Top Banner
MAKALAH HEMIPARESIS Disusun Oleh: Dian Primadia Putri (100100013) Pembimbing: DR. dr. RR. SUZY INDHARTY, M.Kes, Sp.BS DEPARTEMEN ILMU BEDAH SARAF 1
25

Makalah Hemiparesis Anwar Sholeh.docx

Sep 17, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

MAKALAHHEMIPARESIS

Disusun Oleh:Dian Primadia Putri (100100013)

Pembimbing:DR. dr. RR. SUZY INDHARTY, M.Kes, Sp.BS

DEPARTEMEN ILMU BEDAH SARAFRSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS SUMATERA UTARA2015DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA................................................................ 2.1. Definisi.................................................................................. 2.2. Fisiologi Jaras Motorik.......................................................... 2.3. Etiologi.................................................................................. 2.4. Manifestasi Klinis..................................................................BAB 3 KESIMPULAN............................................................................DAFTAR PUSTAKA...................................................................................2366611141617

BAB 1PENDAHULUAN

Susunan neuromuskular terdiri dari Upper motor neuron (UMN) dan lower motor neuron (LMN). Upper motor neurons (UMN) merupakan kumpulan saraf-saraf motorik yang menyalurkan impuls dan area motorik di korteks motorik sampai inti-inti motorik di saraf kranial di batang otak atau kornu anterior. Berdasarkan perbedaan anatomik dan fisiologik kelompok UMN dibagi dalam susunan piramidal dan susunan ekstrapiramidal. Susunan piramidal terdiri dari traktus kortikospinal dan traktus kortikobulbar. Traktus kortikobulbar fungsinya untuk geraakan-gerakan otot kepala dan leher, sedangkan traktus kortikospinal fungsinya untuk gerakan-gerakan otot tubuh dan anggota gerak. Sedangkan lower motor neuron (LMN), yang merupakan kumpulan saraf-saraf motorik yang berasal dari batang otak, pesan tersebut dari otak dilanjutkan ke berbagai otot dalam tubuh seseorang.Dari otak medula spinalis turun ke bawah kira-kira ditengah punggung dan dilindungi oleh cairan jernih yaitu cairan serebrospinal. Medula spinalis terdiri dari berjuta-juta saraf yang mentransmisikan informasi elektrik dari dan ke ekstremitas, badan, oragan-organ tubuh dan kembali ke otak. Otak dan medula spinalis merupakan sistem saraf pusat dan yang mehubungkan saraf-saraf medula spinalis ke tubuh adalah sistem saraf perifer. Medula spinalis terdiri atas traktus ascenden (yang membawa informasi di tubuh menuju ke otak seperti rangsang raba, suhu, nyeri dan gerak posisi) dan traktus descenden (yang membawa informasi dari otak ke anggota gerak dan mengontrol fungsi tubuh).Kelemahan/kelumpuhan parsial yang ringan/tidak lengkap atau suatu kondisi yang ditandai oleh hilangnya sebagian gerakan atau gerakan terganggu disebut dengan parese. Kelemahan adalah hilangnya sebagian fungsi otot untuk satu atau lebih kelompok otot yang dapat menyebabkan gangguan mobilitas bagian yang terkena. Kelemahan/kelumpuhan yang mengenai sebelah anggota gerak disebut dengan hemiparese. Hal ini diakibatkan oleh adanya kerusakan otak, kerusakan tulang belakang pada tingkat tertinggi (khususnya pada vertebra cervikalis), kerusakan sistem saraf perifer, kerusakan neuromuscular atau penyakit otot. kerusakan diketahui karena adanya lesi yang menyebabkan hilangnya fungsi motorik pada anggota gerak, yaitu lengan dan tungkai. Penyebab khas pada kerusakan ini adalah trauma (seperti tabrakan mobil, jatuh atau sport injury) atau karena penyakit (seperti mielitis transversal, polio, atau spina bifida).Hemiparese berdasarkan topisnya dibagi menjadi dua, yaitu : Hemiparese spastik yang terjadi karena kerusakan yang mengenai upper motor neuron (UMN), sehingga menyebabkan peningkatan tonus otot atau hipertoni dan hemiparese flaksid yang terjadi karena kerusakan yang mengenai lower motor neuron (LMN), sehingga menyebabkan penurunan tonus atot atau hipotoni. hemiparese dapat disebabkan karena adanya kerusakan pada susunan neuromuskular, yaitu adanya lesi. Ada dua tipe lesi, yaitu lesi komplit dan inkomplit. Lesi komplit dapat menyebabkan kehilangan kontrol otot dan sensorik secara total dari bagian dibawah lesi, sedangkan lesi inkomplit mungkin hanya terjadi kelumpuhan otot ringan (parese) dan atau mungkin kerusakan sensorik. Kerusakan susunan neuromuskular baik kerusakan pada upper motor neuron (UMN) atau kerusakan pada lower motor neuron (LMN) atau kerusakan pada keduanya. Kerusakan pada upper motor neuron (UMN) dapat disebabkan adanya lesi medula spinalis setinggi servikal atas. Sedangkan kerusakan pada lower motor neuron (LMN) dapat mengenai motoneuron, radiks dan saraf perifer, maupun pada otot itu sendiri. Jika kerusakan mengenai Upper motor neuron (UMN) dan Lower motor neuron (LMN ) maka lesinya pada Low cervical cord.

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Hemiparese adalah kelemahan otot-otot lengan dan tungkai pada satu sisi. Pada hemiparese terjadi kelemahan sebagian anggota tubuh dan lebih ringan daripada hemiplegi. Penyebab tersering hemiparesis pada orang dewasa yaitu infark serebral atau perdarahan. Hemiparase yang terjadi memberikan gambaran bahwa adanya kelainan atau lesi sepanjang traktus piramidalis. Lesi ini dapat disebabkan oleh berkurangnya suplai darah, kerusakan jaringan oleh trauma atau infeksi, ataupun penekanan langsung dan tidak langsung oleh massa hematoma, abses, dan tumor. Hal tersebut selanjutnya akan mengakibatkan adanya gangguan pada traktus kortikospinalis yang bertanggung jawab pada otot-otot anggota gerak atas dan bawah.1Kata paralisis berasal dari bahasa Yunani yaitu para yang berarti separuh, sebelah, sebagian, dan lysis yang berarti kehilangan atau kerusakan. Dalam istilah kedokteran, paralisis diartikan sebagai kehilangan fungsi motorik dalam mengatur pergerakan volunter akibat gangguan dari salah satu bagian jaras motorik mulai dari cerebrum hingga ke serabut otot. Istilah lain paralisis adalah plegia. Selain itu sering juga digunakan kata paresis yang dapat diartikan kehilangan sebagian fungsi motorik biasanya berupa kelemahan, berbeda dengan paralisis yang dianggap kehilangan seluruh fungsi motorik.Hemiparesis adalah kelemahan sebagian atau sebelah tubuh1.

2.2. Fisiologi Jaras Motorik VolunterImpuls saraf untuk pergerakan volunter berasal dari korteks cerebri menuju lower motor neuron (LMN) melaui jaras motorik volunter. Jaras motorik volunter, dikenal juga sebagai jaras piramidalis, yang berisi akson yang turun dari sel piramidal. Sel piramidal adalah upper motor neuron (UMN) dengan badan sel yang berbentuk piramid, terletak pada area motorik primer dan area premotorik pada korteks cerebri (area 4 dan 6). Jaras motorik volunter terdiri dari jaras kortikospinal dan jaras kortikobulbar4.

Gambar 2.1. Peta Homunculus Area Motorik Primer

Jaras kortikospinal mengantarkan impuls untuk mengontrol otot-otot pada anggota gerak dan badan. Akson UMN pada korteks cerebri membentuk jaras kortikospinal yang turun melalui kapsula interna pada cerebrum dan pendunculus cerebri pada mesensefalon. Di medulla oblongata, akson tersebut membentuk piramid dan 90% akson tersebut menyilang menuju sisi kontralateral medulla oblongata dan turun ke medulla spinalis bersinaps dengan LMN. 10% sisanya tetap berada disisi ipsilateral medulla oblongata kemudian turun ke medulla spinalis dan menyilang pada level dimana ia akan bersinaps dengan LMN. Sehingga, korteks serebri kanan mengontrol otot-otot disebelah kiri tubuh , dan korteks serebri kiri mengontrol otot-otot disebelah kanan tubuh. Ada dua tipe jaras kortikospinal, yaitu jaras kortikospinal lateral dan jaras kortikospinal anterior4.

Jaras Kortikospinal LateralAkson kortikospinal pada medulla oblongata membentuk jaras kortikospinal lateral pada kolumna lateral medulla spinalis, akson ini bersinaps dengan LMN pada kornu anterior medulla spinalis. Akson LMN ini kemudian keluar melalui radiks anterior saraf spinal dan menuju otot skelet yang mengontrol pergerakan otot-otot distal anggota gerak. Otot-otot ini berfungsi dalam gerakan yang presisi, tangkas dan sangat terampil pada tangan dan kaki, misalnya gerakan yang dilakukan untuk mengancing baju dan memaikan piano4.

Gambar 2.2. Jaras Kortikospinal Lateral

Jaras Kortikospinal AnteriorAkson kortikospinal yang tidak menyilang di medulla oblongata membetuk jaras kortikospinal anterior pada kolumna anterior medulla spinalis. Pada setiap level medulla spinalis, beberapa akson akan menyilang melalui komisura anterior. Kemudian, bersinaps dengan LMN pada kornu anterior. Akson LMN ini keluar dari medulla spinalis melalui radiks anterior saraf spinal dan menuju otot skelet yang mengontrol pergerakan otot-otot badan dan bagian proksimal anggota gerak4.

Gambar 2.3. Jaras Kortikospinal Anterior

Jaras kortikobulbar mengantarkan impuls untuk mengontrol pergerakan otot skelet di kepala. Akson UMN dari korteks cerebri membentuk jaras kortikobulbar, yang turun bersama jaras kortikospinal melalui kapsula interna pada cerebrum dan pedunculus cerebri pada mesensefalon. Beberapa akson pada jaras kortikobulbar menyilang, sebagian lagi tidak. Akson-akson ini berakhir di inti motorik sembilan saraf kranial pada batang otak: okulomotorius (III), troklearis (IV), trigeminus (V), abdusens (VI), fasialis (VII), glosofaringeus (IX), vagus (X), aksesorius (XI), dan hipoglosus (XII). LMN saraf kranial menyampaikan impuls yang mengatur presisi, gerakan volunter bola mata, lidah, dan leher, ditambah dengan mengunyah, ekspresi wajah, dan berbicara4.

Gambar 2.4. Jaras Kortikobulbar

2.3. EtiologiKerusakan saraf yang dapat menyebabkan paralisis mungkin di dalam otak atau batang otak (pusat sistem saraf) atau mungkin di luar batang otak (sistem saraf perifer). Lebih sering penyebab kerusakan pada otak adalah : stroke, tumor, truma (disebabkan jatuh atau pukulan), multiple sclerosis (penyakit yang merusak bungkus pelindung yang menutupi sel saraf), serebral palsy (keadaan yang disebabkan injuri pada otak yang terjadi sesaat setelah lahir), gangguan metabolik (gangguan dalam penghambatan kemampuan tubuh untuk mempertahankannya).2,3 Suatu lesi yang melibatkan korteks serebri, seperti pada tumor, infark, atau cedera traumatic, menyebabkan kelemahan sebagian tubuh sisi kontralateral. Hemiparesis yang terlihat pada wajah dan tangan (kelemahan brakhiofasial) lebih sering terjadi dibandingkan di daerah lain karena bagian tubuh tersebut memiliki area representasi kortikal yang luas.2,5Lesi setingkat pedunkulus serebri, seperti proses vaskular, perdarahan, atau tumor, menimbulkan hemiparesis spastik kontralateral yang dapat disertai oleh kelumpuhan nervus okulomotorius ipsilateral. Lesi pons yang melibatkan traktus piramidalis (tumor, iskemia batang otak, perdarahan) menyebabkan hemiparesis kontralateral atau mungkin bilateral. Lesi pada pyramid medulla (biasanya akibat tumor) dapat merusak serabut-serabut traktus piramidalis secara terisolasi, karena serabut-serabut nonpiramidal terletak lebih ke dorsal pada tingkat ini. Akibatnya, dapat terjadi hemiparesis flasid kontralateral. Kelemahan tidak bersifat total (paresis, bukan plegia), karena jaras desendens lain tidak terganggu.2,5Etiologi hemiparesis berdasarkan letak lesi dan karakteristik hemiparesis dapat dilihat pada tabel berikut2:

Tabel 2.1. Etiologi Hemiparesis Berdasarkan Letak Lesi2Letak LesiKarakteristik

Lesi Kortikal Infark Kelemahan terjadi di sebelah bagian tubuh, namun bersifat lebih fokal dibandingkan dengan lesi subkortikal Pada infark cerebri akibat penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah, kelemahan bergantung pada daerah otak yang diperdarahi pembuluh darah tersebut.

Lesi Subkortikal Infark Penyakit demyelinisasi Sklerosis multipel Migrain Tumor Lesi subkortikal menghasilkan kelemahan dengan intensitas yang sama antara wajah, lengan dan tungkai pada sisi kontralateral tubuh. Onset terjadinya hemiparesis berbeda-beda tergantung penyebab. Pada stroke onset akut, pada penyakit demyelinisasi onset subakut dan pada tumor onset lambat.

Lesi Batang Otak Lesi mesensefalon (sindroma Weber) Lesi pons (sindroma Millard-Gubler) Lesi medulla oblongata (sindroma medulla medial) Sindroma Weber ditandai dengan paralisis nervus III ipsilateral dan hemiparesis kontralateral Sindroma Millard-Gubler ditandai dengan paralisis nervus VI dan VII dan hemiparesis kontralateral Sindroma medulla medial ditandai dengan hilangnya sensasi posisi dan getaran, paresis lidah ipsilateral dan hemiparesis kontralateral.

Lesi Medulla Spinalis Sindroma hemiseksi spinal Tumor Infark Lesi medulla spinalis pada satu sisinya dapat menyebabkan hemiplegia tanpa melibatkan bagian wajah. Sindroma hemiseksi spinal ditandai dengan kelemahan tubuh ipsilateral hingga ke bawah lesi, dan hilangnya sensasi nyeri dan suhu pada tubuh kontralateral hingga ke bawah lesi.

Lesi Saraf Perifer Lesi saraf perifer seharusnya tidak menyebabkan hemiparesis, terkecuali jika lesi terjadi di persarafan lengan dan tungkai sekaligus pada sisi yang sama, mungkin dapat menyerupai hemiparesis.

Tabel 2.2. Etiologi Hemiparesis Berdasarkan Letak Lesi5

2.4. Manifestasi KlinisDistribusi paralisis memberikan syarat yang penting untuk bagian saraf yang rusak. Hemiplegia disebabkan kerusakan otak pada sisi berlawanan dengan paralysis, biasanya dari stroke. Paraplegia terjadi setelah injuri pada bagian bawah batang otak , dan quadriplegia terjadi setelah kerusakan bagian atas batang otak pada tingkat bahu atau lebih tinggi ( saraf yang mengontrol lengan sejajar tulang belakang ). Diplegia biasanya mengindikasikan kerusakan otak, lebih sering karena serebral palsy. Monoplegia mungkin disebabkan pemisahan kerusakan diantara system saraf pusat atau saraf perifer. Kelemahan atau paralysis hanya dapat terjadi pada lengan dan kaki dapat mengindikasikan penyakit diemelinisasi. Gejala berfluktuasi dalam membedakan bagian tubuh mungkin disebabkan multiple sclerosis. Kejadian paralysis lebih sering disebabkan injuri atau stroke. Penjalaran paralysis mengindikasikan penyakit degeneratif, penyakit infeski seperti : GBS atau CIDP, gangguan metabolisme.1,3Gejala lain yang sering menyertai paralisis termasuk mati rasa dan perasaan kesemutan, nyeri, perubahan penglihatan , kesulitan berbicara,atau masalah dengan keseimbangan. Cedera pada batang otak sering menyebabkan menurunnya fungsi kandung kemih, BAB dan organ sex. Injuri diatas batang otak dapat menyebabkan kesulitan dalam bernafas.1,3Manifestasi klinis hemiparesis secara garis besar tergantung dari letak lesinya. Lesi UMN ditandai dengan manifestasi sebagai berikut1,3: Kelemahan spastik (tonus otot meningkat, hilangnya kekuatan motorik kasar, dan gangguan kontrol motorik halus). Peningkatan refleks otot intrinsik, perluasan zona refleks, dan munculnya refleks patologis (refleks Babinski, Oppenheim, Gordon, Hoffman dan Tromner), dan hilangnya refleks otot ekstrinsik (misalnya refleks kulit abdomen). Tidak ada atropi otot (terkadang muncul atropi otot ringan akibat tidak digunakan dalam waktu lama). Refleks yang asimetris jika lesi unilateral.

Sedangkan lesi LMN ditandai dengan manifestasi sebagai berikut1,3: Kelemahan flaksid (hilangnya tonus otot dan kekuatan motorik kasar). Berkurang atau hilangnya refleks otot intrinsik. Atropi otot yang biasanya muncul 3 minggu setelah lesi terjadi.

BAB 3 KESIMPULAN

Hemiparese adalah kelemahan otot-otot lengan dan tungkai pada satu sisi. Pada hemiparese terjadi kelemahan sebagian anggota tubuh dan lebih ringan daripada hemiplegi. Penyebab tersering hemiparesis pada orang dewasa yaitu infark serebral atau perdarahan. Hemiparase yang terjadi memberikan gambaran bahwa adanya kelainan atau lesi sepanjang traktus piramidalis. Lesi ini dapat disebabkan oleh berkurangnya suplai darah, kerusakan jaringan oleh trauma atau infeksi, ataupun penekanan langsung dan tidak langsung oleh massa hematoma, abses, dan tumor. Penyebab hemiparesis bermacam-macam tergantung dari letak lesinya. Letak lesi ini akan menentukan karakteristik hemiparesis yang terjadi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ropper AH, Brown RH. Adams and Victors Principles of Neurology. 8th ed. New York: McGraw-Hill; 2005. p. 39-48.2. Misulis KE. Hemiplegia and Monoplegia. In: Bradley WG, editor.Neurology in Clinical Practice Principles of Diagnosis and Management. 4th ed. Philadelphia: Elsevier; 2005. p. 337-343.3. Mumenthaler M, Mattle H. Fundamentals of Neurology an Illustrated Guide. New York: Thieme; 2006. p. 66-70.4. Tortora GJ, Derrickson B. Principles of Anatomy and Physiology. 12th ed. USA: John Willey & Sons; 2009. p. 583-586.5. Waxman SG. Clinical Neuroanatomy. 26th ed. New York: McGraw-Hill; 2010. p. 183-93.

16