Top Banner
NAMA : SONY ANDIK PRATAMA NIM : 1413010045 IMUNISASI A. Definisi Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu kedalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang (Wong, 2008) Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak diimunisasi berarti diberikan kekebalan terhadap penyakit tertentu. Anak kebal atau resisten terhadap suatu penyakit, tetapi belum tentu kebal terhadap penyakit yang lain (Hidayat, 2005). Dengan banyaknya analisa dari para ahli, peneliti mengambil kesimpulan bahwa imunisasi adalah suatu usaha untuk memberikan kekebalan pada anak atau seseorang terhadap penyakit tersebut.
46

MAKALAH Imunisasi

Jan 16, 2016

Download

Documents

Remi van Trijp

IMUNISASI ADALAH
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: MAKALAH Imunisasi

NAMA : SONY ANDIK PRATAMA

NIM : 1413010045

IMUNISASI

A. Definisi

Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit

dengan memasukkan sesuatu kedalam tubuh agar tubuh tahan terhadap

penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang (Wong, 2008)

Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak diimunisasi

berarti diberikan kekebalan terhadap penyakit tertentu. Anak kebal atau

resisten terhadap suatu penyakit, tetapi belum tentu kebal terhadap penyakit

yang lain (Hidayat, 2005).

Dengan banyaknya analisa dari para ahli, peneliti mengambil kesimpulan

bahwa imunisasi adalah suatu usaha untuk memberikan kekebalan pada anak

atau seseorang terhadap penyakit tersebut.

Gambar 1. Jadwal Imunisasi Tahun 2011-2012

B. Tujuan Pemberian Imunisasi

Page 2: MAKALAH Imunisasi

Tujuan pemberian imunisai adalah untuk mencegah terjadinya infeksi

penyakit yang dapat menyerang anak-anak. Hal ini dapat dicegah dengan

pemberian imunisasi sedini mungkin kepada bayi dan anak-anak.

Tujuan dekat adalah pencegahan penyakit pada individu, sedangkan

tujuan akhir adalah eliminasi dan sedapat mungkin eradiksi.

C. Manfaat Imunisasi

1. Bagi Anak

Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit dan kemungkinan

cacat atau kematian.

2. Bagi Keluarga

Menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak sakit.

Mendorong pembentukkan keluarga apabila orang tua yakin bahwa

anaknya akan menjalani masa kanak-kanak yang nyaman (Atikah, 2010).

D. Jenis-Jenis Imunisasi

1. Imunisasi Aktif

Imunisasi aktif adalah kekebalan tubuh yang didapat seseorang

karena tubuh yang secara aktif yang membentuk zat antibodi. Imunisasi

aktif terdiri dari :

a. Imunisasi aktif alamiah, yaitu kekebalan tubuh yang secara otomatis

diperoleh setelah sembuh dari suatu penyakit.

b. Imunisasi aktif buatan, yaitu kekebalan tubuh yang berasal dari

vaksinasi yang diberikan untuk mendapatkan perlindungan dari suatu

penyakit.

2. Imunisasi Pasif

Imunisasi pasif adalah kekbalan tubuh yang dapat diperoleh

seseorang yang zat kekebalan tubuhnya didapat dari luar. Adapun

pembagian dari imunisasi pasif yaitu :

a. Imunisasi pasif alamiah

adalah antibodi yang didapat seseorang karena diturunkan oleh ibu

yang merupakan orang tua kandung.

Page 3: MAKALAH Imunisasi

1) Kekebalan pasif yaitu tubuh anak tidak membuat zat anti body

sendiri tetapi kekebalan tersebut diperoleh dari luar setelah

memperoleh zat penolakan, sehingga proses cepat tetapi tidak

tahan lama.

2) Kekebalan pasif ini terjadi dengan 2 cara :

a) Kekebalan pasif alamiah/ kekebalan pasif bawaan kekebalan

yang diperoleh bayi sejak lahir dari ibunya. Kekebalan ini

tidak berlangsung lama (kira-kira hanya sekitar 5 bulan

setelah bayi lahir) misalnya difteri, morbili dan tetanus.

b) Kekebalan pasif buatan dimana kekebalan ini diperoleh

setelah mendapat suntikan zat penolakan (Hidayat, 2005).

E. Syarat Pemberian Imunisasi

1. Bayi dalam keadaan sehat

2. Bayi umur 0-11 bulan

F. Macam – Macam Imunisasi

Pemerintah melalui Program Pengembangan Imunisasi (PPI),

mewajibkan lima jenis imunisasi dasar pada anak dibawah usia satu tahun,

antara lain :

1. Pengertian Imunisasi BCG ( Bacillus Calmette Guerin )

a. Diskripsi

BCG adalah vaksin bentuk beku kering yang mengandung

mycobacterium bovis hidup yang sudah dilemahkan dari strain Paris no.

1173.P2. 

b. Indikasi

Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap TBC (Tuberculosa).

c. Cara Pemberian dan Dosis : 

1) Sebelum disuntikkan vaksin BCG harus dilarutkan dengan 4 ml

pelarut NaCl 0,9%. Melarutkan dengan menggunakan alat suntik

steril dengan jarum panjang.

2) Dosis pemberian 0,05 ml, sebanyak 1 kali, untuk bayi.

d. Kontra indikasi :

Page 4: MAKALAH Imunisasi

Adanya penyakit kulit yang berat / menahun seperti : eksim,

furunkulosis dan sebagainya. Mereka yang sedang menderita TBC.

e. Efek samping :

Imunisasi BCG tidak menyebabkan reaksi yang bersifat umum seperti

demam. 1-2 minggu kemudian akan timbul indurasi dan kemerahan di

tempat suntikkan yang berubah menjadi pustule, kemudian pecah

menjadi luka. Luka tidak perlu pengobatan, akan sembuh secara

spontan dan meninggalkan tanda parut. Kadang-kadang terjadi

pembesaran kelenjar regional di ketiak dan / atau leher, terasa padat,

tidak sakit dan  tidak menimbulkan demam. Reaksi ini normal, tidak

memerlukan pengobatan dan akan menghilang dengan sendirinya.

2. Pengertian Imunisasi DPT – Hepatitis B

a. Diskripsi

Vaksin mengandung DPT berupa toxoid difteri dan toxoid tetanus yang

dimurnikan dan pertusis yang inaktifasi serta vaksin hepatitis B yang

merupakan sub unit vaksin virus yang mengandung HbsAg murni dan

bersifat non-infectious. Vaksin hepatitis B ini merupakan vaksin DNA

rekombinan yang berasal dari HbsAg yang diproduksi melalui

teknologi DNA rekombinan pada sel ragi.

b. Indikasi

Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit difteri, tetanus,

pertusis dan hepatitis B.

c. Cara pemberian dan dosis :

Pemberian dengan cara intra muskuler 0,5 ml sebanyak 3 dosis.

Dosis pertama pada usia 2 bulan, dosis selanjutnya dengan interval

minimal 4 minggu (1 bulan). Dalam pelayanan di unit statis, vaksin

yang sudah dibuka dapat dipergunakan paling lama 4 minggu dengan

penyimpanan sesuai ketentuan : 

1) vaksin belum kadaluarsa

2) vaksin disimpan dalam suhu 2 derajat Celcius sampai dengan 8

derajat Celcius

3) tidak pernah terendam air 

Page 5: MAKALAH Imunisasi

4) sterilitasnya terjaga 

5) VVM (Vaksin Vial Monitor) masih dalam kondisi A atau B 

6) Efek samping

Reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan pembengkakan di

sekitar tempat penyuntikan. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan

biasanya hilang setelah 2 hari.

3. Pengertian Imunisasi Polio

a. Diskripsi

Vaksin Oral Polio hidup adalah Vaksin Polio trivalent yang terdiri dari

suspensi virus poliomyelitis tipe 1,2 dan 3 (strain sabin) yang sudah

dilemahkan, dibuat dalam biakan jaringan ginjal kera dan distabilkan

dengan sukrosa.

b. Indikasi

Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap Poliomyelitis.

c. Cara pemberian dan dosis

1) Sebelum digunakan pipet penetes harus dipasangkan pada vial

vaksin.

2) Diberilan secara oral, 1 dosis adalah 2 (dua) tetes sebanyak 4 kali

(dosis) pemberian, dengan interval setiap dosis minimal 4 minggu. 

3) Setiap membuka vial baru harus menggunakan penetes (dropper)

yang baru. 

4) Di unit pelayanan statis, vaksin polio yang telah dibuka hanya

boleh digunakan selama 2 minggu dengan ketentuan : 

5) vaksin belum kadaluarsa 

6) vaksin disimpan dalam suhu 2 derajat Celcius sampai dengan 8

derajat Celcius

7) tidak pernah terendam air 

8) sterilitasnya terjaga 

9) VVM (Vaksin Vial Monitor) masih dalam kondisi A atau B

d. Sedangkan di posyandu vaksin yang sudah terbuka tidak boleh

digunakan lagi untuk hari berikutnya.

e. Efek samping

Page 6: MAKALAH Imunisasi

Pada umumnya tidak terdapat efek samping. Efek samping berupa

paralysis yang disebabkan oleh vaksin sangat jarang terjadi (kurang dari

0,17 : 1.000.000).

f. Kontraindikasi

Pada individu yang menderita “immune deficiency”. Tidak ada efek

yang berbahaya yang timbul akibat pemberian OPV  pada anak yang

sedang sakit. Namun jika ada keraguan, misalnya sedang menderita

diare, maka dosis ulangan dapat  diberikan setelah sembuh. Bagi

individu yang terinfeksi oleh HIV  (Human Immunodefisiency Virus)

baik yang tanpa gejala maupun dengan gejala, imunisasi OPV harus

berdasarkan standar jadwal tertentu.

4. Pengertian Imunisasi Hepatitis B

a. Diskripsi

Hepatitis B rekombinan adalah vaksin virus rekombinan yang telah

diinaktivasikan dan bersifat non-infeksiosus, berasal dari HBsAg yang

dihasilkan dalam sel ragi (Hansenula polymorpha) menggunakan

teknologi DNA rekombinan.

b. Indikasi 

1) Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap infeksi yang disebabkan

oleh virus Hepatitis B.

2) Tidak dapat mencegah infeksi virus lain seperti virus Hepatitis A

atau C atau yang diketahui dapat menginfeksi hati.

c. Cara pemberian dan dosis 

1) Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar

suspensi menjadi homogen.

2) Sebelum disuntikkan, kondisikan vaksin hingga mencapai suhu

kamar. 

3) Vaksin disuntikkan dengan dosis 0,5 ml atau 1 (buah) HB. 

4) Vaksin disuntikkan dengan dosis 0,5 ml atau 1 (buah) HB ADS

PID, pemberian suntikkan secara intra muskuler, sebaiknya pada

anterolateral paha. 

5) Pemberian sebanyak 3 dosis. 

Page 7: MAKALAH Imunisasi

6) Dosis pertama diberikan pada usia 0-7 hari, dosis berikutnya

dengan interval minimum 4 minggu (1 bulan). 

7) Di unit pelayanan statis, vaksin HB yang telah dibuka hanya boleh

digunakan selama 4 minggu.Sedangkan di posyandu vaksin yang

sudah terbuka tidak boleh digunakan lagi untuk hari berikutnya.

5. Pengertian Imunisasi Campak

a. Diskripsi

Vaksin Campak merupakan  vaksin virus hidup yang dilemahkan.

Vaksin ini berbentuk vaksin beku kering yang harus dilarutkan dengan

aquabidest steril.

b. Indikasi

Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit Campak.

c. Cara pemberian dan dosis 

1) Sebelum disuntikkan vaksin Campak terlebih dahulu harus

dilarutkan dengann pelarut steril yang telah tersedia yang berisi 5

ml cairan pelarut aquabidest.

2) Dosis pemberian 0,5 ml disuntikkan secara subkutan pada lengan

atas, pada usia 9-11 bulan. Dan ulangan (booster) pada usia 6-7

tahun (kelas 1 SD) setelah  cath-up campaign Campak pada anak

Sekolah Dasar kelas 1-6. 

3) Vaksin campak yang sudah dilarutkan hanya  boleh digunakan

maksimum 6 jam. 

d. Efek samping

Hingga 15% pasien dapat mengalami demam ringan dan kemerahan

selama 3 hari yang dapat terjadi 8-12 hari setelah vaksinasi.

e. Kontraindikasi

Individu yang mengidap penyakit immuno deficiency atau individu

yang diduga menderita gangguan respon imun karena leukemia,

lymphoma (Dikes Provinsi Jatim, 2005).

Page 8: MAKALAH Imunisasi

Tabel : Jadwal Pemberian Imunisasi Rekomendasi Ikatan Dokter

Anak Indonesia (IDAI)

No Vaksin Keterangan

1 BCG Diberikan sejak lahir. Apabila umur > 3 bulan

harus dialkukan uji tuberkulin terlebih dahulu,

BCG diberikan apabila uji tuberkulin negatif.

2 Hepatitis B HB diberikan dalam waktu 12 jam setelah

lahir, dilanjutkan pada umur 1 dan 3-6 bulan.

Interval dosis minimal 4 minggu.

3 Polio Polio-0 diberikan saat kunjungan pertama.

Untuk bayi yang lahir di RB/RS OPV

diberikan saat bayi dipulangkan (untuk

menghindari transmisi virusnvaksin kepada

bayi lain).

4 DPT Diberikan pada umur6 minggu, DTwP atau

DtaP atau secara kombinasi dengan Hep B

program BIAS SD kelas VI, atau Hib. Ulangan

DPT umur

5 Campak Campak-1 umur 9 bulan, campak-2 diberikan

program BIAS pada SD kelas 1, umur 6 tahun

6 Vaksin Keterangan

7 Hib Diberikan mulai umur 2 bulan dengan interval

2 bulan. Diberikan terpisah atau kombinasi

8 Pneumococus

(PCV)

Pada anak yang belum mendapat PCV pada

umur > 1 tahun PCV diberikan 2 kali dengan

interval 2 bulan. Pada umur 2-5 tahun PCV

diberikan 1 kali

9 Influenza Umur < 8 tahun yang mendapat vaksin

Page 9: MAKALAH Imunisasi

influenza trivalen (TIV) pertama kalinya harus

mendapat 2 dosis dengan interval minimal 4

minggu

10 MMR MMR dapat diberikan pada umur 12 bulan,

apabila belum mendapat campak 9 bulan.

Umur 6 tahun diberikan untuk ulangan MMR

maupun cach-up immunization.

11 Tifoid Tifoid polisakarida injeksi diberikan pada umur

2 tahun, diulang setiap 3 tahun.

12 Hepatitis A Hepatitis A diberikan pada umur > 2 tahun, 2

kali dengan interval 6-12 bulan.

13 HPV Vaksin HPV diberikan pada umur > 10 tahun

dengan jadwal 0, (1-2) dan 6 bulan.

Sumber : Hidayat, 2005

Umur yang tepat pemberian imunisasi yaitu :

1. Sebelum bayi mendapat infeksi dari penyakit yang dapat dicegah

dengan imunisasi. Berilah imunisasi sedini mungkin segara setelah

bayi lahir dan usahakan melengkapi imunisasi sebelum bayi

berumur 1 tahun.

2. Khusus untuk campak dimulai segara setelah anak berumur 9

bulan. Pada usia dibawah 9 bulan, kemungkinan besar

pembentukan zat kekebalan tubuh anak dihambat karena masih

adanya zat kekebalan yang berasal dari ibunya.

Jadwal pemberian imunisasi secara umum dapat disesuaikan

dengan keadaan lapangan, dengan ketentuan bahwa antara suntikan

ke-1 dan ke-2, serta suntikan ke-2 dan ke-3 selang waktunya

minimal 4 minggu (1 bulan).

Tabel : Jumlah Interval Waktu Pemberian Imunisasi

No VaksinJumlah

PemberianInterval

Waktu

Pemberian

1 BCG 1 kali - 0-11 bulan

Page 10: MAKALAH Imunisasi

2 DPT 3 kali - 2-11 bulan

3 Hepatitis B 3 kali 4 minggu 0-11 bulan

4 Polio 4 kali 4 minggu 0-11 bulan

5 Campak 1 kali 4 minggu 9-11 bulan

Sumber : Depkes RI, 2005

G. Pemberian Dua Atau Lebih Vaksin Pada Hari Yang Sama

Pemberian vaksin-vaksin yang berbeda pada umur yang sesuai, boelh

diberikan pada hari yang sama. Vaksin inactivated dan vaksin virus hidup,

khususnya vaksin yang dianjurkan dalam jadwal imunisasi, pada umumnya

dapat diberikan pada lokasi yang berbeda saat hari kunjungan yang sama.

Misalnya pada kesempatan yang sama dapat diberikan vaksin-vaksin DPT,

Hib, hepatitis B, dan polio.

Lebih dari satu macam vaksin virus hidup dapat diberikan pada hari yang

sama, tetapi apabila hanya satu macam yang diberikan, vaksin virus hidup

yang kedua tidak boleh diberikan kurang dari 2 minggu dari vaksin yang

pertama, sebab respons terhadap vaksin yang kedua mungkin telah banyak

berkurang. Vaksin-vaksin yang berbeda tidak boleh dicampur dalam satu

semprit. Vaksin-vaksin yang berbeda yangdiberikan pada seseorang pada hari

yang sama harus disuntikkan pada lokasi yang berbeda dengan menggunakan

semprit yang berbeda.

H. Imunisasi Wajib (PPI)

1. BCG

Bacille Calmete-Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari

Mycobacterium Bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun sehingga

didapatkan basil yang tidak virulen teatapi masih mempunyai

imunogenitas. Vaksinasi BCG menimbulkan sensitivitas terhadap

tuberculin.

Imunisasi BCG diberikan pada umur sebelum 3 bulan. Namun untuk

mencapai cakupan yang lebih luas, Departemen Kesehatan menganjutkan

pemberian imunisasi BCG pada umur antara 0-12 bulan.

Page 11: MAKALAH Imunisasi

Dosis 0,05 ml untuk bayi kurang dari 1 tahun dan 0,1 ml untuk anak

(>1 tahun). Vaksin BCG diberikan secara intrakutan di daerah lengan

kanan atas pada insersio M.Deltoideus sesuai anjuran WHO, tidak

ditempat lain (bokong, paha).

Vaksin BCG tidak dapat mencegah infeksi tuberculosis, namun dapat

mencegah komplikasinya. Apabila BCG diverikan pada umur lebih dari 3

bulan, sebaiknya dilakukan uji tuberculin terlebih dahulu. Vaksin BCG

diberikan apabila uji tuberculin negatif.

Efek proteksi timbul 8-12 minggu setelah penyuntikkan. Berhubungan

dengan beberapa factor yaitu mutu vaksin yang dipakai, lingkungan

dengan Mycobacterium atipik atau factor pejamu (umur, keadaan gizi dan

lain-lain.

Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari, harus disimpan pada

suhu 2-80C, tidak boleh beku. Vaksin yang telah dienccerkan harus

dipergunakan dalam waktu 8 jam.

a. Kejadian Pasca Imunisasi Vaksinasi BCG

Penyuntikan BCG intradermal akan menimbulkan ulkus local

yang superficial 3 minggu setelah penyuntikkan. Ulkus tertutup

krusta, akan sembuh dalam 2-3 bulan, dan meninggalkan parut bulat

dengan diameter 4-8 mm, apabila dosis terlalu tinggi maka ulkus

yang timbul lebih besar, namun apabila penyuntikkan terlalu dalam

maka parut yang terjadi tertarik ke dalam.

1) Limfadenitis

Limfadenitis supuratif di aksila atau di leher kadang-kadang

dijumpai setelah penyuntikan BCG. Limfadenitis akan sembuh

sendiri, jadi tidak perlu diobati. Apabila limfadenitis melekat

pada kulit atau timbul fistula maka dapat dibersihkan (drainage)

dan diberikan obat anti tuberculosis oral. Pemberian obat anti

tuberculosis sistemik tidak efektif.

2) BCG-itis diseminasi

Jarang terjadi, seringkali berhubungan dengan imunodefisiensi

berat. Komplikasi lainnya adalah eritema nodosum, iritis, lupus

Page 12: MAKALAH Imunisasi

vulgaris dan osteomielitis. Komplikasi ini harus diobati dengan

kombinasi obat anti tuberculosis.

b. Kontra Indikasi BCG

1) Reaksi uji tuberculin >5 mm.

2) Menderita infeksi HIV atau dengan resiko tinggi infeksi HIV,

imunokompromais akibat penggunaan kortikosteroid, obat

imunosupresif, mendapat pengobatan radiasi, penyakit

keganasan yang mengenai sumsum tulang atau system limfe.

3) Menderita gizi buruk.

4) Menderita demam tinggi.

5) Menderita infeksi kulit yang luas.

6) Pernah sakit tuberculosis.

7) Kehamilan

c. Rekomendasi

1) BCG diberikan pada bayi < 2 bulan.

2) Pada bayi yang kontak erat dengan penderita TB denagn BTA

+3 sebaiknya diberikan INH profilaksis dulu, apabila pasien

kontak sudah tenang bayi dapat diberi BCG.

2. Hepatitis B

Vaksin hepatitis B (hep B) harus segera diberikan setelah lahir,

mengingat vaksinasi hepB merupakan upaya pencegahan yang sangat

efektif untuk memutuskan rantai penularan melalui transmisi maternal

dari ibu kepada bayinya.

Vaksin diberikan secara intramuscular dalam. Pada neonatus dan bayi

diberikan di anterolateral paha, sedangkan pada anak besar dan dewasa,

diberikan di region deltoid

a. Imunisasi Aktif

1) Imunisasi hepB-1 diberikan sedini mungkin (dalam waktu 12

jam) setelah lahir.

2) Imunisasi hepB-2 diberikan setelah 1 bulan (4 minggu) dari

imunisasi hepB-1 yaitu saat bayi berumur 1 bulan. Untuk

mendapat respon imun optimal, interval imunisasi hepB-2 dengan

Page 13: MAKALAH Imunisasi

hepB-3 minimal 2 bulan, terbaik 5 bulan. Maka imunisasi hepB-3

diberikan pada umur 3-6 bulan.

3) Bila sesudah dosis pertama, imunisasi terputus, segera berikan

imunisasi kedua. Sedangkan imunisasi ketiga diberikan dengan

jarak terpendek 2 bukan dari imunisasi kedua.

4) Bila dosis ketiga terlambat, diberikan segera setelah

memungkinkan.

5) Bayi lahir dari ibu dengan Hbs-Ag yang tidak diketahui, hepB-1

harus diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir dan dilanjutkan

pada umur 1 bulan dan 3-6 bulan. Apabila semula status Hbs-Ag

ibu tidak diketahui dan ternyata dalam perjalanan selanjutnya

diketahui ibu dengan Hbs-Ag positif, maka ditambahkan hepatitis

B immunoglobulin (HBIg) 0,5 ml sebelum bayi berumur 7 hari.

6) Bayi lahir dari ibu dengan Hbs-Ag positif, diberikan vaksin hepB-

1 dan HBIg 0,5 ml secara bersamaan dalam waktu 12 jam setelah

lahir.

7) Anak dari ibu pengidap hepatitis B, yang telah memperoleh

imunisasi dasar 3x pada masa bayi, maka pada saat usia 5 tahun

tidak perlu imunisasi ulang (booster). Hanya dilakukan

pemeriksaan kadar anti HBs

8) Apabila sampai dengan usia 5 tahun anak belum pernah

memperoleh imunisasi hepatitis B, maka secepatnya diberikan

imunisasi Hep B dengan jadwal 3x pemberian (catch up

vaccination).

9) Catch up vaccination merupakan upaya imunisasi pada anak atau

remaja yang belum pernah di imunisasi atau terlambat > 1 bulan

dari jadwal yang seharusnya. Khusus pada imunisasi hepatitis B,

imunisasi catch up ini diberikan dengan interval minimal 4

minggu antara dosis pertama dan kedua, sedangkan interval

antara dosis kedua dan ketiga minimal 8 minggu atau 16 minggu

sesudah dosis pertama.

Page 14: MAKALAH Imunisasi

10) Ulangan imunisasi (hepB-4) dapat dipertimbangkan pada umur

10-12 tahun, apabila kadar pencegahan belum tercapai (anti Hbs<

10µg/ml).

b. Imunisasi Pasif

Hepatitis B immune globulin (HBIg) dalam waktu singkat akan

memeberikan proteksi meskipun hanya untuk jangka pendek (3-6

bulan).

HBIg hanya diberikan pada kondisi pasca paparan. Sebaiknya

HBIg diberikan bersama vaksin VHB sehingga proteksinya

berlangsung lama. Pada needle stick injury maka diberikan HBIg 0,06

ml/kg maksimum 5 ml dalam 48 jam pertama setelah kontak. Pada

penularan dengan cara kontak seksual HBIg diberikan 0,06 ml/kg

maksimum 5 ml dalam waktu <14 hari sesudah kontak terakhir.

c. Efek Samping

Umumnya berupa reaksi local yang ringan dan bersigat

sementara. Kadang-kadang dapat menimbulkan demam ringan untuk

1-2 hari.

d. Kontra Indikasi

Tidak ada kontra ondikasi yang absolute.

3. DTwP (whole-cell pertussis) dan DTap (acelluler pertussis)

Imunisasi DTP primer diberikan 3 kali sejak umur 2 bulan (DTP tidak

boleh diberikan sebelum umur 6 minggu) dengan interval 4-8 minggu.

Interval terbaik diberikan 8 minggu, jadi DTP-1 diberikan pada umur 2

bulan, DTP-2 pada umur 4 bulan dan DTP-3 padaumur 6 bulan. Ulangan

booster DTP selanjutnya diberikan satu tahun setelah DTP-3 yaitu pada

umur 18-24 bulan dan DTP-5 pada saat masuk sekolah umur 5 tahun.

Pada booster umur 5 tahun harus tetap diberikan vaksin dengan

komponen pertusis (sebaiknya diberikan DTaP untuk mengurangi demam

pasca imunisasi) mengingat kejadian pertusis pada dewasa muda

meningkat akibat ambang proteksi telah sangat rendah sehingga dapat

menjadi sumber penularan pada bayi dan anak.

Page 15: MAKALAH Imunisasi

DT-5 diberikan pada kegiatan imunisasi di sekolah dasar. Ulangan

DT-6 diberikan pada 12 tahun, mengingat masih dijumpai kasus difteria

pada umur lebih dari 10 tahun.

Dosis DTwP atau DTaP atau DT adalah 0,5 ml, intramuscular, baik

untuk imunisasi dasar maupun ulangan.

Jadwal untuk imunisasi rutin pada anak, dianjurkan pemberian 5 dosis

pada usia 2,4,6,15-18 bulan dan usia 5 tahun atau saat masuk sekolah.

Dosis ke 4 harus diberikan sekurang-kurangnya 6 bulan setelah dosis ke

3. kombinasi toksoid difteria dan tetanus(DT) yang mengandung 10-12 Lf

dapat diberikan pada anak yang memiliki kontra indikasi terhadap

pemberian yang pertusis.

a. Kejadian Pasca Imunisasi DTP

1) Reaksi local kemerahan, bengkak dan nyeri pada lokasi injeksi

terjadi pada separuh penerima DTP.

2) Proporsi Demam ringan dengan reaksi local sama dan

diantaranya dapat mengalami hiperpireksia.

3) Anak gelisah dan menangis terus menerus selama beberapa jam

paska suntikan (inconsolable crying).

4) Dari suatu penelitian ditemukan adanya kejang demam sesudah

vaksinasi yang dihubungkan dengan demam yang terjadi.

5) Kejadian ikutan yang paling serius adalah terjadinya

ensefalopati akut atau reaksi anafilaksis dan terbukti disebabkan

oleh pemberian vaksin pertusis.

b. Kontra Indikasi

Saat ini didapatkan dua hal yang diyakini sebagai kontra

indikasi mutlak terhadap pemberian vaksin pertusis baik whole cell

maupun acelular, yaitu :

1) Anafilaksis pada pemberian vaksin sebelumnya.

2) Ensefalopati sesudah pemberian vaksin pertusis sebelumnya.

3) Keadaan lain dapat dinyatakan sebagai perhatian khusus

(precaution). Misalnya pemberian vaksin pertusis berikutnya

bila pada pemberian pertama dijumpai riwayat hiperpireksia,

Page 16: MAKALAH Imunisasi

keadaan hipotonik-hiporesponsif dalam 48 jam, anak menangis

terus menerus selama 3 jam dan riwayat kejang dalam 3 hari

sesudah imunisasi DTP.

4) Riwayat kejang dalam keluarga dan kejang yang tidak

berhubungan dengan pemberian vaksin sebelumnya, kejadian

ikutan paska imunisasi atau alergi terhadap vaksin bukanlah

suatu indikasi kontra terhadap pemberian vaksin DTaP.

Walaupun demikian keputusan untuk pemberian vaksin pertusis

harus dipertimbangkan secara individual dengan

memperhitungkan keuntungan dan resiko pemberiannya.

5) Vaksin Pertusis A-Seluler

Vaksin pertusis aseluler adalah vaksin pertusis yang berisi

komponen spesifik toksin dari Bordetellapertusis yang dipilih

sebagai dasar yang berguna dalam patogenesis pertusis dan perannya

dalam memicu antibody yang berguna untuk pencegahan terhadap

pertusis secara klinis.

4. Polio

Poliomielitis atau polio, adalah penyakit paralisis atau lumpuh yang

disebabkan oleh virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang

dinamakan poliovirus (PV), masuk ke tubuh melalui mulut, mengifeksi

saluran usus. Virus ini dapat memasuki aliran darah dan mengalir ke

sistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan kadang

kelumpuhan (paralisis).

Poliovirus adalah virus RNA kecil yang terdiri atas tiga strain berbeda

dan amat menular. Virus akan menyerang sistem saraf dan kelumpuhan

dapat terjadi dalam hitungan jam. Polio menyerang tanpa mengenal usia,

lima puluh persen kasus terjadi pada anak berusia antara 3 hingga 5 tahun.

Masa inkubasi polio dari gejala pertama berkisar dari 3 hingga 35 hari.

Anak-anak kecil yang terkena polio seringkali hanya mengalami

gejala ringan dan menjadi kebal terhadap polio. Karenanya, penduduk di

daerah yang memiliki sanitasi baik justru menjadi lebih rentan terhadap

polio karena tidak menderita polio ketika masih kecil. Vaksinasi pada saat

Page 17: MAKALAH Imunisasi

balita akan sangat membantu pencegahan polio di masa depan karena

polio menjadi lebih berbahaya jika diderita oleh orang dewasa. Orang

yang telah menderita polio bukan tidak mungkin akan mengalami gejala

tambahan di masa depan seperti layu otot; gejala ini disebut sindrom post-

polio. Jenis polio : Polio non-paralisis, Polio paralisis spinal, Polio bulbar

a. Imunisasi Polio

Vaksin efektif pertama dikembangkan oleh Jonas Salk. Salk

menolak untuk mematenkan vaksin ini karena menurutnya vaksin ini

milik semua orang seperti halnya sinar matahari. Namun vaksin yang

digunakan untuk inokulasi masal adalah vaksin yang dikembangkan

oleh Albert Sabin. Inokulasi pencegahan polio anak untuk pertama

kalinya diselenggarakan di Pittsburgh, Pennsylvania pada 23 Februari

1954. Polio hilang di Amerika pada tahun 1979.

Belum ada pengobatan efektif untuk membasmi polio. Penyakit

yang dapat menyebabkan kelumpuhan ini, disebabkan virus

poliomyelitis yang sangat menular. Penularannya bias lewat

makanan/minuman yang tercemar virus polio. Bisa juga lewat

percikan ludah/air liur penderita polio yang masuk ke mulut orang

sehat. Imunisasi polio memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit

poliomielitis. Polio bisa menyebabkan nyeri otot dan kelumpuhan

pada salah satu maupun kedua lengan/tungkai. Polio juga bisa

menyebabkan kelumpuhan pada otot-otot pernafasan dan otot untuk

menelan. Polio bisa menyebabkan kematian.

Terdapat 2 macam vaksin polio yaitu :

1) IPV (Inactivated Polio Vaccine, Vaksin Salk), mengandung virus

polio yang telah dimatikan dan diberikan melalui suntikan.

2) OPV (Oral Polio Vaccine, Vaksin Sabin), mengandung vaksin

hidup yang telah dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil atau

cairan.

Page 18: MAKALAH Imunisasi

Di Indonesia umumnya diberikan vaksin Sabin. Vaksin ini

diberikan sebanyak 2 tetes (0,1 mL) langsung ke mulut anak atau

dengan menggunakan sendok yang berisi air gula. Dosis pertama dan

kedua diperlukan untuk menimbulkan respon kekebalan primer,

sedangkan dosis ketiga dan keempat diperlukan untuk meningkatkan

kekuatan antibody sampai pada tingkat yang tertinggi. Kepada orang

yang pernah mengalami reaksi alergi hebat (anafilaktik) setelah

pemberian IPV, streptomisin, polimiksin B atau neomisin, tidak boleh

diberikan IPV. Sebaiknya diberikan OPV. Kepada penderita gangguan

sistem kekebalan (misalnya penderita AIDS, infeksi HIV, leukemia,

kanker, limfoma), dianjurkan untuk diberikan IPV. IPV juga diberikan

kepada orang yang sedang menjalani terapi penyinaran, terapi kanker,

kortikosteroid atau obat imunosupresan lainnya. IPV bisa diberikan

kepada anak yang menderita diare.

Jika anak sedang menderita penyakit ringan atau berat, sebaiknya

pelaksanaan imunisasi ditunda sampai mereka benar-benar pulih. IPV

bisa menyebabkan nyeri dan kemerahan pada tempat penyuntikan,

yang biasanya berlangsung hanya selama beberapa hari. Masa

inkubasi virus antara 6-10 hari. Setelah demam 2-5 hari, umumnya

akan mengalami kelumpuhan mendadak pada salah satu anggota

gerak. Namun tak semua orang yang terkena virus polio akan

mengalami kelumpuhan, tergantung keganasan virus polio yang

menyerang dan daya tahan tubuh si anak. Imunisasi polio akan

memberikan kekebalan terhadap serangan virus polio.

b. Usia Pemberian

Saat lahir (0 bulan), dan berikutnya di usia 2, 4, 6 bulan.

Dilanjutkan pada usia 18 bulan dan 5 tahun. Kecuali saat lahir,

pemberian vaksin polio selalu dibarengi dengan vaksin DTP.

c. Cara Pemberian

Page 19: MAKALAH Imunisasi

Bisa lewat suntikan (Inactivated Poliomyelitis Vaccine/IPV), atau

lewat mulut (Oral Poliomyelitis Vaccine/OPV). Di tanah air, yang

digunakan adalah OPV.

d. Efek Samping

Hampir tak ada. Hanya sebagian kecil saja yang mengalami pusing,

diare ringan, dan sakit otot. Kasusnya pun sangat jarang. Dapat

mungkin terjadi berupa kelumpuhan dan kejang-kejang.

e. Tingkat Kekebalan

Dapat mencekal hingga 90%.

f. Indikasi Kontra

Tak dapat diberikan pada anak yang menderita penyakit akut atau

demam tinggi (di atas 380C); muntah atau diare; penyakit kanker atau

keganasan; HIV/AIDS; sedang menjalani pengobatan steroid dan

pengobatan radiasi umum; serta anak dengan mekanisme kekebalan

terganggu.

5. Campak (Morbilli)

Penyakit Campak (Rubeola, Campak 9 hari, measles) adalah suatu

infeksi virus yang sangat menular, yang ditandai dengan demam, batuk,

konjungtivitis (peradangan selaput ikat mata/konjungtiva) dan ruam kulit.

Penyakit ini disebabkan karena infeksi virus campak golongan

Paramyxovirus.

Sebelum vaksinasi campak digunakan secara meluas, wabah campak

terjadi setiap 2-3 tahun, terutama pada anak-anak usia pra-sekolah dan

anak-anak SD. Jika seseorang pernah menderita campak, maka seumur

hidupnya dia akan kebal terhadap penyakit ini. Tidak ada pengobatan

khusus untuk campak. Anak sebaiknya menjalani tirah baring. Untuk

menurunkan demam, diberikan asetaminofen atau ibuprofen. Jika terjadi

infeksi bakteri, diberikan antibiotik. Vaksin campak merupakan bagian

dari imunisasi rutin pada anak-anak. Vaksin biasanya diberikan dalam

bentuk kombinasi dengan gondongan dan campak Jerman (vaksin

MMR/mumps, measles, rubella), disuntikkan pada otot paha atau lengan

Page 20: MAKALAH Imunisasi

atas. Jika hanya mengandung campak, vaksin diberikan pada umur 9

bulan.

Dalam bentuk MMR, dosis pertama diberikan pada usia 12-15 bulan,

dosis kedua diberikan pada usia 4-6 tahun. selain itu penderita juga harus

disarankan untuk istirahat minimal 10 hari dan makan makanan yang

bergizi agar kekebalan tubuh meningkat.

a. Imunisasi Campak

Sebenarnya, bayi sudah mendapat kekebalan campak dari

ibunya. Namun seiring bertambahnya usia, antibodi dari ibunya

semakin menurun sehingga butuh antibody tambahan lewat

pemberian vaksin campak. Apalagi penyakit campak mudah

menular, dan mereka yang daya tahan tubuhnya lemah gampang

sekali terserang penyakit yang disebabkan virus Morbili ini.

Untungnya, campak hanya diderita sekali seumur hidup. Jadi, sekali

terkena campak, setelah itu biasanya tak akan terkena lagi. Imunisasi

campak efektif untuk memberi kekebalan terhadap penyakit campak

sampai seumur hidup.

Penyakit campak yang disebabkan oleh virus yang ganas ini

dapat dicegah jika seseorang mendapatkan imunisasi campak,

minimal dua kali yakni semasa usia 6 – 59 bulan dan masa SD (6 –

12 tahun).

Upaya imunisasi campak tambahan yang dilakukan bersama

dengan imunisasi rutin terbukti dapat menurunkan kematian karena

penyakit campak sampai 48%.Tanpa imunisasi, penyakit ini dapat

menyerang setiap anak, dan mampu menyebabkan cacat dan

kematian karena komplikasinya seperti radang paru (pneumonia);

diare, radang telinga (otitis media) dan radang otak (ensefalitis)

terutama pada anak dengan gizi buruk.

Penularan campak terjadi lewat udara atau butiran halus air

ludah (droplet) penderita yang terhirup melalui hidung atau mulut.

Pada masa inkubasi yang berlangsung sekitar 10-12 hari, gejalanya

Page 21: MAKALAH Imunisasi

sulit dideteksi. Setelah itu barulah muncul gejala flu (batuk, pilek,

demam), mata kemerah-merahan dan berair, si kecil pun merasa

silau saat melihat cahaya. Kemudian, di sebelah dalam mulut muncul

bintik-bintik putih yang akan bertahan 3-4 hari. Beberapa anak juga

mengalami diare. Satu-dua hari kemudian timbul demam tinggi yang

turun naik, berkisar 38-40,5°C. Seiring dengan itu, barulah keluar

bercak-bercak merah yang merupakan ciri khas penyakit ini.

Ukurannya tidak terlalu besar, tapi juga tak terlalu kecil. Awalnya

hanya muncul di beberapa bagian tubuh saja seperti kuping, leher,

dada, muka, tangan dan kaki. Dalam waktu 1 minggu, bercakbercak

merah ini akan memenuhi seluruh tubuh. Namun bila daya tahan

tubuhnya baik, bercak-bercak merah ini hanya di beberapa bagian

tubuh saja dan tidak banyak.

Jika bercak merah sudah keluar, umumnya demam akan turun

dengan sendirinya. Bercak merah pun akan berubah jadi kehitaman

dan bersisik, disebut hiperpigmentasi. Pada akhirnya bercak akan

mengelupas atau rontok atau sembuh dengan sendirinya. Umumnya,

dibutuhkan waktu hingga 2 minggu sampai anak sembuh benar dari

sisa-sisa campak. Dalam kondisi ini, tetaplah meminum obat yang

sudah diberikan dokter. Jaga stamina dan konsumsi makanan bergizi.

Pengobatannya bersifat simptomatis, yaitu mengobati berdasarkan

gejala yang muncul. Hingga saat ini, belum ditemukan obat yang

efektif mengatasi virus campak. Jika tak ditangani dengan baik

campak bisa sangat berbahaya. Bisa terjadi komplikasi, terutama

pada campak yang berat. Ciri-ciri campak berat, selain bercaknya di

sekujur tubuh, gejalanya tidak membaik setelah diobati 1-2 hari.

Komplikasi yang terjadi biasanya berupa radang paru-paru (broncho

pneumonia) dan radang otak (ensefalitis). Komplikasi inilah yang

umumnya paling sering menimbulkan kematian pada anak.

b. Deskripsi

Vaksin campak merupakan vaksin virus hidup yang dilemahkan.

Setiap dosis (0,5ml) mengandung tidak kurang dari 1000 infective

Page 22: MAKALAH Imunisasi

unit virus strain CAM 70, dan tidak lebih dari 100 mcg residu

kanamycin dan 30 mcg residu erythromycin. Vaksin ini berbentuk

vaksin beku kering yang harus dilarutkan hanya dengan pelarut steril

yang tersedia secara terpisah untuk tujuan tersebut. Vaksin ini telah

memenuhi persyaratan WHO untuk vaksin campak.

c. Indikasi

Untuk Imunisasi aktif terhadap penyakit campak.

d. Komposisi

Tiap dosis vaksin yang sudah dilarutkan mengandung : Virus

Campak >= 1.000 CCID50, Kanamycin sulfat <= 100 mcg,

Erithromycin <= 30 mcg

e. Dosis dan Cara Pemberian

Imunisasi campak terdiri dari dosis 0,5 ml yang disuntikkan

secara SUBKUTAN, lebih baik pada lengan atas. Pada setiap

penyuntikan harus menggunakan jarum dan syringe yang steril.

Vaksin yang telah dilarutkan hanya dapat digunakan pada hari itu

juga (maksimum untuk 8 jam) dan itupun berlaku hanya jika vaksin

selama waktu tersebut disimpan pada suhu 2°-8°C serta terlindung

dari sinar matahari. Pelarut harus disimpan pada suhu sejuk sebelum

digunakan.

Satu dosis vaksin campak cukup untuk membentuk kekebalan

terhadap infeksi.Di negara-negara dengan angka kejadian dan

kematian karena penyakit campak tinggi pada tahun pertama setelah

kelahiran, maka dianjurkan imunisasi terhadap campak dilakukan

sedini mungkin setelah usia 9 bulan (270 hari). Di negara-negara

yang kasus campaknya sedikit, maka imunisasi boleh dilakukan

lebih dari usia tersebut.

Page 23: MAKALAH Imunisasi

Vaksin campak tetap aman dan efektif jika diberikan bersamaan

dengan vaksin-vaksin DT, Td, TT, BCG, Polio, (OPV dan IPV),

Hepatitis B, dan Yellow Fever.

f. Usia & Jumlah Pemberian

Sebanyak 2 kali; 1 kali di usia 9 bulan, 1 kali di usia 6 tahun.

Dianjurkan, pemberian campak ke-1 sesuai jadwal. Selain karena

antibodi dari ibu sudah menurun di usia 9 bulan, penyakit campak

umumnya menyerang anak usia balita. Jika sampai 12 bulan belum

mendapatkan imunisasi campak, maka pada usia 12 bulan harus

diimunisasi MMR (Measles Mumps Rubella).

g. Efek Samping

Umumnya tidak ada. Pada beberapa anak, bisa menyebabkan

demam dan diare, namun kasusnya sangat kecil. Biasanya demam

berlangsung seminggu. Kadang juga terdapat efek kemerahan mirip

campak selama 3 hari.

h. Kontraindikasi

Terdapat beberapa kontraindikasi yang berkaitan dengan

pemberian vaksin campak. Walaupun berlawanan penting untuk

mengimunisasi anak yang mengalami malnutrisi. Demam ringan,

infeksi ringan pada saluran nafas atau diare, dan beberapa penyakit

ringan lainnya jangan dikategorikan sebagai kontraindikasi.

Kontraindikasi terjadi bagi individu yang diketahui alergi berat

terhadap kanamycin dan erithromycin.

Karena efek vaksin virus campak hidup terhadap janin belum

diketahui, maka wanita hamil termasuk kontraindikasi. Individu

pengidap virus HIV (Human Immunodficiency Virus). Vaksin

Campak kontraindikasi terhadap individu-individu yang mengidap

penyakit immune deficiency atau individu yang diduga menderita

gangguan respon imun karena leukimia, lymphoma atau generalized

Page 24: MAKALAH Imunisasi

malignancy. Bagaimanapun penderita HIV, baik yang disertai gejala

ataupun tanpa gejala harus diimunisasi vaksin campak sesuai

i. Jadwal Yang Ditentukan.

Bagi anak-anak yang sedang sakit berat seperti diare dan demam

tinggi, menurut Jane, diinstruksikan tidak perlu diimunisasi campak.

Para petugas cukup mencatat namanya. Apabila anak tersebut telah

sembuh, petugas akan mendatangi rumahnya untuk diberi imunisasi.

j. Kemasan

Vaksin tersedia dalam kemasan vial 10 dosis + 5 ml pelarut dalam

ampul.

I. Imunisasi Yang Dianjurkan

1. Imunisasi HIB

Sesuai namanya, imunisasi ini bermanfaat untuk mencekal kuman

HiB (Haemophyllus influenzae type B). Kuman ini menyerang selaput

otak sehingga terjadilah radang selaput otak yang disebut meningitis.

Meningitis sangat berbahaya karena dapat merusak otak secara permanen

sampai kepada kematian. Selain mengakibatkan radang selaput otak,

kuman ini juga dapat menyebabkan radang paru dan radang epiglotis.

Terdapat dua jenis vaksin Hib konjungat yang beredar di Indonesia

yaitu vaksin Hib yang berisi PRP-T (capsular polysaccharide polyriibosyl

ribitol phosphate- konjugasi dengan protein tetanus) dan PRP-OMP (PRP

berkonjugasi outer membrane protein complex).

a. Jadwal Imunisasi

1) Vaksin Hib yang berisi PRT-P diberikan umur 2,4, dan 6 bulan.

2) Vaksin Hib yang berisi PRP-OMP diberikan pada umur 2 dan 4

bulan, dosis ketiga (6 bulan) tidak diperlukan.

3) Vaksin Hib dapat diberikan dalam bentuk vaksin kombinasi

(DTwP/Hib, DTaP/Hib/IPV)

b. Dosis

1) Satu dosis Hib berisi 0,5 ml, diberikan secara intramuscular.

Page 25: MAKALAH Imunisasi

2) Tersedia vaksin kombinasi (DTwP/Hib, DTaP/Hib, DTaP/Hib/IPV

(vaksin kombinasi yang beredar berisi vaksin Hib PRT-P) dalam

kemasan prefilled syringe 0,5 ml.

c. Ulangan

1) Vaksin Hib baik PRT-P ataupun PRP-OMP perlu diulang pada

umur 18 bulan.

2) Apabila anak datang pada umur 1-5 tahun, Hib hanya diberikan

satu kali.

2. Imunisasi PCV

Jenis imunisasi ini tergolong baru di Indonesia. PCV atau

Pneumococcal Vaccine alias imunisasi pneumokokus memberikan

kekebalan terhadap serangan penyakit IPD (Invasive Peumococcal

Diseases), yakni meningitis (radang selaput otak), bakteremia (infeksi

darah), dan pneumonia (radang paru). Ketiga penyakit ini disebabkan

kuman Streptococcus Pneumoniae atau Pneumokokus yang penularannya

lewat udara. Gejala yang timbul umumnya demam tinggi, menggigil,

tekanan darah rendah, kurang kesadaran, hingga tak sadarkan diri.

Penyakit IPD sangat berbahaya karena kumannya bisa menyebar lewat

darah (invasif) sehingga dapat memperluas organ yang terinfeksi.

Diperlukan imunisasi Pneumokukus untuk mencekal penyakit ini.

Terdapat 2 jenis vaksin pneumokokus yang beredar di Indonesia, yaitu

vaksin pneumokokus polisakarida berisi polisakarida murni, 23 serotipe

disebut pneumococus polysaccharide vaccine (PPV23). Vaksin

pneumokokus generasi kedua berisi vaksin polisakarida konjungasi, 7

serotipe disebut pneumococcal conjungate vaccine (PCV7).

Vaksin PCV7 dikemas dalam prefilled syringe 5 ml dieberikan

intramuskular.

1) Dosis pertama tidak berikan sebelum umur 6 minggu

2) Untuk bayi BBLR (<1500 gram) vaksin diberikan setelah umur

kronologik 6-8 minggu, tanpa memperhatikan umur atau apabila

berat badan telah mencapai.>2000 gram

Page 26: MAKALAH Imunisasi

3) Dapat diberikan bersama vaksin lain. Untuk setiap vaksin pada sisi

badan yang berbeda

3. Imunisasi MMR

Memberikan kekebalan terhadap serangan penyakit Mumps

(gondongan/parotitis), Measles (campak), dan Rubella (campak Jerman).

Terutama buat anak perempuan, vaksinasi MMR sangat penting untuk

mengantisipasi terjadinya rubela pada saat hamil. Sementara pada anak

lelaki, nantinya vaksin MMR mencegah agar tak terserang rubella dan

menulari sang istri yang mungkin sedang hamil. Penting diketahui, rubela

dapat menyebabkan kecacatan pada janin.

Toksin MMR diberikan pada umur 15 -18 bulan minimal interval 6

bulan antara imunisasi campak (9 bulan) dan MMR. Dosis satu kali 0,5

ml secara sub kutan. MMR diberikan minimal satu bulan sebelum atau

setelah penyuntikan imunisasi lain. Apabila seorang anak telah mendapat

imunisasi MMR pada umur 12 -18 bulan dan 6 tahun, imunisasi campak

tambahan pada umur 5-6 tahun tidak perlu diberikan. Ulangan imunisasi

MMR diberikan pada umur 6 tahun.

4. Imunisasi Influenza

Influenza merupakan penyakit infeksi saluran napas yang disebabkan

virus. Penyakit ini dapat menular dengan mudah karena virusnya bisa

menyebar lewat udara yang bila terhirup dan masuk ke saluran

pernapasan kita langsung tertular. Sebenarnya, influenza tergolong ringan

karena sifatnya yang self-limiting disease alias bisa sembuh sendiri tanpa

diobati. Penderita hanya perlu beristirahat, banyak minum air putih, dan

meningkatkan daya tahan tubuh dengan konsumsi makanan bergizi

seimbang.

a. Jadwal Imunisasi

1) Vaksin influenza diberikan pada anak umur 6 sampai 23 bulan,

baik anak sehat maupun dengan risiko (asma, penyakit jantung,

penyakit sel sickle, HIV, dan Diabetes).

b. Dosis tergantung umur anak,

1) Umur 6-35 bulan 0,25 ml.

Page 27: MAKALAH Imunisasi

2) Umur ≥3 tahun 0,5 ml

3) Umur ≤8 tahun: untuk pemberian pertama kali diperlukan 2 dosis

dengan interval minimal 4 -6 minggu, pada tahun beriktunya hanya

diberikan satu dosis

4) Vaksin influenza diberikan secara intramuskular pada paha antero

lateral atau deatoid

5. Imunisasi Tifoid

Ada 2 jenis vaksin tifoid yang bisa diberikan ke anak, yakni vaksin

oral (Vivotif) dan vaksin suntikan (TyphimVi). Keduanya efektif mencekal

demam tifoid alias penyakit tifus, yaitu infeksi akut yang disebabkan

bakteri Salmonella typhi. Bakteri ini hidup di sanitasi yang buruk seperti

lingkungan kumuh, dan makanan-minuman yang tidak higienis. Dia

masuk melalui mulut, lalu menyerang tubuh, terutama saluran cerna.

Gejala khas terinfeksi bakteri tifus adalah suhu tubuh yang berangsur-

angsur meningkat setiap hari, bisa sampai 400c. Basanya di pagi hari

demam akan menurun tapi lalu meningkat di waktu sore/malam. Gejala

lainnya adalah mencret, mual berat, muntah, lidah kotor, lemas, pusing,

dan sakit perut, terkesan acuh tak acuh bahkan bengong, dan tidur pasif

(tak banyak gerak). Pada tingkat ringan atau disebut paratifus (gejala

tifus), cukup dirawat di rumah. Anak harus banyak istirahat, banyak

minum, mengonsumsi makanan bergizi, dan minum antibiotik yang

diresepkan dokter. Tapi kalau berat, harus dirawat di rumah sakit.

Penyakit ini, baik ringan maupun berat, harus diobati hingga tuntas untuk

mencegah kekambuhan. Selain juga untuk menghindari terjadi komplikasi

karena dapat berakibat fatal.

a. Jenis vaksin

1) Vaksin kapsuler Vi polisakarida

a) Diberikan pada umur lebih dua tahun, ulangan dilakukan setiap

3 tahun.

b) Kemasan dalam prefilled syringe 0,5 ml pemberian secara

intramuskular.

2) Tifoid oral Ty21a

Page 28: MAKALAH Imunisasi

a) Diberikan pada umur lebih dari 6 tahun.

b) Dikemas dalam kapsul, diberikan 3 dosis dengan interval

selang sehari (hari 1,3,5).

c) Imunisasi ulangan diberikan setiap 3-5 tahun.

6. Imunisasi Hepatitis A

Penyebaran virus hepatitis A (VHA) sangat mudah. Penderita akan

mengeluarkan virus ini saat meludah, bersin, atau batuk. Bila virus ini

menempel di makanan, minuman, atau peralatan makan, kemudian

dimakan atau digunakan oleh anak lain maka dia akan tertular. Namun,

untuk memastikan apakah anak mengidap VHA atau tidak, harus

dilakukan tes darah.

Vaksin Hep A diberikan pada umur lebih dari 2 tahun. Vaksin

kombinasi HepB atau HepA diberikan pada bayi kurang dari 12 bulan.

Maka vaksin kombinasi di indikasikan pada anak umur lebih dari 12

bulan terutama catch-up immunization yaitu mengejar imunisasi pada

anak yang belum pernah mendapatkan imunisasi Hep B sebelumnya atau

imunisasi Hep B yang tidak lengkap.

Kemasan liquid satu dosis/vial prefilled syringe 0,5 ml. Dosis

pediatrik 720 ELISA units diberikan 2 kali dengan interval 6-12 bulan,

intramuskular di daerah deltoid. Kombinasi HepB/HepA (berisi Hep B

10µg dan Hep A 720 ELISA units) dalam kemasan prefilled syringe 0,5

ml intramuskular. Dosis HDosis Hep A untuk dewasa (≥19 tahun) 1440

ELISA units dosis 1 ml, 2 dosis, interval 6-12 bulan.

7. Imunisasi Varisela

Memberikan kekebalan terhadap cacar air atau chicken pox,

penyakit yang disebabkan virus varicella zooster. Termasuk penyakit akut

dan menular, yang ditandai dengan vesikel (lesi/bintik berisi air) pada

kulit maupun selaput lendir. Penularannya sangat mudah karena virusnya

bisa menyebar lewat udara yang keluar saat penderita meludah, bersin,

atau batuk. Namun yang paling potensial menularkan adalah kontak

langsung dengan vesikel, yaitu ketika mulai muncul bintik dengan cairan

Page 29: MAKALAH Imunisasi

yang jernih. Setelah bintik-bintik itu berubah jadi hitam, maka tidak

menular lagi.

Munisasi varisela diberikan pada anak umur lebih dari 5 tahun.

Untuk anak yang mengalami kontak dengan pasien varisela, imunisasi

dapat mencegah apabila diberikan dalam kurun 72 jam setelah kontak.

Dosis 0,5 ml subkutan satu kali. Untuk umur lebih dari 13 tahun atau

dewasa, diberikan 2 kali dengan jarak 4-8 minggu.

DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan Provinsi Jatim. (2005). Buku Pegangan Kader Posyandu.

Surabaya.

Hidayat, Alimul A. (2005). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak, Edisi 1.Jakarta:

Salemba Medika

Ranuh IGN. Hariyono S. (2008). Pedoman Imunisasi di Indonesia Edisi 3,

Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia

Wong, Et al. (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Ed.6. Jakarta: EGC

Yupi Supartini. (2004). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta :

EGC.