Top Banner
MAKALAH IMUNOLOGI TENTANG IMUNOTERAPI KANKER DAN DEGENERATIF OLEH : KELOMPOK 1 Putri Irma Yuliyanti (25131029) Rosyta Velayanti (25131033) Dewinta Annisa H F (25131040) Suryani (25131041) Dian Afnitasari (25131042) Anis Rahmatun (25131043) Sari Mulyana (25131051) Tya Permatasari (25131065) Aprilia Indah S (25131071) Dara Riza Yanuari (25131072)
40

MAKALAH IMUNOLOGI

Dec 29, 2015

Download

Documents

Sri Anggun

Imunologi
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: MAKALAH IMUNOLOGI

MAKALAH IMUNOLOGI

TENTANG IMUNOTERAPI KANKER DAN DEGENERATIF

OLEH :

KELOMPOK 1

Putri Irma Yuliyanti (25131029)

Rosyta Velayanti (25131033)

Dewinta Annisa H F (25131040)

Suryani (25131041)

Dian Afnitasari (25131042)

Anis Rahmatun (25131043)

Sari Mulyana (25131051)

Tya Permatasari (25131065)

Aprilia Indah S (25131071)

Dara Riza Yanuari (25131072)

SEKOLAHTINGGIFARMASI BANDUNG

PROGRAM PENDIDIKAN STRATA 1

PROGRAM STUDIFARMASI

2013

Page 2: MAKALAH IMUNOLOGI

IMUNOTERAPI

A. DEFINISI

Imunoterapi adalah peningkatan daya tahan tubuh terhadap penyakit

dengan meningkatkan pengadaan antibodi dalam tubuh. Imunoterapi adalah

pengobatan yang bertujuan mengubah reaksi imunologik untuk menguntungkan

penderita pada suatu proses penyakit (Davies dalam Wiyono dan Yunus, 1991).

Pengobatan ini bersifat individual, periodik dan memakan waktu lama (Wells

dalam Wiyono dan Yunus, 1991).

B. IMUNOTERAPI PENYAKIT KANKER

Kanker merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh perkembangan

populasi sel yang lolos pada pertumbuhan regulasi normal, replikasi, dan

diferensiasi dan yang menyerang jaringan di sekitarnya. Kanker dihasilkan dari

fungsi sel yang abnormal dan kelainan ini hasil dari mutasi dalam struktur

nukleotida DNA yang paling sering diperoleh selama hidup (mutasi somatik)

(Wiseman, 2007).

Kanker dapat dianggap sebagai penyakit dari sel-sel tubuh yang

berkembang secara abnormal. Pengembangannya melibatkan kerusakan pada sel-

sel DNA (Deoxyribonucleic Acid), dan kerusakannya ini terakumilasi dari waktu

ke waktu. Sel-sesl ini merusak dan melepaksan diri dari mekanisme yang

berfungsi untuk melindungi dari pertumbuhan dan invasi atau penyebaran ke

jaringan lain. Pertumbuhan neoplasma ganas biasanya merusak jaringan

sekitarnya dan dapat menyebar ke organ lainnya, proses ini dikenal sebagai

metastasis (Grant, 2008).

B.1 Gejala kanker

Menurut Corwin( 2001) gejala kanker secara umum timbul tergantung

dari jenis atau organ tubuh yang terserang yaitu :

a. Nyeri dapat terjadi akibat tumor yang meluas menekan syaraf dan

pembuluh darah disekitarnya, reaksi kekebalan dan peradangan terhadap

kanker yang sedang tumbuh , dan nyeri juga disebabkan karena ketakutan

atau kecemasan.

Page 3: MAKALAH IMUNOLOGI

b. Pendarahan atau pengeluaran cairan yang tidak wajar, misalnya ludah,

batuk atau muntah yang berdarah , mimisan yang terus menerus, cairan

punting susu yang mengandung darah , cairan lubang senggama yang

berdarah (diantara menstruasi/menopause) darah dalam tinja, darah dalam

air kemih.

c. Perubahan kebiasaaan buang air bersih.

d. Penurunan berat badan dengan cepat akibat kurang lemak dan protein

(kaheksia)

e. Gangguan pencernaan , misalnya sukar menelan yang terus menerus.

f. Nyeri akibat penekanan syaraf dan pembuluh darah terutama terjadi pada

jaringan jaringan yang terletak diruangan yang terbatas seperti tulang atau

otak.

g. Anemia yang terjadi akibat berbagai sebab.

h. Kelelahan sering terjadi akibat gizi yang buruk, malnutrisi protein, dan

gangguan oksigenasi jaringan akibat anemia.

Menurut Corwin (2001), Wilson ( 2003), dan Escott (2008), terdapat

beberapa gejala kanker yang secara khusus berdasarkan jenis kanker yang dialami,

yaitu :

a. Kanker Paru-paru

Batuk persisten, dispnea, nyeri pleura (dada), hemoptisis ( batuk

berdarah ). Aneroksia, penurunan berat badan adalah manifestasi kanker

paru yang lanjut.

b. Kanker Payudara

Adanya benjolan, penebalan kulit ( tickening), perubahan bentuk, kulit

menjadi merah , panas , edematosa ( pembengkakan), beridurasi ( benjolan

) dan nyeri.

c. Kanker Lambung

Gejala dini rasa sedikit tidak enak pada abdomen bagian atas, rasa penuh

setelah makan.Pada akhirnya terjadi aneroksia dan penurunan berat badan.

d. Kanker Kolon

Page 4: MAKALAH IMUNOLOGI

Perubahan kebiasaan defekasi, pendarahan, nyeri, aneroksia dan

penurunan berat badan.

e. Kanker kandung kemih atau ginjal

Ada darah pada seni, rasa sakit atau perih pada saat buang air kecil,

keseringan atau kesulitan buang air kecil, sakit pada kandung kemih.

f. Kanker prostat

Kencing tidak lancar, rasa sakit ketika buang air kecil rasa terbakar.

g. Leukimia

Pucat, kekelahan kronis, penurunan berat badan, anemia , mual , muntah

dan demam.

h. Kanker otak

Sakit kepala sering merupakan manifestasi kanker otak stadium lanjut.

i. Kanker Mulut

Bengkak kecil di dasar mulut yang dapat bergerak dan tidak menimbulkan

nyeri.

j. Kanker hati

Nyeri akut karena pendarahan dari tumor, acites ( penumpukan cairan di

rongga perut), nafsu makan menurun dan muncul ikterus ( kuningan )

k. Kanker Pankreas

Penurunan nafsu makan, penurunan berat badan dan nyeri punggung.

l. Nasofaring

Gejala pertama baru muncul setelah pertumbuhan masuk meluas

kelingkungan sekitar misalnya menyebabkan mata juling, tuli satu telinga

dan bengkak dileher akibat metastatis di kelenjar limfe leher.

m. Kanker serviks

Gangguan silus haid, keputihan berlebihan dan bau busuk, penderita sering

mendadak sakit perut.

B.2 Pengobatan Kanker

Meskipun pengobatan kanker seperti operasi, kemoterapi, radiasi telah

meningkatkan masa hidup penderita, manipulasi respon imun terhadap kanker

untuk meningkatkan destruksi kanker, merupakan hal yang penting. Mengontrol

Page 5: MAKALAH IMUNOLOGI

kanker dengan cara-cara imunologis berperan dalam eradiksi kanker primer,

metastasis, dan residu yang tertinggal setelah regimen terapi konvensional.

Imunoterapi adalah bentuk terapi kanker yang baru diciptakan yang

memanfaatkan dua sifat atau ciri utama dari sistem imun : spesifitas dan daya

ingat. Imunoterapi dapat digunakan untuk mengidentifikasi tumor dan

memungkinkan pendeteksian semua tempat metastasis yeng tersembunyi.

Imunoterapi dapat merangsang sistem kekebalan penjamu agar berespon secara

lebih agresif terhadap tumor , atau sel sel tumor dapat diserang oleh antibodi yang

dibuat di laboratorium.

Imunoterapi yang digunakan seperti ; Antibodi Berlabel Fluoresen,

Stimulan Imunitas dan Antibodi penyerang. Selain itu, sedang dikembangkan

terapi yang didasarkan pada biologi molekuler sel tumor yang khas yang berbeda

dengan sel – sel non kanker, contoh terapi biologi untuk tumor yang

menggunakan obat-obat yang secara spesifik menghambat faktor angiogenesis

dan enzim-enzim tumor tertentu misalnya tipe IV. Hasil imunoterapi yang ideal

adalah eradiksi spesifik kanker dengan kerusakan minimal terhadap sel normal

penjamu.

a)      Imunoterapi Pasif

1.      Antibodi Monoklonal

Imunoterapi (IT) pasif yang menggunakan antibody monoclonal

(mAb) untuk menghancurkan sel ganas telah dicoba, namun tidaklah

spesifik. Anti CD20 adalah mAb yang banyak digunakan dalam

onkologi. mAb membunuh sel kanker melalui apoptosis atau aktivasi

komplemen, ADCC atau fagositosis. Sebagai contoh CD20 diekspresikan

pada sel B normal dan sel limfoma.Infus anti CD20 dapat mengurangi

atau menyembuhkan 50% limfoma sel B.

Anti CD20 menghancurkan sel B ganas melalui aktivasi

komplemen dan sitotoksisitas selular, serta menginduksi apoptosis sel B.

Anti-CD20 telah pula dikonjugasikan dengan bahan radioaktif untuk

menghantarkan dosis tinggi radioaktif langsung ke tempat kanker. Anti-

CD20 juga merusak sel normal dan bila dilabel dengan bahan radioaktif

Page 6: MAKALAH IMUNOLOGI

dapat juga digunakan untuk mengetahui luas penyebaran limfoma dalam

tubuh.

2.      Imunotoksin

Imunoterapi dengan mAb terhadap TAA telah dicoba bersama

toksin yang dapat mencegah proses selular atau bersama radioisotop yang

membantu membunuh DNA dan melepas partikel dengan energy tinggi.

Namun dosis yang diperlukan adalah tinggi dan toksik untuk sumsum

tulang. Cara pemberian antibody ini belum nampak berhasil.

b)      Imunoterapi Aktif

Imunoterapi aktif telah digunakan dalam usaha mencegah anergi sel T.

Anergi terjadi bila antigen kanker dipresentasikan ke sel T tanpa bantuan

molekul konstimulator.Jalan mudah untuk melakukan hal itu ialah dengan

menginfuskan sitokin. IL-2 akan mengaktifkan sel T dan sel NK secara

langsung. Namun IL-2 dapat menimbulkan efek samping berat yaitu

kebocoran kapiler, edem dan hipotensi.Pemberian IFN sistemik, baik IFN-α

dan IFN-β meningkatkan ekspresi MHC-1.IFN juga menunjukkan efek anti-

proliferasi terhadap sel kanker, meskipun pemberian sistemik memberikan

efek samping.

c)      Lymphokine Activated Killer cells

CTC/Tc dapat diaktifkan di luar tubuh dan kemudian diinfuskan

kembali dengan atau tanpa IL-2.Limfosit perifer dibiakkan dengan IL-2 untuk

memperoleh Lymphokine Activated Killer (LAK) sitotoksik yang diaktifkan.

Sel tersebut tidak lain adalaha sel NK, jadi tidak mempunyai spesifisitas sel

T, tetapi hanya bereaksi dan membunuh sel kanker saja yang tidak atau

sedikit mengekspresikan MHC-I. Cara tersebut menunjukkan toksisitas yang

bermakna.

d)      Tumor Infiltrating Lymphocyte

Pada pemeriksaan histologi kanker padat ditemukan infiltrasi sel.

Tumor.Infiltrating Lymphocyte (TIL) tersebut terutama terdiri atas

makrofag dan limfosit yang terdiri atas sel NK dan CTL.Seperti halnya

dengan LAK, TIL diperoleh dari penderita dengan kanker, diaktifkan

dengan IL-2.TIL adalah limfosit CD8+ yang diperoleh dari kanker penderita

Page 7: MAKALAH IMUNOLOGI

yang beberapa diantaranya spesifik untuk kanker.Cara yang juga

menginfuskan kembali ke penderita dengan atau tanpa IL-2 ini

menunjukkan toksisitas yang berarti.

e)      Macrophage Activated Killer Cells

Pendekatan lain yaitu menggunakan sitokin dan makrofag yang

diaktifkan. Monosit diisolasi dari darah perifer penderita dengan kanker,

dibiakkan in vitro dengan sitokin (IFN-ɣ) yang mengaktifkan sel dan

meningkatkan sitotoksisitas sebelum diinfuskan kembali ke

penderita.Meskipun sel yang diperoleh sangat sitotoksik dan fagositik, namun

non-spesifik.

C. IMUNOTERAPI PENYAKIT DEGENERATIF

Penyakit degeneratif adalah penyakit yang mengiringi proses penuaan.

Sistem imun mengalami perubahan seiring bertambahnya umur, karena terjadi

kemunduran respon imun seluler dan humoral terhadap antigen, juga terjadi

peningkatan respon imun terhadap autoantigen.Timbulnya penyakit degenerative

berhubungan dengan penyakit

autoimun dimana system imun tidak mengenali jaringan tubuh sendiri dan

menyerangnya. Gangguan ini bercirikan terdapatnya auto-antibodi atau sel T

autoreaktif, dan lazimnya dibagi dalam dua kelompok : - auto-imunitas organ

spesifik (menyangkut organ tunggal), misalnya anemia; - auto-imunitas non-organ

spesifik (menyangkut pelbagai organ) misalnya SLE, rema, MS. (multiple

sclerosis = banyak pengerasan, cth bicara kaku, kaki tangan kaku, persendian

kaku.

Penyakit degeneratif yang dibahas ada dua macam yaitu penyakit

generative yang disebabkan karena gangguan autoimun yaitu rema dan diabetes

mellitus tipe 1.

C.1 PENYAKIT REMA (ARTHRITIS RHEUMATICA)

Arthitis rheumatic, singkatan A.R., rematik atau rema adalah

penyakit sendi kronis dan sistematis yang termsuk kelompok gangguan auto-

imun. Bercirikan perubahan-perubahan beradang kronis dari sendi dan

Page 8: MAKALAH IMUNOLOGI

membrannya (Synovium) dan kemudian destruksi tulang rawan dengan perubahan

anatomis. Yang khusus dihinggapi rema adalah persendian tangan dan kaki, lutut,

bahu, dan tengkuk.

Gejalanya yang khas berupa bengkak dan nyeri simetris di sendi-sendi

tersebut. Nyeri ini paling hebat waktu bangun pagi dan umumnya berkurang

setelah melakukan aktivitas. Nyeri waktu malam dapat menyulitkan tidur. Sendi-

sendi menjadi kauk waktu pagi (morning stiffnes), sukar digerakkan dan kurang

bertenaga, khususnya juga setelah bangun selama 1-2 jam lebih. Gejala lainnya

adalah perasaan lelah dan malaise umum. Pada lebih kurang 20% dari pasien

terdapat benjolan-benjolan kecil (noduli), terutama di jeriji serta pergelangan

tangan dan kaki.

Jalannya penyakit. Rema berlangsung dengan serangan bergelombang

secara progresif, artinya berangsur-angsur bertambah berat akibat degenerasi

tulang rawan. Sering kali penyakit ini mengakibatkan cacat seperti pada artrose

akibat pertumbuhan sendi yang keliru, misalnya jeriji dan tangan membengkok.

Progres rema sukar diramalkan, kadang-kadang kerusakan hanya terbatas tetapi

adakalanya terjadi dekstruksi hebat setelah beberapa tahun sampai puluhan tahun,

yang dapat menyebabkan invaliditas. Selain itu, sering kali terjadi komplikasi-

komplikasi di luar sendi (extra articular) misalnya di paru-paru, jantung, ginjal,

kulit (nodules), dan organ-organ lain.

Prevalensi rema menghinggapi kira-kira 2% dari populasi baik di Negara-

negara dingin dan lembab seperti Eropa Barat. Insidensinya kira-kira tiga kali

lebih sering pada wanita daripada pria. Rema dapat timbul sejak usia 10 tahun,

tetapi paling sering antara 30-40 tahun. Pada penyakit ini, factor keturunan

memegang peranan yang nyata.

Pathogenesis

Rema merupakan suatu penyakit auto-imun, dimana antibody tubuh

menyerang dan merusak organ/jaringan sendiri. Penyakit diawali dengan

masuknya suatu antigen (entah mikro-organisme atau zat lain) ke dalam sirkulasi.

Antigen ini diperangkap oleh makrofag, tetapi tidak dimusnahkan atau

Page 9: MAKALAH IMUNOLOGI

dikeluarkan karena sebab-sebab yang tidak diketahui. Akibatnya adalah

terbentuknya antibodies dari jenis igM, yang disebut factor rema. Antigen dan

antibodies bergabung dengan komplemen dan menghasilkan suatu

imunokompleks, yang kemudian menimbulkan serentetan reaksi peradangan.

Akibat penggabungan ini antara lain terjadi pelepasan zat-zat chemotactic, yang

berdaya menarik lekosit tertentu (neutrofil) ke daerah peradangan (Yun.

taxis=pergerakan, regulasi). Dalam 24 jam, kira-kira satu milyar neutrofil

menginvasi sendi bersangkutan. Granulosit tersebut “memakan” imunokompleks

(fagocytose), lalu mati sambil melepaskan enzim-enzim lysosomal, seperti

protease, glikoprotease dan fosfatase. Semua enzim ini dapat merusak tulang

rawan dan bahan dasar tulang (matrix).

Tulang rawan terdiri dari jaringan lebat benang-benang kolagen kuat

dengan diantaranya molekul-molekul besar dari proteoglycan, yang dapat

mengikat air. Kadar air di dalam tulang rawan adalah 80%. Proteoglycan adalah

molekul-molekul besar yang terdiri dari inti protein, tempat terikatnya zat-zat

glucosamino-glycan (GAG) SEPERTI Chondroitinsulfat (CS) keratansulfat (KS).

Fungsinya ialah untuk memelihara kelenturan dan melumasi tulang rawan.

Bila tulang rawan mengalami kerusakan, jaringan kuat itu pecah dab

proteoglycan dapat lolos. Akibatnya, tulang rawan hilang kekuatan dan

fleksibilitasnya. Berhubung tidak memiliki pembuluh darah atau neuron, maka

kerusakannya pada umumnya tidak dapat diperbaiki lagi (irreversible). Zat-zat

peronbakan dari tulang rawan dan sisanya kemudian dapat bekerja sebagai antigen

lagi dan siklus peradangan senantiasa berlanjut.

Diagnosa

Pertama-tama didasarkan atas gejala tersebut di atas dan dapat dipastikan

melalui foto X-ray yang pada umumnya selama 6 bulan pertama belum

menunjukkan kelaian sendi. Selain itu, di dalam darah dapat ditentukan adanya

factor rema (=IgM), kenaikan laju endap eritrosit, dan turunnya kadar hemoglobin

(anemia), yang semuya tidak spesifik bagi rema. Lebih khas lagi adalah tes

endapan mucine dalam cairan synovial (di antara sendi) serta pemeriksaan

Page 10: MAKALAH IMUNOLOGI

mikroskopis dari nodule dan jaringan synovial, (di antara sendi) serta pemeriksaan

mikroskopis dari nodule dan jaringan synovial, yang memperlihatkan kelainan-

kelainan tertentu.

Pengobatan

Guna menanggulangi gejala nyeri, peradangan dan kelakuan banyak digunakan

analgetika antiradang dan kortikosterida.

a. Analgetika antiradang atau NSAIDs (Non-Steroidal Anti-inflmaatory

Drugs) sangat berguna untuk menghalau gejala rema. Obat ini lebih efektif

daripada analgetika perifer(parasetamol, asetosal atau kombinasinya denga

obat antinyeri lain). Respons individual untuk NSAIDs amat bervariasi,

maka sebaiknya dicoba beberapa obat untuk menentukan obat mana yang

paling efektif bagi pasien tertentu. Setiap obat hendaknya diminum selama

1 minggu. Pilihan pertama adalah obat denga relative sedikit efek

sampingnya, seperti ibuprofen, ketoprofen, naproksen, dan diclofenac,

juga obat selektif baru nabumeton dan meloxicam. Yang ternyata efektif

untuk morning stiffness adalah zat-zat long-acting atau sediaan time-

release yang diminum sebelum tidur, misalnya diklofenac retard 75 mg.

Sebagai obat tambahan, kombinasi parasetamol dengan kodein atau

propoksifen sering kali sangat ampuh.

Penggunaan jangka panjang dianjurkan dengan tambahan suatu

penghambat asam lambung (omeprazol, lansoprazol, pantoprazol) atau zat

pelindung mukosa misopristol guna mencegah terjadinya tukak lambung .

b. Kortikosteroid sangat efektuf tetapi sering kali mengakibatkan efek

samping dan tetapi sukar dihentikan, maka terutama digunakan bila

penyakit menjadi parah (exacerbatio). Misalnya, pada penderita lansia,

exacerbasi dapat diatasi dengan dosis rendah prednisone (sekecil 10 mg)

yang sepanjang tahun dapat dikurangi sampai dosis pemeliharaan. Tetapi,

pada pasien yang lebih muda diperlukan dosis yang jauh lebih tinggi untuk

waktu yang lama dengan resiko efek samping besar (6,7). Secara

intraartikuler, kortikosteroid digunakan untuk kekuatan dan nyeri hebat

pada sendi

Page 11: MAKALAH IMUNOLOGI

c. Obat-obat supresif long acting, juga disebut DMARD’S (Disease

Modifying AntirheumaTIC Drugs) memiliki khasiat antiradang kuat. Obat

ini juga berdaya anti-erosif, artinya dapat menghentikan atau

memperlambat progress kerusakan tulang rawan. Senyawa-senyawa ini

tidak dapat menghentikan atau memperlambat progress kerusakan tulang

rawan. Senyawa-senyawa ini tidak bekerja analgetis, maka biasanya

dikombinasi dengan NSAIDs guna memperkuat efeknya.

IMUNOSUPRESIVA

Imunosupresiva adalah zat-zat yang justru menekan aktivitas system-imun

dengan jalan interaksi di pelbagai titik dari system tersebut. Titik kerjanya dalam

proses-imun dapat berupa penghambatan transkripsi dari cytokine, sehingga mata

rantai penting dalam respons-imun diperlemah. Khususnya IL-2 adalah esensial

bagi perbanyakan dan diferensiasi limfosit, yang dapat dihambat pula oleh efek

sitostatis langsung. Lagi pula T-cells bisa diinaktifkan atau dimusnahkan dengan

pemberian antibody terhadap limfosit.

Penggunaannya. Imunosupresiva banyak digunakan untuk mencegah

reaksi penolokan pada transplantasi organ, karena tubuh membentuk antibody

terhadap sel-sel asing yang diterimanya. Guna mencegah penolakan transplantasi

selalu diberikan:

- Kortikosteroida

- Azatioprin, siklofosfamida, atau mycofenolat

- Siklosporin-A dan tacrolimus

- Limfositimunoglobulin (lumfoglobulin)

Obat-obat imunosupresif lain adalah sulfasalazin dan talidomida.Guna

menekan aktivitas penyakit autoimun sering digunakan zat-zat imunosupresif.

Misalnya pada rematik dan penyakit radang usus (colitis ulcerosa, M. crohn)

diberikan sulfasalazin dan sitostatika (MTX, azatropin) dengan hasil baik.

Page 12: MAKALAH IMUNOLOGI

Penyakit autoimun. Pada gangguan ini, fungsi system-imun terganggu akibat

adanya auto-antibodi, pada mana limfo-T dan NK-cells menyerang jaringan dan

organ tubuh sendiri.

Keadaan ini dapat terjadi bila system-imun tidak berdaya (lagi) untuk

mengenali jaringan tubuh sendiri sebagai miliknya dan menyerangnya. Gangguan

autoimun terkenal adalah rema, diabetes tipe I, dan radang tiroid. Penyebab

mengapa system tangkis kehilangan daya pengenalannya belum begitu jelas,

meskipun diketahui bahwa faktor genetis, hormonal, viral dan lingkungan

berperan pada manifestasi dan hebatnya penyakit.

Auto-antibodies dalam keadaan normal juga dibuat oleh system imun,

tetapi segera dinonaktifkan oleh makrofag dan limfo-T. bila produksinya terlau

banyak, barulah dapat merusak jaringan. Auto-antibodies dapat bereaksi langsung

terhadap organ dengan menimbulkan peradangan dan kerusakan, seperti pada

membrane glomerolus ginjal. Dapat pula mngacaukan fungsi suatu proses,

misalnya dari reseptor asetikolin pada myasthenia grafis. Kemungkinan lain

adalah terbentuknya kompleks imun yang beredar dengan aktivitas biologis.

Zat-zat tersendiri

a. Siklosporin

Bersifat imunosupresif istimewa dengan jalan menghambat secara spesifik

respon imun seluler. Siklosporin terutama digunakan padda transplantasi organ

atau sumsum untuk profilakse dan penanganan reaksi penolakan. Siklosporin

dapat dikombinasi dengan kortikoida atau imunosupresiva lain dengan maksud

mengurangi nefrotoksiknya. Resorpsinya dari usus sangat variable, bersifat sangt

lipofil, maka distribusinya baik ke semua jaringan tubuh. Dalam hati dirombak

menjadi 15 metabolit yang terutama diekskresikan melalui empedu dengan siklus

enterohepatis. Hanya 6% diekskresikan lewat kemih. Efek sampingnya adalah

nefrotoksisitas yang tergantung dari dosis dengan turunnya nilai kreatinin.

Bersifat karsinogen, terutama bila digunakan lama dengan dosis tinggi (limfoma,

kanker).

Page 13: MAKALAH IMUNOLOGI

b. Tacrolimus

Khasiat dan mekanisme imunosupresifnya sama dengan siklosporin,

namun lebih kuat dalam pencegahan sintesa. Juga bersifat sangat lipofil dan

sama efektifnya dengan siklosporin padatransplantasi hati, jantung, paru-paru

dan ginjal. Terutam digunakan bersama kortikosteroida. Lebih sering

menimbulkan efek samping berupa toksisitas bagi ginjal dan saraf.

a. Mycofenolat-mofetil

Khasiat menekan perbanyakan dari khusus limfosit melalui inhibisi

enzim dehidrogenase yang diperlukan untuk sintesis purinnya

DNA/RNA. Dalam hati segera diubah menjadi asam mycofenolat aktif.

Ekskresinya berlangsung melalui urin.

b. Kortikosteroida

Hormon anak ginjal berkhasiat anti radang, imunosupresif dan

antialergis. Kedua efek terakhir untuk sebagian berhubungan dengan

kerja antiradangnya dan terutama Nampak pada reaksi imun di

jaringan. Kortikosteroida banyak digunakan sebagi obat tambahan

pada penyakit auto-imun seperti rema.

c. Talidomida

Obat tidur dengan efek teratogen sangat kuat yang berdasarkan

khasiat anti-angiogenesisnya. Juga berdaya imunosupresif dan

antiradang.

d. Sulfasalazin

Bersifat antiradang dengan jalan blockade siklooksigenase serta

lipooksigenase dan dengan demikian menghambat sintesis

prostaglandin dan leukotrien. Sulfasalazin. Mempengaruhi fungsi

limfosit, juga berdaya antioksidan.

C.2 DIABETES MELLITUS TIPE 1

C.2.1 Etiologi dan Patofisiologi Diabetes Mellitus Tipe 1

Diabetes tipe ini merupakan diabetes yang jarang atau sedikit populasinya,

diperkirakan kurang dari 5-10% dari keseluruhan populasi penderita diabetes.

Page 14: MAKALAH IMUNOLOGI

Gangguan produksi insulin pada DM Tipe 1 umumnya terjadi karena kerusakan

sel-sel β pulau Langerhans yang disebabkan oleh reaksi otoimun. Namun ada pula

yang disebabkan oleh bermacam-macam virus, diantaranya virus Cocksakie,

Rubella, CMVirus, Herpes, dan lain sebagainya. Ada beberapa tipe otoantibodi

yang dihubungkan dengan DM Tipe 1, antara lain ICCA (Islet Cell Cytoplasmic

Antibodies), ICSA (Islet cell surface antibodies), dan antibodi terhadap GAD

(glutamic acid decarboxylase).

ICCA merupakan otoantibodi utama yang ditemukan pada penderita DM

Tipe 1. Hampir 90% penderita DM Tipe 1 memiliki ICCA di dalam darahnya. Di

dalam tubuh non-diabetik, frekuensi ICCA hanya 0,5-4%. Oleh sebab itu,

keberadaan ICCA merupakan prediktor yang cukup akurat untuk DM Tipe 1.

ICCA tidak spesifik untuk sel-sel β pulau Langerhans saja, tetapi juga dapat

dikenali oleh sel-sel lain yang terdapat di pulau Langerhans.

Sebagaimana diketahui, pada pulau Langerhans kelenjar pancreas terdapat

beberapa tipe sel, yaitu sel β, sel á dan sel ä. Sel-sel β memproduksi insulin, sel-

sel á memproduksi glukagon, sedangkan sel-sel ä memproduksi hormon

somatostatin. Namun demikian, nampaknya serangan otoimun secara selektif

menghancurkan sel-sel β. Ada beberapa anggapan yang menyatakan bahwa

tingginya titer ICCA di dalam tubuh penderita DM Tipe 1 justru merupakan

respons terhadap kerusakan sel-sel β yang terjadi, jadi lebih merupakan akibat,

bukan penyebab terjadinya kerusakan sel-sel β pulau Langerhans. Apakah

merupakan penyebab atau akibat, namun titer ICCA makin lama makin menurun

sejalan dengan perjalanan penyakit.

Otoantibodi terhadap antigen permukaan sel atau Islet Cell Surface

Antibodies (ICSA) ditemukan pada sekitar 80% penderita DM Tipe 1. Sama

seperti ICCA, titer ICSA juga makin menurun sejalan dengan lamanya waktu.

Beberapa penderita DM Tipe 2 ditemukan positif ICSA.

Otoantibodi terhadap enzim glutamat dekarboksilase (GAD) ditemukan

pada hampir 80% pasien yang baru didiagnosis sebagai positif menderita DM

Tipe 1. Sebagaimana halnya ICCA dan ICSA, titer antibodi anti-GAD juga makin

lama makin menurun sejalan dengan perjalanan penyakit. Keberadaan antibodi

Page 15: MAKALAH IMUNOLOGI

anti-GAD merupakan prediktor kuat untuk DM Tipe 1, terutama pada populasi

risiko tinggi.

Disamping ketiga otoantibodi yang sudah dijelaskan di atas, adabeberapa

otoantibodi lain yang sudah diidentifikasikan, antara lain IAA (Anti-Insulin

Antibody). IAA ditemukan pada sekitar 40% anak-anak yang menderita DM Tipe

1. IAA bahkan sudah dapat dideteksi dalam darah pasien sebelum onset terapi

insulin.

Destruksi otoimun dari sel-sel β pulau Langerhans kelenjar pancreas

langsung mengakibatkan defisiensi sekresi insulin. Defisiensi insulin inilah yang

menyebabkan gangguan metabolisme yang menyertai DM Tipe 1. Selain

defisiensi insulin, fungsi sel-sel á kelenjar pankreas pada penderita DM Tipe 1

juga menjadi tidak normal. Pada penderita DM Tipe 1 ditemukan sekresi

glukagon yang berlebihan oleh sel-sel á ƒnpulau Langerhans. Secara normal,

hiperglikemia akan menurunkan sekresi glukagon, namun pada penderita DM

Tipe 1 hal ini tidak terjadi, sekresi glukagon tetap tinggi walaupun dalam keadaan

hiperglikemia. Hal ini memperparah kondisi hiperglikemia. Salah satu manifestasi

dari keadaan ini adalah cepatnya penderita DM Tipe 1 mengalami ketoasidosis

diabetik apabila tidak mendapat terapi insulin. Apabila diberikan terapi

somatostatin untuk menekan sekresi glukagon, maka akan terjadi penekanan

terhadap kenaikan kadar gula dan badan keton. Salah satu masalah jangka panjang

pada penderita DM Tipe 1 adalah rusaknya kemampuan tubuh untuk mensekresi

glukagon sebagai respon terhadap hipoglikemia. Hal ini dapat menyebabkan

timbulnya hipoglikemia yang dapat berakibat fatal pada penderita DM Tipe 1

yang sedang mendapat terapi insulin.

Walaupun defisiensi sekresi insulin merupakan masalah utama pada DM

Tipe 1, namun pada penderita yang tidak dikontrol dengan baik, dapat terjadi

penurunan kemampuan sel-sel sasaran untuk merespons terapi insulin yang

diberikan. Ada beberapa mekanisme biokimia yang dapat menjelaskan hal ini,

salah satu diantaranya adalah, defisiensi insulin menyebabkan meningkatnya asam

lemak bebas di dalam darah sebagai akibat dari lipolisis yang tak terkendali di

jaringan adiposa. Asam lemak bebas di dalam darah akan menekan metabolisme

glukosa di jaringan-jaringan perifer seperti misalnya di jaringan otot rangka,

Page 16: MAKALAH IMUNOLOGI

dengan perkataan lain akan menurunkan penggunaan glukosa oleh tubuh.

Defisiensi insulin juga akan menurunkan ekskresi dari beberapa gen yang

diperlukan sel-sel sasaran untuk merespons insulin secara normal, misalnya gen

glukokinase di hati dan gen GLUT4 (protein transporter yang membantu transpor

glukosa di sebagian besar jaringan tubuh) di jaringan adiposa.

Patofisiologi dari DM tipe satu yaitu hampir 90-95% islet sel pankreas

hancur sebelum terjadi hiperglikemia akibat dari antibodi islet sel. Kondisi

tersebut menyebabkan insufisiensi insulin dan meningkatkan glukosa. Glukosa

menumpuk dalam serum sehingga menyebabkan hiperglikemia, kemudian

glukosa dikeluarkan melalui ginjal (glukosuria) dan terjadi osmotik diuresis.

Osmotik diuresis menyebabkan terjadinya kehilangan cairan dan terjadi polidipsi.

Penurunan insulin menyebabkan tubuh tidak bisa menggunakan energi dari

karbohidrat sehingga tubuh menggunakan energi dari lemak dan protein sehingga

mengakibatkan ketosis dan penurunan BB. Poliphagi dan kelemahan tubuh akibat

pemecahab makanan cadangan.

Etiologi dari Diabetes Mellitus Tipe 1 yaitu tergantung insulin yang

ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pankreas disebabkan oleh :

a.       Faktor genetik

Penderita DM tidak mewarisi DM tipe 1 itu sendiri tapi mewarisi suatu

predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe 1. Ini

ditemukan pada individu yang mempunyai tipe antigen HLA ( Human

Leucocyte Antigen ) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang

bertanggung jawab atas antigen transplatasi dan proses imun lainnya.

b.      Faktor Imunologi

Respon abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh

dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggap seolah-olah

sebagai jaringan asing.

c.       Faktor lingkungan

Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang

menimbulkan destruksi sel beta.

C.2.2 Gejala dan Tanda Diabetes Mellitus Tipe 1

Page 17: MAKALAH IMUNOLOGI

Pada DM Tipe I gejala klasik yang umum dikeluhkan adalah poliuria,

polidipsia, polifagia, penurunan berat badan, cepat merasa lelah (fatigue),

iritabilitas, dan pruritus (gatal-gatal pada kulit).

C.2.3 Penatalaksanaa Diabetes Mellitus Tipe 1

1. Pengaturan Diet

Diet yang baik merupakan kunci keberhasilan penatalaksanaan diabetes. Diet

yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang dalam hal

karbohidrat, protein dan lemak, sesuai dengan kecukupan gizi baik sebagai

berikut:

• Karbohidrat : 60-70%

• Protein : 10-15%

• Lemak : 20-25%

Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stres akut dan

kegiatan fisik, yang pada dasarnya ditujukan untuk mencapai dan

mempertahankan berat badan ideal.

Penurunan berat badan telah dibuktikan dapat mengurangi resistensiinsulin

dan memperbaiki respons sel-sel β terhadap stimulus glukosa. Dalam salah satu

penelitian dilaporkan bahwa penurunan 5% berat badan dapat mengurangi kadar

HbA1c sebanyak 0,6% (HbA1c adalah salah satu parameter status DM), dan

setiap kilogram penurunan berat badan dihubungkan dengan 3-4 bulan tambahan

waktu harapan hidup.

Selain jumlah kalori, pilihan jenis bahan makanan juga

sebaiknyadiperhatikan.Masukan kolesterol tetap diperlukan, namun jangan

melebihi 300mg per hari.Sumber lemak diupayakan yang berasal dari bahan

nabati, yang mengandung lebih banyak asam lemak tak jenuh dibandingkan asam

lemak jenuh. Sebagai sumber protein sebaiknya diperoleh dari ikan, ayam

(terutama daging dada), tahu dan tempe, karena tidak banyak mengandung lemak.

Masukan serat sangat penting bagi penderita diabetes, diusahakan paling

tidak 25g per hari. Disamping akan menolong menghambat penyerapan lemak,

makanan berserat yang tidak dapat dicerna oleh tubuh juga dapat membantu

mengatasi rasa lapar yang kerap dirasakan penderita DM tanpa risiko masukan

Page 18: MAKALAH IMUNOLOGI

kalori yang berlebih. Disamping itu makanan sumber serat seperti sayur dan buah-

buahan segar umumnya kaya akan vitamin dan mineral.

2. Olah Raga

Berolah raga secara teratur dapat menurunkan dan menjaga kadar

guladarah tetap normal. Saat ini ada dokter olah raga yang dapat dimintakan

nasihatnya untuk mengatur jenis dan porsi olah raga yang sesuai untuk penderita

diabetes. Prinsipnya, tidak perlu olah raga berat, olah raga ringan asal dilakukan

secara teratur akan sangat bagus pengaruhnya bagi kesehatan.

Olahraga yang disarankan adalah yang bersifat CRIPE

(Continuous,Rhytmical, Interval, Progressive, Endurance Training).Sedapat

mungkinmencapai zona sasaran 75-85% denyut nadi maksimal (220-

umur),disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi penderita. Beberapa contoh

olahraga yang disarankan, antara lain jalan atau lari pagi, bersepeda, berenang,dan

lain sebagainya. Olahraga aerobik ini paling tidak dilakukan selama total30-40

menit per hari didahului dengan pemanasan 5-10 menit dan diakhiripendinginan

antara 5-10 menit. Olah raga akan memperbanyak jumlah dan meningkatkan

aktivitas reseptor insulin dalam tubuh dan juga meningkatkanpenggunaan

glukosa.

3. Terapi Insulin

insulin merupakan satu keharusan bagi penderita DM Tipe 1. PadaDM

Tipe I, sel-sel β Langerhans kelenjar pankreas penderita rusak, sehingga tidak lagi

dapat memproduksi insulin. Sebagai penggantinya, maka penderita DM Tipe I

harus mendapat insulin eksogen untuk membantu agar metabolism karbohidrat di

dalam tubuhnya dapat berjalan normal. Walaupun sebagian besar penderita DM

Tipe 2 tidak memerlukan terapi insulin, namun hampir 30% ternyata memerlukan

terapi insulin disamping terapi hipoglikemik oral.

Pengendalian sekresi insulin

Pada prinsipnya, sekresi insulin dikendalikan oleh tubuh

untukmenstabilkan kadar gula darah. Apabila kadar gula di dalam darah tinggi,

sekresi insulin akan meningkat. Sebaliknya, apabila kadar gula darah rendah,

maka sekresi insulin juga akan menurun. Dalam keadaan normal, kadar gula darah

di bawah 80 mg/dl akan menyebabkan sekresi insulin menjadi sangat rendah.

Page 19: MAKALAH IMUNOLOGI

Stimulasi sekresi insulin oleh peningkatan kadar glukosa darah

berlangsung secara bifasik. Fase 1 akan mencapai puncak setelah 2-4 menit dan

masa kerja pendek, sedangkan mula kerja (onset) fase 2 berlangsung lebih lambat,

namun dengan lama kerja (durasi) yang lebih lama pula. 3 berikut ini

menunjukkan pengaruh pemberian infus glukosa terhadap kadar insulin darah.

Infus glukosa diberikan untuk mempertahankan kadar gula darah tetap tinggi

(lebih kurang 2 sampai 3 kali kadar gula puasa selama 1 jam). Segera setelah infus

diberikan kadar insulin darah mulai meningkat secara dramatis dan mencapai

puncak setelah 2-4 menit. Peningkatan kadar insulin fase 1 ini berasal dari sekresi

insulin yang sudah tersedia di dalam granula sekretori. Peningkatan kadar insulin

fase 2 berlangsung lebih lambat namun mampu bertahan lama. Peningkatan fase 2

ini merefleksikan sekresi insulin yang baru disintesis dan segera disekresikan oleh

sel-sel b kelenjar pankreas. Jadi jelas bahwa stimulus glukosa tidak hanya

menstimulasi sekresi insulin tetapi juga menstimulasi ekspresi gen insulin.

Disamping kadar gula darah dan hormon-hormon saluran cerna,

adabeberapa faktor lain yang juga dapat menjadi pemicu sekresi insulin, antara

lain kadar asam lemak, benda keton dan asam amino di dalam darah, kadar

hormon-hormon kelenjar pankreas lainnya, serta neurotransmiter otonom. Kadar

asam lemak, benda keton dan asam amino yang tinggi di dalam darah akan

meningkatkan sekresi insulin.

Dalam keadaan stres, yaitu keadaan dimana terjadi perangsangan

syarafsimpatoadrenal, hormon epinefrin bukan hanya meninggikan kadar glukosa

darah dengan memacu glikogenolisis, melainkan juga menghambat penggunaan

glukosa di sel-sel otot, jaringan lemak dan sel-sel lain yang penyerapan

glukosanya dipengaruhi insulin. Dengan demikian, glukosa darah akan lebih

banyak tersedia untuk metabolisme otak, yang penyerapan glukosanya tidak

bergantung pada insulin. Dalam keadaan stres, sel-sel otot terutama menggunakan

asam lemak sebagai sumber energi, dan epinefrin memang menyebabkan

mobilisasi asam lemak dari jaringan.

Mekanisme kerja insulin

Page 20: MAKALAH IMUNOLOGI

Insulin mempunyai peran yang sangat penting dan luas dalampengendalian

metabolisme. Insulin yang disekresikan oleh sel-sel β pancreas akan langsung

diinfusikan ke dalam hati melalui vena porta, yang kemudian akan didistribusikan

ke seluruh tubuh melalui peredaran darah.

Efek kerja insulin yang sudah sangat dikenal adalah membantu transport

glukosa dari darah ke dalam sel. Kekurangan insulin menyebabkan glukosa darah

tidak dapat atau terhambat masuk ke dalam sel. Akibatnya, glukosa darah akan

meningkat, dan sebaliknya sel-sel tubuh kekurangan bahan sumber energi

sehingga tidak dapat memproduksi energy sebagaimana seharusnya.

Disamping fungsinya membantu transport glukosa masuk ke dalam

sel,insulin mempunyai pengaruh yang sangat luas terhadap metabolisme, baik

metabolisme karbohidrat dan lipid, maupun metabolisme protein

danmineral.insulin akan meningkatkan lipogenesis, menekan lipolisis, serta

meningkatkan transport asam amino masuk ke dalam sel. Insulin juga mempunyai

peran dalam modulasi transkripsi, sintesis DNA dan replikasi sel. Itu sebabnya,

gangguan fungsi insulin dapat menyebabkan pengaruh negative dan komplikasi

yang sangat luas pada berbagai organ dan jaringan tubuh.

Prinsip terapi insulin

Indikasi

1. Semua penderita DM Tipe 1 memerlukan insulin eksogen karena produksi

insulin endogen oleh sel-sel β kelenjar pankreas tidak ada atau hampir tidak ada

2. Penderita DM Tipe 2 tertentu kemungkinan juga membutuhkan terapi insulin

apabila terapi lain yang diberikan tidak dapat mengendalikan kadarglukosa darah

3. Keadaan stres berat, seperti pada infeksi berat, tindakan pembedahan, infark

miokard akut atau stroke

4. DM Gestasional dan penderita DM yang hamil membutuhkan terapi insulin,

apabila diet saja tidak dapat mengendalikan kadar glukosa darah.

5. Ketoasidosis diabetik

6. Insulin seringkali diperlukan pada pengobatan sindroma hiperglikemia

hiperosmolar non-ketotik.

Page 21: MAKALAH IMUNOLOGI

7. Penderita DM yang mendapat nutrisi parenteral atau yang memerlukan

suplemen tinggi kalori untuk memenuhi kebutuhan energi yang meningkat, secara

bertahap memerlukan insulin eksogen untuk mempertahankan kadar glukosa

darah mendekati normal selama periode resistensi insulin atau ketika terjadi

peningkatan kebutuhan insulin.

8. Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat

9. Kontra indikasi atau alergi terhadap OHO

Cara Pemberian

Sediaan insulin saat initersedia dalam bentuk obat suntik yang umumnya

dikemas dalam bentuk vial. Kecuali dinyatakan lain, penyuntikan dilakukan

subkutan (di bawah kulit). Lokasi penyuntikan yang disarankan ditunjukan pada

gambar 4 atas.

Penyerapan insulin dipengaruhi oleh beberapa hal.Penyerapan paling cepat

terjadi di daerah abdomen, diikuti oleh daerah lengan, paha bagian atas dan

bokong. Bila disuntikkan secara intramuskular dalam, maka penyerapan akan

terjadi lebih cepat, dan masa`kerjanya menjadi lebih singkat. Kegiatan fisik yang

dilakukan segera setelah penyuntikan akan mempercepat waktu mula kerja (onset)

dan juga mempersingkat masa kerja.

Selain dalam bentuk obat suntik, saat ini juga tersedia insulin dalambentuk

pompa (insulin pump) atau jet injector, sebuah alat yang akanmenyemprotkan

larutan insulin ke dalam kulit. Sediaan insulin untuk disuntikkan atau

ditransfusikan langsung ke dalam vena juga tersedia untuk penggunaan di

klinik.Penelitian untuk menemukan bentuk baru sediaan insulin yang lebih mudah

Page 22: MAKALAH IMUNOLOGI

diaplikasikan saat ini sedang giat dilakukan.Diharapkan suatu saat nanti dapat

ditemukan sediaan insulin per oral atau per nasal.Gambar 4. Lokasi penyuntikan

insulin yang disarankan

Penggolongan sediaan insulin

Untuk terapi, ada berbagai jenis sediaan insulin yang tersedia,

yangterutama berbeda dalam hal mula kerja (onset) dan masa kerjanya (duration).

Sediaan insulin untuk terapi dapat digolongkan menjadi 4 kelompok, yaitu:

1. Insulin masa kerja singkat (Short-acting/Insulin), disebut juga insulin reguler

2. Insulin masa kerja sedang (Intermediate-acting)

3. Insulin masa kerja sedang dengan mula kerja cepat

4. Insulin masa kerja panjang (Long-acting insulin)

Keterangan dan contoh sediaan untuk masing-masing kelompok disajikan dalam

tabel 6 (IONI, 2000 dan Soegondo, 1995b).

Tabel 6. Penggolongan sediaan insulin berdasarkan mula dan masa kerja

Jenis Sediaan

Insulin

Mula kerja

(jam)

Puncak

(jam)

Masa kerja

(jam)

Masa kerja

Singkat(Shortacting/

Insulin), disebut juga

insulin

Regular

0,5 1-4 6-8

Masa kerja Sedang 1-2 6-12 18-24

Masa kerja Sedang,

Mula kerja cepat

0,5 4-15 18-24

Masa kerja panjang 4-6 14-20 24-36

Respon individual terhadap terapi insulin cukup beragam, oleh sebab itu

jenis sediaan insulin mana yang diberikan kepada seorang penderita danberapa

frekuensi penyuntikannya ditentukan secara individual, bahkan seringkali

memerlukan penyesuaian dosis terlebih dahulu.Umumnya, pada tahap awal

Page 23: MAKALAH IMUNOLOGI

diberikan sediaan insulin dengan kerja sedang, kemudian ditambahkan insulin

dengan kerja singkat untuk mengatasi hiperglikemia setelah makan.Insulin kerja

singkat diberikan sebelum makan, sedangkan Insulin kerja sedang umumnya

diberikan satu atau dua kali sehari dalam bentuk suntikan subkutan.Namun,

karena tidak mudah bagi penderita untuk mencampurnya sendiri, maka tersedia

sediaan campuran tetap dari kedua jenis insulin regular (R) dan insulin kerja

sedang (NPH).

Waktu paruh insulin pada orang normal sekitar 5-6 menit,

tetapimemanjang pada penderita diabetes yang membentuk antibodi terhadap

insulin.Insulin dimetabolisme terutama di hati, ginjal dan otot. Gangguan fungsi

ginjal yang berat akan mempengaruhi kadar insulin di dalam darah (IONI,2000).

SEDIAAN INSULIN YANG BEREDAR DI INDONESIA

Dalam tabel 7 disajikan beberapa produk obat suntik insulin yang

beredardi Indonesia (IONI, 2000 dan Soegondo, 1995b).

Tabel 7. Profil beberapa sediaan insulin yang beredar di Indonesia

Nama

Sediaan

Golongan Mula

kerja

(jam)

Puncak

(jam)

Masa

kerja

(jam)

Sediaan*

Actrapid

HM

Masa kerja

Singkat

0,5 1-3 8 40 UI/ml

Actrapid

HM

Penfill

Masa kerja

Singkat

0,5 2-4 6-8 100 UI/ml

Insulatard

HM

Masa kerja

Sedang,Mula

kerja cepat

0,5 4-12 24 40 UI/ml

Insulatard

HM Penfill

Masa kerja

Sedang,Mula

kerja cepat

0,5 4-12 24 100 UI/ml

Monotard Masa kerja 2,5 7-15 24 40 UI/ml

Page 24: MAKALAH IMUNOLOGI

HM Sedang,Mula

kerja cepat

dan 100

UI/ml

Protamin

Zinc

Sulfat

Kerja lama 4-6 14-20 24-36

Humulin Sediaan

Campuran

0,5 1,5-8 14-16 40 UI/ml

20/80

Humulin

30/70

Sediaan

Campuran

0,5 1-8 14-15 100 UI/ml

Humulin

40/60

Sediaan

Campuran

0,5 1-8 14-15 40 UI/ml

Mixtard

30/70

Penfill

Sediaan

Campuran

100 UI/ml

*Untuk tujuan terapi, dosis insulin dinyatakan dalam unit internasional (UI). Satu

UI merupakan jumlah yang diperlukan untuk menurunkan kadar gula darah

kelinci sebanyak 45 mg%. Sediaan homogen human insulin mengandung 25-30

U/mg.

PENYIMPANAN SEDIAAN INSULIN (Soegondo, 1995)

Insulin harus disimpan sesuai dengan anjuran produsen obat yang

bersangkutan. Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan:

Insulin harus disimpan di lemari es pada temperatur 2-8o C. Insulin vialEli

Lily yang sudah dipakai dapat disimpan selama 6 bulan atau sampai200

suntikan bila dimasukkan dalam lemari es. Vial Novo Nordisk insulinyang

sudah dibuka, dapat disimpan selama 90 hari bila dimasukkanlemari es.

Insulin dapat disimpan pada suhu kamar dengan penyejuk 15-20o C bilaisi

vial akan digunakan dalam satu bulan. Penelitian menunjukkanbahwa

insulin yang disimpan pada suhu kamar lebih dari 300Cakan lebih cepat

kehilangan potensinya. Penderita dianjurkan untukmemberi tanggal pada

vial ketika pertama kali memakai dan sesudahsatu bulan bila masih tersisa

sebaiknya tidak digunakan lagi.

Page 25: MAKALAH IMUNOLOGI

Penfill dan pen yang disposable berbeda masa simpannya. Penfill

regulardapat disimpan pada temperatur kamar selama 30 hari sesudah

tutupnyaditusuk. Penfill 30/70 dan NPH dapat disimpan pada temperatur

kamarselama 7 hari sesudah tutupnya ditusuk.

Untuk mengurangi terjadinya iritasi lokal pada daerah penyuntikan

yangsering terjadi bila insulin dingin disuntikkan, dianjurkan

untukmengguling-gulingkan alat suntik di antara telapak tangan

ataumenempatkan botol insulin pada suhu kamar, sebelum disuntikkan.

Page 26: MAKALAH IMUNOLOGI

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2005. Pharmaceutical Care untuk

Penyakit Diabetes Mellitus. Jakarta : Departemen Kesehatan

Sukandar, Elin Yulina, dkk. 2009. Iso Farmakoterapi. Jakarta : PT. Isfi

Tjay, Drs. Tan Hoan. 2008. Obat-obat Penting Edisi Keenam. Jakarta : Elex

Media Komputindo