PERKEMBANGAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI DUNIA Melengkapi Tugas Mata Kuliah Keselamatan dan Kesehatan Kerja Dosen Pengampu : Ibu Isyue Sriagustiani. S.Km Disusun oleh : Gina Zaomi Ika Nuraeni Laela Nadzifah Nining Rahayu Nurswastantika Rahwan Nana Setiana Siti Sunari Ucu Purnamasari
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PERKEMBANGAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN
KERJA DI DUNIA
Melengkapi Tugas Mata Kuliah Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Dosen Pengampu : Ibu Isyue Sriagustiani. S.Km
Disusun oleh :
Gina Zaomi
Ika Nuraeni
Laela Nadzifah
Nining Rahayu
Nurswastantika
Rahwan Nana Setiana
Siti Sunari
Ucu Purnamasari
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat STIKES Bina Putera Banjar
Tahun Ajaran 2010-2011
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan nikmat dan karuniaNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
dengan judul “Perkembangan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Dunia”
tepat pada waktunya.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada orang tua, dosen
pembimbing mata kuliah K3 dan reka-rekan serta semua pihak yang tidak dapat
kami sebutkan satu persatu yang telah membantu baik dari segi materil maupun
moril dalam proses pembuatan makalah ini.
Kami nemnyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu kami sangat berharap saran dan kritik yang membangun dari para
pembaca guna mencapai makalah yang lebih baik dimasa yang akan dating.
Akhir kata kami ucapkan terimakasih dan selamat membaca, semoga apa
yang kami sajikan dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang
membacanya.
Salam Penulis
Banjar, 12 Oktober 2010
DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………………………………i
Daftar Isi………………………………………………………………ii
Pendahuluan
1. Latar Belakang Masalah
2. Rumusan Masalah
3. Maksud dan Tujuan
Pembahasan
1. Awal Mula Kemunculan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
2. Perkembangan K3 di Beberapa Negara di Dunia
Penutupan
1. Kesimpulan
2. Saran
Daftar Pustaka
Pendahuluan
1. Latar Belakang Masalah
Di era globalisasi menuntut pelaksanaan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) di setiap tempat kerja termasuk di 4las a
kesehatan. Untuk itu kita perlu mengembangkan dan meningkatkan K3
disektor kesehatan dalam rangka menekan serendah mungkin risiko
kecelakaan dan penyakit yang timbul akibat hubungan kerja, serta
meningkatkan produktivitas dan efesiensi.
Dalam pelaksanaan pekerjaan sehari-hari karyawan/pekerja di 4las
a kesehatan tidak terkecuali di Rumah Sakit maupun perkantoran, akan
terancam dengan resiko bahaya di tempat kerjanya. Resiko ini bervariasi
mulai dari yang paling ringan sampai yang paling berat tergantung jenis
pekerjaannya.
Dari hasil penelitian di sarana kesehatan Rumah Sakit, sekitar
1.505 tenaga kerja wanita di Rumah Sakit Paris mengalami gangguan 4las
an4uring4l (16%) di mana 47% dari gangguan tersebut berupa nyeri di
daerah tulang punggung dan pinggang. Dan dilaporkan juga pada 5.057
perawat wanita di 18 Rumah Sakit didapatkan 566 perawat wanita adanya
hubungan kausal antara pemajanan gas anestesi dengan gejala
neoropsikologi antara lain berupa mual, kelelahan, kesemutan, keram pada
lengan dan tangan.
Di perkantoran, sebuah studi mengenai bangunan kantor modern di
Singapura dilaporkan bahwa 312 responden ditemukan 33% mengalami
gejala Sick Building Syndrome (SBS). Keluhan mereka umumnya cepat
lelah 45%, hidung mampat 40%, sakit kepala 46%, kulit kemerahan 16%,
tenggorokan kering 43%, iritasi mata 37%, lemah 31%.
Berdasarkan data-data diatas, maka dapat dipastikan bahwa
program keselamatan dan kesehatan kerja wajib dijlankan oleh stiap
perusahaan di dunia. Khususnya bagi negara-negara yang angka
kecelakaan kerjanya masih besar.
2. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini, kami akan membahas terlebih dahulu
mengenai awal mula munculnya program keselamatan dan kesehatan
kerja. Alasan utama mengapa keselamatan dan kesehatan kerja sangatlah
penting, baik bagi para pegawai maupun bagi perusahaan.
Setelah kami mengupas tuntas tentang awal mula kemunculan
program keselamatan dan kesehatan kerja, selanjutnya kami akan
membahas mengenai perkembangan keselamatan dan kesehatan kerja di
dunia. Dalam bab ini kami akan memaparkan tentang bagaimana dunia
memulai mengembangkan peraturan tentang keselamatan dan kesehatan
kerja. Juga mengenai respon yang diberikan oleh setiap negara mengenai
munculnya program K3 ini. Hingga kepada perkembangan terkini
mengenai keselamatan dan kesehatan kerja di dunia.
Pembahasan selanjutnya yaitu mengenai kendala-kendala dalam
setiap negara ketika akan menerapkan program K3 tersebut, terutama
kendala yang ditemui oleh negara-negara berkembang.
Terakhir kami akan mencoba memberikan kesimpulan serta saran
untuk permasalahan yang dihadapi setiap negara dalam menerapkan
program keselamatan dan kesehatan kerja.
3. Maksud dan Tujuan
Kami menyusun makalah ini untuk melengkapi salah satu tugas
mata kuliah keselamatan dan kesehatan kerja.
Selain itu makalah ini disusun juga bertujuan untuk
menyebarluaskan tentang perkembangan keselamtan dan kesehatan kerja
di dunia, agar setiap orang menjadi lebih sadar bahwa keselamtan dan
kesehatan kerja sangatlah penting.
Pembahasan
Awal Mula Kemunculan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Sejarah kemunculan program keselamatan dan kesehatan kerja, pertama
kali yaitu pada tahun 1760 sebelum Masehi. Raja 6las an6u, yang merupakan
pendiri dynasti Babylonia, menyusun kumpulan undang-undang dan peraturan
yang kemudian disebut Kode Hammurabi. Kode ini, telah diterima oleh raja dari
dewa matahari, Shamash yang memberikan prosedur mengenai hak-hak milik,
hak perorangan, dan hutang-piutang. Ini diberikan antara lain untuk mengatur
kerusakan yang disebabkan oleh pengabaian dalam berbagai perdagangan.
Sebagai contoh, ini mengatur mengenai hal berikut :
“Jika seorang pembangun membangun rumah untuk seseorang dan tidak
membangunnya secara tepat, kemudian rumah tersebut runtuh dan menewaskan
pemiliknya, maka pembangun harus dihukum mati.
Jika pembuat kapal membuat perahu untuk seseorang dan tidak membuatnya
dengan kuat, jika selama tahun yang sama perahu tersebut rusak, maka pembuat
kapal harus memperbaikinya dengan biayanya sendiri. Kapal yang telah
diperbaiki tersebut harus diberikan kepada pemiliknya.”
Peraturan-peraturan ini tampaknya mirip dengan building codes dan
OSHA standard mengenai Pekerjaan Galangan Kapal serta persyaratan Worker’s
Compensation.
Selama awal Abad Pertengahan berbagai bahaya diidentifikasi, termasuk
efek-efek paparan 6las an dan mercury, kebakaran dalam ruang terbatas, serta
kebutuhan alat pelindung perorangan. Namun demikian, tidak ada standard atau
persyaratan keselamatan yang terorganisasi dan ditetapkan pada saat itu. Para
pekerja biasanya pengrajin independen atau bagian dari 6las atau pertanian
keluarga bertanggung jawab sendiri untuk keselamatan, kesehatan dan
kesejahteraannya.
Pada awal abad 18 dan pada saat terjadinya Revolusi Industri, Beardini
Ramazini menulis “Discourse on Disease of Workers”. Dikenal sebagai bapak
pengobatan pekerja, dia menggambarkan penyebab dari penyakit akibat kerja
yang terjadi pada kimiawan yang bekerja di laboratorium. Namun demikian,
perhatiannya yang besar pada kimiawan, membuatnya percaya harus ada
perlindungan terhadap profesi mereka jika dia menyarankan intervensi
keselamatan. Dia juga menggambarkan rasa sakit yang terjadi di tangan tukang
ketik, yang mengawali pengetahuan kita mengenai cidera yang disebabkan
gerakan berulang. Sebagai tambahan pada kuesioner standard sejarah pasien, dia
juga menanyakan “Apa pekerjaan anda?”.
Pada akhir tahun 1700, 7las a pabrik memperkenalkan pekerja bahaya baru
dan tidak diketahui. Perusahaan tekstil dijalankan dengan mesin pintal, gulungan
kapas dan tumpukan benang, bersama dengan resiko yang berhubungan dengan
mesin, kebisingan dan debu. Manajemen diperhadapkan dengan keuntungan dan
kerugian. Kematian dan cidera diterima sebagai bagian dari bidang 7las an7. Pada
saat itu, mungkin rasa sakit dan kesakitan belum diperhatikan sebagai norma dan
diterima dalam beberapa pekerjaan 7las an7. Kemudian manajemen keselamatan
dan kesehatan, tidak dipertimbangkan atau diperlukan. Karena masih buruh sangat
banyaknya pekerja yang senang dengan hanya memperoleh pekerjaan.
Pada awal tahun 1800, revolusi 7las an7 melanda Amerika Serikat,
menekankan pengeluaran biaya, dan tenaga kerja menjadi makin banyak dengan
buruh imigran dan buruh anak-anak. Undang-undang yang umum pada saat itu
menguntungkan para pengusaha dan manajer, dan nyatanya tidak ada kompensasi
untuk penyakit atau cidera serta tidak ada standard yang disetujui untuk
keselamatan tempat kerja. Namun demikian, ketika cidera semakin meningkat,
usaha pertama terhadap kompensasi dimulai di Massachusetts dengan Employer’s
Liability Law pada tahun 1887. Namun demikian pada banyak kasus, usaha
kompensasi ditolak dengan berbagai 7las an legal jika pengusaha dapat
menunjukkan bahwa pekerja lalai atau memberikan kontribusi terhadap penyebab
kecelakaan.
Abad dua puluh merupakan awal perhatian keselamatan kerja pada arena
politik. Pada tahun 1908, Theodore Roosevelt mengatakan : “Jumlah kecelakaan
yang menyebabkan kematian pekerja .... semakin meningkat. Dalam beberapa
tahun ini angka kecelakaan kerja meningkat dengan cepat dan menyebabkan
kematian yang lebih besar daripada perang besar. Ini diikuti dengan penetapan
persyaratan Workers Compensation secara federal serta di seluruh negara bagian.
Pada saat yang sama, standard-standard keselamatan mengenai pelindung mesin
dan perusahaan baja serta rel kereta api memulai apa yang kita kenal sekarang
sebagai program manajemen keselamatan kerja. Kebakaran pabrik Triangle
Shirtwaist yang terkenal pada tahun 1911, yang menyebabkan kematian pekerja
garmen sebanyak 146 orang, membantu untuk menggabungkan usaha-usaha ini.
National Safety Council dibentuk pada saat itu.
Sampai tahun 1931, sebagian besar dari usaha-usaha intervensi
keselamatan dan kesehatan diarahkan langsung untuk meningkatkan kondisi
pabrik. Kemudian H.W. Heinrich menerbitkan buku yang berjudul Industrial
Accident Prevention. Dia mengusulkan konsep bahwa tindakan-tindakan orang
lebih besar menyebabkan kecelakaan daripada kondisi tempat kerja. Dia disebut
sebagai Bapak Safety Modern karena dia yang pertama mengusulkan prinsip-
prinsip keselamatan kerja yang terorganisasi.
Prinsip-prinsip ini revolusioner pada saat itu. Prinsip-prinsip ini mencakup
konsep bahwa kecelakaan disebabkan terutama karena unsafe acts dari pekerja,
dan bahwa unsafe act yang sama mungkin terjadi lebih dari 300 kali. Dia juga
mengusulkan beberapa 8las an mengapa orang-orang bertindak unsafe,
metodologi dasar untuk mencegah kecelakaan, serta mengusulkan bahwa
manajemen bertanggung jawab untuk melakukan pencegahan kecelakaan kerja.
Dalam tahun 1970, Occupational Safety and Health Act (OSHA) yang
bersejarah disahkan dan menjadi undang-undang federal yang efektif pada tahun
1971. Ini diikuti dengan beberapa kejadian, termasuk pembaharuan pada
keselamatan kendaraan dengan buku Ralph Nader yang berjudul Unsafe at Any
Speed. Keselamatan dan kesehatan kerja menjadi elemen penting pada sebagian
besar 9las an9 9las an9uring. Standard-standard telah dimulai dan manajemen
telah mengetahui bahwa keuntungan operasi secara langsung terpengaruh ketika
pekerja mengalami lost time karena cidera yang disebabkan kerja.
Beberapa orang akan membantah bahwa OSHA Act mengubah perhatian
manajemen dari pencegahan cidera menjadi mematuhi undang-undang. Namun
demikian dengan maksud baik, regulasi pertama keselamatan kerja diadopsi dari
dokumen-dokumen lain yang ditetapkan oleh standard yang dihasilkan berbagai
organisasi. Dalam banyak kasus, standard-standard tersebut dimaksud untuk
digunakan sebagai panduan. Tanggung jawab penerapan dari panduan
keselamatan kerja diganti dengan perilaku “bagaimana kita sesuai” sampai
beberapa tingkatan. Selain itu, karena undang-undang difokuskan pada kondisi
tempat kerja, mungkin akan menghambat perkembangan perangkat manajemen
keselamatan kerja berdasarkan intervensi perilaku. Pendekatan kondisi tempat
kerja ini bertentangan dengan prinsip yang diusulkan oleh Heinrich yang
mengatakan bahwa sebagian besar kecelakaan disebabkan oleh tindakan manusia.
Pada beberapa kejadian, OSHA bersama dengan partner penelitiannya,
National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) dan komite
penasehatnya National Advisory Committee on Occupational Safety and Health
(NACOSH), menciptakan perhatian baru dan era baru dalam bidang keselamatan
dan kesehatan. Undang-undang yang memberikan sanksi terhadap ketidaksesuaian
dengan persyaratan menyediakan tempat kerja yang bebas dari bahaya yang
diketahui cenderung berorientasi pada spesifikasi dan diberikan secara terperinci
apa yang perlu dilakukan. Banyak kesenangan yang dibuat sehubungan dengan
persyaratan rancangan tempat duduk toilet serta ketinggian letak alat pemadam
kebakaran. Peraturan yang baru telah berubah berdasarkan orientasi kinerja, yang
dapat mendorong pengesahan 9las an dan penerapan tanggung jawab terhadap
persyaratan. Suatu contoh mengenai pendekatan ini ditemukan dalam Standard
Manajemen Keselamatan Proses, yang mempersyaratkan penakaran resiko sekitar
keselamatan pabrik kimia.
Hingga saat ini OSHA adalah satu-satunya kiblat perundang-undangan
keselamatan dan kesehatan kerja di seluruh dunia. Dalam perjalanannya OSHA
banyak melakukan perubahan-perubahan kebijakan yang nantinya akan kami
bahas dalam bab selanjutnya.
Perkembangan K3 di Beberapa Negara di Dunia
Walaupun program keselamatan dan kesehatan kerja sangatlah penting,
namun kesadaran perusahaan untuk mematuhi dan memaksimalkan berjalannya
program keselamatan dan kesehatan kerja masih sangatlah minim. Berbagai alas
an selalu dilontarkan oleh pengusaha setiap kali perusahaannya mendapat
pertanyaan mengenai berjalan atau tidaknya program keselamatan dan kesehatan
kerja dalam perusahaannya.
Banyak kasus-kasus kecelakan kerja yang terjadi akibat dari masih
kurangnya perhatian perusahaan terhadap keselamatan dan kesehatan kerja para
karyawannya. Angka resiko kerja juga masih sangat tinggi akibat dari kurangnya
sarana dan prasarana kesehatan yang didapat maupun yang tersedia di perusahaan
bagi setiap karyawannya.
Negara berkembang adalah objek yang paling sering disorot dunia akibat
masih besarnya angka kecelakaan dan resiko kerja. Banyak kasus-kasus luar biasa
yang terjadi dan tercatat dalam sejarah kecelakaan dan resiko kerja dunia. Berikut
ini kami akan menyajikan negara tertinggi angka kematian kerja dan beberapa
negara yang pernah mengalami kecelakaan dan resiko kerja tinggi serta beberapa
negara yang masih harus berjuang untuk meminimalkan jumlah kecelakaan dan
resiko kerja di setiap perusahaan di negaranya.
Berikut ini adalah sepuluh negara yang tertinggi dalam angka kematian kerja
menurut data WHO pada tahun 2009 :
Peringkat Negara Angka Kematian
(/1000 orang)
1. Swaziland 30.83
2. Angola 24.08
3. Lesotho 22.20
4. Sierra Leone 21.91
5. Zambia 21.34
6. Liberia 20.73
7. Mozambique 20.07
8. Afghanistan 19.18
9. Djibouti I 19.10
10. Central African Republic 17.84
Dari data diatas kebanyakan penyebab kematian adalah karena kurangnya
perhatian perusahaan terhadap keselamatan dan kesehatan pekerjanya. Banyak
perusahaan yang mengabaikan sarana dan prasarana dalam menunjang kesehatan
para pekerja. Sehingga banyak pekerja yang terkena penyakit akibat dari
pekerjaannya. Seperti penyakit paru-paru ringan bahkan hingga kanker paru-paru,
berkurangnya pendengaran bahkan hingga mengalami ketulian serta ada beberapa
kasus yang mencatat bahwa banyak pekerja yang pada masa tuanya terpaksa
menderita akibat kenker ganas yang ternyata didapatnya selama ia bekerja di
perusahaan tersebut.
Anehnya meskipun banyak kasus yang terungkap, namun masih ada
pengusaha yang enggan untuk memperbaiki system keselamatan dan kesehatan
kerja yang ada di perusahaannya. Alasan yang paling sering dilontarkan adalah
kecelakaan tersebut terjadi bukan karena kesalahan perusahaan namun karena