Top Banner
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem kekebalan tubuh sangat mendasar peranannya bagi kesehatan, tentunya harus disertai dengan pola makan sehat, cukup berolahraga, dan terhindar dari masuknya senyawa beracun ke dalam tubuh. Sekali senyawa beracun hadir dalam tubuh, maka harus segera dikeluarkan. Kondisi sistem kekebalan tubuh menentukan kualitas hidup. Dalam tubuh yang sehat terdapat sistem kekebalan tubuh yang kuat sehingga daya tahan tubuh terhadap penyakit juga prima. Pada bayi yang baru lahir, pembentukan sistem kekebalan tubuhnya belum sempurna dan memerlukan ASI yang membawa sistem kekebalan tubuh sang ibu untuk membantu daya tahan tubuh bayi. Semakin dewasa, sistem kekebalan tubuh terbentuk sempurna. Namun, pada orang lanjut usia, sistem kekebalan tubuhnya secara alami menurun. Itulah sebabnya timbul penyakit degeneratif atau penyakit penuaan. Pola hidup modern menuntut segala sesuatu dilakukan serba cepat dan instan. Hal ini berdampak juga pada pola makan. Sarapan di dalam kendaraan, makan siang serba tergesa, dan malam karena kelelahan tidak ada nafsu makan. Belum lagi kualitas makanan yang dikonsumsi, polusi udara, kurang berolahraga, dan stres. Apabila terus berlanjut, daya tahan tubuh akan menurun, lesu, cepat lelah, dan mudah terserang 1
39

Makalah imunologi

May 31, 2015

Download

Documents

Azmi Yunita
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Makalah imunologi

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem kekebalan tubuh sangat mendasar peranannya bagi kesehatan, tentunya harus

disertai dengan pola makan sehat, cukup berolahraga, dan terhindar dari masuknya senyawa

beracun ke dalam tubuh. Sekali senyawa beracun hadir dalam tubuh, maka harus segera

dikeluarkan.

Kondisi sistem kekebalan tubuh menentukan kualitas hidup. Dalam tubuh yang sehat

terdapat sistem kekebalan tubuh yang kuat sehingga daya tahan tubuh terhadap penyakit juga

prima. Pada bayi yang baru lahir, pembentukan sistem kekebalan tubuhnya belum sempurna

dan memerlukan ASI yang membawa sistem kekebalan tubuh sang ibu untuk membantu daya

tahan tubuh bayi. Semakin dewasa, sistem kekebalan tubuh terbentuk sempurna. Namun,

pada orang lanjut usia, sistem kekebalan tubuhnya secara alami menurun. Itulah sebabnya

timbul penyakit degeneratif atau penyakit penuaan.

Pola hidup modern menuntut segala sesuatu dilakukan serba cepat dan instan. Hal ini

berdampak juga pada pola makan. Sarapan di dalam kendaraan, makan siang serba tergesa,

dan malam karena kelelahan tidak ada nafsu makan. Belum lagi kualitas makanan yang

dikonsumsi, polusi udara, kurang berolahraga, dan stres. Apabila terus berlanjut, daya tahan

tubuh akan menurun, lesu, cepat lelah, dan mudah terserang penyakit. Karena itu, banyak

orang yang masih muda mengidap penyakit degeneratif.

Kondisi stres dan pola hidup modern sarat polusi, diet tidak seimbang, dan kelelahan

menurunkan daya tahan tubuh sehingga memerlukan kecukupan antibodi. Gejala menurunnya

daya tahan tubuh sering kali terabaikan sehingga timbul berbagai penyakit infeksi, penuaan

dini pada usia produktif.

Sejak dasawarsa 1960 perhatian terhadap teknik imunisasi makin meningkat. Dewasa

ini, imunisasi telah menjadi amat terkenal sebagai metoda pilihan untuk penentuan analit

secara kuantitatif. Imunisasi telah masuk ke dalam banyak cabang dan disiplin dari penelitian

ilmiah terutama yang berkaitan dengan subyek biologis.

1

Page 2: Makalah imunologi

Imunologi adalah cabang ilmu biomedis yang berkaitan dengan respon organisme

terhadap penolakan antigen, pengenalan diri sendiri dan bukan dirinya,serta semua efek

biologis, serologis dan kimia, fisika fenomena imun.

1.2  Rumusan masalah

a.       Bagaimana sejarah imunologi?

b.      Apa pengertian imunologi?

c.       Apa fungsi sistem imun?

d.      Bagaimana respon imun?

e.       Apa saja jenis-jenis imun?

f.       Apa yang dimaksud dengan antigen dan antibody?

g.      Apa yang dimaksud sistem komplemen?

h.      Apa saja sel-sel sistem imun?

i.        Bagaimana reaksi hipersensitivitas?

1.3 Tujuan

1.     Untuk mengetahui bagaimana sejarah imunologi

2.      Untuk mengetahui  pengertian imunologi

3.      Untuk mengetahui fungsi sistem imun

4.      Untuk mengetahui bagaimana respon imun

5.      Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis imun

6.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan antigen dan antibody

7.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud sistem komplemen

8.      Untuk mengetahui apa saja sel-sel sistem imun

9.      Untuk mengetahui bagaimana reaksi hipersensitivitas

2

Page 3: Makalah imunologi

BAB 2

ISI

2.1    Sejarah Imunologi

Pada mulanya imunologi merupakan cabang mikrobiologi yang mempelajari respons

tubuh, terutama respons kekebalan, terhadap penyakit infeksi. Pada tahun 1546, Girolamo

Fracastoro mengajukan teori kontagion yang menyatakan bahwa pada penyakit infeksi

terdapat suatu zat yang dapat memindahkan penyakit tersebut dari satu individu ke individu

lain, tetapi zat tersebut sangat kecil sehingga tidak dapat dilihat dengan mata dan pada waktu

itu belum dapat diidentifikasi.

EDWAR JENNER

 Pada tahun 1798, Edward Jenner mengamati bahwa seseorang dapat terhindar dari infeksi

variola secara alamiah, bila ia telah terpajan sebelumnya dengan cacar sapi (cow pox). Sejak

saat itu, mulai dipakailah vaksin cacar walaupun pada waktu itu belum diketahui bagaimana

mekanisme yang sebenarnya terjadi. Memang imunologi tidak akan maju bila tidak diiringi

dengan kemajuan dalam bidang teknologi, terutama teknologi kedokteran. Dengan

ditemukannya mikroskop maka kemajuan dalam bidang mikrobiologi meningkat dan mulai

dapat ditelusuri penyebab penyakit infeksi. Penelitian ilmiah mengenai imunologi baru

dimulai setelah Louis Pasteur pada tahun 1880 menemukan penyebab penyakit infeksi dan

dapat membiak mikroorganisme serta menetapkan teori kuman (germ theory) penyakit.

Penemuan ini kemudian dilanjutkan dengan diperolehnya vaksin rabies pada manusia tahun

1885. Hasil karya Pasteur ini kemudian merupakan dasar perkembangan vaksin selanjutnya

yang merupakan pencapaian gemilang di bidang imunologi yang memberi dampak positif

pada penurunan morbiditas dan mortalitas penyakit infeksi pada anak.

 

ROBERT KOCH

 Pada tahun 1880, Robert Koch menemukan kuman penyebab penyakit tuberkulosis. Dalam

rangka mencari vaksin terhadap tuberkulosis ini, ia mengamati adanya reaksi tuberkulin

(1891) yang merupakan reaksi hipersensitivitas lambat pada kulit terhadap kuman

tuberkulosis. Reaksi tuberkulin ini kemudian oleh Mantoux (1908) dipakai untuk

mendiagnosis penyakit tuberkulosis pada anak. Imunologi mulai dipakai untuk menegakkan

diagnosis penyakit pada anak. Vaksin terhadap tuberkulosis ditemukan pada tahun 1921 oleh

Calmette dan Guerin yang dikenal dengan vaksin BCG (Bacillus Calmette-Guerin).

3

Page 4: Makalah imunologi

Kemudian diketahui bahwa tidak hanya mikroorganisme hidup yang dapat menimbulkan

kekebalan, bahan yang tidak hidup pun dapat menginduksi kekebalan.

ALEXANDER YERSIN DAN ROUX

 Setelah Roux dan Yersin menemukan toksin difteri pada tahun 1885, Von Behring dan

Kitasato menemukan antitoksin difteri pada  binatang (1890). Sejak itu dimulailah

pengobatan dengan serum kebal yang diperoleh dari kuda dan imunologi diterapkan dalam

pengobatan penyakit infeksi pada anak. Pengobatan dengan serum kebal ini di kemudian hari

berkembang menjadi pengobatan dengan imunoglobulin spesifik atau globulin gama yang

diperoleh dari manusia.

2.2 PENGERTIAN

Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi tubuh

terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan membunuh patogen serta sel

tumor. Sistem ini mendeteksi berbagai macam pengaruh biologis luar yang luas, organisme

akan melindungi tubuh dari infeksi, bakteri, virus sampai cacing parasit, serta

menghancurkan zat-zat asing lain dan memusnahkan mereka dari sel organisme yang sehat

dan jaringan agar tetap dapat berfungsi seperti biasa. Deteksi sistem ini sulit karena adaptasi

patogen dan memiliki cara baru agar dapat menginfeksi organisme.

2.3      FUNGSI SISTEM IMUN

Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit dengan menghancurkan dan

menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan virus, serta

tumor) yang masuk ke dalam tubuh, Menghilangkan jaringan atau sel yg mati atau rusak

untuk perbaikan jaringan, Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal. Dan Sasaran

utama yaitu bakteri patogen dan virus. Leukosit merupakan sel imun utama (disamping sel

plasma, makrofag, dan sel mast).

2.4     RESPONS IMUN

Tahap :

Deteksi dan mengenali benda asing, Komunikasi dengan sel lain untuk berespons,

Rekruitmen bantuan dan koordinasi respons dan estruksi atau supresi penginvasi

4

Page 5: Makalah imunologi

2.5.   JENIS-JENIS SISTEM IMUN

1. Sistem imun non spesifik ,natural atau sudah ada dalam tubuh (pembawaan )

Merupakan pertahanan tubuh terdepan dalam melawan mikroorganisme. Disebut

nonspesifik karena tidak ditujukan terhadap mikroorganisme tertentu.

Terdiri dari:

a)      Pertahanan fisik/mekanik

Kulit, selaput lendir , silia saluran pernafasan, batuk, bersin akan mencegah masuknya

berbagai kuman patogen kedalam tubuh. Kulit yang rusak misalnya oleh luka bakar dan

selaput lendir yang rusak oleh asap rokok akan meninggikan resiko infeksi.

b)      Pertahanan biokimia

Bahan yang disekresi mukosa saluran nafas, kelenjar sebaseus kulit, kel kulit, telinga,

spermin dalam semen, mengandung bahan yang berperan dalam pertahanan tubuh secara

biokimiawi. asam HCL dalam cairan lambung , lisozim dalam keringat, ludah , air mata dan

air susu dapat melindungi tubuh terhadap berbagai kuman gram positif  dengan

menghancurkan dinding selnya. Air susu ibu juga mengandung laktoferin dan asam

neuraminik yang mempunyai sifat antibacterial terhadap E. coli dan staphylococcus.

Lisozim yang dilepas oleh makrofag dapat menghancurkan kuman gram negatif dan

hal tersebut diperkuat oleh komplemen. Laktoferin dan transferin dalam serum dapat

mengikat zan besi yang dibutuhkan untuk kehidupan kuman pseudomonas.

c)      Pertahanan humoral

Berbagai bahan dalam sirkulasi berperan pada pertahanan tubuh secara humoral.

Bahan-bahan tersebut adalah:

Komplemen

Komplemen mengaktifkan fagosit dan membantu destruktif bakteri dan parasit karena:

         Komplemen dapat menghancurkan sel membran bakteri

         Merupakan faktor kemotaktik yang mengarahkan makrofag ke tempat bakteri

         Komponen komplemen lain yang mengendap pada permukaan bakteri memudahkan

makrofag untuk mengenal dan memfagositosis (opsonisasi).

Interferon

Adalah suatu glikoprotein yang dihasilkan oleh berbagai sel manusia yang

mengandung nukleus dan dilepaskan sebagai respons terhadap infeksi virus. Interveron

mempunyai sifat anti virus dengan jalan menginduksi sel-sel sekitar sel yang terinfeksi virus

sehingga menjadi resisten terhadap virus. Disamping itu, interveron juga dapat mengaktifkan

Natural Killer cell (sel NK). Sel yang diinfeksi virus atau menjadi ganas akan menunjukkan

5

Page 6: Makalah imunologi

perubahan pada permukaannya. Perubahan tersebut akan dikenal oleh sel NK yang kemudian

membunuhnya. Dengan demikian penyebaran virus dapat dicegah.

C-Reactive Protein (CRP)

Peranan CRP adalah sebagai opsonin dan dapat mengaktifkan komplemen. CRP

dibentuk oleh badan pada saat infeksi. CRP merupakan protein yang kadarnya cepat

meningkat (100 x atau lebih) setelah infeksi atau inflamasi akut.

CRP berperanan pada imunitas non spesifik, karena dengan bantuan Ca++ dapat

mengikat berbagai molekul yang terdapat pada banyak bakteri dan jamur.

d)      Pertahanan seluler

Fagosit/makrofag dan sel NK berperanan dalam sistem imun non spesifik seluller.

Fagosit

Meskipun berbagai sel dalam tubuh dapat melakukan fagositosis tetapi sel utama yang

berperaan dalam pertahanan non spesifik adalah sel mononuclear (monosit dan makrofag)

serta sel polimorfonuklear seperti neutrofil.

Dalam kerjanya sel fagosit juga berinteraksi dengan komplemen dan sistem imun

spesifik. Penghancuran kuman terjadi dalam beberapa tingakt sebagai berikut:

Kemotaksis, menangkap, memakan (fagosistosis), membunuh dan mencerna.

Kemotaksis adalah gerakan fagosit ketempat infekis sebagai respon terhadap berbagai factor

sperti produk bakteri dan factor biokimiawi yang dilepas pada aktivasi komplemen. Antibody

seperti pada halnya dengan komplemen C3b dapat meningkatkan fagosistosis (opsonisasi).

Antigen yang diikat antibody akan lebih mudah dikenal oleh fagosit untuk kemudian

dihancurkan. Hal tersebut dimungkinkan oleh adanya reseptor untuk fraksi Fc dari

immunoglobulin pada permukaan fagosit.

Natural Killer cell (sel NK)

Sel NK adalah sel limfoid yang ditemukan dalam sirkulasi dan tidak mempunyai cirri sel

limfoid dari siitem imun spesifik, maka karenan itu disebut sel non B non T (sel NBNT) atau

sel poplasi ketiga.

Sel NK dapat menghancurkan sel yang mengandung virus atau sel neoplasma dan interveron

meempunyai pengaruh dalam mempercepat pematangan dan efeksitolitik sel NK.

2.   Sistem imun spesifik atau adaptasi

6

Page 7: Makalah imunologi

Mempunyai kemampuan untuk mengenal benda asing. Benda asing yang pertama kali

muncul dikenal oleh sistem imun spesifik sehingga terjadi sensitiasi sel-sel imun tersebut.

Bila sel imun tersebut berpapasan kembali dengan benda asing yang sama, maka benda asing

yang terakhir ini akan dikenal lebih cepat, kemudian akan dihancurkan olehnya. Oleh karena

sistem tersebut hanya mengahancurkan benda asing yang sudah dikenal sebelumnya, maka

sistem itu disebut spesifik.sistem imun spesifik dapat bekerja sendiri untuk menghancurkan

benda asing yang berbahaya, tetapi umumnya terjalin kerjasama yang baik antara antibodi,

komplemen , fagosit dan antara sel T makrofag.

Sistem imun spesifik ada 2 yaitu;

a)      Sistem imun spesifik humoral

Yang berperanan dalam sistem imun humoral adalah limfosit B atau sel B. sel B

tersebut berasal dari sel asal multipoten. Bila sel B dirangsang oleh benda asing maka sel

tersebut akan berproliferasi dan berkembang menjadi sel plasma yang dapat menbentuk zat

anti atau antibody. Antibody yang dilepas dapat ditemukan didalam serum. Funsi utama

antibody ini ialah untuk pertahanan tehadap infeksi virus, bakteri (ekstraseluler), dan dapat

menetralkan toksinnya.

b)      Sistem imun spesifik selular

Yang berperanan dalam sistem imun spesifik seluler adalah limfosit T atau sel T. sel

tersebut juga berasal dari sel asal yang sama dari sel B. factor timus yang disebut timosin

dapat ditemukan dalam peredaran darah sebagai hormon asli dan dapat memberikan

pengaruhnya terhadap diferensiasi sel T diperifer. Berbeda dengan sel B , sel T terdiri atas

beberapa sel subset yang mempunyai fungsi berlainan. Fungsi utama sel imun spesifik adalah

untuk pertahanan terhadap bakteri yang hidup intraseluler, virus, jamur, parasit, dan

keganasan.

Imunitas spesifik dapat terjadi sebagai berikut:

Alamiah

         Pasif

Imunitas alamiah pasif ialah pemindahan antibody atau sel darah putih yang

disensitisasi dari badan seorang yang imun ke orang lain yang imun, misalnya melalui

plasenta dan kolostrum dari ibu ke anak.

         Aktif

Imunitas alamiah katif dapat terjadi bila suatu mikoorgansme secara alamiah masuk

kedalam tubuh dan menimbulkan pembentukan antibody atau  sel yang tersensitisasi.

7

Page 8: Makalah imunologi

Buatan  

         Pasif

Imunitas buatan pasif dilakukan dengan memberikan serum, antibody, antitoksin

misalnya pada tetanus, difteri, gangrengas, gigitan ular dan difesiensi imun atau pemberian

sel yang sudah disensitisasi pada tuberkolosis dan hepar.

         Aktif

Imunitas buatan aktif dapat ditimbulkan dengan vaksinasi melalui pemberian toksoid

tetanus, antigen mikro organism baik yang mati maupun yang hidup.

2.6  ANTIGEN DAN ANTIBODI

1. Antigen

a)   Pengertian

Antigen molekul asing yang dapat menimbulkan respon imun spesifik dari limfosit

pada manusia dan hewan.  Antigen meliputi molekul yang dimilki virus, bakteri, fungi,

protozoa dan cacing parasit.  Molekul antigenic juga ditemukan pada permukaan zat-zat asing

seperti serbuk sari dan jaringan yang dicangkokkan.  Sel B dan sel T terspesialisasi bagi jenis

antigen yang berlainan dan melakukan aktivitas pertahanan yang berbeda namun saling

melengkapi (Baratawidjaja 1991: 13; Campbell,dkk 2000: 77).

b)     Letak Antigen

Antigen ditemukan di permukaan seluruh sel, tetapi dalam keadaan normal, sistem

kekebalan seseorang tidak bereaksi terhadap sel-nya sendiri. Sehingga dapat dikatakan

antigen merupakan sebuah zat yang menstimulasi tanggapan imun, terutama dalam produksi

antibodi. Antigen biasanya protein atau polisakarida, tetapi dapat juga berupa molekul

Iainnya. Permukaan bakteri mengandung banyak protein dan polisakarida yang bersifat

antigen, sehingga antigen bisa merupakan bakteri, virus, protein, karbohidrat, sel-sel kanker,

dan racun.

c)      Karakteristik

Karakteristik antigen yang sangat menentukan imunogenitas respon imun adalah sebagai

berikut:

         Asing (berbeda dari self )

8

Page 9: Makalah imunologi

Pada umumnya, molekul yang dikenal sebagai self tidak bersifat imunogenik, jadi untuk

menimbulkan respon imun, molekul harus dikenal sebagai nonself.

         Ukuran molekul

Imunogen yang paling poten biasanya merupakan protein berukuran besar.  Molekul

dengan berat molekul kurang dari 10.000 kurang bersifat imunogenik dan yang berukuran

sangat kecil seperti asam amino tidak bersifat imunogenik.

         Kompleksitas kimiawi dan struktural

Jumah tertentu kompleksitas kimiawi sangat diperlukan, misalnya homopolimer asam

amino kurang bersifat munogenik dibandingkan dengan heteropolimer yang mengandung dua

atau tiga asam amino yang berbeda.

         Determinan antigenic (epitop)

Unit terkecil dari antigen kompleks yang dapat dikat antibody disebut dengan

determinan antigenic atau epitop.  Antigen dapat mempunyai satu atau lebih determinan. 

Suatu determinan mempunyai ukuran lima asam amino atau gula.

         Tatanan genetic penjamu

        Dua strain binatang dari spesies yang sama dapat merespon secara berbeda terhadap

antigen yang sama karena perbedaan komposisi gen respon imun.

         Dosis, cara dan waktu pemberian antigen

Respon imun tergantung kepada banyaknya natigen yang diberikan, maka respon imun

tersebut dapat dioptmalkan dengan cara menentukan dosis antigen dengan cermat (termasuk

jumlah dosis), cara pemberian dan waktu pemberian (termasuk interval diantara dosis yang

diberikan)

d)     Pembagian Antigen

         Secara fungsional

  Imunogen, yaitu molekul besar (disebut molekul pembawa).

  Hapten, yaitu kompleks yang terdiri atas molekul kecil.

         Pembagian antigen menurut epitop

        Unideterminan, univalent yaitu hanya satu jenis determinan atau epitop pada satu

molekul.

  Unideterminan, multivalent yaitu hanya satu determinan tetapi dua atau lebih determian

tersebut ditemukan pada satu molekul.

9

Page 10: Makalah imunologi

  Multideterminan, univalent yaitu banyak epitop yang bermacam-macam tetapi hanya satu

dari setiap macamnya (kebanyakan protein).

  Multideterminan, multivalent yaitu banyak macam determinan dan banyak  dari setiap

macam pada satu molekul (antigen dengan berat molekul yang tinggi dan kompleks secara

kimiawi). (Baratawidjaja 1991: 14)

         Pembagian antigen menurut spesifisitas

  Heteroantigen, yaitu antigen yang terdapat pada jaringan dari spesies yang berbeda.

  Xenoantigen yaitu antigen yang hanya dimiliki spesies tertentu.

  Alloantigen (isoantigen) yaitu antigen yang spesifik untuk individu dalam satu spesies.

  Antigen organ spesifik, yaitu antigen yang dimilki oleh organ yang sama dari spesies yang

berbeda.

  Autoantigen, yaitu antigen yang dimiliki oleh alat tubuh sendiri (Baratawidjaja 1991: 14-

15; Sell      : 9–10).

         Pembagian antigen menurut ketergantungan terhadap sel T

  T dependent yaitu antigen yang memerlukan pengenalan oleh sel T dan sel B untuk dapat

menimbulkan respons antibodi.  Sebagai contoh adalah antigen protein.

  T independent yaitu antigen yang dapat merangsang sel B tanpa bantuan sel Tuntuk

membentuk antibodi.  Antigen tersebut berupa molekul besar polimerik yang dipecah di

dalam badan secara perlahan-lahan, misalnya lipopolisakarida, ficoll, dekstran, levan, dan

flagelin polimerik bakteri.(Baratawidjaja 1991: 15).

         Pembagian antigen menurut sifat kimiawi

  Hidrat arang (polisakarida)

Hidrat arang pada umumnya imunogenik.  Glikoprotein dapat menimbulkan respon imun

terutama pembentukan antibodi.  Respon imun yang ditimbulkan golongan darah ABO,

mempunyai sifat antigen dan spesifisitas imun yang berasal dari polisakarida pada permukaan

sel darah merah.

  Lipid

Lipid biasanya tidak imunogenik, tetapi menjadi imunogenik bila diikat oleh protein carrier. 

Lipid dianggap sebagai hapten, sebagai contoh adalah sphingolipid.

  Asam nukleat

Asam nukleat tdak imunogenik, tetapi menjadi imunogenik bila diikat oleh protein carrier. 

DNA dalam bentuk heliksnya biasanya tidak imunogenik.  Respon imun terhadap DNA

terjadi pada penderita dengan SLE.

  Protein

10

Page 11: Makalah imunologi

Kebanyakan protein adalah imunogenik dan pada umunya multideterminan univalent.

(Baratawidjaja 1991: 15)

e)      Reaksi Antigen dan Antibodi

Dalam lingkungan sekitar kita terdapat banyak substansi bermolekul kecil yang bisa

masuk ke dalam tubuh. Substansi kecil tersebut bisa menjadi antigen bila dia melekat pada

protein tubuh kita yang dikenal dengan istilah hapten. Substansi-substansi tersebut lolos dari

barier respon non spesifik (eksternal maupun internal), kemudian substansi tersebut masuk

dan berikatan dengan sel limfosit B yang akan mensintesis pembentukan antibodi.

Sebelum pertemuan pertamanya dengan sebuah antigen, sel-sel-B menghasilkan

molekul immunoglobulin IgM dan IgD yang tergabung pada membran plasma untuk

berfungsi sebagai reseptor antigen. Sebuah antigen merangsang sel untuk membuat dan

menyisipkan dalam membrannya molekul immunoglobulin yang memiliki daerah pengenalan

spesifik untuk antigen itu. Setelah itu, limfosit harus membentuk immunoglobulin untuk

antigen yang sama. Pemaparan kedua kali terhadap antigen yang sama memicu respon imun

sekunder yang segera terjadi dan meningkatkan titer antibodi yang beredar sebanyak 10

sampai 100 kali kadar sebelumnya. Sifat molekul antigen yang memungkinkannya bereaksi

dengan antibodi disebut antigenisitas. Kesanggupan molekul antigen untuk menginduksi

respon imun disebut imunogenitas.

Terdapat berbagai kategori Interaksi antigen-antibodi, kategori tersebut antara lain:

         Primer

Interaksi tingkat primer adalah saat kejadian awal terikatnya antigen dengan antibodi pada

situs identik yang kecil, bernama epitop.

         Sekunder

Interaksi tingkat sekunder terdiri atas beberapa jenis interaksi, di antaranya:

  Netralisasi

Adalah jika antibodi secara fisik dapat menghalangi sebagian antigen menimbulkan effect

yang merugikan. Contohnya adalah dengan mengikat toksin bakteri, antibody mencegah zat

kimia ini berinteraksi dengan sel yang rentan.

  Aglutinasi

Adalah jika sel-sel asing yang masuk, misalnya bakteri atau transfusi darah yang tidak cocok

berikatan bersama-sama membentuk gumpalan

11

Page 12: Makalah imunologi

  Presipitasi

Adalah jika komplek antigen-antibodi yang terbentuk berukuran terlalu besar, sehingga tidak

dapat bertahan untuk terus berada di larutan dan akhirnya mengendap.

  Fagositosis

Adalah jika bagian ekor antibodi yang berikatan dengan antigen mampu mengikat reseptor

fagosit (sel penghancur) sehingga memudahkan fagositosis korban yang mengandung antigen

tersebut.

  Sitotoksis

Adalah saat pengikatan antibodi ke antigen juga menginduksi serangan sel pembawa antigen

oleh killer cell (sel K). Sel K serupa dengan natural killer cell kecuali bahwa sel K

mensyaratkan sel sasaran dilapisi oleh antibodi sebelum dapat dihancurkan melalui proses

lisis membran plasmanya.

         Tersier

Interaksi tingkat tersier adalah munculnya tanda-tanda biologik dari interaksi antigen-

antibodi yang dapat berguna atau merusak bagi penderitanya.

2. Antibodi

a)   Pengertian

Antibodi adalah protein immunoglobulin yang disekresi oleh sel B yang teraktifasi

oleh antigen. Antibodi merupakan senjata yang tersusun dari protein dan dibentuk untuk

melawan sel-sel asing yang masuk ke tubuh manusia. Senjata ini diproduksi oleh sel-sel B,

sekelompok prajurit pejuang dalam sistem kekebalan. Antibodi akan menghancurkan musuh-

musuh penyerbu.

b)     Fungsi

         Untuk mengikatkan diri kepada sel-sel musuh, yaitu antigen.

         Membusukkan struktur biologi antigen tersebut lalu menghancurkannya.

c)      Sifat Antibodi

Antibodi mempunyai sifat yang sangat luar biasa, karena untuk membuat antibodi

spesifik untuk masing-masing musuh merupakan proses yang luar biasa, dan pantas

dicermati. Proses ini dapat terwujud hanya jika sel-sel B mengenal struktur musuhnya dengan

baik. Dan, di alam ini terdapat jutaan musuh (antigen). Dia mengetahui polanya berdasarkan

perasaan. Sulit bagi seseorang untuk mengingat pola kunci, walau cuma satu, Akan tetapi,

12

Page 13: Makalah imunologi

satu sel B yang sedemikian kecil untuk dapat dilihat oleh mata, menyimpan jutaan bit

informasi dalam memorinya, dan dengan sadar menggunakannya dalam kombinasi yang

tepat.

d)     Proses Pembentukan Antibodi

         Antibodi terbentuk secara alami di dalam tubuh manusia dimana substansi tersebut

diwariskan dari ibu ke janinnya melalui inntraplasenta. Antibody yang dihasilkan pada bayi

yang baru lahir titier masih sangat rendah, dan nanti antibody tersebut berkembang seiring

perkembangan seseorang.

         Pembentukan antibody karena keterpaparan dengan antigen yang menghasilkan reaksi

imunitas, dimana prosesnya adalah:

Misalnya bakteri salmonella. Saat antigen (bakteri salmonella) masuk ke dalam tubuh, maka

tubuh akan meresponnya karena itu dianggab sebagai benda asing. karena bakteri ini sifatnya

interseluler maka dia tidak sanggup untuk di hancurkan dalam makrofag karena bakteri ini

juga memproduksi toksinsebagai pertahanan tubuh. Oleh karena itu makrofag juga

memproduksi APC yang berfungsi mempresentasikan antigen terhadap limfosit.agar respon

imun berlangsung dengan baik.Ada dua limfosit yaitu limfosit B dan limfosit T.

e)      Klasifikasi Antibodi

         IgG (Imuno globulin G)

IgG merupakan antibodi yang paling umum. Dihasilkan hanya dalam waktu beberapa

hari, ia memiliki masa hidup berkisar antara beberapa minggu sampai beberapa tahun. IgG

beredar dalam tubuh dan banyak terdapat pada darah, sistem getah bening, dan usus. Mereka

mengikuti aliran darah, langsung menuju musuh dan menghambatnya begitu terdeteksi.

Mereka mempunyai efek kuat anti-bakteri dan penghancur antigen. Mereka melindungi tubuh

terhadap bakteri dan virus, serta menetralkan asam yang terkandung dalam racun.

Selain itu, IgG mampu menyelip di antara sel-sel dan menyingkirkan bakteri serta musuh

mikroorganis yang masuk ke dalam sel-sel dan kulit. Karena kemampuannya serta ukurannya

yang kecil, mereka dapat masuk ke dalam plasenta ibu hamil dan melindungi janin dari

kemungkinan infeksi. Jika antibodi tidak diciptakan dengan karakteristik yang

memungkinkan mereka untuk masuk ke dalam plasenta, maka janin dalam rahim tidak akan

terlindungi melawan mikroba. Hal ini dapat menyebabkan kematian sebelum lahir. Karena

itu, antibodi sang ibu akan melindungi embrio dari musuh sampai anak itu lahir.

13

Page 14: Makalah imunologi

         IgA (Imuno globulin A)

Antibodi ini terdapat pada daerah peka tempat tubuh melawan antigen seperti air

mata, air liur, ASI, darah, kantong-kantong udara, lendir, getah lambung, dan sekresi usus.

Kepekaan daerah tersebut berhubungan langsung dengan kecenderungan bakteri dan virus

yang lebih menyukai media lembap seperti itu. Secara struktur, IgA mirip satu sama lain.

Mereka mendiami bagian tubuh yang paling mungkin dimasuki mikroba. Mereka menjaga

daerah itu dalam pengawasannya layaknya tentara andal yang ditempatkan untuk melindungi

daerah kritis.

Antibodi ini melindungi janin dari berbagai penyakit pada saat dalam kandungan. Setelah

kelahiran, mereka tidak akan meninggalkan sang bayi, melainkan tetap melindunginya.

Setiap bayi yang baru lahir membutuhkan pertolongan ibunya, karena IgA tidak terdapat

dalam organisme bayi yang baru lahir. Selama periode ini, IgA yang terdapat dalam ASI akan

melindungi sistem pencernaan bayi terhadap mikroba. Seperti IgG, jenis antibodi ini juga

akan hilang setelah mereka melaksanakan semua tugasnya, pada saat bayi telah berumur

beberapa minggu.

         IgM (Imuno globulin M)

Antibodi ini terdapat pada darah, getah bening, dan pada permukaan sel B. Pada saat

organisme tubuh manusia bertemu dengan antigen, IgM merupakan antibodi pertama yang

dihasilkan tubuh untuk melawan musuh. Janin dalam rahim mampu memproduksi IgM pada

umur kehamilan enam bulan. Jika musuh menyerang janin, jika janin terinfeksi kuman

penyakit, produksi IgM janin akan meningkat. Untuk mengetahui apakah janin telah

terinfeksi atau tidak, dapat diketahui dari kadar IgM dalam darah.

         IgD (Imuno globulin D): IgD juga terdapat dalam darah, getah bening, dan pada

permukaan sel B. Mereka tidak mampu untuk bertindak sendiri-sendiri. Dengan

menempelkan dirinya pada permukaan sel-sel T, mereka membantu sel T menangkap

antigen.

         IgE (Imuno globulin E)

IgE merupakan antibodi yang beredar dalam aliran darah. Antibodi ini bertanggung jawab

untuk memanggil para prajurit tempur dan sel darah lainnya untuk berperang. Antibodi ini

kadang juga menimbulkan reaksi alergi pada tubuh. Karena itu, kadar IgE tinggi pada tubuh

orang yang sedang mengalami alergi.

14

Page 15: Makalah imunologi

2.7   SISTEM KOMPLEMEN

Sistem komplemen adalah suatu sistem yang terdiri dari seperangkat kompleks

protein yang satu dengan lainnya sangat berbeda. Pada kedaan normal komplemen beredar di

sirkulasi darah dalam keadaan tidak aktif, yang setiap saat dapat diaktifkan melalui dua jalur

yang tidak tergantung satu dengan yang lain, disebut jalur klasik dan jalur alternatif. Aktivasi

sistem komplemen menyebabkan interaksi berantai yang menghasilkan berbagai substansi

biologik aktif yang diakhiri dengan lisisnya membran sel antigen. Aktivasi sistem

komplemen tersebut selain bermanfaat bagi pertahanan tubuh, sebaliknya juga dapat

membahayakan bahkan mengakibatkan kematian, hingga efeknya disebut seperti pisau

bermata dua. Bila aktivasi komplemen akibat endapan kompleks antigen-antibodi pada

jaringan berlangsung terus-menerus, akan terjadi kerusakan jaringan dan dapat menimbulkan

penyakit.

Komplemen sebagian besar disintesis di dalam hepar oleh sel hepatosit, dan juga oleh

sel fagosit mononuklear yang berada dalam sirkulasi darah. Komplemen C l juga dapat di

sintesis oleh sel epitel lain diluar hepar. Komplemen yang dihasilkan oleh sel fagosit

mononuklear terutama akan disintesis ditempat dan waktu terjadinya aktivasi. Sebagian dari

komponen protein komplemen diberi nama dengan huruf C: Clq, Clr, CIs, C2, C3, C4, C5,

C6, C7, C8 dan C9 berurutan sesuai dengan urutan penemuan unit tersebut, bukan menurut

cara kerjanya

1.      Aktivasi Komplemen

a)      Aktivasi komplemen jalur klasik

Aktivasi komplemen melalui jalur klasik atau disebut pula jalur intrinsik, dibagi

menjadi 3 tahap. 

         Regulasi jalur klasik, terjadi melalui 2 fase, yaitu melalui aktivitas C1 inhibitor dan

penghambatan C3 konvertase.

         Aktivitas C1 inhibitor

Aktivitas proteolitik C1 dihambat oleh C1 inhibitor (C1 INH). Sebagian besar C1 dalam

peredaran darah terikat pada C1 INH. Ikatan antara C1 dengan kompleks antigen-antibodi

akan melepaskan C1 dari hambatan C1 INH.

         Penghambatan C3 konvertase Pembentukan C3 konvertase dihambat oleh beberapa

regulator.  

15

Page 16: Makalah imunologi

b)     Aktivasi komplemen jalur alternatif

Aktivasi jalur alternatif atau disebut pula jalur properdin, terjadi tanpa melalui tiga

reaksi pertama yang terdapat pada jalur klasik (C1 ,C4 dan C2) dan juga tidak memerlukan

antibodi IgG dan IgM.  Pada keadaan normal ikatan tioester pada C3 diaktifkan terus

menerus dalam jumlah yang sedikit baik melalui reaksi dengan H2O2 ataupun dengan sisa

enzim proteolitik yang terdapat sedikit di dalam plasma. Komplemen C3 dipecah menjadi

frclgmen C3a dan C3b. Fragmen C3b bersama dengan ion Mg++ dan faktor B membentuk

C3bB. Fragmen C3bB diaktifkan oleh faktor D menjadi C3bBb yang aktif (C3 konvertase)

(Lihat Gambar 5-2). Pada keadaan normal reaksi ini berjalan terus dalam jumlah kecil

sehingga tidak terjadi aktivasi komplemen selanjutnya. Lagi pula C3b dapat diinaktivasi oleh

faktor H dan faktor I menjadi iC3b, dan selanjutnya dengan pengaruh tripsin zat yang sudah

tidak aktif ini dapat dilarutkan  dalam plasma (lihat Gambar 5-3 ) . Tetapi bila pada suatu saat

ada bahan atau zat yang dapat mengikat dan melindurlgi C3b dan menstabilkan C3bBb

sehingga jumlahnya menjadi banyak, maka C3b yang terbentuk dari pemecahan C3 menjadi

banyak pula, dan terjadilah aktivasi komplemen selanjutnya. Bahan atau zat tersebut dapat

berupa mikroorganisme, polisakarida (endotoksin, zimosan), dan bisa ular. Aktivasi

komplemen melalui cara ini dinamakan aktivasi jalur alternatif. Antibodi yang tidak dapat

mengaktivasi jalur klasik misalnya IgG4, IgA2 dan IgE juga dapat mengaktifkan komplemen

melalui jalur alternatif. Jalur alternatif mulai dapat diaktifkan bila molekul C3b menempel

pada sel sasaran. Dengan menempelnya C3b pada permukaan sel sasaran tersebut, maka

aktivasi jalur alternatif dimulai; enzim pada permukaan C3Bb akan lebih diaktifkan, untuk

selanjutnya akan mengaktifkan C3 dalam jumlah yang besar dan akan menghasilkan C3a dan

C3b dalam jumlah yang besar pula. Pada reaksi awal ini suatu protein lain, properdin dapat

ikut beraksi menstabilkan C3Bb; oleh karena itu seringkali jalur ini juga disebut sebagai jalur

properdin. Juga oleh proses aktivasi ini C3b akan terlindungi dari proses penghancuran oleh

faktor H dan faktor I. Tahap akhir jalur alternatif adalah aktivasi yang terjadi setelah

lingkaran aktivasi C3. C3b yang dihasilkan dalam jumlah besar akan berikatan pada

permukaan membran sel. Komplemen C5 akan berikatan dengan C3b yang berada pada

permukaan membran sel dan selanjutnya oleh fragmen C3bBb yang aktif akan dipecah

menjadi C5a dan C5b. Reaksi selanjutnya seperti yang terjadi pada jalur altematif (kompleks

serangan membran).

2.      Efek Biologik Komplemen

16

Page 17: Makalah imunologi

Fungsi sistem komplemen pada pertahanan tubuh dapat dibagi dalam dua golongan

besar, 1) lisis sel sasaran oleh kompleks serangan membran, dan 2) sifat biologik aktif

fragmen yang terbentuk selama aktivasi.

a)      Sitolisis

Pada aktivasi sitolisis ini (kompleks serangan membran) yang berfungsi adalah C5-

C9. Mekanisme ini sangat penting bagi pertahanan tubuh melawan mikrooorganisme. Proses

lisis ini dapat melalui jalur alternatif maupun jalur klasik.

b)     Sifat biologik aktif

Opsonisasi dan peningkatan fungsi fagositosis

Fagositosis yang diperkuat oleh proses opsonisasi C3b dan iC3b mungkin merupakan

mekanisme pertahanan utama terhadap infeksi bakteri dan jamur secara sistemik Fagositosis

ini juga lebih meningkat bilamana bakteri disamping berikatan dengan komplemen juga

berikatan dengan antibodi IgG atau IgM. Melekatnya antibodi dan fragmen komplemen pada

reseptor spesifik yang terdapat pada sel fagosit tidak hanya menyebabkan opsonisasi, tetapi

juga memacu untuk terjadinya fagositosis.

Anafilaksis dan kemotaksis

C3a, C4a dan C5a disebut anafilatoksin oleh karena dapat memacu sel mast dan sel

basofil untuk melepaskan mediator kimia yang dapat meningkatkan permeabilitas dan

kontraksi otot polos vaskular. Reseptor C3a dan C4a terdapat pada permukaan sel mast, sel

basofil, otot polos dan limfosit. Reseptor C5a terdapat pada permukaan sel mast, basofil,

netrofil, monosit, makrofag, dan sel endotelium.

Melekatnya anafilatoksin pada reseptor yang terdapat pada otot polos menyebabkan kontraksi

otot polos tersebut. Untuk mekanisme ini C5a adalah yang paling poten dan C4a adalah yang

paling lemah.

C5a juga mempunyai sifat yang tidak dimiliki oleh C3a dan C4a; oleh karena C5a

juga mempunyai reseptor yang spesifik pada permukaan sel-sel fagosit maka C5a dapat

menarik sel-sel fagosit tersebut bergerak ke tempat mikroorganisme, benda asing atau

jaringan yang rusak; proses ini disebut kemotaksis. Juga setelah melekat C5a dapat

merangsang metabolisme oksidatif dari sel fagosit tersebut sehingga dapat meningkatkan

daya untuk memusnahkan mikroorganisme atau benda asing tersebut

Proses peradangan

17

Page 18: Makalah imunologi

Kombinasi dari semua fungsi yang tersebut diatas mengakibatkan terkumpulnya sel-

sel dan serum protein yang diperlukan untuk terjadinya proses dalam rangka memusnahkan

mikroorganisme atau benda asing tersebut; proses ini disebut peradangan.

Pelarutan dan eliminasi kompleks imun

Kompleks imun dalam jumlah kecil selalu terbentuk dalam sirkulasi, dan dapat

meningkat secara dramatis bilamana terdapat peningkatan antigen. Kompleks imun ini

bilamana berlebihan dapat membahayakan oleh karena dapat mengendap pada dinding

pembuluh darah, mengaktivasi komplemen dan menimbulkan kerusakan jaringan.

Pembentukan kompleks imun bilamana berlebihan, tidak hanya membutuhkan Fab dari

imunoglobulin tetapi juga interaksi dengan Fc. Oleh karena itu pengikatan komplemen pada

Fc immunoglobulin suatu kompleks imun dapat membuat ikatan antigen-antibodi yang sudah

terbentuk menjadi lemah.

Untuk menetralkan terbentuknya kompleks imun yang berlebihan ini, sistem

komplemen dapat meningkatkan fungsi fagosit. Fungsi ini terutama oleh reseptor yang

terdapat pada permukaan eritrosit. Kompleks imun yang beredar mengaktifkan komplemen

dan mengaktifkan fragmen C3b yang menempel pada antigen. Kompleks tersebut akan

berikatan dengan reseptor pada permukaan eritrosit. Pada waktu sirkulasi eritrosit melewati

hati dan limpa, maka sel fagosit dalam limpa dan hati (sel Kupffer) dapat membersihkan

kompleks imun yang terdapat pada permukaan sel eritrosit tersebut.

3.      Regulasi

Aktivasi komplemen dikontrol melalui tiga mekanisme utama, yaitu

a)      komponen komplemen yang sudah diaktifkan biasanya ada dalam bentuk yang tidak

stabil sehingga bila tidak berikatan dengan komplemen berikutnya akan rusak,

b)      adanya beberapa inhibitor yang spesifik misalnya C1 esterase inhibitor, faktor I dan

faktor H,

c)      pada permukaan membran sel terdapat protein yang dapat merusak fragmen komplemen

yang melekat.

Regulasi jalur klasik Regulasi jalur klasik terutama terjadi melalui 2 fase, yaitu melalui

aktivitas C1 inhibitor dan penghambatan C3 konvertase.

Regulasi jalur alternatif

18

Page 19: Makalah imunologi

Jalur altematif juga di regulasi pada berbagai fase oleh beberapa protein dalam

sirkulasi maupun yang terdapat pada permukaan membran. Faktor H berkompetisi dengan

faktor B dan Bb untuk berikatan dengan C3b. Juga CR1 dan DAF dapat berikatan dengan

C3b sehingga berkompetisi dengan faktor B. Dengan adanya hambatan ini maka

pembentukan C3 konvertase juga dapat dihambat. Faktor I, menghambat pembentukan

C3bBb; dalam fungsinya ini faktor I dibantu oleh kofaktor H, CR1 dan MCP. Faktor I

memecah C3b dan yang tertinggal melekat pada permukaan sel adalah inaktif C3b (iC3b),

yang tidak dapat membentuk C3 konvertase, selanjutnya iC3b dipecah menjadi C3dg dan

terakhir menjadi C3d.

2.8  SEL-SEL SISTEM IMUN

1.   Sel-Sel Sistem Imun Nonspesifik

Sel sistem imun non spesifik bereaksi tanpa memandang apakah agen pencetus pernah

atau belum pernah dijumpai. Reaksinya pun tidak perlu diaktivasi terlebih dahulu seperti

pada sistem imun spesifik. Lebih jauh lagi respon imun non spesifik merupakan lini pertama

pertahanan terhadap berbagai faktor yang mengancam. Sel-sel yang berperan dalamnsistem

imun nonspesifik adalah sel fagosit, sel nol, dan sel mediator.

a)      Sel Fagosit

Sel fagosit terbagi dua jenis, yaitu fagosit mononuclear dan fagosit polimorfonuklear.

Fagosit mononuclear terdiri dari sel monosit dan sel makrofag, sedangkan fagosit

polimorfonuclear terdiri dari neutrofil dan eusinofil.

Sel Monosit dan Sel Makrofag

Persentase sel monosit dalam sel darah putih berkisar 5 %. Monosit bersirkulasi

dalam darah hanya selama beberapa jam, kemudian bermigrasi ke dalam jaringan, dan

berkembang menjadi makrofaga (macrophage) besar (pemangsa besar). Makrofaga jaringan,

yang merupakan sel-sel fagositik terbesar, adalah fagosit yang sangat efektif dan berumur

panjang. Sel-sel ini menjulurkan kaki semu (psedopodia) yang panjang yang dapat menempel

ke polisakarida pada permukaan mikroba dan menelan mikroba itu, sebelum kemudian

dirusak oleh enzim-enzim di dalam lisosom makrofaga itu.

Beberapa makrofaga bermigrasi ke seluruh tubuh, sementara yang lain tetap tinggal

secara permanen dalam jaringan tertentu: dalam paru-paru (makrofaga alveoli), hati (sel-sel

Kupffer), ginjal (sel-sel mesangial), otak (sel-sel mikroglia), jaringan ikat (histiosit), dan pada

19

Page 20: Makalah imunologi

limpa, nodus limfa, serta jaringan limfatik. Mikroorganisme, fragmen mikroba, dan molekul

asing yang memasuki darah menghadapi makrofaga ketika mereka terjerat dalam bangun

limpa yang mirip dengan jarring, sementara yang berada dalam cairan jaringan mengalir ke

dalam limfa dan disaring melalui nodus limfa.

Namun, beberapa mikroba telah mengevolusikan mekanisme untuk menghindari

perusakan oleh sel fagositik. Beberapa bakteri mempunyai kapsul bagian luar yang tidak

dapat ditempeli makrofaga. Contoh bakteri tersebut adalah Mycobacterium tuberculosis, yang

bersifat resisten terhadap perusakan oleh lisosom dan bahkan dapat bereproduksi di dalam

makrofaga.

Sel Neutrofil

Neutrofil merupakan sel fagosit yang berasal dari sel bakal myeloid dalam sumsum

tulang. Jumlahnya sekitar 60-70% dari semua sel darah putih (leukosit). Neutrofil adalah

fagosit pertama yang tiba, diikuti oleh monosit darah, yang berkembang menjadi makrofaga

besar dan aktif. Sel-sel yang dirusak oleh mikroba yang menyerang membebaskan sinyal

kimiawi yang menarik neutrofil dari darah untuk datang. Neutrofil itu akan memasuki

jaringan yang terinfeksi, lalu menelan dan merusak mikroba yang ada disana. (Migrasi

menuju sumber zat kimia yang mengundang ini disebut kemotaksis). Di dalam neutrofil

terdapat enzim lisozim dan laktoferin untuk menghancurkan bakteri atau benda asing lainnya

yang telah difagositosis. Setelah memfagositosis 5-20 bakteri, neutrofil mati dengan

melepaskan zat-zat limfokin yang mengaktifasi makrofag. Biasanya, neutrofil hanya berada

dalam sirkulasi kurang dari 48 jam karena neutrofil cenderung merusak diri sendiri ketika

mereka merusak penyerang asing.

Sel Eusinofil

Sama seperti sel fagosit lainnya, sel eosinofil berasal dari sel bakal myeloid. Ukuran

sel ini sedikit lebih besar daripada neutrofil dan berfungsi juga sebagai fagosit. Eosinofil

berjumlah 2-5% dari sel darah putih. Peningkatan eosinofil di sirkulasi darah dikaitkan

dengan keadaan-keadaan alergi dan infeksi parasit internal (contoh, cacing darah atau

Schistosoma mansoni). Walaupun kebanyakan parasit terlalu besar untuk dapat difagositosis

oleh eosinofil atau oleh sel fagositik lain, namun eosinofil dapat melekatkan diri pada parasit

melalui molekul permukaan khusus, dan melepaskan bahan-bahan yang dapat membunuh

banyak parasit. Selain itu, eosinofil juga memiliki kecenderungan khusus untuk berkumpul

dalam jaringan yang memiliki reaksi alergi. Kecendrungan ini disebabkan oleh faktor

20

Page 21: Makalah imunologi

kemotaktik yang dilepaskan oleh sel mast dan basofil yang menyebabkan eosinofil

bermigrasi kearah jaringan yang meradang. Sel fagosit terutama makrofag dan neutrofil;

memiliki peran besar dalam proses peradangan. Untuk melaksanakan fungsi tersebut sel

fagosit juga berinteraksi dengan komplemen dan sistem imun spesifik lainnya.

b)      Sel Nol

Sel Natural Killer (Sel NK) merupakan golongan limfosit tapi tidak mengandung

petanda seperti pada permukaan sel B dan sel T. Oleh karena itu disebut sel nol. Sel ini

beredar dalam pembuluh darah sebagai limfosit besar yang khusus, memiliki granular

spesifik yang memiliki kemampuan mengenal dan membunuh sel abnormal, seperi sel tumor

dan sel yang terinfeksi oleh virus. Sel NK berperan penting dalam imunitas nonspesifik pada

patogen intraseluler. Sel jenis khusus mirip limfosit yang diproduksi di dalam sumsum tulang

ini juga tersedia di limpa, nodus limfa, dan timus dan merupakan 10 % – 20 % bagian dari

limfosit perifer. Bentuknya lebih besar dari limfosit B dan limfosit T.

c)      Sel Mediator

Sel yang termasuk sel mediator adalah sel basofil, sel mast, dan trombosit. Sel

tersebut disebut sebagai mediator dikarenakan melepaskan berbagai mediator yang berperan

dalam sistem imun.

Sel basofil dan sel mast

Basofil adalah jenis leukosit yang paling sedikit jumlahnya dan diduga juga dapat

berfungsi sebagai fagosit. Sel basofil secara struktural dan fungsional mirip dengan sel mast,

yang tidak pernah beredar dalam darah tapi tersebar di jaringan ikat di seluruh tubuh.

Awalnya sel basofil dianggap berubah menjadi sel mast dengan bermigrasi dari sistem

sirkulasi, tapi para peneliti membuktikan bahwa basofil berasal dari sumsum tulang

sedangkan sel mast berasal dari sel prekursor yang terletak di jaringan ikat. Ada dua macam

sel mast yaitu terbanyak sel mast jaringan dan sel mast mukosa. Yang pertama ditemukan di

sekitar pembuluh darah dan mengandung sejumlah heparin dan histamine. Sel mast yang

kedua ditemukan di slauran cerna dan napas. Proliferasinya dipacu IL-3 dan IL-4 dan

ditingkatkan pada infeksi parasit. Baik sel basofil maupun sel mast memiliki reseptor untuk

IgE dan karenanya dapat diaktifkan oleh alergen spesifik yang berkaitan dengan antibodi IgE.

Kemudian bila terdapat alergen spesifik berikutnya yang bereaksi dengan antibodi, maka

perlekatan keduanya menyebabkan sel mast atau basofil rupture dan melepaskan banyak

21

Page 22: Makalah imunologi

sekali histamin, bradikinin, serotonin, heparin, substansi anafilaksis yang bereaksi lambat,

dan sejumlah enzim lisosomal. Bahan-bahan inilah yang menyebabkan manifestasi alergi.

Selain itu keduanya pun dapat membentuk dan menyimpan heparin dan histamin.

Trombosit

Trombosit adalah fragmen sel yang berasal dari megakariosit besar di sumsum tulang

belakang. Trombosit berperan dalam pembatasan daerah yang meradang, dimana apabila

terpajan ke tromboplastin jaringan di jaringan yang cedera maka fibrinogen, yang telah

diaktifkan melalui proses berjenjang yang melibatkan pengaktifan suksesif faktor-faktor

pembekuan, diubah menjadi fibrin. Fibrin inilah yang membentuk bekuan cairan

interstitiumdi ruang-ruang di sekitar bakteri dan sel yang rusak.

2. Sel-sel Sistem Imun Spesifik

a)   Sel T

Karakteristik Sel T

         Sel T tidak mengeluarkan antibodi. Sel –sel ini harus berkontak langsung dengan

sasaran suatu proses yang dikenal sebagai immunitas yang diperantarai oleh sel (cell-

mediated immunity, imunitas seluler).

         Bersifat klonal dan sangat spesifik antigen. Di membran plasmanya, setiap Sel T

memiliki protein-protein reseptor unik.

         Sel T diaktifkan oleh antigen asing apabila antigen tersebut disajikan di permukaan

suatu sel yang juga membawa penanda identitas individu yang bersangkutan, yaitu, baik

antigen asing maupun antigen diri harus terdapat di permukaan sel sebelum sel T dapat

mengikuti keduanya.

         Tidak semua turunan sel T yang teraktivasi menjadi sel T efektor. Sebagian kecil tetap

dorman, berfungsi sebagai cadangan sel T pengingat yang siap merespon secara lebih cepat

dan kuat apabila antigen asing tersebut muncul kembali di sel tubuh.

         Selama pematangan di timus, sel T mengenal antigen asing dalam kombinasi dengan

antigen jaringan individu itu sendiri, suatu pelajaran yang diwariskan ke semua turunan sel T

berikutnya

         Diperlukan waktu beberapa hari setelah pajanan antigen tertentu sebelum sel T

teraktivasi besiap untuk melancarkan serangan imun seluler.

Subpopulasi sel T

22

Page 23: Makalah imunologi

Ketika sel T terpajan ke kombinasi antigen spesifik, sel-sel dari sel klon sel T

komplementer berproliferisai dan berdiferensiasi selama beberapa hari, menghasilkan

sejumlah besar sel T teraktivasi yang melaksanakan berbagai respons imunitas seluler.

Terdapat tiga subpopulasi sel T, tergantung pada peran mereka setelah diaktifkan oleh

antigen.

         Sel Tc (cytotocic)

Sel T yang menghancurkan sel penjamu yang memiliki antigen asing, misalnya sel

tubuh yang dimasuki oleh virus, sel kanker, dan sel cangkokan.

         Sel Th (helper)

Berperan menolong sel B dalam memproduksi antibodi, memperkuat aktivitas sel T

sitotoksik dan sel T penekan (supresor) yang sesuai, dan mengaktifkan makrofag.

         Sel Ts (supperssor)

Sel T yang menekan produksi antibodi sel B dan aktivitas sel T sitotoksik dan

penolong. Sebagian besar dati milyaran Sel T diperkirakan tergolong dalam subpopulasi

penolong dan penekan, yang tidak secara langsung ikut serta dalam destruksi patogen secara

imunologik. Kedua subpopulasi tersebut disebut sel T regulatorik, karena mereka

memodulasi aktivitas sel B dan Sel T sitotoksik serta aktivitas mereka sendiri dan aktivitas

makrofag.

         Sel Tdh (delayed hypersensitivity)

Merupakan sel yang berperan pada pengerahan makrofag dan sel inflamasi lainnya

ketempat terjadinya reaksi hipersensitivitas tipe lambat. Dalam fungsinya, sel Tdh sebenarnya

menyerupai sel Th.

         Limfokin

Dalam biakan sel limfosit T dapat ditemukan berbagai bahan yang mempunyai efek

biologic. Bahan-bahan tersebut disebut limfokin dan dilepas sel T yang disensitisasi.

Beberapa jenis limfokin yaitu: interleukin, interferon, factor supresor, factor penolong , dan

sebagainya.

b)   Sel B

                  Sel B merupakan 5-15 % dari jumlah seluruh limfosit dalam sirkulasi. Fungsi

utamanya ialah memproduksi antibodi. Sel B ditandai dengan adanya immunoglobulin yang

dibentuk didalam sel dan kemudian dilepas, tetapi sebagian menempel pada permukaan sel

23

Page 24: Makalah imunologi

yang selanjutnya berfungsi sebagai reseptor antigen. Kebanyakan sel perifer mengandung

IgM dan IgD dan hanya beberapa sel yang mengandung IgG, IgA, dan IgE, pada

permukaannya. Sel B dengan IgA banyak ditemukan dalam usus. Antibody permukaan

tersebut dapat ditemukan dengan teknik imunofluoresen.

BAB III

PENUTUP

3.1     Kesimpulan

Sistem imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh sel

dan organ khusus pada suatu organisme. Jika sistem kekebalan bekerja dengan benar, sistem

ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus, serta menghancurkan sel kanker

dan zat asing lain dalam tubuh. Jika sistem kekebalan melemah, kemampuannya melindungi

tubuh juga berkurang, sehingga menyebabkan patogen, termasuk virus yang menyebabkan

demam dan flu, dapat berkembang dalam tubuh. Sistem kekebalan juga memberikan

pengawasan terhadap sel tumor, dan terhambatnya sistem ini juga telah dilaporkan

meningkatkan resiko terkena beberapa jenis kanker.

24

Page 25: Makalah imunologi

Daftar Pustaka

1. Garna Baratawidjaja Karnen dan Rengganis Iris. 2009. Imunologi Dasar edisi VIII.

Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

2. Ernets, Jawetz. 1996. “Mikrobiologi Kedokteran Edisi 20”. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

3. Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1994. “Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi”. Jakarta : Penerbit Binarupa Aksara.

25