolisthesis tidak merasakan gejala apapun

- Sering terjadi pada remaja dalam masa pertumbuhan

- Beberapa laporan mengatakan terjadi nyeri punggung saat beraktivitas

(onset akut) dan yang lainnya tidak tampak gejalanya

- Rasa nyeri dapat menjalar ke bokong/paha

Nyeri tersebut lebih sering terjadi pada spondylolisthesis dengan grade

yang tinggi. Pada kebanyakan kasus jarang dijumpai deficit neurologic pada

20

Page 21: Makalah Kel. 10

spondylolisthesis grade rendah. Nyeri radikular dapat dijumpai pada

spondylolisthesis grade tinggi. Biasanya berhubungan dengan nyeri yang

menyebar di bawah lutut berupa rasa baal dan tingling sesuai dengan distribusi

dermatom yang tampak sebagai gejala radikulopati karena stenosis foramen

vertebralis yang terjadi akibat spondylolisthesis dan herniasi diskus.

Karena lisis yang terjadi terbentuk fibrokartilago yang menyebabkan

terjepitnya serabut saraf.

- Spondylolisthesis grade tinggi menimbulkan klaudikasio neurogenik atau

gejala akibat terjepitnya kauda equina

- Rasa nyeri diprovokasi oleh aktivitas seperti aktivitas yang mengakibatkan

ekstensi tulang belakang

- Pasien spondylolisthesis akut sebaiknya tidak melakukan aktivitas

yangmemberikan tekanan berlebihan pada tulang belakang (seperti berlari,

melompat)

- Posisi duduk dapat mentoleransi rasa nyeri tersebut

Pemeriksaan Penunjang : MRI

Terapi :

a. Terapi konservatif

- Modifikasi aktivitas, bed rest

- NSAID

- Latihan dan penguatan, peregangan otot

- Bracing

b. Terapi pembedahan

Indikasi intervensi bedah (fusi) pada pasien dewasa adalah:

- Tanda neurologis radikulopati (yang tidak berespon dengan terapi

konsrvatif)

- Klaudikasio neurogenik

- Pergeseran berat (high grade slip>50%)

- Pergeseran tipe I dan Tipe II, dengan bukti adanya instabilitas,

progresifitas listesis, dan kurang berespon dengan terapi

konservatif

- Spondylolisthesis traumatik

21

Page 22: Makalah Kel. 10

- Spondylolisthesis iatrogenik

- Listesis tipe III (degeneratif) dengan instabilitas berat dan nyeri

hebat

- Deformitas postural dan abnormalitas gaya berjalan (gait

abnormality)

Yang termasuk terapi pembedahan :

- fusi

- reduksi

- dekompresi

- fiksasi

b) SPINA BIFIDA

Bila di daerah lumbosakral terdapat suatu tumor kecil yang ditutupi oleh

kulit yang berbulu, maka hendaknya kita waspada bahwa di daerah itu ada

tersembunyi suatu spina bifida okulta.

Pada foto rontgen tampak bahwa terdapat suatu hiaat pada arkus spinosus

di daerah lumbal atau sakral. Karena adanya defek tersebut maka pada tempat

itu tidak terbentuk suatu ligamentum interspinosum.

Keadaan ini akan menimbulkan suatu “lumbo-sakral sarain” yang oleh si

penderita dirasakan sebagai nyeri pinggang.

22

Page 23: Makalah Kel. 10

c) STENOSIS KANALIS VERTEBRALIS

Diagnosis penyakit ini ditegakkan secara radiologis. Walaupun penyakit

telah ada sejak lahir, namun gejala-gejalanya baru tampak setelah penderita

berumur 35 tahun.

Gejala yang tampak adalah timbulnya nyeri radikuler bila si penderita

jalan dengan sikap tegak. Nyeri hilang begitu penderita berhenti jalan atau bila

ia duduk. Untuk menghilangkan rasa nyerinya maka penderita lantas jalan

sambil membungkuk.

23

Page 24: Makalah Kel. 10

d) SPONDYLOSIS LUMBAL

Spondylosis adalah sejenis penyakit rematik yang menyerang tulang

belakang (spine osteoarthritis) yang disebabkan oleh proses degenerasi

sehingga mengganggu fungsi dan struktur tulang belakang. Spondylosis dapat

terjadi pada level leher (cervical), punggung tengah (thoracal), maupun

punggung bawah (lumbal). Proses degenerasi dapat menyerang sendi antar

ruas tulang belakang, tulang dan juga penyokongnya (ligament).

PEMERIKSAAN

Apabila menemukan gejala tersebut dokter biasanya menanyakan keluhan

dan melakukan pemeriksaan fisik seperti nyeri tekan dan jangkauan gerak.

Setelah itu apabila dianggap perlu, dokter akan menyarankan penderita

melakukan berbagai pemeriksaan misalnya X-ray, CT-scan atau MRI.

 

24

Page 25: Makalah Kel. 10

TERAPI

Penanganan bervariasi tergantung penilaian dokter akan kondisi dan gejala

pasiennya. Secara umum ada penanganan bedah dan non-bedah. Penanganan

bedah baru disarankan apabila penderita menampilkan gejala gangguan

neurologis yang mengganggu kualitas hidup penderita. Selain itu dokter juga

memperhatikan riwayat kesehatan umum pasien dalam menyarankan tindakan

bedah. Apabila tidak perlu, maka dokter akan menyarankan penanganan non

bedah yang meliputi pemberian obat antiradang (NSAID), analgesik, dan obat

pelemas otot. Selain itu apabila perlu dokter dapat menganjurkan pemasangan

alat bantu seperti cervical collar yang tujuannya untuk meregangkan dan

menstabilkan posisi. Fisioterapi berupa pemberian panas dan stimulasi listrik

juga dapat membantu melemaskan otot. Dan yang tak kalah pentingnya adalah

exercise. Dengan exercise maka otot-otot yang lemah dapat diperkuat, lebih

lentur dan memperluas jangkauan gerak.

PENYEBAB

Tidak ada yang tahu persis apa yang menyebabkan pada seseorang terjadi

proses degenerasi pada sendi tersebut sedangkan orang lain tidak. Tapi ada

beberapa faktor resiko yang dapat memperberat atau mencetuskan penyakit

ini. Faktor usia dan jenis kelamin salah satunya, semakin tua semakin banyak

penderita spondylosis. Dari temuan radiografik (Holt, 1966) kejadiannya 13%

pada pria usia 30-an, dan 100% pada pria usia 70-an. Sedangkan pada wanita

umur 40-an 5% dan umur 70-an 96%. Faktor lain yang turut meningkatkan

kejadian spondylosis adalah faktor trauma, ’wear and tear’ alias pengausan,

dan genetik. Perlu diingat bahwa tulang punggung adalah penahan berat, jadi

tentunya berhubungan dengan pekerjaan dan obesitas. Misalnya orang yang

mempunyai pekerjaan sering mengangkat beban berat maka kecenderungan

terkena spondylosis lebih tinggi, dan orang yang gemuk dengan sendirinya

juga memberi beban lebih pada sendi di ruas tulang punggung sehingga

25

Page 26: Makalah Kel. 10

meningkatkan kemungkinan terkena spondylosis. Merokok juga dilaporkan

merupakan faktor resiko penyakit ini.

PENCEGAHAN

Mengingat beratnya gejala penyakit ini dan kita tidak pernah tahu seberapa

cepat proses degenerasi terjadi pada tulang punggung kita, maka ada beberapa

hal yang dapat kita lakukan dari sekarang untuk mengurangi resiko terjadinya

spondylosis. Data ini diambil dari website Mayo Clinic.

1. Hindari aktivitas dengan benturan tinggi (high impact), misalnya berlari.

Pilih jenis olah raga yang lebih lembut dan mengandalkan peregangan dan

kelenturan.

2. Lakukan exercise leher dan punggung yang dapat meningkatkan kekuatan

otot, kelenturan, dan jangkauan gerak.

3. Jangan melakukan aktivitas dalam posisi yang sama dalam jangka waktu

lama. Beristirahatlah sering-sering. Misalnya waktu menonton TV, bekerja

di depan komputer, ataupun mengemudi.

4. Pertahankan postur yang baik. Duduklah yang tegak. Jangan bertumpu

pada satu kaki bila berdiri. Jangan membungkuk bila hendak mengangkat

barang berat lebih baik tekuk tungkai dan tetap tegak.

5. Lindungi diri dengan sabuk pengaman saat berkendara. Hal ini membantu

mencegah terjadinya cedera bila ada trauma.

6. Berhenti merokok. Merokok dapat meningkatkan resiko terjadinya

spondylosis.

e) SPONDYLITIS

Suatu bentuk degeneratif sendi yang mengenai tulang belakang. Ini

merupakan penyakit sistemik yang etiologinya tidak diketahui, terutama

mengenai orang muda dan menyebabkan rasa nyeri dan kekakuan sebagai

akibat peradangan sendi-sendi dengan osifikasi dan ankilosing sendi tulang

belakang.

26

Page 27: Makalah Kel. 10

f. SPONDYLOARTHROSIS

Degenerasi yang terjadi pada sambungan ruas tulang belakang.

FAKTOR RESIKO TERKENA LOW BACK PAIN

1. Para pekerja yang terlalu lama duduk atau berdiri

2. Orang yang tidak pernah melakukan olahraga fisik secara teratur

3. Orang yang bekerja dengan menggunakan punggung secara berlebihan sehingga

punggung banyak mengalami penekanan atau getaran

4. Orang yang sering mengangkat beban yang berat

5. Usia lanjut

6. Jenis Kelamin : pria > wanita

Low Back Pain terjadi pada daerah antara daerah pinggang, yaitu pada daerah

sacral, pelvis, dan lumbal. Selain itu, nyeri juga dapat menjalar sampai pada

ekstremitas bagian bawah yaitu pada kaki bagian belakang dan samping luar.

27

Page 28: Makalah Kel. 10

PEMERIKSAAN

A. Anamnesa

Urutan pencatatan anamesa dalam pembuatannya adalah:

Keluhan Pasien :

- Lokasi rasa nyeri (terlokalisir pada satu daerah atau menjalar ke tempat yang

lain)

- Lama dan awal mula terjadinya rasa nyeri (mendadak / lambat laun)

- Waktu terjadinya rasa nyeri (pagi hari saat bangun tidur / malam hari sewaktu

tidur)

- Rasa nyeri itu sendiri (terasa tajam dengan lokasi yang jelas atau nyeri yang

tidak tajam dan difus)

- Faktor-faktor lain yang dapat mengurangi nyeri (dipijat, diberi balsam)

- Trauma atau faktor pencetus lain (penyakit) yang menyertai

- Faktor-faktor lain yang membuat nyeri bertambah hebat

28

Page 29: Makalah Kel. 10

B. Inspeksi

Sebelum melakukan pemeriksaan lebih lanjut, observasi dulu pasien ketika

mereka masuk kamar periksa dokter.

- Perhatikan cara jalannya ( membungkuk, bahu terangkat, skoliosis)

- Perhatikan ketika pasien berdiri dan duduk

- Suruh pasien untuk membuka baju dan menunjukkan daerah yang terasa nyeri

(dengan melakukan hal ini, dokter dapat menentukan tingkat keparahan

penyakit dan pasien dapat memperlihatkan anggota tubuh mana saja yang

tidak mampu bergerak)

C. Palpasi

Pada palpasi, dokter dapat mengevaluasi sebereapa jauh peregangan yang

dapat dilakukan pasien, refleks dan rasa nyeri yang dirasakan oleh pasien. Dokter

biasanya menyuruh pasien untuk menggerakan pinggang supaya dapat diketahui

seberapa banyak gerak yang masih dapat dilakukan oleh pasien. Untuk problem

lain yang tidak berhubungan dengan spinal tapi dapat menyebabkan nyeri

pinggang, seperti ketidaklancaran sirkulasi darah, beritahukan kepada dokter

gerakan dan posisi apa saja yang dapay menyebabkan rasa nyeri.

1. Pemeriksaan Fungsi Motorik

Pemeriksaan yang dilakukan meliputi:

a. Berjalan dengan menggunakan tumit

b. Berjalan dengan menggunakan jari atau berjinjit

c. Jongkok dan gerakan bertahan (seperti mendorong tembok)

2. Pemeriksaan Fungsi Sensorik

a. Nyeri dalam otot

b. Rasa gerak

3. Refleks

Refleks yang harus di periksa adalah refleks di daerah Achilles dan Patella,

respon dari pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mengetahui lokasi

terjadinya lesi pada saraf spinal.

29

Page 30: Makalah Kel. 10

Respon refleks yang negatif dari patela mengindikasikan adanya iritasi

atau tekanan pada saraf di daerah L2 – L4. Sedangkan jika respon refleks dari

Achilles negatif mengindikasikan adanya tekanan atau iritasi pada saraf di

daerah S1 dengan kemungkinan adanya penonjolan diskus intervertebralis di

daerah L5 – S1.

Namun apabila terjadi hiperrefleks dari tendon, terlebih jika tidak teratur,

harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut terhadap sistem saraf pusat.

PEMERIKSAAN KHUSUS

a. Test Lasegue

Pada tes ini, pertama telapak kaki pasien (dalam posisi 0°) didorong ke arah

muka kemudian setelah itu tungkai pasien diangkat sejauh 40° dan sejauh 90°.

30

Page 31: Makalah Kel. 10

b. Test Patrick

Tes ini dilakukan untuk mendeteksi kelainan di pinggang dan atau pada sendi

sakroiliaka. Tindakan yang dilakukan adalah fleksi, abduksi, rotasi, dan ekstensi.

c. Test Kebalikan Patrick

Dilakukan gerakan gabungan antara fleksi, adduksi, endo-rotasi dan ekstensi

meregangkan sendi sakroiliaka. Apabila tes ini positif menunjukkan sumber nyeri

di sakroiliaka.

31

Page 32: Makalah Kel. 10

d. Test Naffziger

Dapat dilakukan pada waktu penderita berbaring atau berdiri dengan

penekanan sejenak pada vena jugularis interna di kedua belah sisi sampai

menimbulkan rasa nyeri yang bersifat iskhialgia.

e. Test Rectal Toucher

Pemeriksaan dengan rectal toucher dapat dilakukan apabila diperlukan.

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menyelidiki proses patologi di daerah antara

rectum dan sacrum. Jangan lupa juga untuk melakukan palpasi pada otot di daerah

pelvis.

32

Page 33: Makalah Kel. 10

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium

1. Darah

33

Page 34: Makalah Kel. 10

Pemeriksaan darah dilakukan untuk mengetahui faktor penyebab lain dari Low

Back Pain. Pemeriksaan yang dilakukan diharapkan dapat menunjang diagnosis

dan terapi pengobatan terhadap pasien sesuai dengan penyakitnya. Pemeriksaan

yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan Laju Endap Darah (LED).

2. Urine

Pemeriksaan urine juga dilakukan untuk menunjang diagnosis dan terapi

pengobatan sesuai dengan penyakitnya.

Pemeriksaan yang sebaiknya dilakukan adalah :

a) Alkali fosfatase

b) Acid fosfatase (pada pria)

c) Serum kalsium

d) Serum fosfat

e) Serum elektroforase

f) Urine : zat telur BENCE-JONES

g) Spuntum : pemeriksaan basil TBC

3. Liquor

Pemeriksaan ini dilakukan apabila terdapat indikasi penyakit yang menyerang

tulang, seperti kanker tulang. Pemeriksaan dilakukan dengan pengambilan cairan

spinal.

FOTO

1. Bone Scan

Bone scan jarang diperlukan sebagai evaluasi nyeri pinggang bawah akut.

Bone scan sangat menolong dalam keadaan dimana dicurigai terdapat tumor,

infeksi, radang, atau retak. Bone scan terbatas oleh resolusi mengenai ruang

anatomi yang secara relatif lemah terhadap tulang belakang. Suatu temuan bone

scan biasanya diikuti konfirmasi yang imaging seperti MRI atau CT Scan, yang

menyediakan detail anatomi lebih besar mengenai tulang belakang.

34

Page 35: Makalah Kel. 10

2. X-Ray

X-Ray adalah gambar radiologi yang mengevaluasi tulang, sendi, dan luka

degeneratif pada spinal. Gambaran X-ray dapat membantu diagnosa penyebab dan

lokasi sakit punggung.X-Ray digunakan untuk menentukan ruas tulang punggung

yang mengalami cederas. Serta dapat pula untuk menunjukan struktur tulang atau

vertebral yang mengalami retak. Sedangkan jaringan ikat dan otot yang terluka

atau dalam kondisi sakit atau bengkak tidaklah dapat di terlihat dengan

menggunakan X-Ray. X-Ray adalah cara pemeriksaan secara noninvasive, dengan

prosedur tanpa rasa sakit.

Sekarang X-Ray sudah jarang dilakukan sebab sudah banyak peralatan lain

yang dapat meminimalisir waktu penyinaran. X-ray merupakan tes yang

sederhana, dan sangat membantu untuk menunjukkan keabnormalan pada tulang.

Seringkali X-ray merupakan penunjang diagnosis pertama untuk mengevaluasi

nyeri punggung, dan biasanya dilakukan sebelum melakukan tes penunjang

lainnya seperti MRI atau CT scan.

35

Page 36: Makalah Kel. 10

Beberapa Pemeriksaan Penunjang Lainnya:

1. Myelografi

Myelogram adalah pemeriksaan X-ray pada spinal cord dan canalis spinalis.

Myelografi merupakan tindakan invasif, yaitu cairan yang berwarna medium

disuntikkan ke canalis spinalis, sehingga struktur bagian dalamnya dapat terlihat

pada layar fluoroscopic dan gambar x-ray. Myelogram digunakan untuk diagnosa

pada penyakit yang berhubungan diskus intervertebralis, tumor spinalis atau untuk

abses spinal.

2. MRI Scan (Magnetic Resonance Imaging) dan CT / CAT Scan

MRI telah menunjukan kepekaan sempurna dalam hasil diaknosa herniasi

cakram lumbal dan dipertimbaangkan sebagai imaging utama. MRI dapat

mendeteksi kelainan abnormal walaupun asimptomatik. Sehingga MRI menjadi

pilihan utama. Indikasi MRI tulang belakang adalah pasien dengan penyakit saraf

36

Page 37: Makalah Kel. 10

progresif atau cauda equina sindrom dan pasien degan resiko tinggi terkena

penyakit infeksi.

MRI tidak perlu dilakukan pada semua pasien. Hasil dari MRI digunakan

untuk memandu perawatan pasien. MRI mungkin akan sangat menolong

perawatan yang berhubungan dengan pembedahan. Hasil MRI juga sangat

bermanfaat untuk menentukan tingkat penyakit pasien.

CT Scan menyediakan gambaran anatomi superior dari tulang belakang dan

resolusi baik untuk herniasi cakram. Kepekaannya untuk mendeteksi herniasi

cakram ketika digunakan tanpa myelography lebih rendah dari MRI. CT Scan

dengan myelography juga tidak bermanfaat untuk mendeteksi beberapa

penyakit.CT Scan paling baik digunakan ketika dijumpai bentukan fraktur, tetapi

dapat digunakan untuk mendeteksi luka pada cakram yang tidak dapat dideteksi

dengan MRI.

CT atau CAT Scan (Computerized Axial Tomography) merupakan tes yang

tidak berbahaya dan dapat digunakan untuk pemeriksaan pada otak, bahu,

abdomen, pelvis, spinal dan ekstremitas.

37

Page 38: Makalah Kel. 10

MRI Scan dapat menunjukkan gambaran tulang belakang yang lebih jelas

daripada CT Scan. MRI dapat menunjukkan gambaran tulang secara sebagian

sesuai dengan yang dikehendaki. MRI dapat memperlihatkan diskus

intervertebralis, nervus dan jaringan tissue pada punggung.

Selain itu, MRI juga dapat mendeteksi :

a. Hernia, ruptur pada diskus intervertebralis

b. Penyakit degeneratif pada diskus intervertebralis

c. Tumor pada spina atau pada saraf spina

d. Fraktur pada vertebra

e. Lesi pada jaringan tissue (benigna atau maligna)

MRI

38

Page 39: Makalah Kel. 10

Keunggulan dari MRI adalah dokter dapat melihat bagian dalam tubuh tanpa

harus melakukan pembedahan.

3. EMG / NCS (Nerve Conduction Study)

EMG / NCS merupakan tes yang aman dan non-invasif yang digunakan untuk

pemeriksaan saraf pada lengan dan kaki.

EMG / NCS dapat memberikan informasi tentang :

- Adanya kerusakan pada saraf

- Lama terjadinya kerusakan saraf (akut atau kronik)

- Lokasi terjadinya kerusakan saraf (bagian proksimal atau distal)

- Tingkat keparahan dari kerusakan saraf

- Mungkin juga untuk memantau proses penyembuhan dari kerusakan saraf

Hasil dari tes EMG dan MRI dapat digunakan untuk mengevaluasi kondisi

fisik pasien dimana mungkin perlu dilakukan tindakan selanjutnya, yaitu

pembedahan.

39

Page 40: Makalah Kel. 10

PENGOBATAN

Obat

1. Obat-obat analgesik

Obat-obat analgesik umumya dibagi menjadi dua golongan besar :

- Analgetik narkotik

Obat-obat golongan ini terutama bekerja pada susunan saraf digunakan

untuk menghilangkan rasa sakit yang berasal dari organ viseral. Obat

golongan ini hampir tidak digunakan untuk pengobatan LBP karena bahaya

terjadinya adiksi pada penggunaan jangka panjang. Contohnya : Morfin,

heroin, dll.

- Analgetik antipiretik

Sangat bermanfat untuk menghilangkan rasa nyeri mempunyai khasiat anti

piretik, dan beberapa diantaranya juga berkhasiat antiinflamasi.

Kelompok obat-obat ini dibagi menjadi 4 golongan :

a) Golongan salisilat

Merupakan analgesik yang paling tua, selain khasiat analgesik juga

mempunyai khasiat antipiretik, antiinflamasi, dan antitrombotik.

Contohnya : Aspirin

Dosis Aspirin:

Sebagai anlgesik 600 – 900 mg, diberikan 4 x sehari

Sebagai antiinflamasi 750 – 1500 mg, diberikan 4 x sehari

Kontraindikasi:

Penderita tukak lambung

Resiko terjadinya pendarahan

Gangguan faal ginjal

Hipersensitifitas

Efek samping:

Gangguan saluran cerna

Anemia defisiensi besi

Serangan asma bronkial

40

Page 41: Makalah Kel. 10

b) Golongan Paraaminofenol

Paracetamol dianggap sebagai analgesik-antipiretik yang paling aman

untuk menghilangkan rasa nyeri tanpa disertai inflamasi.

Dosis terapi: 600 – 900 mg, diberikan 4 x sehari

c) Golongan pirazolon

Dipiron mempunyai aceptabilitas yang sangat baik oleh penderita,

lebih kuat dari pada paracetamol, dan efek sampingnya sangat jarang.

Dosis terapi: 0,5 – 1 gram, diberikan 3 x sehari

d) Golongan asam organik yang lain

i. Derivat asam fenamat

Yang termasuk golongan ini misalnya asam mefenamt, asam

flufenamat, dan Na - meclofenamat. Golongan obat ini sering

menimbulkan efek samping terutama diare. Dosis asam mefenamat

sehari yaitu 4x500 mg,sedangkan dosis Na-meclofenamat sehari adalah

3-4 kali 100 mg.

ii. Derivat asam propionat

Golongan obat ini merupakan obat anti inflamasi non steroid

(AINS) yang relatif baru, yang juga mempunyai khasiat anal getik

dam anti piretik. Contoh obat golongan ini misalnya ibuprofen,

naproksen, ketoprofen, indoprofen dll.

iii. Derifat asam asetat

Sebagai contoh golonagn obat ini ialah Na Diklofenak. Selain

mempunyai efek anti inflamasi yang kuat, juga mempunyai efek

analgesik dan antipiretik. Dosis terapinya 100-150 mg 1 kali sehari.

iv. Derifat Oksikam

Salah satu contohnya adalah Piroxicam, dosis terapi 20 mg 1 kali

sehari.

2. Golongan Non-Steroidal Anti Iflammatory Drugs (NSAIDS)

Obat NSAIDS merupakan sekelompok obat yang heterogen, akan tetapi

mempunyai banyak persamaan, baik efek terapeutik maupun efek samping. Obat

NSAIDS merupakan kelompok obat yang paling sering di resepkan di seluruh

41

Page 42: Makalah Kel. 10

dunia danmerupakan salah satu obat yang paling sering digunakan dibidang

reumatologi. NSAIDS mempunyai beberapa efek farmakodinamika, yaitu efek

antiinflamasi, antipiretik, antiplatelet, dan analgetik. NSAIDS sering digunakan

sebagai obat lini pertama untuk mengatasi proses inflamasi. Sebagai analgesik,

NSAIDS menghambat nyeri baik di perifer maupun di sentral.

Beberapa obat yang dapat digunakan ialah:

a) Voltadex 50mg

b) Piroxicam 20mg

c) Aspirin

d) Naproxen

e) Ibuprofen

3. Golongan muscle-relaxants dan narkotika juga dapat digunakan, namun hanya

untuk jangka pendek.

4. Pengobatan per injeksi juga biasanya dilakukan yaitu dengan menggunakan

anastesi lokal / dan steroid untuk mengurangi rasa sakit dengan disuntikkan di

daerah yang terasa nyeri, yaitu secara intra muskular atau subcutaneus, atau pada

daerah di sekitar saraf tulang belakang (epidural).

5. Obat-obat lain untuk penyakit yang menyertai Low Back Pain.

FISIOTERAPI

1. Alat

a. Istirahat (Bed rest) selama 3 – 5 hari, kecuali pada scoliosis yang disertai nyeri

radikuler hebat atau diskus hernia setidaknya butuh 5 minggu.

42

Page 43: Makalah Kel. 10

b. Penggunaan penahan pada punggung sangat membantu untuk mengatasi Low

Back Pain, penahan yang biasa digunakan adalah korset yang dapat massage

pada membungkus punggung dan perut.

c. Pemijatan atau neuromuskular (Trigger Point Therapy)

43

Page 44: Makalah Kel. 10

d. Ultrasound

Untuk menghangatkan

e. Nucleoplasty

44

Page 45: Makalah Kel. 10

f. Terapi panas

g. Radiofrequency Lesioning, yaitu dengan menggunakan impuls listrik untuk

merangsang saraf.

45

Page 46: Makalah Kel. 10

h. Traksi punggung

i. Akupuntur

46

Page 47: Makalah Kel. 10

j. Spinal Endoskopi, dengan memasukkan endoskopi pada kanalis spinalis untuk

memindahkan atau menghilangkan jaringan scar.

k. ElektroThermal Disc Decompression

47

Page 48: Makalah Kel. 10

LATIHAN

a. Double knee to chest

b. Pelvic tilt exercise

c. Lying Supine Hamstring Stretch

48

Page 49: Makalah Kel. 10

d. Sitting Leg Stretch

e. Hip and Quadriceps Stretch

49

Page 50: Makalah Kel. 10

OPERASI

Di dalam kasus yang serius, ketika kondisi tidak bereaksi terhadap terapi lain,

operasi bisa membebaskan rasa nyeri yang disebabkan oleh permasalahan pinggang

atau luka muskuloskeletal yang serius. Beberapa prosedur operasi bisa dilakukan di

ruang praktik dokter di bawah pengaruh anestesi lokal, sementara prosedur operasi

lainnya memerlukan opname. Bisa memerlukan waktu berbulan-bulan sebelum pasien

sembuh total., dan pasien bisa saja mengalami kelumpuhan fleksibilitas yang

permanen. Sejak operasi pinggang secara invasif tidak selalu berhasil, seharusnya

operasi dilakukan hanya kepada pasien dengan kelainan neurologik yang progresif

atau kerusakan pada saraf perifer.

1) Discectomi

Adalah salah satu cara yang umum untuk menghilangkan tekanan pada saraf

di tulang. Selama operasi, ahli bedah mengeluarkan bagian kecil dari lamina untuk

menghilangkan obstruksi.

2) Intra Discal Electrothdermal Therapy (IDET)

Ialah penggunaan energi panas untuk terapi nyeri yang dihasilkan dari

pembengkakan sendi atau tulang retak. Suatu jarum khusus dimasukan lewat suatu

cateter ke dalam cakram dan dipanasi dengan temperatur tinggi selama 20 menit.

Panas yang tinggi tersebut akan mengurangi bengkak dan rasa nyeri pada saraf

tulang belakang

50

Page 51: Makalah Kel. 10

3) Nucleoplasty

Menggunakan energi radiofrekuensi untuk mengobati pasien dengan nyeri

pinggang bawah akibat herniasi saraf tulang belakang. Dipandu dengan x-ray,

suatu instrumen seperti tongkat dimasukkan melalui suatu jarum cakram tulang

belakang untuk membuat suatu saluran yang memungkinkan material cakram

tulang belakang dipindahkan. Tongkat tersebut akan memanaskan dan

menyusutkan jaringan, dan menutup dinding cakram tulang belakng. Beberapa

saluran dibuat tergantung pada berapa banyak kebutuhan akan material cakram

yang akan dipindahkan.

51

Page 52: Makalah Kel. 10

4) Radiofrequency Lesioning

Adalah suatu prosedur yang menggunakan impuls listrik untuk menghalangi

konduksi saraf (termasuk konduksi sinyal nyeri) selama 6 sampai 12 bulan.

Menggunakan panduan x-ray, sebuah jarum khusus dimasukkan ke dalam jaringan

saraf di daerah yang terinfeksi. Jaringan di sekitar jarum dipanaskan selama 90-

120 detik, menghasilkan kerusakan pada saraf tersebut.

5) Spinal Fusion

Digunakan untuk menguatkan tulang belakang dan mencegah rasa sakit waktu

bergerak. Cakram tulang belakang di antara dua atau lebih tulang vertebra yang

dipindahkan dan tulang vertebra yang bersebelahan disatukan dengan bone graft

atau bahan metal yang diperkuat dengan sekrup. Spinal fusion bisa menyebabkan

kehilangan fleksibilitas tulang belakang dan memerlukan waktu penyembuhan

yang lama dan membuat bone graft tersebut tumbuh dan menyatukan tulang

vertebra.

52

Page 53: Makalah Kel. 10

6) Spinal Laminectomy

Yang dikenal juga sebagai dekompresi spinal, meliputi pemindahan lamina

(biasanya di kedua sisi) untuk melebarkan saluran spinal dan mengurangi tekanan

pada saraf tulang belakang.

53

Page 54: Makalah Kel. 10

7) Prosedur lain yang berhubungan dengan pembedahan untuk mengurangi rasa sakit

yang kronis meliputi Rhizotomy ( pemotongan akar saraf spinal ), dimana saraf

yang dekat dengan spinal cord dipotong untuk mehilangkan transmisi saraf dan

semua rasa dari area dimana tubuh mengalami nyeri.

8) Cordotomy

Dimana bundle serabut saraf pada satu atau kedua sisi spinal cord dengan

sengaja dipotong untuk menghentikan transmisi sinyal nyeri kepada otak dan

operasi zona untuk memasukkan akar saraf di dorsal (DREZ), dimana transmisi

sinyal nyeri dihilangkan secara operasi.

54

Page 55: Makalah Kel. 10

SARAN dan LARANGAN

Hindari kebiasaan yang kurang benar sewaktu :

1. Berdiri

a. Jangan memakai sepatu dengan tumit terlalu tinggi

b. Jangan berdiri terlalu lama, tanpa diselingi gerakan seperti jongkok atau duduk

2. Berjalan

a. Jangan berjalan secara tergesa-gesa dan membungkuk

b. Jangan membawa beban berat sambil membungkuk

3. Duduk

a. Jangan duduk terlalu lama di tempat duduk yang tidak memenuhi syarat

kesehatan atau tidak ergonomis

55

Page 56: Makalah Kel. 10

b. Jangan menulis sambil membungkuk terlalu lama

4. Tidur

a. Jangan tidur tanpa alas sama sekali (di lantai)

b. Jangan menggunakan alas tidur yang tipis (tikar) dan keras serta yang tidak

mengikuti kontur tulang belakang

c. Tidur memakai bantal guling

56

Page 57: Makalah Kel. 10

SARAN

1) Selalu melakukan pemanasan sebelum melakukan olahraga atau aktivitas fisik

berat lainnya

2) Perhatikan posisi tubuh ketika berdiri dan berjalan agar tidak membungkuk

3) Apabila duduk saat bekerja dalam waktu yang lama sebaiknya duduk di kursi

dengan sandaran yang tinggi sesuai dengan postur tubuh kita. Sering mengganti

posisi duduk dan secara periodik berjalan mengelilingi kantor atau malakukan

peregangan otot ringan dapat mengurangi ketegangan.

4) Hindari sepatu berhak tinggi (high heels)

5) Tidurlah pada kasur yang memiliki permukaan yang keras

6) Janganlah mengangkat barang yang berat-berat. Mintalah bantuan kepada orang

lain untuk membantu mengangkat barang berat.

7) Atur konsumsi makanan dan asupan gizi agar berat badan tidak berlebihan,

terutama di sekitar pinggang yang dapat menimbulkan lemak yang dapat

membebani otot pinggang bawah. Makanan kita harus cukup mengandung zat

kapur, fosfor, dan vitamin D yang dapat membantu pembentukan tulang baru.

57

Page 58: Makalah Kel. 10

DAFTAR PUSTAKA

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi Ketiga. Jakarta: Fakultas Kedokteran

UI. 1996.

Lumbantobing SM, Tjokronegoro A, Junada A. Nyeri Pinggang Bawah. Jakarta:

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1983

Sidharta, Priguna, M.D., Ph.D. Neurologis klinis dalam praktek umum. Jakarta: Dian

Rakyat. 1999.

www.eorthopod.com

www.backpainforum.com

www.hughston.com

www.healthcare.uiowa.edu

www.emedicine.com

www.spineuniverse.com

www.bami.us

www.stringchiropractice.com.au

www.nim.nih.gov

www.chinese_holotic-health_exercise.com

58

Page 59: Makalah Kel. 10

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN......................................................................................................1

DEFINISI...................................................................................................................3

EPIDEMIOLOGI.......................................................................................................5

ANATOMI.................................................................................................................6

GEJALA KLINIS.......................................................................................................11

PEMERIKSAAN.......................................................................................................24

PENGOBATAN.........................................................................................................40

SARAN DAN LARANGAN.....................................................................................55

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................58

59