Top Banner
PERKEMBANGAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI DUNIA Melengkapi Tugas Mata Kuliah Keselamatan dan Kesehatan Kerja Dosen Pengampu : Ibu Isyue Sriagustiani. S.Km Disusun oleh : Gina Zaomi Ika Nuraeni Laela Nadzifah Nining Rahayu Nurswastantika Rahwan Nana Setiana Siti Sunari Ucu Purnamasari
31

makalah K3

Jul 03, 2015

Download

Documents

galih_natra
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: makalah K3

PERKEMBANGAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN

KERJA DI DUNIA

Melengkapi Tugas Mata Kuliah Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Dosen Pengampu : Ibu Isyue Sriagustiani. S.Km

Disusun oleh :

Gina Zaomi

Ika Nuraeni

Laela Nadzifah

Nining Rahayu

Nurswastantika

Rahwan Nana Setiana

Siti Sunari

Ucu Purnamasari

Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat STIKES Bina Putera Banjar

Tahun Ajaran 2010-2011

Page 2: makalah K3

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

memberikan nikmat dan karuniaNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah

dengan judul “Perkembangan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Dunia”

tepat pada waktunya.

Kami juga mengucapkan terimakasih kepada orang tua, dosen

pembimbing mata kuliah K3 dan reka-rekan serta semua pihak yang tidak dapat

kami sebutkan satu persatu yang telah membantu baik dari segi materil maupun

moril dalam proses pembuatan makalah ini.

Kami nemnyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh

karena itu kami sangat berharap saran dan kritik yang membangun dari para

pembaca guna mencapai makalah yang lebih baik dimasa yang akan dating.

Akhir kata kami ucapkan terimakasih dan selamat membaca, semoga apa

yang kami sajikan dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang

membacanya.

Salam Penulis

Banjar, 12 Oktober 2010

Page 3: makalah K3

DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………………………………i

Daftar Isi………………………………………………………………ii

Pendahuluan

1. Latar Belakang Masalah

2. Rumusan Masalah

3. Maksud dan Tujuan

Pembahasan

1. Awal Mula Kemunculan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

2. Perkembangan K3 di Beberapa Negara di Dunia

Penutupan

1. Kesimpulan

2. Saran

Daftar Pustaka

Page 4: makalah K3

Pendahuluan

1. Latar Belakang Masalah

Di era globalisasi menuntut pelaksanaan Kesehatan dan

Keselamatan Kerja (K3) di setiap tempat kerja termasuk di 4las a

kesehatan. Untuk itu kita perlu mengembangkan dan meningkatkan K3

disektor kesehatan dalam rangka menekan serendah mungkin risiko

kecelakaan dan penyakit yang timbul akibat hubungan kerja, serta

meningkatkan produktivitas dan efesiensi.

Dalam pelaksanaan pekerjaan sehari-hari karyawan/pekerja di 4las

a kesehatan tidak terkecuali di Rumah Sakit maupun perkantoran, akan

terancam dengan resiko bahaya di tempat kerjanya. Resiko ini bervariasi

mulai dari yang paling ringan sampai yang paling berat tergantung jenis

pekerjaannya.

Dari hasil penelitian di sarana kesehatan Rumah Sakit, sekitar

1.505 tenaga kerja wanita di Rumah Sakit Paris mengalami gangguan 4las

an4uring4l (16%) di mana 47% dari gangguan tersebut berupa nyeri di

daerah tulang punggung dan pinggang. Dan dilaporkan juga pada 5.057

perawat wanita di 18 Rumah Sakit didapatkan 566 perawat wanita adanya

hubungan kausal antara pemajanan gas anestesi dengan gejala

neoropsikologi antara lain berupa mual, kelelahan, kesemutan, keram pada

lengan dan tangan.

Di perkantoran, sebuah studi mengenai bangunan kantor modern di

Singapura dilaporkan bahwa 312 responden ditemukan 33% mengalami

gejala Sick Building Syndrome (SBS). Keluhan mereka umumnya cepat

lelah 45%, hidung mampat 40%, sakit kepala 46%, kulit kemerahan 16%,

tenggorokan kering 43%, iritasi mata 37%, lemah 31%.

Berdasarkan data-data diatas, maka dapat dipastikan bahwa

program keselamatan dan kesehatan kerja wajib dijlankan oleh stiap

Page 5: makalah K3

perusahaan di dunia. Khususnya bagi negara-negara yang angka

kecelakaan kerjanya masih besar.

2. Rumusan Masalah

Dalam makalah ini, kami akan membahas terlebih dahulu

mengenai awal mula munculnya program keselamatan dan kesehatan

kerja. Alasan utama mengapa keselamatan dan kesehatan kerja sangatlah

penting, baik bagi para pegawai maupun bagi perusahaan.

Setelah kami mengupas tuntas tentang awal mula kemunculan

program keselamatan dan kesehatan kerja, selanjutnya kami akan

membahas mengenai perkembangan keselamatan dan kesehatan kerja di

dunia. Dalam bab ini kami akan memaparkan tentang bagaimana dunia

memulai mengembangkan peraturan tentang keselamatan dan kesehatan

kerja. Juga mengenai respon yang diberikan oleh setiap negara mengenai

munculnya program K3 ini. Hingga kepada perkembangan terkini

mengenai keselamatan dan kesehatan kerja di dunia.

Pembahasan selanjutnya yaitu mengenai kendala-kendala dalam

setiap negara ketika akan menerapkan program K3 tersebut, terutama

kendala yang ditemui oleh negara-negara berkembang.

Terakhir kami akan mencoba memberikan kesimpulan serta saran

untuk permasalahan yang dihadapi setiap negara dalam menerapkan

program keselamatan dan kesehatan kerja.

3. Maksud dan Tujuan

Kami menyusun makalah ini untuk melengkapi salah satu tugas

mata kuliah keselamatan dan kesehatan kerja.

Selain itu makalah ini disusun juga bertujuan untuk

menyebarluaskan tentang perkembangan keselamtan dan kesehatan kerja

di dunia, agar setiap orang menjadi lebih sadar bahwa keselamtan dan

kesehatan kerja sangatlah penting.

Page 6: makalah K3

Pembahasan

Awal Mula Kemunculan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Sejarah kemunculan program keselamatan dan kesehatan kerja, pertama

kali yaitu pada tahun 1760 sebelum Masehi. Raja 6las an6u, yang merupakan

pendiri dynasti Babylonia, menyusun kumpulan undang-undang dan peraturan

yang kemudian disebut Kode Hammurabi. Kode ini, telah diterima oleh raja dari

dewa matahari, Shamash yang memberikan prosedur mengenai hak-hak milik,

hak perorangan, dan hutang-piutang. Ini diberikan antara lain untuk mengatur

kerusakan yang disebabkan oleh pengabaian dalam berbagai perdagangan.

Sebagai contoh, ini mengatur mengenai hal berikut :

“Jika seorang pembangun membangun rumah untuk seseorang dan tidak

membangunnya secara tepat, kemudian rumah tersebut runtuh dan menewaskan

pemiliknya, maka pembangun harus dihukum mati.

Jika pembuat kapal membuat perahu untuk seseorang dan tidak membuatnya

dengan kuat, jika selama tahun yang sama perahu tersebut rusak, maka pembuat

kapal harus memperbaikinya dengan biayanya sendiri. Kapal yang telah

diperbaiki tersebut harus diberikan kepada pemiliknya.”

Peraturan-peraturan ini tampaknya mirip dengan building codes dan

OSHA standard mengenai Pekerjaan Galangan Kapal serta persyaratan Worker’s

Compensation.

Selama awal Abad Pertengahan berbagai bahaya diidentifikasi, termasuk

efek-efek paparan 6las an dan mercury, kebakaran dalam ruang terbatas, serta

kebutuhan alat pelindung perorangan. Namun demikian, tidak ada standard atau

persyaratan keselamatan yang terorganisasi dan ditetapkan pada saat itu. Para

pekerja biasanya pengrajin independen atau bagian dari 6las atau pertanian

keluarga bertanggung jawab sendiri untuk keselamatan, kesehatan dan

Page 7: makalah K3

kesejahteraannya.

Pada awal abad 18 dan pada saat terjadinya Revolusi Industri, Beardini

Ramazini menulis “Discourse on Disease of Workers”. Dikenal sebagai bapak

pengobatan pekerja, dia menggambarkan penyebab dari penyakit akibat kerja

yang terjadi pada kimiawan yang bekerja di laboratorium. Namun demikian,

perhatiannya yang besar pada kimiawan, membuatnya percaya harus ada

perlindungan terhadap profesi mereka jika dia menyarankan intervensi

keselamatan. Dia juga menggambarkan rasa sakit yang terjadi di tangan tukang

ketik, yang mengawali pengetahuan kita mengenai cidera yang disebabkan

gerakan berulang. Sebagai tambahan pada kuesioner standard sejarah pasien, dia

juga menanyakan “Apa pekerjaan anda?”.

Pada akhir tahun 1700, 7las a pabrik memperkenalkan pekerja bahaya baru

dan tidak diketahui. Perusahaan tekstil dijalankan dengan mesin pintal, gulungan

kapas dan tumpukan benang, bersama dengan resiko yang berhubungan dengan

mesin, kebisingan dan debu. Manajemen diperhadapkan dengan keuntungan dan

kerugian. Kematian dan cidera diterima sebagai bagian dari bidang 7las an7. Pada

saat itu, mungkin rasa sakit dan kesakitan belum diperhatikan sebagai norma dan

diterima dalam beberapa pekerjaan 7las an7. Kemudian manajemen keselamatan

dan kesehatan, tidak dipertimbangkan atau diperlukan. Karena masih buruh sangat

banyaknya pekerja yang senang dengan hanya memperoleh pekerjaan.

Pada awal tahun 1800, revolusi 7las an7 melanda Amerika Serikat,

menekankan pengeluaran biaya, dan tenaga kerja menjadi makin banyak dengan

buruh imigran dan buruh anak-anak. Undang-undang yang umum pada saat itu

menguntungkan para pengusaha dan manajer, dan nyatanya tidak ada kompensasi

untuk penyakit atau cidera serta tidak ada standard yang disetujui untuk

keselamatan tempat kerja. Namun demikian, ketika cidera semakin meningkat,

usaha pertama terhadap kompensasi dimulai di Massachusetts dengan Employer’s

Liability Law pada tahun 1887. Namun demikian pada banyak kasus, usaha

kompensasi ditolak dengan berbagai 7las an legal jika pengusaha dapat

Page 8: makalah K3

menunjukkan bahwa pekerja lalai atau memberikan kontribusi terhadap penyebab

kecelakaan.

Abad dua puluh merupakan awal perhatian keselamatan kerja pada arena

politik. Pada tahun 1908, Theodore Roosevelt mengatakan : “Jumlah kecelakaan

yang menyebabkan kematian pekerja .... semakin meningkat. Dalam beberapa

tahun ini angka kecelakaan kerja meningkat dengan cepat dan menyebabkan

kematian yang lebih besar daripada perang besar. Ini diikuti dengan penetapan

persyaratan Workers Compensation secara federal serta di seluruh negara bagian.

Pada saat yang sama, standard-standard keselamatan mengenai pelindung mesin

dan perusahaan baja serta rel kereta api memulai apa yang kita kenal sekarang

sebagai program manajemen keselamatan kerja. Kebakaran pabrik Triangle

Shirtwaist yang terkenal pada tahun 1911, yang menyebabkan kematian pekerja

garmen sebanyak 146 orang, membantu untuk menggabungkan usaha-usaha ini.

National Safety Council dibentuk pada saat itu.

Sampai tahun 1931, sebagian besar dari usaha-usaha intervensi

keselamatan dan kesehatan diarahkan langsung untuk meningkatkan kondisi

pabrik. Kemudian H.W. Heinrich menerbitkan buku yang berjudul Industrial

Accident Prevention. Dia mengusulkan konsep bahwa tindakan-tindakan orang

lebih besar menyebabkan kecelakaan daripada kondisi tempat kerja. Dia disebut

sebagai Bapak Safety Modern karena dia yang pertama mengusulkan prinsip-

prinsip keselamatan kerja yang terorganisasi.

Prinsip-prinsip ini revolusioner pada saat itu. Prinsip-prinsip ini mencakup

konsep bahwa kecelakaan disebabkan terutama karena unsafe acts dari pekerja,

dan bahwa unsafe act yang sama mungkin terjadi lebih dari 300 kali. Dia juga

mengusulkan beberapa 8las an mengapa orang-orang bertindak unsafe,

metodologi dasar untuk mencegah kecelakaan, serta mengusulkan bahwa

manajemen bertanggung jawab untuk melakukan pencegahan kecelakaan kerja.

Dalam tahun 1970, Occupational Safety and Health Act (OSHA) yang

bersejarah disahkan dan menjadi undang-undang federal yang efektif pada tahun

1971. Ini diikuti dengan beberapa kejadian, termasuk pembaharuan pada

keselamatan kendaraan dengan buku Ralph Nader yang berjudul Unsafe at Any

Page 9: makalah K3

Speed. Keselamatan dan kesehatan kerja menjadi elemen penting pada sebagian

besar 9las an9 9las an9uring. Standard-standard telah dimulai dan manajemen

telah mengetahui bahwa keuntungan operasi secara langsung terpengaruh ketika

pekerja mengalami lost time karena cidera yang disebabkan kerja.

Beberapa orang akan membantah bahwa OSHA Act mengubah perhatian

manajemen dari pencegahan cidera menjadi mematuhi undang-undang. Namun

demikian dengan maksud baik, regulasi pertama keselamatan kerja diadopsi dari

dokumen-dokumen lain yang ditetapkan oleh standard yang dihasilkan berbagai

organisasi. Dalam banyak kasus, standard-standard tersebut dimaksud untuk

digunakan sebagai panduan. Tanggung jawab penerapan dari panduan

keselamatan kerja diganti dengan perilaku “bagaimana kita sesuai” sampai

beberapa tingkatan. Selain itu, karena undang-undang difokuskan pada kondisi

tempat kerja, mungkin akan menghambat perkembangan perangkat manajemen

keselamatan kerja berdasarkan intervensi perilaku. Pendekatan kondisi tempat

kerja ini bertentangan dengan prinsip yang diusulkan oleh Heinrich yang

mengatakan bahwa sebagian besar kecelakaan disebabkan oleh tindakan manusia.

Pada beberapa kejadian, OSHA bersama dengan partner penelitiannya,

National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) dan komite

penasehatnya National Advisory Committee on Occupational Safety and Health

(NACOSH), menciptakan perhatian baru dan era baru dalam bidang keselamatan

dan kesehatan. Undang-undang yang memberikan sanksi terhadap ketidaksesuaian

dengan persyaratan menyediakan tempat kerja yang bebas dari bahaya yang

diketahui cenderung berorientasi pada spesifikasi dan diberikan secara terperinci

apa yang perlu dilakukan. Banyak kesenangan yang dibuat sehubungan dengan

persyaratan rancangan tempat duduk toilet serta ketinggian letak alat pemadam

kebakaran. Peraturan yang baru telah berubah berdasarkan orientasi kinerja, yang

dapat mendorong pengesahan 9las an dan penerapan tanggung jawab terhadap

persyaratan. Suatu contoh mengenai pendekatan ini ditemukan dalam Standard

Manajemen Keselamatan Proses, yang mempersyaratkan penakaran resiko sekitar

keselamatan pabrik kimia.

Page 10: makalah K3

Hingga saat ini OSHA adalah satu-satunya kiblat perundang-undangan

keselamatan dan kesehatan kerja di seluruh dunia. Dalam perjalanannya OSHA

banyak melakukan perubahan-perubahan kebijakan yang nantinya akan kami

bahas dalam bab selanjutnya.

Perkembangan K3 di Beberapa Negara di Dunia

Walaupun program keselamatan dan kesehatan kerja sangatlah penting,

namun kesadaran perusahaan untuk mematuhi dan memaksimalkan berjalannya

program keselamatan dan kesehatan kerja masih sangatlah minim. Berbagai alas

an selalu dilontarkan oleh pengusaha setiap kali perusahaannya mendapat

pertanyaan mengenai berjalan atau tidaknya program keselamatan dan kesehatan

kerja dalam perusahaannya.

Banyak kasus-kasus kecelakan kerja yang terjadi akibat dari masih

kurangnya perhatian perusahaan terhadap keselamatan dan kesehatan kerja para

karyawannya. Angka resiko kerja juga masih sangat tinggi akibat dari kurangnya

sarana dan prasarana kesehatan yang didapat maupun yang tersedia di perusahaan

bagi setiap karyawannya.

Negara berkembang adalah objek yang paling sering disorot dunia akibat

masih besarnya angka kecelakaan dan resiko kerja. Banyak kasus-kasus luar biasa

yang terjadi dan tercatat dalam sejarah kecelakaan dan resiko kerja dunia. Berikut

ini kami akan menyajikan negara tertinggi angka kematian kerja dan beberapa

negara yang pernah mengalami kecelakaan dan resiko kerja tinggi serta beberapa

negara yang masih harus berjuang untuk meminimalkan jumlah kecelakaan dan

resiko kerja di setiap perusahaan di negaranya.

Page 11: makalah K3

Berikut ini adalah sepuluh negara yang tertinggi dalam angka kematian kerja

menurut data WHO pada tahun 2009 :

Peringkat Negara Angka Kematian

(/1000 orang)

1. Swaziland 30.83

2. Angola 24.08

3. Lesotho 22.20

4. Sierra Leone 21.91

5. Zambia 21.34

6. Liberia 20.73

7. Mozambique 20.07

8. Afghanistan 19.18

9. Djibouti I 19.10

10. Central African Republic 17.84

Dari data diatas kebanyakan penyebab kematian adalah karena kurangnya

perhatian perusahaan terhadap keselamatan dan kesehatan pekerjanya. Banyak

perusahaan yang mengabaikan sarana dan prasarana dalam menunjang kesehatan

para pekerja. Sehingga banyak pekerja yang terkena penyakit akibat dari

pekerjaannya. Seperti penyakit paru-paru ringan bahkan hingga kanker paru-paru,

berkurangnya pendengaran bahkan hingga mengalami ketulian serta ada beberapa

kasus yang mencatat bahwa banyak pekerja yang pada masa tuanya terpaksa

menderita akibat kenker ganas yang ternyata didapatnya selama ia bekerja di

perusahaan tersebut.

Anehnya meskipun banyak kasus yang terungkap, namun masih ada

pengusaha yang enggan untuk memperbaiki system keselamatan dan kesehatan

kerja yang ada di perusahaannya. Alasan yang paling sering dilontarkan adalah

kecelakaan tersebut terjadi bukan karena kesalahan perusahaan namun karena

kelalaian dari pekerja sendiri.

Page 12: makalah K3

Alasan-alasan seperti itulah yang membuat para pekerja menjadi sulit

untuk memperjuangkan hak-haknya dalam keselamatan dan kesehatan kerja.

Terlebih mereka terlalu lemah dan tak berdaya untuk melawan kekuatan

perusahaan yang mana memang mereka menggantungkan kehidupan mereka

disana.

Atas kenyataan dari fakta bahwa masih banyaknya pekerja yang beresiko

tinggi terkena kecelakaan kerja, maka orang-orang yang perduli akan keselamatan

kerja terus berupaya untuk mengurangi angka kecelakaan tersebut. Berikut ini

kami akan membandingkan tentang pengembangan keselamtan dan kesehatan

kerja di negara maju dan negara berkembang.

Salah satu upaya yang dilakukan oleh beberapa negara maju yaitu, seperti

di Amerika Serikat. Negara adikuasa ini pada tahun 1900an tercatat bahwa jumlah

korban dari kecelakaan kerja sangatlah tinggi. Setiap 5 detik seorang pekerja

terluka di Amerika Serikat, setiap 10 detik setipa pekerja mengalami cacat

sementara atau permanen, setiap hari rata-rata 137 orang meninggal akibat

penyakit yang didapat dari pekerjaan,dan 17 orang meninggal setiap harinya

akibat kecelakaan kerja.

Angka-angka tersebut memacu pemerintah Amerika Serikat untuk terus

mengembangkan program keselamatan dan kesehatan kerja di negaranya. Dalam

hal ini Amerika terus mengadakan penelitian tentang hal-hal yang menjadi pemicu

kecelakaan kerja. Seperti bagaimana mengurangi kematian dari kecelakaan kerja

yang di dapat di tempat kerja, mengurangi resiko terkena penyakit akibat dari

pekerjaan hingga mengatasi cedera akibat dari gerakan yang berulang-ulang.

Berbagai penelitian dan upaya dilakukan, dengan cara sosialisasi dengan

para pengusaha, menyebarkan iklan kemsyarakatan bahwa keselamatan dan

kesehatan kerja sangatlah penting, serta memberikan batasan sanksi yang tegas

kepada perusahaan yang melanggar standar program keselamatan dan kesehatan

kerja di prusahaannya dan munculnya organisasi-organisasi yang terus

mendukung dan memantau perkembangan kesehatan kerja di Amerika seprti

“Perkumpulan Orang Sehat 2010”, NIOSH dan organisasi kesehatan kerja

lainnya.

Page 13: makalah K3

Atas semua kerja keras tersebut, alhasil pada tahun 2000-2010 ini tercatat

bahwa angka kematian akibat kecelakaan di tempat kerja telah berkurang. Selain

itu kesadaran mayarakat tentang pentingnya kesehatan kerja juga semakin

meningkat. Perusahaan tak lagi hanya mementingkan keuntungan tanpa

memperdulikan kesehatan para pekerja mereka, dengan sosialisasi dan pertemuan-

pertemuan yang diselenggarakan oleh organisasi kesehatan kerja yang ada telah

membuka pemikiran para pengusaha bahwa dengan sehatnya para pekerja mereka

maka angka produksi dan kualitas produksi mereka akan meningkat. Selain itu

biaya dalam melengkapi sarana dan pra sarana kesehatan di perusahaan jauh lebih

murah jika dibandingkan dengan dana yang harus dikeluarkan perusahaan jika ada

pekerjanya yang cacat atau mati akibat dari pekerjaannya.

Amerika telah berhasil meningkatkan derajat keselamatan dan kesehatan

kerja di negaranya. Memang tidak menjadi suatu acuan yang mutlak, namun

dalam hal ini kami mengkadidat Amerika Serikat sebagai negara perwakilan dari

negara-negara maju di dunia.

Selanjutnya kami akan sedikit membuka tentang perkembangan

keselamtan dan kesehatan kerja di negara berkembang. Indonesia adalah salah

satu negara berkembang di dunia dan memiliki permasalahan keselamatan dan

kesehatan kerja yang sangat rumit.

Tahun 2009 Indonesia menempati urutan 140 dalam daftar nama negara

tertinggi resiko dan kecelakaan kerja di tempat kerja. Bagaimana sebenarnya

perkembangan keselamatan dan kesehatan kerja yang terjadi di negara ini?

Sebelum melangkah lebih jauh, kami terlebih dahulu akan menceritakan

sedikit tentang sejarah K3 di Indonesia. Perkembangan Higene Industri di

Indonesia tidak diketahui secara pasti kapan tepatnya, namun perkembangan

Higene Industri di Indonesia yang sesungguhnya baru dirasakan beberapa tahun

setelah kita merdeka yaitu pada saat munculnya Undang-undang Kerja dan

Undang-undang Kecelakaan. Pokok-pokok tentang Higene Industri dan Kesehatan

Kerja telah dimuat dalam Undang-undang tersebut, meski tidak atau belum

diberlakukan saat itu juga.

Page 14: makalah K3

Selanjutnya oleh Departemen Perburuhan (sekarang Departemen Tenaga

Kerja dan Transmigrasi) pada tahun 1957 didirikan Lembaga Kesehatan Buruh

yang kemudian pada tahun 1965 berubah menjadi Lembaga Keselamatan dan

Kesehatan Buruh. Dan pada tahun 1966 fungsi dan kedudukan Higene Industri

didalam aparatur pemerintahan menjadi lebih jelas lagi yaitu dengan didirikannya

Lembaga Higene Perusahaan (Higene Industri) dan Kesehatan Kerja di

Departemen Tenaga Kerja dan Dinas Higene Perusahaan/Sanitasi Umum serta

Dinas Kesehatan Tenaga Kerja di Departemen Kesehatan. Disamping itu juga

tumbuh organisasi swasta yaitu Yayasan Higene Perusahaan yang berkedudukan

di Surabaya.

Untuk selanjutnya organisasi Hiperkes yang ada dipemerintahan dari tahun

ke tahun selalu mengalami perubahan-perubahan dengan nama-nama sebagai

berikut :

Pada tahun 1969 Lembaga Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja

berubah menjadi Lembaga Nasional Higene Perusahaan dan Kesehatan

Kerja.

Pada tahun 1978 berubah menjadi Pusat Bina Higene Perusahaan,

Kesehatan dan Keselamatan Kerja.

Pada tahun 1983 berubah lagi menjadi Pusat Higene Perusahaan dan

Kesehatan Kerja.

Pada tahun 1988 berubah menjadi Pusat Pelayanan Ergonomi, Higene

Perusahaan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja.

Selanjutnya pada tahun 1993 berubah lagi menjadi Pusat Higene

Perusahaan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja.

Pada tahun 1998 berubah lagi menjadi Pusat Hiperkes dan Keselamatan

Kerja.

Nama tersebut pada tahun 2001 berubah pula menjadi Pusat

Pengembangan Keselamatan Kerja dan Hiperkes.

Dan pada akhir tahun 2005 menjadi Pusat Keselamatan Kerja dan

Hiperkes

Page 15: makalah K3

Jadi jelas bahwa pengembangan Higene Perusahaan (Higene Industri) di

Indonesia berjalan bersama-sama dengan pengembangan Kesehatan Kerja yaitu

selain melalui institusi, juga dilakukan upaya-upaya melalui penerbitan buku-

buku seperti Ilmu Kesehatan Buruh (1965). Ilmu Higene Perusahaan dan

Kesehatan Kerja (1967), Ergonomi dan Produktivitas Kerja. Majalah Triwulan

Higene Perusahaan, Kesehatan dan Keselamatan Keja dan Jaminan Sosial juga

buku-buku Pedoman Hiperkes dan Keselamatan (semacam penuntun Penerapan

Hiperkes dan Keselamatan Kerja di Perusahaan) sertaleaflet tentang panduan kerja

di laboratorium Hiperkes dan lain-lain yang disebar luaskan ke seluruh pelosok

Tanah Air.

Kegiatan lain seperti Seminar, Konvensi, Lokakarya, Bimbingan Terapan

Teknologi Hiperkes dan Keselamatan Kerja diadakan secara terus-menerus.

Dalam pembinaan personil dilaksanakan dengan menyelenggarakan kursus dan

latihan di dalam negeri, disamping pendidikan formal baik yang diselenggarakan

di dalam maupun di luar negeri.

Dari segi Perundang-undangan yang berlaku, yaitu Peraturan Perundangan

yang menyangkut Hiperkes yang terdapat di dalam Undang-Undang, Peraturan

Menteri dan Surat Edaran Menteri telah banyak diterbitkan. Upaya pembinaan

Laboratorium Hiperkes dan Keselamatan Kerja yang dimulai sejak tahun 1973

sampai dengan tahun 1993 telah berdiri 14 laboratorium Balai Hiperkes dan

Keselamatan kerja yang terletak di 14 propinsi.

Tidak hanya berhenti sampai tahun 1993, usaha pengurangan angka

kematian dari kecelakaan kerja terus dilakukan. Tetapi hingga tahun 2000an

Indonesia belum mendapatkan hasil yang maksimal.

Berdasarkan data yang kami peroleh dari Subdirektorat

Pengawasan Norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja,

Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi Depnakertrans,

bahwa dari tahun 2002 hingga 2005 di Indonesia terjadi 78.000

Page 16: makalah K3

kasus kecelakaan kerja, 5.000 orang di antaranya meninggal

dunia. Data yang diumumkan itu tidak terlalu mengejutkan

banyak orang. Karena pada dasarnya menurut hemat penulis

aplikasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K-3) di Indonesia

memang sangat buruk. Di kawasan ASEAN saja, Indonesia masih

kalah dari Vietnam. Mungkin saja angka itu hanya yang tampak

di permukaan atau yang sempat tercatat di Depnakertrans.

Tingkat kecelakaan kerja yang tidak dilaporkan mungkin jauh

lebih banyak. Karena , pengawas keselamatan kerja tidak

mungkin bisa mengawasi semua industri dan bidang pekerjaan

berisiko tinggi di seluruh pelosok tanah air.

Menurut Kepala Subdirektorat Pengawasan Lingkungan

Kerja Indonesia seperti yang dimuat pada Harian Umum Pikiran

Rakyat 21 Maret 2007, halaman 6 Depnakertrans hanya memiliki

1.760 pengawas yang harus memonitor pekerja dan bidang

pekerjaan di 170.000 perusahaan. Jumlah itu sudah termasuk

pengawas yang melaksanakan pekerjaan di kantor atau di

tempat lain yang bukan di lapangan. Tenaga pengawas yang

langsung mengawasi pelaksanaan K-3 di lapangan, hanya 200-

300 orang.

Menurut persepsi kami, lemahnya pengawasan berakibat meningkatnya

kasus kecelakaan kerja. Keamanan, kesehatan, dan kenyamanan kerja di berbagai

bidang pekerjaan di Indonesia menjadi sesuatu yang dianggap mewah. Jaminan

keselamatan dan kesehatan kerja sering terabaikan. Pada dasarnya perkembangan

dan pertumbuhan suatu bangsa, baik sekarang maupun yang akan datang tentunya

tidak bisa lepas dari peranan proses industrialisasi. Maju mundurnya suatu

industri sangat ditunjang oleh peranan tenaga kerja. Dalam membangun tenaga

kerja yang produktif, sehat, dan berkualitas perlu adanya manajemen yang baik,

khususnya yang berkait dengan masalah kesehatan dan keselamatan kerja (K3).

Page 17: makalah K3

K3 yang termasuk dalam suatu wadah higene perusahaan

dan kesehatan kerja (hiperkes) terkadang terlupakan oleh para

pengusaha. Betapa tidak? Sebab, K3 mempunyai tujuan pokok

dalam upaya memajukan dan mengembangkan proses

industrialisasi, terutama dalam mewujudkan kesejahteraan para

buruh. Jika kita coba uraikan tujuan dari manajemen K3, antara

lain; Pertama, sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan

tenaga kerja yang setinggi-tingginya, baik buruh, petani,

nelayan, pegawai negeri, atau pekerja-pekerja bebas. Kedua,

sebagai upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit dan

kecelakaan-kecelakaan akibat kerja, pemeliharaan, dan

peningkatan kesehatan, dan gizi tenaga kerja, perawatan dan

mempertinggi efisiensi dan daya produktivitas tenaga manusia,

pemberantasan kelelahan kerja dan penglipat ganda kegairahan

serta kenikmatan kerja. Lebih jauh sistem ini dapat memberikan

perlindungan bagi masyarakat sekitar suatu perusahaan agar

terhindar dari bahaya pengotoran oleh bahan-bahan dari proses

industrialisasi yang bersangkutan, dan perlindungan masyarakat

luas dari bahaya-bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh produk-

produk industri.

Dalam konteks ini, kiranya tidak berlebihan jika K3

dikatakan merupakan modal utama kesejahteraan para

buruh/tenaga kerja secara keseluruhan. Selain itu, dengan

penerapan K3 yang baik dan terarah dalam suatu wadah industri

tentunya akan memberikan dampak lain, salah satunya tentu

sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Di era pasar

bebas tentu daya saing dari suatu pro-ses industrialisasi semakin

ketat dan sangat menentukan maju tidaknya pembangunan

suatu bangsa.

Page 18: makalah K3

Dalam pasar bebas tingkat ASEAN saja, yang dikenal

dengan istilah AFTA (ASEAN Free Trade Area) sangat

membutuhkan peningkatan produktivitas kerja untuk dapat

bersaing dan mampu menghasilkan barang dan jasa yang

bermutu tinggi. Untuk itu, penerapan peraturan perundang-

undangan dan pengawasan serta perlindungan para buruh/

karyawan sangat memerlukan sistem manajemen industri yang

baik dengan me-nerapkan K3 secara optimal. Sebab, faktor

kesehatan dan keselamatan kerja sangat mempe-ngaruhi

terbentuknya SDM yang terampil, profesional, dan berkualitas

dari tenaga kerja itu sendiri.

Hingga kini masih banyak kasus kecelakaan kerja yang

terjadi di Indonesia. Itu bisa menjadi modal utama dalam upaya

menjadikan sistem ini sebagai langkah awal. Dalam kaitan ini

peranan pemerintah dan beberapa instansi terkait diharapkan

bisa menekan tingkat kecelakaan dan memberikan perlindungan

maksimal terhadap tenaga kerja, dalam hal ini buruh. Sebab,

proses industrialisasi merupakan salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi kemajuan di sektor ekonomi. Inilah sebenarnya

yang perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah dan para

pengusaha di Indonesia.

Masih banyak kasus-kasus serta data-data yang dapat

menguatkan bahwa dari awal kemunculan K3 hingga sekarang

Indonesia masih tertatih untuk menekan angka kecelakaan kerja.

Selain resiko kecelakaan kerja yang masih tinggi, kenyamanan

pekerja dalam bekerja juga masih sangat tidak di perhatikan.

Hingga tahun 2009 kemarin tercatat Kecelakaan kerja di

Indonesia masih tinggi kalau dibandingkan dengan negara-negara lain. Menurut

Page 19: makalah K3

data Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Depnakertrans), sepanjang

tahun 2009 telah terjadi sebanyak 54.398 kasus kecelakaan kerja di Indonesia.

Angka tersebut memang mengalami tren menurun sejak 2007 yang sempat

mencapai 83.714 kasus dan pada 2008 sebanyak 58.600 kasus. Tinggi angka

kecelakaan kerja ini karena kurangnya pengawasan dan pembinaan dalam bekerja.

Dari perbandingan diatas dapat kami ambil kesimpulan bahwa negara

berkembang masih harus bersusah payah dalam meningkatkan derajat kesehatan

kerjanya. Selain karena pengawasan yang kurang akibat dari minimnya SDM dan

fasilitas, juga karena masih kurangnya kesadaran masyarakat dan perusahaan

mengenai pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja.

Akan tetapi meskipun masih banyak pekerjaan rumah yang harus dibenahi

dalam peningkatan kesehatan kerja, baik di negara maju maupun berkembang kita

dapat sama-sama melihat bahwa terjadi peningkatan setiap tahunnya dalam

mengurangi angka kecelakaan pekerja.

Semoga dengan semakin berkembangnya zaman dan semakin majunya

pemikiran manusia, program keselamtan dan kesehatan kerja dapat terus

berkembang dan diterapkan disetiap negara. Baik negara maju maupun negara

berkembang. Karena jika para pekerja mereka sehat, maka produktifitas pekerja

juga akan meningkat dan itu akan menjadi modal utama dalam mengembangkan

dan memajukan setiap negara.

Terlepas dari upaya pemerintah, penekanan angka kecelakaan kerja juga

sangat dipengruhi oleh peran aktif pengusaha dan manyarakat (pekerja). Mereka

harus sadar bahwa bekerja bukan hanya untuk menghasilkan materi semata, tetapi

lebih dari itu. Bahwa bekerja berarti memperjuangkan kesejahteraan bagi diri

mereka, keluarga, lingkungan bahkan negara.

Jika setiap individu dapat memahami hal tersebut maka bukanlah hal yang

sulit untuk mencapai derajat keselamtan dan kesehatan kerja yang seharusnya dan

Page 20: makalah K3

tidak mungkin pula bila nantinya negara-negara berkembang akan mengalami

kemajuan yang pesat sehingga dapat dengan mudah menyusul kesejahteraan dari

negara-negara maju di dunia.

Penutupan

Setelah semua pembahasan diatas, kami mengambil kesimpulan bahwa :

1. Angka resiko kecelakaan kerja di setiap negara masih cukup tinggi

terutama di negara-negara berkembang.

2. Tingginya angka resiko kecelakaan kerja terjadi akibat dari kurangnya

pengetahuan perusahaan dan masyarakat mengenai pentingnya

keselamatan dan kesehatan kerja.

Page 21: makalah K3

3. Pemerintah di negara berkembang masih kurang tegas dalam menetapkan

sanksi kepada perusahaan yang melanggar serta kurangnya pengawasan

terhadap perusahaan.

Dari semua kesimpulan permasalahan di atas, maka dapat kami sarankan :

1. Pemikiran masyarakat dan perusahaan tentang bekerja harus diganti.

Bahwa bekerja bukanlah hanya menghasilkan materi tetapi lebih kepada

meningkatkan kesejahteraan dirinya, keluarga, lingkungan dan negara.

2. Pemerintah perlu meningkatkan lagi eksistensinya dalam usaha

peningkatan derajat keselamatan dan kesehatan pekerja dengan menambah

SDM dalam pengawasannya serta memberikan batas ssnksi yang tegas

kepada perusahaan yang melanggar.

3. Pemerintah, perusahaan dan masyarakat mau bekerja sama dan berperan

aktif dalam meningkatkan derajat keselamtan dan kesehatan kerja.

Daftar Pustaka

http///[email protected]