MAKALAH K3 DAN HK KETENAGAKERJAAN TANGGAP DARURAT KEBAKARAN DISUSUN OLEH : KELOMPOK 3 DEVI PURNAMASARI ( 0613 4041 1642 ) FATIMAH SHOHINAH PUTRI ( 0613 4041 1645 ) INDAR SANJAYA ( 0613 4041 1651 ) KELAS : I EG.B DOSEN PEMBIMBING : TAHDID, S.T., M.T
MAKALAH K3 DAN HK KETENAGAKERJAAN
TANGGAP DARURAT KEBAKARAN
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
DEVI PURNAMASARI ( 0613 4041 1642 )
FATIMAH SHOHINAH PUTRI ( 0613 4041 1645 )
INDAR SANJAYA ( 0613 4041 1651 )
KELAS : I EG.B
DOSEN PEMBIMBING : TAHDID, S.T., M.T
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PALEMBANG
TAHUN PELAJARAN 2013-2014
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur ke hadirat allah S.W.T karena berkat
taufik dan hidayah-Nya yang diberikan kepada penyusun, sehingga penyusun dapat
menyelesaikan makalah ini sebagai salah satu tugas mata kuliah K3 dan HK
Ketenagakerjaan, dimana selama pembuatan presentasi dan makalah ini penulis
mendapatkan bimbingan dan arahan serta bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat
berjalan dengan baik maka dalam kesempatan ini penyusun ingin menyampaikan
ucapan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Ayah dan Ibu yang telah memberikan dorongan moril maupun materil.
2. Bapak Tahdid selaku dosen pembimbing.
3. Teman-teman yang memberikan masukkan dan bantuan.
Akhir kata penyusun mengucapkan alhamdulillah bahwa makalah ini telah
terselesaikan. Dalam penyusunan makalah ini penyusun berharap semoga ada
manfaatnya, khususnya bagi penyusun dan bagi para pembaca umumnya. Semoga allah
SWT selalu memberikan Rahmat-Nya. Amiiin.
Palembang, Desember 2013
Penyusu
n
ii
DAFTAR ISI
Kata pengantar……………………………………………………………......................... ii
Daftar isi…………………………………………………………………….......................... iii
BAB I
PENDAHULUAN ………………………………………………………….......................... 1
1.1 Latar belakang …………………………………………………………......................... 1
1.2 Rumusan masalah ................................................................................ 1
1.3 Tujuan ……………………………………………………........................................... 1
BAB II
ISI ............................................................................................................ 2
2.1 TINJAUAN UMUM ………………………………………………………...................... 2
2.1.1 Pengertian ..................................……………………………………... 2
2.1.2 Dasar Hukum ………………………………………………………............. 2
2.1.3 Tujuan …………………………………………………………..................... 3
2.1.4 Prinsip .................................................................................. 3
2.2 MATERI ................................................................................................ 3
2.2.1 Usaha Preventif Tanggap Kebakaran .................................. 4
2.2.2 Struktur Unit Tanggap Darurat ............................................. 4
2.2.3 Prosedur Tanggap Darurat Kebakaran ................................. 7
2.2.4 Elemen Manajemen Keadaan Darurat ................................. 14
2.2.5 Klasifikasi kebakaran ............................................................. 16
2.2.6 Teknik pemadaman api ......................................................... 17
2.2.7 APAR ..................................................................................... 18
2.2.8 Fasilitas yang Harus Dimiliki Laboratorium ........................... 20
BAB III
BAGAN TANGGAP DARURAT KEBAKARAN ................................................. 21
3.1 Struktur Susunan Unit Organisasi Tim Tanggap Darurat K3 (Emergency Response Team) ............................................................................................................ 21
3.2 Daftar Jenis Tempat Kerja Berdasarkan Klasifikasi Potensi Bahaya .. 21
3.3 Matriks Tindakan Darurat Kebakaran ................................................ 23
3.4 Algoritma Respons Keadaan Darurat Kebakaran ............................... 24
BAB IV
PENUTUP ………………………………………………………………….............................. iv
4.1 Pertanyaan dan Jawaban ................................................................... iv.i
4.2 Kesimpulan ........................................................................................ iv.ii
4.3 Saran ................................................................................................. iv.iii
Daftar pustaka ……………………………………………………………........................... v
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Pada semester 1 jurusan Teknik Kimia Prodi Teknik Energi, mahasiswa dikenalkan mata kuliah K3 dan HK Ketenagakerjaan. K3 dan HK Ketenagakerjaan adalah singkatan dari Keselamatan Kesehatan Kerja dan Hukum Ketenagakerjaan.
Mata kuliah ini mewajibkan setiap mahasiswa untuk membuat presentasi yang materinya telah ditentukan dan membuat makalah tentang materi tersebut. Mahasiswa dituntut untuk dapat memahami dan menguasai isi materi tersebut serta dapat memahami materi dari mahasiswa yang lain.
Mahasiswa diharapkan dapat menerapkan pelajaran mata kuliah ini baik ketika praktikum ataupun bekerja di lapangan nantinya.
1.1 LATAR BELAKANG
Kebakaran pasti tidak asing lagi di kehidupan, kebakaran terjadi karena adanya api yang muncul. Kebakaran dapat menimbulkan banyak kerugian baik jiwa maupun kerugian materil.
Tanggap darurat kebakaran dibutuhkan agar dapat menangani semua kejadian yang timbul baik ketika kebakaran terjadi, pasca kebakaran, dan sebagainya.
Tanggap darurat kebakaran adalah suatu sikap untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya kebakaran yang akan menimbulkan kerugian baik fisik-material maupun mental spiritual.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Apa saja struktur organisasi dari tanggap darurat kebakaran ?
Bagaimana prosedur tanggap darurat kebakaran ?
Apa saja elemen-elemen tanggap darurat kebakaran ?
Apa saja pemadam kebakaran yang diperlukan saat kebakaran terjadi ?
1.3 TUJUAN
Mahasiswa dapat menjelaskan struktur organisasi tanggap darurat
Mahasiswa mengetahui prosedur yang harus dilakukan jika kebakaran terjadi
Mahasiswa mengetahui alat pemadam kebakaran yang harus digunakan saat
kebakaran terjadi
1
BAB II
ISI
2.1 TINJAUN UMUM
2.1.1 PENGERTIAN
Kebakaran adalah api yang tidak dikehendaki
Resiko kebakaran adalah perkiraan tingkat keparahan apabila terjadi kebakaran.
Panas, asap dan gas adalah produk kebakaran yang pada hakekatnya jenis
bahaya yang akan mengancam keselamatan.
Tanggap darurat adalah suatu sikap untuk mengantisipasi kemungkinan
terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, yang akan menimbulkan kerugian baik
fisik-material maupun mental spiritual.
Penanggulangan keadaan darurat adalah upaya atau tindakan yang dilakukan
untuk mengatasi keadaan yang akan menimbulkan kerugian, agar situasi atau
keadaan yang tidak dikehendaki tersebut dapat segera diatasi/dinormalisasi dan
kerugian ditekan seminimal mungkin.
Keadaan darurat adalah situasi / kondisi / kejadian yang tidak normal, terjadi
tiba-tiba, mengganggu kegiatan / organisasi / komunitas yang perlu segera
ditanggulangi.
2.1.2 DASAR HUKUM TANGGAP DARURAT
Tujuan K3 tersirat dalam konsideran UU 1/70, yaitu bertujuan melindungi
tenaga kerja dan orang lain, asset dan lingkungan masyarakat
Syarat-syarat K3 penanggulangan kebakaran sesuai ketentuan pasal 3 ayat (1)
huruf b, d, q dalam UU No. 1 tahun 1970
Pasal 9 ayat (3) mengatur kewajiban pengurus menyelenggarakan latihan
penanggulangan kebakaran
2
2.1.3 TUJUAN TANGGAP DARURAT
Untuk meningkatkan usaha-usaha penanggulangan kebakaran dengan segala
akibatnya, dan merupakan pedoman untuk melaksanakan UU Keselamatan Kerja.
2.1.4 PRINSIP TANGGAP DARURAT
Adalah bahwa api sebelum membesar harus segera dapat dipadamkan. Semakin
besar api semakin sukar dapat dikuasai karena suhu yang telah tinggi akan mempercepat
proses kebakaran.
2.2 MATERI
Penanggulangan Kebakaran
Menurut Kepmenaker No. KEP. 186/ MEN/ 1999 tentang Unit Penanggulangan
Kebakaran di Tempat Kerja, bahwa yang dimaksud dengan penanggulangan kebakaran
adalah segala upaya untuk mencegah timbulnya kebakaran dengan berbagai upaya
pengendalian setiap perwujudan energi, pengadaan sarana proteksi kebakaran dan
sarana penyelamatan serta pembentukan organisasi tanggap darurat untuk memberantas
kebakaran. Berdasarkan Kepmenaker R.I No. Kep. 186/ MEN/ 1999, Pengurus atau
pengusaha wajib mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran, latihan
penanggulangan kebakaran di tempat kerja. Upaya-upaya tersebut meliputi:
1. Pengendalian setiap bentuk energi,
2. Penyediaan sarana deteksi, alarm, pemadam kebakaran dan sarana evakuasi.
3. Pengendalian penyebaran asap, panas dan gas.
4. Pembentukan unit penanggulangan kebakaran di tempat kerja.
5. Penyelenggaraan latihan dan gladi penanggulangan kebakaran secara berkala.
6. Memiliki buku rencana penanggulangan keadaan darurat kebakaran dan sarana evakuasi serta pengendalian penyebaran asap, panas dan gas.
3
2.2.1 Usaha Preventif Tanggap Kebakaran
• Penyuluhan dan pelatihan tentang pemadaman kebakaran
• Adanya SOP cara pengoperasian pada tabung pemadam
• Pastikan listrik/api telah padam sebelum meniggalkan laboratorium
• Usahakan bak kamar mandi selalu penuh
2.2.2 Struktur Unit Tanggap Darurat
1. Tugas dan Fungsi Unit Tanggap Darurat :
Menentukan dan menanggulangi keadaan darurat Perusahaan.
Melaksanakan latihan tanggap darurat bersama serta melibatkan seluruh
karyawan secara berkala.
Melaksanakan pertemuan rutin/nonrutin kinerja Unit Tanggap Darurat.
2. Peran Wewenang dan Tanggung Jawab
Ketua
1. Menentukan dan memutuskan Kebijakan Tanggap Darurat
Perusahaan
2. Mengajukan anggaran dana yang berkaitan dengan sarana dan
prasarana tanggap darurat Perusahaan.
3. Mengundang partisipasi seluruh karyawan untuk melangsungkan
latihan tanggap darurat di lingkungan Perusahaan.
4. Menjadwalkan pertemuan rutin maupun nonrutin Unit Tanggap Darurat.
5. Menyusun rencana pemulihan keadaan darurat Perusahaan.
4
Sekretaris
1. Membuat laporan kinerja Unit Tanggap Darurat.
2. Melakukan pemantauan kebutuhan dan perawatan sarana dan
prasarana tanggap darurat Perusahaan.
3. Melaksanakan kerja sama dengan pihak terkait yang berkaitan
dengan tanggap darurat Perusahaan.
Koordinator
1. Mengoordinasi kinerja semua regu Unit Tanggap Darurat.
Regu Pemadam Kebakaran
1. Melangsungkan pemadaman kebakaran menggunakan semua sarana
pemadam api di lingkungan Perusahaan secara aman, selamat dan
efektif.
2. Melaporkan segala kekurangan/kerusakan sarana dan prasarana
pemadam api di lingkungan Perusahaan kepada Koordinator,
Sekretaris maupun Ketua Unit Tanggap Darurat.
Regu Evakuasi
1. Memimpin prosedur evakuasi secara aman, selamat dan cepat.
2. Melaporkan segala kekurangan/kerusakan sarana dan prasarana
evakuasi di lingkungan Perusahaan kepada Koordinator, Sekretaris
maupun Ketua Unit Tanggap Darurat.
3. Melaporkan adanya korban tertinggal, terjebak ataupun teruka
kepada Regu P3K, Koordinator maupun Sekretaris Unit Tanggap
Darurat.
5
Regu P3K
1. Melaksanakan tindakan P3K.
2. Melaporkan segala kekurangan/kerusakan sarana dan prasarana P3K
di lingkungan Perusahaan kepada Koordinator, Sekretaris maupun
Ketua Unit Tanggap Darurat.
3. Melaporkan kepada Koordinator ataupun Sekretaris Unit Tanggap
Darurat bilamana terdapat korban yang memerlukan tindakan medis
lanjut pihak ke tiga di luar Perusahaan.
Logistik
1. Mengakomodasi kebutuhan umum tanggap darurat (makanan,
minuman, pakaian, selimut, pakaian, dsb).
Transportasi
1. Mengakomodasi sarana transportasi darurat dari dalam/luar
lingkungan Perusahaan.
Komunikasi Internal
1. Memantau perkembangan penanganan kondisi darurat dan
menjembatani komunikasi antar regu Unit Tanggap Darurat.
2. Memastikan alur komunikasi antar regu Unit Tanggap Darurat dapat
dilangsungkan secara baik dan lancar.
Komunikasi Eksternal
1. Memantau seluruh informasi internal dan mengakomodasi informasi/pemberitaan untuk pihak luar.
2. Menghubungi pihak eksternal terkait untuk kepentingan tanggap darurat (Kepolisian/Warga).
6
Keamanan
1. Melaksanakan tindakan keamanan internal maupun eksternal selama
berlangsungnya tanggap darurat Perusahaan.
2.2.3 Prosedur Tanggap Darurat Kebakaran
1. Fire Alarm
Fire Alarm dipasang untuk mendeteksi kebakaran seawal mungkin,
sehingga tindakan pengamanan yang diperlukan dapat segera dilakukan
Alarm kebakaran akan berbunyi bilamana:
Ada aktivasi manual alarm (manual break glass atau manual call point)
Ada aktivasi dari detektor panas maupun asap
Ada aktivasi dari panel/control room
2. Peringatan tahap pertama (alarm lantai)
Peringatan (alarm) tahap I merupakan tanda bekerjanya sistem dan
nampak pada:
o Panel alarm lantai,
o Panel alarm utama
Pemberitahuan untuk siaga bagi seluruh karyawan/umum (public
address) dengan dua tahap teks:
o Pengecekan ke lokasi
o Pemberitahuan hasil: terjadi alarm palsu atau kebakaran
7
3. Peringatan Tahap Kedua (Alarm Gedung)
Merupakan tanda dimulainya tindakan evakuasi, setelah memperoleh
konfirmasi akan kondisi kebakaran yang terjadi. Perberlakuan evakuasi
harus melalui sistem pemberitahuan umum
4. Prosedur bagi SELURUH PENGHUNI / KARYAWAN GEDUNG
• Saat Melihat Api
• Saat Mendengar Alarm Tahap I
• Saat Mendengar Alarm Tahap II
• Saat Evakuasi
• Saat Pengungsian di Luar Gedung
5. Saat melihat api (TETAP TENANG JANGAN PANIK )
Bunyikan alarm dengan menekan tombol manual call point, atau dengan
memecahkan manual break glass dan menekan tombol alarm, sambil
teriak kebakaran-kebakaran.
Jika tidak terdapat tombol tersebut atau tidak berfungsi, orang tersebut
harus berteriak kebakaran kebakaran………..untuk menarik perhatian
yang lainnya.
Beritahu Safety Representative melalui telepon darurat atau lewat HP, Pager, dan sampaikan informasi berikut :identitas pelapor, ukuran /besarnya kebakaran, lokasi kejadian, adanya / jumlah orang terluka, jika ada, tindakan yang telah dilakukan
Bila memungkinkan (jangan mengambil resiko) padamkan api dengan menggunakan alat pemadam api ringan (APAR) yang terdekat. Jika api /kebakaran tidak dapat dikuasai atau dipadamkan lakukan evakuasi segera melalui pintu keluar (EXIT)
8
6. Saat mendengar alarm tahap 1
• Kunci semua lemari dokumen / file.
• Berhenti memakai telepon intern & extern.
• Matikan semua peralatan yang menggunakan listrik.
• Pindahkan keberadaan benda-benda yang mudah terbakar.
• Selamatkan dokumen penting.
• Bersiaga dan siap menanti instruksi / pengumuman dari Fire Commander
maupun Safety Representative.
7. Saat mendengar alarm tahap 2
• Berdiri di depan pintu kantor secara teratur, jangan bergerombol dan
bersedia untuk menerima instruksi.
• Evakuasi akan dipandu oleh petugas evakuasi melalui tangga darurat
terdekat menuju tempat berhimpun di luar gedung.
• Jangan sekali-sekali berhenti atau kembali untuk mengambil barang-
barang milik pribadi yang tertinggal.
• Tutup semua pintu kantor yang anda tinggalkan (tapi jangan sekali-sekali
mengunci pintu-pintu tersebut) Untuk mencegah meluasnya api dan asap
8. Saat evakuasi
Tetap tenang, Jangan panik !
Segera menuju tangga darurat yang terdekat
Berjalanlah biasa dengan cepat, JANGAN LARI
Lepaskan sepatu dengan hak tinggi
9
Janganlah membawa barang yang lebih besar dari tas kantor/tas tangan
Beritahu tamu/pelanggan yang yang kebetulan berada di ruang / lantai
tersebut untuk berevakuasi bersama yang lain.
Bila terjebak kepulan asap kebakaran, maka tetap menuju tangga darurat
dengan ambil napas pendek-pendek, upayakan merayap atau merangkak
untuk menghindari asap, jangan berbalik arah karena akan bertabrakan
dengan orang-orang dibelakang anda
Bila terpaksa harus menerobos kepulan asap maka tahanlah napas anda
dan cepat menuju pintu darurat kebakaran.
9. Saat pengungsian luar gedung
• Pusat berkumpulnya para pengungsiditentukan ditempat
• Setiap pengungsi diminta agar senantiasa tertib dan teratur
• Petugas evakuasi dari setiap kantor agar mencatat karyawan yang
menjadi tanggung jawabnya.
• Apabila ada karyawan yang terluka, harap segara melapor kepada First
Aider atau Petugas Medis untuk mendapatkan pengobatan
• Jangan kembali kedalam gedung sebelum tanda aman dimumumkan
Safety Representative.
10. Prosedur bagi Petugas Fire Warden dan Fire Brigade
Ketika mendengar alarm atau diberitahu mengenai kejadian kebakaran, segera :
Memastikan di mana lokasi kebakaran.
Bergerak menuju lokasi kebakaran tersebut melalui jalan terdekat dengan membawa APAR.
10
Melapor kesiagaan untuk tindakan pemadaman kepada Pemimpin Regu
(Fire Warden lapor ke Safety Rep.)
Melakukan tindakan pemadaman kebakaran tanpa harus membahayakan
keamanan masing-masing personil.
11. Prosedur bagi Fire Commander (1)
Pada saat menerima informasi adanya kebakaran
• Menuju Ruang POSKO Taktis dan memimpin operasi pemadaman
• Memastikan prosedur keadaan darurat dipatuhi dan dilaksanakan
• Memastikan Regu Pemadam Kebakaran telah dimobilisasi untuk
menindaklanjuti adanya alarm atau pemberitahuan kebakaran
• Memastikan bahwa pemberitahuan umum mengenai status keadaan siaga
telah dilakukan
• Melaporkan status keadaan darurat kepada pimpinan
12. Prosedur bagi Fire Commander (2)
• Melakukan komuniksi intensif dengan Safety Representative dan instansi
terkait (Fire Brigade, ERT/emergency response team Area lain)
• Siaga untuk menerima laporan mengenai situasi dari Pemimpin Regu
Pemadam Kebakaran/Fire Brigade yang berada di lokasi kebakaran dan
menetapkan perlu tidaknya evakuasi total
• Selalu memantau mengenai status evakuasi, kondisi kebakaran, jumlah karyawan yang terjebak,
• Pastikan tersedianya peta, gambar bangunan, buku FEP (fire emergency plan), kunci-kunci yang diperlukan
11
13. Prosedur bagi Petugas Evakuasi (1)
• Mencari penghuni atau siapa saja, dimana pada saat terjadi kebakaran
ada di lantai tersebut, terutama diruang-ruang tertutup dan memberitahu
agar segera menyelamatkan diri
• Melacak jalan, meyakinkan jalan aman, tidak ada bahaya, hambatan
ataupun jebakan pintu tertutup.
• Memimpin para penghuni meninggalkan, ruangan, mengatur dan
memberi petunjuk tentang rute dan arus evakuasi menuju ke tempat
berkumpul (assembly point / daerah kumpul) melalui jalan dan tangya
darurat.
14. Prosedur bagi Petugas Evakuasi (2)
• Melaksanakan tugas evakuasi dengan berpegang pada prosedur.evakuasi,
antara lain
- Melarang berlari kencang, berjalan cepat dan tidak saling mendahului
- Mengingatkan agar tidak memmbawa barang besar dan berat
- Keluar gedung untuk menuju assembly area
- Berkumpul ditempat yg ditentukan
- Melarang kembali masuk kedalam bangunan sebelum diumumkan
melalui alat komunikasi, bahwa keadaan telah aman.
• Mengadakan apel checking jumlah Penghuni guna meyakinkan bahwa
tidak ada yang tertinggal di gedung/area kerja
• Menghitung dan mengevaluasi jumlah korban (sakit/luka, pingsan,
meninggal) .
12
15. Prosedur bagi Teknisi (Electrical/Utility)
• Matikan peralatan pengendali listrik dan aliran gas yang bisa dikenai
akibat kebakaran
• Pastikan bahwa peralatan pemadam kebakaran seperti misalnya Pompa
dan Cadangan Air berfungsi dengan baik.
• Periksa daerah terbakar dan tentukan tindakan yang harus dilakukan
• Upayakan kelancaran sarana agar prosedur pengendalian keadaan darurat
dan evakuasi berjalan baik
16. Prosedur bagi Petugas Keamanan
• Mengatur lalu lalu lintas kendaraan yang keluar masuk
• Dan menyediakan lokasi parkir untuk Fire Truck
• Lakukan langkah pengamanan selama petugas pemadaman bekerja
memadamkan kebakaran dengan cara :
- Mengatur lingkungan sekitar lokasi untuk memberikan ruang yang
cukup untuk mengendalikan kebakaran,
- Mengamankan karyawan yang tidak bertugas dalam kebakaran.
• Mengamankan daerah kebakaran lantai tersebut dari kemungkinan tindakan
seseorang misalnya mencuri barang-barang yang sedang diselamatkan
diselamatkan, mencopet penghuni yang sedang panik, dll
• Menangkap orang yang jelas-jelas melakukan tindakan kejahatan dan
membawanya ke pos komando
13
2.2.4 Elemen Manajemen Keadaan Darurat
1. Kebijakan
Penerapan manajemen keadaan darurat di perusahaan didasarkan
kebijakan dan komitmen yang tinggi manajemen perusahaan.
Kebijakan manajemen keadaan darurat merupakan bagian dari SMK3
yang diterapkan oleh perusahaan.
2. Identifikasi
Langkah awal penerapan manajemen keadaan darurat.
Bertujuan untuk mengidentifikasi semua potensi keadaan darurat yang
mungkin timbul dalam operasi perusahaan (risk analysis).
Identifikasi terhadap kesiapan perusahaan baik sumber daya manusia,
peralatan dan finansial dalam menghadapi setiap kemungkinan keadaan-
keadaan darurat.
3. Perencanaan Awal
Menyusun strategi dasar pengendalian.
Menetapkan besarnya potensi keadaan darurat yang terjadi, dan simulasi
penanggulangan dan penanganan yang paling efektif.
Inventarisasi sumber daya, sarana dan teknologi penanggulangan yang
diperlukan.
4. Prosedur Keadaan Darurat
• Berdasarkan perencanaan disusun prosedur keadaa darurat (SOP) sebagai
landasan operasional.
• Prosedur ini menentukan jenis keadaan daruratt yang akan ditanggulangi, tugas dan tanggung jawab tim, sarana yang diperlukan dan sistem komunikasi.
• Harus dapat legitimasi dari manajemen perusahaan dan mengikat semua pihak terkait.
14
5. Organisasi Keadaan Darurat
• Berdasarkan SOP yang ada, ditetapkan SO keadaan daruat lengkap
dengan nama, telepon dan tugas serta tanggung jawab masing-masing
individu.
• Organisasi keadaan darurat harus mencantumkan dengan jelas garis
komando dan sistem pertanggungan jawab (akuntabilitas dan
responsibilitas dari setiap individu.
6. Sarana Keadaan Darurat
• Harus disusun daftar kebutuhan sarana keadaan darurat yang diperlukan
baik yang tersedia dalam perusahaan atau dari luar perusahaan.
• Harus ada sistem untuk memelihara dan memeriksa semua sarana
keadaan darurat agar selalu dalam kondisi baik dan siap digunakan setiap
saat.
7. Pembinaan dan Pelatihan
• Semua unsur yang terlibat dalam keadaan darurat baik berkaitan dengan
pencegahan, pengendalian atau penanggulangan harus dilatih dan dibina.
• Secara berkala dilakukan simulasi keadaan darurat sesuai dengan
skenario yang telah disusun.
8. Komunikasi
• Komunikasi memegang peranan penting dalam penanganan keadaan
darurat.
• Komunikasi antar tim, komunikasi internal perusahaan, komunikasi
eksternal.
15
• Harus dibuat prosedur dan sistem komunikasi yang baik termasuk
dengan masyarakat dan lingkungan sekitarnya.
9. Inspeksi dan Audit
• Dilakukan inspeksi berkala dan audit untuk memastikan bahwa semua
peralatan, sumber daya dan sistem penanganan keadaan daruat telah
berjalan baik.
• Audit keadaan darurat sebagai bagian dari audit keselamatan kerja.
10. Investigasi dan Pelaporan
Setiap kejadian keadaan darurat harus ditindaklanjuti dengan melakukan
investigasi untuk mengetahui :
Penyebab kejadian
Efektifitas pelaksaan penanggulangan
Efektifitas sistem keadaan daruat yang berlaku
2.2.5 Klasifikasi kebakaran
Kelas A
a. jenis kebakaran: bahan padat kecuali logam, seperti kayu, arang, kertas,
tekstil, plastik dan sejenisnya.
b. sifat: terbakar sampai bagian dalam atau terdapat bara
Kelas B (cair)
a. jenis kebakaran: bahan cair
b. sifat: terbakar pada permukaan
Kelas B (gas)
a. jenis kebakaran: bahan gas
b. sifat: terbakar pada titik sumber gas mengalir
16
Kelas C
a. jenis kebakaran: peralatan listrik yang bertegangan
b. sifat: ditinjau dari aspek bahaya terkena listrik bagi petugas
Kelas D
a. jenis kebakaran: bahan logam
b. sifat: pembakaran logam dan bertemperatur tinggi, sehingga bila
dipadamkan dapat terjadi peledakan karena perubahan fase media pemadam
menjadi gas.
2.2.6 Teknik pemadaman api
Starvation adalah mengambil atau mengurangi bahan bakar yang terbakar
contoh : menutup valve vuel disaat terjadi kebakaran
Smothering adalah membatasi oksigen dengan bahan bakar
contoh : memadamkan api dengan fire blanket
Dilution adalah dengan cara mengencerkan kadar oksigen pada proses
pembakaran
contoh : memadamkan api dengan APAR
Cooling adalah teknik dengan cara menurunkan temperatur dari bahan bakar
yang terbakar
contoh : menyemprotkan air pada api
Break chain reaction adalah teknik memadamkan api dengan cara memutus
reaksi pembakaran
contoh : memadamkan api dengan APAR CO2
17
2.2.7 APAR
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.
Per. 04/ Men/ 1980 tentang Syarat-syarat Pemasangan dan
Pemeliharaan APAR yang menyatakan bahwa:
a. Setiap satu kelompok alat pemadam api ringan harus
ditempatkan pada posisi yang mudah dilihat dengan jelas,
mudah dicapai dan diambil serta dilengkapi dengan
pemberian tanda pemasangan.
b. Tinggi pemberian tanda pemasangan tersebut adalah 125 cm dari dasar lantai
tepat di atas satu atau kelompok alat pemadam api ringan yang bersangkutan.
c. Pemasangan dan penempatan alat pemadam api ringan harus sesuai dengan
jenis dan penggolongan kebakaran.
d. Penempatan antara alat pemadam api yang satu dengn lainnya atau kelompok
satu dengan lainnya tidak boleh melebihi 15 meter, kecuali ditetapkan lain oleh
pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja.
e. Semua tabung alat pemadam api ringan sebaiknya berwarna merah.
f. Dilarang memasang dan menggunakan alat pemadam api ringan yang didapati
sudah berlubang-lubang atau cacat karena karat.
g. Setiap alat pemadam api ringan harus dipasang ( ditempatkan ) menggantung
pada dinding dengan penguatan sengkang atau dengan kontruksi penguat lainnya
atau ditempatkan dalam lemari atau peti ( box ) yang tidak dikunci.
h. Lemari atau peti (box) dapat dikunci dengan syarat bagian depannya harus
diberi kaca aman ( safety glass ) dengan tebal maximum 2 mm.
i. Sengkang atau konstruksi penguat lainnya tidak boleh dikunci atau digembok
atau diikat mati.
j. Ukuran panjang dan lebar bingkai kaca aman (safety glass) harus disesuaikan
dengan besarnya alat pemadam api ringan yang ada dalam lemari atau peti (box)
sehingga mudah dikeluarkan.
18
Tabel penggunaan pemadam kebakaran
Penempatan APAR
19
Penggunaan APAR
KELAS API
PEMADAM KEBAKARAN
AIR BUSA BUBUK KERING
CO2 HALON
A Ya Ya Ya Ya Ya
B Tidak Ya Ya Ya Ya
C Tidak Tidak Ya Ya Ya
D Tidak Tidak Ya Ya Ya
BUKA KUNCI PENGAMAN
ARAHKAN SEMPROTAN KE DASAR
SUMBER API
PENGGUNAAN TEGAK
TEKAN GENGGAMAN
19
2.2.8 Fasilitas yang Harus Dimiliki Laboratorium
APAR
Tangga darurat
Ada sistem alarm seperti Heat detector, Smoke detector dan Flame detector
(lidah api)
Hydrant (Box hydrant)
Baju tahan panas pelindung kerja lengkap tahan api
Pintu tahan Api
Perhatikan juga jika masuk ke laboratorium atau gedung manapun,
cobalah lihat dan cari tanda arah evakuasi ataupun pintu darurat.
Biasanya ditunjukkan dengan papan nama 'pintu darurat' atau "exit"
seperi gambar ini :
20
BAB III
BAGAN TANGGAP DARURAT KEBAKARAN
3.1 Struktur Susunan Unit Organisasi Tim Tanggap Darurat K3 (Emergency
Response Team)
3.2 Daftar Jenis Tempat Kerja Berdasarkan Klasifikasi Potensi Bahaya
KLASIFIKASI JENIS TEMPAT KERJA
Bahaya Kebakaran Ringan
Tempat kerja yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar rendah, dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas rendah sehingga menjalarnya api lambat
• Tempat ibadah• Gedung/ruang Perkantoran• Gedung/ruang Pendidikan• Gedung/ruang Perumahan• Gedung/ruang Perawatan• Gedung/ruang Restoran• Gedung/ruang Perpustakaan• Gedung/ruang Perhotelan• Gedung/ruang Lembaga• Gedung/ruang Rumah sakit• Gedung/ruang Museum• Gedung/ruang Penjara
Bahaya Kebakaran Sedang I
Tempat kerja yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar sedang, menimbun bahan dengan tinggi tidak lebih dari 2,5 meter dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas sedang
• Tempat Parkir• Pabrik Elektronika• Pabrik roti• Pabrik barang gelas• Pabrik minuman• Pabrik permata• Pabrik Pengalengan• Binatu• Pabrik susu
Bahaya Kebakaran Sedang II
Tempat kerja yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakara sedang, menimbun bahan dengan tinggi lebih dari 4 meter dan apbila terjadi kebakaran melepaskan panas sedang sehingga menjalarnya api sedang
• Penggilingan padi• Pabrik bahan makanan• Percetaqkan dan penerbitan• Bengkel mesin• Gudang pendinginan• Perakitan kayu• Gudang perpustakaan• Pabrik barang keramik• Pabrik tembakau
• Pengolahan logam• Penyulingan• Pabrik barang kelontong• Pabrik barang kulit• Pabrik tekstil• Perakitan kendaraan bermotor• Pabrik kimia (kimia dengan kemudahan terbakar sedang)• Pertokoan dengan pramuniaga kurang dari 50 orang
Bahaya kebakaran Sedang III
Tempat kerja yang mempuyai jumlah dan kemudahan terbakar tinggi, dan apabia terjadi kebakaran melepaskan anas tinggi, sehingga menjalarnya api cepat
• Ruang pameran• Pabrik permadani• Pabrik makanan• Pabriksikat• Pabrik Ban• Pabrik Karung• Bengkel mobil• Pabrik sabun• Pabrik tembakau• Pabrik lilin• Studio dan pemancar• Pabrik barang plastik• Pergudangan• Pabrik pesawat terbang• Pertokoan dengan pramuniaga lebih dari 30 orang• Penggergajian dan pengolahan
Bahaya kebakaran Berat
Tempat kerja yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar tinggi, menyimpan bahan cair
• Pabrik kimia dengan kemudahan terbakar tinggi• Pabrik kembang api• Pabrik korek api• pabrik cat• Pabrik bahan peledak• Penggergajian kayu dan penyelesaannya menggunakan bahan mudah terbakar• Studio film dan televisi• Pabrik karet buatan
• Hanggar pesawat terbang
• Penyulingan minyak bumi • Pabrik karet busa dan plastik busa
3.3 Matriks Tindakan Darurat Kebakaran
Tingkat
Bahaya
Tanda
Bahaya
Instruksi Dari Tindakan
Bahaya 1
Kebakaran masih terkendali (mudah dipadamkan)
Teriak kebakaran Orang pertama yang melihat api.
Melapor kepada koordinator.
Koordinator area melapor kepada PM/SM
Bahaya 2
Api berkobar susah dipadamkan, tapi masih dapat dikendalikan.
Teriak kebakaran dan lonceng area dibunyikan.
Koordinator area / Petugas yang telah ditunjuk
Orang pertama yang melihat api segera memadamkannya.
Melapor keadaan kebakaran kepada PM/SM & security.
Mengkoordinir anggota P2K setempat pemadaman
Security memulai mengadakan pengamanan area.
Minta bantuan anggota P2K terdekat untuk ikut menanggulangi.
Bila api padam, kembali keurutan b,c bahaya 1, bila tidak padam, masuk bahaya 3
Bahaya 3
Api berkobar tidak terkendali dan tidak dapat dipadamkan oleh APAR.
Sirene dibunyikan (Full)
Pimpinan
Keselamatan
Instruksi evakuasi.
Mengkoordinir pemadaman dengan hydrant.
Panggil Dinas Kebakaran
3.4 Algoritma Respons Keadaan Darurat Kebakaran
24
BAB IV
PENUTUP
4.1 Pertanyaan dan Jawaban
SESI 1
1. Bagaimana proses pemadaman kebakaran yang terjadi ketika kebakaran kelas C
dan kelas D yang tidak bisa dipadamkan dengan air dan busa ? (dari Maya)
ALGORYTHMST AR T
Asap/Api
R espon
Security & FBSafety
R epresentative
Emergency Response Team
F ireC om m an
der
F ireBrigade
SafetyR ep.
Evakuasi
Evaluasi
EN D
Alarm Lantai
Alarm Gedung
2. Dampak apa yang timbul dari kelas A, kelas B, kelas C, dan kelas D ? (dari
Algan)
3. Berapakah jarak apar dari satu apar ke apar lainnya dan bagaimana kondisi
aparitu sendiri ? (dari Algan)
SESI 2
1. Pada alarm tahap 1 dan tahap 2 itu mengapa dibedakan ? (dari Dhiemas Aulia)
2. Pada APAR (Alat Pemadam Api Ringan ) adakah sistem APAR itu sendiri ?
(dari Poppy )
Jawaban :
1. Lihat klasifikasi api menurut kelasnya :
Kelas C
a. jenis kebakaran: peralatan listrik yang bertegangan
b. sifat: ditinjau dari aspek bahaya terkena listrik bagi petugas
Kelas D
a. jenis kebakaran: bahan logam
b. sifat: pembakaran logam dan bertemperatur tinggi.
Pemadaman api untuk kedua kelas tersebut tidak bisa menggunakan air dan busa karena :
iv Air adalah penghantar arus listrik yang baik, anda mungkin bisa tersengat listrik
bila mencoba menggunakannya. Peralatan listrik harus dicabut listriknya
sebelum menggunakan alat pemadam kebakaran air.
Kebakaran kelas D memang jarang terjadi dan apabila terjadi sangat sulit
dipadamkan dan harus menggunakan pemadam api khusus.
Pemadam api harus disesuaikan dengan asal api muncul. Karena jika tidak hanya
akan berdampak lebih buruk lagi.
Setiap tipe api diharuskan dipadamkan dengan pemadam api yang sesuai dan
benar.
2. Dampak yang ditimbulkan tentunya munculnya api yang akan mengakibatkan
hal – hal yang merugikan baik fisik, moril ataupun materil.
3. Tinggi pemberian tanda pemasangan APAR adalah 125 cm dari dasar lantai
tepat di atas satu atau kelompok alat pemadam api ringan yang bersangkutan.
Penempatan antara alat pemadam api yang satu dengn lainnya atau kelompok
satu dengan lainnya tidak boleh melebihi 15 meter, kecuali ditetapkan lain oleh
pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja.
4. Alarm tahap 1 dibunyikan jika ada api yang muncul dan harus ditindaklanjuti
segera. Apabila api padam alarm tahap 2 tidak harus dibunyikan.
Pembunyian alarm tahap 2 jika api tidak dapat dikendalikan. Dan tindakan
selanjutnya diperlukan.
Perbedaan alarm tahap 1 dan 2 adalah waktu pembunyiannya ketika api masih menyala atau tidak.
5. Sistem APAR itu ada 3 yaitu :
1. Sistem Stored-Pressure (gas penekannya dikempakkan ke dalam)2. Sistem Gas Cartridge (gas penekan CO2 terpisah dengan bahan
pemadam, sistem ini ada di dalam/luar tabung)3. Sistem Dua Bahan Kimia (Turn-over/dibalik) (dua bahan kimia
bercampur menghasilkan CO2 sebagai gas penekan yang mendorong busa sebagai hasil reaksi)
4.2 Kesimpulan
Tanggap Darurat Kebakaran adalah suatu sikap untuk mengantisipasi
kemungkinan terjadinya kebakaran yang akan menimbulkan kerugian baik fisik-
material maupun mental spiritual.
Tujuan dari tanggap darurat kebakaran adalah untuk meningkatkan usaha-usaha
penanggulangan kebakaran dengan segala akibatnya, dan merupakan pedoman untuk
melaksanakan UU Keselamatan Kerja.
Prinsip tanggap darurat kebakaran adalah bahwa api sebelum membesar harus
segera dapat dipadamkan. Semakin besar api semakin sukar dapat dikuasai karena suhu
yang telah tinggi akan mempercepat proses kebakaran.
Dalam suatu perusahaan atau instansi atau lembaga harus memiliki stuktur
organisasi keadaan darurat kebakaran, agar jika terjadi kebakaran tidak memakan
korban dan merugikan bagi semua pihak. Sekesil apapun resiko akan berdampak tidak
hanya bagi satu orang.
4.3 Saran
1. Perhatikan setiap petunjuk yang ada pada peralatan yang akan digunakan.
2. Selalu berhati-hati menggunakan peralatan terutama yang berbahaya.
3. Penggunaan alat – alat dengan benar akan mengecilkan setiap resiko.
4. Alat-alat atau bahan-bahan yang mudah terbakar dapat digunakan dengan
baik dan benar.
5. Organisasi tanggap darurat pada suatu instansi atau lembaga atau perusahaan
berjalan dengan baik.
6. Bahaya selalu ada di sekitar kita cara menghindarinya hanya kita sendiri
yang dapat melakukannya.
DAFTAR PUSTAKA
MODUL K3 DAN HK KETENAGAKERJAAN, “Alat Pemadam Api”, POLSRI,
PALEMBANG, 2013
http://pemadamkebakaranblitarkota.blogspot.com/2013_09_01_archive.html
Anonim, 2008. Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja.http://www.phitagoras.co.id/safety_practices.html .