Top Banner
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan yang mendukung kegiatan konstruksi dimulai dari penyediaan barang/material keperluan pekerjaan konstruksi sejak pabrikan, suplai/pasokan (delivery) hingga ke pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang mencakup kegiatan : sipil, arsitektural, mekanikal, elektrikal dan tata lingkungan masing- masing beserta kelengkapannya, untuk mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik lainnya sesuai dengan yang direncanakannya. Pekerjaan konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan perencanaan dan/atau pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal, dan tata lingkungan masing masing beserta kelengkapannya, untuk mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik lain. Kegiatan Konstruksi merupakan unsur penting dalam pembangunan namun dalam kegiatan konstruksi kecelakaan konstruksi relatif tinggi dibandingkan dengan kegiatan lainnya. Kegiatan konstruksi menimbulkan berbagai dampak yang tidak diinginkan antara lain yang menyangkut aspek keselamatan kerja dan lingkungan. Kegiatan proyek konstruksi memiliki Karakteristik antara lain : bersifat sangat kompleks, multi disiplin ilmu, melibatkan banyak unsur tenaga kerja kasar dan berpendidikan relatif rendah, masa kerja terbatas, intensitas kerja yang tinggi, tempat Kerja (terbuka, tertutup, lembab, kering, panas, berdebu, kotor), menggunakan peralatan kerja beragam, jenis, teknologi, kapasitas dan beragam berpotensi bahaya, mobilisasi yang tinggi, peralatan, tenaga kerja, material dan lain lain.
34

Makalah k3

Jul 18, 2015

Download

Engineering

melbon21
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Makalah k3

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Industri konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian

kegiatan yang mendukung kegiatan konstruksi dimulai dari penyediaan

barang/material keperluan pekerjaan konstruksi sejak pabrikan,

suplai/pasokan (delivery) hingga ke pelaksanaan pekerjaan konstruksi

yang mencakup kegiatan : sipil, arsitektural, mekanikal, elektrikal dan tata

lingkungan masing- masing beserta kelengkapannya, untuk mewujudkan

suatu bangunan atau bentuk fisik lainnya sesuai dengan yang

direncanakannya.

Pekerjaan konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian

kegiatan perencanaan dan/atau pelaksanaan beserta pengawasan yang

mencakup pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal, dan tata

lingkungan masing masing beserta kelengkapannya, untuk mewujudkan

suatu bangunan atau bentuk fisik lain.

Kegiatan Konstruksi merupakan unsur penting dalam pembangunan

namun dalam kegiatan konstruksi kecelakaan konstruksi relatif tinggi

dibandingkan dengan kegiatan lainnya. Kegiatan konstruksi menimbulkan

berbagai dampak yang tidak diinginkan antara lain yang menyangkut aspek

keselamatan kerja dan lingkungan. Kegiatan proyek konstruksi memiliki

Karakteristik antara lain : bersifat sangat kompleks, multi disiplin ilmu,

melibatkan banyak unsur tenaga kerja kasar dan berpendidikan relatif

rendah, masa kerja terbatas, intensitas kerja yang tinggi, tempat Kerja

(terbuka, tertutup, lembab, kering, panas, berdebu, kotor), menggunakan

peralatan kerja beragam, jenis, teknologi, kapasitas dan beragam

berpotensi bahaya, mobilisasi yang tinggi, peralatan, tenaga kerja,

material dan lain lain.

Page 2: Makalah k3

2

Setiap tahun ribuan kecelakaan terjadi di tempat kerja yang

menimbulkan korban jiwa, kerusakan materi, dan gangguan produksi. Pada

tahun 2007 menurut jamsostek tercatat 65.474 kecelakaan yang

mengakibatkan 1.451 orang meninggal, 5.326 orang cacat tetap dan 58.697

orang cedera. Data kecelakaan tersebut mencakup seluruh perusahaan

yang menjadi anggota jamsostek dengan jumlah peserta sekitar 7 juta orang

atau sekitar 10% dari seluruh pekerja di Indonesia. Dengan demikian

angka kecelakaan mencapai 930 kejadian untuk setiap 100.000 pekerja

setiap tahun. Oleh karena itu jumlah kecelakaan keseluruhannya

diperkirakan jauh lebih besar. Bahkan menurut penelitian world

economic forum pada tahun 2006, angka kematian akibat kecelakaan

di Indonesia mencapai 17-18 untuk setiap 100.000 pekerja.

Keselamatan dan kesehatan kerja harus dikelola sebagaimana dengan

aspek lainnya dalam perusahaan seperti operasi, produksi, logistik, sumber

daya manusia, keuangan dan pemasaran. Aspek K3 tidak akan bisa berjalan

seperti apa adanya tanpa adanya intervensi dari manajemen berupa upaya

terencana untuk mengelolanya. Karena itu ahli K3 sejak awal tahun 1980an

berupaya meyakinkan semua pihak khususnya manajemen organisasi

untuk menempatkan aspek K3 setara dengan unsur lain dalam organisasi.

Hal inilah yang mendorong lahirnya berbagai konsep mengenai manajemen

K3. Menurut Kepmenaker 05 tahun 1996, Sistem Manajemen K3

adalah bagian dari sistem secara keseluruhan yang meliputi struktur

organisasi, perencanaan/desain, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur,

proses, dan sumber daya yang dibutuhkan, bagi pengembangan,

penerapan, pencapaian, pengkajian, dan pemeliharaan kebijakan keselamatan

dan kesehatan kerja dalam pengendalian resiko yang berkaitan dengan

kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan

produktif.

Page 3: Makalah k3

3

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka permasalahan

dapat dirumuskan adalah bagaimana penerapan sistem dan mekanisme

pengelolaan keselamatan dan kesehatan kerja pada pelaksanaan proyek

konstruksi.

1.3 Tujuan Penelitian

Dari rumusan permasalahan, maka makalah ini disusun dengan tujuan:

1. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja

baik secara fisik, sosial dan psikologis.

2. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya

selektif mungkin.

3. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.

4. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi

pegawai.

5. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.

6. Agar tehindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan

atau kondisi kerja.

7. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungin dalam bekerja.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dalam makalah ini adalah:

1. Melatif kreatifitas penulis dalam menuangkan gagasan pemikirannya

tentang suatu kajian atau topik dari ilmu-ilmu yang sudah didapat. Secara

tidak langsung penulis juga dilatih untuk menerapkan kemampuan berpikir

secara logis-sistematis tenntang keselamatan dan kesehatan kerja, serta

kemampuan analisis.

2. Makalah ini bukan hanya berguna bagi penulis saja tetapi juga sebagai

bahan refrensi ilmiah dan sumbangan pengetahuan bagi para pembaca

tentang apa yang penulis sumbangkan lewat ide melalui makalah ini.

Page 4: Makalah k3

4

3. Melatih berpikir tertib dan teratur karena menulis ilmiah harus mengikuti

tata cara penulisan yang sudah ditentukan prosedur tertentu, metode dan

teknik, aturan, disajikan teratur, runtun dan tertib.

4. Menumbuhkan etos ilmiah dikalangan mahasiswa sehingga tidak hanya

menjadi konsumen ilmu pengetahuan, tetapi juga mampu menjadi

penghasil (produsen) pemikiran dan karya tulis dalam bidang ilmu

pengetahuan K3 terutama setelah penyelesaian studynya.

Page 5: Makalah k3

5

BAB II

KAJIAN TEORI

1. Modul K3L (Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan) dan Hukum

2. Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Keselamatan dan Kesehatan

Kerja

Disusun Oleh: Sekretaris Direktorat Jenderal Pembinaan Pengawasan

Ketenagakerjaan

3. http://haris08.community.undip.ac.id/2012/06/03/k3-konstruksi-bangunan/

Ditulis Oleh: Abdul Haris

4. http://www.ftsl.itb.ac.id/kk/manajemen_dan_rekayasa_konstruksi/wp-

content/uploads/2007/05/makalah-reini-d-wirahadikusumah.pdf

Ditulis Oleh: Reini D. Wirahadikusumah

Page 6: Makalah k3

6

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam penulisan makalah ini, untuk mendapatkan data dan informasi yang

diperlukan, kami mempergunakan metode studi pustaka. Metode studi pustaka

atau literatur ini dilakukan dengan cara mendapatkan data atau informasi tertulis

yang bersumber dari buku-buku, dan berbagai artikel diinternet yang menurut

kami dapat mendukung penelitian ini.

Page 7: Makalah k3

7

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Pengertian K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)

Dibagi menjadi 2 pengertian, yaitu:

Secara Filosofis

Suatu pemikiran atau upaya untuk menjamin keutuhan dan

kesempurnaan baik jasmani maupun rohani, tenaga kerja pada

khususnya dan masyarakat pada umumnya terhadap hasil karya dan

budayanya menuju masyarakat adl dan makmur.

Secara Keilmuan

Ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah

kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

4.1.1 Tujuan K3

Tujuan dari k3:

o Melindungi kesehatan, keamanan dan keselamatan dari tenaga

kerja.

o Meningkatkan efisiensi kerja.

o Mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

4.1.2 Adanya Ilmu Tentang K3

o Mempelajari tentang k3

o Melaksanakan tentang k3

o Memperoleh hasil yang sempurna dalam mencegah terjadinya

kecelakaan kerja

Page 8: Makalah k3

8

4.1.3 Sasaran K3

o Menjamin keselamatan pekerja

o Menjamin keamanan alat yang digunakan

o Menjamin proses produksi yang aman dan lancer

4.1.4 Norma-Norma yang Harus Dipahami dalam K3

o Aturan yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja

o Diterapkan untuk melindungi tenaga kerja

o Resiko kecelakaan dan penyakit kerja

Tujuan norma-norma : agar terjadi keseimbangan dari pihak

perusahaan dapat menjamin keselamatan pekerja.

Dasar hukum k3 :

UU No.1 tahun 1970

UU No.21 tahun 2003

UU No.13 tahun 2003

Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. PER-5/MEN/1996

4.1.5 Hambatan dari Penerapan K3

a) Hambatan dari sisi pekerja/ masyarakat :

- Tuntutan pekerja masih pada kebutuhan dasar

- Banyak pekerja tidak menuntut jaminan k3 karena SDM yang

masih rendah.

b) Hambatan dari sisi perusahaan:

Perusahaan yang biasanya lebih menekankan biaya produksi atau

operasional dan meningkatkan efisiensi pekerja untuk

menghasilkan keuntungan yang sebesar-besarnya.

Page 9: Makalah k3

9

4.1.6 Jenis-Jenis Bahaya dalam K3

Dibagi menjadi 3, yaitu:

1) Jenis kimia

Terhirupnya atau terjadinya kontak antara manusia dengan bahan

kimia berbahaya.

Contoh: abu sisa pembakaran bahan kimia, uap bahan kimia dan

gas bahan kimia.

2) Jenis fisika

- Suatu temperatur udara yang terlalu panas maupun terlalu

dingin.

- keadaan yang sangat bising.

- keadaan udara yang tidak normal.

Contoh: Kerusakan pendengaran dan Suatu suhu tubuh yang tidak

normal

3) Jenis proyek/ pekerjaan

- Pencahayaan atau penerangan yang kurang.

- Bahaya dari pengangkutan barang.

- Bahaya yang ditimbulkan oleh peralatan.

Contoh:

- Kerusakan penglihatan

- Pemindahan barang yang tidak hati-hat sehingga melukai

pekerja

- Peralatan kurang lengkap dan pengamanan sehngga melukai

pekerja

4.1.7 Istilah-istilah yang Ditemui dalam Dunia Kerja

a. Harzard adalah suatu keadaan yng dapat menimbulkan kecelakaan,

penyakit dan kerusakan yang menghambat kemampuan pekerja.

Page 10: Makalah k3

10

b. Danger/ bahaya adalah tingkat bahaya suatu kondisi yang dapat

mengakibatkan peluang bahaya yang mulai tampak sehingga

mengakibatkan memunculkan suatu tindakan.

c. Risk adalah prediksi tingkat keparahan bila terjadi bahaya dalam

siklus tertentu.

d. Incident adalah memunculnya kejadian yang bahaya yang dapat

mengadakan kontak dengan sumber energi yang melebihi ambang

batas normal.

e. Accident adalah kejadan bahaya yang disertai dengan adanya

korban atau kerugian baik manusia maupun peralatan.

4.2 Proyek Konstruksi

4.2.1 Karakteristik Kegiatan Proyek Konstruksi

o Memiliki masa kerja terbatas

o Melibatkan jumlah tenaga kerja yang besar

o Melibatkan banyak tenaga kerja kasar (labour) yang berpendidikan

relatif rendah

o Memiliki intensitas kerja yang tinggi

o Bersifat multidisiplin dan multi crafts

o Menggunakan peralatan kerja beragam, jenis, teknologi, kapasitas

dan kondisinya

o Memerlukan mobilisasi yang tinggi (peralatan, material dan tenaga

kerja)

Page 11: Makalah k3

11

4.2.2 Klasifikasi Proyek Konstruksi

1. Proyek Konstruksi Bangunan Gedumg (Building Construction)

Proyek konstruksi bangunan gedung mencakup bangunan gedung

perkantoran, sekolah, pertokoan, rumah sakit, rumah tinggal dan

sebagainya. Dari segi biaya dan teknologi terdiri dari yg berskala

rendah, menengah, dan tinggi. Biasanya perencanaan untuk proyek

bangunan lebih lengkap dan detail. Untuk proyek-proyek

pemerintah (di Indonesia) proyek bangunan gedung ini dibawah

pengawasan/pengelolaan DPU sub Dina Cipta Karya.

2. Proyek Bangunan Perumahan (Residential Construction/Real

Estate)

Di sini proyek pembangunan perumahan/pemukiman (Real Estate)

dibedakan dengan proyek bangunan gedung secara rinci yang

didasarkan pada klase pembangunannya serempak dengan

penyerahan prasarana-prasarana penunjangnya, jadi memerlukan

perencanaan infrastruktur dari perumahan tersebut (jaringan

tranfusi, jaringan air, dan fasilitas lainnya). Proyek pembangunan

ini dari rumah yang sangat sederhana sampai rumah mewah, dan

rumah susun. Di Indonesia pengawasan di bawah Sub Dinas Cipta

Karya.

3. Proyek Konstruksi Teknik Sipil/Proyek

Konstruksi rekayasa berat (Heavy Engineering Construction)

umumnya proyek yang masuk jenis ini adalah proyek-proyek yang

bersifat infrastruktur seperti proyek bendungan, proyek jalan raya,

jembatan, terowongan, jalan kereta api, pelabuhan, dan lain-lain.

Jenis proyek ini umumnya berskala besar dan membutuhkan

teknologi tinggi.

Page 12: Makalah k3

12

4. Proyek Konstruksi Industri (Insustrial Construction)

Proyek konstruksi yang termasuk dalam jenis ini biasanya proyek

industri yang membutuhkan spesifikasi dari persyaratan khusus

seperti untuk kilang minyak, industri berat, industri dasar,

pertambangan, nuklir dan sebagainya. Perencanaan dan

pelaksanaannya membutuhkan ketelitian dan keahlian atau

teknologi yang spesifik.

4.2.3 Peraturan tentang K3 Proyek Konstruksi

Pemerintah telah sejak lama mempertimbangkan masalah

perlindungan tenaga kerja, yaitu melalui UU No. 1 Tahun 1970

Tentang Keselamatan Kerja. Sesuai dengan perkembangan jaman,

pada tahun 2003, pemerintah mengeluarkan UU 13/2003 tentang

Ketenagakerjaan. Undang undang ini mencakup berbagai hal dalam

perlindungan pekerja yaitu upah, kesejahteraan, jaminan sosial tenaga

kerja, dan termasuk juga masalah keselamatan dan kesehatan kerja.

Aspek ketenagakerjaan dalam hal K3 pada bidang konstruksi,

diatur melalui Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi

No.PER-01/MEN/1980 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja

pada Konstruksi Bangunan. Peraturan ini mencakup ketentuan-

ketentuan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja secara umum

maupun pada tiap bagian konstruksi bangunan. Peraturan ini lebih

ditujukan untuk konstruksi bangunan, sedangkan untuk jenis

konstruksi lainnya masih banyak aspek yang belum tersentuh. Di

samping itu, besarnya sanksi untuk pelanggaran terhadap peraturan ini

sangat minim yaitu senilai seratus ribu rupiah.

Sebagai tindak lanjut dikeluarkannya Peraturan Menakertrans

tersebut, pemerintah menerbitkan Surat Keputusan Bersama Menteri

Pekerjaan Umum dan Menteri Tenaga Kerja No.Kep.174/MEN/1986-

Page 13: Makalah k3

13

104/KPTS/1986: Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada

Tempat Kegiatan Konstruksi. Pedoman yang selanjutnya disingkat

sebagai ”Pedoman K3 Konstruksi” ini merupakan pedoman yang dapat

dianggap sebagai standar K3 untuk konstruksi di Indonesia. Pedoman

K3 Konstruksi ini cukup komprehensif, namun terkadang sulit

dimengerti karena menggunakan istilah-istilah yang tidak umum

digunakan, serta tidak dilengkapi dengan deskripsi/gambar yang

memadai. Kekurangankekurangan tersebut tentunya sangat

menghambat penerapan pedoman di lapangan, serta dapat

menimbulkan perbedaan pendapat dan perselisihan di antara pihak

pelaksana dan pihak pengawas konstruksi.

Pedoman K3 Konstruksi selama hampir dua puluh tahun masih

menjadi pedoman yang berlaku. Baru pada tahun 2004, Departemen

Permukiman dan Prasarana Wilayah, yang kini dikenal sebagai

Departemen Pekerjaan Umum, mulai memperbarui pedoman ini,

dengan dikeluarkannya KepMen Kimpraswil No. 384/KPTS/M/2004

Tentang Pedoman Teknis Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada

Tempat Kegiatan Konstruksi Bendungan. ”Pedoman Teknis K3

Bendungan” yang baru ini khusus ditujukan untuk proyek konstruksi

bendungan, sedangkan untuk jenis-jenis proyek konstruksi lainnya

seperti jalan, jembatan, dan bagunan gedung, belum dibuat pedoman

yang lebih baru. Namun, apabila dilihat dari cakupan isinya, Pedoman

Teknis K3 untuk bendungan tersebut sebenarnya dapat digunakan pula

untuk jenis-jenis proyek konstruksi lainnya. ”Pedoman Teknis K3

Bendungan” juga mencakup daftar berbagai penyakit akibat kerja yang

harus dilaporkan.

Bila dibandingkan dengan standar K3 untuk jasa konstruksi di

Amerika Serikat misalnya, (OSHA, 29 CFR Part 1926), Occupational

Safety and Health Administration (OSHA), sebuah badan khusus di

bawah Departemen Tenaga Kerja yang mengeluarkan pedoman K3

termasuk untuk bidang konstrusksi, memperbaharui peraturan K3-nya

Page 14: Makalah k3

14

secara berkala (setiap tahun). Peraturan atau pedoman teknis tersebut

juga sangat komprehensif dan mendetail. Hal lain yang dapat dicontoh

adalah penerbitan brosur-brosur penjelasan untuk menjawab secara

spesifik berbagai isu utama yang muncul dalam pelaksanaan pedoman

teknis di lapangan. Pedoman yang dibuat dengan tujuan untuk

tercapainya keselamatan dan kesehatan kerja, bukan hanya sekedar

sebagai aturan, selayaknya secara terus menerus disempurnakan dan

mengakomodasi masukan-masukan dari pengalaman pelaku konstruksi

di lapangan. Dengan demikian, pelaku konstruksi akan secara sadar

mengikuti peraturan untuk tujuan keselamatan dan kesehatan kerjanya

sendiri.

4.2.4 Jenis Bahaya Konstruksi

- Terbentur

Kecelakaan ini terjadi pada saat seseorang yang tidak diduga

ditabrak atau ditampar sesuatu yang bergerak. Contohnya: terkena

pukulan palu, ditabrak kendaraan, benda asing material.

- Membentur

Kecelakaan yang selalu timbul akibat pekerja yang bergerak

terkena atau bersentuhan dengan beberapa objek. Contohnya:

terkena sudut atau bagian yang tajam, menabrak pipa-pipa.

- Terperangkap (caught in, caught on, caught between)

Contoh dari caught in adalah kecelakaan yang akan terjadi bila kaki

pekerja tersangkut diantara papan-papan yang patah di lantai.

Contoh dari caught on adalah kecelakaan yang timbul bila baju dari

pekerja terkena pagar kawat. Sedangkan contoh dari caught

between adalah kecelakaan yang terjadi bila lengan atau kaki dari

pekerja tersangkut bagian mesin yang bergerak.

Page 15: Makalah k3

15

- Jatuh dari ketinggian

Kecelakaan ini banyak terjadi, yaitu jatuh dari tingkat yang lebih

tinggi ke tingkat yang lebih rendah. Contohnya: jatuh dari tangga

atau atap.

- Jatuh dari ketinggian yang sama

Beberapa kecelakaan yang timbul pada tipe ini seringkali berupa

tergelincir, tersandung, jatuh dari lantai yang sama tingkatnya.

- Pekerjaan yang terlalu berat

Kecelakaan ini timbul akibat pekerjaan yang terlalu berat yang

dilakukan pekerja seperti mengangkat, menaikkan, menarik benda

atau material yang dilakukan diluar batas kemampuan.

- Terkena aliran listrik

Luka yang ditimbulkan dari kecelakaan ini terjadi akibat sentuhan

anggota badan dengan alat atau perlengkapan yang mengandung

listrik.

- Terbakar

Kondisi ini terjadi akibat sebuah bagian dari tubuh mengalami

kontak dengan percikan bunga api, atau dengan zat kimia yang

panas.

4.2.5 Sebab Kecelakaan Konstruksi

1. Faktor Manusia

- Sangat dominan dilingkungan konstruksi.

- Pekerja Heterogen, Tingkat skill dan edukasi berbeda.

Page 16: Makalah k3

16

- Pengetahuan tentang keselamatan rendah.

- Perlu penanganan khusus

Pencegahan :

- Pemilihan Tenaga Kerja

- Pelatihan sebelum mulai kerja

- Pembinaan dan pengawasan selama kegiatan berlangsung

2. Faktor Lingkungan

- Gangguan-gangguan dalam bekerja, misalnya suara bising yang

berlebihan dapat mengakibatkan terganggunya konsentrasi

pekerja.

- Debu dan material beracun, mengganggu kesehatan kerja,

sehingga menurunkan efektivitas kerja.

- Cuaca (panas, hujan)

Pencegahan:

- Dianjurkannya menggunakan penutup telinga dan masker pada

pekerja.

3. Faktor Teknis

- Berkaitan dengan kegiatan kerja Proyek seperti penggunaan

peralatan dan alat berat, penggalian, pembangunan,

pengangkutan dan sebagainya.

- Disebabkan kondisi teknis dan metoda kerja yang tidak

memenuhi standar keselamatan (substandards condition).

Page 17: Makalah k3

17

Pencegahan:

- Perencanaan Kerja yang baik

- Pemeliharaan dan perawatan peralatan

- Pengawasan dan pengujian peralatan kerja

- Penggunaan metoda dan teknik konstruksi yang aman

- Penerapan Sistim Manajemen Mutu

4.2.6 Strategi Penerapan K3 di Proyek Konstruksi

1. Kebijakan K3

Merupakan landasan keberhasilan K3 dalam proyek.

Memuat komitment dan dukungan manajemen puncak terhadap

pelaksanaan K3 dalam proyek.

Harus disosialisasikan kepada seluruh pekerja dan digunakan

sebagai landasan kebijakan proyek lainnya.

2. Administratif dan Prosedur

Menetapkan sistim organisasi pengelolaan K3 dalam proyek.

Menetapkan personal dan petugas yang menangani K3 dalam

proyek.

Menetapkan prosedur dan sistim kerja K3 selama proyek

berlangsung termasuk tugas dan wewenang semua unsur terkait

Organisasi dan SDM.

Kontraktor harus memiliki organisasi yang menangani K3 yang

besarnya sesuai dengan kebutuhan dan lingkup kegiatan.

Page 18: Makalah k3

18

Organisasi K3 harus memiliki asses kepada penanggung jawab

projek.

Kontraktor harus memiliki personnel yang cukup yang

bertanggung jawab mengelola kegiatan K3 dalam perusahaan

yang jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan.

Kontraktor harus memiliki personel atau pekerja yang cakap dan

kompeten dalam menangani setiap jenis pekerjaan serta

mengetahui sistim cara kerja aman untuk masing-masing

kegiatan.

Kontraktor harus memiliki kelengkapan dokumen kerja dan

perijinan yang berlaku.

Kontraktor harus memiliki Manual Keselamatan Kerja sebagai

dasar kebijakan K3 dalam perusahaan.

Kontraktor harus memiliki prosedur kerja aman sesuai dengan

jenis pekerjaan dalam kontrak yang akan dikerjakannya.

3. Identifikasi Bahaya

Sebelum memulai suatu pekerjaan,harus dilakukan Identifikasi

Bahaya guna mengetahui potensi bahaya dalam setiap

pekerjaan.

Identifikasi Bahaya dilakukan bersama pengawas pekerjaan dan

Safety Departement.

Identifikasi Bahaya menggunakan teknik yang sudah baku

seperti Check List, What If, Hazops, dan sebagainya.

Semua hasil identifikasi Bahaya harus didokumentasikan

dengan baik dan dijadikan sebagai pedoman dalam melakukan

setiap kegiatan.

Page 19: Makalah k3

19

4. Project Safety Review

Sesuai perkembangan proyek dilakukan kajian K3 yang

mencakup kehandalan K3 dalam rancangan dan pelaksanaan

pembangunannya.

Kajian K3 dilaksanakan untuk meyakinkan bahwa proyek

dibangun dengan sstandar keselamatan yang baik sesuai dengan

persyaratan.

Kontraktor jika diperlukan harus melakukan project safety

review untuk setiap tahapan kegiatan kerja yang dilakukan,

terutama bagi kontraktor EPC (Engineering-Procurement-

Construction).

Project Safety Review bertujuan untuk mengevaluasi potensi

bahaya dalam setiap tahapan project secara sistimatis.

5. Pembinaan dan Pelatihan

Pembinaan dan Pelatihan K3 untuk semua pekerja dari level

terendah sampai level tertinggi.

Dilakukan pada saat proyek dimulai dan dilakukan secara

berkala.

Pokok Pembinaan dan Latihan :

Kebijakan K3 proyek:

- Cara melakukan pekerjaan dengan aman

- Cara penyelamatan dan penanggulangan darurat

6. Safety Committee (Panitia Pembina K3)

Panitia Pembina K3 merupakan salah satu penyangga

keberhasilan K3 dalam perusahaan.

Page 20: Makalah k3

20

Panitia Pembina K3 merupakan saluran untuk membina

keterlibatan dan kepedulian semua unsur terhadap K3

Kontraktor harus membentuk Panitia Pembina K3 atau Komite

K3 (Safety Committee).

Komite K3 beranggotakan wakil dari masing-masing fungsi

yang ada dalam kegiatan kerja.

Komite K3 membahas permasalahan K3 dalam perusahaan serta

memberikan masukan dan pertimbangan kepada manajemen

untuk peningkatan K3 dalam perusahaan.

7. Promosi K3

Selama kegiatan proyek berlangsung diselenggarakan program-

program Promosi K3.

Bertujuan untuk mengingatkan dan meningkatkan awareness

para pekerja proyek.

Kegiatan Promosi berupa poster, spanduk, buletin, lomba K3

dan sebagainya.

Sebanyak mungkin keterlibatan pekerja.

8. Safe Working Practices

Harus disusun pedoman keselamatan untuk setiap pekerjaan

berbahaya dilingkungan proyek misalnya :

- Pekerjaan Pengelasan

- Scaffolding

- Bekerja diketinggian

- Penggunaan Bahan Kimia berbahaya

Page 21: Makalah k3

21

- Bekerja diruangan tertutup

- Bekerja diperalatan mekanis dan sebagainya

9. Sistem Ijin Kerja

Untuk mencegah kecelakaan dari berbagai kegiatan berbahaya,

perlu dikembangkan sistim ijin kerja.

Semua pekerjaan berbahaya hanya boleh dimulai jika telah

memiliki ijin kerja yang dikeluarkan oleh fungsi berwenang

(pengawas proyek atau K3).

Ijin Kerja memuat cara melakukan pekerjaan, safety precaution

dan peralatan keselamatan yang diperlukan.

10. Safety Inspection

Merupakan program penting dalam phase konstruksi untuk

meyakinkan bahwa tidak ada “unsafe act dan unsafe Condition”

dilingkungan proyek.

Inspeksi dilakukan secara berkala.

Dapat dilakukan oleh Petugas K3 atau dibentuk Joint Inspection

semua unsur dan Sub Kontraktor.

11. Equipment Inspection

Semua peralatan (mekanis,power tools,alat berat dsb) harus

diperiksa oleh ahlinya sebelum diijinkan digunakan dalam

proyek.

Semua alat yang telah diperiksa harus diberi sertifikat

penggunaan dilengkapi dengan label khusus.

Pemeriksaan dilakukan secara berkala.

Page 22: Makalah k3

22

12. Keselamatan Kontraktor (Contractor Safety)

Harus disusun pedoman Keselamatan Konstraktor/Sub

Kontraktor.

Sub kontraktor harus memenuhi standar keselamatan yang telah

ditetapkan.

Setiap sub kontraktor harus memiliki petugas K3.

Pekerja Sub kontraktor harus dilatih mengenai K3 secara

berkala.

Contractor Safety:

- Kontraktor merupakan unsur penting dalam perusahaan

sebagai mitra yang membantu kegiatan operasi

perusahaan.

- Kontraktor rawan terhadap kecelakaan dalam

menjalankan kegiatannya.

- Tenaga Kontraktor bersifat sementara.

- Kecelakaan yang menimpa kontraktor tinggi.

- Kelalaian yang dilakukan kontraktor dapat menimbulkan

bahaya bagi operasi perusahaan dan berakibat

kecelakaan perusahaan.

- Kecelakaan yang menimpa kontraktor juga berpengaruh

terhadap kinerja perusahaan.

Perusahaan harus menerapkan Contractor Safety Management

System (CSMS)

CSMS adalah suatu sistem manajemen untuk mengelola

kontraktor yang bekerja di lingkungan perusahaan. CSMS

Page 23: Makalah k3

23

merupakan sistim komprehensif dalam pengelolaan kontraktor

sejak tahap perencanaan sampai pelaksanaan pekerjaan.

Tujuan CSMS:

- Untuk meyakinkan bahwa kontraktor yang bekerja

dilingkungan perusahaan telah memenuhi standar dan

kriteria K3 yang ditetapkan perusahaan.

- Sebagai alat untuk menjaga dan meningkatkan kinerja

Keselamatan di lingkungan kontraktor.

- Untuk mencegah dan menghindarkan kerugian yang timbul

akibat aktivitas kerja kontraktor.

Dasar Penerapan CSMS:

- Undang-undang Keselamatan Kerja No 1 Tahun 1970

Perusahaan bertanggung jawab menjamin keselamatan

setiap orang yang berada ditempat kerjanya (termasuk

kontraktor dan pihak lainnya yang berada di tempat kerja).

- Undang undang Perlindungan Konsumen

Perusahaan wajib melindungi keselamatan konsumen

sebagai akibat kegiatan perusahaan API RP 2221.

13. Keselamatan Transportasi

Kegiatan Proyek melibatkan aktivitas transportasi yang tinggi.

Pembinaan dan Pengawasan transportasi diluar dan didalamn

lokasi Proyek.

Semua kendaraan angkutan Proyek harus memenuhi persyaratan

yang ditetapkan.

Page 24: Makalah k3

24

14. Pengelolaan Lingkungan

Selama proyek berlangsung harus dilakukan pengelolaan

lingkungan dengan baik mengacu dokumen Amdal/UKL dan

UPL.

Selama proyek berlangsung dampak negatif harus ditekan

seminimal mungkin untuk menghindarkan kerusakan terhadap

lingkungan.

15. Pengelolaan Limbah dan B3

Kegiatan proyek menimbulkan limbah dalam jumlah besar,

dalam berbagai bentuk.

Limbah harus dikelola dengan baik sesuai dengan jenisnya.

Limbah harus segera dikeluarkan dari lokasi proyek.

16. Keadaan Darurat

Perlu disusun Prosedur keadaan darurat sesuai dengan kondisi

dan sifat bahaya proyek misalnya bahaya kebakaran,

kecelakaan, peledakan dan sebagainya.

SOP Darurat harus disosialisasikan dan dilatih kepada semua

pekerja.

17. Accident Investigation and Reporting System

Semua kecelakaan dan kejadian selama proyek harus diselidiki

oleh petugas yang terlatih dengan tujuan untuk mencari

penyebab utama agar kejadian serupa tidak terulang kembali.

Semua kecelakaan/kejadian harus dicatat dan dibuat analisa

serta statistik kecelakaan.

Digunakan sebagai bahan dalam rapat komite K3 Proyek.

Page 25: Makalah k3

25

18. Audit K3

Secara berkala dilakukan audit K3 sesuai dengan jangka waktu

proyek.

Audit K3 berfungsi untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan

pelaksanaan K3 dalam proyek sebagai masukan pelaksanaan

proyek berikutnya.

Sebagai masukan dalam memberikan penghargaan K3.

4.3 Jaminan Sosial Tenaga Kerja

Penanganan masalah kecelakaan kerja juga didukung oleh adanya UU

No. 3/1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Berdasarkan UU ini,

jaminan sosial tenaga kerja (jamsostek) adalah perlindungan bagi tenaga kerja

dalam bentuk santunan uang sebagai pengganti sebagian penghasilan yang

hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat dari suatu peristiwa atau

keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil,

bersalin, tua dan meninggal dunia. Jamsostek kemudian diatur lebih lanjut

melalui PP No. 14/1993 mengenai penyelenggaraan jamsostek di Indonesia.

Kemudian, PP ini diperjelas lagi dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI

No. PER-05/MEN/1993, yang menunjuk PT. ASTEK (sekarang menjadi PT.

Jamsostek), sebagai sebuah badan (satu-satunya) penyelenggara jamsostek

secara nasional.

Sebagai penyelenggara asuransi jamsostek, PT. Jamsostek juga

merupakan suatu badan yang mencatat kasus-kasus kecelakaan kerja

termasuk pada proyek-proyek konstruksi melalui pelaporan klaim asusransi

setiap kecelakaan kerja terjadi. Melalui Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.

KEP-196/MEN/1999, berbagai aspek penyelenggaraan program jamsostek

diatur secara khusus untuk para tenaga kerja harian lepas, borongan, dan

perjanjian kerja waktu tertentu, pada sektor jasa konstruksi. Karena pekerja

sektor jasa konstruksi sebagian besar berstatus harian lepas dan borongan,

Page 26: Makalah k3

26

maka KepMen ini sangat membantu nasib mereka. Para pengguna jasa wajib

mengikutsertakan pekerja-pekerja lepas ini dalam dua jenis program

jamsostek yaitu jaminan kecelakaan kerja dan jaminan kematian. Apabila

mereka bekerja lebih dari 3 bulan, pekerja lepas ini berhak untuk ikut serta

dalam dua program tambahan lainnya yaitu program jaminan hari tua dan

jaminan pemeliharaan kesehatan.

Khusus mengenai aspek kesehatan kerja diatur melalui Keppres

No.22/1993. Dalam Keppres ini, terdapat 31 jenis penyakit yang diakui untuk

mungkin timbul karena hubungan kerja. Setiap tenaga kerja yang menderita

salah satu penyakit ini berhak mendapat jaminan kecelakaan kerja baik pada

saat masih dalam hubungan kerja maupun setelah hubungan kerja berakhir

(sampai maksimal 3 tahun). Pada umumnya, penyakit-penyakit tersebut

adalah sebagai akibat terkena bahan kimia yang beracun yang berasal dari

material konstruksi yang apabila terkena dalam waktu yang cukup lama dapat

mengakibatkan penyakit yang serius. Penyakit yang mungkin timbul juga

termasuk kelainan pendengaran akibat kebisingan kegiatan konstruksi, serta

kelainan otot, tulang dan persendian yang sering terjadi pada pekerja

konstruksi yang terlibat dalam proses pengangkutan material berbobot dan

berulang, dan penggunaan peralatan konstruksi yang kurang ergonomis.

Dengan demikian, perlindungan tenaga kerja dalam bentuk jamsostek

secara legal dapat dikatakan memadai. Namun, besarnya pembayaran jaminan

tersebut sering kali tidak memadai. Sebagai contoh, biaya-biaya transportasi

dan perawatan di rumah sakit akibat kecelakaan kerja yang sudah tidak sesuai

lagi dengan tingginya kenaikan harga yang terjadi pada saat ini.

4.4 Alat Pelindung Diri

Perlengkapan wajib yang digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan resiko

kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiridan orang di

sekelilingnya.

Adapun bentuk peralatan dari alat pelindung:

a) Safety helmet

Page 27: Makalah k3

27

Berfungsi sebagai pelindung kepala dari benda-benda yang dapat

melukai kepala.

b) Safety belt

Berfungsi sebagai alat pengaman ketika menggunakan alat trasportasi.

c) Penutup telinga

Berfungsi sebagai penutu telinga ketika bekerja di tempat yang bising.

d) Kaca mata pengamanan

Berfungsi sebagai pengamanan mata ketika bekerja dari percikan.

e) Pelindung wajah

Berfungsi sebagai pelindung wajah ketika bekerja.

f) Masker

Berfungsi sebagai penyaring udara yang dihisap di tempat yang

kualitas udaranya kurang bagus.

g) Safety Shoes

Berfungsi mengurangi dampak dan menghindarkan terlukanya jari-jari

kaki dari hantaman,tusukan atau timpaan benda yang berat dan keras

pada saat terjadi kecelakaan kerja.

Page 28: Makalah k3

28

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data yang dilakukan, maka

dapat ditarik kesimpulan :

1. Masih kurangnya pengetahuan tentang keselamatan dan

kesehatan kerja dari para pekerja mengenai keselamatan dan

kesehatan kerja.

2. Dengan adanya sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

para pekerja dapat sedikit terhindar dari kecelakaan dan penyakit

kerja.

3. Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang ada

dapat dikatakan belum terealisasikan dengan baik.

4. Menghindarkan setiap kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja

dengan melakukan tindakan pencegahan dan perbaikan,

pengawasan dan inspeksi, untuk memenuhi keselamatan dan

kesehatan kerja

5.2 Saran

1. Program K3 harus lebih ditingkatkan lagi supaya para pekerja lebih

merasa aman dan nyaman.

2. Perusahaan harus lebih lagi mensosialisasi- kan program K3 untuk

meningkatkan dukungan pekerja terhadap program K3 yang

nantinya juga meningkatkan komitmen pekerja terhadap perusahaan.

Page 29: Makalah k3

29

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2013. Modul K3L (Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan) dan

Hukum. Balikpapan: Program Studi Teknik Sipil.

Sekretariat Direktorat Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan, 2008.

Himpunan Peraturan Perundang – Undangan Keselamatan dan

Kesehatan Kerja. Jakarta: Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I

http://haris08.community.undip.ac.id/2012/06/03/k3-konstruksi-bangunan/

http://www.ftsl.itb.ac.id/kk/manajemen_dan_rekayasa_konstruksi/wp-

content/uploads/2007/05/makalah-reini-d-wirahadikusumah.pdf

Page 30: Makalah k3

30

LAMPIRAN

1. Alat Pelindung Diri

Gambar 1.1 Safety Helmet Gambar 1.2 Safety Belt

Gambar 1.3 Penutup Telinga

Page 31: Makalah k3

31

Gambar 1.4 Kacamata Pengamanan

Gambar 1.5 Pelindung Wajah Gambar 1.6 Masker

Gambar 1.7 Safety Shoes

Page 32: Makalah k3

32

2. Slogan K3

Gambar 2.1 Slogan K3

Page 33: Makalah k3

33

3. Rambu – Rambu K3

Tabel 1 Makna Rambu

Page 34: Makalah k3

34

Gambar 3 Rambu – Rambu K3