Top Banner
REFRESHING Infeksi Saluran Kemih Pada Anak Oleh: Firman Kurniawan A 0810710046 Zaki Yamani 0810713043 Noor Aqilah bt Mohd Tamyes 0810714026 Pembimbing: DR.dr. Krisni Subandyah, SpA (K)
27

Makalah Isk

Dec 30, 2014

Download

Documents

Zaki Yamani
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Makalah Isk

REFRESHING

Infeksi Saluran Kemih Pada Anak

Oleh:

Firman Kurniawan A 0810710046Zaki Yamani 0810713043Noor Aqilah bt Mohd Tamyes 0810714026

Pembimbing:

DR.dr. Krisni Subandyah, SpA (K)

LABORATORIUM / SMF ILMU KESEHATAN ANAKFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA RUMAH SAKIT UMUM DR. SAIFUL ANWAR MALANG

2013

Page 2: Makalah Isk

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

ISK adalah adanya bakteri pada urin yang disertai dengan gejala infeksi.

Ada pula yang mendefinisikan ISK sebagai gejala infeksi yang disertai

adanya mikroorganisme patogenik (patogenik : yang menyebabkan penyakit)

pada urine, uretra (uretra : saluran yang menghubungkan kandung kemih

dengan dunia luar), kandung kemih, atau ginjal.

ISK sering terjadi pada bayi dan anak-anak kecil dan merupakan suatu

keadaan yang perlu dicermati karena 5% dari penderitanya hanya

menunjukkan gejala yang amat samar dengan risiko kerusakan ginjal yang

lebih besar dibandingkan anak-anak yang sudah lebih besar. Pengenalan

awal, pengobatan yang tepat dan mengetahui faktor dasar yang

mempermudah infeksi lebih jauh penting untuk mencegah perjalanan

penyakit untuk menjadi pyelonefritis atau urosepsis dan menghindari sekuele

akhir seperti jaringan parut pada ginjal dan gagal ginjal.(Stanley Hellerstein,

MD. 2006)

Sekitar 2.6% sampai 3.4% anak-anak di amerika terkena ISK.ISK dapat

terjadi pada 5% anak perempuan dan 1-2% anak laki-laki. Kejadian ISK pada

bayi baru lahir dengan berat lahir rendah mencapai 10-100 kali lebih besar

dibanding bayi dengan berat lahir normal (0,1-1%). Sebelum usia 1 tahun,

ISK lebih banyak terjadi pada anak laki-laki. Sedangkan setelahnya,

sebagian besar ISK terjadi pada anak perempuan. Rasio ini terus meningkat

sehingga di usia sekolah, kejadian ISK pada anak perempuan 30 kali lebih

besar dibanding pada anak laki-laki. Dan pada anak laki-laki yang disunat,

risiko ISK menurun hingga menjadi 1/5-1/20 dari anak laki-laki yang tidak

disunat (Andrew,2009) .

Karena tingginya angka kejadian ISK pada anak-anak dengan gejala

klinis yang tak terlalu jelas serta tingginya resiko komplikasi yang lebih berat,

maka dalam refreshing kali ini penulis akan membahas tentang ISK.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana pendekatan diagnosa ISK yang tepat pada anak?

Bagaimana penatalaksanaan dan terapi ISK yang tepat pada anak?

Page 3: Makalah Isk

1.3 Tujuan Penulisan

Mengetahui pendekatan diagnosa ISK yang tepat pada anak.

Mengetahui penatalaksanaan ISK yang tepat pada anak.

Page 4: Makalah Isk

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

ISK adalah adanya bakteri pada urin yang disertai dengan gejala infeksi. Ada

pula yang mendefinisikan ISK sebagai gejala infeksi yang disertai adanya

mikroorganisme patogenik (patogenik : yang menyebabkan penyakit) pada urine,

uretra (uretra : saluran yang menghubungkan kandung kemih dengan dunia luar),

kandung kemih, atau ginjal.

ISK adalah infeksi pada saluran kemih. Saluran kemih merupakan bagian

dari tubuh yang berguna untuk memproduksi dan membuang urin, yaitu ginjal

untuk menghasikan urin, ureter yang menyalurkan urine dari ginjal ke buli, buli

sebagai penyimpanan urin dan uretra sebagai saluran urin dari buli keluar tubuh

(Cambrige University Hospial, 2010).

Merupakan batasan infeksi saluran kemih adalah infeksi yang terjadi pada

saluran kemih, mulai dari uretra, buli-buli, ureter, pielum ginjal sampai jaringan

ginjal. Infeksi ini dapat berupa pielonefritis akut/kronis, infeksi saluran air kemih

berulang, bakteriuria bermakna dan bakteriuria asimtomatis (Sjaifullah, 2008).

2.2 Epidemiologi dan Insidensi

Sekitar 2.6% sampai 3.4% anak-anak di amerika terkena ISK.ISK dapat

terjadi pada 5% anak perempuan dan 1-2% anak laki-laki.2 Kejadian ISK pada

bayi baru lahir dengan berat lahir rendah mencapai 10-100 kali lebih besar

dibanding bayi dengan berat lahir normal (0,1-1%). Sebelum usia 1 tahun, ISK

lebih banyak terjadi pada anak laki-laki. Sedangkan setelahnya, sebagian besar

ISK terjadi pada anak perempuan. Rasio ini terus meningkat sehingga di usia

sekolah, kejadian ISK pada anak perempuan 30 kali lebih besar dibanding pada

anak laki-laki. Dan pada anak laki-laki yang disunat, risiko ISK menurun hingga

menjadi 1/5-1/20 dari anak laki-laki yang tidak disunat (Andrew,2009)

Infeksi saluran kemih pada anak dipengaruhi oleh umur dan jenis kelamin.

Angka rasio kejadian infeksi saluran kemih pada anak dilaporkan untuk rasio bayi

laki – laki dan perempuan pada awal kehidupan bayi adalah antara 3 : 1 dan 5 :

1. setelah masa bayi, anak perempuan lebih sering mengalami infeksi saluran

kemih dibandingkan laki – laki yaitu dengan rasio L/P 1 : 4 untuk infeksi yang

simtomatis dan 1 : 25 untuk infeksi yang asimtomatis pada anak usia sekolah,

Page 5: Makalah Isk

diduga faktor uretra yang lebih pendek pada perempuan yang berperan dalam

hal ini (Alatas Husein,2002).

Data prevalensi rumah sakit RSCM Jakarta dalam periode 3 tahun (1993-

1995) didapatkan 212 kasus ISK, dengan rata-rata 70 kasus baru per tahun. Data

studi kolaboratif pada 7 rumah sakit pusat pendidikan dokter di Indonesia dalam

kurun 5 tahun (1984-1989) dilaporkan angka kejadian kasus baru ISK pada anak

berkisar antara 0,1- 1,9% dari seluruh kasus pediatric yang dirawat . Jumlah ISK

kompleks di Jakarta lebih sedikit dari ISK simpleks yaitu 22,2% dari 42 kasus

ISK. Meskipun lebih sedikit perlu mendapat perhatian khusus karena dapat

bersifat progresif (Alatas Husein,2002).

Angka kekambuhan cukup tinggi yaitu pada anak perempuan 30% pada

tahun pertama dan 50% dalam 5 tahun kedepan. Sedangkan pada anak laki-laki

angka kekambuhan sekitar 15-20% pada tahun pertama dan setelah umur 1

tahun jarang ditemukan kekambuhan. ISK yang terjadi nosokomial di rumah sakit

pernah dilaporkan sebanyak 14,2% per 1000 penderita anak, hal ini terjadi

biasanya karena pemakaian kateter urin jangka panjang (Alatas Husein,2002).

2.3 Etiologi

Kuman penyebab infeksi saluran kemih yang tersering adalah E. Coli yaitu

sekitar 80% – 90% kasus kasus ISK dan kuman patogen lainnya meliputi

Klebsiella-Enterobacter spp., Proteus spp., Enterococcus faecalis, dan

stafilokokus koagulase-negatif. Pada infeksi saluran kemih kronis sering kali

berkaitan dengan Pseudomonas spp., Proteus spp., enterokokus atau Candida

spp (Sjaifullah, 2008).

2.4. Klasifikasi

ISK pada anak dibedakan berdasarkan gejala klinis, lokasi, infeksi, dan kelainan

saluran kemih.

Berdasarkan gejala, ISK dibedakan menjadi ISK asimptomatik dan

simptomatik.

Berdasarkan lokasi infeksi, ISK dibedakan menjadi ISK atas dan ISK

bawah

Berdasarkan kelainan saluran kemih, ISK dibedakan menjadi ISK

simpleks dan ISK kompleks.

Untuk kepentingan klinis dan tata laksana, ISK dapat dibagi menjadi ISK

simpleks dan ISK kompleks.

Page 6: Makalah Isk

National Institute for Health and Clinical Excellence (NICE) membedakan

ISK menjadi ISK atipikal dan ISK berulang.

2.5 Patogenesis

Patogenesis ISK sangat kompleks karena menyangkut interaksi dari

berbagai faktor, baik dari pihak penjamu ( host ) dan dari faktor virulensi kuman.

Pada bayi, terutama neonatus biasanya bersifat hematogen sebagai akibat

terjadinya sepsis. Sedangkan pada anak-anak infeksi biasanya  berasal dari

daerah perineum yang kemudian menjalar secara ascendens sampai ke kandung

kemih, ureter atau ke parenkim ginjal (Latief, 1985).

Bukti terjadinya ISK dengan jalur asendens adalah ditemukannya strain

bakteri yang sama didaerah perineum penderita ISK, yang tidak ditemukan pada

anak normal. Pada anak laki-laki yang tidak disirkumsisi, bakteri patogen berasal

dari flora di bawah preputium dan frekuensi terjadinya ISK juga lebih besar

(Alatas Husein, 2002).

2.5.1 Kolonisasi Periuretra

Setelah lahir, area periuretra, termasuk uretra bagian distal, menjadi

tempat kolonisasi mikroorganisme aerob dan anaerob yang berfungsi

sebagai barier pertahanan terhadap kolonisasi kuman patogen saluran

kemih. Pada anak yang lebih kecil, enterobacteria dan enterococcus

merupakan flora normal di saluran kemih. Eschericia coli merupakan bakteri

gram negatif yang dominan pada anak perempuan, sedangkan E coli dan

Proteus sp pada anak laki-laki. Anak balita sering terkena ISK karena

kolonisasi periuretra oleh E coli, enterococci, dan Proteus sp. Pada

umumnya kuman patogen ini ditemukan pada tahun pertama kehidupan dan

jarang didapatkan setelah >5 tahun.

2.5.2 Faktor Penjamu (Host)

Tiap individu memiliki kerentanan yang berbeda – beda terhadap ISK.

Hal ini dapat diterangkan oleh adanya faktor-faktor hospes, seperti produksi

antibodi uretra dan servikal (IgA), dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi

perlekatan bakteri pada epitel introitus dan uretra.Tomm- Horsfall

glikoprotein dan IgA sekretori mencegah perlekatan bakteri pada uroepitel.

Pada anak dengan ISK berulang kadar IgA sekretori lebih sedikit

dibandingkan dengan anak normal. Hal ini menunjukkan adanya defek

respon imun terhadap infeksi (Alatas Husein, 2002).

Page 7: Makalah Isk

Imunosupresi, diabetes, obstruksi saluran kemih, dan penyakit

granulomatosa kronis adalah faktor lain yang dapat meningkatkan

kerentanan terhadap infeksi. Bila organisme dapat masuk ke dalam kandung

kemih, beratnya infeksi dapat menggambarkan virulensi bakteri (Nelson,

1996).

Refluks vesiko ureter (RVU) merupakan factor penjamu utama untuk

terjadinya pielonefritis pada anak. RVU ditemukan pada 25-50% ( rata-r

ata) penderita ISK. Pada pasien dengan ISK yang disertai RVU,80%

menunjukkan gambaran parut ginjal pielonefritik. Obstruksi dan beberapa

kelainan uronefrotapi congenital juga merupakan faktor predisposisi

terjadinya ISK. Obstruksi paling sering terjadi pada hubungan pelvio ureter,

vesiko ureter dan uretra posterior. Demikian pula kelainan fungsional saluran

kemih seperti buli-buli neurogenik dan non neurogenerik dapat menimbulkan

retensio urin atau inkontinesia yang dapat menimbulkan ISK (Alatas Husein,

2002).

2.5.3 Faktor Virulensi Bakteri

Bakteri virulen berarti mempunyai kemampuan untuk menimbulkan

infeksi. Bakteri uropatogen adalah strain bakteri yang mempunyai faktor

virulensi spesifik untuk meninbulkan kolonisasi pada uroepitel. Tahap awal

timbulnya infeksi adalah terjadi perlekatan bakteri pada sel epitel. Tahap

berikutnya baru terjadfi penetrasi bakteri ke jaringan, proses inflamasi dan

kerusakan sel. E.Coli mempunyai daya melekat pada uroepitel karena

adanya zat adhesion di membrane luar bakteri,pada rambut-rambut (pili)

spesifik yang disebut fimbrie. E. Coli pieloenefritogenik mempunyai fimbrie

yang dapat mengaglutinasi eritrosit golongan darah P1, oleh kerena ISK

disebut P-fimbrie.

Ada 2 tipe fimbrie yaitu tipe I dan II. I ditemukan pada hampir semua

E.Coli. karena perlekatan tipe I pada sel dapat dihambat oleh D – Mannosa,

disebut “mannose sensitif”. Perlekatan tipe II tidak dapat dihambat oleh D –

Mannosa karena ISK disebut Mannosa resisten’. P- fimbrie termasuk tipe II

dan hanya ditemukan pada strain E.Coli tertentu. Reseptor untuk P-fimbrie

adalah suatu glikosfingolipid yang terdapat pada membrane sel uroepitel,

Page 8: Makalah Isk

yaitu galaktosa a 1–4-galaktosa a (gal-gal pili). E.Coli dengan P-fimbrie inilah

yang dapat menyebabkan pielonefritis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

E. Coli pielonefritogenik 76-94% mengandung P-fimbrie, sedangkan pada

yang menyebabkan sistitis hanya ditemukan pada 19-23%.

Faktor virulensi lain yang ditemukan pada E.Coli adalah:

1. Antigen K : suatu polisakarida pada kapsul yang dapat melindungi bakteri

terhadap lisis oleh komplemen dan fagositis. Juga lebih banyak ditemukan

pada anak dengan pielonefritis daripada sistisis.

2. Antigen O : bersifat toksik dan menyebabkan terjadinya dema, dan

inflamasi.

3. Hemolisin : protein sitotoksik yang pada percobaan invitro dapat merusak

sel epitel (tubulus)

4. Colisin (Colisin-V) : jenis protein yang dapat membunuh bakteri lain.

5. Aerobaktin : protein yang dapat mengikat dan menumpuk zat besi yang

berguna untuk pertimbunan kuman.

2.5.4 Faktor Predisposisi

- Anak perempuan

- Anak laki-laki tidak disirkumsisi

- Disfungsi miksi

- Obstipasi kronik

- Instrumentasi uretra

- Pemasangan kateter (buli-buli)jangka panjang

- Infestasi cacing kremi

- Buli-buli neurogenik dan non neurogenik

- Membersihkan feses dari bawah keatas

- Mandi busa

Page 9: Makalah Isk

- Kelainan anatomi saluran kemih

- Uropati Obstruktif

- Adhesi labia

- Refluks vesiko ureter

- Batu saluran kemih

2.6 Manifestasi klinis

Infeksi saluran kemih dapat simtomatik maupun asimtomatik. Pada bayi

baru lahir gejala dapat berupa demam, malas minum, ikterus, hambatan

pertumbuhan, atau tanda-tanda sepsis. Pada masa bayi gejala sering

berupa panas yang tidak diketahu penyebabnya, nafsu makan berkurang,

gangguan pertumbuhan berkurang, kadang – kadang diare atau kencing

sangat berbau. Pada usia prasekolah berupa sakit perut, muntah, demam,

sering kencing, dan mengompol. Pada usia sekolah gejala spesifik makin

nyata berupa mengompol, sering kencing sakit waktu kencing, atau sakit

pinggang (Nelson, 1996).

Demam dan sakit pinggang merupakan gejala ISK bagian atas (ureter,

pielum, dan ginjal) sedangkan gejala ISK bagian bawah ( kandung kemih

dan uretra) biasanya lebih ringan, umumnya berupa disuria, polakisuria,

atau kencing mengedan, tanpa demam.

Pada infeksi kronis atau berulang dapat terjadi tanda – tanda gagal ginjal

menahun atau hipertensi serta ganguan pertumbuhan.

Secara umum gejala klinis dari infeksi saluran kemih berbeda – beda

yaitu tergantung dari umurnya, berikut uraiannya :

- Umur 0 – 1 bulan  :       Gangguan pertumbuhan, anoreksia,

muntah dan diare, kejang, koma, panas / hipotermia tanpa

diketahui sebabnya

- Umur 1 – 24 bulan:       Panas / hipotermia tanpa diketahui

sebabnya, gangguan pertumbuhan, anoreksia, muntah, diare,

Page 10: Makalah Isk

kejang, koma, kolik (anak menjerit keras), air kemih berbau /

berubah warna, kadang – kadang disertai nyeri perut /pinggang.

- Umur 2 – 6 tahun  :       Panas / hipotermia tanpa diketahui

sebabnya, tidak dapat menahan kencing, polakisuria, disuria,

enuresis, air kemih berbau dan berubah warna, diare, muntah,

gangguan pertumbuhan serta anoreksia.

- Umur 6 – 18 tahun :      Nyeri perut / pinggang, panas tanpa

diketahui sebabnya, tidak dapat menahan kencing, polikisuria,

disuria, enuresis, air kemih berbau dan berubah warna.

2.7 Diagnosis

Pada kasus ISK yang simptomatis, diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan

anamnesis dan pemeriksaan fisis yang ditemukan serta dengan adanya jumlah

bakteri yang bermakna dalam urin yang seharusnya steril dengan atau tanpa

disertai piuria. Bila ditemukan silinder lekosit, maka kemungkinan pielonefritis

perlu dipikirkan.

2.7.1 Anamnesa

Pada kasus simptomatis, terutama pada bayi yang baru lahir, akan

didapatkan keluhan dari orangtua yaitu bayi sering demam, muntah, mencret,

tidak mau minum, perut kembung, tampak kuning, dan air kemih berwarna

kemerahan.

Manakala pada anak usia prasekolah dan sekolah, dari anamnesis bisa

didapatkan keluhan demam dengan atau tanpa menggigil, sakit di daerah

pinggang, sakit waktu berkemih, buang air kemih sedikit-sedikit tetapi sering, air

kemih kerung atau berwarna kemerahan.

ISK serangan pertama umumnya menunjukkan gejala klinik yang lebih jelas

dibandingkan dengan infeksi berikutnya. Gangguan kemampuan mengontrol

kandung kemih, pola berkemih dan aliran urin dapat sebagai petunjuk untuk

menentukan diagnosis. Demam merupakan gejala dan tanda klinis yang sering

dan kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala ISK pada anak.

2.7.2 Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan tanda vital termasuk tekanan darah, pengukuran

antropometrik, pemeriksaan massa dalam abdomen, kandung kemih, muara

uretra, pemeriksaan neurologic ekstrimitas bawah, tulang belakang untuk melihat

Page 11: Makalah Isk

ada tidaknya spina bifida, perlu dilakukan pada pasien ISK. Genitalia eksterna

diperiksa untuk melihat kelainan fimosis, hipospadia, epispadia pada laki-laki atau

sinekia vagina pada perempuan.

2.7.3 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium yang terpenting untuk menegakkan diagnosis ISK

ialah biakan urin dan pemeriksaan urin lengkap.

1. Biakan Urin

Penampungan urin untuk biakan dapat dilakukan dengan 3 cara:

i. Urin pancaran tengah (midstream urine)

ii. Kateterisasi kandung kemih

iii. Pungsi kandung kemih

Hal-hal yang perlu diperhatikan ialah waktu antara pengiriman bahan dan

penanaman dalam media biakan. Bila urin dibiarkan dalam suhu kamar selama ½

jam atau lebih maka kuman akan cepat membiak sehingga akan memberikan

hasil yang positif palsu. Bila urin tidak segera dikirim ke laboratorium, maka harus

disimpan pada suhu 4˚C. Dengan cara ini urin dapat disimpan selama 24-48 jam

tanpa merubah jumlah kuman.

Interpretasi biakan urin

Umumnya urin dibiakkan dalam media agar darah dan media McConkey.

Interpretasi hasil biakan urin bergantung pada teknik pengambilan sampel urin,

waktu dan keadaan klinik.

Untuk teknik pengambilan sampel urin dengan cara aspirasi supra pubik,

semua literature sepakat bahwa bakteriuria bermakna jika ditemukan

kuman dengan jumlah berapa pun.

Untuk teknik pengambilan sampel dengan kateter urin dan urin pancar

tengah

o Berdasarkan criteria Kass, dipakai jumlah kuman ≥105 cfu/mL urin

sebagai bakteriuria bermakna.

o Garin dkk., menggunakan jumlah >105cfu/mL sebagai criteria

bermakna,

o Paschke dkk. (2010) menggunakan batasan ISK dengna jumlah

kuman > 50x103cfu/mL untuk teknik pengambilam urin dengan

midstream/clean catch,

o Pada neonates, Lin dkk. Menggunakan jumlah >105cfu/mL,

Page 12: Makalah Isk

Baerton dkk., menggunakan batasan kuman > 104cfu/mL jika sample urin

diambil dari urin bag.

2. Pemeriksaan Urin Lengkap

Pemerkiksaan urinalisis meliputi lekosituria, nitrit, leukosit esterase, protein,

dan darah. Leukosituria merupakan penunjuk kemungkinan adanya bakteriuria,

tetapi tidak dipakai sebagai patokan ada tidaknya ISK. Leukosituria biasanya

ditemukan pada anak dengan ISK (80-90%) pada setiap episode ISK

simptomatik, tetapi tidak adanya leukosituria tidak menyingkirkan ISK. Bakteriuria

dapat juga terjadi tanpa leukosituria. Leukosituria dengan biakan urin steril perlu

ditimbangkan pada infeksi oleh kuman Proteus sp., Klamidia sp., dan

Ureaplasma urealitikum.

Pemeriksaan dengan stik urin dapat mendeteksi adanya leukosit esterase,

enzim yang terdapat di dalam lekosit neutrofil, yang menggambarkan banyaknya

leukosit dalam urin.

Uji nitrit merupakan pemeriksaan tidak langsung terhadap bakteri dalam urin.

Dalam keadaan normal, nitrit tidak terdapat dalam urin, tetapi dapat ditemukan

jika nitrat diubah menjadi nitrit oleh bakteri. Sebahagian besar kuman Gram

negative dan beberapa kuman Gram positif dapat mengubah nitrat menjadi nitrit,

sehingga jika uji nitrit positif berarti terdapat kuman dalam urin. Urin dengan berat

jenis yang tinggi menurunkan sensitivitas uji nitrit.

Hematuria kadang-kadang dapat menyertai infeksi saluran kemih, tetapi tidak

dipakai sebagai indicator diagnostik. Protein dan darah mempunyai sensitivitas

dan spesifisitas yang rendah dalam diagnosis ISK. Peningkatan Neutrophil

gelatinase associated lipocalin urin (uNGAL) dan rasio uNGAL dengan creatinine

urin (uNGAL/Cr) > 30 ng/mg merupakan tanda ISK.

Bakteri sulit dilihat dengan mikroskop cahaya, tetapi dapat dilihat dengan fase

kontras. Pada urin segar tanpa dipusing (uncetrifuged urine), terdapatnya kuman

pada setiap LPB pemeriksaan mikroskopis menandakan jumlah kuman lebih dari

107cfu/mL urin, sedangkan pada urin yang dipusing, terdapatnya kuman pada

setiap LPB pemeriksaan mikroskopis menandakan jumlah kuman lebih dari

105cfu/mL urin. Jika pada mikroskope fase kontras tidak terlihat kuman,

umumnya urin steril.

2.8 Diagnosis Banding

- Pada anak-anak yang telah mendapatkan vaksin terhadap H.influenzae dan S.

pneumonia :

Page 13: Makalah Isk

Kemungkinan terjadinya ISK sebesar 7%

- Gejala-gejala traktus urinarius dan bakteriuria dapat terjadi pada:

Vulvovaginitis non-spesifik

Nefrolitiasis

STD (Chlamydia)

Vaginal foreign body

- Gejala trias demam, nyeri abdomen, dan pyuria dapat terjadi pada:

Apendisitis

Kawasaki disease

2.9 Tatalaksana

Tatalaksana ISK didasarkan pada beberapa faktor seperti umur pasien,

lokasi infeksi, gejala klinis, dan ada tidaknya kelainan yang menyertai ISK. Sistitis

dan pielonefritis memerlukan pengobatan yang berbeda. Keterlambatan

pemberian antibiotik merupakan faktor risiko penting terhadap terjadinya jaringan

parut pada pielonefritis. Sebelum pemberian antibiotik, terlebih dahulu diambil

sampel urin untuk pemeriksaan biakan urin dan resistensi antimikroba.

Penanganan ISK pada anak yang dilakukan lebih awal dan tepat dapat

mencegah terjadinya kerusakan ginjal lebih lanjut.

Sampai saat ini masih belum ada keseragaman dalam penangan ISK pada

anak, dan masih terdapat beberapa hal yang masih kontroversi. Beberapa

protokol penanganan ISK telah dibuat berdasarkan hasil penelitian multisenter.

Secara garis besar, tatalaksana ISK terdiri atas : 1. Eradikasi infeksi akut, 2.

Deteksi dan tatalaksanan kelainan anatomi dan fungsional pada ginjal dan

saluran kemih dan 3. Deteksi dan mencegah infeksi berulang.

Eradikasi Infeksi akut

Tujuan eradikasi infeksi akut adalah mengatasi keadaan akut, mencegah

terjadinya urosepsis dan kerusakan parenkim ginjal. Jika seseorang anak

dicurigai ISK, berikan antibiotik dengan kemungkinan yang paling sesuai sambil

menunggu hasil biakan urin, dan terapi selanjutnya disesuaikan dengan hasil

biakan urin. Pemilihan antibiotik harus didasarkan pada pila resistensi kuman

setempat atau lokal, dan bila tidak ada, dapat digunakan profil kepekatan kuman

yang terdapat dalam literatur. Umumnya hasil pengobatan sudah tampak dalam

48-72 jam pengobatan. Bila dalam waktu tersebut respon klinis belum terlihat,

mungkin antibiotik yang diberikan tidak sesuai atau mungkin yang dihadapi

Page 14: Makalah Isk

adalah ISK komplek, sehingga antibiotik dapat digantikan. Selain pemberian

antibiotik, dianjurkan untuk meningkatkan asupan cairan.

NICE merekomendasikan penanganan ISK fase akut, sebagai berikut.

1. Bayi < 3 bulan dengan kemungkinan ISK harus segera dirujuk ke dokter

spesialis anak, pengobatan harus dengna antibiotik parenteral

2. Bayi > 3 bulan dengan pielonefritis akut / ISK atas :

- Pertimbangan untuk dirujuk ke spesialis anak

- Terapi dengan antibiotik oral 7-10 hari, dengan antibiotik yang

resistensinya masih rendah berdasarkan pola resistensi kuman,

seperti sefalosporin atau ko-amoksikalv

- Jika antibiotik per oral tidak dapat digunakan, terapi dengan

antibiotik parenteral, seperti sefotaksim atau seftriakson selama 2-

4 hari dilanjutkan dengan antibiotik per oral hingga total lama

pemberian 10 hari

3. Bayi > 3 bulan dengan sistitis / ISK bawah :

- Berikan antibiotik oral selama 3 hari berdasarkan pola resistensi

kuman setempat. Bila tidak ada hasil pola resistensi kuman, dapat

diberikan trimetropim, sefalosporin atau amoksisilin

- Bula dalam 24-48 jam belum ada perbaikan klinis harus dinilai

kembali dilakukan pemeriksaan kultur urin untuk melihat

pertumbuhan bakteri dan kepekaan terhadap obat

Berbagai antibiotik digunakan untuk pengobatan pada Isk, baik antibiotik yang

diberikan secara oral maupun parenteral

Tabel 1. Pilihan antibiotik oral pada infeksi saluran kemih

Jenis antibiotik Dosis per hari

Amoksilin

Sulfonamid

- Trimetroprim (TMP)-

sulfametotakson

- Sulfisosazol

Sefalosporin

- Sefiksim

- Sefpodiksim

- Sefprozil

- Sefaleksin

20-40 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis

6-12 mg TMP dan 30-60 mg SMX mg/kgBB/hari

dibagi dalam 2 dosis

120-150 mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis

8 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis

10 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis

30 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis

50-100 mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis

Page 15: Makalah Isk

- Lorakarbef 15-30 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis

Jenis Amtibiotik Dosis Per hari

Seftriakson

Sefotaksim

Seftazidim

Sefazolin

Gentamisin

Amikasin

Tobramisin

Tikarsilin

Ampisilin

75 mg/kgBB/hari

150 mg/kgBB/hari dibagi dalam 6 jam

150 mg/kgBB/hari dibagi dalam 6 jam

50 mg/kgBB/hari dibagi dalam 8 jam

7.5 mg/kgBB/hari dibagi dalam 6 jam

15 mg/kgBB/hari dibagi dalam 12 jam

5 mg/kgBB/hari dibagi dalam 8 jam

300 mg/kgBB/hari dibagi dalam 6 jam

100 mg/kgBB/hari dibagi dalam 6 jam

Pengobatan ISK pada neonatus

Pada masa neonatus, gejala klinik ISK tidak spesifik, dapat berupa apati,

anoreksia, iktersus, gagal tumbuh, muntah, diare, demam, hipotermia, tidak mau

minum, oliguria, iritabel, atau distensi abdomen. Kemampuan neonatus

mengatasi infeksi infeksi yang belum berkembang menyebabkan mudah terjadi

sepsisa atau meningitis, terutama pada neonatus dengan kelainan saluran

kemih.

Pengobatan terutama ditujukan untuk mengatasi infeksi bakteri Gram negatif.

Antibiotik harus segera diberikan secara intravena. Kombinasi aminoglikosida

dan ampisilin pada umumnya cukup memadai. Lama pemberian antibiotik pada

neonatus dengan ISK adalah 10-14 hari. Pemberian profilaksis antibiotik segera

diberikan setelah pengobatan fase akut

Bakterutia asimtomatik

Pada beberapa kasus ditemukan pertumbuhan kuman >105 cfu/mL

dalam urin tanpa gejala klinik ISK bawah (disuria, urgensi dan frekuensi) ataupun

gejala klinik ISK atas seperti demam, menggigil, nyeri sekitar ginjal.

Secara umum disepakati bahwa bakteriuria asimtomatik tidak memerlukan

terapi antibiotik, malah pemberianan antibiotik dapat menambah risiko komplikasi

antara lain meningkatkan rekurensi pada 80 % kasus.

Pengobatan dan pencegahan infeksi berulang

Dalam pengamatan selanjutnya 30-50% penderita akan mengalami infeksi

berulang dan sekitar 50% diantaranya tanpa gejala. Oleh karena itu perlu

Page 16: Makalah Isk

dilakukan biakan ulang pada minggu pertama sesudah selesai pengobatan fase

akut, kemudian 1 bulan, 3 bulan dan seterusnya setiap 3 bulan selama 2 tahun.

Setiap infeksi berulang harus diobati seperti pengobatan pada fase akut. Bila

relaps atau reinfeksi terjadi lebih ari 2 kali, maka pengobatan dilanjutkan dengan

pengobatan profilaksis, dengan obat-obat anti septis urin, yaitu nitrofurantion,

kontrimoksazol, sefaleksin atau metenamin mandelat. Pada umumnya diberikan

seperempat dosis normal, satu kali sehari pada malam hari slama 3 bulan. Bila

infeksi traktus urinarus disertai dengan kelainan anatomis (disebut ISK kompleks

atau complicated urinary infection), maka hasil pengobatan biasanya kurang

memuaskan. Pemberian obat disesuaikan dengan hasil uji resistensi dan

dilakukan dengan terapi profilaksis selama 6 bulan dan bila perlu sampai 2 tahun.

Koreksi pembedahan

Bila pada pemeriksaan radioogis ditemukan obtruksi, maka  perlu dilakukan

koreksi bedah. Penanganan terhadap refluks tergantung dari derajat stadiumnya.

Refluks stadium I sampai III biasanya akan menghilang dengan pengobatan

terhadap infeksinya. Pada stadium IV perlu dilakukan koreksi bedah yaitu dengan

reimplantasi ureter pada kandung kemih (ureteroneosistostomi). Pada keadaan-

keadaan tertentu misalnya  pada pionefritis atrofik kronik, tindakan nefrektomi

kadang-kadang perlu dilakukan.

2.10Rawat Inap

ISK yang memerlukan rindakan rawat inap antara lain, ISK pada neonatus,

pielonefritis akut, ISK dengan komplikasi seperti gagal ginjal, hipertensi, ISK

disertai sepsis atau syok, ISK dengan gejala klinik yang berat seperti rasa sakit

yang hebat, toksik, kesulitan asupan oral, muntah dan dehidrasi.

ISK dengan kelainan urologi yang kompleks, Isk dengan organisme resisten

terhadap antibiotik oral, atau terdapat masalah psikologis seperti orangtua yang

tidak mampu merawat anak.

2.11Prognosis

Prognosis ISK pada anak bergantung pada:

Cepat/lambatnya pengobatan;

Sensitivitas mikroba;

Ada tidaknya komplikasi;

Simple ISK (ISK yang tanpa komplikasi) memiliki prognosis yang lebih baik

dibandingkan complicated ISK (ISK dengan komplikasi penyerta).

Ada tidaknya kelainan struktural

Page 17: Makalah Isk

2.12Komplikasi

ISK dapat menyebabkan gagal ginjal akut, bakterimia, sepsis dan meningitis.

Komplikasi ISK jangka panjang adalah parut ginjal, hipertensi, gagal ginjal,

komplikasi pada masa kehamilan seperti preeclampsia. Parut ginjal terjadi pada

8-40% pasien setelah mengalami episode pielonefritis akut. Faktor risiko

terjadinya parut ginjal antara lain umur muda, keterlambatan pemberian antibiotic

dalam tatalaksana ISK, infeksi berulang, dan obstruksi saluran kemih.

Page 18: Makalah Isk

BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Infeksi saluran kemih adalah keadaan bertumbuh dan berkembang biaknya

kuman atau mikroba di dalam saluran kemih dalam jumlah bermakna. ISK

merupakan penyakit yang sering ditemukan pada anak, sering merupakan tanda

kelainan ginjal dan saluran kemih, dan potensial menyebabkan parut ginjal yang

berlanjut menjadi gagal ginjal terminal. Diagnosis dini dan terapi adekuat sangat

penting dilakukan agar penyakit tidak berlanjut. Peranan pencitraan sangat

penting untuk mencari faktor predisposisi, dan jenis pemeriksaan tergantung

pada tujuan dan fasilitas yang tersedia. Teknik pengambilan sampel untuk biakan

urin terdiri atas aspirasi suprapubik, kateterisasi urin, urin pancar tengah dan

pengambilan urin dengan urin collector. Deteksi kelainan saluran kemih,

meningkatkan strategi pemanfaatan pemeriksaan pencitraan, dan penggunaan

antibiotic yang tepat akan menurunkan terjadinya parut ginjal dan komplikasinya.

Pengobatan ISK bertujuan untuk mencegah terjadinya parut ginjal. Keberhasilan

penanganan yang efektif ialah diagnosis dini dan pengobatan antibiotic yang

adekuat, serta tindak lanjut yang terprogram.

Diagnosis klinis ISK dapat ditegakkan sehingga dapat diterapi dengan antibiotic

empiris meskipun belum ada hasil biakan urin apabila:

Anak dengan demam disertai kelainan pada urinalisis seperti leukosituria,

uji nitrit positif, leukosit esterase positif.

Anak dengan keluhan gangguan berkemih seperti disuria, polakisuria,

urgency, frequency, ngompol, nyeri pinggang disertai dengan kelainan

pada urinalisis seperti leukosituria, uji nitrit positif, leukosit esterase positif.

Page 19: Makalah Isk

Daftar Pustaka

Alatas Husein, 2002, Diagnosa Dan Tatalaksana Infeksi Saluran Kemih Pada Anak dalam Hot Topics In pediatrics II, pp 162-179, PKB IKA XLV, Balai Penerbit FKUI Jakarta.

Latief Abdul, Napitupulu Partogi,et al.,1985, Ilmu Kesehatan Anak 2,Infomedika, Jakarta.

Behrman, Kliegman, Arvin, Nelson, 1996, Nelson Textbook Of Pediatrics, 15th

en,pp 1863-5, WB Saunders Compay, Philadelphia, Pennysilvania.

Sudung, Taralan, Husein,.2011. Konsesnsus Infeksi Saluran Kemih Pada Anak. Badan Penerbit Ikaan Dokter Anak Indonesia.

Sjaifullah, Soemiarso,. 2008. Infeksi Saluran Kemih. Pedoman Diagnosis dan Terapi BAG/SMF Ilmu Kesehatan Anak Edisi III. Rumah Sakit Dr.Soetomo Surabaya

Andrew,.2009. Urinary Tract Infection in Children. Director of Pediatric Urology ; Los Angeles