Top Banner

of 21

makalah k3 konstruksi

Jun 02, 2018

Download

Documents

envifitri
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 8/10/2019 makalah k3 konstruksi

    1/21

    TUGAS KELOMPOK MATA KULIAH K3

    IMPLEMENTASI KESEHATAN

    DAN KESELAMATAN KERJADI SEKTOR KONSTRUKSI

    OLEH :

    OLEH :

    KELOMPOK I

    NURUL HAIRUNNISA A K11108258

    FITRIANI SUDIRMAN K11108251

    RINI ARYANI K11108260

    RISKA K11108255

    ANDI TITIN K11108020

    SYARIFAH ADRIANA K11108259

    SYARIF H K11107661

    ARLIM LEAMANDUNG K11107732

    IRFA IRVIANI K11107704

    MUHAMMAD IDRIS K11107746

    MUKRIMAH RAHMAN K11109530

    MONA T AKASEH K11109532

    FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

    UNIVERSITAS HASANUDDIN

    MAKASSAR

    2010

  • 8/10/2019 makalah k3 konstruksi

    2/21

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANG

    Masalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3) secara umum di Indonesia masih

    sering terabaikan. Hal ini ditunjukkan dengan masih tingginya angka kecelakaan kerja. Di

    Indonesia, setiap tujuh detik terjadi satu kasus kecelakaan kerja. Hal ini tentunya sangat

    memprihatinkan. Tingkat kepedulian dunia usaha terhadap K3 masih rendah. Padahal

    karyawan adalah aset penting perusahaan.

    Kewajiban untuk menyelenggarakaan Sistem Manajemen K3 pada perusahaan-

    perusahaan besar melalui UU Ketenagakerjaan, baru menghasilkan 2,1% saja dari 15.000

    lebih perusahaan berskala besar di Indonesia yang sudah menerapkan Sistem Manajemen

    K3. Minimnya jumlah itu sebagian besar disebabkan oleh masih adanya anggapan

    bahwa program K3 hanya akan menjadi tambahan beban biaya perusahaan. Padahal jika

    diperhitungkan besarnya dana kompensasi/santunan untuk korban kecelakaan kerja

    sebagai akibat diabaikannya Sistem Manajemen K3, yang besarnya mencapai lebih dari

    190 milyar rupiah di tahun 2003, jelaslah bahwa masalah K3 tidak selayaknya diabaikan.

    Masalah umum mengenai K3 ini juga terjadi pada penyelenggaraan konstruksi.

    Tenaga kerja di sektor jasa konstruksi mencakup sekitar 7-8% dari jumlah tenaga kerja di

    seluruh sektor, dan menyumbang 6.45% dari PDB di Indonesia. Sektor jasa konstruksi

    adalah salah satu sektor yang paling berisiko terhadap kecelakaan kerja, disamping sektor

    utama lainnya yaitu pertanian, perikanan, perkayuan, dan pertambangan. Angka

    kecelakaan kerja di sektor kontruksi didunia pada umumnya lebih tinggi dari angka

    kecelakaan di sektor lainnya seperti sektor manufaktur maupun industri. Dan angka

  • 8/10/2019 makalah k3 konstruksi

    3/21

    kecelakaan kerja kontruksi di indonesia adalah yang tertinggi. Tingginya angka

    kecelakaan kontruksi bersumber dari berbagai faktor. Baik dari pekerjanya sendiri, dari

    perusahaan maupun dari pemerintah yang menetapkan peraturan dan sanksi. Sehingga

    belum adanya komitmen yang sama dari seluruh pihak yang berkepentingan untuk selalu

    menghargai dan mengutamakan Keselamatan dan Kesehatan kerja sebagai hak asasi

    pekerja.

    Jumlah tenaga kerja di sektor konstruksi yang mencapai sekitar 4.5 juta orang, 53%

    di antaranya hanya mengenyam pendidikan sampai dengan tingkat Sekolah Dasar, bahkan

    sekitar 1.5% dari tenaga kerja ini belum pernah mendapatkan pendidikan formal apapun.

    Sebagai besar dari mereka juga berstatus tenaga kerja harian lepas atau borongan yang

    tidak memiliki ikatan kerja yang formal dengan perusahaan. Kenyataan ini tentunya

    mempersulit penanganan masalah K3 yang biasanya dilakukan dengan metoda pelatihan

    dan penjelasan-penjelasan mengenai Sistem Manajemen K3 yang diterapkan pada

    perusahaan konstruksi.

    Untuk itu diperlukan kesadaran para pengusaha kontruksi, penyedia jasa ,pengawas

    maupun pelaksana kontruksi untuk menerapkan sistem manajemen K3 baik. Penerapan

    sistem manajemen yang terintegrasi dan memenuhi persyaratan K3 serta melengkapi

    tenaga-tenaga ahli yang berkompenten di bidang K3 adalah syarat mutlak untuk

    mengurangi tingkat kecelakaan di tempat kerja khususnya di sektor Kontruksi. Tenaga-

    tenaga ahli harus ditingkatkan melaluli pelatihan-pelatihan dan pendidikan serta

    pengetahuan akan bahaya di tempat kerja.

  • 8/10/2019 makalah k3 konstruksi

    4/21

    B. RUMUSAN MASALAH

    Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini

    mengenai kondisi pada proyek konstruksi serta bagaimana peranan kesehatan dan

    keselamatan kerja pada proyek konstruksi.

  • 8/10/2019 makalah k3 konstruksi

    5/21

    BAB II

    PEMBAHASAN

    A.

    Kondisi Proyek Konstruksi

    Karakteristik KegiatanKonstruksi

    Memiliki masa kerja terbatas

    Melibatkan jumlah tenaga kerja yang besar

    Melibatkan banyak tenaga kerja kasar (labour) yang berpendidikan relatif

    rendah

    Memiliki intensitas kerjayang tinggi

    Bersifat multidisiplin dan multi crafts

    Menggunakan peralatan kerja beragam, jenis, teknologi, kapasitas dan

    kondisinya.

    Memerlukan mobilisasi yang tinggi (peralatan, material dantenaga kerja)

    1. Resiko Kecelakaan Kerja Pada Proyek Konstruksi

    Industri jasa konstruksi merupakan salah satu sektor industri yang memiliki

    risiko kecelakaan kerja yang cukup tinggi. Berbagai penyebab utama kecelakaan kerja

    pada proyek konstruksi adalah hal-hal yang berhubungan dengan karakteristik proyek

    konstruksi yang bersifat unik, lokasi kerja yang berbeda-beda, terbuka dan

    dipengaruhi cuaca, waktu pelaksanaan yang terbatas, dinamis dan menuntut

    ketahanan fisik yang tinggi, serta banyak menggunakan tenaga kerja yang tidak

    terlatih. Ditambah dengan manajemen keselamatan kerja yang sangat lemah,

    akibatnya para pekerja bekerja dengan metoda pelaksanaan konstruksi yang berisiko

    tinggi.

  • 8/10/2019 makalah k3 konstruksi

    6/21

    King and Hudson (1985) menyatakan bahwa pada proyek konstruksi di

    negara-negara berkembang, terdapat tiga kali lipat tingkat kematian dibandingkan

    dengan di negara-negara maju.

    Dari berbagai kegiatan dalam pelaksanaan proyek konstruksi, pekerjaan-

    pekerjaan yang paling berbahaya adalah pekerjaan yang dilakukan pada ketinggian

    dan pekerjaan galian. Pada ke dua jenis pekerjaan ini kecelakaan kerja yang terjadi

    cenderung serius bahkan sering kali mengakibatkan cacat tetap dan kematian. Jatuh

    dari ketinggian adalah risiko yang sangat besar dapat terjadi pada pekerja yang

    melaksanakan kegiatan konstruksi pada elevasi tinggi. Biasanya kejadian ini akan

    mengakibat kecelakaan yang fatal. Sementara risiko tersebut kurang dihayati oleh

    para pelaku konstruksi, dengan sering kali mengabaikan penggunaan peralatan

    pelindung (personal fall arrest system) yang sebenarnya telah diatur dalam pedoman

    K3 konstruksi.

    Bidang konstruksi adalah satu bidang produksi yang memerlukan kapasitas

    tenaga kerja dan tenaga mesin yang sangat besar, bahaya yang sering ditimbulkan

    umumnya dikarenakan faktor fisik, yaitu : terlindas dan terbentur yang disebabkan

    oleh terjatuh dari ketinggian, kejatuhan barang dari atas atau barang roboh.

    1. Kemungkinan jatuh dari ketinggian terjadinya lebih besar, kerusakan yang

    ditimbulkannya lebih parah. Penyebab jatuh dari ketinggian umumnya adalah :

    pekerja pada saat bekerja di tempat kerja memiliki kepercayaan dirinya

    berpengalaman atau mencari jalan cepat, mulai bekerja tanpa mengenakan alat

    pelindung apapun atau baju pelindung, sehingga begitu terjatuh tidak ada sabuk

    pengaman atau jaring pengaman bisa mengakibatkan kematian. Selain kurangnya

    pemahaman pekerja tentang keamanan, perlindungan tenaga kerja yang dilakukan

    pemilik usaha sering tidak mencukupi, sebagai contoh bila bekerja di kerangka yang

  • 8/10/2019 makalah k3 konstruksi

    7/21

    tinggi, harus dipasang balok menyilang, disamping untuk menjaga kestabilan, selain

    itu untuk memberikan topangan yang kuat bagi tenaga kerja; pada saat pekerja tidak

    hati-hati terjatuh, ada satu lapisan pengaman, untuk mengurangi dampak yang terjadi.

    Pemilik usaha tidak seharusnya mengabaikan hidup para pekerjanya demi untuk

    mengejar keuntungan.

    2. Penyebab kejatuhan benda dari atas seringkali karena kecerobohan pekerja;

    seperti pada saat mengoperasikan mesin penderek, mesin penggali lubang atau mesin

    pendorong, semestinya ada pagar pembatas di sekelilingnya, guna mencegah

    masuknya pekerja, apabila tetap diperlukan pekerja lain untuk memberikan bantuan

    operasional, maka di sampingnya perlu ada seorang mandor yang memberikan

    komando dan pengawasan; selain pagar pembatas pekerja di area tersebut harus

    memakai secara benar perlengkapan pelindung seperti helm, sarung tangan dan sepatu

    pengaman dan lain-lain. Selain itu pada saat memindahkan barang berat, sebaiknya

    menggunakan kekuatan mesin sebagai pengganti tenaga manusia, demi menghindari

    terjadinya kecelakaan pada saat pemindahan.

    3. Tertimpa barang yang roboh biasanya terjadi karena tidak adanya pagar

    pembatas di area yang mudah runtuh, karena keruntuhan itu biasanya terjadi dalam

    waktu sekejap tanpa peringatan terlebih dahulu, oleh karena itu dibuatkan demi

    mengurangi resiko kecelakan terhadap pekerja yang memasuki area tersebut.

    Benturan atau tabrakan biasanya terjadi dikarenakan kecerobohan pekerja, mesin

    penggerak dan kendaraan yang digunakan berukuran sangat besar, pandangan petugas

    operator tidak mudah mencapai luasnya batas area kerjanya sehingga terjadi benturan.

    Jenis-jenis kecelakaan kerja akibat pekerjaan galian dapat berupa tertimbun

    tanah, tersengat aliran listrik bawah tanah, terhirup gas beracun, dan lain-lain. Bahaya

    tertimbun adalah risiko yang sangat tinggi, pekerja yang tertimbun tanah sampai

  • 8/10/2019 makalah k3 konstruksi

    8/21

    sebatas dada saja dapat berakibat kematian. Di samping itu, bahaya longsor dinding

    galian dapat berlangsung sangat tiba-tiba, terutama apabila hujan terjadi pada malam

    sebelum pekerjaan yang akan dilakukan pada pagi keesokan harinya. Data kecelakaan

    kerja pada pekerjaan galian di Indonesia belum tersedia, namun sebagai

    perbandingan, Hinze dan Bren (1997) mengestimasi jumlah kasus di Amerika Serikat

    yang mencapai 100 kematian dan 7000 cacat tetap per tahun akibat tertimbun longsor

    dinding galian serta kecelakaan-kecelakaan lainnya dalam pekerjaan galian.

    Masalah keselamatan dan kesehatan kerja berdampak ekonomis yang cukup

    signifikan. Setiap kecelakaan kerja dapat menimbulkan berbagai macam kerugian. Di

    samping dapat mengakibatkan korban jiwa, biaya-biaya lainnya adalah biaya

    pengobatan, kompensasi yang harus diberikan kepada pekerja, premi asuransi, dan

    perbaikan fasilitas kerja. Terdapat biaya-biaya tidak langsung yang merupakan akibat

    dari suatu kecelakaan kerja yaitu mencakup kerugian waktu kerja (pemberhentian

    sementara), terganggunya kelancaran pekerjaan (penurunan produktivitas), pengaruh

    psikologis yang negatif pada pekerja, memburuknya reputasi perusahaan, denda dari

    pemerintah, serta kemungkinan berkurangnya kesempatan usaha (kehilangan

    pelanggan pengguna jasa). Biaya-biaya tidak langsung ini sebenarnya jauh lebih besar

    dari pada biaya langsung.

    2. Pedoman K3 Konstruksi

    Pemerintah telah sejak lama mempertimbangkan masalah perlindungan tenaga

    kerja, yaitu melalui UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja. Sesuai

    dengan perkembangan jaman, pada tahun 2003, pemerintah mengeluarkan UU

    13/2003 tentang Ketenagakerjaan. Undang undang ini mencakup berbagai hal dalam

    perlindungan pekerja yaitu upah, kesejahteraan, jaminan sosial tenaga kerja, dan

    termasuk juga masalah keselamatan dan kesehatan kerja.

  • 8/10/2019 makalah k3 konstruksi

    9/21

    Aspek ketenagakerjaan dalam hal K3 pada bidang konstruksi, diatur melalui

    Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.PER-01/MEN/1980 Tentang

    Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Konstruksi Bangunan. Peraturan ini

    mencakup ketentuan-ketentuan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja secara

    umum maupun pada tiap bagian konstruksi bangunan. Peraturan ini lebih ditujukan

    untuk konstruksi bangunan, sedangkan untuk jenis konstruksi lainnya masih banyak

    aspek yang belum tersentuh. Di samping itu, besarnya sanksi untuk pelanggaran

    terhadap peraturan ini sangat minim yaitu senilai seratus ribu rupiah.

    Sebagai tindak lanjut dikeluarkannya Peraturan Menakertrans tersebut,

    pemerintah menerbitkan Surat Keputusan Bersama Menteri Pekerjaan Umum dan

    Menteri Tenaga Kerja No.Kep.174/MEN/1986-104/KPTS/1986: Pedoman

    Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Tempat Kegiatan Konstruksi. Pedoman yang

    selanjutnya disingkat sebagai Pedoman K3 Konstruksi ini merupakan pedoman

    yang dapat dianggap sebagai standar K3 untuk konstruksi di Indonesia. Pedoman K3

    Konstruksi ini cukup komprehensif, namun terkadang sulit dimengerti karena

    menggunakan istilah-istilah yang tidak umum digunakan, serta tidak dilengkapi

    dengan deskripsi/gambar yang memadai. Kekurangan-kekurangan tersebut tentunya

    sangat menghambat penerapan pedoman di lapangan, serta dapat menimbulkan

    perbedaan pendapat dan perselisihan di antara pihak pelaksana dan pihak pengawas

    konstruksi.

    Pedoman K3 Konstruksi selama hampir dua puluh tahun masih menjadi

    pedoman yang berlaku. Baru pada tahun 2004, Departemen Permukiman dan

    Prasarana Wilayah, yang kini dikenal sebagai Departemen Pekerjaan Umum, mulai

    memperbarui pedoman ini, dengan dikeluarkannya KepMen Kimpraswil No.

    384/KPTS/M/2004 Tentang Pedoman Teknis Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada

  • 8/10/2019 makalah k3 konstruksi

    10/21

    Tempat Kegiatan Konstruksi Bendungan. Pedoman Teknis K3 Bendungan yang

    baru ini khusus ditujukan untuk proyek konstruksi bendungan, sedangkan untuk

    jenis-jenis proyek konstruksi lainnya seperti jalan, jembatan, dan bagunan gedung,

    belum dibuat pedoman yang lebih baru. Namun, apabila dilihat dari cakupan isinya,

    Pedoman Teknis K3 untuk bendungan tersebut sebenarnya dapat digunakan pula

    untuk jenis-jenis proyek konstruksi lainnya. Pedoman Teknis K3 Bendungan juga

    mencakup daftar berbagai penyakit akibat kerja yang harus dilaporkan.

    Bila dibandingkan dengan standar K3 untuk jasa konstruksi di Amerika

    Serikat misalnya, (OSHA, 29 CFR Part 1926), Occupational Safety and Health

    Administration (OSHA), sebuah badan khusus di bawah Departemen Tenaga Kerja

    yang mengeluarkan pedoman K3 termasuk untuk bidang konstrusksi, memperbaharui

    peraturan K3-nya secara berkala (setiap tahun). Peraturan atau pedoman teknis

    tersebut juga sangat komprehensif dan mendetil. Hal lain yang dapat dicontoh adalah

    penerbitan brosur-brosur penjelasan untuk menjawab secara spesifik berbagai isu

    utama yang muncul dalam pelaksanaan pedoman teknis di lapangan.

    Pedoman yang dibuat dengan tujuan untuk tercapainya keselamatan dan

    kesehatan kerja, bukan hanya sekedar sebagai aturan, selayaknya secara terus menerus

    disempurnakan dan mengakomodasi masukan-masukan dari pengalaman pelaku

    konstruksi di lapangan. Dengan demikian, pelaku konstruksi akan secara sadar

    mengikuti peraturan untuk tujuan keselamatan dan kesehatan kerjanya sendiri.

    3. Pengawasan Dan Sistem Manajemen K3

    Menurut UU Ketenagakerjaan, aspek pengawasan ketenagakerjaan termasuk

    masalah K3 dilakukan oleh pegawai pengawas ketenagakerjaan yang harus memiliki

    kompetensi dan independensi. Pegawai pengawas perlu merasa bebas dari pengaruh

    berbagai pihak dalam mengambil keputusan. Di samping itu, unit kerja pengawasan

  • 8/10/2019 makalah k3 konstruksi

    11/21

    ketenagakerjaan baik pada pemerintah propinsi maupun pemerintah kabupaten/kota

    wajib menyampaikan laporan pelaksanaan pengawasan kepada Menteri Tenaga Kerja.

    Pegawai pengawasan ketenagakerjaan dalam melaksanakan tugasnya wajib

    merahasiakan segala sesuatu yang menurut sifatnya patut dirahasiakan dan tidak

    menyalah gunakan kewenangannya.

    Pegawai pengawas ini sangat minim jumlahnya, pegawai pengawas K3 di

    Departemen Tenaga Kerja pada tahun 2002 berjumlah 1.299 orang secara nasional,

    yang terdiri dari 389 orang tenaga pengawas struktural dan 910 orang tenaga

    pengawas fungsional. Para tenaga pengawas ini jumlahnya sangat minim bila

    dibandingkan dengan lingkup tugasnya yaitu mengawasi 176.713 perusahaan yang

    mencakup 91,65 juta tenaga kerja di seluruh Indonesia.

    Pemerintah menyadari bahwa penerapan masalah K3 di perusahaan-perusahaan

    tidak dapat diselesaikan dengan pengawasan saja. Perusahaan-perusahaan perlu

    berpatisipasi aktif dalam penanganan masalah K3 dengan menyediakan rencana yang

    baik, yang dikenal sebagai Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau

    SMK3. SMK3 ini merupakan tindakan nyata yang berkaitan dengan usaha yang

    dilakukan oleh seluruh tingkat manajemen dalam suatu organisasi dan dalam

    pelaksanaan pekerjaan, agar seluruh pekerja dapat terlatih dan termotivasi untuk

    melaksanakan program K3 sekaligus bekerja dengan lebih produktif.

    UU Ketenagakerjaan mewajibkan setiap perusahaan yang memiliki lebih dari

    100 pekerja, atau kurang dari 100 pekerja tetapi dengan tempat kerja yang berisiko

    tinggi (termasuk proyek konstruksi), untuk mengembangkan SMK3 dan

    menerapkannya di tempat kerja.

  • 8/10/2019 makalah k3 konstruksi

    12/21

    SMK3 perlu dikembangkan sebagai bagian dari sistem manajemen suatu

    perusahaan secara keseluruhan. SMK3 mencakup hal-hal berikut: struktur organisasi,

    perencanaan, pelaksanaan, tanggung jawab, prosedur, proses dan sumber daya yang

    dibutuhkan bagi pengembangan penerapan, pencapaian, pengkajian, dan

    pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian

    resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman,

    efisien, dan produktif.

    Kementrian Tenaga Kerja juga menunjuk tenaga-tenaga inspektor/pengawas

    untuk memeriksa perusahaan-perusahaan dalam menerapkan aturan mengenai SMK3.

    Para tenaga pengawas perlu melalukan audit paling tidak satu kali dalam tiga tahun.

    Perusahaan- perusahaan yang memenuhi kewajibannya akan diberikan sertifikat

    tanda bukti. Tetapi peraturan ini kurang jelas dalam mendifinisikan sanksi bagi

    perusahaan-perusahaan yang tidak memenuhi kewajibannya.

    Berbagai usaha telah dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan kesadaran

    masyarakat mengenai masalah K3, yaitu salah satunya dengan memberikan apresiasi

    kepada para pengusaha yang menerapkan prinsip-prinsip K3 dalam operasional

    perusahaan yang berupa penghargaan tertulis serta diumumkan di media-media

    massa, seperti yang dilakukan oleh Direktorat Pengawasan Norma Keselamatan dan

    Kesehatan Kerja, Departemen Tenaga Kerja bekerja sama dengan Majalah Warta

    Ekonomi dan PT Dupont Indonesia. Untuk tahun 2005 silam, pemenang penghargaan

    tersebut adalah PT. Total E&P Indonesia (kategori Industri Pertambangan, Minyak,

    dan Gas), PT. Nestle Indonesia (kategori Industri Consumer Goods), dan PT. Amoco

    Mitsui PTA Indonesia serta PT. Wijaya Karya (kategori Industri Lainnya). Keempat

    pemenang ini disaring dari 125 finalis.

  • 8/10/2019 makalah k3 konstruksi

    13/21

    Melihat nama-nama perusahaan yang mendapatkan penghargaan, menunjukkan

    bahwa sebagian pelaku usaha yang sangat menyadari masalah K3 adalah perusahaan-

    perusahaan multinasional. Namun, yang menarik adalah bahwa terdapat satu

    perusahaan kontraktor nasional (BUMN) yaitu PT. Wijaya Karya sudah berada pada

    jajaran perusahaan-perusahaan yang memiliki komitmen tinggi terhadap masalah K3.

    Memang terdapat pengaruh positif budaya K3 yang dirasakan oleh pelaku konstruksi

    nasional, yang dibawa oleh perusahaan-perusahaan asing yang menerapkan prinsip-

    prinsip K3 di proyek-proyek konstruksi, sehingga sedikit banyak memaksa perubahan

    perilaku para tenaga kerja konstruksi.

    4. Jaminan Sosial Tenaga Kerja

    Penanganan masalah kecelakaan kerja juga didukung oleh adanya UU No.

    3/1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Berdasarkan UU ini, jaminan sosial

    tenaga kerja (jamsostek) adalah perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk

    santunan uang sebagai pengganti sebagian penghasilan yang hilang atau berkurang

    dan pelayanan sebagai akibat dari suatu peristiwa atau keadaan yang dialami oleh

    tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, tua dan meninggal dunia.

    Jamsostek kemudian diatur lebih lanjut melalui PP No. 14/1993 mengenai

    penyelenggaraan jamsostek di Indonesia. Kemudian, PP ini diperjelas lagi dengan

    Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. PER-05/MEN/1993, yang menunjuk PT.

    ASTEK (sekarang menjadi PT. Jamsostek), sebagai sebuah badan (satu-satunya)

    penyelenggara jamsostek secara nasional.

    Sebagai penyelenggara asuransi jamsostek, PT. Jamsostek juga merupakan suatu

    badan yang mencatat kasus-kasus kecelakaan kerja termasuk pada proyek-proyek

    konstruksi melalui pelaporan klaim asusransi setiap kecelakaan kerja terjadi. Melalui

  • 8/10/2019 makalah k3 konstruksi

    14/21

    Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP-196/MEN/1999, berbagai aspek

    penyelenggaraan program jamsostek diatur secara khusus untuk para tenaga kerja

    harian lepas, borongan, dan perjanjian kerja waktu tertentu, pada sektor jasa

    konstruksi. Karena pekerja sektor jasa konstruksi sebagian besar berstatus harian

    lepas dan borongan, maka KepMen ini sangat membantu nasib mereka. Para

    pengguna jasa wajib mengikutsertakan pekerja-pekerja lepas ini dalam dua jenis

    program jamsostek yaitu jaminan kecelakaan kerja dan jaminan kematian. Apabila

    mereka bekerja lebih dari 3 bulan, pekerja lepas ini berhak untuk ikut serta dalam dua

    program tambahan lainnya yaitu program jaminan hari tua dan jaminan pemeliharaan

    kesehatan.

    Khusus mengenai aspek kesehatan kerja diatur melalui Keppres No.22/1993.

    Dalam Keppres ini, terdapat 31 jenis penyakit yang diakui untuk mungkin timbul

    karena hubungan kerja. Setiap tenaga kerja yang menderita salah satu penyakit ini

    berhak mendapat jaminan kecelakaan kerja baik pada saat masih dalam hubungan

    kerja maupun setelah hubungan kerja berakhir (sampai maksimal 3 tahun). Pada

    umumnya, penyakit-penyakit tersebut adalah sebagai akibat terkena bahan kimia yang

    beracun yang berasal dari material konstruksi yang apabila terkena dalam waktu yang

    cukup lama dapat mengakibatkan penyakit yang serius. Penyakit yang mungkin

    timbul juga termasuk kelainan pendengaran akibat kebisingan kegiatan konstruksi,

    serta kelainan otot, tulang dan persendian yang sering terjadi pada pekerja konstruksi

    yang terlibat dalam proses pengangkutan material berbobot dan berulang, dan

    penggunaan peralatan konstruksi yang kurang ergonomis.

    Dengan demikian, perlindungan tenaga kerja dalam bentuk jamsostek secara

    legal dapat dikatakan memadai. Namun, besarnya pembayaran jaminan tersebut

    sering kali tidak memadai. Sebagai contoh, biaya-biaya transportasi dan perawatan di

  • 8/10/2019 makalah k3 konstruksi

    15/21

    rumah sakit akibat kecelakaan kerja yang sudah tidak sesuai lagi dengan tingginya

    kenaikan harga yang terjadi pada saat ini.

    B.

    Peran K3 Pada Pekerjaan Konstruksi

    Pekerjaan konstruksi merupakan kompleksitas kerja yang melibatkan bahan

    bangunan, peralatan, perlengkapan, teknologi dan tenaga kerja yang secara sendiriataupun

    bersama-sama dapat menjadi sumber potensial terjadinya kecelakaan. Selain itu pekerjaan

    konstruksi pada umumnya merupakan pekerjaan di lapangan terbuka yang mudah

    terpengaruh oleh cuaca. Macam pekerjaan dapat berlangsung dibawah tanah, dalam

    genangan air, pada tempat-tempat lembab ataupun gelap yang berpotensi terhadap

    kesehatan kerja. Tenaga kerja merupakan sumber daya yang sangat penting. Oleh karena

    itu perlu dilindungi. Apalagi bila tenaga kerja yang telah trampil atau yang mempunyai

    keahlian mendapatkan kecelakaan yang akan berakibat terhadap waktu penyelesaian

    pekerjaan dan pada akhirnya merugikan bagi kontraktor.

    Oleh sebab itu dibuatlah suatu peraturan perundang-undangan yang mewajibkan

    kontraktor untuk melaksanakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) pada proyek yang

    menjadi tanggungjawabnya guna menjamin perlindungan tenaga kerja dari kecelakaan

    dan gangguan kesehatan kerja. Pelaksana lapangan sebagai petugas kontraktor di

    lapangan perlu mengetahui pokok-pokok kesehatan dan keselamatan kerja (K3) pada

    pekerjaan konstruksi yang meliputi :

    Peraturan Perundangan yang berlaku.

    Peraturan dan perundangan yang berkaitan dengan Kesehatan dan Keselamatan Kerja

    (K3) pada pekerjaan konstruksi adalah :

    1. Bangsa Indonesia sebagai bangsa-bangsa didunia, telah turut serta pada

    Konvensi Internasional tentang perlindungan terhadap tenaga kerja.

  • 8/10/2019 makalah k3 konstruksi

    16/21

    2. Pada tahun 1989 telah dikeluarkan Undang-undang No.14 tahun 1989 tentang

    Kesehatan Tenaga Kerja. Yang sebelumnya pada tahun 1970 telah dikeluarkan

    Undang-undang No.1 tentang Keselamatan Kerja.

    3. Pada tahun 1980 Menteri Tenaga Kerja telah mengeluarkan Peraturan

    No.01/MEN/1980 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Konstruksi

    Bangunan.

    4.

    Pada tahun 1986 Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Tenaga Kerja

    menerbitkan Surat Keputusan bersama No.174/MEN/1986 dan

    104/KPTS/1986 tentang Pedoman Kesehatan dan Keselamatan Kerja pada

    Tempat Pekerjaan Konstruksi.

    Dengan adanya peraturan perundangan tersebut, maka telah lengkap dan

    mantap landasan hukum untuk melaksanakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

    pada pekerjaan konstruksi. Oleh karena itu menjadi kewajiban semua pihak yang

    terlibat pada konstruksi antara lain pemberi kerja, pemborong, pengawas dan tenaga

    kerja untuk melaksanakan peraturan dan perundangan tersebut.

    Di Indonesia Peraturan Perundangan tentang Kesehatan dan Keselamatan

    Kerja (K3) telah memadai. Departemen Pekerjaan Umum bertanggung jawab

    terhadap Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) pada Pekerjaan Konstruksi.

    Dilingkungan Departemen Tenaga Kerja ada unit/petugas yang melakukan tugas

    pengawasan / inspeksi yaitu para Inspektor Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).

    Dilingkungan Departemen Pekerjaan Umum terdapat unit/petugas yang melaksanakan

    inspeksi / pengawasan, termasuk pengawasan Kesehatan dan Keselamatan Kerja

    (K3). Dalam kontrak pekerjaan konstruksi tercantum klosul tentang kewajiban

    kontraktor untuk melaksanakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). Kontraktor

  • 8/10/2019 makalah k3 konstruksi

    17/21

    harus mempunyai petugas dalam bidang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) ang

    disebut Petugas Kesehatan. Adapun tugas petugas kesehatan adalah :

    Membuat perencanaan dan program pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan

    Kerja (K3) di Proyek.

    Melakukan penyuluhan dan pemberian informasi serta latihan tentang Kesehatan

    dan Keselamatan Kerja (K3).

    Mencatat data kecelakaan.

    Mencegah terjadinya kecelakaan dan gangguan kecelakaan.

    Organisasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).

    Adapun organisasiorganisasi dalam K3 pada konstruksi, antara lain :

    - MENKIMSARWIL

    - INSPEKTOR

    - KONTRAKTOR

    - Petugas Kesehatan

    -

    Site

    - Manager Pelaksana Lapangan

    - MENAKERTRANS

    - SK Bersama KONTRAK

    - INSPEKTOR

    -

    Peraturan Perundangan PROYEK

    -

    Pelaksana Lapangan

    Sebab-sebab serta cara pencegahan terjadinya kecelakaan.

    Pekerjaan konstruksi tergolong pekerjaan yang mengandung atau mempunyai potensi

    terjadinya kecelakaan yang cukup besar. Kecelakaan pada pekerjaan konstruksi

    bermacam-macam. Ada kecelakaan akibat terkena benda jatuh atau yang disebabkan

    karena terpukul, benda tajam, sengatan aliran listrik, tergelincir dll. Data statistik

    kecelakaan pada pekerjaan konstruksi di Indonesia digambarkan sebagai berikut :

    Kriteria Prosentase Sebab-sebab kecelakaan

    30 % Pengangkutan dan lalu-lintas

    29 % Kejatuhan benda

  • 8/10/2019 makalah k3 konstruksi

    18/21

  • 8/10/2019 makalah k3 konstruksi

    19/21

    1. Kampaye dan penyuluhan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) secara berkala

    untuk menumbuhkan kesadaran berKesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).

    2. Mengadakan latihan dan demontrasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) bagi

    para pekerja maupun staff kontraktor misalnya : latihan eveluasi bahaya

    kebakaran, cara-cara P3K dsb.

    3. Melakukan pengecekan secara teratur terhadap alat-alat Kesehatan dan

    Keselamatan Kerja (K3), peralatan P3K, alarm/sirine tanda kebakaran dsb.

    4.

    Memasang poster dan tanda-tanda Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

    ditempat strategis.

    5. Memberikan sanksi bagi pekerja yang melanggar peraturan Kesehatan dan

    Keselamatan Kerja (K3) dan memberikan penghargaan bagi pekerja yang telah

    patuh dan melaksanakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).

    6. Mengadakan pertemuan, dialog atau diskusi khusus tentang Kesehatan dan

    Keselamatan Kerja (K3) bagi seluruh karyawan.

    7.

    Penelitian bersifat teknis.

    8. Penelitian medis.

    9. Penelitian psikologis.

    10.Standarisasi alat dan perlengkapan kerja.

    11.Pengawasan bersifat umum dan khusus.

    12.Asuransi kecelakaan.

  • 8/10/2019 makalah k3 konstruksi

    20/21

    BAB III

    PENUTUP

    Dari uraian mengenai berbagai aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada

    penyelenggaraan konstruksi di Indonesia, dapat diambil kesimpulan bahwa bebagai

    masalah dan tantangan yang timbul tersebut berakar dari rendahnya taraf kualitas hidup

    sebagian besar masyarakat. Dari sekitar 4.5 juta pekerja konstruksi Indonesia, lebih dari

    50% di antaranya hanya mengenyam pendidikan maksimal sampai dengan tingkat

    Sekolah Dasar. Mereka adalah tenaga kerja lepas harian yang tidak meniti karir

    ketrampilan di bidang konstruksi, namun sebagian besar adalah para tenaga kerja dengan

    ketrampilan seadanya dan masuk ke dunia jasa konstruksi akibat dari keterbatasan pilihan

    hidup.

    Permaslahan K3 pada jasa konstruksi yang bertumpu pada tenaga kerja

    berkarakteristik demikian, tentunya tidak dapat ditangani dengan cara-cara yang umum

    dilakukan di negara maju. Langkah pertama perlu segera diambil adalah keteladanan

    pihak Pemerintah yang mempunyai fungsi sebagai pembina dan juga the biggest owner.

    Pihak pemilik proyek lah yang memiliki peran terbesar dalam usaha perubahan

    paradigma K3 konstruksi.

    Dalam penyelenggaraan proyek-proyek konstruksi yang didanai oleh

    APBN/APBD/Pinjaman Luar Negeri, Pemerintah antara lain dapat mensyaratkan

    penilaian sistem K3 sebagai salah satu aspek yang memiliki bobot yang besar dalam

    proses evaluasi pemilihan penyedia jasa. Di samping itu, hal yang terpenting adalah

    aspek sosialisasi dan pembinaan yang terus menerus kepada seluruh komponen

    Masyarakat Jasa Konstruksi, karena tanpa program-program yang bersifat partisipatif,

    keberhasilan penanganan masalah K3 konstruksi tidak mungkin tercapai.

  • 8/10/2019 makalah k3 konstruksi

    21/21

    DAFTAR PUSTAKA

    Adrian Taufik, 2009. dkk Keselamatan Kerja Pada Pekerja Konstruksi Bangunan Di Pt.

    Ultrajasa Yogyakarta

    Anonim.http://vibizdaily.com/detail/nasional/2010/06/07/gapensi_kerjasama_k3_untuk_tenaga_kerj

    a_konstruksi.

    Materi Pelajaran Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Tenaga Kerja Asing - Bidang Konstruksi

    Prashetya. 2010. Peran Ahli K3 Konstruksi.http://prashetyaquality.com.Di akses tanggal 13

    September 2010.

    Ramli, Soehatman. 2003. Keselamatan Konstruksi. http://www.google.com/search/. Di

    akses tanggal 11 September 2010.

    Soebandono. Peran & Fungsi K3 Pada Pekerjaan Konstruksi.

    http://www.google.com/search/. Di akses tanggal 11 September 2010.

    TI Humas. 2009. Sektor Konstruksi Tertinggi Dalam Kecelakaan Kerja.

    [email protected] akses tanggal 13 September 2010.

    http://vibizdaily.com/detail/nasional/2010/06/07/gapensi_kerjasama_k3_untuk_tenaga_kerja_konstruksihttp://vibizdaily.com/detail/nasional/2010/06/07/gapensi_kerjasama_k3_untuk_tenaga_kerja_konstruksihttp://vibizdaily.com/detail/nasional/2010/06/07/gapensi_kerjasama_k3_untuk_tenaga_kerja_konstruksihttp://vibizdaily.com/detail/nasional/2010/06/07/gapensi_kerjasama_k3_untuk_tenaga_kerja_konstruksihttp://supertoolbar.ask.com./http://supertoolbar.ask.com./http://supertoolbar.ask.com./http://supertoolbar.ask.com./http://supertoolbar.ask.com./http://www.google.com/search/http://www.google.com/search/mailto:[email protected]:[email protected]://www.google.com/search/http://www.google.com/search/http://supertoolbar.ask.com./http://vibizdaily.com/detail/nasional/2010/06/07/gapensi_kerjasama_k3_untuk_tenaga_kerja_konstruksihttp://vibizdaily.com/detail/nasional/2010/06/07/gapensi_kerjasama_k3_untuk_tenaga_kerja_konstruksi