1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan dan keselamatan kerja ialah upaya memberikan perlindungan yang ditujukan agar tenaga kerja dan orang lain di tempat kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat dan agar setiap sumber produksi perlu dipakai dan digunakan secara aman dan efisien. Bekerja dalam laboratorum klinik mempunyai resiko terkena bahan kimia maupun bahan yang bersifat infeksius. Sehingga dapat beresiko terjadinya kecelakaan kerja di tempat kerja. Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Biasanya kecelakaan menyebabkan, kerugian material dan penderitaan dari yang paling ringan sampai kepada yang paling berat. Sehingga laboratorium harus merupakan tempat yang aman bagi pekerjanya, terhadap setiap kemungkinan terjadinya kecelakaan, sakit maupun gangguan kesehatan. Hanya dalam laboratorium yang bebas dari rasa kekhawatiran akan kecelakaan dan keracunan seseorang dapat bekeraja dengan produktif dan efisien.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan dan keselamatan kerja ialah upaya memberikan
perlindungan yang ditujukan agar tenaga kerja dan orang lain di tempat
kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat dan agar setiap sumber
produksi perlu dipakai dan digunakan secara aman dan efisien.
Bekerja dalam laboratorum klinik mempunyai resiko terkena bahan
kimia maupun bahan yang bersifat infeksius. Sehingga dapat beresiko
terjadinya kecelakaan kerja di tempat kerja. Kecelakaan kerja adalah
kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Biasanya kecelakaan
menyebabkan, kerugian material dan penderitaan dari yang paling ringan
sampai kepada yang paling berat. Sehingga laboratorium harus merupakan
tempat yang aman bagi pekerjanya, terhadap setiap kemungkinan terjadinya
kecelakaan, sakit maupun gangguan kesehatan. Hanya dalam laboratorium
yang bebas dari rasa kekhawatiran akan kecelakaan dan keracunan
seseorang dapat bekeraja dengan produktif dan efisien.
Tanggung jawab moral dalam keselamatan kerja memegang peranan
penting dalam pencegahan kecelakaan disamping dislipin setiap individu
terhadap peraturan juga memberikan andil besar dalam keselamatan kerja.
Salah satu macam laboratorium klinik yaitu laboratorium hematologi.
Laboratorium hematologi adalah laboratorium dimana pemeriksaan yang
dilakukan bertujuan untuk mengetahui kelainan dari kuantitas dan kualitas
sel darah dan menguji perubahan yang terjadi pada plasma yang terutama
berperan pada proses pembekuan darah. Pemeriksaan pada sel darah
meliputi kadar hemoglobin, jumlah eritrosit, hematokrit, nilai eritrosit rerata
(MCV values), jumlah leukosit dan trombosit. Selain itu pemeriksaan
hematologi meliputi pula hitung retikulosit, hitung eosinofil,
aktifitas glucose-6-phosphate dehydrogenase (G6PD), daya tahan eritrosit
yang dikenal sebagai resistensi osmotik eritrosit, penetapan fraksi
2
hemoglobin dalam eritrosit yang dikenal dengan analisa hemoglobin,
pemeriksaan sel lupus erithematosus (LE) dan penetapan golongan darah.
Selain itu, pemeriksaan hematologi yang terpenting adalah
pemeriksaan morfologi sel darah yang dilengkapi dengan hitung jenis
leukosit.
Di laboratorium hematologi lebih banyak menangani sample yang
bersifat infeksius bila dibandingkan dengan laboratorium lainnya. Risiko
akan semakin tinggi apabila petugas selain mempunyai kebiasaan
menggunakan APD juga tidak mencuci tangan sesudah menangani sampel.
Hal ini terjadi di laboratorium hematologi karena berdasarkan hygiene
perorangan, 75% petugas di laboratorium ini juga berisiko terinfeksi
penyakit berbahaya.
UU No. 23 / 1992 tentang kesehatan menjadi landasan hukum yang
kuat untuk pelaksanaan peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Sebagai
penjabaran dari undang-undang tersebut salah satunya adalah Surat
Keputusan Direktur Jendral Pelayanan Medik Nomor HK 006.06.3.5.00788
tahun 1995 tentang pelaksanaan akreditasi Rumah Sakit (termasuk di
dalamnya adalah pelayanan laboratorium klinik) untuk mengukur mutu
pelayanan kesehatan di Rumah Sakit.
Prosedur kerja yang sistematis dalam pelaksanaan tugas di dalam
laboratorium, termasuk pengolahan spesimen merupakan faktor yang
terpenting dalam system manajemen laboratorium secara
menyeluruh. Untuk menjamin keselamatan dirinya, salah satu persyaratan
tersebut adalah pada pemakaian alat pelindung diri berupa sarung tangan,
jas laboratorium dan masker. Selain itu aspek prilaku petugas sendiri
terhadap disiplin pemakaian alat pelindung diri (APD) dan higiene petugas
sehabis penanganan sampel berupa pencucian tangan tidak boleh diabaikan.
Angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja di beberapa negara maju
menunjukan kecenderungan peningkatan prevalensi. Sebagai faktor
penyebab, sering terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas
serta keterampilan pekerja yang kurang memadai. Banyak pekerja yang
meremehkan risiko kerja, sehingga tidak menggunakan alat-alat pengaman
3
walaupun sudah tersedia. Seharusnya Penerapan budaya “aman dan sehat
dalam bekerja” hendaknya dilaksanakan pada semua Institusi di Sektor
Kesehatan termasuk Laboratorium Kesehatan.
1.2 Rumusan Masalah
Agar pembahasan sesuai dengan yang diinginkan penulis dapat tercapai
dengan tepat dan benar maka penulis membatasi masalah sebagai berikut.
1. Apa saja APD di laboratorium hematologi?
2. Apa saja kecelakaan yang biasa terjadi di laboratorium hematologi?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini antara lain.
1. Untuk mengetahui APD di laboratorium hematologi.
2. Untuk Mengkaji dan Memahami asal mula kecelakaan yang biasa terjadi di
laboratorium hematologi.
1.4 Manfaat
Manfaat yang dapat dipetik dari pembahasan makalah ini, antara lain.
1. Mendapat wawasan baru tentang apa yang dimaksud dengan laboratorium
hematologi.
2. Menerapkan pentingnya pemakaian APD bagi pekerja di laboratorium
hematologi.
3. Para calon pekerja laboratorium nantinya bisa menerapkan pentingnya
mengetahui macam-macam kecelakaan di laboratorium sehingga dapat
mencegah hal itu terjadi kepada peserta didik/mahasiswa pada saat Kegiatan
Belajar Mengajar Berlangsung.
4. Memahami secara luas bahwa APD hanya alat, yang bebas pakai atau tidak,
akan tetapi APD merupakan alat pelindung diri agar kita terlindungi dari
berbagai risiko kecelakaan kerja.
5. Para generasi muda terutama petugas kesehatan dapat mengambil sikap
yang positif dalam setiap langkah kehidupan yang akan dijalani.
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 APD
A. Pengertian
Alat Pelindung Diri (APD) merupakan peralatan pelindung yang
digunakan oleh seorang pekerja untuk melindungi dirinya dari
kontaminasi lingkungan. APD dalam bahasa Inggris dikenal dengan
sebutan Personal Protective Equipment (PPE). Dengan melihat kata
"personal" pada kata PPE terebut, maka setiap peralatan yang dikenakan
harus mampu memperoteksi si pemakainya. APD dapat berkisar dari
yang sederhana hingga relatif lengkap. APD merupakan solusi
pencegahan yang paling mendasar dari segala macam kontaminasi dan
bahaya akibat bahan kimia maupun bahan infeksius.
Dasar Hukum :
1. Undang-undang No.1 tahun 1970
a. Pasal 3 ayat (1) butir f : Dengan peraturan perundangan ditetapkan
syarat-syarat untuk memberikan APD.
b. Pasal 9 ayat (1) butir c : Pengurus diwajibkan menunjukkan dan
menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang APD.
c. Pasal 12 butir b : Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban
dan atau hak tenaga kerja untuk memakai APD.
d. Pasal 14 butir c : Pengurus diwajibkan menyediakan APD secara