TUGAS ASUHAN GIZI IVKASUS 1 : STRESS METABOLIKDosen Pengampu:
dr. Etisa Adi Murbawani, M.Si, SpGK
disusun oleh :1. Ardhanareswari Dhiyas A. 220301121400222. Siti
Sa'adah220301121400303. Della Annisa Nurdini220301121300344.
Anindya Selviana P.220301121300445. Sofia Arum
Andani220301121400786. Maulidya Puspita Sari220301121400907. Cindy
Annissa R.220301121301008. Muhana Rafika220301121401089. Unik
Asmawati22030112140114
PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS
DIPONEGOROSEMARANG2014
BAB IGAMBARAN KASUS
Seorang Ibu rumah tangga Ny. J (43 tahun), terkena ledakan
kompor gas ketika sedang memasak, kemudian dirawat dengan diagnosis
medis combustio grade II 30% dengan distribusi luka bakar:-Bagian
depan : kepala 4,5%, tangan kanan 3%, tangan kiri 3%, kaki kanan
7,5%, kaki kiri 7,5%.-Bagian belakang : tangan kanan 2%.-Lain-lain
(ketiak, dada, tangan kiri bagian belakang, kaki kanan belakang)
2,5%.Data AntropometriLILA= 27 cm, BB= 55 kg, TB= 150 cm. Hasil
pemeriksaan laboratoriumAlbumin 2,5 gr/dL dan terjadi peningkatan
leukosit 19x10-3/uL, kadar hb 9 g/dl.Tanda Vital Tekanan darah
130/90 mmHg nadi 84 kali/menit pernafasan 22 kali/menit suhu
37oCTidak ada gangguan menelan dan masalah pencernaan. Pola makan
ibu tersebut makan scr teratur 3x sehari dan suka mengonsumsi
gorengan.
BAB IINUTRITION CARE PROCESS (NCP)2.1 SKRINING1. History1.
Weight chageOverall loss in past 6 months: amount = # kg % loss =
#Change in past 2 weeks: ( ) Incraese ( ) No change ( ) Decrease1.
Diary Intake Change (relative to normal)( ) No change( ) Change ( )
Duration= # days Type ( ) suboptimal liquid diet ( ) full liquid (
) Hypocaloric liquids ( ) starvation1. Gastrointestinal symptoms
(that persisted 2 weeks)( )None ( ) Nausea ( ) vomiting ( )
diarrhea ( ) anorexia1. Functional capacity( ) dysfunction (e.g.,
full capacity)( ) Dysfunction ( ) duration = weeksType: ( ) Working
supotimally ( ) Ambulatory ( ) Bedridden1. Disease and its relation
to nutritional requimentsPrimary diagnosis (specify) Metabolic
demand (stress): ( ) no stress ( ) low stress ( ) Moderate stress (
) high stress
1. Physical (for each trait specify: 0 = Normal, 1+= mild, 2+=
moderate, 3+= severe),# ( 0 ) loss of subcutaneous fat (triceps,
chest)# ( 0 ) muscle wasting (quadriceps, deltoids)# ( 0 ) ankle
edema# ( 0 ) sacral edema# ( 0 ) asites
1. SGA rating (select one)( ) A= Well nourished( ) B= Moderately
(or suspected of being) malnourished( ) C= Severely
malnourished
Kondisi Ny.A termasuk dalam kategori status gizi baik akan
tetapi dapat beresiko untuk malnutrisi jika tidak ditangani dengan
baik.
2.2 Assessment GiziTabel AssessmentA. Pengkajian Gizi
DOMAINDATAIDENTIFIKASI MASALAH
FOOD/NUTRITION-Related HISTORY (FH)
FH 1.2.2.2Jenis makananNy. J suka mengonsumsi gorengan
FH 1.2.2.3Pola makanPola makan ibu tersebut teratur yaitu 3x
sehari
Data Antropometri (AD)
AD 1.1.1Tinggi Badan150 cm
AD 1.1.2Berat Badan Sekarang55 kg
AD 1.1.5Indeks Massa Tubuh 24,4 kg/m2IMT termasuk kategori
overweight
Biochemical Data (BD)
BD 1.10.1Hemoglobin 9 g/dLRendah 12 16 g/ dL
BD 1.11.1Albumin 2,5 gr/dLTermasuk kategori rendah
Leukosit19 x 10-3Termasuk kategori tinggi
Physical Findings / Penampakan Fisik yang berhubungan dengan
gizi (PD)
PD 1.1.1Kenampakan keseluruhanLuas luka bakar 30 % dan hampir
keseluruh tubuh pasien serta ada kemungkinan melepuhKepala : 4,5 %
, tangan kanan : 3%, tangan kiri : 3%, kaki kanan : 7,5 %, kaki
kanan : 7,5 %, lain-lain : 2,5 %
PD 1.1.9Tanda Vital Tekanan darah 130/90 mmHg nadi 84
kali/menit
pernafasan 22 kali/menit suhu 37oC Tekanan darah normalNormal
120/80 mmHg Nadi normalNormal 60-100 kali/ menit Nafas normalNormal
20-30 kali/ menit Suhu normalNormal 36- 37C
Client History (CH)
CH 1.1.1Umur 43 tahun -
CH 1.1.2Jenis kelaminPerempuan -
CH 1.1.3Suku/kebangsaanIndonesia-
CH 1.1.7Peran dalam keluarga Ibu -
CH 3.1.6Pekerjaan Ibu rumah tangga -
Comparative Standards (CS)
CS 1.1.1Perkiraan total kebutuhan energy2006,9 kkal
CS 1.1.2Metode perhitungan kebutuhan energi Perhitungan
kebutuhan energy modified harris benedict
CS 2.1Perkiraan kebutuhan lemak44,6 Gram
CS 2.2Perkiraan kebutuhan protein125,4 Gram
CS 2.3Perkiraan kebutuhan karbohidrat276 Gram
C.S 3.1Perkiraan kebutuhan cairan6600 ml
C.S 4.1Perkiraan kebutuhan vitaminVitamin A = 500 mcgVitamin D =
15 mcgAsam Folat = 400 mcgKolin = 425 mgSerat = 28 gVitamin B6 =
1,5 mcgVitamin C = 75 mcgVitamin E = 15 mcgVitamin K = 55 mcg
CS 4.2Perkiraan kebutuhan mineralKalsium = 1000 mgBesi = 12
mgIodium = 150 mcgNatrium = 1300 mgFlour = 2,7 mgFosfor = 700
mgSeng = 10 mgMagnesium =320 mg Tembaga = 900 mcg
Kebutuhan EnergiBerat Badan = 55 kg Tinggi badan = 150 cmBEE= 10
X BB + 6,25 X TB 4,92 X U 161 = 10 X 55 + 6,25 X 150 4,92 X 43 161
= 550 + 937,5 211,56 161 = 1.114,94 kkalFaktor InjuryLuka bakar =
30 % = 1,5Faktor AktivitasIstirahat di tempat tidur= 1,2Aktifitas
minimal= 1,3
TEE= Faktor injury x Faktor Aktivitas x BEE= 1,5 x 1,2 x 1114,94
= 2006,9 kkal
Kebutuhan karbohidrat= = = 276 gramKebutuhan Protein= = = 125,4
gramKebutuhan Lemak= = = 44,6 gram
Kebutuhan cairan Kebutuhan cairan = 4 ml x BB x (% luas luka
bakar)= 4 x 55 x 30= 6600 ml
2.3 DIAGNOSISa. Peningkatan kebutuhan cairan berkaitan dengan
hilangnya cairan tubuh secara intensif ditandai dengan adanya luka
bakar grade II.b. Peningkatan kebutuhan protein berkaitan dengan
peningkatan kebutuhan gizi untuk penyembuhan luka ditandai dengan
adanya luka bakar grade II dan kadar albumin 2,5 gr/dl yang
termasuk rendah.
2.4 INTERVENSIA. Perencanaan (Planning)1. Tujuan Intervensi
GiziFase EbbMemenuhi asupan cairan sesuai dengan kondisi pasien
untuk mencegah terjadinya dehidrasi.Fase FlowMemenuhi asupan makan
sesuai dengan kondisi pasien untuk membantu memperbaiki keadaan
umum pasien.
2. Preskripsi DietFase EbbRekomendasi cairan sebanyak 6600 ml
dengan pemberian 3300 ml pada 8 jam pertama dan 3300 ml pada 8 jam
berikutnya.Fase Flowa. Rekomendasi asupan energi sebesar 2000 kkal
melalui oral karena pasien tidak mengalami gangguan menelan maupun
masalah pencernaan.b. Modifikasi jumlah dan jenis karbohidrat
sebesar 276 gramc. Modifikasi jumlah dan jenis protein sebesar
125,4 gramd. Modifikasi jumlah dan jenis lemak sebesar 44,6 grame.
Modifikasi tekstur menjadi lunak.f. Rekomendasi bahan makanan
tinggi antiinflamasi dan antioksidan.B. Implementasi
(Implementation)A. Pemberian DietLuka bakar mayor, yang
mempengaruhi lebih dari 20% TBSA (total burn surface area), dengan
atau tanpa gangguan pernapasan, merupakan kondisi yang spesifik
jika dibandingkan dengan kondisi di unit intensive care secara
umum. Pasien penyakit kritis luka bakar memiliki gejala seperti
stres oksidatif yang tinggi, respons inflamasi yang besar,
hipermetabolik dan respons katabolik yang lama dan berkepanjangan,
yang dimana tanda-tanda tersebut berkorelasi dengan tingkat
keparahan dari luka bakar pasien tersebut.
Terapi gizi merupakan bagian dari terapi luka bakar, dimulai
sejak dini dari permulaan resusitasi. The American Burn Association
(ABA) telah mengeluarkan tatalaksana terapi pada pasien luka bakar,
yang dimana termasuk di dalamnya tatalaksana terapi gizi.1
1. Perencanaan menuSaluran gastrointestinal (GI) umumnya
berisiko pada fase awal resusitasi luka bakar karena stres mayor
yang disebabkan oleh luka bakar tersebut dan juga terapi yang
dilakukan untuk mempertahankan hidup. Oleh karena itu, syok
hipovolemik dapat terjadi karena kebocoran kapiler yang besar.
Permeabilitas usus juga meningkat secara bermakna setelah kejadian
jika dibandingkan dengan kondisi di ICU lainnya. Oleh karena itu
pemberian nutrisi enteral secara dini (6-12 jam setelah kejadian)
maupun pemberian makanan dengan konsistensi cair atau lunak dapat
memberikan manfaat secara klinis dan biologis1 antara lain
memperkecil respons katabolik, mengurangi komplikasi infeksi,
memperbaiki toleransi pasien, mempertahankan integritas usus,
mempertahankan integritas/respons imunologis dan memberikan sumber
energi yang tepat bagi usus pada waktu sakit.2Dalam kasus tersebut
pasien tidak mengalami kesulitan dalam menelan maupun gangguan
pencernaa sehingga pemberian makanan dapat dilakukan melalu oral
disertai dengan konsistensi lunak sehingga meringankan kerja usus
dalam proses pencernaan makanan.a. Kebutuhan energi Pasien dengan
luka bakar derajat berat akan menimbulkan respons hipermetabolik
yang panjang yang bergantung kepada derajat keparahan dari luka
bakar tersebut, yang mana respons hipermetabolik ini disebabkan
oleh respons stres endokrin dan respons inflamasi (mediator
multiple). Kebutuhan energi paska-luka bakar mayor meningkat secara
bermakna jika dibandingkan dengan kebutuhan energi basal (REE
Resting Enegy Expenditure), akan tetapi peningkatan yang terjadi
berdampak terhadap waktu (peningkatan secara perlahan) dan juga
proposional dengan TBSA.1Pada tahun 70an, dimana pengetahuan dasar
tentang burn care baru saja dibuat, kondisi kehilangan berat badan
pada pasien luka bakar mayor menyebabkan pemberian kalori 5000
kkal/hari adalah normal sehingga menyebabkan kejadian overfeeding
yang sangat berlebihan. Beberapa penelitian menyebutkan peningkatan
REE yang bermakna umumnya terjadi pada 1 minggu pertama
pasca-kejadian, kemudian secara perlahan akan menurun.1Perhitungan
nutrisi pada pasien ICU secara umum berdasarkan berat badan dengan
formula 25-30 kkal/kgbb/hari menyebabkan underfeeding pada pasien
luka bakar mayor. Perhitungan dengan penambahan stres faktor
berdasarkan formula Harris & Benedict sering kali salah dan
tidak tepat, sehingga menyebabkan overfeeding. Overfeeding dapat
menimbulkan morbiditas seperti infiltrasi perlemakan hati dan
peningkatan risiko infeksi.1 Untuk itu dalam menghitung kebutuhan
energi pasien menggunakan rumus Miftlin.b. Karbohidrat Glukosa
penting karena luka bakar dan komponen-komponen seluler sistem imun
dan inflamatori tubuh yang membutuhkan glukosa sebagai sumbernya.
Pemberian karbohidrat juga diketahui dapat menurunkan proses
proteolisis.3 Penelitian terkait kebutuhan karbohidrat pada pasien
dengan luka bakar mayor sampai saat ini masih sangat terbatas.
Beberapa penelitian yang memiliki tingkat kepercayaan yang cukup
baik memberikan rekomendasi pemberian karbohidrat sebesar 55-60%
dari total kebutuhan energi tanpa melebihi 5 mg/kgbb/menit baik
pasien dewasa ataupun pasien anak, atau sama dengan 7 g/kgbb/hari
pada pasien dewasa.1 Dampak metabolisme dari pemberian karbohidrat
yang berlebihan meliputi intoleransi glukosa, peningkatan produksi
karbon dioksida, peningkatan sintesis lemak, dan infiltrasi lemak
hati.3 Semua sumber karbohidrat boleh diberikan kecuali ubi,
singkong, talas, ketan dan jagung.4c. Protein dan asam amino
spesifikKebutuhan protein meningkat karena luka bakar, meningkatnya
katabolisme otot, dan perbaikan jaringan. Pemberian protein yang
optimal sangat penting, karena dapat meningkatkan ketahanan hidup
dengan diet tinggi protein. Ada banyak perhitungan untuk menentukan
kebutuhan protein, sekitar 2-2,5 g/kg/hari untuk memenuhi kebutuhan
protein pada sebagian besar pasien dengan luka bakar
berat.3Glutamine merupakan jenis asam amino yang menjadi berguna
pada kasus pasien dengan luka bakar karena merupakan substrat yang
dipilih oleh limfosit dan enterosit.1 Pemberian arginin khususnya
untuk pasien luka bakar berefek pada penyembuhan luka dan imunitas
melalui jalur nitric oxide. Namun, produksi oksida nitrat yang
tidak terkendali dapat merugikan. Terdapat beberapa studi kecil
yang sudah menunjukkan manfaat dari penggunaan glutamine pada
pasien dengan luka bakar, akan tetapi jalur pemberian, durasi
pemberian, dan dosis yang tepat masih sangat beragam dan belum
dapat ditentukan dengan jelas. Sebuah penelitian besar yang pada
saat ini sedang berjalan di Amerika seharusnya sudah dapat
memberikan hasil yang lebih baik. Pada saat ini, dosis glutamine
yang direkomendasikan adalah 0,3 g/kgbb/hari yang diberikan selama
5-10 hari. Pada sebuah studi, pemberian glutamine kurang dari 3
hari pada pasien anak dengan luka bakar tidak menunjukkan adanya
manfaat yang bermakna.1 Sumber protein nabati yang dianjurkan
seperti tahu, tempe dan kacang kacangan. Sedangkan untuk sumber
protein hewani yang tidak dianjurkan seperti bandeng, mujair, ikan
mas, dan selar karena sulit untuk dikonsumsi.4d. Sumber LemakLemak
merupakan nutrien yang tinggi kalori sehingga penambahan kalori
tanpa peningkatan osmolaritas dapat dicapai dengan pemberian
nutrien ini. Lemak juga mengandung asam lemak esensial seperti asam
gama lenolenat dan lenoleat yang sangat dibutuhkan tubuh bagi
metabolisme saraf, kelenturan jaringan seperti kulit dan
pembentukan prostasiklin yang dapat mencegah vasokontriksi serta
penjedalan trombosit yang berlebihan.2Jumlah lemak yang sedikit
diperlukan untuk mencegah terjadinya defisiensi asam lemak
esensial, akan tetapi hanya beberapa studi yang tersedia yang
menunjukkan kebutuhan lemak pada pasien luka bakar. Dari 2 studi
yang tersedia ditunjukkan pemberian lemak mencapai 35% dari total
kebutuhan energi memiliki dampak negatif terhadap lama rawat di RS
(LOS length of hospital stay) dan risiko infeksi jika dibandingkan
dengan hanya 15% dari total kebutuhan.1Dengan sediaan komersial
saat ini yang memiliki kandungan lemak berkisar 30-52% dari total
kebutuhan energi, pembatasan asupan lemak ini membutuhan prosedur
compounding di rumah sakit. Selain daripada itu, perlu juga
dimasukkan dalam perhitungan untuk asupan lemak yang berasal dari
sumber non-nutritional seperti agen sedatif larut lemak propofol
yang dapat berkontribusi mencapai 15-30 g/hari pada pasien dewasa.
Kebutuhan akan omega-3, mono- dan polyunsaturated fatty acid masih
dalam dalam penelitian yang sedang berjalan.1 Asupan lemak pasien
luka bakar sebaiknya kurang dari 20% dari total kebutuhan energi.
Rekomendasi lainnya yaitu 10-15% dari NPE sebagai lemak, dengan
sekitar 5% dari NPE dari asam linoleat. Rasio optimal pemberian
omega 3 dan omega 6 belum ditetapkan.3Minyak ikan mengatur respon
imun melalui peningkatan PGE3 dan mengurangi pembentukan PGE1 dan
PGE2, serta dengan mengurangi produksi sitokin pro-inflamasi, IL-1,
II6 dan TNF. Suplementasi minyak ikan yang berlebihan, bagaimanapun
juga dapat merugikan karena ketidakmampuan untuk mengatur produksi
TNF dan yang dihasilkan dapat meningkatan mortalitas. Trigliserida
rantai-sedang memiliki keunggulan teoritis untuk pasien luka bakar
karena lebih cenderung teroksidasi, dengan kecenderungan lebih
rendah untuk terdeposisi dalam jaringan adiposa atau bergabung
dengan membran sebagai prekursor prostanoid, dan mengurangi
penyumbatan sistem retikulo-endotel.3Sumber lemak yang dianjurkan
adalah lemak tak jenuh seperti kacang, selai kacang, alpukat,
minyak zaitun, dan ikan. Bahan makanan tinggi kandungan omega 3
ialah minyak ikan, ikan tuna, ikan bandeng, daging sapi, telur
ayam, dan kacang walnut.e. CairanPemberian cairan dilakukan
berdasarkan jumlah darah yang hilang dengan ditambah jumlah
keluaran urine serta feses dan insensible water lose. Pada dasarnya
setiap orang akan memerlukan cairan sebesar 1,5 2 liter per hari
sehingga bila terjadi pendarahan sebanyak 1000 cc akan diperlukan
penambahan cairan sampai 2,5 liter yang bisa dicapai lewat
pemberian infus, plasma atau darah. Dalam kasus ini, kebutuhan
cairan pasien dihitung menggunakan rumus Parkland sehingga didapat
kebutuhan yang diperlukan sebanyak 6600 cc dengan diberikan
bertahap 3300 pada 8 jam pertama dan 3300 pada 8 jam berikutnya.
Selain itu pemberian cairan kristaloid diberikan dalam waktu 24-48
jam pertama setelah kejadian untuk mempertahankan tekanan darah.f.
Kebutuhan mikronutrienSetelah terjadi luka bakar, pasien memasuki
periode yang ditandai oleh hilangnya jaringan, perubahan
metabolisme, meningkatkan peradangan, dan terganggunya homeostasis
membran sel. Penurunan kadar vitamin A, C, dan D, dan trace
elements seperti Fe, Cu, Se, dan Zn telah terbukti mempengaruhi
penyembuhan luka dan tulang, neuromuskuler, dan fungsi sistem
kekebalan tubuh. Selanjutnya, stres oksidatif juga berkontribusi
terhadap kerusakan jaringan sekunder dan selanjutnya merusak
kekebalan tubuh fungsi.5Pasien dengan luka bakar mayor memiliki
kebutuhan mikronutrien yang meningkat, seperti trace element dan
vitamin, oleh karena respons hipermetabolik, kebutuhan untuk
penyembuhan luka dan kehilangan melalui membran kulit, khususnya
pada pasien luka bakar dengan luka terbuka (open wound). Stres
oksidatif yang sangat tinggi, bersamaan dengan respons inflamasi
menghasilkan peningkatan kebutuhan aktivitas dari antioksidan
endogen yang sangat bergantung terhadap kandungn mikronutrien di
dalam tubuh. Kebutuhan dari mikronutrien yang tidak terpenuhi akan
menunjukkan gejala klinis, khususnya pada bulan pertama seperti
komplikasi infeksi dan juga penyembuhan luka yang terhambat.Sediaan
komersial dari nutrisi enteral atau multivitamin/trace element
parenteral saat ini masih belum cukup untuk menutupi kebutuhan yang
meningkat pada pasien dengan luka bakar mayor. Pengganti kehilangan
dan peningkatan kebutuhan tidak bisa dipenuhi hanya dengan nutrisi
enteral, oleh karena gangguan penyerapan dan juga kompetisi antara
trace element.1Vitamin C berperan penting dalam pembentukan kolagen
dan antioksidan dalam sistem kekebalan tubuh dan terlibat dalam
produksi ATP. Suplemen dosis tinggi vitamin C mungkin penting
selama resusitasi setelah luka bakar. Pengurangan volume cairan
resusitasi, dari 4 menjadi 1 ml/kg/% TBSA, telah didokumentasikan
pada model binatang, serta pada pasien luka bakar dewasa dengan
suplemen vitamin C dosis tinggi selama resusitasi. Pada studi
Tanaka et al menunjukkan bahwa pemberian 66 mg/kg/jam selama 24 jam
pertama, yang dimulai sesegera mungkin setelah masuk, secara
signifikan mengurangi volume cairan resusitasi (45,5%), berat
badan, edema luka dan panjang ventilasi mekanis, dan peningkatan
fungsi pernafasan lebih awal. Penting untuk dicatat bahwa studi ini
dan rekomendasi khusus untuk luka bakar belum diverifikasi pada
pasien sakit kritis lainnya. Setelah periode resusitasi, dosis
5-10X RDA telah diusulkan, tetapi tidak ada data yang mendukung
rekomendasi khusus ini.3Pasien luka bakar membutuhkan setidaknya
100 mg vitamin E per hari, tapi rekomendasi ini mungkin terlalu
rendah selama dua minggu pertama, karena Zhang et al menemukan
bahwa kadar vitamin E hanya normal setelah dua minggu suplementasi
diberikan. Pasien luka bakar juga berisiko kekurangan vitamin D
karena rawat inap dan cakupan luka bakar pada sebagian besar tubuh,
dan karena terbatasnya paparan ultraviolet, dan pengobatan dengan
antagonis H2 (simetidin), yang diketahui dapat menghambat
hidroksilasi vitamin D di hati. Oleh karena itu, akan terlihat
bahwa suplemen vitamin D tersebut bermanfaat. Tingkat plasma
karotenoid yang rendah telah didokumentasikan setelah luka bakar,
dan ini hanya meningkat ketika suplementasi 30 mg/hari yang
diberikan melalui enteral nutrisi.3Berdasarkan penelitian yang
tersedia, dosis vitamin C dan E 1,5-3X dari AKG dapat meningkatkan
penyembuhan luka pada pasien anak dan dewasa. Pada studi terbaru,
pemberian dosis vitamin C tinggi (0,66 mg/kg/jam selama 24 jam)
pada fase awal menunjukkan dapat menstabilkan endotel sehingga
dapat menurunkan kebocoran kapiler dan kebutuhan cairan resusitasi
sebesar 30%. Dosis vitamin D masih belum dapat ditentukan pada saat
ini, akan tetapi dosis umum 400 IU/hari dari vitamin D2 tidak dapat
memperbaiki densitas tulang.1Trace Elements (Fe, Cu, Se, dan Zn)
terlibat dalam kekebalan humoral dan seluler. Fe merupakan kofaktor
penting pada protein pembawa oksigen. Zn berperan dalam penyembuhan
luka, replikasi DNA, fungsi limfosit, dan sintesis protein. Se
meningkatkan imunitas seluler dan mengaktifkan faktor transkripsi
nukleus NF-kB. Cu diperlukan untuk sintesis kolagen dan penyembuhan
luka. Kekurangan Cu telah dikaitkan dengan aritmia yang fatal,
perubahan imunitas, dan hasil yang lebih buruk. Kadar plasma elemen
ini secara signifikan tertekan untuk waktu yang lama setelah cedera
akut karena peningkatan ekskresi urin dan kehilangan kulit yang
signifikan. Secara kolektif, penggantian semua mikronutrien ini
telah didikaitkan dengan peningkatan morbiditas pasien luka bakar
yang parah.5Vitamin sangat penting karena kaya akan zat
antioksidan, khususnya vitamin A,C. Dan E. Bahan makanan tinggi
antioksidan yang dapat diberikan ialah buah jeruk, apel, wortel,
kiwi, buah beri, sawi, selada, tomat, dan berbagai macam buah dan
sayur lainnya. Sumber vitamin D seperti susu dan olahannya yang
telah difortifikasi, telur, sereal, udang, jamur, tuna, jus jeruk,
dan ikan salmon.Kandungan copper, selenium, dan zinc hilang dalam
jumlah besar bersamaan dengan cairan eksudat, dan kehilangan dapat
berlangsung lama jika luka belum tertutup. Durasi peningkatan
kebutuhan trace element pengganti dibutuhkan sesuai dengan derajat
dari luka bakar, seperti 7-8 hari untuk luka bakar 20-40% TBSA, 2
minggu untuk 40-60% TBSA, dan 30 hari untuk luka bakar >60%
TBSA.Sumber copper seperti biji-bijian, kacang-kacangan, kacang,
kentang merupakan sumber yang baik dari tembaga. Sayuran hijau,
buah-buahan kering seperti plum, kakao, lada hitam, dan ragi juga
merupakan sumber tembaga dalam makanan.Sumber selenium diantaranya
daging tanpa lemak, unggas, makanan laut, kacang-kacangan dan
kacang polong, telur, dan kacang dan biji-bijian. Daging sapi,
kalkun, ayam, ikan, kerang, dan telur mengandung jumlah tinggi
selenium. Sumber zinc termasuk daging merah dan unggas
kacang-kacangan, kacang-kacangan, beberapa jenis makanan laut,
biji-bijian, sereal, dan produk susu.Pemberiantrace
elementpengganti secara dini dikaitkan dengan penurunan peroksidasi
lemak, perbaikan pertahanan antioksidan, perbaikan sistem imun,
penurunan risiko komplikasi infeksi, percepatan penyembuhan luka,
dan lama rawat ICU yang lebih singkat. Perlakuan yang sama juga
dapat dilakukan pada pasien anak dengan memperhitungkan dosis trace
element pengganti berdasarkan berat badan dan derajat keparahan
luka bakar.1
Contoh MenuWaktu Menu Bahan makananBerat (g)URT Energi
ProteinKHLemakSeratKalsiumTembagaSengVit. AVit. C
kkalgggGmgmgmggmg
Makan paginasi tim ayamberas giling503/8
gls178.54.238.550.850.173.50.050.2500
Ayam551 ptg sdg163.910.01013.7507.700134.750
semur dagingdaging sapi501 ptg sdg100.69.40705.5004.50
Tahu401 ptg kcl324.360.321.880.0489.20000
Susususu skim bubuk306 sdm107.710.6815.60.303900002.1
Selingan pagiPuding pepayaagar-agar51 sdm0000.010200000
pepaya401 ptg kcl18.40.24.88009.20014631.2
gula pasir131 sdm51.22012.22000.650000
susu kental manis303 sdm 102.92.4616.53082.50046.50.3
Makan siang Nasi timberas giling503/8
gls178.54.238.550.850.173.50.050.2500
Pepes ikan masikan mas701/3 ekor
sdg60.371101.4014.040031.590
Tumis orak arik tahuTahu401 ptg
kcl324.360.321.880.0489.20000
buncis251 gls8.50.61.80.070.4725.2500137.52.75
wortel2590.251.970.150.2511.25001781.254.5
Jus apelApel401/2 bh kcl14.50.073.720.101.50022.51.25
gula pasir262 sdm 102.44024.44001.30000
Selingan siangBubur kacang hijaukacang hijau303 sdm
96.96.8717.40.452.2566.90066.93
tepung tapioka204 sdm 72.60.2217.640.1016.80000
susu skim cair1001/2 gls363.55.10.101230001
Makan malamNasi tim ayamberas giling503/8
gls178.54.238.550.850.173.50.050.2500
Ayam551 ptg sdg163.910.01013.7507.700134.750
Cah sayurSawi251 gls70.5710.0705500161525.5
Wortel2590.251.970.150.2511.25001781.254.5
minyak goreng102 sdm880.109.8000000
Orak arik telurTelur501 btr776.20.355.404300520
Tempe251 ptg sdg50.255.23.372.20.3538.750000
Margarin51/2 sdm360.030.024.05010030.30
Pisangpisang mas402 bh50.80.568.40.0802.80031.60.8
TOTAL 2026.4899.5252.6768.243.951333.990.150.755962.3973.9
B. Edukasi dan Konseling Gizi1. Edukasi Gizia. Menjelaskan
tentang zat gizi dan makanan yang sebaiknya dikonsumsi.b.
Menjelaskan diityang diberikan kepada pasien makanan tinggi protein
untuk membantu mempercepat penyembuhan.c. Memberikan pemahaman
tentang luka bakar.
2. Konseling Gizia. Masalah Gizi: Kadar albumin rendah akibat
dari luka bakar yang dideritab. Materi : Pengaturan makanan atau
diet sesuai dengan kebutuhan pasienc. Sasaran: Pasien dan
keluargad. Waktu Pelaksanaan : 10 sampai 15 menite. Media:
Leafletf. Tujuan: Memberikan pengetahuan kepada pasien tentang diit
tinggi energi tinggi protein. Memberikan pengetahuan tentang gizi
makanan yang sebaiknya dikonsumsi. Memberikan motivasi kepada
pasien untuk mematuhi dan melaksanakan diit yang telah diberikan.
Memberikan pengertian pentingnya dan manfaat setiap jenis makanan
yang dianjurkan. Membangun komitmen untuk melaksanakan diit hingga
proses penyembuhan selesai.
2.5 MONITORING & EVALUATIONIntervensiMonitoringEvaluasi
Memenuhi asupan cairan sesuai dengan kondisi pasien untuk
mencegah terjadinya dehidrasi
Memantau asupan cairan pasien untuk mencegah dehidrasi dengan
recall 24 jam.Kebutuhan cairan Ny. J terpenuhi, sebanyak 6600 ml
dengan pemberian 3300 ml pada 8 jam pertama dan 3300 ml pada 8 jam
berikutnya.
Memenuhi asupan makanan sesuai dengan kondisi pasien untuk
membantu memperbaiki keadaan umum pasien
Memantau asupan karbohidrat, lemak dan protein yang dikonsumsi
pasien serta asupan mikronutrien seperti mineral dan vitamin yang
berguna untuk mempercepat penyembuhan jaringan yang rusak serta
meringankan inflamasi dengan recall 24 jam.Kecukupan energy Ny. J
terpenuhi, sebanyak 2000 kkal, karbohidrat sebesar 276 gram,
protein sebesar 125,4 gram dan lemak sebesar 44,6 gram serta
rekomendasi sumber anti inflamasi dan antioksidan.
Memberikan pengetahuan gizi yang berkaitan dengan luka bakar
yang dialami pasienMemantau perilaku pasien dengan melihat perilaku
pasien setelah diberi edukasi. Pemahaman pasien bisa diukur dengan
dapatnya pasien menyimpulkan hasil edukasi.Perubahan perilaku
pasien dan pola makan yang sudah sesuai dengan kebutuhannya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Rousseau AF, Losser MR, Ichai C, Berger MM. ESPEN endorsed
recommendations: Nutritional therapy in major burns. Clin Nutr.
2013;32(4):497-502.2. Hartanto A. Terapi Gizi & Diet Rumah
Sakit. Jakarta : Buku Kedokteran EGC; 209 210.3. Prins A.
Nutritional management of the burn patient. S Afr J Clin Nutr.
2009;22(1):9-15.4. Waspadji S, Sukardji K dan Suharyati. Daftar
Bahan Makanan Penukar. Jakarta: Balai Penerbit FK UI; 187.5.
Rodriguez et al. Nutrition in burns : Galveston contributions. J
Parenteral and Enteral Nutr. 2011;35(6):704-714.6. Instalasi Gizi
PERJAN RS Dr. Cipto Mangunkusumo dan Asosiasi Dietisien Indonesia.
Penuntun Diet. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 2006.