Top Banner
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini, berbagai langkah pembangunan negara dilakukan salah satunya dengan memajukan industri maju dan mandiri dalam rangka mewujudkan era industrialis. Proses industrialisasi maju ditandai antara lain dengan mekanisme, elektrifikasi dan modernisasi. Dalam keadaan yang demikian maka penggunaan mesin- mesin, pesawat-pesawat, instalasi-instalasi modern serta bahan-bahan berbahaya semakin meningkat. Hal tersebut disamping memberikan kemudahan proses produksi dapat pula menambah jumlah dan ragam sumber bahaya di tempat kerja. Di dalam hal lain akan terjadi pula lingkungan kerja yang kurang memenuhi syarat, proses dan sifat pekerjaan yang berbahaya. Masalah tersebut di atas akan sangat mempengaruhi dan mendorong peningkatan jumlah maupun tingkat keseriusan kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja dan pencemaran lingkungan. Oleh karena itu keselamatan dan kesehatan kerja yang merupakan salah satu bagian dari perlindungan tenaga kerja perlu dikembangkan dan ditingkatkan. Salah satu karakteristik industri pertambangan adalah padat modal, padat teknologi dan memiliki risiko yang besar. Oleh karena itu, dalam rangka menjamin
32

MAKALAH k3

Jan 15, 2016

Download

Documents

zatyhulwani

pengenalan k3, sejarah k3
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: MAKALAH k3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dewasa ini, berbagai langkah pembangunan negara dilakukan salah satunya

dengan memajukan industri maju dan mandiri dalam rangka mewujudkan era

industrialis. Proses industrialisasi maju ditandai antara lain dengan mekanisme,

elektrifikasi dan modernisasi. 

Dalam keadaan yang demikian maka penggunaan mesin-mesin, pesawat-

pesawat, instalasi-instalasi modern serta bahan-bahan berbahaya semakin

meningkat. Hal tersebut disamping memberikan kemudahan proses produksi

dapat pula menambah jumlah dan ragam sumber bahaya di tempat kerja. Di dalam

hal lain akan terjadi pula lingkungan kerja yang kurang memenuhi syarat, proses

dan sifat pekerjaan yang berbahaya. Masalah tersebut di atas akan sangat

mempengaruhi dan mendorong peningkatan jumlah maupun tingkat keseriusan

kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja dan pencemaran lingkungan. Oleh karena

itu keselamatan dan kesehatan kerja yang merupakan salah satu bagian dari

perlindungan tenaga kerja perlu dikembangkan dan ditingkatkan.

Salah satu karakteristik industri pertambangan adalah padat modal, padat

teknologi dan memiliki risiko yang besar. Oleh karena itu, dalam rangka

menjamin kelancaran operasi, menghindari terjadinya kecelakaan kerja, kejadian

berbahaya dan penyakit akibat kerja maka diperlukan implementasi Keselamatan

dan Kesehatan Kerja (K3) pada kegiatan pertambangan.

Terjadinya kecelakaan kerja tentu saja menjadikan masalah yang besar bagi

kelangsungan suatu usaha. Kerugian yang diderita tidak hanya berupa kerugian

materi yang cukup besar namun lebih dari itu adalah timbulnya korban jiwa yang

tidak sedikit jumlahnya. Kehilangan sumber daya manusia ini merupakan

kerugian yang sangat besar karena manusia adalah satu-satunya sumber daya yang

tidak dapat digantikan oleh teknologi apapun.

Upaya pencegahan dan pengendalian bahaya kerja yang dapat menyebabkan

terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat dilakukan dengan

Page 2: MAKALAH k3

penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di tempat kerja. Secara keilmuan

K3, didefinisikan sebagai ilmu dan penerapan teknologi tentang pencegahan

kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Dari aspek hukum K3 merupakan

kumpulan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang perlindungan

keselamatan dan kesehatan kerja.

Melalui peraturan yang jelas dan sanksi yang tegas, perlindungan K3 dapat

ditegakkan, untuk itu diperlukan peraturan perundang-undangan yang mengatur

tentang K3. Bahkan ditingkat internasionalpun telah disepakati adanya konvensi-

konvensi yang mengatur tentang K3 secara universal sesuai dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, baik yang dikeluarkan oleh

organisasi dunia seperti ILO, WHO, maupun tingkat regional.

Ditinjau dari aspek ekonomis, dengan menerapkan K3, maka tingkat

kecelakaan akan menurun, sehingga kompensasi terhadap kecelakaan juga

menurun, dan biaya tenaga kerja dapat berkurang. Sejalan dengan itu, K3 yang

efektif akan dapat meningkatkan produktivitas kerja sehingga dapat meningkatkan

hasil produksi. Hal ini pada gilirannya kemudian dapat mendorong semua tempat

kerja/industri maupun tempat-tempat umum merasakan perlunya dan memiliki

budaya K3 untuk diterapkan disetiap tempat dan waktu, sehingga K3 menjadi

salah satu budaya industrial.

Dengan melaksanakan K3 akan terwujud perlindungan terhadap tenaga kerja

dari risiko kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang dapat terjadi pada

waktu melakukan pekerjaan di tempat kerja. Dengan dilaksanakannya

perlindungan K3, diharapkan akan tercipta tempat kerja yang aman, nyaman,

sehat dan tenaga kerja yang produktif, sehingga akan meningkatkan produktivitas

kerja dan produktivitas perusahaan. Dengan demikian K3 sangat besar peranannya

dalam upaya meningkatkan produktivitas perusahaan, terutama dapat mencegah

korban manusia.

Oleh karena itu dalam bidang pertambangan, keselamatan dan kesehatan

kerja merupakan suatu bagian yang sangat penting dan sangat perlu diperhatikan.

Oleh karena itu, setiap perusahaan tambang harus memiliki aspek keselamatan

dan kesehatan kerja (K3) hal ini juga akan meningkatkan potensi tenaga kerja

Page 3: MAKALAH k3

karena para tenaga kerja tersebut merasa aman dengan adanya aspek K3 pada

perusahaan tersebut.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut:

a) Apakah yang dimaksud dengan keselamatan dan kesehatan kerja (K3)?

b) Bagaimanakah perkembangan K3 dari zaman dahulu hingga saat ini?

c) Apa sajakah yang termasuk ke dalam konsep dasar K3?

d) Sebutkan UU tentang K3 yang ada di Indonesia, khususnya di bidang

pertambangan!

1.3. Tujuan

Adapun tujuan umum pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas

matakuliah K3 dan Kebijakan Tambang yang diberikan oleh Bapak Nurul Kamal,

S.T., M.Sc.

Sedangkan tujuan khususnya adalah sebagai berikut:

a) Mahasiswa dapat lebih memahami tentang K3 beserta kebijakan tambang

khususnya dalam bidang pertambangan.

b) Mahasiswa dapat mengetahui tentang perkembangan K3 baik di Aceh,

Indonesia, maupun di Dunia.

c) Mahasiswa juga dapat mengerti tentang konsep dasar K3.

d) Mahasiswa dapat mengetahui tentang UU mengenai K3 yang ada di

Indonesia, khususnya di bidang pertambangan.

Page 4: MAKALAH k3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian K3

K3 memiliki beberapa pengertian baik dari segi filosofi, keilmuan, maupun

pengertian secara praktis. Berikut pengertian K3:

a. Secara filosofi: suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan

kesempurnaan baik jasmaniah amupun rokhaniah tenaga kerja pada

khususnya manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju

masyarakat adil dan makmur. 

b. Secara keilmuan: Ilmu pengetauan dan penerapannya dalam usaha mencegah

kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. 

c. Secara praktis: Upaya perlindungan agar tenaga kerja selalu dalam keadaan

selamat dan sehat selama melakukan pekerjaan ditempa kerja, serta

melakukan pekerjaan di tempat kerja maupun sumber dan proses produksi

dapat secara aman dan efisien dalam pemakaiannya.

Sebagaimana dijelaskan dalam pengertian K3 secara filosofi bahwa K3

bertujuan untuk menjamin kesempurnaan jasmaniah dan rokhaniah tenaga kerja

serta hasil karya dan budayanya. Oleh karena itu keselamatan dan kesehatan kerja

bertujuan untuk mencegah dan mengurangi terjadinya kecelakaan dan penyakit

akibat kerja, dan menjamin:

a. Bahwa setiap tenaga kerja dan orang lainnya di tempat kerja dalam keadaan

selamat dan sehat.

b. Bahwa setiap sumber produksi dipergunakan secara aman dan efesien.

c. Bahwa proses produksi dapat berjalan lancar.

Kondisi tersebut di atas dapat dicapai antara lain bila kecelakaan termasuk

kebakaran, peledakan dan penyakit akibat kerja dapat dicegah dan ditanggulangi.

Oleh karena itu setiap usaha K3 tidak lain adalah usaha pencegahan dan

penanggulangan kecelakaan dan penyakit di tempat kerja.

Page 5: MAKALAH k3

2.2. Sejarah K3

Di Aceh,

Kegiatan usaha pertambangan umum di Aceh telah dimulai jauh sebelum

kemerdekaan Republik Indonesia, bahan galian yang dieksploitasi adalah endapan

emas plaser (alluvial) yang terkonsentrasi dibeberapa sungai utama pada

“Cekungan Meulaboh“ Aceh Barat. Sejak tahun 1900 orang-orang Portugis dan

India telah melakukan pendulangan emas di sungai-sungai utama pada “Cekungan

Meulaboh”. Pendulangan emas secara tradisional di Aceh Barat

Pemerintah Belanda telah menerbitkan pula hasil penyelidikan emas di daerah

ini dalam bentuk buku laporan tahunan 1919. Pada akhir tahun 1930 Marsman’s

Algemene Ekploratie Maatschappij (MAEM) melakukan melakukan penyelidikan

emas di Krueng Woyla dan Krueng Seunagan (Blang Agoi) dengan mengunakan

bor bangka dan membuat sumur uji. Jepang melakukan penyelidikannya tahun

1939–1945, kemudian setelah Perang Dunia II dilakukan penyelidikan oleh de

Groet disepanjang Krueng Kila (Tuwih Saraja) dan Krueng Cut. Penyelidikan di

daerah aliran Krueng Woyla telah dilakukan oleh Teungku Daud (1950), Charter

Consolidated (1973) dan AMAX (1978-1979).

Lanjutan penyelidikan emas plaiser pernah dilakukan oleh ACA Howe

Australia Pty. Ltd/PT. Mincon Abadi (1982-1983) di Krueng Kila dan Krueng

Cut, Jhon Harris/PT. Mincon (1984), Kejan. C (1987) dan Bird M.C (1988).

Penyelidikan Geokimia telah dilakukan pula oleh Direktorat Geologi Sumber

Daya Mineral Bandung.

Berdasarkan hasil penyelidikan tersebut diatas menunjukkan sebaran endapan

emas plaser terdapat didaerah aliran sungai utama serta anak-anak sungainya,

seperti Krueng Meureubo, Krueng Woyla, Krueng Seunagan, dan Krueng Cut

serta beberapa sungai lainnya di Aceh Barat. Cadangan yang cukup potensil

Krueng Woyla, Krueng Meureubo dan Krueng Seunagan dengan anak sungainya

yaitu Krueng Kila dan Krueng Cut.

Page 6: MAKALAH k3

Endapan emas plaser di Krueng Woyla telah di ekploitasi oleh PT. Ara Tutut

yang memulai produksinya pada tahun 1983. Teknik penambangan yang

diterapkan oleh PT. Ara Tutut adalah menggunakan sistem “Dredging” dimana

kapal keruk ini dilengkapi dengan perangkat pengolahan dan pemurnian emas

dengan sistem amalgamasi.

Produk tertinggi yang dihasilkan perusahaan ini terjadi pada tahun 1991 yaitu

emas sebanyak 122,93 Kg, perak 9,60 kg dan platina 2,50 Kg. Sedangkan di

Krueng Woyla dan Krueng Cut telah dilakukan pendulangan emas oleh penduduk

setempat sebagai pekerjaan sampingan selain bertani. Biasanya sekali mendulang,

setiap pendulang menghasilkan 1 s/d 11 butir emas, dan setiap harinya setiap

pendulang dapat memperoleh hasil rata-rata 0,4-3 gram emas. Selain sebagai

pekerjaan sampingan, pendulang emas ini telah dilakukan secara turun temurun

oleh penduduk setempat.

Gambar 1. Pekerja tambang yang tidak memakai K3 di Geumpang.

Adapun daerah-daerah di Aceh yang telah memiliki kegiatan penambangan,

yaitu: Aceh Barat, Aceh Jaya, Aceh Selatan, Nagan Raya, Pidie, Aceh Tengah,

Aceh Besar, dan sebagainya. Akantetapi sebagiab besar dari kegiatan

penambangan itu, khususnya tambang emas masih dilakukan dengan cara

Page 7: MAKALAH k3

tradisional sehingga sanagat rentan terjadinya kecelakaan dan kerusakan

lingkungan, karena mereka tidak memperhatikan K3 untuk diri mereka sendiri.

Oleh karena itu, dengan banyaknya potensi mineral maupun batubara yang ada di

Aceh dapat membawa kesejahteraan dan kemakmuran bagi masyarakat serta dapat

dikelola dengan baik dengan batuan pemerintah yaitu dengan cara memperhatikan

kesehatan dan keselamatan kerja (K3).

Di Indonesia,

Masalah keselamatan mulai terasa untuk melindungi modal

yang ditanam untuk industri, setelah Belanda datang ke

Indonesia abad 17 – 18, saat itu antara lain diberlakukan :

1. UU tentang ketel uap muncul tahun 1853.

2. Tahun 1890 dikeluarkan ketentuan tentang pemasangan dan

pemakaian jaringan listrik kemudian menyusul tahun

1907 keluar peraturan pengangkutan obat, senjata, petasan,

peluru dan bahan – bahan yang mudah meledak.

3. Tahun 1905 dikeluarkan “Veiligheids reglement“ dan

peraturan kusus sebagai pelengkap peraturan pelaksanaanya

direvisi tahun 1910.

4. Tahun 1916 dikeluarkan UU pengawasan tambang yang

memuat kesehatan dan keselamatan tambang.

Sejak zaman kemerdekaan, keselamatan kerja berkembang

sesuai dengan dinamika bangsa Indonesia, beberapa tahun

setelah proklamasi UU kerja dan UU kecelakaan (Kompensasi) di

undangkan al. :

1. Pada Tahun 1957 didirikan lembaga kesehatan dan

keselamatan kerja .

2. Tahun 1970 UU No. 1 ttg keselamatan kerja di Undangkan,

UU ini sebagai pengganti Veillgheids reglement tahun 1910.

Page 8: MAKALAH k3

3. Tahun 1969 berdiri Ikatan Hiegene Perusahaan kesehatan

dan keselamatamn kerja tahun 1969 di bangun

laboratorium keselamatan kerja.

4. Pada Tahun 1975 diadakan seminar Nasional Hiegene

perusahaan dan keselamatan kerja dengan tema

“penerapan keselamatan kerja demi pembangunan”.

Di Dunia,

Sudah ada sejak dahulu, sejak manusia bekerja seperti :

1. Raja Babilonia abad 17 SM, mengatur dalam UU di negaranya

tentang hukuman bagi ahli bangunan yang

hasilnya mendatangkan bencana.

2. Revolusi Industri di Inggris, timbul gerakan pencegahan

kecelakaan ketika terjadi kecelakaan akibat kerja dalam

industri sekitar 150 tahun yang lalu.

3. Tahun 1802 lahir UU yang melindungi kesehatan dan moral

tenaga kerja, diubah tahun 1833 dan menciptakan

Inspektorat Pengawasan dalam aparat pemerintah

selanjutnya tahun 1844 UU ditambah kewajiban pengawasan

mesin, penyediaan pengamanan dan wajib lapor kecelakaan.

4. Di Amerika, Negara Bagian Massuchussets adalah negara

bagian pertama yang memiliki UU pencegahan kecelakaan

yaitu pada tahun 1877.

Sejarah perkembangan K3 mulai dari zaman pra-sejarah sampai dengan

zaman modern sekarang secara ringkas adalah sebagai berikut:

a. Zaman Pra-Sejarah

Pada zaman batu dan goa (Paleolithic dan Neolithic) dimana manusia yang

hidup pada zaman ini telah mulai membuat kapak dan tombak yang mudah

untuk digunakan serta tidak membahayakan bagi mereka saat digunakan.

Disain tombak dan kapak yang mereka buat umumnya mempunyai bentuk

Page 9: MAKALAH k3

yang lebh besar proporsinya pada mata kapak atau ujung tombak. Hal ini

adalah untuk menggunakan kapak atau tombak tersebut tidak memerlukan

tenaga yang besar karena dengan sedikit ayunan momentum yang dihasilkan

cukup besar. Disain yang mengecil pada pegangan dimaksudkan untuk tidak

membahayakan bagi pemakai saat mengayunkan kapak tersebut.

b. Zaman Bangsa Babylonia (Dinasti Summeria) di Irak

Pada era ini masyarakat sudah mencoba membuat sarung kapak agar aman

dan tidak membahayakan bagi orang yang membawanya. Pada masa ini

masyarakat sudah mengenal berbagai macam peralatan yang digunakan untuk

membantu pekerjaan mereka. Dan semakin berkembang setelah

ditemukannya tembaga dan suasa sekitar 3000-2500 BC. Pada tahun 3400 BC

masyarakat sudah mengenal konstruksi dengan menggunakan batubata yang

dibuat proses pengeringan oleh sinar matahari. Pada era ini masyarakat sudah

membangunan saluran air dari batu sebagai fasilitas sanitasi. Pada tahun 2000

BC muncul suatu peraturan “Hammurabi” yang menjadi dasar adanya

kompensasi asuransi bagi pekerja.

c. Zaman Mesir Kuno

Pada masa ini terutama pada masa berkuasanya Fir’aun banyak sekali

dilakukan pekerjaan-pekerjaan raksasa yang melibatkan banyak orang sebagai

tenaga kerja. Pada tahun 1500 BC khususnya pada masa Raja Ramses II

dilakukan pekerjaan pembangunan terusan dari Mediterania ke Laut Merah.

Disamping itu Raja Ramses II juga meminta para pekerja untuk membangun

“temple” Rameuseum. Untuk menjaga agar pekerjaannya lancar Raja Ramses

II menyediakan tabib serta pelayan untuk menjaga kesehatan para pekerjanya.

d. Zaman Yunani Kuno

Pada zaman romawi kuno tokoh yang paling terkenal adalah Hippocrates.

Hippocrates berhasil menemukan adanya penyakit tetanus pada awak kapal

yang ditumpanginya.

e. Zaman Romawi

Para ahli seperti Lecretius, Martial, dan Vritivius mulai memperkenalkan

adanya gangguan kesehatan yang diakibatkan karena adanya paparan bahan-

Page 10: MAKALAH k3

bahan toksik dari lingkungan kerja seperti timbal dan sulfur. Pada masa

pemerintahan Jendral Aleksander Yang Agung sudah dilakukan pelayanan

kesehatan bagi angkatan perang.

f. Abad Pertengahan

Pada abad pertengahan sudah diberlakukan pembayaran terhadap pekerja

yang mengalami kecelakaan sehingga menyebabkan cacat atau meninggal.

Masyarakat pekerja sudah mengenal akan bahaya vapour di lingkungan kerja

sehingga disyaratkan bagi pekerja yang bekerja pada lingkungan yang

mengandung vapour harus menggunakan masker.

g. Abad ke-16

Salah satu tokoh yang terkenal pada masa ini adalah Phillipus Aureolus

Theophrastus Bombastus von Hoheinheim atau yang kemudian lebih dikenal

dengan sebutan Paracelsus mulai memperkenalkan penyakit-penyakit akibat

kerja terutama yang dialamai oleh pekerja tambang. Pada era ini seorang ahli

yang bernama Agricola dalam bukunya De Re Metallica bahkan sudah mulai

melakukan upaya pengendalian bahaya timbal di pertambangan dengan

menerapkan prinsip ventilasi.

h. Abad ke-18

Pada masa ini ada seorang ahli bernama Bernardino Ramazzini (1664 – 1714)

dari Universitas Modena di Italia, menulis dalam bukunya yang terkenal :

Discourse on the diseases of workers, (buku klasik ini masih sering dijadikan

referensi oleh para ahli K3 sampai sekarang). Ramazzini melihat bahwa

dokter-dokter pada masa itu jarang yang melihat hubungan antara pekerjaan

dan penyakit, sehingga ada kalimat yang selalu diingat pada saat dia

mendiagnosa seseorang yaitu “ What is Your occupation ?”. ramazzini

melihat bahwa ada dua faktor besar yang menyebabkan penyakit akibat kerja,

yaitu bahaya yang ada dalam bahan-bahan yang digunakan ketika bekerja dan

adanya gerakan-gerakan janggal yang dilakukan oleh para pekerja ketika

bekerja (ergonomic factors).

Page 11: MAKALAH k3

i. Era Revolusi Industri (Traditional Industrialization)

Pada era ini hal-hal yang turut mempengaruhi perkembangan K3 adalah :

Penggantian tenaga hewan dengan mesin-mesin seperti mesin uap yang baru

ditemukan sebagai sumber energi.

Penggunaan mesin-mesin yang menggantikan tenaga manusia

Pengenalan metode-metode baru dalam pengolahan bahan baku (khususnya

bidang industri kimia dan logam).

Pengorganisasian pekerjaan dalam cakupan yang lebih besar berkembangnya

industri yang ditopang oleh penggunaan mesin-mesin baru. Perkembangan

teknologi ini menyebabkan mulai muncul penyakit-penyakit yang

berhubungan dengan pemajanan karbon dari bahan-bahan sisa pembakaran.

j. Era Industrialisasi (Modern Industrialization)

Sejak era revolusi industri di ata samapai dengan pertengahan abad 20 maka

penggnaan teknologi semakin berkembang sehingga K3 juga mengikuti

perkembangan ini. Perkembangan pembuatan alat pelindung diri, safety

devices. dan interlock dan alat-alat pengaman lainnya juga turut berkembang.

k. Era Manajemen dan Manjemen K3

Perkembangan era manajemen modern dimulai sejak tahun 1950-an hingga

sekaran. Perkembangan ini dimulai dengan teori Heinrich (1941) yang

meneliti penyebab-penyebab kecelakaan bahwa umumnya (85%) terjadi

karena faktor manusia (unsafe act) dan faktor kondisi kerja yang tidak aman

(unsafe condition). Pada era ini berkembang system automasi pada pekerjaan

untuk mengatasi maslah sulitnya melakukan perbaikan terhadap faktor

manusia. Namun system otomasi menimbulkan masalah-masalah manusiawi

yang akhirnya berdampak kepada kelancaran pekerjaan karena adanya blok-

blok pekerjaan dan tidak terintegrasinya masing-masing unit pekerjaan.

Sejalan dengan itu Frank Bird dari International Loss Control Institute (ILCI)

pada tahun 1972 mengemukakan teori Loss Causation Model yang

menyatakan bahwa factor manajemen merupakan latar belakang penyebab

yang menyebabkan terjadinya kecelakaan.

Page 12: MAKALAH k3

Berdasarkan perkembangan tersebut serta adanya kasus kecelakaan di Bhopal

tahun 1984, akhirnya pada akhir abad 20 berkembanglah suatu konsep

keterpaduan system manajemen K3 yang berorientasi pada koordinasi dan

efisiensi penggunaan sumber daya. Keterpaduan semua unit-unit kerja seperti

safety, health dan masalah lingkungan dalam suatu system manajemen juga

menuntut adanya kualitas yang terjamin baik dari aspek input proses dan

output. Hal ini ditunjukkan dengan munculnya standar-standar internasional

seperti ISO 9000, ISO 14000 dan ISO 18000.

l. Era Mendatang

Perkembangan K3 pada masa yang akan datang tidak hanya difokuskan pada

permasalahan K3 yang ada sebatas di lingkungan industri dan pekerja.

Perkembangan K3 mulai menyentuh aspek-aspek yang sifatnya publik atau

untuk masyarakat luas.Penerapan aspek-aspek K3 mulai menyentuh segala

sektor aktifitas kehidupan dan lebih bertujuan untuk menjaga harkat dan

martabat manusia serta penerapan hak asazi manusia demi terwujudnya

kualitas hidup yang tinggi. Upaya ini tentu saja lebih bayak berorientasi

kepada aspek perilaku manusia yang merupakan perwujudan aspek-aspek K3.

2.3. Ruang Lingkup K3

Ruang lingkup kesehatan dan keselamatan kerja (K3) dapat digariskan

sebagai berikut :

1. Kesehatan dan keselamatan kerja diterapkan di semua tempat kerja yang di

dalamnya melibatkan aspek manusia sebagai tenaga kerja, bahaya akibat

kerja dan usaha yang dikerjakan. 

2. Aspek perlindungan dalam K3 meliputi : 

- Tenaga kerja dari semua jenis dan kjenjang keahlian

- Peralatan dan bahan yang digunkan

- Faktor-faktor lingkungan kerja

- Proses produksi

- Karakteristik dan sifat pekerjaan

- Teknologi dan metodologi kerja

Page 13: MAKALAH k3

3. Penerapan K3 dilaksanakan secara kholistik sejak perencanaan hingga

pengelolaan hasil dari kegiatan industri barang ataupun jasa. 

4. Semua pihak yang terlibat dalam proses industri/perusahaan ikut

bertanggungjawab atas keberhasilan usaha K3.

2.4. Konsep Dasar K3

Ada beberapa konsep dasar-dasar keselamatan dan kesehatan kerja (K3)

adalah sebagai berikut:

a. Kerangka Dasar Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja  yang merupakan bagian dari proses

manajemen keseluruhan mempunyai peranan penting di dalam pencapaian

tujuan perusahaan melalui pengendalian rugi perusahaan tersebut. Alasan ini

adalah tepat mengingat penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam

suatu perusahaan betujuan mencegah, mengurangi dan menanggulangi setiap

bentuk kecelakaan yang dapat menimbulkan kerugian-kerugian yang tidak

dikehendaki. Keberhasilan penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

dalam suatu industri sangat bergantung pada pandangan manajemen terhadap

Keselamatan dan Kesehatan Kerja itu sendiri.

Kerangka dasar manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dapat disusun

sebagai berikut :

- Fungsi utama manajemen yang meliputi perencanaan,    

pengorganisasian, pelaksanaan, pengendalian, dan pengambilan 

keputusan yang berkaitan dengan masalah Keselamatan dan Kesehatan

Kerja. Contoh dari kelima fungsi ini ditentukan oleh konsep dasar

Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang dianut industri tersebut.

- Kegiatan utama manajemen yang meliputi pembiayaan dan

pelaporannya, pengoperasian, produk pemasaran dan penjualan serta

sistem komunikasi dan informasi. Kegiatan-kegiatan ini merupakan

sasaran dan tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan.

- Sumber daya dan pembatas yang meliputi manusia, materialisme dan

peralatan, kebutuhan konsumen, kondisi ekonomi, masyarakat dan

Page 14: MAKALAH k3

lingkungan kerja serta peraturan pemerintah dapat merupakan masukan

kegiatan manajemen dan fungsi manajemen. Dengan melandaskan pada

kerangka dasar manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja tersebut

diatas maka tujuan manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah

melakukan pencegahan kecelakaan atau kerugian perusahaan dengan

merealisasikan setiap fungsi manajemen dalam melaksanakan kegiatan

yang dibatasi oleh sumber atau masukan yang dimiliki.

b. Konsep Sebab Kecelakaan Sebab kecelakaan merupakan landasan dari

manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, karena usaha Keselamatan

dan Kesehatan Kerja diarahkan untuk mengendalikan sebab terjadinya

kecelakaan. Untuk dapat memahami dengan baik tentang konsep sebab

kecelakaan kerja maka manajemen dituntut memahami sumber penyebab

terjadinya kecelakaan. Dalam kaitannya dengan manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja, sebab kecelakaan dapat bersumber dari empat kelompok

besar, yaitu :

- Faktor Lingkungan Faktor ini berkaitan dengan kondisi fisik ditempat

kerja yang meliputi :

- Keadaan lingkungan kerja - Kondisi proses produksi - Proses Produksi

- Faktor Alat Kerja Dimana bahaya yang ada dapat bersumber dari

peralatan dan bangunan tempat kerja yang salah dirancang atau salah

pada saat pembuatan serta terjadinya kerusakan-kerusakan yang

diakibatkan oleh salah rancang. Selain itu kecelakaan juga bisa

disebabkan oleh bahan baku produksi yang tidak sesuai dengan

spesifikasi yang ditetapkan, kesalahan dalam penyimpanan,

pengangkutan dan penggunaan.

- Faktor Manusia Faktor ini berkaitan dengan perilaku dan tindakan

manusia didalam melakukan pekerjaan, meliputi: -Kurang pengetahuan

dan ketrampilan dalam bidang kerjanya maupun dalam bidang

keselamatan kerja. - Kurang mampu secara fisik (karena cacat atau

kondisi yang lemah) atau secara mental. - Kurang motifasi kerja dan

kurang  kesadaran akan keselamatan kerja. - Tidak memahami  dan

Page 15: MAKALAH k3

menaati prosedur kerja secara aman. Bahaya yang ada bersumber dari

faktor manusianya sendiri yang sebagian besar disebabkan tidak menaati

prosedur kerja.

- Kelemahan Sistem Manajemen, faktor ini berkaitan dengan kurang

adanya kesadaran dan pengetahuan dari pucuk pimpinan untuk

menyadari peran pentingnya masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja,

meliputi : -Sikap manajemen yang tidak memperhatikan Keselamatan

dan Kesehatan Kerja di tempat kerja. - Organisasi yang buruk dan tidak

adanya pembagian tanggung jawab dan pelimpahan wewenang bidang

Keselamatan dan Kesehatan Kerja secara jelas. -Sistem dan prosedur

kerja yang lunak atau penerapannya tidak tegas. - Tidak adanya standar

atau kode Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang dapat diandalkan.

- Prosedur pencatatan dan pelaporan kecelakaan atau kejadian yang

kuang baik. - Tidak adanya monitoring terhadap sistem produksi.

Kelemahan Sistem manajemen ini mempunyai peranan yang sangat besar

sbagai penyebab kecelakaan, karena sistem manajemenlah yang

mengatur  ketiga unsur produksi (manusia, peralatan, dan tempat kerja).

Ketimpangan yang terjadi pada sistem manajemen akan menimbulkan

ketimpangan pada ketiga unsur sistem produksi yang lain. Sehingga

sering dikatakan bahwa kecelakaan merupakan manifestasi dari adanya

kesalahan manajemen dalam sistem manajemen yang menjadi penyebab

timbulnya masalah dalam proses produksi.

c. Konsep Akibat Kecelakaan Pengertian terjadinya kecelakaan sering dikaitkan

dengan akibat yang ditimbulkan, untuk memahami dengan baik tentang

kecelakaan maka hal yang harus dipertimbangkan adalah konsepsi akibat

yang ditimbulkan. Didalam penerapannya, para manager harus bepandangan

bahwa suatu kejadian yang mengakibatkan terjadinya kecelakaan tidak hanya

terbatas pada keadaan didalam lingkungan pengolahan saja,akan tetapi

lingkungan luar pengolahan juga harus dipertimbangkan. Karena pada

dasarnya kejadian di dalam berdampak negatif terhadap lingkungan luar.

Demikiian pula terhadap pengertian kecelakaan tersebut tidak harus selalu

Page 16: MAKALAH k3

dikaitkan dengan akibat yang ditimbulkan atau kerugian yang dialami.

Maksud pengertian ini menekankan bahwa suatu kejadian baru dikatakan

kecelakaan apabila mengakibatkan cedera, korban jiwa, penyakit akibat kerja

atau kerugian-kerugian  lainnya.

d. Prinsip Pencegahan Kecelakaan Pencegahan kecelakaan dalam kaitannya

dengan masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja harus mengacu dan

bertitik tolak pada konsep sebab akibat kecelakaan, yaitu dengan

mengendalikan sebab, dan mengurangi akibat kecelakaan. Upaya ini dilandasi

dengan kenyataan bahwa suatu kecelakaan terjadi bila adanya bahaya tidak

dapat terkendali dan penanganan bahaya akan lebih mudah bila dilakukan

sejak tahap awal. Demikian pula terhadap akibat yang terjadi dapat ditekan

seminimal mungkin. Berdasarkan prinsip pencegahan kecelakaan tersebut

maka fungsi dasar manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja memegang

peranan penting terhadap upaya pengenalian kecelakaan sesuai dengan

program yang telah ditetapkan.

e. Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja Di industri Pertambangan

Program keselamatan kerja yang baik adalah program yang didasarkan pada

prinsip close the loop atau prinsip penindaklanjutan hingga tuntas. Secanggih

apapun program yang ditawarkan, jikalau berhenti di tengah jalan dan tidak

diikuti dengan tindak lanjut yang nyata tentu tidak memiliki arti. Baik 

International Loss Control Institute (ILCI) maupun National Occupational

Safety Association (NOSA) menyebutkan bahwa sistem keselamatan kerja

yang efektif harus memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut :

- Identifikasi Bahaya (Identification Hazzard) Adalah tidak sama bahaya

di lingkungan kerja satu dengan yang lain.

- Menyusun Standart Kinerja Dan Sistem Pengukuran (Set Standart of

Performance and Measurement) Di dalam langkah ini dipandang sangat

penting untuk menmbuat standart, prosedur atau kebijakan yang

berkaitan dengan potensi bahaya yang telah diketahui. Dalam

penyusunan prosedur ini sebaiknya melibatkan semua tingkatan

managemen dan pelaksana di lapangan

Page 17: MAKALAH k3

- Menyusun Standart Pertangunggugatan (Set Standard of Accountability)

Langkah ini adalah untuk menetapkan sistem pertanggunggugatan untuk

masing-masing tingkatan manajemen.

- Mengukur Kinerja Terhadap Standar yang Ditentukan (Measure

Performance against Standard) Langkah ini untuk mengetahui seberapa

tinggi kinerja yang dipakai terhadap standar yang ada. Beberapa program

yang telah sangat dikenal dalam langkah ini adalah : - Audit keselamatan

kerja Internal dan Eksternal (Internal & External Safety Audit) - Inspeksi

Keselamatan Kerja (Safety Inspection Program) - Program Analisa

Kecelakaan (Accident Investigation Program) - NOSA Five Starrs

Grading Audit - Housekeeping Evaluation

- Mengevaluasi Hasil yang dicapai (Evaluate Outcome) Termasuk dalam

langkah ini adalah mengevaluasi adanya penyimpangan dari peraturan

perundangan dan standar internasional yang berlaku.

- Melakukan Koreksi Terhadap Penyimpangan yang Ada (Correct

Deviations and Deficiencies )

2.5. Pengertian yang Berkaitan dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

1. Higiene Industri (Industrial Hygiene)

- Menurut Robet W. Alen, dkk (1976) dalam Rachman, dkk (1990), Industrial

Hygiene dinyatakan bahwa: “Industrial Hygiene is brodly concerned with the

chemical and physical stresses that may impair the health and well being of

works’ 

Secara bebas higiene industri dapat diartikan sebagai gangguan kimia dan

fisika yang mungkin dapat merusak kesehatan dan kesejahteraan karyawan.

Lebih lanjut ditekankan lagi, gangguan tersebut meliputi gangguan oleh

adanya debu, kimia, cairan, gas, uap, dan kabut yang dapat membahayakan

pernafasan, kulit, paru-paru dan mata. Dimungkinkan pula gangguan terjadi

karena pemaparan radiasi pengion dan bukan pengion. 

- Thomas J. Smith (1988) dalam Rachman,dkk (1990), mengemukakan

Higiene industri sebagai berikut: “Industrial hygiene is the environmental

Page 18: MAKALAH k3

science of identifying and evaluating chemical, and biologic hazard in the

workplace and devising ways to control or eliminated them”

- Secara bebas, definisi tersebut dapat diartikan bahwa higiene industri

meupakan ilmu lingkungan yang menjatidirikan dan penilaian bahaya fisika,

kimia, dan biologi di tempat kerja serta memperoleh cara untuk

mengawasinya atau menghilagkan bahaya tersebut.  

2. Kesehatan Kerja (Occupational Health)

Banyak batasan tentang keselamatan kerja yang dirumuskan oleh para ahli

ataupun badan internasional di bidang ini, beberapa diantaranya adalah sebagai

berikut : 

- Menurut National safety Council-USA (1982) dalam Rachman,dkk (1990),

Kesehatan kerja sangat berkaitan dengan satu atau lebih kondisi kerja yang

dapat menimbulkan penyakit akibat kerja dan dapat menurunakan

produktivitas kerja yang pada akhirnya menimbulkan kerugian bagi

perusahaan yang bersangkutan. 

- Suma’mur (1984) dalam bukunya “Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja”

mengemukakan bahwa Kesehatan kerja adalah: ‘Kesehatan kerja merupakan

spesialisasi ilmu kesehatan/kedokteran beserta perakteknya yang bertujuan

agar pekerja/masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-

tingginya, baik fisik, atau mental, maupun social, dengan usaha-usaha

prepentif dan kuratif terhadap penyakit/gangguan kesehatan yang

diakibatkan factor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja, serta terhadap

penyakit-penyakit umum lainnya. Sasaranya adalah manusia dan bersifat

medis’. 

- Menurut Hugh Rodman Leavell dan Gurney Clark (1958) dalam

Rachman,dkk (1990) : ‘Occupational health implies the sum of all the effort

to improve the health of workers in the community and industries’. 

Page 19: MAKALAH k3

Dengan kalimat lain, kesehatan kerja dalam definisi ini diartikan sebagai

sejumlah upaya untuk meningkatkan kesehtan para pekerja atau karyawan di

dalam masyarakat dan perusahaan/industri. 

3. Keselamatan Kerja (Occupational Safety)

Masih dalam kaitannya dengan upaya higiene perusahaan dan keselamatan

kerja, diketahui pula adanya pengertian keselamatan kerja. Beberapa diantaranya

antara lain: “Occupational safety diungkapkan bahwa keselamatan kerja menjadi

penting sebagai bagian resmi manajemen industri atau perusahaan yang lebih

menekankan perhatiannya terhadap pencegahan kecelakaan kerja.”

- Suma’mur (1984) dalam bukunya “Keselamatan Kerja dan pencegahan

Kecelakaan” mengemukakan bahwa Keselamatan Kerja adalah: 

“Keselamtan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat,

alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan

lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjan”.

2.6. Ahli-ahli yang Harus Memperhatikan K3

a. Ahli Higiene Industri

ahli higiene industri perusahaan adalah seorang teknisi perusahaan atau

seorang insinyur yang telah mendapatkan pendidikan khusus dalam bidang

higiene industri. 

Ahli higiene industri adalah orang yang bertangungjawab terhadap higiene

industri atau kondisi lingkungan kerja, tugasnya adalah membuat atau

memperbaiki kondisi lingkungan kerja menjadi sehat dan aman dan bebas

dari bahaya kerja yang dapat menyebabkan sakit terhadap tenaga kerja. Ahli

higiene industri melakukan survei tempat kerja dengan menggunaan perlatan

khusus untuk mengukur atau menilai setiap kondisi lingkungan yang

mungkin berpengaruh buruk terhadap kesehatan atau bahkan keselamatan

tenaga kerja, selanjutnya melakukan koreksi atau pengendalian tehadap

bahaya yang ada yang tidak memenuhi standar atau nilai ambang batas yang

ditetapkan.

Page 20: MAKALAH k3

b. Ahli Keselamatan Kerja

Ahli Keselamatan kerja perusahaan adalah seorang teknisi perusahaan atau

seorang insinyur yang telah mendapatkan pendidikan khusus dalam bidang

Keselamatan Kerja. Ahli keselamatan kerja adalah orang yang bertangung

jawab terhadap keselamatan tenaga kerja dari bahaya yang ada di tempat

kerja yang dapat mengakibatkan terjadinya kecelakaan kerja yang diderita

oleh tenaga kerja. Tugasnya dari hari ke ahari menyelenggarkan fungsi

administrasi keselamatan kerja yaitu melihat atau mengamati setiap pekerjaan

atau operasi proses produksi secara dekat agar dapat mengetahui dan

mengadakan perbaikan terhadap potensi bahaya yang ada.

Page 21: MAKALAH k3

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan