Top Banner

of 29

Makalah Kasus 3 Blok 8b

Oct 09, 2015

Download

Documents

PaulusMeteh

IKGM
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dental traits atau karakteristik gigi manusia merupakan morfologi yang mengandung komponen genetis yang sangat kuat, karenanya sangat berguna untuk dimanfaatkan dalam mencari tahu berbagai permasalahan yang menyangkut faktor keturunan ataupun afinitas antar populasi. Penelitian dibidang ini sering diiringi dengan studi di bidang lain,misalnya di bidang linguistik, arkeologi, sejarah, ataupun genetika, dan berguna untuk memperkuat kesimpulan yang diambil. Studi mengenai morfologi dan karakteristik gigi di Indonesia masih belum banyak dilakukan, padahal Indonesia sangat kaya dengan beragam etnis yang mempunyai ragam ciri-ciri morfologis, dan tentunya juga ragam ciri-ciri morfologis dentisi. Sebagai contoh, dari sisi ras, penelitian oleh Glinka memberikan kesimpulan bahwa di Indonesia terdapat beberapa kelompok sub ras berdasarkan ukuran-ukuran antropometrisnya (Artharia, 2009).Inti dari proses identifikasi adalah mengenali seseorang dari komponen yang ada pada orang tersebut misalnya karakteristik alami atau ciri fisik yang relatif stabil seperti pola gigi, pola iris, sidik jari dan lain-lain. Karakteristik gigi pada seseorang dapat digunakan digunakan sebagai dasar identifikasi karena sangat bervariasinya struktur gigi pada manusia (Abiyanto dkk, 2011).

1Hal lain yang hampir sama adalah mengidentifikasi jasad orang yang telah terbakar, atau identifikasi dari bencana dalam skala besar sehingga banyak sekali jasad-jasad yang telah lama meninggal sehingga telah membusuk dan karakteristik biometrik yang masih dapat diteliti adalah gigi (Abiyanto dkk, 2011).

Dalam makalah ini akan di bahas mengenai tahap-tahap pertumbuhan dan perkembangan gigi sulung dan permanen, struktur serta variasi morfologisnya, dan teknik pemeriksaan odontologi pada gigi-geligi.

1.2 Rumusan Masalah1. Bagaimana tahap-tahap pertumbuhan dan perkembangan gigi sulung dan permanen?2. Bagaimana mikroskopik dan makroskopik gigi sulung dan permanen?3. Bagaimana identifikasi dan pemeriksaan penunjang odontologi forensik pada gigi geligi?

1.3 Tujuan1. Mengetahui tahap-tahap pertumbuhan dan perkembangan gigi sulung dan permanen.2. Mengetahui mikroskopik dan makroskopik gigi sulung dan permanen.3. Mengetahui identifikasi dan pemeriksaan penunjang odontologi forensik pada gigi geligi.

1.4 Hipotesa1. Peran odontologi forensik sebagai salah satu sarana identifikasi dan penegakan hukum

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penyusun gigi2.1.1 Bagian Mikroskopis dan Makroskopis dari gigiBagian gigi secara makroskopis dan mikroskopis1. Secara makroskopis dilihat menurut letak email dan sementuma. Mahkota (korona) adalah bagian gigi yang dilapisi jaringan enamel email dan normal terletak diluar jaringan gusi atau gingivalb. Akar atau radix ialah bagian gigi yang dilapisi jaringan sementum dan ditopang oleh tulang alveolar dari maksila danmandibula.c. Garis servikal atau semento-enamel junction ialah batas antara jaringan sementum dan email yang merupakan pertemuan mahkota dan akar gigi.d. Ujung akar/apeks ialah titik yang terujung dari suatu benda yang runcing atau yang berbentuk kerucut seperti akar gigi.e. Tepi insisal ialah suatu tonjolan kecil dan panjang bagian korona dari gigi insisivus yang merupakan sebagaian dari permukaan insisivus dan yang digunakan untuk memotong makanan. Tonjolan atau cusp ialah tonjolan pad bagian korona gigi kaninus dan gigi posterior yang merupakan sebagian dari permukaan oklusal (Itjiningsih, 1991).2. Secara mikroskopisa. Jaringan kerasIalah jaringan yang mengandung bahan kapur , terdiri dari jaringan email, jaringan dentin atau tulang gigi, dan jaringan sementum. Email dan sementum merupakan bagian luar yang melindungi dentin.b. Jaringan lunak

3Jaringan pulpa ialah jaringan yang tedapat di dalam rongga pulpa sampai foremen apical umumnya mengandung bahan dasar, bahan perekat, sel saraf yang peka sekali terhadap rangsangan mekanis, termis dan kimia, jaringan limfe, jaringan ikat dan pembuluh darah arteri dan vena.c. Rongga pulpaTerdiri dari :1) Tanduk pulpa yaitu ujung ruang pulpa2) Ruang pulpa yaitu ruang pulpa di korona gigi3) Saluran pulpa saluran di akar gigiForemen apical yaitu lubang di apeks gigi tempat masuknya jaringan pulpa ke rongga pulpa (Itjiningsih, 1991)..2.1.2 Nomenklatur GigiNomenklatur adalah cara menulis gigi geligi. Ada beberapa cara menulis gigi geligi yang biasa digunakan, yaitu:1. Cara ZsigmondyGigi Sulung:V IV III II II II II IV VV IV III II II II III IV V2. Gigi Permanen:1 2 3 4 5 6 7 81 2 3 4 5 6 7 81 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 7 8

3. Cara WHO Gigi Sulung:56 55 54 53 52 5161 62 63 64 6586 85 84 83 82 8171 72 73 74 752.1.3 Perbedaan Gigi Sulung dan PermanenPada manusia terdapat 20 gigi desidui dan 32 gigi permanen yang berkembang dari interaksi sel epitel rongga mulut dan sel bawah mesenkim. Setiap gigi berbeda-beda secara anatomi, tapi dasar proses pertumbuhannya sama pada semua gigi. Setiap gigi tumbuh berturut-turut mulai dari tahap bud, cup, dan tahap bell. Pada tahap bell dibentuk enamel dan dentin. Mahkota terbentuk dan termineralisasi, akar gigi mulai terbentuk juga. Setelah kalsifikasi akar, jaringan pendukung gigi, sementum, ligamentum periodontal, serta tulang alveolar tumbuh. Pertumbuhan ini terjadi pada gigi insisivus dengan akar satu, premolar dengan beberapa akar atau molar dengan akar multipel. Kemudian mahkota gigi komplit erupsi ke rongga mulut. Pertumbuhan akar dan sementogenesis yang lanjut sampai gigi berfungsi dan didukung oleh struktur gigi yang tumbuh sempurna.2.1.4 Perkembangan Gigi Desidui dan Gigi Permanen Perkembangan gigi desidui dan gigi permanen sangat mirip, walaupun perkembangan gigi desidui lebih cepat daripada gigi permanen. Gigi desidui mulai berkembang sejak di dalam rahim dan korona mulai lengkap sebelum lahir, sementara gigi permanen mulai dibentuk saat lahir atau setelah lahir. Beberapa kelainan sistemik prenatal dapat mempengaruhi mineralisasi korona gigi desidui. Sedangkan trauma postnatal dapat mempengaruhi perkembangan korona gigi permanen.Gigi desidui berfungsi dalam mulut kira-kira sampai umur 8,5 tahun. Periode waktu ini dapat dibagi atas tiga periode: pertama, perkembangan mahkota dan akar, kedua, maturasi akar dan resorpsi akar, dan ketiga gigi tanggal. Periode pertama berlangsung sekitar satu tahun, periode kedua sekitar 3,75 tahun, dan tahap terakhir resorpsi dan pergantian gigi berlangsung sekitar 3,5 tahun. Sedangkan beberapa gigi permanen berada pada mulut dari umur 5 tahun sampai meninggal. Hal yang harus dipertimbangkan adalah molar permanen yang muncul di rongga mulut dari umur 25 tahun sampai tanggal pada saat individu meninggal. Gigi permanen berfungsi 7-8 kali sama seperti gigi desidui banyak pemisahan yang terjadi selama beberapa milimeter selama perkembangan gigi. Contoh dari proses kompleks selama pembentukan gigi adalah tidak terjadi resorpsi pada gigi desidui dan pembentukan akar gigi permanen.Pada anak umur 6 gigi molar pertama tumbuh/formatif dan berlangsung sampai muncul gigi permanen dengan jumlah 28 atau 32 gigi, 20 gigi desidui terjadi resorpsi. Pada proses formatif, gigi desidui mengalami resorpsi dan regenerasi pulpa.2.1.4 Proses Pertumbuhan dan Perkembangan GigiSetiap gigi mengalami tahap yang berturut-turut dari perkembangan selama siklus kehidupannya, yaitu (Harshanur, 1991):a. Tahap Pertumbuhan1) Tahap insiasi adalah permulaan pembentukkan kuntum gigi (bud) dari jaringan epitel mulut (epitelial bud stage)2) Tahap ploreferasi adalah spesialisasi dari sel-sel dan perluasan dari organ enamel (cap stage)3) Tahap histodeferensiasi adalah spesialisasi dari sel-sel, yang mengalami perubahan histologi dan susuannnya (sel-sel epitel bagian dalam dari organ enamel menjadi ameloblast, sel-sel perifer dari organ sentin pulpa menjadi odontoblast4) Tahap morfodeferensiasi adalah susunan dari sel-sel pembentuk sepanjang dentino enamel dan dentino cemental junction uang akan datang, yang memberi garis luar bentuk dan ukuran korona dam akar yang akan datangb. Erupsi Intraseous 1) Tahap aposisi adalah pengendapan dari matriks enamel dan dentin dalam lapisan dalam lapisan tambahan2) Tahap klasifikasi adalah pengerasan dari matriks oleh pengendapan garam-garam kalsium(Harshanur, 1991).

c. ErupsiErupsi gigi adalah munculnya tonjolan gigi atau tepi insisal gigi menembus gingiva. Erupsi gigi dapat terjadi pada gigi susu maupun gigi permanen (Purba, 2004).Tahap erupsi gigi dapat dibagi menjadi 3 tahap, yaitu (Purba, 2004):1) Tahap praerupsiTahap praerupsi dimulai saat pembentuksn benih gigi sampai mahkota selesai dibentuk. Pada tahap praerupsi rahang mengalami pertumbuhan pesat dibagian posterior dan permukaan lateral yang mengakibatkan rahang mengalami peningkatan panjang dan lebar ke arah anterior-posterior. Untuk menjaga hubungan yang konstan dengan tulang rahang yang mengalami pertumbuhan pesat maka benih gigi bergerak ke arah oklusal.2) Tahap prafungsionalTahap prafungsional dimulai dari pembentukan akar sampai gigi mencapai daratan oklusal. Pada tahap prafungsional gigi bergerak lebih cepat ke arah vertikal. Selain bergerak ke arah vertikal, pada tahap prafungsional gigi juga bergerak miring dan rotasi. Gerakan miring dan rotasi gigi ini bertujuan untuk meperbaiki posisi gigi berjejal di dalam tulang rahang yang masih mengalami pertumbuhan.3) Tahap fungsionalTahap ini dimulai sejak gigi difungsikan dan berakhir ketika gigi telah tanggal. Selama tahap fungsional gigi bergerak ke arah oklusal, mesial dan proksimal. Pergerekan gigi pada tahap fungsional ini bertujuan untuk mengimbangi kehilangan substansi gigi yang terpakai selama berfungsi sehingga oklusi dan titik kontak proksimal dari gigi dapat dipertahankanKegagalan erupsi adalah gigi yang erupsinya terhalang oleh sesuatu sebab sehingga gigi tersebut tidak keluar dengan sempurna mencapai oklusi yang normal didalam deretan susunan gigi geligi Purba, 2004).

2.2 Odontologi ForensikIlmu kedokteran gigi forensic memilikibeberapa nama-nama sesuai dengan sumber yaitu :Forensic Dentistry, Odontology Forensic, dan Forensic Odontology.Beberapa pengertian mengenai Odontology Forensic sebagaiberikut :1. Menurut Arthur D. Goldman bahwa ilmu kedokteran gigi forensic adalah suatu ilmu yang berkaitan dengan erat dengan hokum dalam penyidikan melalui gigi geligi.2. Menurut Dr. Robert Bj. Dorian bahwa ilmu kedokteran gigi forensik adalahsuatuaplikasi semua ilmu pengantar tentang gigi yang terkait dalam memecahkan hokum perdata dan pidana.3. Menurut DjohansyahLukman bahwa ilmu kedokteran gigi forensik adalah terapan dari semua disiplin ilmukedokteran gigi yang berkaitan erat dalam penyidikan demi terapan hukum dan proses peradilan (Lukman, 2006)

Identifikasi dengan sarana gigi dilakukan dengan cara membandingkan data gigi yang diperoleh dari pemeriksaan orang atau jenazah tak dikenal (data post-mortem) dengan data gigi yang pernah dibuat sebelumnya dari orang yang diperkirakan (data ante-mortem) (Lukman, 2006)Data ante-mortem merupakansyaratutama yang harus ada apabila identifikasi dengan cara membandingkan akan diterapkan. Data ante-mortem tersebut berupaDental record, yaitu keterangan tertulis berupa odontogram atau catatan keadaan gigi pada waktu pemeriksaan, pengobatan dan perawatan gigi.1. Fotorontgengigi.2. Cetakangigi.3. Prosthesis gigiatauorthodonsi4. Foto close up muka atau profil daerah mulut dan gigi.5. Keterangan dari orang-orang terdekat di bawah sumpah.

Untuk data gigi post-mortem yang perludicatatpadapemeriksaanantara lain 1. Gigi yang ada dan tidakada, bekas gigi yang tidak ada apakah masih baru atau sudah lama.2. Gigi yang ditambal, jenis dan klasifikasi bahan tambal.3. Anomali bentuk dan posisi.4. Karies atau kerusakan yang ada.5. Jenis dan bahan restorasi.6. Atrisi dataran kunyah gigi merupakan proses fisiologs untuk fungsi mengunyah. Derajat atrisi ini sebanding dengan umur.7. Gigi molar kketiga sudah tumbuh atau belum.8. Ciri-ciri populasi ras dan geografis.

a. Pencatatan Data AntemortemPencatatan data gigi dan rongga mulut semasa hidupnya,biasanya berisikan antara lain (Lukman, 2006):1. Identitas pasien.2. Keadaan umum pasien.3. Odontogram (data gigi yang menjadi keluhan).4. Data perawatan Kedokteran Gigi.5. Nama dokter gigi yang merawat.6. Hanya sedikit sekali dokter gigi yang membuat surat persetujuan tindak medik (inform consent) baik praktek pribadi atau di rumah sakit.Bila menurut buku DEPKES tentang penulisan data gigi dan rongga mulut yang berisikan standar baku mutu nasional antara lain (Lukman, 2006):1. Pencatatan identitas pasien mulai dari nomor file sampai dengan alamat pekerjaan serta kelengkapan alat komunikasinya.2. Keadaan umum pasien yaitu berisikan tentang golongan darah, tekanan darah, kelainan-kelainan darah, kelaianan penyakit sistemik, kelaianan penyakit hormonal, kelaianan alergi terhadap makanan dan obat-obatan, alergi terhadap debu, serta kelaianan dari virus yang berkembang saat ini.3. OdontogramSemua data gigi dicatat dalam formulir odontogram dengan denah dan nomenklatur yang baku nasional.4. Data perawatan kedokteran gigiyaitu berisikan waktu awal perawatan, runtut waktu kunjungan,keluhan dan diagnosa, gigi yang dirawat, tindakan lain yang dilakukan oleh dokter tersebut.5. Roentgenogram yang dimaksud adalah baik intra oral ataupun ekstra oral.6. Pencatatan status gigi,mempunyai kode tertentu sesuai dengan standar Interpol,dengan kata lain Kodifikasi Informasi Gigi menurut Interpol.7. Formulir data antemortem dalam buku DEPKES ditulis dengan warna kuning. Didalam formulir ini terdapat pula catatan data orang hilang.

B. Pencatatan Data PostmortemPencatatan data postmortem menurut formulir DEPKES bewarna merah dengan catatan Victim Identification (identifikasi korban) pada mayat atau dead body ( tubuh korban) (Lukman, 2006).Pencatatan data postmortem ini mula mula dilakukan topografi kemudian proses pembukaan rahang bila kaku mayat untuk memperoleh data gigi dan rongga mulut, dilakukan pencatatan rahang atas dan rahang bawah, apabila terjadi kaku mayat maka lidah yang kaku tersebut diikat dan ditarik ke atas sehingga lengkung rahang bebas dari lidah baru dilakukan pencetakan, untuk rahang atas tidak bermasalah karena lidah kaku ke bawah. Kemudian studi model rahang korban juga merupakan suatu bukti (Lukman, 2006).Pencatatan gigi pada formulir odontrogram sedangkan kelainan kelainan di rongga mulut dicatat pada kolom kolom tertentu. Catatan ini semua merupakan lampiran dari visum et repertum korban (Lukman, 2006).Kemudian dilakukan pemeriksaan sementara dengan formulir baku mutu nasional dan internasional, setelah itu dituliskan surat rujukan untuk pemeriksaan laboratoris dengan formulir baku mutu nasional pula (Lukman, 2006).Setelah diperoleh hasil dari pemeriksaan laboratoris maka dilakukan pencatatan kedalam formulir lengkap barulah dapat dibuatkan suatu berita acara sesuai dengan KUHAP demi proses peradilan dalam menegakkan keadilan (Lukman, 2006).Visum yang lengkap ini sangat penting dengan lampiran lampirannya serta barang bukti dapat diteruskan ke jaksa penuntut kemudian ke sidang acara hukum pidana (Lukman, 2006).

2.2.1 Macam-Macam Forensika. Identifikasi KomparatifIdentfikasi koparatif, yaitu apabila bersedia data post-mortem (pemeriksaan jenazah) dan ante-mortem (data sebelum meninggal mengenai cirri-ciri fisik, pakaian, identita skhusus berupa tahi lalat, bekas luka/operasi, dll), dalam komunitas yang terbatas.1. Post-Mortem atau otopsi adalah prosedur bedah yang sangat khusus yang terdiri dari pemeriksaan menyeluruh terhadap mayat untuk menentukan penyebab dan carakematian dan untuk mengevaluasi setiap penyakit atau cedera yang mungkin ada.2. Ante-Mortem adalah data-data pribadi dari korban seperti cirri-cirifisik, pakaian, identitas khusus (tandalahir), bekas luka/operasi, dan sebagainya sebelum korban meninggal.b. Identifikasi RekronstruktifIdentifikasi rekonstruktif, yaitu identifikasi yang dilakukan apabila tidak tersedia data ante-mortem pada korban (contoh: penemuan jasad tanpa identitas) dan dalam komunitas yang tidak terbatas.

2.2.2 Data yang diperlukan untuk identifikasi forensikData-data yang digunakan dalam pemeriksaan odontologi forensik adalah sebagai berikut:Data antemortem merupakan syarat utama yang harus ada apabila identifikasi dengan cara membandingkan akan diterapkan. Data antemortem tersebut berupa (Julianti dkk, 2008).1. Dental record, yaitu keterangan tertulis berupa odontogram atau catatan keadaan gigi pada waktu pemeriksaan,pengobatan dan perawatan gigi.2. Foto rontgen gigi3. Cetakan gigi4. Prothesis gigi atau alat orthodonsi5. Foto close up muka atau profil daerah mulut dan gigi6. Keterangan dari orang-orang terdekat di bawah sumpahUntuk data gigi postmortem yang perlu dicatat pada pemeriksaan antaara lain (Julianti dkk, 2008).1. Gigi yang ada dan tidak ada,bekas gigi yang tidak ada apakah masih baru atau sudah lama.2. Gigi yang ditambal,jenis dan klasifikasi bahan tambal3. Anomali bentuk dan posisi4. Karies atau kerusakan yang ada5. Jenis dan bahan restorasi6. Atrisi dataran kunyah gigi yang merupakan proses fisiologis untuk fungsi mengunyah. Derajat atrisi ini sebanding dengan umur7. Gigi molar ketiga sudah tumbuh atau belum8. Ciri-ciri populasi ras dan geografisKesulitan yang dijumpai adalah adanya kenyataan bahwa belum semua orang yang giginya terarsipkan. Selain itu keadaan gigi setiap orang berubah karena perkembangan, kerusakan dan perawatan (Julianti dkk, 2008).Ketika tidak ada yang dapat diidentifikasi, gigi dapat membantu untuk membcedakan usia seseorang, jenis kelamin, golongan darah, kebiasaan tertentu dan ras. Hal ini dapat membantu untuk membatasi korban yang sedang dicari atau untuk membenarkan/memperkuat identitas korban (Julianti dkk, 2008).

2.2.3 Gigi berperan penting dalam forensikSebagai suatu metode identifikasi pemeriksaan gigi sangat penting disebabkan karena :1. Gigi merupakan jaringan keras yang resisten terhadap pembusukan dan pengaruh lingkungan yang ekstrim.Perbedaan Tulang dengan Gigia. Tulang Bagian tulang Substansia spongiosa (berrongga) : trabeculae Substansia compacta (padat) Os compactum, terdiri dari : 75% matriks anorganik / mineral (Ca) 25% matriks organik (97% kolagen, 3% air) 2 komponen terdiri dari : Anorganik : calcium fosfat (hydroxyapatite : Ca(PO)(OH)), magnesium, natrium, sodium, sitrat, potasium, karbonat Organik : serabut kolagen

b. Gigi

Terdiri 3 jaringan yang termineralisasi:1. Enamel 2. Dentin 3. Cementum Enamel Terdiri jutaan enamel rods / prisma. DEJ permukaan mahkota Paling keras & kalsifikasi tinggi Komposisi kimia : 96 97% bahan anorganik hydroxyapatite Ca(PO)(OH)) 4% bahan organik 3 4% air

Kenapa gigi Terkeras Komposisi bahan anorganik terbesar Di dalam cavum oris Terlindung dan terbasahi oleh air liur Menurut scott (1997): Gigi abu pada suhu 1000F - 1200F (538C 649C) Denture akrilik abu pada suhu 1000F - 1200F (538C 649C) Mahkota & inlay alloy emas abu pada suhu 1600F - 2000F (871C - 1093C) Mahkota / jembatan porselen hancur pada 2000F (1093C) Tumpatan Amalgam abu pada 1600F (871C)

2. Karakteristik individual yang unik dalam hal susunan gigi geligi dan restorasi gigi menyebabkan identifikasi dengan ketepatan yang tinggi.3. Kemungkinan tersedianya data antemortem gigi dalam bentuk catatan medis gigi (dental record) dan data radiologis.4. Gigi geligi merupakan lengkungan anatomis, antropologis, dan morfologis, yang mempunyai letak yang terlindung dari otot-otot bibir dan pipi, sehingga apabila terjadi trauma akan mengenai otot-otot tersebut terlebih dahulu.5. Bentuk gigi geligi di dunia ini tidak sama, karena berdasarkan penelitian bahwa gigi manusia kemungkinan sama satu banding dua miliar.6. Gigi geligi tahan panas sampai suhu kira-kira 400C. 7. Gigi geligi tahan terhadap asam keras, terbukti pada peristiwa Haigh yang terbunuh dan direndam dalam asam pekat, jaringan ikatnya hancur, sedangkan giginya masih utuh.8. Gigi terletak dibagian yang mudah dicapai dan tidak memerlukan persiapan khusus.9. Dari Gigi geligi, kita dapat memperoleh informasi tentang umur, ras, jenis kelamin, golongan darah, ciri-ciri khas, bentuk wajah atau raut muka korban,dan diharapkan juga dapat melakukan identifikasi terhadap korban itu sendiri dan memberikan kepastian terrhadap identitasnya (Julianti dkk, 2008).

Gambar 1Pada gambar 1 menunjukkan bahwa gigi tetap dalam keadaan utuh pada suhu yang tinggi, walaupun tubuh telah rusak, tetapi gigi masih dapat diidentifikasi.a. UsiaGigi dapat digunakan untuk menentukan usia. Menurut Etti Indriati, Guru Besar Antropologi Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada ketika permukaan kunyah gigi geligi sudah aus dan enamelnya (email) menipis hingga menyempulkan lapisan gigi, korban diperkirakan usia 40 tahun. Untuk usia 15-22 dapat dilihat dari perkembangan geraham bungsu yang pertumbuhannya bervariasi (Zaid, M. 2012)Penentuan usia melalui gigi juga dapat dilakukan melalui berbagai cara, antara lain dengan melihat pertumbuhan dan perkembangan gigi. Diketahui bahwa perkembangan gigi mulai dapat dipantau sejak mineralisasi gigi sementara, yaitu pada usia 4 bulan dalam kandungan hingga mencapai saat sempurnanya gigi geraham kedua tetap. Pemanfaatan graham bungsu mulai terbatas karena graham ini sudah banyak yang tidak ditemukan lagi.Setelah masa ini maka pertumbuhan dan perkembangan gigi tidak banyak lagi membantu untuk penentuaan usia karena kondisinya dapat dikatakan menetap. Untuk menyelesaikan masalah tersebut ada 6 hal yang dapat membantu menentukan usia, yaitu :(1)Atrisi : akibat penggunaan yang rutin pada saat makan, maka permukaan gigi secara berlanjut akan menyalami keausan. Ausnya gigi ini akan bertambah, sesuai dengan pertambahan umur.(2)Penurunan tepi gusi sesuai dengan pertumbuhan dan pertambahan umur, maka tepi gusi akan bergerak ke arah ujung akar. (3)Pembentukan dentin sekunder : sebagai upaya perlindungan alami, pada dinding pulpa gigi akan dibentuk dentin sekunder, yang bertujuan menjaga ketebalan jaringan gigi yang melindungi pulpa. Semakin tua seseorang maka semakin tebal jaringan dentin sekunder.(4)Pernbentukan semen sekunder : dengan bertambahnya umur, terjadi pula pembentukan semen sekunder di daerah ujung akar.(5)Transparansi dentin : karena proses kristalisasi pada bahan mineral gigi, maka jaringan dentin gigi berangsur-angsur menjadi transparan. Proses transparan ini dimulai dari ujung akar gigi meluas ke arah mahkota.(6)Penyempitan/penutupan foramen apikalis : sejalan dengan pertambahan umur, foramen apikalis akan semakin menyempit, dan tidak jarang menutup sama sekali(Alphonsus R. Quendangen, 1993)b. RasGigi dapat digunakan untuk menunjukkan ras seseorang. Hal ini menunjukkan perbedaan ras terletak pada ukuran gigi dan morfologi tulang pada langit-langit mulut (Zaid, M. 2012)Umat manusia di dunia, secara antropologis dibagi ke dalam 3 ras utama yaitu : kaukasoid, mongoloid dan negroid. Ternyata tiap ras memiliki ciri khas tertentu pada tubuhnya, yang membedakan satu sama lain. Ciri tersebut diturunkan secara genetic sesuai dengan hukum Mendel(Alphonsus R. Quendangen, 1993)Namun perlu diperhatikan, bahwa tidak ditemukan suatu ciri yang mutlak hanya terdapat pada satu ras. Demikian pula dapat dikatakan hampir tidak akan ditemukan satu individu yang masih murni satu ras. Karena itu penentian ras akan lebih berhubungan dengan fenotip yang timbul, daripada genotip (Alphonsus R. Quendangen, 1993)Gambaran gigi untuk ras mongoloid adalah sebagai berikut (Julianti dkk, 2008):1. Insisivus berbentuk sekop. Insisivus pada maksila menunjukkan nyata berbentuk sekop pada 85-99% ras mongoloid. 2 sampai 9 % ras kaukasoid dan 12 % ras negroid memperlihatkan adanya bentuk seperti sekop walaupun tidak terlalu jelas. 2. Dens evaginatus. Aksesoris berbentuk tuberkel pada permukaan oklusal premolar bawah pada 1-4% ras mongoloid.3. Akar distal tambahan pada molar 1 mandibula ditemukan pada 20% mongoloid.4. Lengkungan palatum berbentuk elips.5. Batas bagian bawah mandibula berbentuk lurus

Gambar 2.

Gambaran gigi untuk Ras kaukasoid adalah sebagai berikut: (Julianti dkk, 2008)1. Cusp carabelli, yakni berupa tonjolan pada molar 1.2. Pendataran daerah sisi bucco-lingual pada gigi premolar kedua dari mandibula.3. Maloklusi pada gigi anterior.4. Palatum sempit, mengalami elongasi, berbentuk lengkungan parabola.5. Dagu menonjol.

Gambar 3Gambaran gigi untuk ras negroid adalah sebagai berikut (Julianti dkk, 2008)1. Pada gigi premolar 1 dari mandibula terdapat dua sampai tiga tonjolan.2. Sering terdapat open bite. 3. Palatum berbentuk lebar.4. Protrusi bimaksila. Di bawah ini merupakan contoh gambar open bite (Julianti dkk, 2008)Gambar 4c.Jenis KelaminPenentuan jenis kelamin secara umum, dapat dilakukan dari tanda-tanda fisik seksual. Namun dalam hal jaringan lunak telah hilang, maka penentuan pada tulang dapat dilakukan dari beberapa tulang, khususnya tulang panggul.Beberapa peneliti juga menyatakan adanya ciri khas antara lain :(1)Bentuk lengkung gigi pada pria cenderung meruncing, sedangkan pada wanita, cenderung oval.(2)Ukuran cervico-incisival di bagian mesio distal pada gigi taring bawah, pada pria lebih besar (kurang lebih 1,5), sedangkan wanita lebih kecil (kurang lebih 1).(3)Beberapa ahli juga merujuk pernyataan Leon Williams di bidang prostetik, bahwa bentuk gigi seri pertama atas adalah kebalikan bentuk wajah, sehingga bentuk gigi seri pria cenderung maskulin sedangkan wanita cenderung feminism(Alphonsus R. Quendangen, 1993)Anderson mencatat bahwa pada 75% kasus, mesio distal pada wanita berdiameter kurang dari 6,7 mm, sedangkan pada pria lebih dari 7 mm. Saat ini sering dilakukan pemeriksaan DNA dari gigi untuk membedakan jenis kelamin (julianti dkk, 2008).d.Golongan darahPenentuan golongan darah dari gigi didasarkan adanya jaringan pulpa di dalam gigi. Bergantung pada bagaimana kondisi jaringan pulpa ini, penentuan golongan dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu :(1)Jika pulpa masih ditentukan dalam keadaan segar, maka darah dapat langsung diambil, untuk penentuan golongan darah dengan cara biasa.(2)Jika ditemukan hanya pulpa yang sudah mengering, dapat diusahakan melalui prosedur yang sama seperti pengolahan bercak darah pada kain/darah mengering.(3)Bila keadaan pulpa sudah demikian rusak, atau bahkan sudah tidak ditemukan lagi, maka dapat dilakukan dengan bantuan cara absorption-ilution. Cara ini dilakukan dengan cara mengambil jaringan dentin dalam ruang pulpa, yaitu bagian dinding yang melekat pada jaringan pulpa. Jaringan dentin tersebut diabsorpsi semalam suntuk dengan larutan khusus, kemudian disentrifus. Endapan yang kemudian terbentuk diambil untuk penentuan golongan darah(Alphonsus R. Quendangen, 1993)e.Kebiasaan/pekerjaanAda beberapa pekerjaan atau kebiasaan yang meninggalkan tanda-tanda tertentu pada gigi, sehingga dapat memberikan petunjuk untuk mengenali si korban, misalnya :(l)Pekerjaan rutin di pabrik batu baterai mengakibatkan pewarnaan gelap pada tepi ginggiva akibat terlalu banyak berkontak dengan timah hitam.(2)Pekerjaan penata rambut atau tukang sepatu yang mempunyai kebiasaan menggunakan gigi untuk membuka jepitan rambut atau mempersiapkan paku sepatu, akan menyebabkan tanda-tanda hair-dresser teeth atau shoemakers teeth berupa lekuk-lekuk pada permukaan gigi berukuran sebesar jepitan rambut dan paku sepatu.(3)Kebiasaan merokok, telah diketahui rokok menyebabkan pewarnaan pada akibat asap rokok yang dihisap(Alphonsus R. Quendangen, 1993)f.Ciri khasKadang-kadang ada hal-hal spesifik yang dapat segera menunjukan pada seseorang tersebut, misalnya jika terdapat sejumlah perawataan gigi di dalam mulut, dan ditemukan rekam data gigi tersebut dapat menentukan identitas seseorang dengan pasti, selain itu juga terdapat tanda-tanda spesifik tertentu yang akan segera dikenali oleh orang-orang terdekat dengan si korban, misalnya ompong pada depan, gigi yang kecil dan lain-lain. Ciri-ciri tersebut dapat membimbing identifikasi setelah didukung berbagai data yang lain(Alphonsus R. Quendangen, 1993)g.Sidik jari DNAAkhir-akhir ini dikembangkan cara identifikasi dengan melalui analisis DNA. Ternyata dengan cara khusus, DNA dapat pula diisolasi dari jaringan gigi. Melalui analisis DNA profiling ini, dapat ditentukan hubungan kekeluargaan antara anak dengan bapak dan ibunya(Alphonsus R. Quendangen, 1993).2.2.3 Syarat gigi dalam ForensikGigi memenuhi syarat untuk dapat dijadkan sarana identifikasi karena mempunyai faktor (julianti dkk, 2008).1. Derajat individualitas yang tinggiBerdasarkan perhitungsn dan penelitian untuk menentukan orang yang giginya sama giginya adalah satu per dua triliyun. Adanya pola erupsi dengan 20 gigi susu dan 32 gigi geligi, perubahan karena kerusakan atau tindakan perawatan serta ciri khas seperti lngkung gigi membuat gigi merupakan ciri khas tiap-tiap orang.2. Derajat kekuatan dan ketahanan terhadap berbagai pengaruh kerusakan.Identifikasi dengan sarana gigi sangat mungkin dilakukan karena sifat gigi yang sangat kuat dan tahan terhadap berbagai pengaruh kerusakan. Hal ini karena gigi tersusun dari bahan anorganik dan tempatnya yang trlindung oleh mulut yang cukup memberikan perlindungan.

2.2.4Identifikasi dan pemeriksaan Odontologi Pada Gigi

Macam-macam Identifikasi :1. Identifikasi korban melalui gigi berdasarkan pekerjaan menggunakan gigiBagi mereka yang mempunyai pekerjaan dengan menggunakan gigi antara lain tukang jahit, piata rambut / pegai salon, tukang kayu maka akan terlihat atrisi permukaan aclusi sesuai dengan benda keras yang digunakan dalam pekerjaannya.a. Misalnya tukang jahit akan menggigit jarum baik diameter kecil sampai besar

Gambar 5

Memperlihatkan seorang penjahit sedang menggigit jarum sehingga atrisi insisal berongga sesuai dengan diameter jarum.

b. Bagi penata rambut atau yang biasa disebut caster maka akan terlihat pada gigi insisif sentral khususnya, umumnya gigi insisif sentral lateral. Suatu atrisi pada gigi atas dan bawah yang berbentuk rongga sesuai dengan penjepit rambut karena ia sebelum menata rambut tamunya, ia menggigit jepit rambut beberapa buah pada gigi insisifnya, rongga tersebut sesuai dengan jepit rambut yang besar.

Gambar 6. Memperlihatkan seorang penata rambut (caster) sedang menggigit sehingga rongga atrisi gigi insisif persis seperti bentuk jepit rambutc. Bagi pekerja bangunan khusunya yang dianggap sebagai tukang kayu maka ia dalam melakukan pekerjaannya sebelum memaku kayu akan atau papan ia akan menggigit atau paku pada gigi depannya. Maka gigi depannya tersebut akan teratrisi berbentuk bulat sesuai dengan paku yang digunakan, derajat atrisi bisa kecil sampai dengan besar sesuai dengan diameter paku.

Gambar 7. Memperlihatkan artisi gigi insisif ada dua buah rongga yaitu satu rongga bekas gigit paku dengan diameter agak besar sedangkan lainnya rongga artrisi agak kecil karena menggigit paku diameter agak kecil.Data-data ini dicatat ke dalam odontogram yang terdapat kolom-kolom catatan untuk rongga mulut sehingga tim identifikasi akan segera mengetahui bahwa ia mempunyai pekerjaan sesuai dengan bentuk atrisi pada gigi atas dan bawah.

2. Identifikasi wajah korban dari rekonstruksi tulang rahang dan tulang facial

Dalam identifikasi wajah korban haruslah dilakukan rekontruksi gigi ke dalam soket tulang rahang apabila giginya terlepas setelah semua lengkung gigi terekonstruksi barulah dilakukan rekonstruksi tulang rahang atas maupun rahang bawah terhadap tulang tengkorak terutama fiksasi rahang bawah terhadap rahang atas dan terhadap tulang kepala.Apabila prosesus condoloideus atau ramus ascenden mandibulanya patah dan tidak ditemukan maka harus dibuat dengan bahan yang keras atau acrilik sehingga prosesus codoloideus buatan tersebut dapat difiksasai ke tulang kepala (Lukman, 1994).

3. Identifikasi korban melalui pola gigitan pelakuMenurut Lukman pada tahun 2003 pola gigitan mempunyai suatu gambaran dari anatomi gigi yang sangat karakteristik yang meninggalkan pola gigitan pada jaringan ikat manusia baik disebabkan oleh hewan maupun manusia yang masing-masing individu sangat berbeda (Lukman, 1994).Klasifikasi Pola Gigitan Pola gigtan mempunyai derajat perlukaan sesuai dengan kerasnya gigitan pada pola gigitan manusia terdapat 6 kelas,yaitu :1) Kelas 1 Pola gigitan terdapat jarak dari gigi insisif dan kaninus.

Gambar 8 . Memperlihatkan pola gigi seri sentralis dan naturalis dan kaninus denga jarak sesuai dengan susunan gigi geliginya.2) Kelas IIPola gigitan kelas II seperti pola gigiyan kelas I tetapi terlihat pola gigitan cups bukalis dan palatalis maupun cusp bukalis dan cusp lingualis tetapi derajat pola gigitannya masih sedikit.

Gambar 9. Memperlihatkan pola gigitan dari gigi insisif, kaninus, dan cusp premolar rahang atas dan rahang bawah.3) Kelas IIIPola gigitan kelas III derajat luka lebih parah dari kelas II yaitu permukaan gigi insisif telah menyatu akan tetapi dalamnya luka gigitan mempunyai derajat lebih parah dari pola gigitan kelas II.

Gambar 10. Memperlihatkan permukaan kulit dengan luka sesuai dengnan garis gigitan gigi insisif dan kaninus sedangkan gigi premolar lebih mempunyai luka lebih dalam.4) Kelas IVPola gigitan kelas IV terdapat luka pada kulit dan otot di bawah kulit yang sedikit terlepas atau rupture sehingga terlihat pola gigitan irregular.

Gambar 11. Memperlihatkan ketidakteraturan dari keparahan derajat pola gigitan dari gigi kaninus dan insisif yang sangat dalam baik pada rahang atas maupun rahang bawah sedangkan pola gigitan gigi premolar kedua cusp hamper menyatu.5) Kelas VPola gigitan kelas V terlihat luka yang menyatu pola gigitan insisif, kaninus, dan premolar baik pada rahang atas maupun bawah.

Gambar 12. Memperlihatkan pola luka gigitan yang sangat lebar serta ketidakteraturan dari semua gigi depan dan premolar.

6) Kelas VIPola gigitan kelas VI memperlihatkan luka dari seluruh gigitan dari gigi rahang atas dan bawah dan jaringan kulit serta jaringan otot terlepas sesuai dengan kekerasan oklusi dam pembukaaan mulut.

Gambar 13. Memperlihatkan luka akibat pola gigitan sangat dalam dan buas pada jaringan kulit dan jaringan ikat terlepas seluruhnya.

4. Identifikasi golongan darah korban dan pelaku melalui saliva Identifikasi golongan darah korban melalui saliva haruslah dibuat sediaan ulas pada TKP maupun pada korban yang masih terdapat saliva baik masih basah maupun sudah kering.Identifikasi golongan darah dari saliva yang disebut juga sebagai saliva washing atau analisa air liur maka sediaan ulas yang tim identifikasi buat haruslah dikirim ke laboratorium serologis, apabila saliva tersebut secretor maka dapat diketahui golongan darah dari saliva tersebut. Apabila saliva tersebut non secretor maka sulit ditentukan golongan darah oleh karena terlampau banyak kemungkinan yang mempengaruhinya (Lukman, 1994).