Kekurangan Energi Protein Resume Kasus 1 Sistem Digestive 1 Kelompok 11 Santa Maria P 220110100115 Cindy HPMS 220110100116 Irine Gemasari 220110100117 Mika Pratiwi 220110100118 Herti Pardede 220110100119 Aisah Jamil 220110100120 S. Ratih H 220110100121 Yuli Anisa 220110100122 Danita Suci L 220110100123 Fuji Lestari 220110100124 Sri Hardiyani 220110100041 Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran 2012 Kasus An. A, seorang anak perempuan 9 tahun dirawat dirumah sakit dengan keluhan sering BAB sekitar 5-6 kali sehari, terutama sejak dua minggu terakhir. Pasien baru dibawa kerumah sakit
41
Embed
MAKALAH Kasus 1 - Kekurangan Energi Protein With Comment
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Kekurangan Energi Protein
Resume Kasus 1
Sistem Digestive 1
Kelompok 11
Santa Maria P 220110100115
Cindy HPMS 220110100116
Irine Gemasari220110100117
Mika Pratiwi 220110100118
Herti Pardede 220110100119
Aisah Jamil 220110100120
S. Ratih H 220110100121
Yuli Anisa 220110100122
Danita Suci L 220110100123
Fuji Lestari 220110100124
Sri Hardiyani 220110100041
Fakultas Keperawatan
Universitas Padjadjaran
2012
Kasus
An. A, seorang anak perempuan 9 tahun dirawat dirumah sakit dengan keluhan sering BAB
sekitar 5-6 kali sehari, terutama sejak dua minggu terakhir. Pasien baru dibawa kerumah sakit
karena tidak memiliki biaya untuk berobat. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan BB 20 kg, TB
135 cm, rambut kusam dan kering, kulit kering dan garis yang dalam, tampak pendiam, mata
sayu dan sembab, perut buncit, kaki bengkak, suhu rabaan dingin, pada palpasi terdapat
pembesaran hepar 1-2 cm. Hasil pemeriksaan lab menunjukkan Hb 8.7, gula darah sewaktu
52 gr%, K=3 mEq/l, Mg= 1 mEq/l.
Selama dilakukan pengkajian oleh perawatm klien selalu melihat pada ibunya dan mimik
muka seperti mau menangis. Menurut ibunya klien sering cengeng, tidak mau bergaul dengan
teman sebaya dan tidak mempunyai keinginan apapun.
Klien dalam tiga bulan terakhir ini tidak bersekolah lagi karena kesulitan berjalan akibat
kelelahan dan sulit berkonsentrasi. Klien tinggal didaerah padat penduduk dan rumahnya
seluas 42 m3. Ayah klien bekerja tidak tentu, tetapi sering menjadi buruh dipasar. Sedangkan
ibunya tidak bekerja, hanya sesekali menerima cucian orang lain.
Step 1
1. Garis dalam
2. Gula darah sewaktu
3. mEq/l
jawab
1. -
2. Gula darah yang dites pada waktu itu
3. Miliequivalen/ liter
Step 2
1. Anak 9 tahun BB 20 kg, normal atau tidak?
2. Penyebab sering BAB?
3. Apakah rambut kusam karena kurang nutrisi?
4. Berapakah gula darah normal?
5. Tempat tinggal didaerah padat mempengaruhi/ tidak?
6. Penyebab perut buncit dan kaki bengkak?
7. Mengapa terjadi pembesaran hepar?
8. Diagnosa medis?
9. Adakah dampak keterlambatan membawa klien ke rumah sakit?
10. Mengapa klien sering melihat ibunya? Dan bagaimanakah peran perawat
11. Apa saja asupan nutrisi yang baik dan yang tidak baik?
12. Apa saja komplikasi yang dapat timbul?
13. Bagaimana pengobatan yang seharusnya?
14. Adakah pengaruh penyakit ke konsep diri?
15. Apakah klien ini kekurangan cairan? Perlukah di infus?
Peri Kecil, 04/03/12,
dikasih judul lampiran ..dan di taro di belakang setelah tinjauan pustaka dan pembahasan kasus.
Step 3
1. Tidak normal, BB anak umur 9 tahun sekitar 35 kg
2. Karena bakteri
3. Dilihat dari tanda dan gejalanya, kemungkinan karena kekurangan nutrisi
4. –
5. Ya, karena banyak kemungkinan adanya kuman yang menempel di makanan lalu masuk
ke dalam tubuh yang belum tentu bersih sehingga menyebabkan diare
6. –
7. –
8. Mal nutrisi
9. Ya, karena sudah 2 minggu BAB
10. Peran perawat memberi kepercayaan kepada anak
11. Makanan bergizi tinggi dan minuman untuk mengganti cairan yang hilang akibat
diare
12. –
13. Non farmako: peralatan yang bersih
14. Tidak
15. Ya, karena BAB 5-6 kali/ hari. Dipasang infus untuk mengganti cairan yang hilang
Step 4
Step 5
1. Garis dalam
2. Bb normal
3. Gula darah normal
Tumbuh kembang Peran perawat Anatomi dan Fisiologi
MAL NUTRISIPatofisiologi
Askep
Pengkajian
Analisa data
Diagnosa
Rencana Asukan Keperawatan
Penatalaksanaan
Farmako
Non farmako
Konsep
Definisi
Etiologi
Manifestasi klinis
Klasifikasi
Komplikasi
pencegahan
Status nutrisi
4. Diagnosa medis
5. Terjadinya pembesaran hepar
6. Tumbuh kembang
7. Status nutrisi
Anatomi Fisiologi Sistem Digestive
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah sistem
organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-
zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian
makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh.
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung, usus
halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang
terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.
Gambar 1: Sistem Pencernaan
A. Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air pada hewan. Mulut
biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian awal dari sistem pencernaan
lengkap yang berakhir di anus.
Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam dari mulut dilapisi
oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di permukaan
Peri Kecil, 04/03/12,
Judul besarnya TINJAUAN PUSTAKA Anfis system digestive … … dst
lidah. Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan pahit. Penciuman
dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung dan lebih rumit, terdiri dari berbagai macam
bau.
Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi belakang
(molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari
kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian
dari makanan tersebut dengan enzim-enzim
pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga
mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim),
yang memecah protein dan menyerang bakteri
secara langsung. Proses menelan dimulai secara
sadar dan berlanjut secara otomatis.
Gbr 2 : Anatomi Mulut
B. Tenggorokan ( Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Berasal dari bahasa
yunani yaitu Pharynk.
Gambar 3 : tenggorokan
Didalam lengkung faring terdapat tonsil
( amandel ) yaitu kelenjar limfe yang banyak
mengandung kelenjar limfosit dan merupakan
pertahanan terhadap infeksi, disini terletak
bersimpangan antara jalan nafas dan jalan
makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan
rongga hidung, didepan ruas tulang belakang
Keatas bagian depan berhubungan dengan rongga
hidung, dengan perantaraan lubang bernama koana, keadaan tekak berhubungan dengan
rongga mulut dengan perantaraan lubang yang disebut ismus fausium
Tekak terdiri dari; Bagian superior =bagian yang sangat tinggi dengan hidung, bagian
media = bagian yang sama tinggi dengan mulut dan bagian inferior = bagian yang sama
tinggi dengan laring.
Bagian superior disebut nasofaring, pada nasofaring bermuara tuba yang menghubungkan
tekak dengan ruang gendang telinga,Bagian media disebut orofaring,bagian ini berbatas
kedepan sampai diakar lidah bagian inferior disebut laring gofaring yang menghubungkan
orofaring dengan laring
C. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui sewaktu makanan
mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan berjalan melalui kerongkongan
dengan menggunakan proses peristaltik. Sering juga disebut esofagus(dari bahasa Yunani:
οiσω, oeso – “membawa”, dan έφαγον, phagus – “memakan”).
Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang. Menurut histologi
esofagus dibagi menjadi tiga bagian:
1. bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)
2. bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)
3. serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).
Gambar 4 : esofagus
D. Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang keledai. Terdiri
dari 3 bagian yaitu:
1. Kardia
2. Fundus
3. Antrum.
Makanan masuk ke dalam lambung
dari kerongkongan melalui otot
berbentuk cincin (sfinter), yang bisa
membuka dan menutup. Dalam
keadaan normal, sfinter menghalangi
masuknya kembali isi lambung ke
dalam kerongkongan.
Gambar 5 : Anatomi Lambung
Lambung berfungsi sebagai gudang
makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-
enzim. Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting :
Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung. Setiap kelainan
pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang mengarah kepada
terbentuknya tukak lambung.
Asam klorida (HCl)
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh pepsin
guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan sebagai
penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.
Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)
E. Usus halus (usus kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di antara
lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-
zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang
melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang
dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula
dan lemak.
Lapisan usus halus ; lapisan mukosa ( sebelah
dalam ), lapisan otot melingkar ( M sirkuler ),
lapisan otot memanjang ( M Longitidinal ) dan
lapisan serosa ( Sebelah Luar )
Gambar 6 : Antomi Usus
Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus
dua belas jari (duodenum), usus kosong
(jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
1. Usus dua belas jari (Duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak setelah
lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian usus dua belas jari
merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan
berakhir di ligamentum Treitz.
Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak terbungkus seluruhnya
oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal berkisar pada derajat
sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan
kantung empedu. Nama duodenum berasal dari bahasa Latin duodenum digitorum,
yang berarti dua belas jari.
Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum), yang
merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam duodenum
melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh,
duodenum akan megirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan
makanan.
2. Usus Kosong (jejenum)
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian kedua dari
usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada
manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian
usus kosong. Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan
mesenterium.
Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot usus (vili),
yang memperluas permukaan dari usus. Secara histologis dapat dibedakan dengan usus
dua belas jari, yakni berkurangnya kelenjar Brunner. Secara hitologis pula dapat
dibedakan dengan usus penyerapan, yakni sedikitnya sel goblet dan plak Peyeri. Sedikit
sulit untuk membedakan usus kosong dan usus penyerapan secara makroskopis.
Jejunum diturunkan dari kata sifat jejune yang berarti “lapar” dalam bahasa Inggris
modern. Arti aslinya berasal dari bahasa Laton, jejunus, yang berarti “kosong”.
3. Usus Penyerapan (illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem
pencernaan manusia, ) ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah
duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7
dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam
empedu.
F. Usus Besar (Kolon)
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum.
Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus besar terdiri dari :
1. Kolon asendens (kanan)
2. Kolon transversum
3. Kolon desendens (kiri)
4. Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan
dan membantu penyerapan zat-zat gizi.
Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi
membuat zat-zat penting, seperti vitamin K.
Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus.
Beberapa penyakit serta antibiotik bisa
menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri
didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang
bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air,
dan terjadilah diare.
Gambar 10 : Anatomi Usus Besar
G. Usus Buntu (sekum)
Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, “buta”) dalam istilah anatomi adalah suatu
kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus
besar. Organ ini ditemukan pada mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil. Sebagian
besar herbivora memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora eksklusif memiliki
sekum yang kecil, yang sebagian atau seluruhnya digantikan oleh umbai cacing.
H. Umbai Cacing (Appendix)
Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu. Infeksi pada organ
ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing. Apendisitis yang parah dapat
menyebabkan apendiks pecah dan membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau
peritonitis (infeksi rongga abdomen).
Dalam anatomi manusia, umbai cacing atau dalam bahasa Inggris, vermiform appendix
(atau hanya appendix) adalah hujung buntu tabung yang menyambung dengan caecum.
Umbai cacing terbentuk dari caecum pada tahap embrio. Dalam orang dewasa, Umbai
cacing berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa bervariasi dari 2 sampai 20 cm. Walaupun
lokasi apendiks selalu tetap, lokasi ujung umbai cacing bisa berbeda – bisa di retrocaecal
atau di pinggang (pelvis) yang jelas tetap terletak di peritoneum.
Banyak orang percaya umbai cacing tidak berguna dan organ vestigial (sisihan), sebagian
yang lain percaya bahwa apendiks mempunyai fungsi dalam sistem limfatik.
Operasi membuang umbai cacing dikenal sebagai appendektomi.
I. Rektum dan anus
Rektum (Bahasa Latin: regere, “meluruskan, mengatur”) adalah sebuah ruangan yang
berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini
berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini kosong
karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon
desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang
air besar (BAB). Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di dalam
rektum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk melakukan
defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke usus besar,
di mana penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode
yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi.
Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak
yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang penting untuk
menunda BAB.
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana
bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari
permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari usus.
Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses
dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar –
BAB), yang merupakan fungsi utama anus.
Gambar 11 : Anatomi Rektum & Anus
J. Pankreas
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi utama yaitu
menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting seperti insulin. Pankreas
terletak pada bagian posterior perut dan berhubungan erat dengan duodenum (usus dua
belas jari). Pankraes terdiri dari 2 jaringan dasar yaitu :
1. Asini, menghasilkan enzim-enzim pencernaan
2. Pulau pankreas, menghasilkan hormon
Pankreas melepaskan enzim pencernaan ke dalam duodenum dan melepaskan hormon ke
dalam darah. Enzim yang dilepaskan oleh pankreas akan mencerna protein, karbohidrat
dan lemak. Enzim proteolitik memecah protein ke dalam
bentuk yang dapat digunakan oleh tubuh dan dilepaskan
dalam bentuk inaktif. Enzim ini hanya akan aktif jika telah mencapai saluran pencernaan.
Pankreas juga melepaskan sejumlah besar sodium bikarbonat, yang berfungsi melindungi
duodenum dengan cara menetralkan asam lambung.
Gambar 12 : Pankreas
K. Hati
Hati merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan manusia dan memiliki
berbagai fungsi, beberapa diantaranya berhubungan dengan pencernaan.
Organ ini memainkan peran penting dalam metabolisme dan memiliki beberapa fungsi
dalam tubuh termasuk penyimpanan glikogen, sintesis protein plasma, dan penetralan
obat. Dia juga memproduksi bile, yang penting dalam pencernaan. Istilah medis yang
bersangkutan dengan hati biasanya dimulai dalam hepat- atau hepatik dari kata Yunani
untuk hati, hepar.
Zat-zat gizi dari makanan diserap ke dalam dinding usus yang kaya akan pembuluh darah
yang kecil-kecil (kapiler). Kapiler ini mengalirkan darah ke dalam vena yang bergabung
dengan vena yang lebih besar dan pada akhirnya masuk ke dalam hati sebagai vena porta.
Vena porta terbagi menjadi pembuluh-pembuluh kecil di dalam hati, dimana darah yang
masuk diolah.
Hati melakukan proses tersebut dengan kecepatan
tinggi, setelah darah diperkaya dengan zat-zat gizi,
darah dialirkan ke dalam sirkulasi umum.
Hati adalah organ yang terbesar di dalam badan
manusia.
Gambar 12 : Hati
L. Kandung empedu
Kandung empedu (Bahasa Inggris: gallbladder) adalah organ berbentuk buah pir yang
dapat menyimpan sekitar 50 ml empedu yang dibutuhkan tubuh untuk proses pencernaan.
Pada manusia, panjang kandung empedu adalah sekitar 7-10 cm dan berwarna hijau gelap
– bukan karena warna jaringannya, melainkan karena
warna cairan empedu yang dikandungnya. Organ ini
terhubungkan dengan hati dan usus dua belas jari
melalui saluran empedu.
Empedu memiliki 2 fungsi penting yaitu:
1. Membantu pencernaan dan penyerapan lemak
2. Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama haemoglobin (Hb)
yang berasal dari penghancuran sel darah merah dan kelebihan kolesterol.
Konsep
1. Definisi
Di seluruh dunia, kekurangan energy-protein (KEP) merupakan penyebab utama kematian
pada anak yang berusia kurang dari 5 tahun. KEP adalah spektrum keadaan yang
disebabkan oleh berbagai tingkat defisiensi protein dan kalori. KEP primer disebabkan
oleh factor social atau ekonomi yang mengakibatkan kekurangan makanan. KEP sekunder
terjadi pada anak dengan berbagai keadaan yang disebabkan oleh meningkatnya
kebutuhan kalori, peningkatan kehilangan kalori, penurunan asupan kalori atau kombinasi
dari ketiga variable ini .(Behrman, Richard E dan Roberth M Kliegman.2010.Esensi
Pediatri Nelson ed.4.Jakarta:EGC)
Malnutrisi Energi Protein (MEP) merupakan keadaan tidak cukupnya masukan protein dan
kalori yang dibutuhkan oleh tubuh atau dikenal dengan nama marasmus dan kwashiorkor.
Kwashiorkor disebabkan oleh kekurangan protein baik dari segi kualitas maupun segi
kuantitas, sedangkan marasmus disebabkan oleh kekurangan kalori dan protein.(Buku
Asuhan Keperawatan Anak dengan Masalah Gizi, Sistem Pencernaan, dan Hepatologi)
Kurang energi protein (KEP) adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan rendahnya
konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi angka
kebutuhan gizi (AKG).
Kurang energi protein (KEP) yaitu seseorang yang kurang gizi yang disebabkan oleh
rendahnya konsumsi energi protein dalam makan sehari-hari dan atau gangguan penyakit
tertentu sehingga tidak memenuhi angka kecukupan gizi (AKG). Anak disebut KEP
apabila berat badannya kurang dari 80% indeks BB untuk baku standar WHO-NCHS
(Depkes RI, 1998).
Kekurangan Energi Protein (KEP) adalah suatu penyakit yang ditandai dengan kelainan
patologi yang diakibatkan oleh karena defisiensi protein saja atau defesiensi energi saja
atau protein dan energi baik secara kuantitatif atau kualitatif yang biasanya sebagai
akibat/berhubungan dengan penyakit infeksi (dr. I Wayan Sujana).
orang tua, cengeng dan rewel, kulit keriput, jaringan lemak subkutan minimal, bahkan
tidak ada, perut cekung, iga gambang,sering disertai infeksi dan diare
Marasmik-kwashiorkor: campuran dari gejala marasmus dan kwashiorkor
5. Komplikasi
a. Kwashiorkor
Diare
Infeksi
Anemia
Gangguan tumbang
Hipokalemia
b. Marasmus
Infeksi
Tuberculosis
Parasitosis
Disentri
Gangguan tumbang
6. Pencegahan
Adapun pencegahan dari Kekurangan Energi Protein:
1. Penuhi asupan nutrisi anak
2. Hindari dari suasana lingkungan yang tidak mendukung kesehatan anak
3. Rutin perikssa status gizi anak
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorik
Hb , albumin – globulin, serum ferritin, darah, air kemih, tinja, EKG, X-foto
paru, dan uji tuberkulin.
b. Antropometri
BB menurut umur, TB menurut umur, LLA (lingkar lengan atas) menurut umur, BB
menurut TB, LLA menurut TB.
Penatalaksanaan
Penatalaksaan Medis dan Keperawatan
A. Prosedur tetap pengobatan dirumah sakit :
Prinsip dasar penanganan 10 langkah utama (diutamakan penanganan kegawatan)
Penanganan hipoglikemi
Penanganan hipotermi
Penanganan dehidrasi
Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit
Pengobatan infeksi
Pemberian makanan
Fasilitasi tumbuh kejar
Koreksi defisiensi nutrisi mikro
Melakukan stimulasi sensorik dan perbaikan mental
Perencanaan tindak lanjut setelah sembuh
Dari WHO tentang pengelolaan KEP berat dirumah sakit dengan menetapkan 10 langkah
tindakan pelayanan melalui 3 fase (stabilisasi, transisi dan rehabilitasi) dan dilamjutkan
dengan fase ‘follow up’ sebagai berikut:
1. Fase Stabilisasi
Porsi kecil, sering, rendah serat dan rendah laktosa
Energi: 100kkal/kgBB/hari
Protein: 1-1,5 g/kgBB/hari
Peri Kecil, 04/03/12,
Sama dengan diatas ada nilai atau hasilo yang khas pada penderita KEP
Peri Kecil, 04/03/12,
Hasilnya seperti apa missal penderita KEP HB nya akan menurun atau meninngkat. albuminnya senurun atau meningkat, serum, darah, air kemih, dll nya seperti apa hasil pemeriksaannya jika pasien mengalami KEP.
Bila ada kelainan di mata, berikan vitamin A oral pada hari ke 1, 2 dan 14 atau
sebelum keluar rumah sakit bila terjadi memburuknya keadaan klinis diberikan
vit. A dengan dosis :
* umur > 1 tahun : 200.000 SI/kali
* umur 6 – 12 bulan : 100.000 SI/kal
* umur 0 – 5 bulan : 50.000 SI/kali
Bila ada ulkus dimata diberikan :
• Tetes mata khloramfenikol atau salep mata tetrasiklin, setiap 2-3 jam selama 7-10
hari
• Teteskan tetes mata atropin, 1 tetes 3 kali sehari selama 3-5 hari
• Tutup mata dengan kasa yang dibasahi larutan garam faali
2. Dermatosis
Dermatosis ditandai adanya : hipo/hiperpigmentasi, deskwamasi (kulit mengelupas),
lesi ulcerasi eksudatif, menyerupai luka bakar, sering disertai infeksi sekunder, antara
lain oleh Candida. Tatalaksana :
a. kompres bagian kulit yang terkena dengan larutan KmnO4 (K-permanganat) 1%
selama 10 menit
b. beri salep atau krim (Zn dengan minyak kastor)
c. usahakan agar daerah perineum tetap kering
d. umumnya terdapat defisiensi seng (Zn) : beri preparat Zn peroral
3. Parasit/ cacing
Beri Mebendasol 100 mg oral, 2 kali sehari selama 3 hari, atau preparat antihelmintik
lain.
4. Diare melanjut
Diobati bila hanya diare berlanjut dan tidak ada perbaikan keadaan umum. Berikan
formula bebas/rendah lactosa. Sering kerusakan mukosa usus dan Giardiasis merupakan
penyebab lain dari melanjutnya diare. Bila mungkin, lakukan pemeriksaan tinja
mikroskopik. Beri : Metronidasol 7.5 mg/kgBB setiap 8 jam selama 7 hari.
5. Tuberkulosis
Pada setiap kasus gizi buruk, lakukan tes tuberkulin/Mantoux (seringkali alergi) dan
Ro-foto toraks. Bila positip atau sangat mungkin TB, diobati sesuai pedoman
pengobatan TB.
C. Tindakan kegawatan
a. Syok (renjatan)
Syok karena dehidrasi atau sepsis sering menyertai KEP berat dan sulit membedakan
keduanya secara klinis saja.
Syok karena dehidrasi akan membaik dengan cepat pada pemberian cairan intravena,
sedangkan pada sepsis tanpa dehidrasi tidak. Hati-hati terhadap terjadinya overhidrasi.
Pedoman pemberian cairan :
Berikan larutan Dekstrosa 5% : NaCl 0.9% (1:1) atau larutan Ringer dengan kadar
dekstrosa 5% sebanyak 15 ml/KgBB dalam satu jam pertama.
Evaluasi setelah 1 jam :
Bila ada perbaikan klinis (kesadaran, frekuensi nadi dan pernapasan) dan status
hidrasi syok disebabkan dehidrasi. Ulangi pemberian cairan seperti di atas untuk 1
jam berikutnya, kemudian lanjutkan dengan pemberian Resomal/pengganti, per
oral/nasogastrik, 10 ml/kgBB/jam selama 10 jam, selanjutnya mulai berikan formula
khusus (F-75/pengganti).
Bila tidak ada perbaikan klinis ® anak menderita syok septik. Dalam hal ini, berikan
cairan rumat sebanyak 4 ml/kgBB/jam dan berikan transfusi darah sebanyak 10
ml/kgBB secara perlahan-lahan (dalam 3 jam). Kemudian mulailah pemberian
formula (F-75/pengganti)
b. Anemia berat
Transfusi darah diperlukan bila :
Hb
Hb 4-6 g/dl disertai distress pernapasan atau tanda gagal jantung
Transfusi darah :
- Berikan darah segar 10 ml/kgBB dalam 3 jam. Bila ada tanda gagal jantung,
gunakan 'packed red cells' untuk transfusi dengan jumlah yang sama.
- Beri furosemid 1 mg/kgBB secara i.v pada saat transfusi dimulai. Perhatikan
adanya reaksi transfusi (demam, gatal, Hb-uria, syok). Bila pada anak dengan
distres napas setelah transfusi Hb tetap.
Patofisiologi
Dilampirkan
Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Nama : An. A
Umur : 9 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : -
Pekerjaan : Pelajar
Diagnose Medis : Malnutrisi (kekurangan energy protein)
b. Anamnesa
Keluhan utama : klien mengeluh sering BAB sekitar 5-6 kali sehari, terutama
sejak 2 minggu terakhir
Riwayat penyakit sekarang :
P : sering BAB
Q : -
R : -
S : 5-6 kali sehari
T : sejak 2 minggu terakhir
Riwayat masa lalu : -
Riwayat Kesehatan keluarga : -
Riwayat Biospikospiritual Sosial :
Selama dilakuakn pengkajian oleh perawat, klien selau melihat pada ibunya dan
mimic muka seperti mau menangis. Menurut ibunya, klien sering cengeng, tidak mau
bergaul dengan teman sebaya dan tidak punya keinginan apapun.
Klien dalam 3 bulan terakhir ini tidak bersekolah lagi karena kesulitan berjalan akibat
kelelahan, dan sulit berkonsentrasi. Klien tinggal di daerah padat penduduk dan
rumahnya seluas 42 m². Ayah klien bekerja tidak tentu, tetapi sering menjadi buruh di
pasar. Sedangkan ibunya, tidak bekerja, hanya sesekali menerima cucian orang lain.
Pemeriksaan Fisik :
Inspeksi : BB = 20kg TB= 135cm, rambut kusam dan kering, kulit kering dan garis
dalam, tampak pendiam, mata sayu sembab, perut buncit, kaki bengkak dan mimik
muka seperti mau nangis.
Palpasi : suhu rabaan dingin, pembesaran hepar 1-2cm
Pemeriksaan Lab :
Hb : 8,7 N : 12,1 – 15,3
Gula Darah : 52 gr% N : 60 – 100 mg/dl
K : 3 mEq/l N : 3,5 – 5
Mg : 1 mEq/l N : 1,3 – 2,1
2. Analisa Data
DATA ETIOLOGI MASALAH
KEPERAWATAN
DO:
Diare 5-6x/hari
DS:
BB :20 kg
TB : 135 cm
Rambut kusam
dan kering
Kulit kering
dan garis yang
dalam
Perut buncit
Kaki bengkak
Suhu rabaan
dingin
Pembesaran
hepar 1-2 cm
Defisiensi protein
↓
Pembentukan enzim laktase ↓ pd
usus
↓
Proses pencernaan tdk sempurna
↓
Laktosa tdk dpt dipecah menjadi
glukosa
↓
Terjadi gangguan absorbsi
↓
Laktosa tetap dlm usus & tdk dpt
diserap
↓
Laktosa menarik cairan masuk
kedalam usus melalui osmosis
↓
Merangsang dinding usus utk
bergerak lebih cepat
↓
Diare ( 5-6 x / hari )
↓
Defisiensi volume cairan
Kekurangan volume cairan
berhubungan dengan
terjadi gangguan absorbsi
ditandai dengan diare
DS:
BB :20 kg
TB : 135 cm
Hb : 8.7 gr/dl
Rambut kusam
dan kering
Kulit kering
etiologi
↓
Intake mak. tdk adekuat
↓
Mobilisasi berbagai cadangan
makanan
↓
Gangguan nutrisi kurang
dari kebutuhan
berhubungan dengan
nutrisi yang tidak adekuat
ditandai BB : 20 kg
Peri Kecil, 04/03/12,
tdk usah pake berhubungan dengan
Peri Kecil, 04/03/12,
ini data objektif
Peri Kecil, 04/03/12,
masalah keperawatan tidak harus pake berhubungan dengan
Peri Kecil, 04/03/12,
Nampaknya data ini adalah data objektif karena yang diperiksa oleh perawat
Peri Kecil, 04/03/12,
diare 5-6 kali sehari kan pernyataan dari klien atau keluarga klien jadi dijadikan data subjektif dan cara penulisannya ;” kilen/keluarga kien mengatakan bahwa klien mengalami diare 5-6 x sehari.
dan garis yang
dalam
Perut buncit
Kaki bengkak
Suhu rabaan
dingin
Glukosa : 52 gr
%
K : 3 mEq/L
Mg : 1 mEq/L
Terjadi pembakaran cadangan
mak. (karbohidrat, lemak, dan
protein secara katabolik
↓
Kebutuhan protein ↑
↓
Defisiensi protein
↓
Nutrisi dalam tubuh ↓
↓
Gangguaan nutrisi kurang dari
kebutuhan
DO :
Menurut
ibunya,Anak A
dalam tiga
bulan terakhir
tidak
bersekolah lagi
karena
kesulitan
berjalan dan
kelelahan
DS:
Perut buncit
Pembesaran
hepar 1-2 cm
Kaki bengkak
Hb : 8.7 gr/dl
Glukosa : 52 gr
etiologi
↓
Intake mak. tdk adekuat
↓
Mobilisasi berbagai cadangan
makanan
↓
Terjadi pembakaran cadangan
mak. (karbohidrat, lemak, dan
protein secara katabolik
↓
Kebutuhan protein ↑
↓
Defisiensi protein
↓
Kerusakan pembentukan Hb
↓
Hb dlm eritrosit ↓
↓
Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan
kerusakan pembentukan
Hb ditandai dengan klien
mengeluh kelelahan
Peri Kecil, 04/03/12,
tdk usah ada berhubungan dengan
Peri Kecil, 04/03/12,
ini data objektif
Peri Kecil, 04/03/12,
ini data subjektif
% Anemia (Hb : 8.7)
↓
kelelahan
↓
Intoleransi aktivitas
DO:
Menurut ibunya:
klien sering
cengeng
Tidak mau
bergaul dengan
teman sebaya
Tidak punya
keinginan
apapun
DS:
BB :20 kg
TB : 135 cm
Rambut kusam
dan kering
Kulit kering
dan garis yang
dalam
Perut buncit
Kaki bengkak
etiologi
↓
Intake mak. tdk adekuat
↓
Mobilisasi berbagai cadangan
makanan
↓
Terjadi pembakaran cadangan
mak. (karbohidrat, lemak, dan
protein secara katabolik
↓
Kebutuhan protein ↑
↓
Defisiensi protein
↓
Nutrisi dalam tubuh ↓
↓
Gangguaan nutrisi kurang dari
kebutuhan
↓
Pertumbuhan dan perkembangan
terganggu
↓
Gangguan tumbuh kembang
Gangguan tumbuh
kembang berhubungan
dengan nutrisi tidak
adekuat ditandai dengan
pertumbuhan dan
perkembangan terganggu
Peri Kecil, 04/03/12,
Peri Kecil, 04/03/12,
tdk usah ada B.D
Peri Kecil, 04/03/12,
DO
Peri Kecil, 04/03/12,
DS
3. Diagnosa Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan terjadi gangguan absorbsi ditandai
dengan diare
b. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nutrisi yang tidak
adekuat ditandai BB : 20 kg
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kerusakan pembentukan Hb ditandai dengan
klien mengeluh kelelahan
d. Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan nutrisi tidak adekuat ditandai
dengan pertumbuhan dan perkembangan terganggu
4. Rencana Asuhan Keperawatan
No
.
Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1. Ketidakseimbangan
cairan kurang dari
kebutuhan
berhubungan dengan
intake dan output
cairan tidak adekuat
ditandai dengan perut
buncit, rambut kusam,
kering, kulit kering
dan garis yang dalam,
kaki bengkak, sering
diare 5-6x/hari.
Tupen : tidak ada
tanda gejala
dehidrasi TTV
dalam batas normal.
Tupan : klien akan
menunjukan hidrasi
yang kuat.
Kriteria hasil :
asupan cairan
adekuat sesuai
kebutuhan sitambah
sefisit yang terjadi,
tidak ada tanda-
tanda dehidrasi.
1. lakukan/observasi pemberian cairan
per infuse/sonde/oral sesuai program
rehidrasi.
2. jelaskan kepada keluarga tentang
upaya rehidrasi dan partisipasi yang
diharapkan dari keluarga dalam
pemeliharaan potensi pemberian
infuse atau selang sonde.
3. Kaji perkembangan keadaan dehidrasi
klien.
4. hitung balans cairan
.
1. upaya rehidrasi perlu dilakukan
untuk mengatasi masalah kekurangan
volume cairan
2. meningkatkan pemahaman keluarga
tentang upaya rehidrasi dan peran
keluarga dalam pelaksanaan terapi
rehidrasi
3. menilai perkembangan masalah
klien
4. penting untuk menetapkan program
rehidrasi selanjutrnya.
2. Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan
Tujuan : agar proses
metabolisme dalam
tubuh kembali
1. Jelaskan pada keluarga tentang
penyebab malnutrisi, kebutuhan nutrisi
pemulihan, susunan menu dan
1. Meningkatkan pemahaman
keluarga tentang penyebab dan
kebutuhan nutrisi untuk pemulihan
Peri Kecil, 04/03/12,
nomor rasional disejajarkan dengan nomor intervensinya ya.
Peri Kecil, 04/03/12,
Urutannya yang benar ya, dimulai dari menghitung kebutuhan cairan pasien. kolaborasi pemberian rehidrasi resomal baru ke observasi / kaji ulang perkembangan dehidrasi klien balance cairan observasi TTV nya mana, kan di tujuan ada TTV.
Peri Kecil, 04/03/12,
dijadikan point-point, kalau di tupen ada TTV normal, dikriteria hasil harus ada juga TTV dlam batas normal, HR normalnya berapa, RR normalnya berapa dan TD normalnya berapa.
Peri Kecil, 04/03/12,
Samakan dengan diagnose yang tertulis di diagnose keperawatam
berhubungan dengan
asupan nutrisi tidak
adekuat ditandai
dengan BB 20 kg,
sering BAB sekitar 5-
6x/hari
normal, sehingga
klien menunujukan
status gizi.
Kriteria hasil
: keluarga
dapat
menjelaskan
gangguan
nutrisi yang
dialami
klien,
susunan
menu
pengolahan
makanan
sehat
seimbang 4
sehat 5
sempurna.
pengolahan makanan sehat seimbang,
tunjukan contoh jenis sumber makanan
ekonomis sesuai status sosial.
2. Tunjukan cara pemberian makanan
personde, beri kesempatan keluarga
untuk melakukannya sendiri.
3. Laksanakan pemberian roborans sesuai
program terapi.
klien sehingga dapat meneruskan
upaya terapi diet yang telah
diberikan selama hospitalisasi.
2. Meningkatkan partisipasi keluarga
dalam pemenuhan kebutuhan
nutrisi klien. Mempertegas peran
keluarga dalam upaya pemulihan
status nutrisi klien.
3. Roborans meningkatkan nafsu
makan, proses absorbs dalam
memenuhi deficit yang menyertai
keadaan malnutrisi.
4. Menilai perkembangan masalah
klien.
Peri Kecil, 04/03/12,
dirapihin ya..dipoint-pointin
Peri Kecil, 04/03/12,
redaksinya disesuaikan dengan diagnose keperawtan yang di atas.
4. Timbang BB, ukur lingkar lengan atas
dan lipatan setiap pagi.
3. Intolerans aktivitas
berhubungan dengan
Setelah 24 jam
aktivitas klien
membaik
1. Lakukan teknik distraksi dan
relaksasi
2. Kaji toleransi klien terhadap
aktivitas
3. Kaji kesiapan klien untuk
meningkatkan aktivitas
1. Meningkatkan rasa nyaman klien
2. Menentukan tindakan selanjutnya
3. Memotivasi klien untuk segera
sembuh
4. Gangguan
pertumbuhan dan
perkembangan
berhububgan dengan
kurang intake nutrisi
ditandai dengan BB
20kg
Tupen :
pertumbuhan dan
perkembangan klien
membaik
Tupan :
Klien mencapai
pertumbuhan dan
perkembangan
sesuai standar usia.
Kriteria hasil :
Pertumbuhan fisisk
sesuai standar usia,
perkembangan
1.Ajarkan kepada orang tua tentang
standar pertumbuhan fisik dan tugas-
tugas perkembangan sesuai usia anak.
2. lakukan pemberian makanan sesuai
program terapi diet pemulihan.
3.lakukan pengukuran antropo-metrik
secara berkala.
1. meningkatkan pengetahuan
keluarga tentang keterlambatan
pertumbuhan dan perkembangan anak
2. Diet khusus untuk pemenuhan
malnutrisi diprogramkan secara
bertahap sesuai dengan kebutuhan
anak dan kemampuan toleransi
pencernaan.
3. Menilai perkembanagn masalah
klien
4. Stimulasi diperlukan untuk
mengejar keterlambatan
perkembangan anak dalam aspek
Peri Kecil, 04/03/12,
Intervensinya ditambah lagi..pernah dibahas kan ya, salah satu intervensi adalah mengajarkan klien untuk beraktifitas secara bertahap.dan harus dikaji TTV nya juga..karena intoleransi aktivitas berhhubungan dengan hemodinamik tubuh.
Peri Kecil, 04/03/12,
TUPAn dan TUPEn nya?dan criteria hasilnya?
Peri Kecil, 04/03/12,
berhubunagn dengan apa?
Peri Kecil, 04/03/12,
Karena pasien sudah jelas2 kekurangan nutrisi, hal pertama yang harus dilakukan adalah memberikan nutrisi sesuai kebutuhan, untuk penjelasan kepada orang tua bisa disimpan diakhir. Hitung kebutuhan butrisinya. berikan diet TKT sesua kebutuhan Brikan makanan per oral jika pasien mampu untuk makan per oral atau memalui NGT jika pasien tidak bisa makan per oral berikan makanan dalam keadaan hangat berikan maknan sedikit2 tp sering kolaborasi berikan vitamin (cari tau vitamin nya apa saja) control antropometri setiap hari. kolaborasi pemberian antibiotic (biasanya antibiotic nya apa aja) baru ke penjelasan ke orang tua.