Top Banner
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) perusahaan di Indonesia secara umum diperkirakan termasuk rendah. Pada tahun 2005 Indonesia menempati posisi yang buruk jauh di bawah Singapura, Malaysia, Filipina dan Thailand. Kondisi tersebut mencerminkan kesiapan daya saing perusahaan Indonesia di dunia internasional masih sangat rendah. Indonesia akan sulit menghadapi pasar global karena mengalami ketidakefisienan pemanfaatan tenaga kerja (produktivitas kerja yang rendah). Padahal kemajuan perusahaan sangat ditentukan peranan mutu tenaga kerjanya. Karena itu disamping perhatian perusahaan, pemerintah juga perlu memfasilitasi dengan peraturan atau aturan perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. 1
34

makalah k3

Nov 24, 2015

Download

Documents

Okta Sulistia
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

TUGAS MAKALAH

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangKondisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) perusahaan di Indonesia secara umum diperkirakan termasuk rendah. Pada tahun 2005 Indonesia menempati posisi yang buruk jauh di bawah Singapura, Malaysia, Filipina dan Thailand. Kondisi tersebut mencerminkan kesiapan daya saing perusahaan Indonesia di dunia internasional masih sangat rendah. Indonesia akan sulit menghadapi pasar global karena mengalami ketidakefisienan pemanfaatan tenaga kerja (produktivitas kerja yang rendah). Padahal kemajuan perusahaan sangat ditentukan peranan mutu tenaga kerjanya. Karena itu disamping perhatian perusahaan, pemerintah juga perlu memfasilitasi dengan peraturan atau aturan perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Nuansanya harus bersifat manusiawi atau bermartabat. Keselamatan kerja telah menjadi perhatian di kalangan pemerintah dan bisnis sejak lama. Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena sangat terkait dengan kinerja karyawan dan pada gilirannya pada kinerja perusahaan. Semakin tersedianya fasilitas keselamatan kerja semakin sedikit kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja. Di era globalisasi dan pasar bebas WTO dan GATT yang akan berlaku tahun 2020 mendatang, kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara anggota, termasuk bangsa Indonesia. Untuk mengantisipasi hal tersebut serta mewujudkan perlindungan masyarakat pekerja Indonesia; telah ditetapkan Visi Indonesia Sehat 2010 yaitu gambaran masyarakat Indonesia di masa depan, yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.

Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas.

Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan petugas kesehatan dan non kesehatan kesehatan di Indonesia belum terekam dengan baik. Jika kita pelajari angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja di beberapa negara maju (dari beberapa pengamatan) menunjukan kecenderungan peningkatan prevalensi. Sebagai faktor penyebab, sering terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan pekerja yang kurang memadai. Banyak pekerja yang meremehkan risiko kerja, sehingga tidak menggunakan alat-alat pengaman walaupun sudah tersedia. Dalam penjelasan undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan telah mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan disekitarnya.1.2. PermasalahanBerdasarkan penjelasan pada latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah mencegah kecelakaan kerja guna meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja serta adanya beberapa kasus-kasus kecelakaan kerja.1.3. Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui kejadian kecelakaan kerja.BAB II

TINJAUAN PUSTAKA1.4. Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat makmur dan sejahtera. Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tidak dapat dipisahkan dengan proses produksi baik jasa maupun industri. Perkembangan pembangunan setelah Indonesia merdeka menimbulkan konsekwensi meningkatkan intensitas kerja yang mengakibatkan pula meningkatnya resiko kecelakaan di lingkungan kerja.

Hal tersebut juga mengakibatkan meningkatnya tuntutan yang lebih tinggi dalam mencegah terjadinya kecelakaan yang beraneka ragam bentuk maupun jenis kecelakaannya. Sejalan dengan itu, perkembangan pembangunan yang dilaksanakan tersebut maka disusunlah UU No.14 tahun 1969 tentang pokok-pokok mengenai tenaga kerja yang selanjutnya mengalami perubahan menjadi UU No.12 tahun 2003 tentang ketenaga kerjaan.

Dalam pasal 86 UU No.13 tahun 2003, dinyatakan bahwa setiap pekerja atau buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan kesusilaan dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat serta nilai-nilai agama.

Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut, maka dikeluarkanlah peraturan perundangan-undangan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja sebagai pengganti peraturan sebelumnya yaitu Veiligheids Reglement, STBl No.406 tahun 1910 yang dinilai sudah tidak memadai menghadapi kemajuan dan perkembangan yang ada.

Peraturan tersebut adalah Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja yang ruang lingkupnya meliputi segala lingkungan kerja, baik di darat, didalam tanah, permukaan air, di dalam air maupun udara, yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia.

Undang-undang tersebut juga mengatur syarat-syarat keselamatan kerja dimulai dari perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemasangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan bahan, barang produk tekhnis dan aparat produksi yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan.

Walaupun sudah banyak peraturan yang diterbitkan, namun pada pelaksaannya masih banyak kekurangan dan kelemahannya karena terbatasnya personil pengawasan, sumber daya manusia K3 serta sarana yang ada. Oleh karena itu, masih diperlukan upaya untuk memberdayakan lembaga-lembaga K3 yang ada di masyarakat, meningkatkan sosialisasi dan kerjasama dengan mitra sosial guna membantu pelaksanaan pengawasan norma K3 agar terjalan dengan baik.

1.5. Sebab-sebab Kecelakaan

Kecelakaan tidak terjadi begitu saja, kecelakaan terjadi karena tindakan yang salah atau kondisi yang tidak aman. Kelalaian sebagai sebab kecelakaan merupakan nilai tersendiri dari teknik keselamatan. Ada pepatah yang mengungkapkan tindakan yang lalai seperti kegagalan dalam melihat atau berjalan mencapai suatu yang jauh diatas sebuah tangga. Hal tersebut menunjukkan cara yang lebih baik selamat untuk menghilangkan kondisi kelalaian dan memperbaiki kesadaran mengenai keselamatan setiap karyawan pabrik.Diantara kondisi yang kurang aman salah satunya adalah pencahayaan, ventilasi yang memasukkan debu dan gas, layout yang berbahaya ditempatkan dekat dengan pekerja, pelindung mesin yang tak sebanding, peralatan yang rusak, peralatan pelindung yang tak mencukupi, seperti helm dan gudang yang kurang baik.Diantara tindakan yang kurang aman salah satunya diklasifikasikan seperti latihan sebagai kegagalan menggunakan peralatan keselamatan, mengoperasikan pelindung mesin mengoperasikan tanpa izin atasan, memakai kecepatan penuh, menambah daya dan lain-lain. Dari hasil analisa kebanyakan kecelakaan biasanya terjadi karena mereka lalai ataupun kondisi kerja yang kurang aman, tidak hanya satu saja. Keselamatan dapat dilaksanakan sedini mungkin, tetapi untuk tingkat efektivitas maksimum, pekerja harus dilatih, menggunakan peralatan keselamatan.1.6. Faktor - faktor Kecelakaan

Studi kasus menunjukkan hanya proporsi yang kecil dari pekerja sebuah industri terdapat kecelakaan yang cukup banyak. Pekerja pada industri mengatakan itu sebagai kecenderungan kecelakaan. Untuk mengukur kecenderungan kecelakaan harus menggunakan data dari situasi yang menunjukkan tingkat resiko yang ekivalen.Begitupun, pelatihan yang diberikan kepada pekerja harus dianalisa, untuk seseorang yang berada di kelas pelatihan kecenderungan kecelakaan mungkin hanya sedikit yang diketahuinya. Satu lagi pertanyaan yang tak terjawab ialah apakah ada hubungan yang signifikan antara kecenderungan terhadap kecelakaan yang kecil atau salah satu kecelakaan yang besar. Pendekatan yang sering dilakukan untuk seorang manager untuk salah satu faktor kecelakaan terhadap pekerja adalah dengan tidak membayar upahnya. Bagaimanapun jika banyak pabrik yang melakukan hal diatas akan menyebabkan berkurangnya rata-rata pendapatan, dan tidak membayar upah pekerja akan membuat pekerja malas melakukan pekerjaannya dan terus membahayakan diri mereka ataupun pekerja yang lain. Ada kemungkinan bahwa kejadian secara acak dari sebuah kecelakaan dapat membuat faktor-faktor kecelakaan tersendiri.1.7. Masalah Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Kinerja (performen) setiap petugas kesehatan dan non kesehatan merupakan resultante dari tiga komponen kesehatan kerja yaitu kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja yang dapat merupakan beban tambahan pada pekerja. Bila ketiga komponen tersebut serasi maka bisa dicapai suatu derajat kesehatan kerja yang optimal dan peningkatan produktivitas. Sebaliknya bila terdapat ketidak serasian dapat menimbulkan masalah kesehatan kerja berupa penyakit ataupun kecelakaan akibat kerja yang pada akhirnya akan menurunkan produktivitas kerja. a. Kapasitas Kerja Status kesehatan masyarakat pekerja di Indonesia pada umumnya belum memuaskan. Dari beberapa hasil penelitian didapat gambaran bahwa 30-40% masyarakat pekerja kurang kalori protein, 30% menderita anemia gizi dan 35% kekurangan zat besi tanpa anemia. Kondisi kesehatan seperti ini tidak memungkinkan bagi para pekerja untuk bekerja dengan produktivitas yang optimal. Hal ini diperberat lagi dengan kenyataan bahwa angkatan kerja yang ada sebagian besar masih di isi oleh petugas kesehatan dan non kesehatan yang mempunyai banyak keterbatasan, sehingga untuk dalam melakukan tugasnya mungkin sering mendapat kendala terutama menyangkut masalah PAHK dan kecelakaan kerja.

b. Beban Kerja Sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan maupun yang bersifat teknis beroperasi 8 - 24 jam sehari, dengan demikian kegiatan pelayanan kesehatan pada laboratorium menuntut adanya pola kerja bergilirdan tugas/jaga malam. Pola kerja yang berubah-ubah dapat menyebabkan kelelahan yang meningkat, akibat terjadinya perubahan pada bioritmik (irama tubuh). Faktor lain yang turut memperberat beban kerja antara lain tingkat gaji dan jaminan sosial bagi pekerja yang masih relatif rendah, yang berdampak pekerja terpaksa melakukan kerja tambahan secara berlebihan. Beban psikis ini dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan stres.c. Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja bila tidak memenuhi persyaratan dapat mempengaruhi kesehatan kerja dapat menimbulkan Kecelakaan Kerja (Occupational Accident), Penyakit Akibat Kerja dan Penyakit Akibat Hubungan Kerja (Occupational Disease & Work Related Diseases). BAB III

PEMBAHASAN

1.8. Kasus-Kasus Kecelakaan Kerja

1. 16.756 Kasus kecelakaan kerja di Banten

indonews.com - PT Jamsostek Kantor Wilayah Banten mencatat pada tahun 2012 setiap hari ada satu pekerja peserta Jamsostek yang meninggal dunia akibat kecelakaan kerja. Sementara total kecelakaan kerja pada tahun yang sama sebanyak 16.756 kasus.Dari ribuan kasus kecelakaan kerja, setiap harinya 69 terjadi kasus kecelakaan kerja, dengan tiga pekerja cacat dan satu orang meninggal dunia. Dengan klaim pembayaran sebesar Rp97 miliar. Sementara, pada 2013, hingga September tercatat sebanyak 5.235 kasus kecelakaan kerja dengan klaim pembayaran Rp23 milir, ujar Kepala Kantor Wilayah PT Jamsostek Banten, Didi Iswadi, Senin (28/10/2013). Dia mengatakan, bila dilihat dari kasus kecelakaan, wilayah Banten cukup besar. "Kondisi itu menunjukkan semakin banyak pekerja yang meninggal akibat kecelakaan kerja di lingkungan industri," katanya. Masih tingginya angka kecelakaan kerja tersebut akibat masih terjadinya pengabaian atas keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di lingkungan perusahaan."Untuk meminimalisir angka kecelakaan kerja kita terus sosialisasi K3," katanya, oleh karena itulah, PT Jamsostek terus melakukan pelatihan dan sosialisasi K3 kepada perusahaan peserta Jamsostek agar dapat diimplementasikan di lingkungaan perusahaannya. "Jika perusahaan makin sadar akan pentingnya sistem manajemen K3, diharapkan dapat menekan angka kecelakaan kerja," katanya.PT Jamsostek juga akan memberikan pelatihan kepada ahli K3 untuk menjaga keselamatan pekerja dan orang lain. "Harapannya setelah adanya pelatihan K3 perusahaan dapat mengimplementasikan-nya," ujarnya.2. Buruh pabrik di Klaten tewas tergilas mesin

Klaten Nasib apes menimpa Listiyana Kurniawati (19), seorang buruh disebuah pabrik tekstil di Pedan, Klaten. Ia tewas setelah lehernya tergilas mesin saat bekerja, Senin (12/11).Korban yang merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan suami istri, Sukur (40) dan Listiyorini Hanifah (40), warga Dukuh Ngawonggo, Desa Ngawonggo, Kecamatan Ceper, Klaten tersebut baru tiga bulan bekerja setelah lulus MAN.Kapolsek Pedan, AKP Kamiran mewakili Kapolres Klaten, AKBP Kalingga Rendra Raharja, menolak memberikan keterangan kepada wartawan mengenai kejadian tersebut. Ia mengaku penanganan sudah diambil alih oleh Polres Klaten. Silahkan tanya ke polres saja sana, katanya singkat.

Sementara itu informasi di Mapolres Klaten menyebutkan, peristiwa nahas itu bermula ketika korban yang bekerja sebagai operator mesin di sebuah pabrik tekstil di Pedan, Klaten tersebut berangkat bekerja pada sift malam sekitar pulul 23.00 WIB.Selang beberapa jam kemudian, atau sekitar pukul 03.00 WIB, korban mematikan mesin karena ingin membetulkan benang yang putus pada mesin tersebut. Namun setelah benang tersambung, korban bergegas untuk menyalakan kembali mesin tenun yang dioperasikanna itu.Namun nahas, korban tidak menyadari saat mesin tersebut menyala, ternyata kain kerudung yang dikenakannya masuk ke dalam mesin. Akibatnya, kain kerudungnya ikut tertarik ke dalam mesin dan menjerat leher korban hingga nyawanya tidak tertolong.Terpisah, Kabid Tenaga Kerja Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Klaten, Giyanta, mengatakan baik terjadi kecelakaan atau tidak, setiap perusahaan harus mengadakan evaluasi terkait keselamatan atau kecelakaan kerja. Tujuannya tak lain agar kecelakaan tidak terjadi dan menimpa para pekerja.Perusahaan harus mengevaluasi apa penyebab kecelakaan yang menimpa karyawannya, apakah mesin atau kelalaian. Hal itu agar kejadian serupa tidak terjadi lagi, ujarnya (Sumber: http://www.timlo.net).

3. 406 kasus kecelakaan kerja terjadi di BoyolaliSindonews.com - Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Kabupaten Boyolali menilai angka kecelakaan kerja di kabupaten tersebut cukup tinggi tahun 2013 kemarin. Pada tahun tersebut, terjadi ratusan kasus kecelakaan kerja.Kepala Bidang Hubungan Industrial dan Pengawasan Ketenagakerjaan Dinsosnakertrans Boyolali Joko Santoso menyebutkan, dalam tahun 2013 lalu setidaknya ada 406 kasus yang terjadi. Dari kasus tersebut, menurutnya lima pekerja meninggal dunia dan empat pekerja mengalami cacat fisik.Tidak hanya itu, menurutnya ada sekitar 25 pekerja yang harus berhenti bekerja akibat kecelakan kerja. Jumlahnya cukup tinggi sampai sekitar 406 kasus yang menimpa seluruh pekerja yang ada di Kabupaten Boyolali, ucapnya, kepada wartawan, Jumat (17/1/2014). Dia mengatakan, dari jumlah tersebut, jumlah terbesar didominasi kecelakaan saat berangkat kerja, ataupun saat pulang dari tempat kerja. Meski begitu, pihaknya menyebut hal itu masuk kecelakaan kerja, sebab terjadi untuk kepentingan pekerjaan.Menurutnya, perusahaan harus memenuhi kewajiban untuk membiayai kecelakaan kerja yang menimpa para pekerjanya. Setiap perusahaan harus menanggung, sesuai dengan aturan perusahaan, serta undang-undang yang berlaku.

Ya, kasus ini semua harus ditangani oleh perusahaan tanpa terkecuali. Para pekerja memiliki hak untuk itu, ucapnya. Dia berharap, dengan kondisi tersebut, kedepannya perusahaan mau menerapkan Program K3 dalam perusahaan mereka. Program tersebut sering dikenal dengan Keselamatan dan Kesejahteraan Kerja. Dengan penerapan program itu, kecelakaan kerja bisa dihindari.4. Kecelakaan Industri di PT Semen Gresik

(beritajatim.com) - Kecelakaan kerja diduga terjadi di lingkup pabrik semen PT Semen Gresik (SG) yang ada di Kabupaten Tuban. Kali ini, tiga orang pekerja diduga kuat tersiram serbuk panas bahan produksi semen ketika sedang menjalankan tugasnya. Bahkan, seorang korban tewas di lokasi dan dua lainya mengalami luka serius di bagian kaki.Informasi yang diperoleh beritajatim.com, Rabu (6/1/2010) menyebutkan, kalau peristiwa ini terjadi sekitar pukul 15.00 WIB di area proses pembakaran serbuk bahan baku semen di pabrik semen yang berada di Desa Sumberarum, Kecamatan Kerek, Kabupaten Tuban. Seorang korban tewas bernama Rakhmat Setiawan (23) warga Jl Kawi, Desa Kauman, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang. Sedangkan dua korban luka adalah Akhmat Zubaidi (24) asal Kabupaten Sidoarjo dan Akhmat Zulaikhan (23) warga Kudus, Jawa Tengah.Data lapangan menyebutkan, kalau peristiwa itu terjadi saat ketiga karyawan yang bertugas di bagian pembakaran bahan baku ini sedang membersihkan gumpalan serbuk yang menempel di dinding alat pembakaran hingga, mengganggu proses produksi."Pada waktu itulah, tiba-tiba serbuk halus dan basah yang sangat panas itu menyiram ketiga korban," kata seorang pegawai yang namanya minta tidak dikorankan kepada wartawan.Seorang karyawan nahas, akhirnya meninggal dunia. Sementara dua karyawan lainnya berhasil melompat untuk menyelamatkan diri. Sehingga, mereka hanya mengalami luka dan tidak sampai meninggal. "Yang jelas, serbuk itu panas sekali, sampai-sampai saat memberi pertolongan, petugas harus menyiramkan air ke tubuh korban dan area yang tersiram serbuk panas," terangnya.

Setelah berhasil dievakuasi, korban tewas langsung dilarikan ke kamar mayat RSUD dr R Koesma Kabupaten Tuban dengan kondisi mengenaskan. Yakni mayat melepuh dan masih enggan kondisi terlentang dengan tangan dan kaki sama-sama terbukanya. Untuk korban luka-luka juga dievakuasi untuk mendapatkan perawatan di Poli kesehatan pabrik dan kemudian dilarikan ke Rumah Sakit (RS) PT SG di Gresik. "Korban meninggal sudah berada di kamar mayat RSUD Tuban untuk dilakukan outopsi. Sedangkan korban luka dalam perawatan medis, "kata Kapolsek Kerek AKP Elis. AKP Elis menjelaskan, pihaknya masih melakukan penyelidikan untuk mendalami kasus kecelakaan kerja di lingkungan pabrik semen ini. "Semuanya masih didalami, tetapi memang terjadi," terangnya.5. Kecelakaan Kerja di Yogya Kebanyakan di Pabrik TekstilTRIBUNJOGJA.COM,YOGYA - Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan DIY melaporkan sepanjang 2013 jumlah kasus kecelakaan kerja yang menimpa pekerja sektor formal di DIY mencapai 1.347 kasus. Dari jumlah kasus kecelakaan kerja ini, 651 kasus merupakan kecelakaan dalam lokasi kerja.Sisanya sebanyak 460 kasus diakibatkan lantaran kecelakaan lalu lintas saat jam kerja dan 236 kasus disebabkan kecelakaan diluar tempat kerja yang bukan karena kecelakaan lalu lintas."Dari kasus kecelakaan kerja yang terjadi di dalam lokasi kerja lebih banyak terjadi di perusahaan tekstil," jelas Kepala BPJS Ketenagakerjaan DIY, Heru Prayitno seusai peringatan hari Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Kantor Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) DIY, Selasa (21/1/2014).Heru mengatakan dari statistik kecelakaan yang terjadi dan dilaporkan, 262 kasus diantaranya menimpa pekerja usia produktif, 26-30 tahun. Ia berujar, PT Jamsostek yang kini bertransformasi menjadi BPJS Ketenagakerjaan telah membayar klaim jaminan kecelakaan kerja baik untuk pekerja formal dan informal sepanjang tahun kemarin sebanyak Rp 6,74 miliar.Dibanding tahun 2013 menurut Heru, statistik lokasi kecelakaan kerja mengalami perbedaan. "Pada 2012 lalu kecelakaan lebih banyak terjadi lantaran kecelakaan lalu lintas saat jam kerja," imbuhnya. BPJS Ketenagakerjaan yang dulunya merupakan PT Jamsostek ini, menurut dia sudah membayarkan kalim sebesar Rp 6,74 miliar untuk jaminan kecelakaan kerja tersebut, baik untuk pekerja formal dan informal. Menurut dia, dibandingkan 2012 terjadi pergeseran lokasi kecelakaan kerja. Pada 2012, sekitar 70 persen terjadi karena kecelakaan lalu lintas. "Sedang tahun ini justru kebanyakan di lokasi kerja," terangnya.Melihat kondisi itu, Kepala Disnakertrans DIY Sigit Sapto Rahardjo terus mendorong perusahaan menciptakan kecelakaan nihil (zero accident) di dalam lokasi kerja. Untuk itu, tiap perusahaan diminta membudayakan K3 di masing-masing perusahaan. Menurut dia belum seluruh perusahaan menerapkan K3 sesuai standar Kementrian Ketenagakerjaan.Hanya beberapa perusahaan besar saja yang sudah menerapkan. Ia mengatakan mengurangi angka kecelakaan, dinas terus melakukan pendekataan kepada perusahaan. "Pendekatan ini tentu seusai budaya di DIY," jelas dia.Ia meminta Dinas, Perusahaan, Tenaga Kerja dan BPJS Ketenagakerjaan bisa bersinergi membentuk budaya K3 di lingkungan perusahaan baik skala kecil, menengah maupun perusahaan besar mewujudkan zero accident. "2015 nanti diharapkan K3 itu sudah jadi budaya," imbuh Sigit.Sebagai bentuk apresiasi, perusahaan yang mampu mewujdukan zero accident akan mendapat penghargaan. Pada Maret 2014 di puncak peringatan Bulan K3 nanti, 10 perusahaan yang berhasil menciptakan zero accident akan mendapat award dari kementrian (http://jogja.tribunnews.com).6. Kecelakaan Di PT Sulfindo AdiusahaSerang,FBn (11/7) - Kecelakaan kerja dan mengakibatkan korban tewas di dalam areal pabrik PT Sulfindo Adiusaha yang berlokasi di Sumuranja, Puloampel, Serang Banten, ternyata sering terjadi. Informasi yang diperoleh, korban tewas dalam musibah meledaknya 3 unit tangki penampungan kimia jenis HCL pada Jum'at (9/7) lalu, atas nama Jum'ani (45) merupakan korban yang kedua. Sebelumnya, Muhyi (22) karyawan bagian mekanik, tewas dilokasi kejadian akibat ada kebocoran pada tangki kimia, sehingga korban terjatuh. "Kecelakaan kerja yang dialami Muhyi, terjadi sekitar tahun 2008, persisnya setelah lebaran. Muhyi adalah anak pertama dari 6 bersaudara. Nama orangtua korban, adalah kang Faudin,"ujar sumber yang minta tidak disebutkan namanya. Ditambahkan sumber itu, selain korban tewas akibat kecelakaan kerja, karyawan yang mederita luka-luka bakar juga sering terjadi, namun oleh pihak PT Sulfindo Adiusaha, selalu ditutup. Contohnya, saat kejadian Jum'at kemarin. Saya melihat ketika teman-teman wartawan hendak melakukan liputan di lokasi kejadian, pihak perusahaan melarang wartawan mendatangi lokasi ledakan. Tapi, kenapa selain polisi, pihak dari Dinas Lingkungan Hidup koq diperbolehkan mendatangi lokasi kejadian ledakan. Ada apa ? Itu artinya, pihak perusahaan takut, jangan sampai wartawan tau kalau ada kebobrokan,"ujarnya.Dia menambahkan, sejak PT Sulfindo Adiusaha beroperasi, sekitar tahun 1990, dan hingga saat ini, belum pernah ada memberikan kontribusi berupa kegiatan sosial, seperti kesehatan atau pengobatan gratis, maupun memberikan bantuan untuk pendidikan. "Kalau ada yang diberikan oleh PT Sulfindo Adiusaha terhadap warga, yaitu limbah kimia yang rutin terjadi setiap hari, yaitu pada malam hari pukul 9 hingga menjelang pagi. Dan akibatnya, tanaman padi warga, sering gagal panen akibat bakal padi busuk,"terangnya. Sementara itu, Tati Sumiati anggota Komisi II DPRD Serang, daerah pemilihan (Dapil) Sumuranja Puloampel, Serang, yang dihubungi via seluler, membenarkan kecelakaan kerja yang dialami Muhyi. "Oh iya. Memang benar saya pernah dengar kasus kecelakaan kerja yang mengakibatkan korban tewas atas nama, Muhyi. Tapi waktu kejadian, saya masih berada di luar daerah, dan saya tidak tau apakah kasus itu berlanjut hingga proses hukum,"ujarnya. Ditambahkan Tati, selain kasus kecelakaan kerja yang sering terjadi didalam PT Sulfindo Adiusaha, pihaknya juga memperoleh data kasus pencemaran limbah yang merusak rusaknya tanaman padi warga. "Saya akan bawa kasus ini, dan akan membahasnya dalam rapat komisi di dewan,"tegasnya. Caption foto : Sukani salah satu korban yang menderita luka bakar saat hendak meninggalkan RSKM Cilegon. Foto bawah, Jam'ani korban yang tewas akibat luka bakar.BAB IVPENUTUP

1.9. KesimpulanSebagai suatu sistem program yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha, kesehatan dan keselamatan kerja atau K3 diharapkan dapat menjadi upaya preventif terhadap timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja dalam lingkungan kerja. Pelaksanaan K3 diawali dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja, dan tindakan antisipatif bila terjadi hal demikian. Tujuan dari dibuatnya sistem ini adalah untuk mengurangi biaya perusahaan apabila timbul kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja.1.10. SaranKesehatan dan keselamatan kerja sangat penting dalam pembangunan karena sakit dan kecelakaan kerja akan menimbulkan kerugian ekonomi (lost benefit) suatu perusahaan atau negara olehnya itu kesehatan dan keselamatan kerja harus dikelola secara maksimal bukan saja oleh tenaga kesehatan tetapi seluruh masyarakat.DAFTAR PUSTAKAPoerwanto, Helena dan Syaifullah. Hukum Perburuhan Bidang Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005.

Indonesia. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

Indonesia. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja.Silalahi, Bennett N.B. [dan] Silalahi,Rumondang.1991. Manajemen keselamatan dan kesehatan kerja.[s.l]:Pustaka Binaman Pressindo.

Suma'mur .1991. Higene perusahaan dan kesehatan kerja. Jakarta :Haji Masagung

Suma'mur .1985. Keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan. Jakarta :Gunung Agung, 1985

-------------------,1990. Upaya kesehatan kerja sektor informal di Indonesia. [s.]:Direktorat Bina Peran Masyarakat Depkes RT.1