Top Banner
MAKALAH FARMAKOLOGI HIV/AIDS Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Farmakologi II Vika Septideyani (11 01 01 097) Dosen Pengampu Sari Meisyayati. M.Si., Apt. i
37

makalah hiv aids

Jan 01, 2016

Download

Documents

farmakologi
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: makalah hiv aids

MAKALAH FARMAKOLOGI

HIV/AIDS

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Farmakologi II

Vika Septideyani(11 01 01 097)

Dosen PengampuSari Meisyayati. M.Si., Apt.

PRODI S1 REGULER B SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI

BHAKTI PERTIWIPALEMBANG

2013i

Page 2: makalah hiv aids

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberi kekuatan dan kesempatan

kepada kami, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan waktu yang di harapkan

walaupun dalam bentuk yang sangat sederhana, dimana makalah ini membahas

tentang “HIV/AIDS” dan kiranya makalah ini dapat meningkatkan pengetahuan kita

khususnya tentang bagaimana dan apa bahaya dari penyakit HIV/AIDS.

Dengan adanya makalah ini, mudah-mudahan dapat membantu meningkatkan

minat baca dan belajar teman-teman. Selain itu kami juga berharap semua dapat

mengetahui dan memahami tentang materi ini, karena akan meningkatkan mutu

individu kita.

Kami sangat menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih

sangat  minim, sehingga saran dari dosen pengajar serta kritikan dari semua pihak masih

kami harapkan demi perbaikan laporan ini. Kami ucapkan terima kasih kepada semua

pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.

Palembang, 27 Oktober 2013

Penyusun,

Vika Septideyani

ii

Page 3: makalah hiv aids

DAFTAR ISI

Cover

Kata Pengantar .................................................................................................. ii

Daftar Isi ............................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN

a. Latar Belakang ............................................................................................. 1

b. Rumusan Masalah ......................................................................................... 2

c. Tujuan Penulisan ......................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

a. Definisi ......................................................................................................... 3

b. Etiologi ......................................................................................................... 4

c. Siklus Hidup ............................................................................................... 6

d. Tanda atau Gejala HIV/AIDS ....................................................................... 7

e. Cara Penularan .............................................................................................. 9

f. Komplikasi dengan penyakit lain .................................................................. 11

g. Cara Diagnosis HIV/AIDS ........................................................................... 12

h. Pengobatan ................................................................................................... 13

i. Pencegahan ................................................................................................... 17

BAB III PENUTUP

a. Kesimpulan ................................................................................................... 19

b. Saran .............................................................................................................. 20

DAFTAR PUSTAKA

iii

Page 4: makalah hiv aids

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyakit ini pertama sekali timbul di Afrika, Haiti dan America Serikat

pada tahun 1978. Pada tahun 1979 Amerika serikat melaporkan kasus- kasus

sarkoma kaposi dan penyakit- penyakit infeksi yang jarang terjadi di Eropa.

Pada tahun 1981 Amerika Serikat melaporkan kasus–kasus sarkoma kaposi

dan penyakit infeksi yang jarang terdapat dikalangan homoseksual. Hal ini

menimbulkan dugaan yang kuat bahwa transmisi penyakit ini terjadi melalui

hubungan seksual.

Pada tahun 1982, CD–USA (Centers for Disease Control) Amerika Serikat

untuk pertama sekali membuat definisi AIDS. Sejak saat itulah survailans AIDS

dimulai.

Pada tahun 1982–1983 mulai diketahui adanya transmisi diluar jalur

hubungan seksual, yaitu melalui transfusi darah, penggunaan jarum suntik secara

bersama–sama oleh penyalahguna narkotik suntik. Pada tahun ini juga, ilmuwan

yang menemukan virus HIV pertama kali adalah Barre-Sinoussi dan Luc

Montagnier dari Pasteur institut, Paris menemukan penyebab penyakit ini adalah

LAV (Lymphadenophaty Associated Virus). Kedua ilmuwan ini mendapatkan

Nobel Kedokteran yang mengkaitkan HPV dengan kanker rahim. Komite Nobel

mengatakan penemuan kedua warga Perancis itu membantu para ilmuwan dalam

memahami biologi dari virus yang mengancam dunia.

Lebih dari 25 juta orang meninggal akibat HIV/AIDS sejak tahun 1981 dan

diseluruh dunia tercatat 33 juta orang yang mengidap virus HIV. Temuan Sinoussi

dan Montagnier antara lain mendorong metode diagnosa pasien maupun dalam

memeriksa darah, yang membatasi penyebaran wabah HIV/AIDS. Walau masih

belum ditemukan obat untuk HIV, dalam beberapa tahun belakangan penyakit itu

1

Page 5: makalah hiv aids

tidak lagi menjadi hukuman mati langsung bagi penderitanya. Pengobatan saat ini

sudah berhasil memperpanjang masa hidup pengidap HIV sampai puluhan tahun.

Penyakit kelamin Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS)

merupakan kumpulan gejala yang disebabkan oleh retrovirus HIV yang sistem

kekebalan/ pertahan tubuh.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

a. Apa itu HIV/AIDS?

b. Bagaimana etiologi HIV/AIDS?

c. Bagaimana siklus hidup dari virus HIV/AIDS?

d. Bagaimana gejala yang ditimbulkan pada penderita HIV/AIDS?

e. Bagaimana penularan virus HIV/AIDS?

f. Adakah komplikasi/timbulnya penyakit lain bila terkena virus HIV/AIDS?

g. Bagaimana cara mendiagnosa virus HIV/AIDS?

h. Bagaimana pengobatan untuk para penderita virus HIV/AIDS?

i. Bagaimana cara pencegahan agak tidak tertular virus HIV/AIDS?

1.3. Tujuan Penulisan

a. Untuk mengetahui apa itu HIV/AIDS.

b. Untuk mengetahui etiologi HIV?AIDS.

c. Untuk mengetahui siklus hidup virus HIV/AIDS.

d. Untuk mengetahui gejala yang dirasakan pada penderita HIV/AIDS.

e. Untuk mengetahui cara penularan virus HIV/AIDS.

f. Untuk mengetahui adanya komplikasi pada penderita HIV/AIDS.

g. Bagaimana cara mendiagnosa virus HIV/AIDS.

h. Untuk mengetahui pengobatan bagi para penderita virus HIV/AIDS.

i. Untuk mengetahui pencegahan agar tidak tertular virus HIV/AIDS.

2

Page 6: makalah hiv aids

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

HIV merupakan singkatan dari Human Immunodeficiency Virus, yaitu

kelompok virus tertentu yang ditularkan dari manusia yang terinfeksi ke individu

yang sehat. Virus ini tidak dapat ditularkan oleh gigitan serangga seperti gigitan

nyamuk. Setelah seseorang terinfeksi virus HIV, maka dapat melemahkan sistem

kekebalan tubuh. HIV menyerang limfosit CD4 dari sistem kekebalan tubuh. Hal

ini menyebabkan kerusakan besar pada tingkat kekuatan kekebalan tubuh

manusia. Ketika kekebalan tubuh menjadi lemah, sangat mudah untuk terinfeksi

penyakit lain dan dapat menyebabkan kanker yang menyerang tubuh.

CD 4 adalah sebuah marker atau penanda yang berada di permukaan sel-sel

darah putih manusia, terutama sel-sel limfosit. CD4 pada orang dengan sistem

kekebalan yang menurun menjadi sangat penting, karena berkurangnya nilai CD4

dalam tubuh manusia menunjukkan berkurangnya sel-sel darah putih atau limfosit

yang seharusnya berperan dalam memerangi infeksi yang masuk ke tubuh

manusia. Pada orang dengan sistem kekebalan yang baik, nilai CD4 berkisar

antara 1400-1500. Sedangkan pada orang dengan sistem kekebalan yang

terganggu (misal pada orang yang terinfeksi HIV) nilai CD 4 semakin lama akan

semakin menurun (bahkan pada beberapa kasus bisa sampai nol).

Sel yang mempunyai marker CD4 di permukaannya berfungsi untuk

melawan berbagai macam infeksi. Di sekitar kita banyak sekali infeksi yang

beredar, entah itu berada dalam udara, makanan ataupun minuman. Namun kita

tidak setiap saat menjadi sakit, karena CD4 masih bisa berfungsi dengan baik

untuk melawan infeksi ini. Jika CD4 berkurang, mikroorganisme yang patogen di

sekitar kita tadi akan dengan mudah masuk ke tubuh kita dan menimbulkan

penyakit pada tubuh manusia.

3

Page 7: makalah hiv aids

Sistem kekebalan dianggap defisien ketika sistem tersebut tidak dapat lagi

menjalankan fungsinya dalam memerangi infeksi dan penyakit- penyakit. Orang

yang kekebalan tubuhnya defisien (Immunodeficient) menjadi lebih rentan

terhadap berbagai ragam infeksi, yang sebagian besar jarang menjangkiti orang

yang tidak mengalami defisiensi kekebalan. Penyakit-penyakit yang berkaitan

dengan defisiensi kekebalan yang parah dikenal sebagai “infeksi oportunistik”

karena infeksi-infeksi tersebut memanfaatkan sistem kekebalan tubuh yang

melemah.

Jika terinfeksi virus ini, maka akan dimungkinkan tetap berada di lingkaran

itu selamanya, belum ada obat yang pasti untuk menyembuhkannya. Namun ada

perawatan yang membantu mengontrol perkembangan penyakit dan mengurangi

infeksi HIV.

Sedangkan AIDS adalah singkatan dari Acquired Immuno Deficiency

Syndrome. Kondisi ini berkembang dari infeksi HIV. Kecuali seseorang tidak

terinfeksi HIV, maka dia tidak bisa terkena AIDS. Hal ini mempengaruhi sistem

kekebalan tubuh dan penurunan fungsi normal. Kondisi ini disebut sindrom

karena ada banyak penyakit dan infeksi yang mempengaruhi orang secara

bersama-sama. Ketika gejala berbagai penyakit yang berbeda terlihat, hal ini

menujukkan AIDS. Tidak ada tes khusus untuk mendeteksi AIDS. Jika seseorang

tidak mematuhi pengobatan antivirus yang disarankan oleh dokter, HIV akan

berkembang cepat menjadi AIDS dan akan lebih cepat lagi apabila orang yang

terinfeksi dengan gizi buruk, usia tua dan stress berat.

2.2. Etiologi

Virus ini pertama kali diisolasi oleh Montagnier dan kawan-kawan di

Prancis pada tahun 1983 dengan nama Lymphadenopathy Associated Virus

(LAV), sedangkan Gallo di Amerika Serikat pada tahun 1984 mengisolasi (HIV)

III. Kemudian atas kesepakatan internasional pada tahun 1986 nama virus dirubah

menjadi HIV.

4

Page 8: makalah hiv aids

HIV adalah suatu retrovirus manusia sitopatik dari famili lentivirus. Dalam

bentuknya yang asli merupakan partikel yang inert, tidak dapat berkembang atau

melukai sampai ia masuk ke sel target. Sel target virus ini terutama sel limfosit T,

karena ia mempunyai reseptor untuk virus HIV yang disebut CD4. Didalam sel

limfosit T, virus dapat berkembang dan seperti retrovirus yang lain, dapat tetap

hidup lama dalam sel dengan keadaan inaktif. Walaupun demikian virus dalam

tubuh pengidap HIV selalu dianggap infectious yang setiap saat dapat aktif dan

dapat ditularkan selama hidup penderita tersebut.

Secara morfologis HIV terdiri atas 2 bagian besar yaitu bagian inti (core)

dan bagian selubung (envelop). Bagian inti berbentuk silindris tersusun atas dua

untaian RNA (Ribonucleic Acid), enzim reverce transcriptase dan beberapa jenis

protein. Karena informasi genetik virus ini berupa RNA, maka virus ini harus

mentransfer informasi genetiknya yang berupa RNA menjadi DNA sebelum

diterjemahkan menjadi protein-protein. Dan untuk tujuan ini HIV memerlukan

enzim reverse transcriptase. Bagian selubung terdiri atas lipid dan glikoprotein (gp

41 dan gp 120). Glikoprotein yang lebih besar dinamakan gp 120, adalah

komponen yang menspesifikasi sel yang diinfeksi. gp 120 ini terutama akan

berikatan dengan reseptor CD4, yaitu suatu reseptor yang terdapat pada

permukaan sel T helper, makrofag, monosit, sel-sel langerhans pada kulit, sel-sel

glial, dan epitel usus (terutama sel-sel kripta dan sel-sel enterokromafin).

Glikoprotein yang besar ini adalah target utama dari respon imun terhadap

berbagai sel yang terinfeksi. Glikoprotein yang lebih kecil, dinamai gp 41 atau

disebut juga protein transmembran, dapat bekerja sebagai protein fusi yaitu

protein yang dapat berikatan dengan reseptor sel lain yang berdekatan sehingga

sel-sel yang berdekatan tersebut bersatu membentuk sinsitium.

Karena bagian luar virus (lemak) tidak tahan panas, bahan kimia, maka

HIV termasuk virus sensitif terhadap pengaruh lingkungan seperti air mendidih,

sinar matahari dan mudah dimatikan dengan berbagai desinfektan seperti eter,

aseton, alkohol, iodium hipoklorit dan sebagainya, tetapi relatif resisten terhadap

radiasi dan sinar utraviolet. Virus HIV hidup dalam darah, saliva, semen, air mata

5

Page 9: makalah hiv aids

dan mudah mati diluar tubuh. HIV dapat juga ditemukan dalam sel monosit,

makrofag dan sel jaringan otak.

2.3. Siklus Hidup Virus HIV/AIDS

Sel pejamu yang terinfeksi oleh HIV memiliki waktu hidup sangat pendek;

hal ini berarti HIV secara terus-menerus menggunakan sel pejamu baru untuk

mereplikasi diri. Sebanyak 10 milyar virus dihasilkan setiap harinya. Serangan

pertama HIV akan tertangkap oleh sel dendrite pada membrane mukosa dan kulit

pada 24 jam pertama setelah paparan. Sel yang terinfeksi tersebut akan membuat

jalur ke nodus limfa dan kadang-kadang ke pembuluh darah perifer selama 5 hari

setelah papran, dimana replikasi virus menjadi semakin cepat.

Siklus hidup HIV dapat dibagi menjadi 5 fase, yaitu :

Masuk dan mengikat

Reverse transkripstase

Replikasi

Budding

Maturasi

Berikut adalah komponen utama dalam pertahanan tubuh:

a. Sel B

Fungsi utama sel B adalah sebagai imunitas antobodi humoral. Masing-

masing sel B mampu mengenali antigen spesifik dan mempunyai kemampuan

untuk mensekresi antibodi  spesifik. Antibodi bekerja dengan cara

membungkus antigen, membuat antigen lebih mudah untuk difagositosis

(proses penelanan dan pencernaan antigen oleh leukosit dan makrofag). Atau

dengan membungkus antigen dan memicu system komplemen (yang

berhubungan dengan respon inflamasi).

b. Limfosit T

Limfosit T atau sel T mempunyai 2 fungsi utama yaitu :

Regulasi sitem imun.

Membunuh sel yang menghasilkan antigen target khusus.

6

Page 10: makalah hiv aids

Masing-masing sel T mempunyai marker permukaan seperti CD4+, CD8+,

dan CD3+, yang membedakannya dengan sel lain. Sel CD4+ adalah sel yang

membantu mengaktivasi sel B, killer sel dan makrofag saat terdapat antigen

target khusus. Sel CD8+membunuh sel yang terinfeksi oleh virus atau bakteri

seperti sel kanker.

c. Fagosit

d. Komplemen

2.4. Gejala HIV/AIDS

Gejala HIV sangat luas spektrumnya, karena itu ada beberapa macam

klasifikasi sebagai berikut:

a. Stadium awal infeksi HIV

b. Stadium tanpa gejala

c. Stadium ARC (AIDS related complex)

d. Stadium AIDS

e. Stadium gangguan susunan saraf pusat

Masa Inkubasi

Masa inkubasi adalah waktu terjadinya infeksi sampai munculnya gejala

pertama pada pasien. Pada infeksi HIV hal ini sulit diketahui. Dari penelitian pada

sebagian besar kasus dikatakan masa inkubasi rata-rata 5-10 tahun, dan bervariasi

sangat lebar, yaitu antara 6 bulan sampai lebih dari 10 tahun. rata-rata 21 bulan

pada anak-anak dan 60 bulan pada orang dewasa walaupun belum ada gejala,

tetapi yang bersangkutan telah dapat menjadi sumber penularan.

a. Stadium awal infeksi

Gejala ini serupa dengan gejala infeksi virus umumnya yaitu berupa demam,

sakit kepala, sakit tenggorokan, mialgia, pembesaran kelenjar dan rasa

lemah.Pada sebagian orang, infeksi dapat berat disertai kesadaran

7

Page 11: makalah hiv aids

menurun.10Sindrom ini akan menghilang dalam beberapa minggu. Dalam waktu

3-6 bulan kemudian tes serologi baru akan positif, karena telah terbentuk

antibodi. Masa 3-6 bulan ini disebut window periode, dimana penderita dapat

menularkan naamun secara laboratorium hasil tes HIV-nya negatif.

b. Stadium tanpa gejala

Fase akut akan diikuti fase kronik asimptomatik yang lamanya bisa

bertahun-tahun (5-7 tahun). Virus yang ada didalam tubuh secara pelan-pelan

terus menyerang sistem pertahanan tubuhnya. Walaupun tidak ada gejala, kita

tetap dapat mengisolasi virus dari darah pasien dan ini berarti bahwa selama fase

ini pasien juga infeksius. Tidak diketahui secara pasti apa yang terjadi pada HIV

pada fase ini. Mungkin terjadi replikasi lambat pada sel-sel tertentu dan laten

pada sel-sel lainnya. Tetapi jelas bahwa aktivitas HIV terjadi dan ini dibuktikan

dengan menurunnya fungsi sistem imun dari waktu ke waktu. Mungkin sampai

jumlah virus tertentu tubuh masih dapat mengantisipasi sistem imun.

c. Stadium AIDS related compleks

Stadium ARC (AIDS Related Complex) adalah bila terjadi 2 atau lebih

gejala klinis yang berlangsung lebih dari 3 bulan, antara lain :

Berat badan turun lebih dari 10%

Demam lebih dari 380C

Keringat malam hari tanpa sebab yang jelas

Diare kronis tanpa sebab yang jelas

Rasa lelah berkepanjangan

Herpes zoster dan kandidiasis mulut

Pembesaran kelenjar limfe, anemia, leucopenia, limfopenia, trombositopenia

Ditemukan antigen HIV atau antibody terhadap HIV.

d. Stadium AIDS

Gejala klinis utama yaitu terdapatnya kanker kulit yang disebut Sarkoma

Kaposi (kanker pembuluh darah kapiler) juga adanya kanker kelenjar getah

8

Page 12: makalah hiv aids

bening. Terdapat infeksi penyakit penyerta misalnya pneomonia, pneumocystis,

TBC, serta penyakit infeksi lainnya seperti toksoplasmosis dsb.

e. Gejala gangguan susunan saraf

Lupa ingatan

Kesadaran menurun

Perubahan Kepribadian

Gejala–gejala peradangan otak atau selaput otak

Kelumpuhan

Umumnya penderita AIDS sangat kurus, sangat lemah dan menderita

infeksi. Penderita AIDS selalu meninggal pada waktu singkat (rata-rata 1-2 tahun)

akan tetapi beberapa penderita dapat hidup sampai 3 atau 4 tahun.

2.5. Penularan virus HIV/AIDS

Penularan AIDS dapat dibagi dalam 2 jenis, yaitu :

Secara Kontak Seksual

a. Ano-Genital

Cara hubungan seksual ini merupakan perilaku seksual dengan resiko

tertinggi bagi penularan HIV, khususnya bagi kaum mitra seksual yang pasif

menerima ejakulasi semen dari pengidap HIV.

b. Ora-Genital

Cara hubungan ini merupakan tingkat resiko kedua, termasuk menelan

semen dari mitra seksual pengidap HIV.

c. Genito-Genital / Heteroseksual

Penularan secara heteroseksual ini merupakan tingkat penularan ketiga,

hubungan suami istri yang mengidap HIV, resiko penularannya, berbeda-beda

antara satu peneliti dengan peneliti lainnya.

Secara Non seksual

Penularan secara non seksual ini dapat terjadi melalui :

a. Transmisi Parental

9

Page 13: makalah hiv aids

Penggunaan jarum dan alat tusuk lain (alat tindik, tatto) yang telah

terkontaminasi, terutama pada penyalahgunaan narkotik dengan

mempergunakan jarum suntik yang telah tercemar secara bersama-sama.

Penularan parental lainnya, melalui transfusi darah atau pemakai produk

dari donor dengan HIV positif, mengandung resiko yang sangat tinggi.

b. Transmisi Transplasental

Transmisi ini adalah penularan dari ibu yang mengandung HIV positif

ke anak, mempunyai resiko sebesar 50%. Disamping cara penularan yang

telah disebutkan di atas ada transmisi yang belum terbukti, antara lain:

ASI

Saliva/Air liur

Air mata

Hubungan sosial dengan orang serumah

Gigitan serangga

Walaupun cara-cara transmisi di atas belum terbukti, akan tetapi karena

prevalensi HIV telah demikian tinggi, maka tetap dianjurkan :

- Ibu yang mengidap supaya tidak menyusui bayinya.

- Mengurangi kontaminasi saliva pada alat seduditasi pada saat berciuman

dan pada anak-anak yang mengidap HIV yang menderita gangguan jiwa

dan sering digigit serangga.

- Bagi dokter ahli mata dianjurkan untuk lebih berhati-hati berhubungan

dengan air mata pengidap HIV.

Tetapi, perlu diketahui virus HIV tidak menular apabila:

Hidup serumah dengan penderita AIDS ( asal tidak mengadakan hubungan

seksual).

Bersentuhan dengan penderita.

Berjabat tangan.

Penderita AIDS bersin atau balik di dekat kita.

Bersentuhan dengan pakaian atau barang lain dari bekas penderita.

Berciuman pipi dengan penderita.

Melalui alat makan dan minum.

10

Page 14: makalah hiv aids

Gigitan nyamuk dan serangga lainnya.

Bersama-sama berenang di kolam.

2.6. Komplikasi / Penyakit lain bila terkena virus HIV/AIDS

a. Oral Lesi

Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis,

peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral, nutrisi,

dehidrasi, penurunan berat badan, keletihan dan cacat.

b. Neurologik

Kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human

Immunodeficiency Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan

kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfasia, dan

isolasi social.

Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia,

ketidakseimbangan elektrolit, meningitis/ensefalitis. Dengan efek : sakit

kepala, malaise, demam, paralise, total/parsial.

Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler, hipotensi sistemik, dan

maranik endokarditis.

Neuropati karena inflamasi oleh serangan Human Immunodeficienci Virus

(HIV)

c. Gastrointestinal

Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma,

dan sarcoma   Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan, anoreksia,

demam, malabsorbsi, dan dehidrasi.

Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma, sarcoma Kaposi, obat illegal,

alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik, demam

atritis.

Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal

yang sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri

rektal, gatal-gatal.

d. Respirasi

11

Page 15: makalah hiv aids

Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza,

pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas pendek, batuk, nyeri,

hipoksia, keletihan, dan gagal nafas.

e. Dermatologik

Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis

karena xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri,

gatal, rasa terbakar, infeksi sekunder dan sepsis.

f. Sensorik

Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan

Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan pendengaran

dengan efek nyeri.

2.7. Diagnosa

Metoda umum untuk menetapkan HIV adalah Enzyme-Linked Immunosorbent

Assay (ELISA), yang mendeteksi antibodi terhadap HIV-1 dengan sensitivitas

dan spesifisitas yang tinggi. Positif palsu dapat terjadi paada perempuan yang

telah melahirkan beberapa kali, pada yang baru mendapatkan vaksin hepatitis

B, HIV, influenza atau rabies, penerima transfusi darah berulang dan penderita

gagal ginjal atau hati, atau sedang menjalani hemodialisa kronik. Negatif palsu

dapat terjadi bila pasien baru terinfeksi dan test dilakukan sebelum

pembentukan antibodi yang adekuat. Waktu minimum untuk terbentuknya

antibodi 3-4 minggu dari awal terpapar.

ELISA positif diulang dan bila salah satu atau kduanya reaktif, test konfirmasi

dilakukan untuk diagnosa akhir. Uji Western blot adalah yang paling umum

dilakukan untuk test konfirmasi.

Test beban virus menghitung viremia dengan mengukur jumlah virus RNA.

Beberapa cara yang bisa digunakan yaitu Reverse Transcriptase-Coupled

Polymerase Chain Reaction (RT-PCR), branched DNA (bDNA) dan

Transcription-Mediated Amplification. Setiap pengujian mempunyai batas cara

ke cara lain, sehingga direkomendasikan untuk menggunakan cara yang sama

pada satu pasien.

12

Page 16: makalah hiv aids

Beban virus dapat digunakan sebagai faktor prognosa untuk memonitor

perkembangan penyakit dan efek terapi.

Jumlah limfosit CD4 dalam darah adalah tanda pengganti perkembangan

penyakit. Normal CD4 berkisar antara 500-2600 sel/mikroliter atau 40-70%

dari seluruh limfosit.

2.8. Pengobatan

Sasaran pengobatan virus HIV/AIDS untuk mencapai efek penekanan

maksimum replikasi HIV. Sasaran sekundernya untuk meningkatkan limofsit CD4

dan perbaikan kualitas hidup, serta sasaran akhirnya untuk menurunkan mortalitas

dan morbiditas.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengobatan adalah:

Pengukuran periodik secara teratur dimana RNA HIV di plasma dan kadar

CD4 untuk menentukan kemajuan terapi dan untuk mengawali atau

memodifikasi regimen terapi.

Penentuan terapi harus secara individual berdasarkan CD4 dan beban virus.

Penggunaan kombinasi ARV (Anti Retroviral) poten untuk menekan replikasi

HIV sampai dibawah tingkat sensitivitas penetapan virus HIV dan membatasi

kemampuan memilih variant HIV yang resisten terhadap ARV, yaitu faktor

utama yang membatasi kemampuan ARV menghambat replikasi virus dan

menghambat perbaikan.

Setiap ARV digunakan dalam kombinasi harus selalu digunakan sesuai dengan

regmen dosis.

Setiap orang yang terinfeksi HIV, bahkan dengan beban virus di bawah batas

yang dapat terinfeksi, harus dipertimbangkan dapat menular dan harus diberi

konsultasi untuk menghindari perilaku seks dan penggunaan obat yang

berkaitan dengan penularan HIV dan infeksi patogen lain.

Pengobatan direkomendasikan pada seluruh penderita HIV.

13

Page 17: makalah hiv aids

Tabel. Rekomendasi untuk memulai terapi dengan ARV pada remaja dan dewasa

berdasarkan fase klinik dan tanda imunologi.

Fase klinik WHO Test CD4 tidak tersedia Test CD4 tersedia

1 Tidak di terapi Terapi bila CD4 <200 sel/mm3

2 Tidak di terapi

3 Terapi Pertimbangan terapi bila CD4 <350

sel/mm3 dan terapi bila CD4 turun

<200 sel mm3

4 Terapi Terapi tanpa memperhitungkan

nilai CD4

a. Nilai dihitung CD4 yang disarankan untuk membantu menetapkan kebutuhan terapi

segera seperti TB pulmonal dan infeksi bakteri berat yang mungkin terjadi pada tiap

tingkat CD4.

b. Total limfosit 1200/mm dapat menggantikan jumlah CD4 bila nilai CD4 tidak ada

atau infeksi ringan. Ini tidak berguna pada pasien tanpa gejala.

c. Pemberian terapi ARV direkomendasikan untuk perempuan hamil dengan fase klinik

3 dan nilai CD4 < 350 sel/mm3.

d. Pemberian ARV direkomendasikan untuk seluruh pasien HIV dengan nilai CD4

<350 sel/mm3 DAN TBC pulmonal atau infeksi bakteri berat.

e. Tepatnya nilai CD4 > 200/mm3 pada infeksi HIV belum ditetapkan.

SECARA FARMAKOLOGI

Ada lima golongan obat ARV, yaitu:

1. Reverse Trannscriptase Inhibitor (RTI)

a. Analog nukleosida (NARTI), Analog nukeotida (NtARTI)

(Didanosin, Lamivudin, Zalsitabin, Zidovudin)

b. Non nukleotida (NNRTI)

(Nevirapine, Delavirdin)

14

Page 18: makalah hiv aids

2. HIV Protease Inhibitor (PI)

(Nelfinavir, Lopinavir / Ritonavir, Saquinavir)

3. Fusion Inhibitor (FI)

(Ibalizumab, Cenicriviroc)

4. Integrase Inhibitor (II)

(Raltegravir)

5. Viral Entry Inhibitor

(Enfuvirtid)

Kegagalan terapi dapat disebabkan oleh resistensi atau pasien tidak dapat

menoleransi reaksi obat yang diinginkan maka terapi harus ditukar. Interaksi dapat

terjadi dengan beberapa obat ARV.

Tabel. Rekomendasi regimen lini pertama terapi dan perubahan terapi ke lini kedua

infeksi HIV pada orang dewasa.

Regimen lini pertama Regimen lini kedua

Rti Pi

Standar AZT atau d4T + 3TC +

NVP atau EFV

ddI + ABC atau TDF + ABC

atau TDF + 3TC (±AZT)

PI/r

TDF + 3TC + NVP atau

EFV

ddI (+ ABC atau ddI + 3TC

(±AZT)

ABC + 3TC + NVP atau

EFV

ddI + 3TC (±AZT) atau TDF +

3TC (±AZT)

Alternatif AZT atau d4T + 3TC +

TDF atau ABC

EFV atau ±AZT ddI

* 3TC (Lamivudine); ABC (Abacavir); AZT (zidovudine) atau bisa disebut ZDV; d4T

(Stavudine); ddI (Didanosine); NFV (Nelfinavir); NNRTI non-nucleoside reverse

trancriptase inhibitor; NVP (Nevirapine); PI (Protease Inhibitor); /r (Ritonavir dosis

rendah); TDF (Tenofovir Disoproxil Fumate).

15

Page 19: makalah hiv aids

MEKANISME KERJA OBAT-OBAT ARV

1. Reverse Trannscriptase Inhibitor (RTI)

a. Analog nukleosida (NARTI), Analog nukeotida (NtARTI)

RTI bekerja dengan menghambat enzim reverse transkriptase selama proses

transkripsi RNA virus pada DNA pejamu. Analog NRTI akan mengalami

fosforilasi menjadi bentuk trifosfat, yang kemudian secara kompetitif

mengganggu transkripsi nukleotida. Akibatnya rantai DNA virus akan mengalami

terminasi.

b. Non nukleotida (NNRTI)

NNRTI merupakan kelas obat yang menghambat aktivitas enzim RT dengan

cara berikatan di tempat yang dekat dengan tempat aktif enzim dan menginduksi

perubahan konformasi pada situs aktif alosterik tempat ikatan nonsubtrat HIV-1.

2. HIV Protease Inhibitor (PI)

16

Page 20: makalah hiv aids

PI bekerja dengan cara menghambat protease HIV. Setelah sintesis mRNA dan

poliprotein HIV, protease HIV akan memecah poliprotein HIV menjadi sejumlah

protein fungsional. Dengan pemberian PI, produksi virion dan perlekatan dengan sel

pejamu masih terjadi, namun virus gagal berfungsi dan tidak infeksius terhadap sel.

3. Fusion Inhibitor (FI)

FI bekerja dengan menghambat masuknya virus ke dalam sel pejamu, dengan

cara berikatan dengan subunit gp41.

4. Integrase Inhibitor (II)

II bekerja dengan menghambat penggabungan (integrasi) DNA virus dengan

pejamu. 

5. Viral Entry Inhbitor

Obat golongan ini bekerja dengan menghambat fusi virus ke sel dengan cara

menghambat masukan HIV ke sel melalui reseptor CXCR4.

2.9. Pencegahan

Cara mencegah masuknya suatu penyakit secara umum di antaranya dengan

membiasakan hidup sehat, yaitu mengkonsumsi makanan sehat, berolahraga, dan

melakukan pergaulan yang sehat. Beberapa tindakan untuk menghindari dari HIV

atau AIDS antara lain: 

Hindari hubungan seksual diluar nikah dan usahakan hanya berhubungan

dengan satu pasangan seksual. 

Pergunakan selalu kondom, terutama bagi kelompok perilaku resiko tinggi. 

Seorang ibu yang darahnya telah diperiksa dan ternyata positif HIV sebaiknya

jangan hamil, karena bisa memindahkan virusnya kepada janin yang

dikandungnya. Akan bila berkeinginan hamil hendaknya selalu berkonsultasi

dengan dokter. 

Orang-orang yang tergolong pada kelompok perilaku resiko tinggi hendaknya

tidak menjadi donor darah. 

17

Page 21: makalah hiv aids

Penggunaan jarum suntik dan alat tusuk lainnya seperti; akupunktur, jarum

tatto, jarum tindik, hendaknya hanya sekali pakai dan harus terjamin

sterilitasnya. 

Jauhi narkoba, karena sudah terbukti bahwa penyebaran HIV atau AIDS di

kalangan panasun (pengguna narkoba suntik) 3-5 kali lebih cepat dibanding

perilaku risiko lainnya.

Adapun usaha-usaha yang dapat dilakukan pemerintah dalam usaha untuk

mencegah penularan AIDS yaitu, memberikan penyuluhan-penyuluhan atau

informasi kepada seluruh masyarakat tentang segala sesuatau yang berkaitan

dengan AIDS, melalui seminar-seminar terbuka, melalui penyebaran brosur atau

poster-poster yang berhubungan dengan AIDS, ataupun melalui iklan di berbagai

media massa baik media cetak maupun media elektronik. Penyuluhan atau

informasi tersebut dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan, kepada

semua lapisan masyarakat, agar seluruh masyarakat dapat mengetahui bahaya

AIDS, sehingga berusaha menghindarkan diri dari segala sesuatu yang bisa

menimbulkan virus AIDS.

18

Page 22: makalah hiv aids

BAB III

PENUTUP

a. Kesimpulan

Dari informasi diatas dapat disimpulkan bahwa HIV dan AIDS adalah dua

kondisi yang berbeda.

HIV AIDS

HIV membunuh limfosit CD4 dari

sistem kekebalan tubuh

HIV membuat orang rentan terhadap

infeksi oleh berbagai patogen dan

kanker

HIV dapat dikendalikan menggunakan

antivirus

Jumlah CD4 pada orang dengan AIDS

dibawah 200

AIDS adalah suatu kondisi dimana

seseorang menderita beberapa jenis

infeksi, sarkoma kaposi, TBC, dll.

AIDS merupakan stadium lanjut

setelah 2 sampai 15 tahun terinfeksi

HIV.

Persepsi Salah Tentang HIV atau AIDS

AIDS merupakan salah satu penyakit yang paling ditakuti pada saat ini.

Munculnya anggapan yang salah terhadap tindakan dan prilaku sehubungan

dengan HIV atau AIDS semakin mengukuhkan penyakit ini untuk ditakuti. 

Oleh sebab itu perlu diketahui bahwa HIV atau AIDS tidak menular

melalui:

- Bekerja bersama orang yang terkena infeksi HIV. 

- Gigitan nyamuk atau serangga lain. 

- Sentuhan tangan atau saling pelukan.

- Hubungan Seks dengan menggunakan kondom. 

- Penggunaan alat makan bersama. 

- Penggunaan toilet bersama. 

- Semprotan bersin atau batuk.

19

Page 23: makalah hiv aids

Tanda dan Gejala Penyakit AIDS seseorang yang terkena virus HIV pada awal

permulaan umumnya tidak memberikan tanda dan gejala yang khas, penderita

hanya mengalami demam selama 3 sampai 6 minggu tergantung daya tahan

tubuh saat mendapat kontak virus HIV tersebut.

Cara penularan HIV yang paling umum ialah melalui kontak seksual, transfusi

darah, jarum suntik dan kehamilan.

b. Saran

Agar seluruh lapisan masyarakat dapat berpartisipasi dalam memerangi HIV/

AIDS. Untuk memerangi hal itu dapat dimulai dari kesadaran diri sendiri untuk

selalu menjaga diri agar terhindar dari HIV/ AIDS.

Diharapkan hasil penulisan makalah ini bisa dijadikan sebagai bahan bacaan

yang bermanfaat bagi pembaca.

20

Page 24: makalah hiv aids

DAFTAR PUSTAKA

1. Sukmana N. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi III. Jakarta. Balai Penerbit

FKUI, 2001.

2. Lachlan, MC. Diagnosis Dan Penyakit Kelamin. Jakarta. Penerbit IDI, 1996.

3. Djauzi S. Penatalaksanaan Infeksi HIV. Jakarta. Yayasan Penerbit IDI. 1997.

4. M.D, Woodley, Michele & Alison Whelan, M.D. Pedoman Pengobatan. Yogyakarta.

Penerbit Yayasan Essentia Medica.

5. Sukandar, Yulinah, Elin, dkk. ISO Farmakoterapi. Penerbit PT. ISFI. Jakarta.

21