Top Banner
Kekurangan Energi Protein Resume Kasus 1 Sistem Digestive 1 Kelompok 11 Santa Maria P 220110100115 Cindy HPMS 220110100116 Irine Gemasari 220110100117 Mika Pratiwi 220110100118 Herti Pardede 220110100119 Aisah Jamil 220110100120 S. Ratih H 220110100121 Yuli Anisa 220110100122 Danita Suci L 220110100123 Fuji Lestari 220110100124 Sri Hardiyani 220110100041 Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran 2012 Kasus An. A, seorang anak perempuan 9 tahun dirawat dirumah sakit dengan keluhan sering BAB sekitar 5-6 kali sehari, terutama sejak dua minggu terakhir. Pasien baru dibawa kerumah sakit
41

MAKALAH Kasus 1 - Kekurangan Energi Protein With Comment

Dec 01, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: MAKALAH Kasus 1 - Kekurangan Energi Protein With Comment

Kekurangan Energi Protein

Resume Kasus 1

Sistem Digestive 1

Kelompok 11

Santa Maria P 220110100115

Cindy HPMS 220110100116

Irine Gemasari220110100117

Mika Pratiwi 220110100118

Herti Pardede 220110100119

Aisah Jamil 220110100120

S. Ratih H 220110100121

Yuli Anisa 220110100122

Danita Suci L 220110100123

Fuji Lestari 220110100124

Sri Hardiyani 220110100041

Fakultas Keperawatan

Universitas Padjadjaran

2012

Kasus

An. A, seorang anak perempuan 9 tahun dirawat dirumah sakit dengan keluhan sering BAB

sekitar 5-6 kali sehari, terutama sejak dua minggu terakhir. Pasien baru dibawa kerumah sakit

karena tidak memiliki biaya untuk berobat. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan BB 20 kg, TB

135 cm, rambut kusam dan kering, kulit kering dan garis yang dalam, tampak pendiam, mata

sayu dan sembab, perut buncit, kaki bengkak, suhu rabaan dingin, pada palpasi terdapat

pembesaran hepar 1-2 cm. Hasil pemeriksaan lab menunjukkan Hb 8.7, gula darah sewaktu

52 gr%, K=3 mEq/l, Mg= 1 mEq/l.

Page 2: MAKALAH Kasus 1 - Kekurangan Energi Protein With Comment

Selama dilakukan pengkajian oleh perawatm klien selalu melihat pada ibunya dan mimik

muka seperti mau menangis. Menurut ibunya klien sering cengeng, tidak mau bergaul dengan

teman sebaya dan tidak mempunyai keinginan apapun.

Klien dalam tiga bulan terakhir ini tidak bersekolah lagi karena kesulitan berjalan akibat

kelelahan dan sulit berkonsentrasi. Klien tinggal didaerah padat penduduk dan rumahnya

seluas 42 m3. Ayah klien bekerja tidak tentu, tetapi sering menjadi buruh dipasar. Sedangkan

ibunya tidak bekerja, hanya sesekali menerima cucian orang lain.

Step 1

1. Garis dalam

2. Gula darah sewaktu

3. mEq/l

jawab

1. -

2. Gula darah yang dites pada waktu itu

3. Miliequivalen/ liter

Step 2

1. Anak 9 tahun BB 20 kg, normal atau tidak?

2. Penyebab sering BAB?

3. Apakah rambut kusam karena kurang nutrisi?

4. Berapakah gula darah normal?

5. Tempat tinggal didaerah padat mempengaruhi/ tidak?

6. Penyebab perut buncit dan kaki bengkak?

7. Mengapa terjadi pembesaran hepar?

8. Diagnosa medis?

9. Adakah dampak keterlambatan membawa klien ke rumah sakit?

10. Mengapa klien sering melihat ibunya? Dan bagaimanakah peran perawat

11. Apa saja asupan nutrisi yang baik dan yang tidak baik?

12. Apa saja komplikasi yang dapat timbul?

13. Bagaimana pengobatan yang seharusnya?

14. Adakah pengaruh penyakit ke konsep diri?

15. Apakah klien ini kekurangan cairan? Perlukah di infus?

Peri Kecil, 04/03/12,
dikasih judul lampiran ..dan di taro di belakang setelah tinjauan pustaka dan pembahasan kasus.
Page 3: MAKALAH Kasus 1 - Kekurangan Energi Protein With Comment

Step 3

1. Tidak normal, BB anak umur 9 tahun sekitar 35 kg

2. Karena bakteri

3. Dilihat dari tanda dan gejalanya, kemungkinan karena kekurangan nutrisi

4. –

5. Ya, karena banyak kemungkinan adanya kuman yang menempel di makanan lalu masuk

ke dalam tubuh yang belum tentu bersih sehingga menyebabkan diare

6. –

7. –

8. Mal nutrisi

9. Ya, karena sudah 2 minggu BAB

10. Peran perawat memberi kepercayaan kepada anak

11. Makanan bergizi tinggi dan minuman untuk mengganti cairan yang hilang akibat

diare

12. –

13. Non farmako: peralatan yang bersih

14. Tidak

15. Ya, karena BAB 5-6 kali/ hari. Dipasang infus untuk mengganti cairan yang hilang

Step 4

Step 5

1. Garis dalam

2. Bb normal

3. Gula darah normal

Tumbuh kembang Peran perawat Anatomi dan Fisiologi

MAL NUTRISIPatofisiologi

Askep

Pengkajian

Analisa data

Diagnosa

Rencana Asukan Keperawatan

Penatalaksanaan

Farmako

Non farmako

Konsep

Definisi

Etiologi

Manifestasi klinis

Klasifikasi

Komplikasi

pencegahan

Status nutrisi

Page 4: MAKALAH Kasus 1 - Kekurangan Energi Protein With Comment

4. Diagnosa medis

5. Terjadinya pembesaran hepar

6. Tumbuh kembang

7. Status nutrisi

Anatomi Fisiologi Sistem Digestive

Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah sistem

organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-

zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian

makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh.

Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung, usus

halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang

terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.

Gambar 1: Sistem Pencernaan

A. Mulut

Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air pada hewan. Mulut

biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian awal dari sistem pencernaan

lengkap yang berakhir di anus.

Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam dari mulut dilapisi

oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di permukaan

Peri Kecil, 04/03/12,
Judul besarnya TINJAUAN PUSTAKA Anfis system digestive … … dst
Page 5: MAKALAH Kasus 1 - Kekurangan Energi Protein With Comment

lidah. Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan pahit. Penciuman

dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung dan lebih rumit, terdiri dari berbagai macam

bau.

Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi belakang

(molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari

kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian

dari makanan tersebut dengan enzim-enzim

pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga

mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim),

yang memecah protein dan menyerang bakteri

secara langsung. Proses menelan dimulai secara

sadar dan berlanjut secara otomatis.

Gbr 2 : Anatomi Mulut

B. Tenggorokan ( Faring)

Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Berasal dari bahasa

yunani yaitu Pharynk.

Gambar 3 : tenggorokan

Didalam lengkung faring terdapat tonsil

( amandel ) yaitu kelenjar limfe yang banyak

mengandung kelenjar limfosit dan merupakan

pertahanan terhadap infeksi, disini terletak

bersimpangan antara jalan nafas dan jalan

makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan

rongga hidung, didepan ruas tulang belakang

Keatas bagian depan berhubungan dengan rongga

hidung, dengan perantaraan lubang bernama koana, keadaan tekak berhubungan dengan

rongga mulut dengan perantaraan lubang yang disebut ismus fausium

Tekak terdiri dari; Bagian superior =bagian yang sangat tinggi dengan hidung, bagian

media = bagian yang sama tinggi dengan mulut dan bagian inferior = bagian yang sama

tinggi dengan laring.

Bagian superior disebut nasofaring, pada nasofaring bermuara tuba yang menghubungkan

tekak dengan ruang gendang telinga,Bagian media disebut orofaring,bagian ini berbatas

Page 6: MAKALAH Kasus 1 - Kekurangan Energi Protein With Comment

kedepan sampai diakar lidah bagian inferior disebut laring gofaring yang menghubungkan

orofaring dengan laring

C. Kerongkongan (Esofagus)

Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui sewaktu makanan

mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan berjalan melalui kerongkongan

dengan menggunakan proses peristaltik. Sering juga disebut esofagus(dari bahasa Yunani:

οiσω, oeso – “membawa”, dan έφαγον, phagus – “memakan”).

Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang. Menurut histologi

esofagus dibagi menjadi tiga bagian:

1. bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)

2. bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)

3. serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).

Gambar 4 : esofagus

D. Lambung

Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang keledai. Terdiri

dari 3 bagian yaitu:

1. Kardia

2. Fundus

3. Antrum.

Makanan masuk ke dalam lambung

dari kerongkongan melalui otot

berbentuk cincin (sfinter), yang bisa

membuka dan menutup. Dalam

keadaan normal, sfinter menghalangi

masuknya kembali isi lambung ke

dalam kerongkongan.

Gambar 5 : Anatomi Lambung

Lambung berfungsi sebagai gudang

makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-

enzim. Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting :

Page 7: MAKALAH Kasus 1 - Kekurangan Energi Protein With Comment

Lendir

Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung. Setiap kelainan

pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang mengarah kepada

terbentuknya tukak lambung.

Asam klorida (HCl)

Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh pepsin

guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan sebagai

penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.

Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)

E. Usus halus (usus kecil)

Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di antara

lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-

zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang

melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang

dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula

dan lemak.

Lapisan usus halus ; lapisan mukosa ( sebelah

dalam ), lapisan otot melingkar ( M sirkuler ),

lapisan otot memanjang ( M Longitidinal ) dan

lapisan serosa ( Sebelah Luar )

Gambar 6 : Antomi Usus

Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus

dua belas jari (duodenum), usus kosong

(jejunum), dan usus penyerapan (ileum).

1. Usus dua belas jari (Duodenum)

Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak setelah

lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian usus dua belas jari

merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan

berakhir di ligamentum Treitz.

Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak terbungkus seluruhnya

oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal berkisar pada derajat

sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan

Page 8: MAKALAH Kasus 1 - Kekurangan Energi Protein With Comment

kantung empedu. Nama duodenum berasal dari bahasa Latin duodenum digitorum,

yang berarti dua belas jari.

Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum), yang

merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam duodenum

melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh,

duodenum akan megirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan

makanan.

2. Usus Kosong (jejenum)

Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian kedua dari

usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada

manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian

usus kosong. Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan

mesenterium.

Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot usus (vili),

yang memperluas permukaan dari usus. Secara histologis dapat dibedakan dengan usus

dua belas jari, yakni berkurangnya kelenjar Brunner. Secara hitologis pula dapat

dibedakan dengan usus penyerapan, yakni sedikitnya sel goblet dan plak Peyeri. Sedikit

sulit untuk membedakan usus kosong dan usus penyerapan secara makroskopis.

Jejunum diturunkan dari kata sifat jejune yang berarti “lapar” dalam bahasa Inggris

modern. Arti aslinya berasal dari bahasa Laton, jejunus, yang berarti “kosong”.

3. Usus Penyerapan (illeum)

Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem

pencernaan manusia, ) ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah

duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7

dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam

empedu.

F. Usus Besar (Kolon)

Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum.

Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus besar terdiri dari :

1. Kolon asendens (kanan)

2. Kolon transversum

3. Kolon desendens (kiri)

4. Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)

Page 9: MAKALAH Kasus 1 - Kekurangan Energi Protein With Comment

Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan

dan membantu penyerapan zat-zat gizi.

Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi

membuat zat-zat penting, seperti vitamin K.

Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus.

Beberapa penyakit serta antibiotik bisa

menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri

didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang

bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air,

dan terjadilah diare.

Gambar 10 : Anatomi Usus Besar

G. Usus Buntu (sekum)

Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, “buta”) dalam istilah anatomi adalah suatu

kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus

besar. Organ ini ditemukan pada mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil. Sebagian

besar herbivora memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora eksklusif memiliki

sekum yang kecil, yang sebagian atau seluruhnya digantikan oleh umbai cacing.

H. Umbai Cacing (Appendix)

Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu. Infeksi pada organ

ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing. Apendisitis yang parah dapat

menyebabkan apendiks pecah dan membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau

peritonitis (infeksi rongga abdomen).

Dalam anatomi manusia, umbai cacing atau dalam bahasa Inggris, vermiform appendix

(atau hanya appendix) adalah hujung buntu tabung yang menyambung dengan caecum.

Umbai cacing terbentuk dari caecum pada tahap embrio. Dalam orang dewasa, Umbai

cacing berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa bervariasi dari 2 sampai 20 cm. Walaupun

lokasi apendiks selalu tetap, lokasi ujung umbai cacing bisa berbeda – bisa di retrocaecal

atau di pinggang (pelvis) yang jelas tetap terletak di peritoneum.

Banyak orang percaya umbai cacing tidak berguna dan organ vestigial (sisihan), sebagian

yang lain percaya bahwa apendiks mempunyai fungsi dalam sistem limfatik.

Operasi membuang umbai cacing dikenal sebagai appendektomi.

Page 10: MAKALAH Kasus 1 - Kekurangan Energi Protein With Comment

I. Rektum dan anus

Rektum (Bahasa Latin: regere, “meluruskan, mengatur”) adalah sebuah ruangan yang

berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini

berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini kosong

karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon

desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang

air besar (BAB). Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di dalam

rektum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk melakukan

defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke usus besar,

di mana penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode

yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi.

Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak

yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang penting untuk

menunda BAB.

Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana

bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari

permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari usus.

Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses

dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar –

BAB), yang merupakan fungsi utama anus.

Gambar 11 : Anatomi Rektum & Anus

J. Pankreas

Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi utama yaitu

menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting seperti insulin. Pankreas

terletak pada bagian posterior perut dan berhubungan erat dengan duodenum (usus dua

belas jari). Pankraes terdiri dari 2 jaringan dasar yaitu :

1. Asini, menghasilkan enzim-enzim pencernaan

2. Pulau pankreas, menghasilkan hormon

Pankreas melepaskan enzim pencernaan ke dalam duodenum dan melepaskan hormon ke

dalam darah. Enzim yang dilepaskan oleh pankreas akan mencerna protein, karbohidrat

dan lemak. Enzim proteolitik memecah protein ke dalam

bentuk yang dapat digunakan oleh tubuh dan dilepaskan

Page 11: MAKALAH Kasus 1 - Kekurangan Energi Protein With Comment

dalam bentuk inaktif. Enzim ini hanya akan aktif jika telah mencapai saluran pencernaan.

Pankreas juga melepaskan sejumlah besar sodium bikarbonat, yang berfungsi melindungi

duodenum dengan cara menetralkan asam lambung.

Gambar 12 : Pankreas

K. Hati

Hati merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan manusia dan memiliki

berbagai fungsi, beberapa diantaranya berhubungan dengan pencernaan.

Organ ini memainkan peran penting dalam metabolisme dan memiliki beberapa fungsi

dalam tubuh termasuk penyimpanan glikogen, sintesis protein plasma, dan penetralan

obat. Dia juga memproduksi bile, yang penting dalam pencernaan. Istilah medis yang

bersangkutan dengan hati biasanya dimulai dalam hepat- atau hepatik dari kata Yunani

untuk hati, hepar.

Zat-zat gizi dari makanan diserap ke dalam dinding usus yang kaya akan pembuluh darah

yang kecil-kecil (kapiler). Kapiler ini mengalirkan darah ke dalam vena yang bergabung

dengan vena yang lebih besar dan pada akhirnya masuk ke dalam hati sebagai vena porta.

Vena porta terbagi menjadi pembuluh-pembuluh kecil di dalam hati, dimana darah yang

masuk diolah.

Hati melakukan proses tersebut dengan kecepatan

tinggi, setelah darah diperkaya dengan zat-zat gizi,

darah dialirkan ke dalam sirkulasi umum.

Hati adalah organ yang terbesar di dalam badan

manusia.

Gambar 12 : Hati

L. Kandung empedu

Kandung empedu (Bahasa Inggris: gallbladder) adalah organ berbentuk buah pir yang

dapat menyimpan sekitar 50 ml empedu yang dibutuhkan tubuh untuk proses pencernaan.

Pada manusia, panjang kandung empedu adalah sekitar 7-10 cm dan berwarna hijau gelap

– bukan karena warna jaringannya, melainkan karena

warna cairan empedu yang dikandungnya. Organ ini

terhubungkan dengan hati dan usus dua belas jari

melalui saluran empedu.

Empedu memiliki 2 fungsi penting yaitu:

Page 12: MAKALAH Kasus 1 - Kekurangan Energi Protein With Comment

1. Membantu pencernaan dan penyerapan lemak

2. Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama haemoglobin (Hb)

yang berasal dari penghancuran sel darah merah dan kelebihan kolesterol.

Konsep

1. Definisi

Di seluruh dunia, kekurangan energy-protein (KEP) merupakan penyebab utama kematian

pada anak yang berusia kurang dari 5 tahun. KEP adalah spektrum keadaan yang

disebabkan oleh berbagai tingkat defisiensi protein dan kalori. KEP primer disebabkan

oleh factor social atau ekonomi yang mengakibatkan kekurangan makanan. KEP sekunder

terjadi pada anak dengan berbagai keadaan yang disebabkan oleh meningkatnya

kebutuhan kalori, peningkatan kehilangan kalori, penurunan asupan kalori atau kombinasi

dari ketiga variable ini .(Behrman, Richard E dan Roberth M Kliegman.2010.Esensi

Pediatri Nelson ed.4.Jakarta:EGC)

Malnutrisi Energi Protein (MEP) merupakan keadaan tidak cukupnya masukan protein dan

kalori yang dibutuhkan oleh tubuh atau dikenal dengan nama marasmus dan kwashiorkor.

Kwashiorkor disebabkan oleh kekurangan protein baik dari segi kualitas maupun segi

kuantitas, sedangkan marasmus disebabkan oleh kekurangan kalori dan protein.(Buku

Asuhan Keperawatan Anak dengan Masalah Gizi, Sistem Pencernaan, dan Hepatologi)

Kurang energi protein (KEP) adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan rendahnya

konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi angka

kebutuhan gizi (AKG).

Kurang energi protein (KEP) yaitu seseorang yang kurang gizi yang disebabkan oleh

rendahnya konsumsi energi protein dalam makan sehari-hari dan atau gangguan penyakit

tertentu sehingga tidak memenuhi angka kecukupan gizi (AKG). Anak disebut KEP

apabila berat badannya kurang dari 80% indeks BB untuk baku standar WHO-NCHS

(Depkes RI, 1998).

Kekurangan Energi Protein (KEP) adalah suatu penyakit yang ditandai dengan kelainan

patologi yang diakibatkan oleh karena defisiensi protein saja atau defesiensi energi saja

atau protein dan energi baik secara kuantitatif atau kualitatif yang biasanya sebagai

akibat/berhubungan dengan penyakit infeksi (dr. I Wayan Sujana).

2. Etiologi

Peri Kecil, 04/03/12,
definisi KEP
Peri Kecil, 04/03/12,
B. Konsep Kekurangan Energi Protein
Page 13: MAKALAH Kasus 1 - Kekurangan Energi Protein With Comment

a. Factor makanan: kurangnya asupan protein yang memadai. Jika seseorang pada waktu

bayi tidak diberikan ASI dan tidak digantikan dengan protein-protein seperti susu,

kacang, ikan, dll, maka akan menderita kwashiorkor. Kurang pengetahuan tentang gizi

juga dapat menjadi factor pencetus

b. Factor social: kwashiorkor diderita oleh penduduk yang tinggal di kawasan paadat

penduduk yang keadaan sosialnya tidak stabil, adanya pantangan tertentu dapat

menyebabkan kwashiorkor.

c. Factor ekonomi: kemiskinan keluarga dan factor ekonomi yang rendah mengakibatkan

pemenuhan gizi dan nutrisi tidak seimbang.

d. Factor penyakit lainnya: penyakit infeksi, penyakit bawaan dan kelainan-kelainan yang

mengganggu proses penyerapan protein menyababkan kwashiorkor

3. Manifestasi Klinis

Diagnosis peritonitis ditegakkan secara klinis dengan adanya tanda sebagai berikut:

nyeri abdomen (akut abdomen)

Dengan nyeri yang tumpul dan tidak terlalu jelas lokasinya (peritoneum visceral) yang

makin lama makin jelas lokasinya (peritoneum parietal)

demam tinggi atau hipotermia

tatikardi

dehidrasi

hipotensi

dinding perut akan terasa tegang

karena mekanisme antisipasi penderita secara tidak sadar untuk menghindari palpasinya

yang menyakinkan atau tegang karena iritasi peritoneum

Pada wanita dilakukan pemeriksaan vagina bimanual untuk membedakan nyeri akibat

pelvic inflammatoru disease. Pemeriksaan-pemeriksaan klinis ini bisa jadi positif palsu

pada penderita dalam keadaan imunosupresi (misalnya diabetes berat, penggunaan

steroid, pascatransplantasi, atau HIV), penderita dengan penurunan kesadaran

(misalnya trauma cranial, ensefalopati toksik, syok sepsis, atau penggunaan analgesic),

penderita dnegan paraplegia dan penderita geriatric.

4. Klasifikasi

a. Berdasarkan persentasi BB ideal terhadap tinggi badan

KEP ringan: >80-90% BB ideal terhadap TB (WHO CDC)

Page 14: MAKALAH Kasus 1 - Kekurangan Energi Protein With Comment

KEP sedang: >70-80% BB ideal terhadap TB (WHO CDC)

KEP berat: ≤ 70% BB ideal terhadap TB (WHO CDC)

b. Berdasarkan etiologinya:

Primer: apabila KEP terjadi karena kurang asupan nutrisi akibat madsalah ekonomi

social pendidikan yang kurang tentang gizi,.

Sekunder: dikarenakan adanya penyakit utama seperti congenital, infeksi kronik, dan

kelainan pencernaan dan metabolic yang mengakibatkan penurunan penyerapan

nutrisi

c. Berdasarkan manifestasi klinisnya:

Kwashiorkor ditandai oleh: edema yang dapat terjadi di seluruh tubuh, wajah sembab

dan membulat, mata sayu, rambut tipis dan kemerah seperti rambut jagung, mudah

dicabut dan gampang rontok, cengen, rewel, apatis, hepatomegali, hipotrofi, bercak

merah kecoklatan di kulit, dan mudah terkelupas, sering disertai penyakit infeksi

terutama akut seperti diare dan anemia

Marasmus ditandai oleh: sangatr kurus, tampak tulang terbungkus kulit, wajah seperti

orang tua, cengeng dan rewel, kulit keriput, jaringan lemak subkutan minimal, bahkan

tidak ada, perut cekung, iga gambang,sering disertai infeksi dan diare

Marasmik-kwashiorkor: campuran dari gejala marasmus dan kwashiorkor

5. Komplikasi

a. Kwashiorkor

Diare

Infeksi

Anemia

Gangguan tumbang

Hipokalemia

b. Marasmus

Infeksi

Tuberculosis

Parasitosis

Disentri

Gangguan tumbang

6. Pencegahan

Page 15: MAKALAH Kasus 1 - Kekurangan Energi Protein With Comment

Adapun pencegahan dari Kekurangan Energi Protein:

1. Penuhi asupan nutrisi anak

2. Hindari dari suasana lingkungan yang tidak mendukung kesehatan anak

3. Rutin perikssa status gizi anak

7. Pemeriksaan Penunjang

a. Laboratorik

Hb , albumin – globulin, serum ferritin, darah, air kemih, tinja, EKG, X-foto

paru, dan uji tuberkulin.

b. Antropometri

BB menurut umur, TB menurut umur, LLA (lingkar lengan atas) menurut umur, BB

menurut TB, LLA menurut TB.

Penatalaksanaan

Penatalaksaan Medis dan Keperawatan

A. Prosedur tetap pengobatan dirumah sakit :

Prinsip dasar penanganan 10 langkah utama (diutamakan penanganan kegawatan)

Penanganan hipoglikemi

Penanganan hipotermi

Penanganan dehidrasi

Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit

Pengobatan infeksi

Pemberian makanan

Fasilitasi tumbuh kejar

Koreksi defisiensi nutrisi mikro

Melakukan stimulasi sensorik dan perbaikan mental

Perencanaan tindak lanjut setelah sembuh

Dari WHO tentang pengelolaan KEP berat dirumah sakit dengan menetapkan 10 langkah

tindakan pelayanan melalui 3 fase (stabilisasi, transisi dan rehabilitasi) dan dilamjutkan

dengan fase ‘follow up’ sebagai berikut:

1. Fase Stabilisasi

Porsi kecil, sering, rendah serat dan rendah laktosa

Energi: 100kkal/kgBB/hari

Protein: 1-1,5 g/kgBB/hari

Peri Kecil, 04/03/12,
Sama dengan diatas ada nilai atau hasilo yang khas pada penderita KEP
Peri Kecil, 04/03/12,
Hasilnya seperti apa missal penderita KEP HB nya akan menurun atau meninngkat. albuminnya senurun atau meningkat, serum, darah, air kemih, dll nya seperti apa hasil pemeriksaannya jika pasien mengalami KEP.
Page 16: MAKALAH Kasus 1 - Kekurangan Energi Protein With Comment

Cairan : 130 ml/kgBB/hari (bila sembab berat: 100ml/kgBB.hari)

Teruskan ASI pada anak menetek

Bila selera makan bak dan tidak sembab pemberian makan bias dipercepat

Pantau dan catat : jumlah cairan yang diberikan, yang tersisa; jumlah cairan yang

keluar seperti muntah, frekuensi buang air, timbang BB/hari(sudrajat suratmaja, 2000)

2. Fase Transisi

Pemberian energi masih sekitar 100 kkal/kgBB/hari

Pantau frekuensi nafas dan denyut nadi

Bila nafas meningkat > 5 kali/menit dan nadi >25 kali/menit dalam pemantauan tiap 4

jam berturutan, kurangi volume pemberian formula

Setelah normal bias naik kembali

3. Fase Rehabilitasi

Beri makan/formula WHO, jumlah tidak terbatas dan sering TKTP

Energi : 150-220 kkal/kgBB/hari

Protein: 4-6g/kgBB/hari

ASI diteruskan, tambahkan makanan formula; secara perlahan kepada keluarga

Pemantauan : kecepatan pertambahan BB setiap minggu (timbang BB setiap hari

sebelum makan)

4. Tindakan Khusus

Hipoglikemia : berikan bolus 50 ml glukosa 10% atau sukrosa secara oral/sonde

nasogastrik

Hiponatremia : pakaikan anak selimut/letakan anak dekat lampu

Dehidrasi : cairan resomal/pengganti 5 ml/kgBB(sudrajat suratmaja, 2000)

B. Pengobatan penyakit penyerta

1. Defisiensi vitamin A

Bila ada kelainan di mata, berikan vitamin A oral pada hari ke 1, 2 dan 14 atau

sebelum keluar rumah sakit bila terjadi memburuknya keadaan klinis diberikan

vit. A dengan dosis :

* umur > 1 tahun : 200.000 SI/kali

* umur 6 – 12 bulan : 100.000 SI/kal

* umur 0 – 5 bulan : 50.000 SI/kali

Page 17: MAKALAH Kasus 1 - Kekurangan Energi Protein With Comment

Bila ada ulkus dimata diberikan :

• Tetes mata khloramfenikol atau salep mata tetrasiklin, setiap 2-3 jam selama 7-10

hari

• Teteskan tetes mata atropin, 1 tetes 3 kali sehari selama 3-5 hari

• Tutup mata dengan kasa yang dibasahi larutan garam faali

2. Dermatosis

Dermatosis ditandai adanya : hipo/hiperpigmentasi, deskwamasi (kulit mengelupas),

lesi ulcerasi eksudatif, menyerupai luka bakar, sering disertai infeksi sekunder, antara

lain oleh Candida. Tatalaksana :

a. kompres bagian kulit yang terkena dengan larutan KmnO4 (K-permanganat) 1%

selama 10 menit

b. beri salep atau krim (Zn dengan minyak kastor)

c. usahakan agar daerah perineum tetap kering

d. umumnya terdapat defisiensi seng (Zn) : beri preparat Zn peroral

3. Parasit/ cacing

Beri Mebendasol 100 mg oral, 2 kali sehari selama 3 hari, atau preparat antihelmintik

lain.

4. Diare melanjut

Diobati bila hanya diare berlanjut dan tidak ada perbaikan keadaan umum. Berikan

formula bebas/rendah lactosa. Sering kerusakan mukosa usus dan Giardiasis merupakan

penyebab lain dari melanjutnya diare. Bila mungkin, lakukan pemeriksaan tinja

mikroskopik. Beri : Metronidasol 7.5 mg/kgBB setiap 8 jam selama 7 hari.

5. Tuberkulosis

Pada setiap kasus gizi buruk, lakukan tes tuberkulin/Mantoux (seringkali alergi) dan

Ro-foto toraks. Bila positip atau sangat mungkin TB, diobati sesuai pedoman

pengobatan TB.

C. Tindakan kegawatan

a. Syok (renjatan)

Syok karena dehidrasi atau sepsis sering menyertai KEP berat dan sulit membedakan

keduanya secara klinis saja.

Syok karena dehidrasi akan membaik dengan cepat pada pemberian cairan intravena,

sedangkan pada sepsis tanpa dehidrasi tidak. Hati-hati terhadap terjadinya overhidrasi.

Pedoman pemberian cairan :

Page 18: MAKALAH Kasus 1 - Kekurangan Energi Protein With Comment

Berikan larutan Dekstrosa 5% : NaCl 0.9% (1:1) atau larutan Ringer dengan kadar

dekstrosa 5% sebanyak 15 ml/KgBB dalam satu jam pertama.

Evaluasi setelah 1 jam :

Bila ada perbaikan klinis (kesadaran, frekuensi nadi dan pernapasan) dan status

hidrasi syok disebabkan dehidrasi. Ulangi pemberian cairan seperti di atas untuk 1

jam berikutnya, kemudian lanjutkan dengan pemberian Resomal/pengganti, per

oral/nasogastrik, 10 ml/kgBB/jam selama 10 jam, selanjutnya mulai berikan formula

khusus (F-75/pengganti).

Bila tidak ada perbaikan klinis ® anak menderita syok septik. Dalam hal ini, berikan

cairan rumat sebanyak 4 ml/kgBB/jam dan berikan transfusi darah sebanyak 10

ml/kgBB secara perlahan-lahan (dalam 3 jam). Kemudian mulailah pemberian

formula (F-75/pengganti)

b. Anemia berat

Transfusi darah diperlukan bila :

Hb

Hb 4-6 g/dl disertai distress pernapasan atau tanda gagal jantung

Transfusi darah :

- Berikan darah segar 10 ml/kgBB dalam 3 jam. Bila ada tanda gagal jantung,

gunakan 'packed red cells' untuk transfusi dengan jumlah yang sama.

- Beri furosemid 1 mg/kgBB secara i.v pada saat transfusi dimulai. Perhatikan

adanya reaksi transfusi (demam, gatal, Hb-uria, syok). Bila pada anak dengan

distres napas setelah transfusi Hb tetap.

Patofisiologi

Dilampirkan

Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Identitas Klien

Nama : An. A

Umur : 9 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : -

Pekerjaan : Pelajar

Page 19: MAKALAH Kasus 1 - Kekurangan Energi Protein With Comment

Diagnose Medis : Malnutrisi (kekurangan energy protein)

b. Anamnesa

Keluhan utama : klien mengeluh sering BAB sekitar 5-6 kali sehari, terutama

sejak 2 minggu terakhir

Riwayat penyakit sekarang :

P : sering BAB

Q : -

R : -

S : 5-6 kali sehari

T : sejak 2 minggu terakhir

Riwayat masa lalu : -

Riwayat Kesehatan keluarga : -

Riwayat Biospikospiritual Sosial :

Selama dilakuakn pengkajian oleh perawat, klien selau melihat pada ibunya dan

mimic muka seperti mau menangis. Menurut ibunya, klien sering cengeng, tidak mau

bergaul dengan teman sebaya dan tidak punya keinginan apapun.

Klien dalam 3 bulan terakhir ini tidak bersekolah lagi karena kesulitan berjalan akibat

kelelahan, dan sulit berkonsentrasi. Klien tinggal di daerah padat penduduk dan

rumahnya seluas 42 m². Ayah klien bekerja tidak tentu, tetapi sering menjadi buruh di

pasar. Sedangkan ibunya, tidak bekerja, hanya sesekali menerima cucian orang lain.

Pemeriksaan Fisik :

Inspeksi : BB = 20kg TB= 135cm, rambut kusam dan kering, kulit kering dan garis

dalam, tampak pendiam, mata sayu sembab, perut buncit, kaki bengkak dan mimik

muka seperti mau nangis.

Palpasi : suhu rabaan dingin, pembesaran hepar 1-2cm

Pemeriksaan Lab :

Hb : 8,7 N : 12,1 – 15,3

Gula Darah : 52 gr% N : 60 – 100 mg/dl

K : 3 mEq/l N : 3,5 – 5

Mg : 1 mEq/l N : 1,3 – 2,1

2. Analisa Data

DATA ETIOLOGI MASALAH

Page 20: MAKALAH Kasus 1 - Kekurangan Energi Protein With Comment

KEPERAWATAN

DO:

Diare 5-6x/hari

DS:

BB :20 kg

TB : 135 cm

Rambut kusam

dan kering

Kulit kering

dan garis yang

dalam

Perut buncit

Kaki bengkak

Suhu rabaan

dingin

Pembesaran

hepar 1-2 cm

Defisiensi protein

Pembentukan enzim laktase ↓ pd

usus

Proses pencernaan tdk sempurna

Laktosa tdk dpt dipecah menjadi

glukosa

Terjadi gangguan absorbsi

Laktosa tetap dlm usus & tdk dpt

diserap

Laktosa menarik cairan masuk

kedalam usus melalui osmosis

Merangsang dinding usus utk

bergerak lebih cepat

Diare ( 5-6 x / hari )

Defisiensi volume cairan

Kekurangan volume cairan

berhubungan dengan

terjadi gangguan absorbsi

ditandai dengan diare

DS:

BB :20 kg

TB : 135 cm

Hb : 8.7 gr/dl

Rambut kusam

dan kering

Kulit kering

etiologi

Intake mak. tdk adekuat

Mobilisasi berbagai cadangan

makanan

Gangguan nutrisi kurang

dari kebutuhan

berhubungan dengan

nutrisi yang tidak adekuat

ditandai BB : 20 kg

Peri Kecil, 04/03/12,
tdk usah pake berhubungan dengan
Peri Kecil, 04/03/12,
ini data objektif
Peri Kecil, 04/03/12,
masalah keperawatan tidak harus pake berhubungan dengan
Peri Kecil, 04/03/12,
Nampaknya data ini adalah data objektif karena yang diperiksa oleh perawat
Peri Kecil, 04/03/12,
diare 5-6 kali sehari kan pernyataan dari klien atau keluarga klien jadi dijadikan data subjektif dan cara penulisannya ;” kilen/keluarga kien mengatakan bahwa klien mengalami diare 5-6 x sehari.
Page 21: MAKALAH Kasus 1 - Kekurangan Energi Protein With Comment

dan garis yang

dalam

Perut buncit

Kaki bengkak

Suhu rabaan

dingin

Glukosa : 52 gr

%

K : 3 mEq/L

Mg : 1 mEq/L

Terjadi pembakaran cadangan

mak. (karbohidrat, lemak, dan

protein secara katabolik

Kebutuhan protein ↑

Defisiensi protein

Nutrisi dalam tubuh ↓

Gangguaan nutrisi kurang dari

kebutuhan

DO :

Menurut

ibunya,Anak A

dalam tiga

bulan terakhir

tidak

bersekolah lagi

karena

kesulitan

berjalan dan

kelelahan

DS:

Perut buncit

Pembesaran

hepar 1-2 cm

Kaki bengkak

Hb : 8.7 gr/dl

Glukosa : 52 gr

etiologi

Intake mak. tdk adekuat

Mobilisasi berbagai cadangan

makanan

Terjadi pembakaran cadangan

mak. (karbohidrat, lemak, dan

protein secara katabolik

Kebutuhan protein ↑

Defisiensi protein

Kerusakan pembentukan Hb

Hb dlm eritrosit ↓

Intoleransi aktivitas

berhubungan dengan

kerusakan pembentukan

Hb ditandai dengan klien

mengeluh kelelahan

Peri Kecil, 04/03/12,
tdk usah ada berhubungan dengan
Peri Kecil, 04/03/12,
ini data objektif
Peri Kecil, 04/03/12,
ini data subjektif
Page 22: MAKALAH Kasus 1 - Kekurangan Energi Protein With Comment

% Anemia (Hb : 8.7)

kelelahan

Intoleransi aktivitas

DO:

Menurut ibunya:

klien sering

cengeng

Tidak mau

bergaul dengan

teman sebaya

Tidak punya

keinginan

apapun

DS:

BB :20 kg

TB : 135 cm

Rambut kusam

dan kering

Kulit kering

dan garis yang

dalam

Perut buncit

Kaki bengkak

etiologi

Intake mak. tdk adekuat

Mobilisasi berbagai cadangan

makanan

Terjadi pembakaran cadangan

mak. (karbohidrat, lemak, dan

protein secara katabolik

Kebutuhan protein ↑

Defisiensi protein

Nutrisi dalam tubuh ↓

Gangguaan nutrisi kurang dari

kebutuhan

Pertumbuhan dan perkembangan

terganggu

Gangguan tumbuh kembang

Gangguan tumbuh

kembang berhubungan

dengan nutrisi tidak

adekuat ditandai dengan

pertumbuhan dan

perkembangan terganggu

Peri Kecil, 04/03/12,
Peri Kecil, 04/03/12,
tdk usah ada B.D
Peri Kecil, 04/03/12,
DO
Peri Kecil, 04/03/12,
DS
Page 23: MAKALAH Kasus 1 - Kekurangan Energi Protein With Comment

3. Diagnosa Keperawatan

a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan terjadi gangguan absorbsi ditandai

dengan diare

b. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nutrisi yang tidak

adekuat ditandai BB : 20 kg

c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kerusakan pembentukan Hb ditandai dengan

klien mengeluh kelelahan

d. Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan nutrisi tidak adekuat ditandai

dengan pertumbuhan dan perkembangan terganggu

Page 24: MAKALAH Kasus 1 - Kekurangan Energi Protein With Comment

4. Rencana Asuhan Keperawatan

No

.

Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional

1. Ketidakseimbangan

cairan kurang dari

kebutuhan

berhubungan dengan

intake dan output

cairan tidak adekuat

ditandai dengan perut

buncit, rambut kusam,

kering, kulit kering

dan garis yang dalam,

kaki bengkak, sering

diare 5-6x/hari.

Tupen : tidak ada

tanda gejala

dehidrasi TTV

dalam batas normal.

Tupan : klien akan

menunjukan hidrasi

yang kuat.

Kriteria hasil :

asupan cairan

adekuat sesuai

kebutuhan sitambah

sefisit yang terjadi,

tidak ada tanda-

tanda dehidrasi.

1. lakukan/observasi pemberian cairan

per infuse/sonde/oral sesuai program

rehidrasi.

2. jelaskan kepada keluarga tentang

upaya rehidrasi dan partisipasi yang

diharapkan dari keluarga dalam

pemeliharaan potensi pemberian

infuse atau selang sonde.

3. Kaji perkembangan keadaan dehidrasi

klien.

4. hitung balans cairan

.

1. upaya rehidrasi perlu dilakukan

untuk mengatasi masalah kekurangan

volume cairan

2. meningkatkan pemahaman keluarga

tentang upaya rehidrasi dan peran

keluarga dalam pelaksanaan terapi

rehidrasi

3. menilai perkembangan masalah

klien

4. penting untuk menetapkan program

rehidrasi selanjutrnya.

2. Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari

kebutuhan

Tujuan : agar proses

metabolisme dalam

tubuh kembali

1. Jelaskan pada keluarga tentang

penyebab malnutrisi, kebutuhan nutrisi

pemulihan, susunan menu dan

1. Meningkatkan pemahaman

keluarga tentang penyebab dan

kebutuhan nutrisi untuk pemulihan

Peri Kecil, 04/03/12,
nomor rasional disejajarkan dengan nomor intervensinya ya.
Peri Kecil, 04/03/12,
Urutannya yang benar ya, dimulai dari menghitung kebutuhan cairan pasien. kolaborasi pemberian rehidrasi resomal baru ke observasi / kaji ulang perkembangan dehidrasi klien balance cairan observasi TTV nya mana, kan di tujuan ada TTV.
Peri Kecil, 04/03/12,
dijadikan point-point, kalau di tupen ada TTV normal, dikriteria hasil harus ada juga TTV dlam batas normal, HR normalnya berapa, RR normalnya berapa dan TD normalnya berapa.
Peri Kecil, 04/03/12,
Samakan dengan diagnose yang tertulis di diagnose keperawatam
Page 25: MAKALAH Kasus 1 - Kekurangan Energi Protein With Comment

berhubungan dengan

asupan nutrisi tidak

adekuat ditandai

dengan BB 20 kg,

sering BAB sekitar 5-

6x/hari

normal, sehingga

klien menunujukan

status gizi.

Kriteria hasil

: keluarga

dapat

menjelaskan

gangguan

nutrisi yang

dialami

klien,

susunan

menu

pengolahan

makanan

sehat

seimbang 4

sehat 5

sempurna.

pengolahan makanan sehat seimbang,

tunjukan contoh jenis sumber makanan

ekonomis sesuai status sosial.

2. Tunjukan cara pemberian makanan

personde, beri kesempatan keluarga

untuk melakukannya sendiri.

3. Laksanakan pemberian roborans sesuai

program terapi.

klien sehingga dapat meneruskan

upaya terapi diet yang telah

diberikan selama hospitalisasi.

2. Meningkatkan partisipasi keluarga

dalam pemenuhan kebutuhan

nutrisi klien. Mempertegas peran

keluarga dalam upaya pemulihan

status nutrisi klien.

3. Roborans meningkatkan nafsu

makan, proses absorbs dalam

memenuhi deficit yang menyertai

keadaan malnutrisi.

4. Menilai perkembangan masalah

klien.

Peri Kecil, 04/03/12,
dirapihin ya..dipoint-pointin
Peri Kecil, 04/03/12,
redaksinya disesuaikan dengan diagnose keperawtan yang di atas.
Page 26: MAKALAH Kasus 1 - Kekurangan Energi Protein With Comment

4. Timbang BB, ukur lingkar lengan atas

dan lipatan setiap pagi.

3. Intolerans aktivitas

berhubungan dengan

Setelah 24 jam

aktivitas klien

membaik

1. Lakukan teknik distraksi dan

relaksasi

2. Kaji toleransi klien terhadap

aktivitas

3. Kaji kesiapan klien untuk

meningkatkan aktivitas

1. Meningkatkan rasa nyaman klien

2. Menentukan tindakan selanjutnya

3. Memotivasi klien untuk segera

sembuh

4. Gangguan

pertumbuhan dan

perkembangan

berhububgan dengan

kurang intake nutrisi

ditandai dengan BB

20kg

Tupen :

pertumbuhan dan

perkembangan klien

membaik

Tupan :

Klien mencapai

pertumbuhan dan

perkembangan

sesuai standar usia.

Kriteria hasil :

Pertumbuhan fisisk

sesuai standar usia,

perkembangan

1.Ajarkan kepada orang tua tentang

standar pertumbuhan fisik dan tugas-

tugas perkembangan sesuai usia anak.

2. lakukan pemberian makanan sesuai

program terapi diet pemulihan.

3.lakukan pengukuran antropo-metrik

secara berkala.

1. meningkatkan pengetahuan

keluarga tentang keterlambatan

pertumbuhan dan perkembangan anak

2. Diet khusus untuk pemenuhan

malnutrisi diprogramkan secara

bertahap sesuai dengan kebutuhan

anak dan kemampuan toleransi

pencernaan.

3. Menilai perkembanagn masalah

klien

4. Stimulasi diperlukan untuk

mengejar keterlambatan

perkembangan anak dalam aspek

Peri Kecil, 04/03/12,
Intervensinya ditambah lagi..pernah dibahas kan ya, salah satu intervensi adalah mengajarkan klien untuk beraktifitas secara bertahap.dan harus dikaji TTV nya juga..karena intoleransi aktivitas berhhubungan dengan hemodinamik tubuh.
Peri Kecil, 04/03/12,
TUPAn dan TUPEn nya?dan criteria hasilnya?
Peri Kecil, 04/03/12,
berhubunagn dengan apa?
Peri Kecil, 04/03/12,
Karena pasien sudah jelas2 kekurangan nutrisi, hal pertama yang harus dilakukan adalah memberikan nutrisi sesuai kebutuhan, untuk penjelasan kepada orang tua bisa disimpan diakhir. Hitung kebutuhan butrisinya. berikan diet TKT sesua kebutuhan Brikan makanan per oral jika pasien mampu untuk makan per oral atau memalui NGT jika pasien tidak bisa makan per oral berikan makanan dalam keadaan hangat berikan maknan sedikit2 tp sering kolaborasi berikan vitamin (cari tau vitamin nya apa saja) control antropometri setiap hari. kolaborasi pemberian antibiotic (biasanya antibiotic nya apa aja) baru ke penjelasan ke orang tua.
Page 27: MAKALAH Kasus 1 - Kekurangan Energi Protein With Comment

motorik, bahasa,

sosialisasi dengan

lingkungan

4.lakukan stimulasi tingkat

perkembangan sesuai dengan usia klien.

5. lakuakan rujukan ke lembaga

pendukung strimulasi pertumbuhan dan

perkembangan.

motorik, bahasa dan personal/sosial.

5. mempertahankan kesinambungan

program stimulasi pertumbuhan dan

perkembangan anak dengan

memperdayakan sistem pendukung

yang ada.

Page 28: MAKALAH Kasus 1 - Kekurangan Energi Protein With Comment