Top Banner
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang K3 adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapan guna mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja. Menurut America Society of safety and Engineering (ASSE) K3 diartikan sebagai bidang kegiatan yang ditujukan untuk mencegah semua jenis kecelakaan yang ada kaitannya dengan lingkungan dan situasi kerja. Masalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3) secara umum di Indonesia masih sering terabaikan. Hal ini ditunjukkan dengan masih tingginya angka kecelakaan kerja. Di Indonesia, setiap tujuh detik terjadi satu kasus kecelakaan kerja (”K3 Masih Dianggap Remeh,” Warta Ekonomi, 2 Juni 2006). Hal ini tentunya sangat memprihatinkan. Tingkat kepedulian dunia usaha terhadap K3 masih rendah. Padahal karyawan adalah aset penting perusahaan. Minimnya hal tersebut sebagian besar disebabkan oleh masih adanya anggapan bahwa program K3 hanya akan menjadi tambahan beban biaya perusahaan. Di samping itu, yang masih perlu menjadi catatan adalah standar keselamatan kerja di Indonesia ternyata paling buruk Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 1
52

MAKALAH K3

Apr 08, 2016

Download

Documents

Santi Yunianti

makalah MSDM
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: MAKALAH K3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

K3 adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapan guna mencegah

kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan

dan lingkungan kerja. Menurut America Society of safety and Engineering

(ASSE) K3 diartikan sebagai bidang kegiatan yang ditujukan untuk mencegah

semua jenis kecelakaan yang ada kaitannya dengan lingkungan dan situasi kerja.

Masalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3) secara umum di Indonesia

masih sering terabaikan. Hal ini ditunjukkan dengan masih tingginya angka

kecelakaan kerja. Di Indonesia, setiap tujuh detik terjadi satu kasus kecelakaan

kerja (”K3 Masih Dianggap Remeh,” Warta Ekonomi, 2 Juni 2006). Hal ini

tentunya sangat memprihatinkan. Tingkat kepedulian dunia usaha terhadap K3

masih rendah. Padahal karyawan adalah aset penting perusahaan.

Minimnya hal tersebut sebagian besar disebabkan oleh masih adanya

anggapan bahwa program K3 hanya akan menjadi tambahan beban biaya

perusahaan. Di samping itu, yang masih perlu menjadi catatan adalah standar

keselamatan kerja di Indonesia ternyata paling buruk jika dibandingkan dengan

negara-negara Asia Tenggara lainnya, termasuk dua negara lainnya, yakni

Bangladesh dan Pakistan. Sebagai contoh, data terjadinya kecelakaan kerja yang

berakibat fatal pada tahun 2001 di Indonesia sebanyak 16.931 kasus, sementara di

Bangladesh 11.768 kasus.

Masalah umum mengenai K3 ini juga terjadi pada penyelenggaraan konstruksi

dan bangunan. Sektor jasa konstruksi dan bangunan adalah salah satu sektor yang

paling berisiko terhadap kecelakaan kerja, disamping sektor utama lainnya yaitu

pertanian, perikanan, perkayuan, dan pertambangan. Jumlah tenaga kerja di sektor

konstruksi yang mencapai sekitar 4.5 juta orang, 53% di antaranya hanya

mengenyam pendidikan sampai dengan tingkat Sekolah Dasar, bahkan sekitar

1.5% dari tenaga kerja ini belum pernah mendapatkan pendidikan formal apapun.

Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 1

Page 2: MAKALAH K3

Kenyataan ini tentunya mempersulit penanganan masalah K3 yang biasanya

dilakukan dengan metoda pelatihan dan penjelasan-penjelasan mengenai Sistem

Manajemen K3 yang diterapkan pada perusahaan konstruksi dan bangunan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Faktor apa saja yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja?

2. Bagaimana cara mencegah kecelakaan kerja guna meningkatkan kesehatan

dan keselamatan kerja?

3. Apa saja Dampak yang ditimbulkan dari kecelakaan kerja?

Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 2

Page 3: MAKALAH K3

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Keselamatan Kerja

Menurut Mondy dan Noe (2005:36) keselamatan kerja adalah

perlindungan karyawan dari cedera yang disebabkan oleh kecelakaan yang terkait

dengan pekerjaan. Resiko keselamatan merupakan aspek-aspek dari lingkungan

kerja yang dapat menyebabkan kebakaran, konslet dari aliran listrik, luka memar,

keseleo, dan lain-lain

Kesehatan Kerja

Menurut Mondy dan Noe (2005:360) kesehatan adalah kebebasan dari

kekerasan fisik. Resiko kesehatan merupakan faktor-faktor dalam lingkungan

kerja yang bekerja melebihi periode waktu yang telah ditentukan, lingkungan

yang dapat membuat stress emosi atau gangguan fisik.

Kesehatan pekerja bisa terganggu karena penyakit, stress, maupun karena

kecelakaan. Program kesehatan yang baik akan menguntungkan para pekerja

secara material, selain itu mereka dapat bekerja dalam lingkungan yang lebih

nyaman, sehingga secara keseluruhan para pekerja akan dapat bekerja secara lebih

produktif.

Menurut Mondy dan Noe (2005) terdapat beberapa program kesehatan yang dapat

dilakukan oleh perusahaan, diantaranya :

a) Manajemen stress.

b) Program kebugaran fisik.

c) Program penanggulangan penyalagunaan alkohol dan obat-obatan.

Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 3

Page 4: MAKALAH K3

Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Dari pengertian diatas dapat di simpulkan bahwa Kesehatan,

Keselamatan, dan Keamanan Kerja, biasa disingkat K3 adalah suatu upaya

guna memperkembangkan kerja sama, saling pengertian dan partisipasi efektif

dari pengusaha atau pengurus dan tenaga kerja / karyawan dalam tempat kerja

untuk melaksanakan tugas dan kewajiban bersama dibidang keselamatan,

kesehatan, dan keamanan kerja dalam rangka melancarkan usaha berproduksi.

Melalui Pelaksanaan K3 ini diharapkan tercipta tempat kerja yang aman,

sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi atau

terbebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Jadi, pelaksanaan K3

dapat meningkatkan Efisiensi dan Produktivitas Kerja.

2.2 Fokus Program Keselamatan

Menurut Mondy dan Noe (2006) Program keselamatan kerja difokuskan pada dua

aspek:

Perilaku Kerja:

Membentuk sikap karyawan yang pro-keselamatan kerja.

Mendorong upaya seluruh karyawan untuk mewujudkan keselamatan

kerja, mulai dari manajemen puncak hingga karyawan level terendah.

Menekankan tanggung jawab para manajer dalam melaksanakan

program keselamatan kerja.

Kondisi Kerja:

Mengembangkan dan memelihara lingkungan kerja fisik yang aman,

misalnya dengan penyediaan alat-alat pengaman.

Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 4

Page 5: MAKALAH K3

2.3 Pencurian Identitas

Pencurian identitas dalam arti sempit berarti bahwa seseorang

mengambil suatu kartu pengenal/segala jenis pengenal milik orang lain untuk

kemudian dia gunakan pada dirinya sendiri sebagai identitas pengenal orang yang

dicuri tersebut. Saat ini pencurian identitas yang terjadi banyak dilakukan karena

motif yang beragam, dimulai dari kepentingan untuk mencapai tujuan ekonomi

yang mereka inginkan, penipuan, sampai sekedar melampiaskan motif dendam

semata dengan cara merusak imej orang tersebut.

Pencurian identitas dalam arti luas berarti bahwa seseorang telah

menjadi sangat depresi atau mengalami gangguan kejiwaan (psikopat) dengan

meniru atau mencuri identitas orang lain yang dia ingat, benci, atau sukai.

Pencurian identitas sangat merugikan karena orang yang dicuri identitasnya

mungkin citranya akan buruk di mata orang lain.

Cara mencegah pencurian identitas :

1. Menjaga data pribadi Anda baik secara online maupun offline.

o Pastikan setiap berkas apapun yang di buang telah aman. Bisa di

sobek-sobek dahulu atau dengan menyamarkan isinya.

o Guna melindungi diri, pertimbangkan untuk menyobek dokumen

yang berisi informasi pribadi seperti laporan rekening, mengunci

kotak pesan, dan mengosongkan dompet dari segala berkas yang

tidak penting dibawa.

 

2. Abaikan email atau panggilan telepon yang meminta informasi

rekening. Karena penipu bisa menggunakan cara-cara di bawah ini:

o Email phising. Email phishing (email palsu) adalah email yang

dibuat agar terlihat seperti dikirim dari perusahaan resmi, namun

sebenarnya dari pencuri identitas. Biasanya email tersebut berisi

Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 5

Page 6: MAKALAH K3

peringatan bahwa rekening Anda bermasalah atau persoalan

darurat lainnya untuk menipu agar mengklik situs web spoof atau

menghubungi nomor layanan pelanggan palsu.

o Situs web spoof. Situs web palsu ditujukan untuk meniru situs web

dari perusahaan ternama. Situs web ini akan meminta memasukkan

nama pengguna dan sandi atau informasi account lainnya. Jika hal

ini dilakukan, berarti kita telah memberikan informasi kepada

seseorang yang mungkin akan menggunakan data tersebut untuk

hsl yang merugikan.

o Panggilan Telepon. Kita harus berhati-hati terhadap panggilan

telepon yang menyatakan dari pusat layanan pelanggan dan

meminta memberikan informasi penting pribadi. Tutup panggilan

telepon tersebut dan cobalah menghubungi nomor yang tertera di

situs web perusahaan resmi.

 

3. Melindungi akses komputer. Cara perlindungan ini meliputi:

o Perlindungan terhadap perangkat lunak/software. Sebaiknya

gunakan password di akses komputer. Jika menggunakan

perangkat lunak, usahakan selalu rutin memperbaruinya/update.

Yang terpenting atur konfigurasikan firewall komputer agar

penyusup tidak dapat masuk ke jaringan atau komputer.

o Perlindungan sandi/password. Selalu gunakan password/sandi

yang kuat untuk apapun, terutama yang berhubungan dengan

informasi penting. Sandi/password yang kuat adalah dengan

memadukan huruf besar, kecil, angka, atau bahkan simbol.

Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 6

Page 7: MAKALAH K3

 

4. Selalu waspada.

o Bertindaklah Cepat. Jika merasa ada kejanggalan pada sesuatu

hal, terutama pada hal-hal yang sangat privasi (data, informasi,

atau yang lain) segera mungkin lakukan tindakan yang diperlukan.

Jangan menunda hal itu, karena semakin lama menunda kerugian

yang ditimbulkan akan semakin besar.

o Selalu memeriksa account secara rutin. Terutama yang berkaitan

dengan masalah keuangan. Pastikan tidak ada transaksi

mencurigakan dan kejanggalan di sana. Segera mungkin kroscek

dan ambil tindakan saat merasa terjadi kejanggalan

2.4 Ergonomic

K3 dan ergonomi adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Dua-duanya

sama-sama membahas tentang kerja dan dua-duanya sama-sama membahas

keselamatan dan kesehatan. Lalu apa bedanya ergonomi dan K3? Hubungan

antara ergonomi dan K3 ini memang sering cukup membingungkan bahkan ada

suatu riset yang sengaja meneliti hal ini dengan judul ‘The relation between OSH

and ergonomics: a ‘mother-daughter’ or ‘sister-sister’ relation?’ oleh Hermans V,

dan Peteghem J. Maka dari itu sebelum nya kita harus memahami apa yg di

maksud dengan ergonomi itu sendiri.

Menurut Mondy dan Noe (2006) Ergonomics is the study of human

interaction with task, equipment, tools and the physical environment (ergonomi

adalah ilmu yang mempelajari hubungan manusia / pekerja dengan pekerjaan nya,

peralatan, perlengkapan dan lingkungan fisik lainnya).

Dari pengertian tersebut dapat kami tarik kesimpulan bahwa ergonomi

merupakan suatu ilmu tentang merancang bagaimana agar seseorang / pekerja bisa

Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 7

Page 8: MAKALAH K3

bekerja dengan baik yang didukung dengan kondisi lingkungan fisik sekitar

seperti peralatan, perlengkapan dan benda fisik lainnya. ergonomi

mengedepankan bagaimana agar suatu pekerjaan dapat dilakukan dengan efektif,

aman / selamat, nyaman, sehat. Indikator suatu kerja dikatakan baik adalah jika

tercapai keselamatan kerja, kesehatan kerja, produktivitas kerja, kualitas kerja,

dan kepuasan kerja.

2.5 Cedera Karena Stress Yang Berulang

Cedera regangan berulang-ulang (Repetitive Stess Injuries{RSI}) adalah

gangguan umum dari anggota badan atas yang terjadi terutama karena sikap yang

buruk di tempat kerja. Umumnya ada rasa sakit saraf, tendon dan otot-otot yang

terjadi karena berlebihan atau gerakan berulang-ulang.

Cedera regangan berulang-ulang ini juga dikenal sebagai gangguan Trauma

kumulatif (CTD).

Penyebab RSI

RSI dikatakan terjadi ketika berlebihan mengakibatkan trauma

mikroskopis di otot dan tendon.

Faktor-faktor lain yang mempengaruhi daerah meliputi:

kelelahan ligamen, tendon dan jaringan lunak karena atas penggunaan

kurangnya suplai darah ke saraf menyebabkan iskemia dan otot kerusakan

beberapa psikososial kerja terkait kondisi dan. (1-6)

Gejala RSI

RSI umumnya mempengaruhi pergelangan tangan, siku, lengan, tangan

dan bahkan leher dan bahu.

Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 8

Page 9: MAKALAH K3

Rasa sakit mungkin juga menghasilkan dari pembengkakan dan

peradangan dan otot kekakuan yang mendasari.

Gejala umum kondisi termasuk rasa sakit, pembengkakan, kekakuan, mati

rasa atau kesemutan, gerakan bersama yang terbatas dan memburuknya gejala

dengan waktu.

Jenis RSI

RSI adalah biasanya dari dua jenis: tipe 1 RSI dan tipe 2 RSI.

Tipe 1 RSI dikatakan terjadi ketika gejala semua menunjuk ke arah

diagnosis kondisi medis yang diakui. Ada khas kekakuan, pembengkakan dan

peradangan terkena otot dan tendon.

Tipe 1 RSI termasuk kondisi seperti radang kandung lendir yang terjadi

ketika ada peradangan dan pembengkakan kantung berisi cairan dekat bersama

(biasanya bahu, siku dan lutut) dan tendonitis yang terjadi ketika tendon

meradang.

Persyaratan lain adalah Carpal tunnel syndrome di mana pembengkakan

dan peradangan pada otot-otot pergelangan tangan yang mengarah ke kompresi

saraf penting disebut saraf median.

Kondisi lain termasuk Dupuytren's contracture, Epicondylitis atau 'tennis

elbow', 'Aqidah 's lutut' atau 'mengalahkan kondisi' dll.

Dalam tipe 2 RSI kondisi medis ini tidak jelas. Hal ini terutama karena ada

gejala tidak jelas, selain dari rasa sakit. Ini disebut "sindrom nyeri non-spesifik".

Postur dan RSI

RSI sering disebabkan karena sikap yang buruk di tempat kerja atau lebih lama

dari waktu.

Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 9

Page 10: MAKALAH K3

RSI umumnya terjadi pada orang-orang yang bekerja dengan komputer

atau melaksanakan pekerjaan manual yang berulang-ulang.

Siapa yang beresiko tinggi RSI?

RSI terjadi pada orang-orang yang melakukan suatu aktivitas tertentu

untuk waktu yang lama tanpa istirahat, melakukan aktivitas berat,

mempertahankan sikap miskin untuk waktu yang lama, bekerja di iklim dingin,

dengan bergetar peralatan dan menderita dari pekerjaan terkait stres.

Pekerjaan di risiko tertentu meliputi:

komputer berat pekerja

stik

ultrasonographers

penjahit

ahli bedah

dokter gigi

perawat

memasak

Pembersih

staf pemeliharaan jalan

tukang kayu

driver

atlet berkuda

perenang

seniman bela diri

musisi dll.

Pengobatan RSI

Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 10

Page 11: MAKALAH K3

Perawatan RSI berfokus pada pencegahan kondisi sedini mungkin. Hal ini

dilakukan oleh identifikasi dan menghentikan tugas atau kegiatan yang

menyebabkan gejala.

Rasa sakit dan bengkak mungkin lega oleh obat-obatan anti-inflamasi seperti

Aspirin atau Ibuprofen.

Kadang-kadang dukungan dalam bentuk Sling, karet gelang atau panas

dan dingin paket adalah berguna.

Lebih parah kasus mungkin memerlukan suntikan steroid untuk

mengurangi peradangan. Pemulihan membutuhkan bantuan seorang fisioterapis

nasihat pada postur.

2.6 Kekerasan di tempat Kerja

Dibawah ini akan dijelaskan beberapa penjelasan tentang kekerasan di

tempat kerja.

Pengertian Kekerasan di tempat kerja

Kekerasan tempat kerja dapat diperoleh dari faktor Internal yaitu di dalam

ruang lingkup organisasi/perusahaan juga bisa didapatkan dari faktor eksternal,

yaitu di luar ruang lingkup orgasnisasi/perusahaan.

Kekerasan di tempat kerja sangatlah bervariasi, mulai dari tindakan yang

menyinggung atau ucapan yang mengancam sampai pembunuhan. NIOSH

(National Institute of Occupational Safety and Health – Lembaga Nasional

Kesehatan dan Keselamatan Kerja Amerika Serikat) mendefinisikan kekerasan di

tempat kerja sebagai tindak kekerasan (termasuk ancaman dan kekerasan fisik)

yang ditujukan kepada seseorang yang sedang bekerja atau sedang bertugas.

Berikut merupakan variasi dari perilaku kekerasan ditempat kerja:

pembunuhan, pemerkosaan, perampokan, membuat luka, serangan fisik, 

menendang, menggigit, memukul, meludahi, mencakar, meremas, mencubit,

Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 11

Page 12: MAKALAH K3

pelecehan (termasuk seksual dan merendahkan asal/suku), pemarah, intimidasi,

ancaman, pengasingan dari pergaulan, meninggalkan pesan yang menyinggung,

postur yang mengancam, gerakan yang kasar, mengganggu dengan alat kerja,

sikap yang bermusuhan, sumpah serapah, teriakan, memanggil dengan sebutan

nama yang buruk, sindiran, dan mendiamkan dengan sengaja.

Kekerasan di tempat kerja dapat digolongkan menjadi beberapa kategori:

Pertama, kekerasan yang dilakukan oleh penjahat yang tidak memiliki hubungan

dengan tempat kerja, yang bertujuan untuk melakukan perampokan ataupun

kejahatan lainnya.

Kedua, kekerasan pada pekerja oleh pelanggan, klien, pasien, murid, ataupun oleh

orang yang diberikan jasanya oleh perusahaan.

Ketiga, kekerasan yang dilakukan oleh sesama pekerja, supervisor, atau manajer

yang masih bekerja ataupun mantan pekerja.

Keempat, kekerasan yang dilakukan di tempat kerja oleh orang yang tidak

bekerja di sana, namun mempunyai hubungan dengan pemberi kerja, seperti

kerabat dan teman yang suka menyiksa.

Menurut Mondy&Noe (1996) forty percent of occupational deaths for

women are homicides. This high percentage reflects the fact that women normally

are not employed in high risk occupations but do work in retail, where the

homicide rate is high due to easy access by strangers.nevertheless, workplace

violence of all types, including beating, serious injury, rape, and harassment, cost

employers and others $4.2 billions in 1942. Violence results in lost business, lost

productivity from injured workers, and increases in lawsuits stemming from

negligentsecurity claims. Workers compensation insurance premiums are also

typically increased in companies that have experienced violence.

2.7 Program Kesehatan Kerja

Seperti yang dikutip dari buku Marwansyah, yang berjudul Manajemen

Sumber Daya Manusia, Program kesehatan Kerja yang bisa diselenggarakan

adalah Manajemen Stres. Stres adalah “the pattern of emotional states and

physiological reactions occuring in response to demands from within or outside

Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 12

Page 13: MAKALAH K3

organizations (i.e., stressors)” yang artinya pola kondisi emosi dan reaksi fisik

yang terjadi sebagai respons terhadap tuntutan dari dalam atau luar organisasi

(yakni, stressor). Stres dapat juga diartikan sebagai “the adverse reaction people

have to excessive pressure or other typess of demand placed on them” yang

artinya reaksi buruk yang di berikan seseorang terhadap tekanan atau bentuk

tuntutan yang berlebihan lainnya, terhadap dirinya. Dalam konteks pekerjaan, job

stres dapat didefinisikan sebagai “the harmful physical and emotional responses

that occur when the requirements of the job do not match the capabilities,

resources, or needs of the worker” (respon fisik dan emosi yang merugikan, yang

terjadi bila tuntutan pekerjaan tidak sesuai dengan kapabilitas sumber daya, atau

kebutuhan pekerja.)

Stres tidak selalu berdampak negatif. Stres yang dialami pada tingkat

tertentu adalah sesuatu yang normal. Dalam kenyataannya, stres seringkali

memberikan energi motivasi kepada kita untuk menghadapi tantangan hidup

sehari-hari, baik di rumah maupun di tempat kerja. Stres dalam tingkat sedang

(mils stres) pada dasarnya dapat meningkatkan produktifitas dan dapat membantu

pengembangan gagasan-gagasan kreatif. Tentu saja, seperti kebanyakan hal

lainnya, stres yang berlebihan akan berdampak negatif. Bila rasa puas berubah

menjadi keletihan, frustasi atau ketidakpuasan, atau ketika tantangan di tempat

kerja terlalu berat, kita mulai merasakan tanda-tanda negatif dari stres.

Terjadinya stres yang kronis seringkali dipandang sebagai efek samping

dari tindakan-tindakan manajemen yang dilakukan di banyak negara, termasuk

Indonesia, dalam kurun waktu dua puluh tahun belakangan ini, langkah-langkah

manajemen ini diantara lain perampingan organisasi, pengurangan jumlah pekerja,

intensifikasi pekerjaan, peningkatan pengawasan pada karyawan, dan tender

terbuka. Sekretaris, pramusaji, manajer madya, polisi, auditor, dan calon dokter

yang sedang magang adalah contoh beberapa pekerjaan yang paling tinggi

stresnya, yang ditandai dengan kebutuhan untuk merespon tuntutan/ permintaan

orang lain dengan jadwal kerja, dengan sedikit kendali atas kejadian-kejadian

yang berlangsung dihadapan mereka.

Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 13

Page 14: MAKALAH K3

Penyebab Stres (Stressor)

Stressor adalah sesuatu yang menyebabkan stres pada seseorang. Stressor

dapat juga diartikan sebagai faktor-faktor lingkungan yang membuat seseorang

memberikan respons untuk menghadapinya, karena faktor-faktor ini mengandung

ancaman atau bahaya. Bahaya (Hazard) dapat berupa: kurangnya kendali atas cara

melakukan pekerjaan, kelebihan beban kerja (atau kekurangan beban/ underload),

kurangnya dukungan dari manajer/ atasan, peran yang tidak jelas, atau buruknya

hubungan dengan rekan kerja (termasuk bullying).

DeCenzo dan Robbins(2007) menyebutkan dua kelompok besar penyebab

stres (stressor) dalam organisasi, yakni: faktor personal dan faktor organisasi.

Untuk faktor organisasi, mereka membagi stressor kedalam 5 kategori, yakni:

tuntutan tugas, tuntutan peran, tuntutan intrepersonal, struktur organisasi, dan

kepemimpinan organisasi.

Tuntutan tugas (task demands) terkait dengan pekerjaan seseorang, ini

meliputi rancangan pekerjaan (otonomi, keragaman tugas, tingkat otomasi),

kondisi kerja, dan tata letak tempat kerja. Tuntutan Peran (role demands)

berhubungan dengan tekanan yang diterima seorang karyawan yang berasal dari

perannya di organisasi. Konflik peran (role conflict) menciptakan harapan-

harapan yang sulit diwujudkan atau dipenuhi. Konflik ini juga terjadi apabila

seseorang berada dalam posisi mengejar tujuan-tujuan yang saling bertentangan.

Kelebihan peran (role overload) dialami ketika karyawan diharapkan untuk

melakukan sesuatu melebihi yang dimilikinya. Ambiguitas peran (role ambiguity)

terjadi bila seorang karyawan tidak memahami isi pekerjaan atau tugas-tugas yang

harus dijalankannya (harapan tidak jelas dan karyawan ragu apa yang harus

dilakukan).

Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 14

Page 15: MAKALAH K3

Tuntutan interpersonal (interpersonal demands) adalah tekanan-tekanan

yang berasal dari karyawan lain. Kurangnya dukungan sosial dari rekan kerja dan

buruknya hubungan antar-pribadi dapat menyebabakan banyak stres, terutama di

kalangan karyawan dengan kebutuhan sosial yang tinggi.

Stuktur organisasi dapat meningkatkan stres. Aturan yang terlalu banyak

dan kurangnya kesempatan bagi karyawan untuk berperan serta dalam

pengambilan keputusan yang mempengaruhi dirinya adalah contoh variabel

struktural yang berpotensi menyebabkan stres. Kepemimpinan manggambarkan

gaya supervisi para pemimpin formal atau manajer perusahaan. Sejumlah manajer

menciptakan budaya yang dicirikan oleh ketegangan, ketakutan, dan kecemasan di

kalangan karyawan. Mereka menciptakan tekanan-tekanan yang tak realistis untuk

segera menunjukan hasil dalam waktu singkat, memberlakukan pengawasan yang

terlalu ketat, dan sering memecat karyawan yang berkinerja buruk. Dampak daya

kepemimpinan seperti ini menyebar di seluruh organisasi dan sampai kepada

seluruh karyawan.

Meskipun setiap orang hidup di bawah stres dengan tingkatan tertentu,

stres yang cukup berat dan bertahan lama bisa berbahaya. Bahkan gangguan yang

timbul dari kecelakaan. Stres bisa berdampak pada kehadiran yang buruk,

penggunaan minuman keras dan obat secara berlebihan, kinerja yang buruk, atau

bahkan memburuknya kesehatan secara menyeluruh. Makin banyak bukti yang

menunjukkan bahwa stres yang tidak ditangani dengan benar berhubungan dengan

penyakit-penyakit yang menjadi penyebab utama kematian yaitu jantung koroner

stroke, hipertensi, kanker dan diabetes serta bunuh diri.

Selain alasan-alasan diatas, faktor-faktor ekonomi dan hukum juga

mendorong meningkatnya perhatian manajer untuk membantu karyawannya

dalam mengelola stres.

Alternatif penanggulangan Stres

Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 15

Page 16: MAKALAH K3

Strategi untuk mengurangi atau mencegah stres bisa sangat beragam,

bergantung pada penyebabnya. Sebagai contoh, ketika stres diakibatkan oleh

faktor-faktor fisik cara terbaik adalah mengendalikan sumbernya. Misalnya, bila

suara mesin di tempat kerja menganggu karena terlalu keras, perangkat pengendali

kebisingan bisa dipasang dimana perlu. Bila pekerja mengalami nyeri karena

ketegangan otot yang berulang-ulang,tempat kerja bisa dirancang ulang untuk

mengurangi gerakan yang sulit dan berulang.

Perancangan jabatan / pekerjaan juga merupakan faktor penting.

Rancangan pekerjaan yang baik adalah yang mengakomodasikan kemampuan

fisik dan mental pekerja. Secara umum, pedoman perancangan jabatan berikut ini

dapat membantu meminimalkan atau mengendalikan sters di tempat kerja.

- Pekerjaan harus memiliki tuntutan atau persyaratan yang wajar dan

memberikan variasi tugas yang cukup bagi pekerja

- Pekerja harus mampu mempelajari pekerjaan dan diberi peluang untuk

terus belajar sejalan dengan perkembangan karirnya

- Pekerjaan hendaknya memberi sejumlah peluang kepada pekerja untuk

mengambil keputusan atas bidang tertentu

- Di tempat kerja, hendaknya ada dukungan sosial dan pengakuan secara

memadai

- Pekerja hendaknya dapat merasakan bahwa pekerjaannya akan mengarah

pada masa depan yang mereka harapkan

Pengusaha atau atasan harus melaukan penilaian atas tempat kerja untuk

mengetahui resiko stres. Mereka juga harus mengidentifikasikan tekanan-tekanan

dalam pekerjaan yang dapat mengakibatkan tingkat stres yang tinggi dan

berkepanjangan, dan siapa saja yang mungkin mengalami tekanan tersebut.

Kemudian, menentukan langkah-langkah apa yang bisa ditempuh untuk mencegah

tekanan-tekanan tadi menjadi stressor negatif. Berikut ini adalah sejumlah

alternatif cara yang bisa ditempuh pengusaha atau atasan untuk menangani stres

kerja.

Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 16

Page 17: MAKALAH K3

- Perlakukan semua karyawan secara adil dan terhormat. Jangan

mengabaikan pelecehan atau bullying, apapun bentuknya

- Tangani stres secara serius dan pahami staf yamg berada di bawah terlalu

banyak tekanan.

- Kenali tanda-tanda dan gejala yang menunjukan bahwa seseorang

mungkin mengalami kesulitan menghadapi stres.

- Libatkan karyawan dalam pengambilan keputusan dan beri kesempatan

kepada mereka untuk memberikan masukan baik secara langsung atau

melalui panitia atau komisi dan sebagainya..

- Sediakan program-program kesehatan dan kebugaran yang terkait

langsung dengan sumber stres. Sumber stres di tempat kerja dapat berasal

dari banyak sebab-keamanan, ergonomika, tuntutan pekerjaan, dan

sebagainya. Lakukan survei kepada karyawan dan mintalah mereka agar

membantu identifikasi penyebab stres yang sesungguhnya.

- Rancang pekerjaan yang memberikan beban kerja yang seimbang. Berikan

peluang kepada karyawan untuk sebanyak mungkin mengendalikan tugas-

tugas.

- Buatlah persyaratan atau tuntutan pekerjaan tetap wajar dengan

memberikan tenggat waktu (deadline) dan jam kerja yang mampu dikelola

dengan baik,begitu juga tugas-tugas yang jelas dan menarik serta

bervariasi.

- Jangan mengabaikan tanda-tanda bahwa karyawan sedang berada dibawah

tekanan atau merasa tertekan.

- Jangan lupa bahwa unsur-unsur tempat kerja itu sendiri dapat

menyebabkan stres.

- Pelatihan manajemen stres dan layanan penyuluhan dapat membantu para

karyawan, tapi jangan lupa mencari akar penyebab stres dan

menanganinya sesegera mungkin.

Para manager lini memainkan peran vital dalam mengidentifikasi dan

mengelola stres di dalam orgasnisasi. Mereka cenderung dapat melihat secara

Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 17

Page 18: MAKALAH K3

langsung masalah yang menjadi penyebab stres seringkali akan menjadi orang

pertama yang dihubungi apabila karyawan merasakan stres. Dengan demikian,

penting bagi para manajer lini untuk memiliki keterampilan dan perilaku yang

tepat agar mampu mengelola situasi semacam ini.

2.8 Program Kebugaran Fisik

Program Kebugaran Fisik seperti yang dikutip dari buku Marwansyah

berjudul Manajemen Sumber Daya Manusia, adalah sebuah program yang

disponsori oleh perusahaan, yang berfokus pada pencegahan munculnya masalah-

masalah pada diri karyawan. Program kebugaran dapat juga di artikan sebagai

“Organizational programs designed to keep employee healthy.”

Ada beberapa program kebugaran yang dapat dirancang seperti

pengendalian berat badan, penghentian kebiasaan merokok, latihan kebugaran

fisik, pendidikan tentang nutrisi, pngendalian tekanan darah tinggi. Program-

program kebugaran dapat membantu menekan biaya pemeliharaan karyawan,

mengurangi turnover dan ketidakhadiran melalui pencegahan timbulnya masalah-

masalah kesehatan.

Tujuan wellnese program bukan untuk menghilangkan gejala dan

penyakit, melainkan untuk membantu para pekerja mengembangkan gaya hidup

yang akan memungkinkan mereka mewujudkan sepenuhnya potensi fisik dan

mental. Sebuah program kebugaran yang lengkap memiliki tiga komponen berikut

ini:

1. Membantu karyawan mengidentifikasi resiko kesehatan yang potensial

melalui pemerikasaan dan pengiujian/tes

2. Mendidik karyawan tentang resiko kesehatan seperti tekanan darah

tinggi, merokok, diet yang buruk, dan strees.

3. Mendorong karyawan agar mengubah gaya hidup mereka melalui olah

raga, nutrisi yang baik, dan pemantauan kesehatan.

Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 18

Page 19: MAKALAH K3

Di perusahaan dengan pola kerja industrial, manusia akan memegang

peran paling menentukan dalam seluruh sistem produksi. Disana manusia

diharapkan dapat bekerja dengan memanfaatkan keterampilan dan

pengetahuannya, dengan motivasi kerja yang tinggi dan dipandu oleh

wawasannya yang mantap dan luas. Untuk menjaga agar pola kerja yang demikian

dapat berjalan lancar, maka para pelakunya perlu memiliki kondisi fisik yang

bugar dan kondisi psikologik yang stabil serta mantap. Program kebugaran

jasmani berperan besar dalam menjaga kondisi tersebut. Kehidupan bisnis modern

menuntut stamina yang prima dari para pelakunya, karena mereka harus bekerja

dengan ritme kerja yang cepat, jadwal ketat dan tidak teratur, perubahan rencana

yang tidak terduga, dan jam kerja yang panjang. Situasi dan kondisi kerja

semacam ini menimbulkan stres kerja yang mengakibatkan berbagai penyakit

psikosomatis seperti tukak lambung, penyakit kardiovaskuler, dll. Penyakit

tersebut membutuhkan waktu penyembuhan yang lama dan biaya yang tidak

sedikit. Selain itu penderita juga terpaksa tidak masuk kerja, sehingga kerugian

ganda akan diderita oleh karyawan maupun perusahaan yaitu pemasukan

berkurang dan pengeluaran bertambah. Program kebugaran jasmani selain akan

meningkatkan status kebugaran, juga akan menambah semangat kerja, mencegah

berbagai penyakit, menghilangkan ketegangan, menambah rasa percaya diri,

membentuk jiwa sportif, mengajarkan sikap sabar, gembira dan melatih

konsentrasi.

2.9 Merokok di tempat Kerja

Banyak perusahaan  yang menerapkan aturan larangan merokok di tempat

kerja. Spanduk “No Smoking Area” banyak terpampang di pintu masuk Instansi-

instansi pemerintah maupun perusahaan-perusahaan swasta. Bisa jadi Instansi –

instansi itu mulai menyadari pentingnya lingkungan sehat di tempat kerja karena

dengan adanya lingkungan sehat akan berpengaruh ke kesehatan karyawannya dan

apabila karyawan sehat akan meningkatkan kinerja dan produktivitas perusahaaan.

Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 19

Page 20: MAKALAH K3

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan WHO melaporkan bahwa jika

para pekerja masih merokok maka asap rokok tersebut dapat meningkatkan risiko

kanker sebanyak 20 sampai 30%. Perokok pasif adalah menghirup karsinogen

yang sama seperti perokok aktif dan ini mempengaruhi kesehatan mereka.

Perokok aktif dan pasif memiliki risiko yang sama yaitu terkena kanker ginjal,

hati, leher rahim dan perut juga.

Seperti yang di kutip dari buku Mondy&Noe yang berjudul Human

Resource Management “Numerous studies have concluded that workplace

smoking not only is hazardous to employees health, but also is detrimental to the

firm’s financial health. Increased costs of insurance premiums, higher

absenteeism, and lost productivity cost the U.S economy $65 billion a year. These

factors, along with rising opposition from nonsmokers and widespread local and

state laws, have spurred many firms into action, and the trend continues. For

example, one recent survey indicated that in 1991, 32 percent of all companies

banned smoking at work. By 1993, 56 percent had eliminated workplace smoking.

A separate study indicated that by the year 2002, no less than 96 percent of the

companies surveyed had a goal to be smoke-free.

Banyak studi telah menyimpulkan bahwa merokok di tempat kerja bukan

hanya berbahaya bagi kesehatan karyawan, namun juga membahayakan kesehatan

keuangan perusahaan. program-program berhenti merokok biasanya efektif dari

sisi biaya dan dewasa ini 36 persen pemberi kerja menawarkan program tersebut.

Hingga saat ini, 14 negara bagian melarang merokok di tempat kerja dan negara

bagian lainnya memastikan untuk mengikuti hal tersebut. Aturan-aturan anti-

merokok tampaknya juga meningkatkan kesehatan jantung. Tingkat serangan

jantung turun sebesar 27 persen dalam 18 bulan setelah larangan merokok di

seluruh ruang publik diberlakukan di Pueblo, Colorado, yang merupakan kota

dengan penduduk 104.000 jiwa pada tahun 200

2.10 AIDS di tempat Kerja

Pengertian HIV/AIDS di Tempat Kerja dan 10 Prinsip Kaidah ILO tentang

Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 20

Page 21: MAKALAH K3

HIV/AIDS dan Dunia Kerja

Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang

sistem kekebalan tubuh manusia dan kemudian menimbulkan AIDS. Acquired

Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah suatu kondisi medis berupa

kumpulan tanda dan gejala yang diakibatkan oleh menurunnya atau hilangnya

kekebalan tubuh karena terinfeksi HIV, sering berwujud infeksi yang bersifat

ikutan (oportunistik) dan belum ditemukan vaksin serta obat penyembuhannya.

Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS merupakan upaya yang

dilakukan untuk mencegah penularan HIV dan menanggulangi dampak negatif

dari HIV/ AIDS. Untuk memastikan apakah seseorang telah terinfeksi virus HIV

perlu dilakukan tes HIV dengan memeriksa darah orang yang dites.

Pekerja dengan HIV/AIDS adalah pekerja yang terinfeksi HIV dan atau

mempunyai gejala AIDS. Mereka bisa menularkan kepada pekerja yang lain,

terutama di tempat-tempat kerja beresiko. Untuk itu, perlu ada upaya pencegahan

dan penanggulangan yang salah satunya adalah dengan kegiatan konseling, yakni

kegiatan konsultasi yang bertujuan membantu mempersiapkan mental pekerja dan

mengatasi masalah-masalah yang mungkin atau sedang dihadapi yang terkait

dengan HIV/AIDS.

Berbagai pihak perlu mengutamakan program pencegahan HIV/ AIDS di

tempat kerja termasuk mendorong pengusaha dan serikat pekerja untuk

mendukung program tersebut. Selain itu, perlu pula ada dukungan untuk upaya

penghapusan stigma dan diskriminasi terhadap pekerja yang hidup dengan HIV/

AIDS.

Seperti yang dikutip dari buku Mondy&Noe, the problem is that workers

are not always rational. Their fear of the disease can result in the employer facing

business interruption (if employees refuse to work with an AIDS victim) or

unlawful discrimination under the Americans with Disabilities Act (if the

employer discharges the ill person).

Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 21

Page 22: MAKALAH K3

The need for educating employees is obvious. They must understand how

the AIDS virus is transmmited through casual contact. Only then can employees

be assured that they are protected from this awful disease.

Upaya Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS di Tempat Kerja

Menyadari bahwa HIV/AIDS saat ini di Indonesia bukan hanya menjadi

masalah kesehatan akan tetapi juga menjadi masalah dunia kerja yang berdampak

pada produktivitas dan profitabilitas perusahaan. Departemen Tenaga Kerja dan

Transmigrasi telah mengeluarkan Keputusan Menteri No.68/Men/IV/2004 tentang

Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS di Tempat Kerja.

Dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi tersebut

mewajibkan pengurus/pengusaha melakukan upaya pencegahan dan

penanggulangan HIV/AIDS di tempat kerja melalui;

1) Pengembangan kebijakan tentang upaya pencegahan dan penanggulangan

HIV/AIDS di tempat kerja yang dapat dituangkan dalam Peraturan

Perusahaan (PP) atau Perjanjian Kerja Bersama (PKB).

2) Pengkomunikasian kebijakan dengan cara menyebarluaskan informasi dan

menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan.

3) Pemberian perlindungan kepada pekerja/buruh dengan HIV/AIDS dari

tindak dan perlakuan diskriminatif.

4) Penerapan prosedur keselamatan dan kesehatan kerja khusus untuk

pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS sesuai dengan peraturan

perundang-undangan dan standar yang berlaku.

Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 22

Page 23: MAKALAH K3

Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 23

Page 24: MAKALAH K3

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Ringkasan Kasus

Dua orang pekerja bangunan tewas kesetrum saat sedang bekerja

memindahkan batu bata di bangunan lantai dua di salah satu bangunan di Jl. HM

Bachroen, Purwokerto Wetan. Menurut saksi, korban bekerja melangsir

(memindah) batu bata. Korban berada di lantai dua bangunan gudang yang ada di

bagian depan. Tugasnya adalah menerima batu bata yang di lempar dari bawah,

setelah terkumpul, oleh Korban dipindahkan ke tempat tukang batu yang sedang

memasang batu bata di tangga menuju lantai dua. Dan saat membawa batu bata

menuju ke tukang batu, korban melewati kabel listrik PLN yang terdapat di atas

bangunan lantai dua. Karena posisi kawat rendah, kepala menyentuh kawat listrik,

secara reflek, tangan kanannya justru memegang kawat listrik.

Melihat kejadian tersebut, korban kedua yang berada paling dekat,

bermaksud memberikan pertolongan dengan memegang tangan kiri korban

pertama. Namun yang terjadi, korban kedua pun ikut kesetrum. Dalam waktu

singkat, kedua korban tersebut langsung jatuh terkulai ke dasar bangunan lantai

dua berupa lembaran seng dan besi yang akan dicor.

Belasan pekerja yang berada di sekitar korban berhamburan keluar sambil

berteriak ada orang kesetrum, mereka tak berani mendekat karena takut. Begitu

Mandor datang, kedua korban pun langsung dibawa ke RS Sinar Kasih

Purwokerto.

Wakapolsek yang ada di lokasi kejadian bersama petugas identifikasi

Polres Banyumas mengecek ketinggian kawat listrik yang tepat ada di bagian atas

bangunan lantai dua yang sedang dikerjakan. Kawat listrik yang membentang arah

selatan-utara itu ketinggian dari lantai dasar bangunan lantai dua bagian depan

hanya sekitar 140 cm.

Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 24

Page 25: MAKALAH K3

Sementara pekerja yang sedang menggarap lantai dua, seperti korban

Pertama, tinggi badannya sekitar 160 cm. Saat membawa batu bata dia harus

membungkuk ketika melewati kawat listrik.

Menurut Wakapolsek tersebut, jarak lantai dasar bangunan yang sedang

digarap dengan kawat listrik yang lebih rendah dari tinggi orang saat berdiri

sangat membahayakan para pekerja. Warga yang ada di samping bangunan

gudang sudah pernah ada yang mengingatkan jaraknya terlalu dekat dengan

kawat. Tetapi peringatan itu tak diperhatikan.

( Sigit Oediarto / CN26 / JBSM /Suara Merdeka) 

Analisis masalah

Dua orang pekerja bangunan tewas kesetrum saat sedang bekerja

memindahkan batu bata di bangunan lantai dua yang ada di Jl HM Bachroen,

Purwokerto Wetan,  Purwokerto Timur, Kamis (17/3) pagi.

3.2 Faktor Terjadinya Kecelakaan Kerja

Menurut teori yang ada, terjadinya kecelakaan kerja disebabkan oleh 2

faktor utama yakni faktor fisik dan faktor manusia. Kecelakaan kerja ini

mencakup 2 permasalahan pokok, yakni:

a. Kecelakaan akibat langsung pekerjaan (PAK)

b. Kecelakaan terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan (PAHK)

Dalam perkembangan selanjutnya ruang lingkup kecelakaan ini diperluas

lagi sehingga mencakup kecelakaan-kecelakaan tenaga kerja yang terjadi pada

saat perjalanan atau transport ke dan dari tempat kerja. Dengan kata lain

kecelakaan lalu lintas yang menimpa tenaga kerja dalam perjalanan ke dan dari

tempat kerja atau dalam rangka menjalankan pekerjaannya juga termasuk

Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 25

Page 26: MAKALAH K3

kecelakaan kerja. Penyebab kecelakaan kerja pada umumnya digolongkan

menjadi 2, yakni:

a. Faktor Fisik

Kondisi-kondisi lingkungan pekerjaan yang tidak aman atau unsafety condition

misalnya lantai licin, pencahayaan kurang, silau, dan sebagainya.

b. Faktor Manusia

Perilaku pekerja itu sendiri yang tidak memenuhi keselamatan, misalnya karena

kelengahan, ngantuk, kelelahan, dan sebagainya. Menurut hasil penelitian yang

ada, 85 % dari kecelakaan yang terjadi disebabkan oleh faktor manusia.

Dari teori yang telah dijabarkan kita berpendapat bahwa kasus tersebut

terjadi disebabkan oleh ada nya kesalahan dari faktor manusia dan faktor fisik.

Kesalahan yang terjadi dari faktor manusia nya, yaitu lengahnya pekerja bangunan

sehingga secara tidak sengaja menyentuh kawat listrik yang mempunyai sengatan

sampai ribuan volt. Selain itu teman dari pekerja bangunan tersebut pun lengah

dan salah dalam memberikan pertolongan kepada yang kesetrum. hal ini bisa di

sebabkan karena minim nya pengetahuan K3 yang dimiliki dari dua korban

tersebut. Kesalahan yang terjadi dari faktor fisik yaitu minim nya peralatan kerja

aman yang digunakan oleh dua korban tersebut seperti helm dan sarung tangan.

Peralatan kerja ini sangat lah penting dan wajib digunakan oleh setiap pekerja

bangunan agar terhindar dari kecelakaan kerja.

Berdasarkan penjelasan diatas, kami menyimpulkan bahwa Sebab – sebab

kecelakaan dari kasus tersebut yaitu:

Dikarenakan kelalaian dari pekerja yang tidak mengetahui letak kabel

listrik.

Letak kabel listrik PLN yang tidak strategis.

Posisi kawat rendah sehingga kepala korban langsung mengenai kawat

listrik tersebut.

kurangnya pelatihan K3 pada pekerja sehingga para pekerja tidak

mengetahui tentang masalah-masalah jika mengahadapi kecelakaan.

Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 26

Page 27: MAKALAH K3

3.3 Cara pencegahan kecelakaan kerja guna meningkatkan kesehatan dan

keselamatan kerja

Untuk mencegah gangguan daya kerja, ada beberapa usaha yang dapat

dilakukan agar para buruh tetap produktif dan mendapatkan jaminan perlindungan

keselamatan kerja, yaitu:

1. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja (calon pekerja) untuk mengetahui

apakah calon pekerja tersebut serasi dengan pekerjaan barunya, baik secara fisik

maupun mental.

2. Pemeriksaan kesehatan berkala/ulangan, yaitu untuk mengevaluasi apakah

faktor-faktor penyebab itu telah menimbulkan gangguan pada pekerja

3. Pendidikan tentang kesehatan dan keselamatan kerja diberikan kepada para

buruh secara kontinu agar mereka tetap waspada dalam menjalankan

pekerjaannya.

4. Pemberian informasi tentang peraturan-peraturan yang berlaku di tempat kerja

sebelum mereka memulai tugasnya, tujuannya agar mereka mentaatinya.

5. Penggunaan pakaian pelindung

bila kita mengamati kasus diatas, lima faktor tersebut dapat dijadikan

pedoman baik oleh pekerja bangunan maupun mandor yang bertugas. Bila faktor-

faktor tersebut dijalankan dengan baik, maka kecelakaan seperti kasus diatas pun

dapat diminimalisir ataupun tidak akan terjadi.

3.4 Kerugian atas kecelakaan kerja

Kerugian akibat kecelakaan kerja sangat besar. Kecelakaan kerja tidak saja

menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha

atau perusahaan tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara

menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampakpada

masyarakat luas (Depkes RI, 2008).

Menurut Soehatman Ramli (2010), kerugian akibat kecelakaan kerja

dikategorikan atas dua kerugian, yaitu :

Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 27

Page 28: MAKALAH K3

Kerugian Langsung

Kerugian langsung adalah kerugian akibat kecelakaan yang langsung dirasakan

dan membawa dampak terhadap organisasi atau perusahaan. Kerugian langsung

dapat berupa:

1. Biaya Pengobatan dan Kompensasi. Kecelakaan mengakibatkan cedera,

baik cedera ringan, berat, cacat atau menimbulkan kematian. Cedera ini

akan mengakibatkan seorang pekerja tidak mampu menjalankan tugasnya

dengan baik sehingga mempengaruhi produktivitas. Jika terjadi kecelakaan

perusahaan harus mengeluarkan biaya pengobatan dan tunjangan

kecelakaan sesuai ketentuan yang berlaku. 

2. Kerusakan Sarana Produksi Kerusakan langsung lainnya adalah kerusakan

sarana produksi akibat kecelakaan seperti kebakaran, peledakan, dan

kerusakan.

Kerugian Tidak Langsung

Di samping kerugian langsung, kecelakaan juga menimbulkan kerugian tak

langsung antara lain:

1. Kerugian jam kerja Jika terjadi kecelakaan, kegiatan pasti akan terhenti

sementara untuk membantu korban yang cedera, penanggulangan kejadian,

perbaikan kerusakan atau penyelidikan kejadian. Kerugian jam kerja yang

hilang akibat kecelakaan jumlahnya cukup besar yang dapat

mempengaruhi produktivitas. 

2. Kerugian produksi Kecelakaan juga membawa kerugian terhadap proses

produksi akibat kerusakan atau cedera pada pekerja. Perusahaan tidak bisa

berproduksi sementara waktu sehingga kehilangan peluang untuk

mendapat keuntungan. 

3. Kerugian Sosial Kecelakaan dapat menimbulkan dampak sosial bagi

keluarga korban yang terkait langsung maupun lingkungan sosial

sekitarnya.

Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 28

Page 29: MAKALAH K3

Dalam kasus tersebut jelas lah bahwa perusahaan mengalami kerugian baik

kerugian secara langsung dan tidak langsung. Dari sisi kerugian langsung,

perusahaan harus memberikan santunan kepada dua keluarga korban yang tewas

karena kesetrum tersebut. Perusahaan harus mengeluarkan biaya yang cukup besar

untuk hal ini. Dari sisi kerugian tidak langsung, yang pertama yaitu kerugian jam

kerja. Kecelakaan tersebut pasti akan terhenti sementara untuk membantu korban

yang cedera, penanggulangan kejadian penyelidikan kejadian. Kerugian jam kerja

yang hilang akibat kecelakaan jumlahnya cukup besar yang dapat mempengaruhi

produktivitas dan akan menghambat terselesaikan nya bangunan yang akan di

bangun. Yang kedua yaitu kerugian Sosial. Dari kecelakaan yang dialami oleh dua

orang tersebut dapat menimbulkan dampak sosial bagi keluarga korban yang

terkait langsung maupun lingkungan sosial sekitarnya seperti pekerja bangunan

lain akan lebih mudah untuk berhenti bekerja karena mengaggap lingkungan kerja

nya yang tidak aman.

Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 29

Page 30: MAKALAH K3

BAB IV

PENUTUP

4.1 Simpulan

Kasus ini terjadi karena kurangnya pelatihan K3 pada pekerja sehingga

para pekerja tidak mengetahui tentang masalah-masalah jika mengahadapi

kecelakaan.

kita berpendapat bahwa kasus tersebut terjadi disebabkan oleh ada nya

kesalahan dari faktor manusia dan faktor fisik.

Dalam kasus tersebut jelas lah bahwa perusahaan mengalami kerugian

baik kerugian secara langsung dan tidak langsung.

Untuk mencegah gangguan daya kerja, ada beberapa usaha yang dapat

dilakukan agar para buruh tetap produktif dan mendapatkan jaminan

perlindungan keselamatan kerja, yaitu emeriksaan kesehatan sebelum

bekerja (calon pekerja), Pemeriksaan kesehatan berkala/ulangan,

Pendidikan tentang kesehatan dan keselamatan kerja, Pemberian informasi

tentang peraturan-peraturan yang berlaku di tempat kerja dan Penggunaan

pakaian pelindung.

4.2 Saran

Sebaiknya perusahaan memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja.

1. Pada kasus ini terjadinya kecelakaan yang disebabkan oleh letak kabel

listrik yang tidak strategis, oleh karena itu sebaiknya kabel tersebut diberi

pelindung atau pengaman.

2. Sebaiknya pihak perusahaan memberikan pelatihan K3 kepada para

seluruh pekerjanya.

3. Sebaiknya perusahaan juga memberikan dan mewajibkan pekerjanya

untuk menggunakan alat pelindung diri, dan mengenakan sanksi bagi yang

melanggar, karena jika sudah terjadi kecelakaan kerja, pihak yang

Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 30

Page 31: MAKALAH K3

menanggung kerugian bukanlah hanya tenaga kerjanya saja, namun juga

organisasi/perusahaan itu sendiri.

4. Seharusnya perusahaan memberi tanda peringatan/ bahaya di sekitar kabel

tersebut.

Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 31

Page 32: MAKALAH K3

DAFTAR PUSTAKA

Mondy, Wayne R., (2005). Human Resource Management. New Jersey. Pearson

Education,.

Rachmawati, Ike Kusdyah. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia.

Yogyakarta:Andi.

Barthos,Basir. 1999. Manajemen Sumber Daya Manusia Suatu Pendekatan

Makro.Jakarta:Bumi

Aksara

Michael . 2013.,http://michaelmank25.blogspot.com/2013/02/makalah-kesehatan-

dan-keselamatan-kerja.html. diakses pada tanggal 28 september 2013

Ida M. 2013.,http://iddamahfiroh.blogspot.com/2013/04/analisa-kasus-

kecelakaan-kerja-k3.html.

Diakses pada tanggal 28 September 2013

Sigit Oerianto.,

http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2011/03/17/80468/

Kesetrum-Dua-Pekerja-Bangunan-Tewas- Diakses pada tanggal 28 September

2013

Arbel P.,http://arbelprasetyo.blogspot.com/. Diakses pada tanggal 28 Septemnber

2013

Agus H.,http://lingkungandank3.blogspot.com/2012/01/k3-dan-ergonomi.html.

Diakses pada

tanggal 28 Seotember 2013

Merulalia.,http://merulalia.wordpress.com/2011/01/17/pengertian-ergonomi/.

Diakses pada

tanggal 28 September 2013

Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 32

Page 33: MAKALAH K3

Kuncoro, Wahyu.,http://wahyudikuncoro.blogspot.com/2008/11/tugas-pokok-

program-kesehatan-kerja.html Diakses pada tanggal 29 September 2013

http://www.sampoerna.com/id_id/tobacco_regulation/

regulating_tobacco_products/pages/public_place_smoking.aspx# Diakses pada

tanggal 29 September 2013

Baktiansyah, Abdul. (2011). PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN

HIV/AIDS DI

TEMPAT KERJA tersedia: http://www.google.co.id/url?

sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&ved=0CCsQFjAB&url=ht

tp%3A%2F%2Fxa.yimg.com%2Fkq%2Fgroups

%2F23645626%2F217144938%2Fname%2FAIDS%2Bdi%2BTempat

%2BKerja.doc&ei=grZKUrDCOM6BrQfpj4GQBw&usg=AFQjCNEcOIs1FMD

WzMKxzPbrXw2ohe5hAQ&sig2=j3Q3ju0-

CvVtJLp78PY25w&bvm=bv.53371865,d.bmk. [29 september 2013]

Kushartanti, Wara. KEBUGARAN JASMANI DAN PRODUKTIVITAS

KERJA.Tersedia http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/KEBUGARAN

%20JASMANI%20DAN%20PRODUKTIVITAS%20KERJA.pdf [29 september

2013]

http://www.workcover.nsw.gov.au/formspublications/publications/Documents/

violence_in_the_workplace_indonesian_2514.pdf

Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 33

Page 34: MAKALAH K3

LAMPIRAN

1. Lampiran Kasus

Kesetrum, Dua Pekerja Bangunan Tewas

Purwokerto, CyberNews. Dua orang pekerja bangunan tewas kesetrum

saat sedang bekerja memindahkan batu bata di bangunan lantai dua yang

ada di Jl HM Bachroen, Purwokerto Wetan,  Purwokerto Timur, Kamis

(17/3) pagi sekitar pukul 08.05.

Kedua korban adalah Tasiran alias Ilud (25) warga Desa Karangnanas,

Kecamatan Sokraja, dan Suwarno (30) asal Desa Banteran, Kecamatan

Sumbang, Banyumas. Keduanya merupakan buruh yang ikut kerja pada

proyek bangunan gudang untuk pakan ternak milik Hendi yang beralamat

di Jl Martadireja, Purwokerto.

Menurut Supriyatno (40), salah seorang pengawas bangunan, sekitar pukul

08.00, Ilud kerja melangsir (memindah) batu bata. Dia berada di lantai dua

bangunan gudang yang ada di bagian depan. Tugasnya adalah menerima

batu bata yang dilempar dari bawah. Setelah terkumpul, oleh Ilud

dipindahkan ke tempat tukang batu yang sedang memasang batu bata di

tangga menuju lantai dua.

"Saat membawa batu bata menuju ke tukang batu, ia melewati kabel listrik

PLN yang ada di atas bagunan lantai dua. Karena posisi kawat rendah,

kepalanya menyentuh kawat listrik. Secara reflek, tangan kanannya justru

memegang kawat listrik," kata saksi Supriyatno.

Melihat kejadian itu, Suwarno yang berada paling dekat, bermaksud

memberikan pertolongan dengan memegang tanan kiri Ilud. Namun yang

terjadi, Suwarno pun ikut kesetrum juga. Dalam waktu lima menit, kedua

pekerja bangunan itu langsung jatuh terkulai ke dasar bangunan lantai dua

berupa lembaran seng dan besi yang akan dicor.

Melihat kejadian itu, belasan pekerja bangunan yang saat itu sedang ada di

lantai dua dan bagian bawah ketakutan dan berhamburan keluar sambil

Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 34

Page 35: MAKALAH K3

teriak ada orang kesetrum. Mereka tak berani dekat-dekat karena takut.

Begitu mandor datang, kedua korban pun langsung diturunkan dan dibawa

ke RS Sinar Kasih Purwokerto.

Wakapolsek yang ada di lokasi kejadian bersama petugas identifikasi

Polres Banyumas mengecek ketinggian kawat listrik yang tepat ada di

bagian atas bangunan lantai dua yang sedang dikerjakan. Kawat listrik

yang membentang arah selatan-utara itu ketinggian dari lantai dasar

bangunan lantai dua bagian depan hanya sekitar 140 cm.

Sementara pekerja yang sedang menggarap lantau dua, seperti korban Ilud,

tinggi badannya sekitar 160 cm. Saat membawa batu bata dia harus

membungkuk ketika melewati kawat listrik.

"Jarak lantai dasar bangunan yang sedang digarap dengan kawat listrik

yang lebih rendah dari tinggi orang saat berdiri sangat membahayakan

para pekerja. Warga yang ada di samping bangunan gudang sudah pernah

ada yang mengingatkan jaraknya terlalu dekat dengan kawat. Tetapi

peringatan itu tak diperhatikan," kata dia.

( Sigit Oediarto / CN26 / JBSM /Suara Merdeka) 

Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 35

Page 36: MAKALAH K3

2. Lampiran Slide Presentasi

Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 36