Page 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
K3 adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapan guna mencegah
kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan
dan lingkungan kerja. Menurut America Society of safety and Engineering
(ASSE) K3 diartikan sebagai bidang kegiatan yang ditujukan untuk mencegah
semua jenis kecelakaan yang ada kaitannya dengan lingkungan dan situasi kerja.
Masalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3) secara umum di Indonesia
masih sering terabaikan. Hal ini ditunjukkan dengan masih tingginya angka
kecelakaan kerja. Di Indonesia, setiap tujuh detik terjadi satu kasus kecelakaan
kerja (”K3 Masih Dianggap Remeh,” Warta Ekonomi, 2 Juni 2006). Hal ini
tentunya sangat memprihatinkan. Tingkat kepedulian dunia usaha terhadap K3
masih rendah. Padahal karyawan adalah aset penting perusahaan.
Minimnya hal tersebut sebagian besar disebabkan oleh masih adanya
anggapan bahwa program K3 hanya akan menjadi tambahan beban biaya
perusahaan. Di samping itu, yang masih perlu menjadi catatan adalah standar
keselamatan kerja di Indonesia ternyata paling buruk jika dibandingkan dengan
negara-negara Asia Tenggara lainnya, termasuk dua negara lainnya, yakni
Bangladesh dan Pakistan. Sebagai contoh, data terjadinya kecelakaan kerja yang
berakibat fatal pada tahun 2001 di Indonesia sebanyak 16.931 kasus, sementara di
Bangladesh 11.768 kasus.
Masalah umum mengenai K3 ini juga terjadi pada penyelenggaraan konstruksi
dan bangunan. Sektor jasa konstruksi dan bangunan adalah salah satu sektor yang
paling berisiko terhadap kecelakaan kerja, disamping sektor utama lainnya yaitu
pertanian, perikanan, perkayuan, dan pertambangan. Jumlah tenaga kerja di sektor
konstruksi yang mencapai sekitar 4.5 juta orang, 53% di antaranya hanya
mengenyam pendidikan sampai dengan tingkat Sekolah Dasar, bahkan sekitar
1.5% dari tenaga kerja ini belum pernah mendapatkan pendidikan formal apapun.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 1
Page 2
Kenyataan ini tentunya mempersulit penanganan masalah K3 yang biasanya
dilakukan dengan metoda pelatihan dan penjelasan-penjelasan mengenai Sistem
Manajemen K3 yang diterapkan pada perusahaan konstruksi dan bangunan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Faktor apa saja yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja?
2. Bagaimana cara mencegah kecelakaan kerja guna meningkatkan kesehatan
dan keselamatan kerja?
3. Apa saja Dampak yang ditimbulkan dari kecelakaan kerja?
Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 2
Page 3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Keselamatan Kerja
Menurut Mondy dan Noe (2005:36) keselamatan kerja adalah
perlindungan karyawan dari cedera yang disebabkan oleh kecelakaan yang terkait
dengan pekerjaan. Resiko keselamatan merupakan aspek-aspek dari lingkungan
kerja yang dapat menyebabkan kebakaran, konslet dari aliran listrik, luka memar,
keseleo, dan lain-lain
Kesehatan Kerja
Menurut Mondy dan Noe (2005:360) kesehatan adalah kebebasan dari
kekerasan fisik. Resiko kesehatan merupakan faktor-faktor dalam lingkungan
kerja yang bekerja melebihi periode waktu yang telah ditentukan, lingkungan
yang dapat membuat stress emosi atau gangguan fisik.
Kesehatan pekerja bisa terganggu karena penyakit, stress, maupun karena
kecelakaan. Program kesehatan yang baik akan menguntungkan para pekerja
secara material, selain itu mereka dapat bekerja dalam lingkungan yang lebih
nyaman, sehingga secara keseluruhan para pekerja akan dapat bekerja secara lebih
produktif.
Menurut Mondy dan Noe (2005) terdapat beberapa program kesehatan yang dapat
dilakukan oleh perusahaan, diantaranya :
a) Manajemen stress.
b) Program kebugaran fisik.
c) Program penanggulangan penyalagunaan alkohol dan obat-obatan.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 3
Page 4
Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Dari pengertian diatas dapat di simpulkan bahwa Kesehatan,
Keselamatan, dan Keamanan Kerja, biasa disingkat K3 adalah suatu upaya
guna memperkembangkan kerja sama, saling pengertian dan partisipasi efektif
dari pengusaha atau pengurus dan tenaga kerja / karyawan dalam tempat kerja
untuk melaksanakan tugas dan kewajiban bersama dibidang keselamatan,
kesehatan, dan keamanan kerja dalam rangka melancarkan usaha berproduksi.
Melalui Pelaksanaan K3 ini diharapkan tercipta tempat kerja yang aman,
sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi atau
terbebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Jadi, pelaksanaan K3
dapat meningkatkan Efisiensi dan Produktivitas Kerja.
2.2 Fokus Program Keselamatan
Menurut Mondy dan Noe (2006) Program keselamatan kerja difokuskan pada dua
aspek:
Perilaku Kerja:
Membentuk sikap karyawan yang pro-keselamatan kerja.
Mendorong upaya seluruh karyawan untuk mewujudkan keselamatan
kerja, mulai dari manajemen puncak hingga karyawan level terendah.
Menekankan tanggung jawab para manajer dalam melaksanakan
program keselamatan kerja.
Kondisi Kerja:
Mengembangkan dan memelihara lingkungan kerja fisik yang aman,
misalnya dengan penyediaan alat-alat pengaman.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 4
Page 5
2.3 Pencurian Identitas
Pencurian identitas dalam arti sempit berarti bahwa seseorang
mengambil suatu kartu pengenal/segala jenis pengenal milik orang lain untuk
kemudian dia gunakan pada dirinya sendiri sebagai identitas pengenal orang yang
dicuri tersebut. Saat ini pencurian identitas yang terjadi banyak dilakukan karena
motif yang beragam, dimulai dari kepentingan untuk mencapai tujuan ekonomi
yang mereka inginkan, penipuan, sampai sekedar melampiaskan motif dendam
semata dengan cara merusak imej orang tersebut.
Pencurian identitas dalam arti luas berarti bahwa seseorang telah
menjadi sangat depresi atau mengalami gangguan kejiwaan (psikopat) dengan
meniru atau mencuri identitas orang lain yang dia ingat, benci, atau sukai.
Pencurian identitas sangat merugikan karena orang yang dicuri identitasnya
mungkin citranya akan buruk di mata orang lain.
Cara mencegah pencurian identitas :
1. Menjaga data pribadi Anda baik secara online maupun offline.
o Pastikan setiap berkas apapun yang di buang telah aman. Bisa di
sobek-sobek dahulu atau dengan menyamarkan isinya.
o Guna melindungi diri, pertimbangkan untuk menyobek dokumen
yang berisi informasi pribadi seperti laporan rekening, mengunci
kotak pesan, dan mengosongkan dompet dari segala berkas yang
tidak penting dibawa.
2. Abaikan email atau panggilan telepon yang meminta informasi
rekening. Karena penipu bisa menggunakan cara-cara di bawah ini:
o Email phising. Email phishing (email palsu) adalah email yang
dibuat agar terlihat seperti dikirim dari perusahaan resmi, namun
sebenarnya dari pencuri identitas. Biasanya email tersebut berisi
Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 5
Page 6
peringatan bahwa rekening Anda bermasalah atau persoalan
darurat lainnya untuk menipu agar mengklik situs web spoof atau
menghubungi nomor layanan pelanggan palsu.
o Situs web spoof. Situs web palsu ditujukan untuk meniru situs web
dari perusahaan ternama. Situs web ini akan meminta memasukkan
nama pengguna dan sandi atau informasi account lainnya. Jika hal
ini dilakukan, berarti kita telah memberikan informasi kepada
seseorang yang mungkin akan menggunakan data tersebut untuk
hsl yang merugikan.
o Panggilan Telepon. Kita harus berhati-hati terhadap panggilan
telepon yang menyatakan dari pusat layanan pelanggan dan
meminta memberikan informasi penting pribadi. Tutup panggilan
telepon tersebut dan cobalah menghubungi nomor yang tertera di
situs web perusahaan resmi.
3. Melindungi akses komputer. Cara perlindungan ini meliputi:
o Perlindungan terhadap perangkat lunak/software. Sebaiknya
gunakan password di akses komputer. Jika menggunakan
perangkat lunak, usahakan selalu rutin memperbaruinya/update.
Yang terpenting atur konfigurasikan firewall komputer agar
penyusup tidak dapat masuk ke jaringan atau komputer.
o Perlindungan sandi/password. Selalu gunakan password/sandi
yang kuat untuk apapun, terutama yang berhubungan dengan
informasi penting. Sandi/password yang kuat adalah dengan
memadukan huruf besar, kecil, angka, atau bahkan simbol.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 6
Page 7
4. Selalu waspada.
o Bertindaklah Cepat. Jika merasa ada kejanggalan pada sesuatu
hal, terutama pada hal-hal yang sangat privasi (data, informasi,
atau yang lain) segera mungkin lakukan tindakan yang diperlukan.
Jangan menunda hal itu, karena semakin lama menunda kerugian
yang ditimbulkan akan semakin besar.
o Selalu memeriksa account secara rutin. Terutama yang berkaitan
dengan masalah keuangan. Pastikan tidak ada transaksi
mencurigakan dan kejanggalan di sana. Segera mungkin kroscek
dan ambil tindakan saat merasa terjadi kejanggalan
2.4 Ergonomic
K3 dan ergonomi adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Dua-duanya
sama-sama membahas tentang kerja dan dua-duanya sama-sama membahas
keselamatan dan kesehatan. Lalu apa bedanya ergonomi dan K3? Hubungan
antara ergonomi dan K3 ini memang sering cukup membingungkan bahkan ada
suatu riset yang sengaja meneliti hal ini dengan judul ‘The relation between OSH
and ergonomics: a ‘mother-daughter’ or ‘sister-sister’ relation?’ oleh Hermans V,
dan Peteghem J. Maka dari itu sebelum nya kita harus memahami apa yg di
maksud dengan ergonomi itu sendiri.
Menurut Mondy dan Noe (2006) Ergonomics is the study of human
interaction with task, equipment, tools and the physical environment (ergonomi
adalah ilmu yang mempelajari hubungan manusia / pekerja dengan pekerjaan nya,
peralatan, perlengkapan dan lingkungan fisik lainnya).
Dari pengertian tersebut dapat kami tarik kesimpulan bahwa ergonomi
merupakan suatu ilmu tentang merancang bagaimana agar seseorang / pekerja bisa
Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 7
Page 8
bekerja dengan baik yang didukung dengan kondisi lingkungan fisik sekitar
seperti peralatan, perlengkapan dan benda fisik lainnya. ergonomi
mengedepankan bagaimana agar suatu pekerjaan dapat dilakukan dengan efektif,
aman / selamat, nyaman, sehat. Indikator suatu kerja dikatakan baik adalah jika
tercapai keselamatan kerja, kesehatan kerja, produktivitas kerja, kualitas kerja,
dan kepuasan kerja.
2.5 Cedera Karena Stress Yang Berulang
Cedera regangan berulang-ulang (Repetitive Stess Injuries{RSI}) adalah
gangguan umum dari anggota badan atas yang terjadi terutama karena sikap yang
buruk di tempat kerja. Umumnya ada rasa sakit saraf, tendon dan otot-otot yang
terjadi karena berlebihan atau gerakan berulang-ulang.
Cedera regangan berulang-ulang ini juga dikenal sebagai gangguan Trauma
kumulatif (CTD).
Penyebab RSI
RSI dikatakan terjadi ketika berlebihan mengakibatkan trauma
mikroskopis di otot dan tendon.
Faktor-faktor lain yang mempengaruhi daerah meliputi:
kelelahan ligamen, tendon dan jaringan lunak karena atas penggunaan
kurangnya suplai darah ke saraf menyebabkan iskemia dan otot kerusakan
beberapa psikososial kerja terkait kondisi dan. (1-6)
Gejala RSI
RSI umumnya mempengaruhi pergelangan tangan, siku, lengan, tangan
dan bahkan leher dan bahu.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 8
Page 9
Rasa sakit mungkin juga menghasilkan dari pembengkakan dan
peradangan dan otot kekakuan yang mendasari.
Gejala umum kondisi termasuk rasa sakit, pembengkakan, kekakuan, mati
rasa atau kesemutan, gerakan bersama yang terbatas dan memburuknya gejala
dengan waktu.
Jenis RSI
RSI adalah biasanya dari dua jenis: tipe 1 RSI dan tipe 2 RSI.
Tipe 1 RSI dikatakan terjadi ketika gejala semua menunjuk ke arah
diagnosis kondisi medis yang diakui. Ada khas kekakuan, pembengkakan dan
peradangan terkena otot dan tendon.
Tipe 1 RSI termasuk kondisi seperti radang kandung lendir yang terjadi
ketika ada peradangan dan pembengkakan kantung berisi cairan dekat bersama
(biasanya bahu, siku dan lutut) dan tendonitis yang terjadi ketika tendon
meradang.
Persyaratan lain adalah Carpal tunnel syndrome di mana pembengkakan
dan peradangan pada otot-otot pergelangan tangan yang mengarah ke kompresi
saraf penting disebut saraf median.
Kondisi lain termasuk Dupuytren's contracture, Epicondylitis atau 'tennis
elbow', 'Aqidah 's lutut' atau 'mengalahkan kondisi' dll.
Dalam tipe 2 RSI kondisi medis ini tidak jelas. Hal ini terutama karena ada
gejala tidak jelas, selain dari rasa sakit. Ini disebut "sindrom nyeri non-spesifik".
Postur dan RSI
RSI sering disebabkan karena sikap yang buruk di tempat kerja atau lebih lama
dari waktu.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 9
Page 10
RSI umumnya terjadi pada orang-orang yang bekerja dengan komputer
atau melaksanakan pekerjaan manual yang berulang-ulang.
Siapa yang beresiko tinggi RSI?
RSI terjadi pada orang-orang yang melakukan suatu aktivitas tertentu
untuk waktu yang lama tanpa istirahat, melakukan aktivitas berat,
mempertahankan sikap miskin untuk waktu yang lama, bekerja di iklim dingin,
dengan bergetar peralatan dan menderita dari pekerjaan terkait stres.
Pekerjaan di risiko tertentu meliputi:
komputer berat pekerja
stik
ultrasonographers
penjahit
ahli bedah
dokter gigi
perawat
memasak
Pembersih
staf pemeliharaan jalan
tukang kayu
driver
atlet berkuda
perenang
seniman bela diri
musisi dll.
Pengobatan RSI
Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 10
Page 11
Perawatan RSI berfokus pada pencegahan kondisi sedini mungkin. Hal ini
dilakukan oleh identifikasi dan menghentikan tugas atau kegiatan yang
menyebabkan gejala.
Rasa sakit dan bengkak mungkin lega oleh obat-obatan anti-inflamasi seperti
Aspirin atau Ibuprofen.
Kadang-kadang dukungan dalam bentuk Sling, karet gelang atau panas
dan dingin paket adalah berguna.
Lebih parah kasus mungkin memerlukan suntikan steroid untuk
mengurangi peradangan. Pemulihan membutuhkan bantuan seorang fisioterapis
nasihat pada postur.
2.6 Kekerasan di tempat Kerja
Dibawah ini akan dijelaskan beberapa penjelasan tentang kekerasan di
tempat kerja.
Pengertian Kekerasan di tempat kerja
Kekerasan tempat kerja dapat diperoleh dari faktor Internal yaitu di dalam
ruang lingkup organisasi/perusahaan juga bisa didapatkan dari faktor eksternal,
yaitu di luar ruang lingkup orgasnisasi/perusahaan.
Kekerasan di tempat kerja sangatlah bervariasi, mulai dari tindakan yang
menyinggung atau ucapan yang mengancam sampai pembunuhan. NIOSH
(National Institute of Occupational Safety and Health – Lembaga Nasional
Kesehatan dan Keselamatan Kerja Amerika Serikat) mendefinisikan kekerasan di
tempat kerja sebagai tindak kekerasan (termasuk ancaman dan kekerasan fisik)
yang ditujukan kepada seseorang yang sedang bekerja atau sedang bertugas.
Berikut merupakan variasi dari perilaku kekerasan ditempat kerja:
pembunuhan, pemerkosaan, perampokan, membuat luka, serangan fisik,
menendang, menggigit, memukul, meludahi, mencakar, meremas, mencubit,
Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 11
Page 12
pelecehan (termasuk seksual dan merendahkan asal/suku), pemarah, intimidasi,
ancaman, pengasingan dari pergaulan, meninggalkan pesan yang menyinggung,
postur yang mengancam, gerakan yang kasar, mengganggu dengan alat kerja,
sikap yang bermusuhan, sumpah serapah, teriakan, memanggil dengan sebutan
nama yang buruk, sindiran, dan mendiamkan dengan sengaja.
Kekerasan di tempat kerja dapat digolongkan menjadi beberapa kategori:
Pertama, kekerasan yang dilakukan oleh penjahat yang tidak memiliki hubungan
dengan tempat kerja, yang bertujuan untuk melakukan perampokan ataupun
kejahatan lainnya.
Kedua, kekerasan pada pekerja oleh pelanggan, klien, pasien, murid, ataupun oleh
orang yang diberikan jasanya oleh perusahaan.
Ketiga, kekerasan yang dilakukan oleh sesama pekerja, supervisor, atau manajer
yang masih bekerja ataupun mantan pekerja.
Keempat, kekerasan yang dilakukan di tempat kerja oleh orang yang tidak
bekerja di sana, namun mempunyai hubungan dengan pemberi kerja, seperti
kerabat dan teman yang suka menyiksa.
Menurut Mondy&Noe (1996) forty percent of occupational deaths for
women are homicides. This high percentage reflects the fact that women normally
are not employed in high risk occupations but do work in retail, where the
homicide rate is high due to easy access by strangers.nevertheless, workplace
violence of all types, including beating, serious injury, rape, and harassment, cost
employers and others $4.2 billions in 1942. Violence results in lost business, lost
productivity from injured workers, and increases in lawsuits stemming from
negligentsecurity claims. Workers compensation insurance premiums are also
typically increased in companies that have experienced violence.
2.7 Program Kesehatan Kerja
Seperti yang dikutip dari buku Marwansyah, yang berjudul Manajemen
Sumber Daya Manusia, Program kesehatan Kerja yang bisa diselenggarakan
adalah Manajemen Stres. Stres adalah “the pattern of emotional states and
physiological reactions occuring in response to demands from within or outside
Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 12
Page 13
organizations (i.e., stressors)” yang artinya pola kondisi emosi dan reaksi fisik
yang terjadi sebagai respons terhadap tuntutan dari dalam atau luar organisasi
(yakni, stressor). Stres dapat juga diartikan sebagai “the adverse reaction people
have to excessive pressure or other typess of demand placed on them” yang
artinya reaksi buruk yang di berikan seseorang terhadap tekanan atau bentuk
tuntutan yang berlebihan lainnya, terhadap dirinya. Dalam konteks pekerjaan, job
stres dapat didefinisikan sebagai “the harmful physical and emotional responses
that occur when the requirements of the job do not match the capabilities,
resources, or needs of the worker” (respon fisik dan emosi yang merugikan, yang
terjadi bila tuntutan pekerjaan tidak sesuai dengan kapabilitas sumber daya, atau
kebutuhan pekerja.)
Stres tidak selalu berdampak negatif. Stres yang dialami pada tingkat
tertentu adalah sesuatu yang normal. Dalam kenyataannya, stres seringkali
memberikan energi motivasi kepada kita untuk menghadapi tantangan hidup
sehari-hari, baik di rumah maupun di tempat kerja. Stres dalam tingkat sedang
(mils stres) pada dasarnya dapat meningkatkan produktifitas dan dapat membantu
pengembangan gagasan-gagasan kreatif. Tentu saja, seperti kebanyakan hal
lainnya, stres yang berlebihan akan berdampak negatif. Bila rasa puas berubah
menjadi keletihan, frustasi atau ketidakpuasan, atau ketika tantangan di tempat
kerja terlalu berat, kita mulai merasakan tanda-tanda negatif dari stres.
Terjadinya stres yang kronis seringkali dipandang sebagai efek samping
dari tindakan-tindakan manajemen yang dilakukan di banyak negara, termasuk
Indonesia, dalam kurun waktu dua puluh tahun belakangan ini, langkah-langkah
manajemen ini diantara lain perampingan organisasi, pengurangan jumlah pekerja,
intensifikasi pekerjaan, peningkatan pengawasan pada karyawan, dan tender
terbuka. Sekretaris, pramusaji, manajer madya, polisi, auditor, dan calon dokter
yang sedang magang adalah contoh beberapa pekerjaan yang paling tinggi
stresnya, yang ditandai dengan kebutuhan untuk merespon tuntutan/ permintaan
orang lain dengan jadwal kerja, dengan sedikit kendali atas kejadian-kejadian
yang berlangsung dihadapan mereka.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 13
Page 14
Penyebab Stres (Stressor)
Stressor adalah sesuatu yang menyebabkan stres pada seseorang. Stressor
dapat juga diartikan sebagai faktor-faktor lingkungan yang membuat seseorang
memberikan respons untuk menghadapinya, karena faktor-faktor ini mengandung
ancaman atau bahaya. Bahaya (Hazard) dapat berupa: kurangnya kendali atas cara
melakukan pekerjaan, kelebihan beban kerja (atau kekurangan beban/ underload),
kurangnya dukungan dari manajer/ atasan, peran yang tidak jelas, atau buruknya
hubungan dengan rekan kerja (termasuk bullying).
DeCenzo dan Robbins(2007) menyebutkan dua kelompok besar penyebab
stres (stressor) dalam organisasi, yakni: faktor personal dan faktor organisasi.
Untuk faktor organisasi, mereka membagi stressor kedalam 5 kategori, yakni:
tuntutan tugas, tuntutan peran, tuntutan intrepersonal, struktur organisasi, dan
kepemimpinan organisasi.
Tuntutan tugas (task demands) terkait dengan pekerjaan seseorang, ini
meliputi rancangan pekerjaan (otonomi, keragaman tugas, tingkat otomasi),
kondisi kerja, dan tata letak tempat kerja. Tuntutan Peran (role demands)
berhubungan dengan tekanan yang diterima seorang karyawan yang berasal dari
perannya di organisasi. Konflik peran (role conflict) menciptakan harapan-
harapan yang sulit diwujudkan atau dipenuhi. Konflik ini juga terjadi apabila
seseorang berada dalam posisi mengejar tujuan-tujuan yang saling bertentangan.
Kelebihan peran (role overload) dialami ketika karyawan diharapkan untuk
melakukan sesuatu melebihi yang dimilikinya. Ambiguitas peran (role ambiguity)
terjadi bila seorang karyawan tidak memahami isi pekerjaan atau tugas-tugas yang
harus dijalankannya (harapan tidak jelas dan karyawan ragu apa yang harus
dilakukan).
Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 14
Page 15
Tuntutan interpersonal (interpersonal demands) adalah tekanan-tekanan
yang berasal dari karyawan lain. Kurangnya dukungan sosial dari rekan kerja dan
buruknya hubungan antar-pribadi dapat menyebabakan banyak stres, terutama di
kalangan karyawan dengan kebutuhan sosial yang tinggi.
Stuktur organisasi dapat meningkatkan stres. Aturan yang terlalu banyak
dan kurangnya kesempatan bagi karyawan untuk berperan serta dalam
pengambilan keputusan yang mempengaruhi dirinya adalah contoh variabel
struktural yang berpotensi menyebabkan stres. Kepemimpinan manggambarkan
gaya supervisi para pemimpin formal atau manajer perusahaan. Sejumlah manajer
menciptakan budaya yang dicirikan oleh ketegangan, ketakutan, dan kecemasan di
kalangan karyawan. Mereka menciptakan tekanan-tekanan yang tak realistis untuk
segera menunjukan hasil dalam waktu singkat, memberlakukan pengawasan yang
terlalu ketat, dan sering memecat karyawan yang berkinerja buruk. Dampak daya
kepemimpinan seperti ini menyebar di seluruh organisasi dan sampai kepada
seluruh karyawan.
Meskipun setiap orang hidup di bawah stres dengan tingkatan tertentu,
stres yang cukup berat dan bertahan lama bisa berbahaya. Bahkan gangguan yang
timbul dari kecelakaan. Stres bisa berdampak pada kehadiran yang buruk,
penggunaan minuman keras dan obat secara berlebihan, kinerja yang buruk, atau
bahkan memburuknya kesehatan secara menyeluruh. Makin banyak bukti yang
menunjukkan bahwa stres yang tidak ditangani dengan benar berhubungan dengan
penyakit-penyakit yang menjadi penyebab utama kematian yaitu jantung koroner
stroke, hipertensi, kanker dan diabetes serta bunuh diri.
Selain alasan-alasan diatas, faktor-faktor ekonomi dan hukum juga
mendorong meningkatnya perhatian manajer untuk membantu karyawannya
dalam mengelola stres.
Alternatif penanggulangan Stres
Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 15
Page 16
Strategi untuk mengurangi atau mencegah stres bisa sangat beragam,
bergantung pada penyebabnya. Sebagai contoh, ketika stres diakibatkan oleh
faktor-faktor fisik cara terbaik adalah mengendalikan sumbernya. Misalnya, bila
suara mesin di tempat kerja menganggu karena terlalu keras, perangkat pengendali
kebisingan bisa dipasang dimana perlu. Bila pekerja mengalami nyeri karena
ketegangan otot yang berulang-ulang,tempat kerja bisa dirancang ulang untuk
mengurangi gerakan yang sulit dan berulang.
Perancangan jabatan / pekerjaan juga merupakan faktor penting.
Rancangan pekerjaan yang baik adalah yang mengakomodasikan kemampuan
fisik dan mental pekerja. Secara umum, pedoman perancangan jabatan berikut ini
dapat membantu meminimalkan atau mengendalikan sters di tempat kerja.
- Pekerjaan harus memiliki tuntutan atau persyaratan yang wajar dan
memberikan variasi tugas yang cukup bagi pekerja
- Pekerja harus mampu mempelajari pekerjaan dan diberi peluang untuk
terus belajar sejalan dengan perkembangan karirnya
- Pekerjaan hendaknya memberi sejumlah peluang kepada pekerja untuk
mengambil keputusan atas bidang tertentu
- Di tempat kerja, hendaknya ada dukungan sosial dan pengakuan secara
memadai
- Pekerja hendaknya dapat merasakan bahwa pekerjaannya akan mengarah
pada masa depan yang mereka harapkan
Pengusaha atau atasan harus melaukan penilaian atas tempat kerja untuk
mengetahui resiko stres. Mereka juga harus mengidentifikasikan tekanan-tekanan
dalam pekerjaan yang dapat mengakibatkan tingkat stres yang tinggi dan
berkepanjangan, dan siapa saja yang mungkin mengalami tekanan tersebut.
Kemudian, menentukan langkah-langkah apa yang bisa ditempuh untuk mencegah
tekanan-tekanan tadi menjadi stressor negatif. Berikut ini adalah sejumlah
alternatif cara yang bisa ditempuh pengusaha atau atasan untuk menangani stres
kerja.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 16
Page 17
- Perlakukan semua karyawan secara adil dan terhormat. Jangan
mengabaikan pelecehan atau bullying, apapun bentuknya
- Tangani stres secara serius dan pahami staf yamg berada di bawah terlalu
banyak tekanan.
- Kenali tanda-tanda dan gejala yang menunjukan bahwa seseorang
mungkin mengalami kesulitan menghadapi stres.
- Libatkan karyawan dalam pengambilan keputusan dan beri kesempatan
kepada mereka untuk memberikan masukan baik secara langsung atau
melalui panitia atau komisi dan sebagainya..
- Sediakan program-program kesehatan dan kebugaran yang terkait
langsung dengan sumber stres. Sumber stres di tempat kerja dapat berasal
dari banyak sebab-keamanan, ergonomika, tuntutan pekerjaan, dan
sebagainya. Lakukan survei kepada karyawan dan mintalah mereka agar
membantu identifikasi penyebab stres yang sesungguhnya.
- Rancang pekerjaan yang memberikan beban kerja yang seimbang. Berikan
peluang kepada karyawan untuk sebanyak mungkin mengendalikan tugas-
tugas.
- Buatlah persyaratan atau tuntutan pekerjaan tetap wajar dengan
memberikan tenggat waktu (deadline) dan jam kerja yang mampu dikelola
dengan baik,begitu juga tugas-tugas yang jelas dan menarik serta
bervariasi.
- Jangan mengabaikan tanda-tanda bahwa karyawan sedang berada dibawah
tekanan atau merasa tertekan.
- Jangan lupa bahwa unsur-unsur tempat kerja itu sendiri dapat
menyebabkan stres.
- Pelatihan manajemen stres dan layanan penyuluhan dapat membantu para
karyawan, tapi jangan lupa mencari akar penyebab stres dan
menanganinya sesegera mungkin.
Para manager lini memainkan peran vital dalam mengidentifikasi dan
mengelola stres di dalam orgasnisasi. Mereka cenderung dapat melihat secara
Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 17
Page 18
langsung masalah yang menjadi penyebab stres seringkali akan menjadi orang
pertama yang dihubungi apabila karyawan merasakan stres. Dengan demikian,
penting bagi para manajer lini untuk memiliki keterampilan dan perilaku yang
tepat agar mampu mengelola situasi semacam ini.
2.8 Program Kebugaran Fisik
Program Kebugaran Fisik seperti yang dikutip dari buku Marwansyah
berjudul Manajemen Sumber Daya Manusia, adalah sebuah program yang
disponsori oleh perusahaan, yang berfokus pada pencegahan munculnya masalah-
masalah pada diri karyawan. Program kebugaran dapat juga di artikan sebagai
“Organizational programs designed to keep employee healthy.”
Ada beberapa program kebugaran yang dapat dirancang seperti
pengendalian berat badan, penghentian kebiasaan merokok, latihan kebugaran
fisik, pendidikan tentang nutrisi, pngendalian tekanan darah tinggi. Program-
program kebugaran dapat membantu menekan biaya pemeliharaan karyawan,
mengurangi turnover dan ketidakhadiran melalui pencegahan timbulnya masalah-
masalah kesehatan.
Tujuan wellnese program bukan untuk menghilangkan gejala dan
penyakit, melainkan untuk membantu para pekerja mengembangkan gaya hidup
yang akan memungkinkan mereka mewujudkan sepenuhnya potensi fisik dan
mental. Sebuah program kebugaran yang lengkap memiliki tiga komponen berikut
ini:
1. Membantu karyawan mengidentifikasi resiko kesehatan yang potensial
melalui pemerikasaan dan pengiujian/tes
2. Mendidik karyawan tentang resiko kesehatan seperti tekanan darah
tinggi, merokok, diet yang buruk, dan strees.
3. Mendorong karyawan agar mengubah gaya hidup mereka melalui olah
raga, nutrisi yang baik, dan pemantauan kesehatan.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 18
Page 19
Di perusahaan dengan pola kerja industrial, manusia akan memegang
peran paling menentukan dalam seluruh sistem produksi. Disana manusia
diharapkan dapat bekerja dengan memanfaatkan keterampilan dan
pengetahuannya, dengan motivasi kerja yang tinggi dan dipandu oleh
wawasannya yang mantap dan luas. Untuk menjaga agar pola kerja yang demikian
dapat berjalan lancar, maka para pelakunya perlu memiliki kondisi fisik yang
bugar dan kondisi psikologik yang stabil serta mantap. Program kebugaran
jasmani berperan besar dalam menjaga kondisi tersebut. Kehidupan bisnis modern
menuntut stamina yang prima dari para pelakunya, karena mereka harus bekerja
dengan ritme kerja yang cepat, jadwal ketat dan tidak teratur, perubahan rencana
yang tidak terduga, dan jam kerja yang panjang. Situasi dan kondisi kerja
semacam ini menimbulkan stres kerja yang mengakibatkan berbagai penyakit
psikosomatis seperti tukak lambung, penyakit kardiovaskuler, dll. Penyakit
tersebut membutuhkan waktu penyembuhan yang lama dan biaya yang tidak
sedikit. Selain itu penderita juga terpaksa tidak masuk kerja, sehingga kerugian
ganda akan diderita oleh karyawan maupun perusahaan yaitu pemasukan
berkurang dan pengeluaran bertambah. Program kebugaran jasmani selain akan
meningkatkan status kebugaran, juga akan menambah semangat kerja, mencegah
berbagai penyakit, menghilangkan ketegangan, menambah rasa percaya diri,
membentuk jiwa sportif, mengajarkan sikap sabar, gembira dan melatih
konsentrasi.
2.9 Merokok di tempat Kerja
Banyak perusahaan yang menerapkan aturan larangan merokok di tempat
kerja. Spanduk “No Smoking Area” banyak terpampang di pintu masuk Instansi-
instansi pemerintah maupun perusahaan-perusahaan swasta. Bisa jadi Instansi –
instansi itu mulai menyadari pentingnya lingkungan sehat di tempat kerja karena
dengan adanya lingkungan sehat akan berpengaruh ke kesehatan karyawannya dan
apabila karyawan sehat akan meningkatkan kinerja dan produktivitas perusahaaan.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 19
Page 20
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan WHO melaporkan bahwa jika
para pekerja masih merokok maka asap rokok tersebut dapat meningkatkan risiko
kanker sebanyak 20 sampai 30%. Perokok pasif adalah menghirup karsinogen
yang sama seperti perokok aktif dan ini mempengaruhi kesehatan mereka.
Perokok aktif dan pasif memiliki risiko yang sama yaitu terkena kanker ginjal,
hati, leher rahim dan perut juga.
Seperti yang di kutip dari buku Mondy&Noe yang berjudul Human
Resource Management “Numerous studies have concluded that workplace
smoking not only is hazardous to employees health, but also is detrimental to the
firm’s financial health. Increased costs of insurance premiums, higher
absenteeism, and lost productivity cost the U.S economy $65 billion a year. These
factors, along with rising opposition from nonsmokers and widespread local and
state laws, have spurred many firms into action, and the trend continues. For
example, one recent survey indicated that in 1991, 32 percent of all companies
banned smoking at work. By 1993, 56 percent had eliminated workplace smoking.
A separate study indicated that by the year 2002, no less than 96 percent of the
companies surveyed had a goal to be smoke-free.
Banyak studi telah menyimpulkan bahwa merokok di tempat kerja bukan
hanya berbahaya bagi kesehatan karyawan, namun juga membahayakan kesehatan
keuangan perusahaan. program-program berhenti merokok biasanya efektif dari
sisi biaya dan dewasa ini 36 persen pemberi kerja menawarkan program tersebut.
Hingga saat ini, 14 negara bagian melarang merokok di tempat kerja dan negara
bagian lainnya memastikan untuk mengikuti hal tersebut. Aturan-aturan anti-
merokok tampaknya juga meningkatkan kesehatan jantung. Tingkat serangan
jantung turun sebesar 27 persen dalam 18 bulan setelah larangan merokok di
seluruh ruang publik diberlakukan di Pueblo, Colorado, yang merupakan kota
dengan penduduk 104.000 jiwa pada tahun 200
2.10 AIDS di tempat Kerja
Pengertian HIV/AIDS di Tempat Kerja dan 10 Prinsip Kaidah ILO tentang
Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 20
Page 21
HIV/AIDS dan Dunia Kerja
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang
sistem kekebalan tubuh manusia dan kemudian menimbulkan AIDS. Acquired
Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah suatu kondisi medis berupa
kumpulan tanda dan gejala yang diakibatkan oleh menurunnya atau hilangnya
kekebalan tubuh karena terinfeksi HIV, sering berwujud infeksi yang bersifat
ikutan (oportunistik) dan belum ditemukan vaksin serta obat penyembuhannya.
Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS merupakan upaya yang
dilakukan untuk mencegah penularan HIV dan menanggulangi dampak negatif
dari HIV/ AIDS. Untuk memastikan apakah seseorang telah terinfeksi virus HIV
perlu dilakukan tes HIV dengan memeriksa darah orang yang dites.
Pekerja dengan HIV/AIDS adalah pekerja yang terinfeksi HIV dan atau
mempunyai gejala AIDS. Mereka bisa menularkan kepada pekerja yang lain,
terutama di tempat-tempat kerja beresiko. Untuk itu, perlu ada upaya pencegahan
dan penanggulangan yang salah satunya adalah dengan kegiatan konseling, yakni
kegiatan konsultasi yang bertujuan membantu mempersiapkan mental pekerja dan
mengatasi masalah-masalah yang mungkin atau sedang dihadapi yang terkait
dengan HIV/AIDS.
Berbagai pihak perlu mengutamakan program pencegahan HIV/ AIDS di
tempat kerja termasuk mendorong pengusaha dan serikat pekerja untuk
mendukung program tersebut. Selain itu, perlu pula ada dukungan untuk upaya
penghapusan stigma dan diskriminasi terhadap pekerja yang hidup dengan HIV/
AIDS.
Seperti yang dikutip dari buku Mondy&Noe, the problem is that workers
are not always rational. Their fear of the disease can result in the employer facing
business interruption (if employees refuse to work with an AIDS victim) or
unlawful discrimination under the Americans with Disabilities Act (if the
employer discharges the ill person).
Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 21
Page 22
The need for educating employees is obvious. They must understand how
the AIDS virus is transmmited through casual contact. Only then can employees
be assured that they are protected from this awful disease.
Upaya Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS di Tempat Kerja
Menyadari bahwa HIV/AIDS saat ini di Indonesia bukan hanya menjadi
masalah kesehatan akan tetapi juga menjadi masalah dunia kerja yang berdampak
pada produktivitas dan profitabilitas perusahaan. Departemen Tenaga Kerja dan
Transmigrasi telah mengeluarkan Keputusan Menteri No.68/Men/IV/2004 tentang
Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS di Tempat Kerja.
Dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi tersebut
mewajibkan pengurus/pengusaha melakukan upaya pencegahan dan
penanggulangan HIV/AIDS di tempat kerja melalui;
1) Pengembangan kebijakan tentang upaya pencegahan dan penanggulangan
HIV/AIDS di tempat kerja yang dapat dituangkan dalam Peraturan
Perusahaan (PP) atau Perjanjian Kerja Bersama (PKB).
2) Pengkomunikasian kebijakan dengan cara menyebarluaskan informasi dan
menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan.
3) Pemberian perlindungan kepada pekerja/buruh dengan HIV/AIDS dari
tindak dan perlakuan diskriminatif.
4) Penerapan prosedur keselamatan dan kesehatan kerja khusus untuk
pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS sesuai dengan peraturan
perundang-undangan dan standar yang berlaku.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 22
Page 23
Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 23
Page 24
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Ringkasan Kasus
Dua orang pekerja bangunan tewas kesetrum saat sedang bekerja
memindahkan batu bata di bangunan lantai dua di salah satu bangunan di Jl. HM
Bachroen, Purwokerto Wetan. Menurut saksi, korban bekerja melangsir
(memindah) batu bata. Korban berada di lantai dua bangunan gudang yang ada di
bagian depan. Tugasnya adalah menerima batu bata yang di lempar dari bawah,
setelah terkumpul, oleh Korban dipindahkan ke tempat tukang batu yang sedang
memasang batu bata di tangga menuju lantai dua. Dan saat membawa batu bata
menuju ke tukang batu, korban melewati kabel listrik PLN yang terdapat di atas
bangunan lantai dua. Karena posisi kawat rendah, kepala menyentuh kawat listrik,
secara reflek, tangan kanannya justru memegang kawat listrik.
Melihat kejadian tersebut, korban kedua yang berada paling dekat,
bermaksud memberikan pertolongan dengan memegang tangan kiri korban
pertama. Namun yang terjadi, korban kedua pun ikut kesetrum. Dalam waktu
singkat, kedua korban tersebut langsung jatuh terkulai ke dasar bangunan lantai
dua berupa lembaran seng dan besi yang akan dicor.
Belasan pekerja yang berada di sekitar korban berhamburan keluar sambil
berteriak ada orang kesetrum, mereka tak berani mendekat karena takut. Begitu
Mandor datang, kedua korban pun langsung dibawa ke RS Sinar Kasih
Purwokerto.
Wakapolsek yang ada di lokasi kejadian bersama petugas identifikasi
Polres Banyumas mengecek ketinggian kawat listrik yang tepat ada di bagian atas
bangunan lantai dua yang sedang dikerjakan. Kawat listrik yang membentang arah
selatan-utara itu ketinggian dari lantai dasar bangunan lantai dua bagian depan
hanya sekitar 140 cm.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 24
Page 25
Sementara pekerja yang sedang menggarap lantai dua, seperti korban
Pertama, tinggi badannya sekitar 160 cm. Saat membawa batu bata dia harus
membungkuk ketika melewati kawat listrik.
Menurut Wakapolsek tersebut, jarak lantai dasar bangunan yang sedang
digarap dengan kawat listrik yang lebih rendah dari tinggi orang saat berdiri
sangat membahayakan para pekerja. Warga yang ada di samping bangunan
gudang sudah pernah ada yang mengingatkan jaraknya terlalu dekat dengan
kawat. Tetapi peringatan itu tak diperhatikan.
( Sigit Oediarto / CN26 / JBSM /Suara Merdeka)
Analisis masalah
Dua orang pekerja bangunan tewas kesetrum saat sedang bekerja
memindahkan batu bata di bangunan lantai dua yang ada di Jl HM Bachroen,
Purwokerto Wetan, Purwokerto Timur, Kamis (17/3) pagi.
3.2 Faktor Terjadinya Kecelakaan Kerja
Menurut teori yang ada, terjadinya kecelakaan kerja disebabkan oleh 2
faktor utama yakni faktor fisik dan faktor manusia. Kecelakaan kerja ini
mencakup 2 permasalahan pokok, yakni:
a. Kecelakaan akibat langsung pekerjaan (PAK)
b. Kecelakaan terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan (PAHK)
Dalam perkembangan selanjutnya ruang lingkup kecelakaan ini diperluas
lagi sehingga mencakup kecelakaan-kecelakaan tenaga kerja yang terjadi pada
saat perjalanan atau transport ke dan dari tempat kerja. Dengan kata lain
kecelakaan lalu lintas yang menimpa tenaga kerja dalam perjalanan ke dan dari
tempat kerja atau dalam rangka menjalankan pekerjaannya juga termasuk
Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 25
Page 26
kecelakaan kerja. Penyebab kecelakaan kerja pada umumnya digolongkan
menjadi 2, yakni:
a. Faktor Fisik
Kondisi-kondisi lingkungan pekerjaan yang tidak aman atau unsafety condition
misalnya lantai licin, pencahayaan kurang, silau, dan sebagainya.
b. Faktor Manusia
Perilaku pekerja itu sendiri yang tidak memenuhi keselamatan, misalnya karena
kelengahan, ngantuk, kelelahan, dan sebagainya. Menurut hasil penelitian yang
ada, 85 % dari kecelakaan yang terjadi disebabkan oleh faktor manusia.
Dari teori yang telah dijabarkan kita berpendapat bahwa kasus tersebut
terjadi disebabkan oleh ada nya kesalahan dari faktor manusia dan faktor fisik.
Kesalahan yang terjadi dari faktor manusia nya, yaitu lengahnya pekerja bangunan
sehingga secara tidak sengaja menyentuh kawat listrik yang mempunyai sengatan
sampai ribuan volt. Selain itu teman dari pekerja bangunan tersebut pun lengah
dan salah dalam memberikan pertolongan kepada yang kesetrum. hal ini bisa di
sebabkan karena minim nya pengetahuan K3 yang dimiliki dari dua korban
tersebut. Kesalahan yang terjadi dari faktor fisik yaitu minim nya peralatan kerja
aman yang digunakan oleh dua korban tersebut seperti helm dan sarung tangan.
Peralatan kerja ini sangat lah penting dan wajib digunakan oleh setiap pekerja
bangunan agar terhindar dari kecelakaan kerja.
Berdasarkan penjelasan diatas, kami menyimpulkan bahwa Sebab – sebab
kecelakaan dari kasus tersebut yaitu:
Dikarenakan kelalaian dari pekerja yang tidak mengetahui letak kabel
listrik.
Letak kabel listrik PLN yang tidak strategis.
Posisi kawat rendah sehingga kepala korban langsung mengenai kawat
listrik tersebut.
kurangnya pelatihan K3 pada pekerja sehingga para pekerja tidak
mengetahui tentang masalah-masalah jika mengahadapi kecelakaan.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 26
Page 27
3.3 Cara pencegahan kecelakaan kerja guna meningkatkan kesehatan dan
keselamatan kerja
Untuk mencegah gangguan daya kerja, ada beberapa usaha yang dapat
dilakukan agar para buruh tetap produktif dan mendapatkan jaminan perlindungan
keselamatan kerja, yaitu:
1. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja (calon pekerja) untuk mengetahui
apakah calon pekerja tersebut serasi dengan pekerjaan barunya, baik secara fisik
maupun mental.
2. Pemeriksaan kesehatan berkala/ulangan, yaitu untuk mengevaluasi apakah
faktor-faktor penyebab itu telah menimbulkan gangguan pada pekerja
3. Pendidikan tentang kesehatan dan keselamatan kerja diberikan kepada para
buruh secara kontinu agar mereka tetap waspada dalam menjalankan
pekerjaannya.
4. Pemberian informasi tentang peraturan-peraturan yang berlaku di tempat kerja
sebelum mereka memulai tugasnya, tujuannya agar mereka mentaatinya.
5. Penggunaan pakaian pelindung
bila kita mengamati kasus diatas, lima faktor tersebut dapat dijadikan
pedoman baik oleh pekerja bangunan maupun mandor yang bertugas. Bila faktor-
faktor tersebut dijalankan dengan baik, maka kecelakaan seperti kasus diatas pun
dapat diminimalisir ataupun tidak akan terjadi.
3.4 Kerugian atas kecelakaan kerja
Kerugian akibat kecelakaan kerja sangat besar. Kecelakaan kerja tidak saja
menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha
atau perusahaan tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara
menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampakpada
masyarakat luas (Depkes RI, 2008).
Menurut Soehatman Ramli (2010), kerugian akibat kecelakaan kerja
dikategorikan atas dua kerugian, yaitu :
Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 27
Page 28
Kerugian Langsung
Kerugian langsung adalah kerugian akibat kecelakaan yang langsung dirasakan
dan membawa dampak terhadap organisasi atau perusahaan. Kerugian langsung
dapat berupa:
1. Biaya Pengobatan dan Kompensasi. Kecelakaan mengakibatkan cedera,
baik cedera ringan, berat, cacat atau menimbulkan kematian. Cedera ini
akan mengakibatkan seorang pekerja tidak mampu menjalankan tugasnya
dengan baik sehingga mempengaruhi produktivitas. Jika terjadi kecelakaan
perusahaan harus mengeluarkan biaya pengobatan dan tunjangan
kecelakaan sesuai ketentuan yang berlaku.
2. Kerusakan Sarana Produksi Kerusakan langsung lainnya adalah kerusakan
sarana produksi akibat kecelakaan seperti kebakaran, peledakan, dan
kerusakan.
Kerugian Tidak Langsung
Di samping kerugian langsung, kecelakaan juga menimbulkan kerugian tak
langsung antara lain:
1. Kerugian jam kerja Jika terjadi kecelakaan, kegiatan pasti akan terhenti
sementara untuk membantu korban yang cedera, penanggulangan kejadian,
perbaikan kerusakan atau penyelidikan kejadian. Kerugian jam kerja yang
hilang akibat kecelakaan jumlahnya cukup besar yang dapat
mempengaruhi produktivitas.
2. Kerugian produksi Kecelakaan juga membawa kerugian terhadap proses
produksi akibat kerusakan atau cedera pada pekerja. Perusahaan tidak bisa
berproduksi sementara waktu sehingga kehilangan peluang untuk
mendapat keuntungan.
3. Kerugian Sosial Kecelakaan dapat menimbulkan dampak sosial bagi
keluarga korban yang terkait langsung maupun lingkungan sosial
sekitarnya.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 28
Page 29
Dalam kasus tersebut jelas lah bahwa perusahaan mengalami kerugian baik
kerugian secara langsung dan tidak langsung. Dari sisi kerugian langsung,
perusahaan harus memberikan santunan kepada dua keluarga korban yang tewas
karena kesetrum tersebut. Perusahaan harus mengeluarkan biaya yang cukup besar
untuk hal ini. Dari sisi kerugian tidak langsung, yang pertama yaitu kerugian jam
kerja. Kecelakaan tersebut pasti akan terhenti sementara untuk membantu korban
yang cedera, penanggulangan kejadian penyelidikan kejadian. Kerugian jam kerja
yang hilang akibat kecelakaan jumlahnya cukup besar yang dapat mempengaruhi
produktivitas dan akan menghambat terselesaikan nya bangunan yang akan di
bangun. Yang kedua yaitu kerugian Sosial. Dari kecelakaan yang dialami oleh dua
orang tersebut dapat menimbulkan dampak sosial bagi keluarga korban yang
terkait langsung maupun lingkungan sosial sekitarnya seperti pekerja bangunan
lain akan lebih mudah untuk berhenti bekerja karena mengaggap lingkungan kerja
nya yang tidak aman.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 29
Page 30
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Kasus ini terjadi karena kurangnya pelatihan K3 pada pekerja sehingga
para pekerja tidak mengetahui tentang masalah-masalah jika mengahadapi
kecelakaan.
kita berpendapat bahwa kasus tersebut terjadi disebabkan oleh ada nya
kesalahan dari faktor manusia dan faktor fisik.
Dalam kasus tersebut jelas lah bahwa perusahaan mengalami kerugian
baik kerugian secara langsung dan tidak langsung.
Untuk mencegah gangguan daya kerja, ada beberapa usaha yang dapat
dilakukan agar para buruh tetap produktif dan mendapatkan jaminan
perlindungan keselamatan kerja, yaitu emeriksaan kesehatan sebelum
bekerja (calon pekerja), Pemeriksaan kesehatan berkala/ulangan,
Pendidikan tentang kesehatan dan keselamatan kerja, Pemberian informasi
tentang peraturan-peraturan yang berlaku di tempat kerja dan Penggunaan
pakaian pelindung.
4.2 Saran
Sebaiknya perusahaan memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja.
1. Pada kasus ini terjadinya kecelakaan yang disebabkan oleh letak kabel
listrik yang tidak strategis, oleh karena itu sebaiknya kabel tersebut diberi
pelindung atau pengaman.
2. Sebaiknya pihak perusahaan memberikan pelatihan K3 kepada para
seluruh pekerjanya.
3. Sebaiknya perusahaan juga memberikan dan mewajibkan pekerjanya
untuk menggunakan alat pelindung diri, dan mengenakan sanksi bagi yang
melanggar, karena jika sudah terjadi kecelakaan kerja, pihak yang
Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 30
Page 31
menanggung kerugian bukanlah hanya tenaga kerjanya saja, namun juga
organisasi/perusahaan itu sendiri.
4. Seharusnya perusahaan memberi tanda peringatan/ bahaya di sekitar kabel
tersebut.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 31
Page 32
DAFTAR PUSTAKA
Mondy, Wayne R., (2005). Human Resource Management. New Jersey. Pearson
Education,.
Rachmawati, Ike Kusdyah. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia.
Yogyakarta:Andi.
Barthos,Basir. 1999. Manajemen Sumber Daya Manusia Suatu Pendekatan
Makro.Jakarta:Bumi
Aksara
Michael . 2013.,http://michaelmank25.blogspot.com/2013/02/makalah-kesehatan-
dan-keselamatan-kerja.html. diakses pada tanggal 28 september 2013
Ida M. 2013.,http://iddamahfiroh.blogspot.com/2013/04/analisa-kasus-
kecelakaan-kerja-k3.html.
Diakses pada tanggal 28 September 2013
Sigit Oerianto.,
http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2011/03/17/80468/
Kesetrum-Dua-Pekerja-Bangunan-Tewas- Diakses pada tanggal 28 September
2013
Arbel P.,http://arbelprasetyo.blogspot.com/. Diakses pada tanggal 28 Septemnber
2013
Agus H.,http://lingkungandank3.blogspot.com/2012/01/k3-dan-ergonomi.html.
Diakses pada
tanggal 28 Seotember 2013
Merulalia.,http://merulalia.wordpress.com/2011/01/17/pengertian-ergonomi/.
Diakses pada
tanggal 28 September 2013
Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 32
Page 33
Kuncoro, Wahyu.,http://wahyudikuncoro.blogspot.com/2008/11/tugas-pokok-
program-kesehatan-kerja.html Diakses pada tanggal 29 September 2013
http://www.sampoerna.com/id_id/tobacco_regulation/
regulating_tobacco_products/pages/public_place_smoking.aspx# Diakses pada
tanggal 29 September 2013
Baktiansyah, Abdul. (2011). PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN
HIV/AIDS DI
TEMPAT KERJA tersedia: http://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&ved=0CCsQFjAB&url=ht
tp%3A%2F%2Fxa.yimg.com%2Fkq%2Fgroups
%2F23645626%2F217144938%2Fname%2FAIDS%2Bdi%2BTempat
%2BKerja.doc&ei=grZKUrDCOM6BrQfpj4GQBw&usg=AFQjCNEcOIs1FMD
WzMKxzPbrXw2ohe5hAQ&sig2=j3Q3ju0-
CvVtJLp78PY25w&bvm=bv.53371865,d.bmk. [29 september 2013]
Kushartanti, Wara. KEBUGARAN JASMANI DAN PRODUKTIVITAS
KERJA.Tersedia http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/KEBUGARAN
%20JASMANI%20DAN%20PRODUKTIVITAS%20KERJA.pdf [29 september
2013]
http://www.workcover.nsw.gov.au/formspublications/publications/Documents/
violence_in_the_workplace_indonesian_2514.pdf
Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 33
Page 34
LAMPIRAN
1. Lampiran Kasus
Kesetrum, Dua Pekerja Bangunan Tewas
Purwokerto, CyberNews. Dua orang pekerja bangunan tewas kesetrum
saat sedang bekerja memindahkan batu bata di bangunan lantai dua yang
ada di Jl HM Bachroen, Purwokerto Wetan, Purwokerto Timur, Kamis
(17/3) pagi sekitar pukul 08.05.
Kedua korban adalah Tasiran alias Ilud (25) warga Desa Karangnanas,
Kecamatan Sokraja, dan Suwarno (30) asal Desa Banteran, Kecamatan
Sumbang, Banyumas. Keduanya merupakan buruh yang ikut kerja pada
proyek bangunan gudang untuk pakan ternak milik Hendi yang beralamat
di Jl Martadireja, Purwokerto.
Menurut Supriyatno (40), salah seorang pengawas bangunan, sekitar pukul
08.00, Ilud kerja melangsir (memindah) batu bata. Dia berada di lantai dua
bangunan gudang yang ada di bagian depan. Tugasnya adalah menerima
batu bata yang dilempar dari bawah. Setelah terkumpul, oleh Ilud
dipindahkan ke tempat tukang batu yang sedang memasang batu bata di
tangga menuju lantai dua.
"Saat membawa batu bata menuju ke tukang batu, ia melewati kabel listrik
PLN yang ada di atas bagunan lantai dua. Karena posisi kawat rendah,
kepalanya menyentuh kawat listrik. Secara reflek, tangan kanannya justru
memegang kawat listrik," kata saksi Supriyatno.
Melihat kejadian itu, Suwarno yang berada paling dekat, bermaksud
memberikan pertolongan dengan memegang tanan kiri Ilud. Namun yang
terjadi, Suwarno pun ikut kesetrum juga. Dalam waktu lima menit, kedua
pekerja bangunan itu langsung jatuh terkulai ke dasar bangunan lantai dua
berupa lembaran seng dan besi yang akan dicor.
Melihat kejadian itu, belasan pekerja bangunan yang saat itu sedang ada di
lantai dua dan bagian bawah ketakutan dan berhamburan keluar sambil
Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 34
Page 35
teriak ada orang kesetrum. Mereka tak berani dekat-dekat karena takut.
Begitu mandor datang, kedua korban pun langsung diturunkan dan dibawa
ke RS Sinar Kasih Purwokerto.
Wakapolsek yang ada di lokasi kejadian bersama petugas identifikasi
Polres Banyumas mengecek ketinggian kawat listrik yang tepat ada di
bagian atas bangunan lantai dua yang sedang dikerjakan. Kawat listrik
yang membentang arah selatan-utara itu ketinggian dari lantai dasar
bangunan lantai dua bagian depan hanya sekitar 140 cm.
Sementara pekerja yang sedang menggarap lantau dua, seperti korban Ilud,
tinggi badannya sekitar 160 cm. Saat membawa batu bata dia harus
membungkuk ketika melewati kawat listrik.
"Jarak lantai dasar bangunan yang sedang digarap dengan kawat listrik
yang lebih rendah dari tinggi orang saat berdiri sangat membahayakan
para pekerja. Warga yang ada di samping bangunan gudang sudah pernah
ada yang mengingatkan jaraknya terlalu dekat dengan kawat. Tetapi
peringatan itu tak diperhatikan," kata dia.
( Sigit Oediarto / CN26 / JBSM /Suara Merdeka)
Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 35
Page 36
2. Lampiran Slide Presentasi
Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 36