Top Banner
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kangker Kelenjar getah bening adalah kanker yang berasal dari jaringan limfoid mencakup sistemlimfatik dan imunitas tubuh.Tumor ini bersifat heterogen, ditandai dengan kelainanumum yaitu pembesaran kelenjar limfe diikuti splenomegali, hepatomegali dankelainan sumsum tulang. Tumor ini dapat juga dijumpai ekstra nodul yaitu diluarsistem limfatik dan imunitas antara lain pada traktus digestivus, paru, kulit dan organlain. Di Indonesia sendiri, LNH bersama-sama dengan LH dan leukemia menduduki urutan keenam tersering.Sampai saat ini belum diketahui sepenuhnya mengapa angka kejadian penyakit ini terus meningkat.Adanya hubungan yang erat antara penyakit AIDS dan penyakit ini memperkuat dugaan adanya hubungan antara kejadian Kangker Kelenjar getah bening dengan kejadian infeksi sebelumnya. Secara umum, Kangker Kelenjar getah bening diklasifikasikan menjadi dua, yaitu Kangker Kelenjar getah beninghodgkin dan Kangker Kelenjar getah beningnon-hodgkin. Klasifikasi ini dibuat berdasarkan perbedaan histopatologis dari kedua penyakit di atas, di mana pada Kangker Kelenjar getah
32

Makalah Hari Ko

Dec 14, 2015

Download

Documents

Radja Dalazz

dfgdfgdfgdfhdfhdfhdfhfdfdhdfh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Makalah Hari Ko

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kangker Kelenjar getah bening adalah kanker yang berasal dari jaringan

limfoid mencakup sistemlimfatik dan imunitas tubuh.Tumor ini bersifat

heterogen, ditandai dengan kelainanumum yaitu pembesaran kelenjar limfe diikuti

splenomegali, hepatomegali dankelainan sumsum tulang. Tumor ini dapat juga

dijumpai ekstra nodul yaitu diluarsistem limfatik dan imunitas antara lain pada

traktus digestivus, paru, kulit dan organlain.

Di Indonesia sendiri, LNH bersama-sama dengan LH dan leukemia

menduduki urutan keenam tersering.Sampai saat ini belum diketahui sepenuhnya

mengapa angka kejadian penyakit ini terus meningkat.Adanya hubungan yang erat

antara penyakit AIDS dan penyakit ini memperkuat dugaan adanya hubungan

antara kejadian Kangker Kelenjar getah bening dengan kejadian infeksi

sebelumnya.

Secara umum, Kangker Kelenjar getah bening diklasifikasikan menjadi dua,

yaitu Kangker Kelenjar getah beninghodgkin dan Kangker Kelenjar getah

beningnon-hodgkin. Klasifikasi ini dibuat berdasarkan perbedaan histopatologis

dari kedua penyakit di atas, di mana pada Kangker Kelenjar getah

beninghodgkinterdapat suatu gambaran yang khas yaitu adanya sel Reed-

Sternberg.

Sebagian besar Kangker Kelenjar getah bening ditemukan pada stadium

lanjut yang merupakanpenyulit dalam terapi kuratif.Penemuan penyakit pada

stadium awal masihmerupakan faktor penting dalam terapi kuratif walaupun

tersedia berbagai jeniskemoterapi dan radioterapi.Akhir-akhir ini, angka harapan

hidup 5 tahunmeningkat dan bahkan sembuh berkat manajemen tumor yang tepat

dantersedianya kemoterapi dan radioterapi.

1

Page 2: Makalah Hari Ko

2

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu Limpoma ?

2. Bagaimana Klasifikasi Limpoma ?

3. Seperti apa EpidemiologiLimpoma ?

4. Apakah Etiologi Limpoma ?

5. Bagaimana Anatomi Sistem Limfatik?

6. Apasaja PatofisiologiLimpoma ?

7. Apa Gejala Klinis Limpoma ?

8. Bagaimana DiagnosisLimpoma ?

9. Bagamana Penatalaksanaan ?

10. Apasaja Komplikasi ?

C. Tujuan

a. Memahami Limpoma

b. Mampu Klasifikasi Limpoma

c. Menegtahui Epidemiologi Limpoma

d. Mengerti Etiologi Limpoma

e. Paham Anatomi Sistem Limfatik

f. Mengerti Patofisiologi Limpoma

g. Mengerti Gejala Klinis Limpoma

h. Bagaimana Diagnosis Limpoma

i. Mengerti Penatalaksanaan ?

j. Mengerti Komplikasi

Page 3: Makalah Hari Ko

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Kangker Kelenjar getah bening atau limpoma adalah sekelompok kanker

di mana sel-sel limfatik menjadi abnormal dan mulai tumbuh secara tidak

terkontrol.Karena jaringan limfe terdapat di sebagian besar tubuh manusia, maka

pertumbuhan Kangker Kelenjar getah bening dapat dimulai dari organ apapun.

B. Klasifikasi

Berdasarkan gambaran histopatologisnya, Kangker Kelenjar getah bening

dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:

1. Kangker Kelenjar getah bening Hodgkin (LH)

Kangker Kelenjar getah bening jenis ini memiliki dua tipe.yaitu tipe klasik dan

tipe nodular predominan limfosit, di mana Kangker Kelenjar getah bening

hodgkin tipe klasik memiliki empat subtipe menurut Rye, antara lain:

a) Nodular Sclerosis

b) Lymphocyte Predominance

c) Lymphocyte Depletion

d) Mixed Cellularity

2. Kangker Kelenjar getah bening Non-Hodgkin (LNH)

Formulasi Kerja (Working Formulation) membagi Kangker Kelenjar getah

bening non-hodgkin menjadi tiga kelompok utama, antara lain:

a) Kangker Kelenjar getah bening Derajat Rendah

Kelompok ini meliputi tiga tumor, yaitu Kangker Kelenjar getah

bening limfositik kecil, Kangker Kelenjar getah bening folikuler

dengan sel belah kecil, dan Kangker Kelenjar getah bening

folikuler campuran sel belah besar dan kecil.

3

Page 4: Makalah Hari Ko

4

b) Kangker Kelenjar getah bening Derajat Menengah

Ada empat tumor dalam kategori ini, yaitu Kangker Kelenjar getah

bening folikuler sel besar, Kangker Kelenjar getah bening difus sel

belah kecil, Kangker Kelenjar getah bening difus campuran sel

besar dan kecil, dan Kangker Kelenjar getah bening difus sel besar.

c) Kangker Kelenjar getah bening Derajat Tinggi

Terdapat tiga tumor dalam kelompok ini, yaitu Kangker Kelenjar

getah bening imunoblastik sel besar, Kangker Kelenjar getah

bening limfoblastik, dan Kangker Kelenjar getah bening sel tidak

belah kecil.

Perbedaan antara LH dengan LNH ditandai dengan adanya sel Reed-

Sternberg yang bercampur dengan infiltrat sel radang yang bervariasi. Sel Reed-

Sternberg adalah suatu sel besar berdiameter 15-45 mm, sering berinti ganda

(binucleated), berlobus dua (bilobed), atau berinti banyak (multinucleated) dengan

sitoplasma amfofilik yang sangat banyak. Tampak jelas di dalam inti sel adanya

anak inti yang besar seperti inklusi dan seperti “mata burung hantu” (owl-eyes),

yang biasanya dikelilingi suatu halo yang bening.

(a)

(b)

Gambar 1. Gambaran histopatologis (a) Kangker Kelenjar getah bening Hodgkin dengan

Sel Reed Sternberg dan (b) Kangker Kelenjar getah bening Non Hodgkin

Page 5: Makalah Hari Ko

5

C. Epidemiologi

Pada tahun 2002, tercatat 62.000 kasus LH di seluruh dunia. Di negara-

negara berkembang ada dua tipe Kangker Kelenjar getah beninghodgkin yang

paling sering terjadi, yaitu mixed cellularity dan limphocyte depletion, sedangkan

di negara-negara yang sudah maju lebih banyak Kangker Kelenjar getah bening

hodgkin tipe nodular sclerosis. Kangker Kelenjar getah beninghodgkin lebih

sering terjadi pada pria daripada wanita, dengan distribusi usia antara 15-34 tahun

dan di atas 55 tahun.1

Berbeda dengan LH, LNH lima kali lipat lebih sering terjadi dan

menempati urutan ke-7 dari seluruh kasus penyakit kanker di seluruh dunia.

Secara keseluruhan, LNH sedikit lebih banyak terjadi pada pria daripada wanita.

Rata-rata untuk semua tipe LNH terjadi pada usia di atas 50 tahun.

Di Indonesia sendiri, LNH bersama-sama dengan LH dan leukemia

menduduki urutan keenam tersering.Sampai saat ini belum diketahui sepenuhnya

mengapa angka kejadian penyakit ini terus meningkat. Adanya hubungan yang

erat antara penyakit AIDS dan penyakit ini memperkuat dugaan adanya hubungan

antara kejadian Kangker Kelenjar getah bening dengan kejadian infeksi

sebelumnya.4

D. Etiologi

Penyebab Kangker Kelenjar getah beninghodgkindan non-hodgkin sampai

saat ini belum diketahui secara pasti Beberapa hal yang diduga berperan sebagai

penyebab penyakit ini antara lain:

a. Infeksi (EBV, HTLV-1, HCV, KSHV, dan Helicobacter pylori)

b. Faktor lingkungan seperti pajanan bahan kimia (pestisida, herbisida,

bahan kimia organik, dan lain-lain), kemoterapi, dan radiasi.

c. Inflamasi kronis karena penyakit autoimun

d. Faktor genetik

6

Page 6: Makalah Hari Ko

E. Anatomi Sistem Limfatik

Sistem limfatik terdapat di seluruh bagian tubuh manusia, kecuali sistem

saraf pusat.Bagian terbesarnya terdapat di sumsum tulang, lien, kelenjar timus,

limfonodi dan tonsil.Organ-organ lain termasuk hepar, paru-paru, usus, jantung,

dan kulit juga mengandung jaringan limfatik.

Limfonodi berbentuk seperti ginjal

atau bulat, dengan diameter sangat kecil

sampai dengan 1 inchi.Limfonodi biasanya

membentuk suatu kumpulan (yang terdiri dari

beberapa kelenjar) di beberapa bagian tubuh

yang berbeda termasuk leher, axilla, thorax,

abdomen, pelvis, dan inguinal.Kurang lebih

dua per tiga dari seluruh kelenjar limfe dan

jaringan limfatik berada di sekitar dan di

dalam tractus gastrointestinal.

Pembuluh limfe besar adalah ductus

thoracicus, yang berasal dari sekitar bagian

terendah vertebrae dan mengumpulkan cairan

limfe dari extremitas inferior, pelvis,

abdomen, dan thorax bagian inferior.Pembuluh limfe ini berjalan melewati thorax

dan bersatu dengan vena besar di leher sebelah kiri.Ductus limfatikus dextra

mengumpulkan cairan limfe dari leher sebelah kanan, thorax, dan extremitas

bagian superior kemudian menyatu dengan vena besar pada leher kanan.

Limpa berada di kuadran kiri atas abdomen.Tidak seperti jaringan limfoid

lainnya, darah juga mengalir melewati limpa.Hal ini dapat membantu untuk

mengontrol volume darah dan jumlah sel darah yang bersirkulasi dalam tubuh

serta dapat membantu menghancurkan sel darah yang telah rusak.

7

Page 7: Makalah Hari Ko

F. Patofisiologi

Ada empat kelompok gen yang menjadi sasaran kerusakan genetik pada

sel-sel tubuh manusia, termasuk sel-sel limfoid, yang dapat menginduksi

terjadinya keganasan. Gen-gen tersebut adalahproto-onkogen, gen supresor tumor,

gen yang mengatur apoptosis, gen yang berperan dalam perbaikan DNA.

Proto-onkogen merupakan gen seluler normal yang mempengaruhi

pertumbuhan dan diferensiasi, gen ini dapat bermutai menjadi onkogen yang

produknya dapat menyebabkan transformasi neoplastik, sedangkan gen supresor

tumor adalah gen yang dapat menekan proliferasi sel (antionkogen). Normalnya,

kedua gen ini bekerja secara sinergis sehingga proses terjadinya keganasan dapat

dicegah. Namun, jika terjadi aktivasi proto-onkogen menjadi onkogen serta terjadi

inaktivasi gen supresor tumor, maka suatu sel akan terus melakukan proliferasi

tanpa henti.

Gen lain yang berperan dalam terjadinya kanker yaitu gen yang mengatur

apoptosis dan gen yang mengatur perbaikan DNA jika terjadi kerusakan. Gen

yang mengatur apoptosis membuat suatu sel mengalami kematian yang

terprogram, sehingga sel tidak dapat melakukan fungsinya lagi termasuk fungsi

regenerasi. Jika gen ini mengalami inaktivasi, maka sel-sel yang sudah tua dan

seharusnya sudah mati menjadi tetap hidup dan tetap bisa melaksanakan fungsi

regenerasinya, sehingga proliferasi sel menjadi berlebihan. Selain itu, gagalnya

gen yang mengatur perbaikan DNA dalam memperbaiki kerusakan DNA akan

menginduksi terjadinya mutasi sel normal menjadi sel kanker.

8

Page 8: Makalah Hari Ko

Gambar 3. Skema Patofisiologi Terjadinya Keganasan

9

Page 9: Makalah Hari Ko

G. Gejala Klinis

Baik tanda maupun gejala Kangker Kelenjar getah beninghodgkin

danKangker Kelenjar getah bening non-hodgkin dapat dilihat pada tabel berikut

ini.

Tabel 1. Manifestasi Klinis dari Kangker Kelenjar getah bening

Kangker Kelenjar getah

bening Hodgkin

Kangker Kelenjar getah

bening Non-Hodgkin

Anamnesis

Asimtomatik limfadenopati

Gejala sistemik (demam

intermitten, keringat malam,

BB turun)

Nyeri dada, batuk, napas

pendek

Pruritus

Nyeri tulang atau nyeri

punggung

Asimtomatik limfadenopati

Gejala sistemik (demam

intermitten, keringat malam,

BB turun)

Mudah lelah

Gejala obstruksi GI tract dan

Urinary tract.

Pemeriksaan Fisik

Teraba pembesaran limonodi

pada satu kelompok kelenjar

(cervix, axilla, inguinal)

Cincin Waldeyer & kelenjar

mesenterik jarang terkena

Hepatomegali &

Splenomegali

Sindrom Vena Cava Superior

Gejala susunan saraf pusat

(degenerasi serebral dan

neuropati)

Melibatkan banyak kelenjar

perifer

Cincin Waldeyer dan kelenjar

mesenterik sering terkena

Hepatomegali &

Splenomegali

Massa di abdomen dan testis

Selain tanda dan gejala di atas, stadium Kangker Kelenjar getah bening maligna

secara klinis juga dapat ditentukan berdasarkan klasifikasi Ann Arboryang telah

dimodifikasi Costwell.

10

Page 10: Makalah Hari Ko

Tabel 2. Klasifikasi Kangker Kelenjar getah bening Menurut Ann Arbor yang

telah dimodifikasi oleh Costwell

Keterlibatan/Penampakan

Stadium

I Kanker mengenai 1 regio kelenjar getah bening atau 1 organ

ekstralimfatik (IE)

II Kanker mengenai lebih dari 2 regio yang berdekatan atau 2 regio yang

letaknya berjauhan tapi masih dalam sisi diafragma yang sama(IIE)

III Kanker telah mengenai kelenjar getah bening pada 2 sisi diafragma

ditambah dengan organ ekstralimfatik (IIIE) ataulimpa (IIIES)

IV Kanker bersifat difus dan telah mengenai 1 atau lebih organ

ekstralimfatik

Suffix

A Tanpa gejala B

B Terdapat salah satu gejala di bawah ini:

Penurunan BB lebih dari 10% dalam kurun waktu 6 bulan

sebelum diagnosis ditegakkan yang tidak diketahui

penyebabnya

Demam intermitten > 38° C

Berkeringat di malam hari

X Bulky tumor yang merupakan massa tunggal dengan diameter > 10 cm,

atau , massa mediastinum dengan ukuran >1/3 dari diameter

transthoracal maximum pada foto polos dada PA

Gambar 4. Penentuan Stadium Kangker Kelenjar getah bening berdasarkan

Klasifikasi Ann Arbor

11

Page 11: Makalah Hari Ko

H. Diagnosis

Diagnosis Kangker Kelenjar getah beninghodgkin maupun non-hodgkin

dapat ditegakkan melalui prosedur-prosedur di bawah ini.3

1. Anamnesis lengkap yang mencakup pajanan, infeksi, demam, keringat

malam, berat badan turun lebih dari 10 % dalam waktu kurang dari 6

bulan.

2. Pemeriksaan fisik dengan perhatian khusus pada sistem limfatik (kelenjar

getah bening, hati, dan lien dengan dokumentasi ukuran), infiltrasi kulit

atau infeksi.

3. Hitung sel darah rutin, pemeriksaan differensiasi sel darah putih, dan

hitung trombosit.

4. Pemeriksaan kimia darah, mencakup tes faal hati dan ginjal, asam urat,

laktat dehidrogenase (LDH), serta alkali fosfatase.

5. Pembuatan radiogram dada untuk melihat adanya adenopati di hilus

(pembesaran kelenjar getah bening bronkus, efusi pleura, dan penebalan

dinding dada.

6. CT scan atau MRI dada, abdomen, dan pelvis.

7. Scan tulang jika ada nyeri tekan pada tulang.

8. Scan galium, dilakukan sebelum dan sesudah terapi, dapat menunjukkan

area penyakit atau penyakit residual pada mediastinum.

9. Biopsi dan aspirasi sumsum tulang pada Kangker Kelenjar getah bening

stadium III dan IV.

10. Evaluasi sitogenetik dan sitometri aliran.

I. Diagnosis Banding

Citomegalovirus

Mononukleosis infeksiosa

Ca Paru

Artritis rheumatoid

Sarkoidosis

Serum Sickness

Sifilis

Lupus Eritematosus Sistemik

Toxoplasmosis

Tuberculosis

Page 12: Makalah Hari Ko

12

J. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan Kangker Kelenjar getah bening maligna dapat dilakukan

melalui berbagai cara, yaitu:

a. Pembedahan

Tata laksana dengan pembedahan atau operasi memiliki peranan yang

terbatas dalam pengobatan Kangker Kelenjar getah bening. Untuk

beberapa jenis Kangker Kelenjar getah bening, seperti Kangker Kelenjar

getah bening gaster yang terbatas pada bagian perut saja atau jika ada

resiko perforasi, obstruksi, dan perdarahan masif, pembedahan masih

menjadi pilihan utama. Namun, sejauh ini pembedahan hanya dilakukan

untuk mendukung proses penegakan diagnosis melalui surgical biopsy.

b. Radioterapi

Radioterapi memiliki peranan yang sangat penting dalam pengobatan

Kangker Kelenjar getah bening, terutama Kangker Kelenjar getah

beninghodgkin di mana penyebaran penyakit ini lebih sulit untuk

diprediksi. Beberapa jenis radioterapi yang tersedia telah banyak

digunakan untuk mengobati Kangker Kelenjar getah beninghodgkin

seperti radioimunoterapi dan radioisotope. Radioimunoterapi

menggunakan antibodi monoclonal seperti CD20 dan CD22 untuk

melawan antigen spesifik dari Kangker Kelenjar getah bening secara

langsung, sedangkan radioisotope menggunakan 131Iodine atau 90Yttrium

untuk irradiasi sel-sel tumor secara selektif7. Teknik radiasi yang

digunakan didasarkan pada stadium Kangker Kelenjar getah bening itu

sendiri1, yaitu:

Untuk stadium I dan II secara mantel radikal

Untuk stadium III A/B secara total nodal radioterapi

Untuk stadium III B secara subtotal body irradiation

Untuk stadium IV secara total body irradiation

Page 13: Makalah Hari Ko

13

Gambar 5. Berbagai macam teknik radiasi

c. Kemoterapi

Merupakan teknik pengobatan keganasan yang telah lama digunakan dan

banyak obat-obatan kemoterapi telah menunjukkan efeknya terhadap

Kangker Kelenjar getah bening.

Pengobatan Awal:

1. MOPP regimen: setiap 28 hari untuk 6 siklus atau lebih.

a) Mechlorethamine: 6 mg/m2, hari ke 1 dan 8

b) Vincristine (Oncovine): 1,4 mg/m2 hari ke 1 dan 8

c) Procarbazine: 100 mg/m2, hari 1-14

d) Prednisone: 40 mg/m2, hari 1-14, hanya pada siklus 1 dan 4

2. ABVD regimen: setiap 28 hari untuk 6 siklus

a) Adriamycin: 25 mg/m2, hari ke 1 dan 15

b) Bleomycin: 10 mg/m2, hari ke 1 dan 15

c) Vinblastine: 6 mg/m2, hari ke 1 dan 15

d) Dacarbazine: 375 mg/m2, hari ke 1 dan 15

3. Stanford V regimen: selama 2-4 minggu pada akhir siklus

a) Vinblastine: 6 mg/m2, minggu ke 1, 3, 5, 7, 9, 11

b) Doxorubicin: 25 mg/m2, minggu ke 1, 3, 5, 9, 11

c) Vincristine: 1,4 mg/m2, minggu ke 2, 4, 6, 8, 10, 12

Page 14: Makalah Hari Ko

14

d) Bleomycin: 5 units/m2, minggu ke 2, 4, 8, 10, 12

e) Mechlorethamine: 6 mg/m2, minggu ke 1, 5, 9

f) Etoposide: 60 mg/m2dua kali sehari, minggu ke 3, 7, 11

g) Prednisone: 40 mg/m2, setiap hari, pada minggu ke 1-10,

tapering of pada minggu ke 11,12

4. BEACOPP regimen: setiap 3 mingguuntuk 8 siklus

a) Bleomycin: 10 mg/m2, hari ke- 8

b) Etoposide: 200 mg/m2, hari ke 1-3

c) Doxorubicin (Adriamycine): 35 mg/m2, hari ke-1

d) Cyclophosphamide: 1250 mg/m2, hari ke-1

e) Vincristine (Oncovine): 1,4 mg/m2, hari ke-8

f) Procarbazine: 100 mg/m2, hari ke 1-7

g) Prednisone: 40 mg/m2, hari ke 1-14

Jika pengobatan awal gagal atau penyakit relaps:

1. ICE regimen

a. Ifosfamide: 5 g/m2, hari ke-2

b. Mesna: 5 g/m2, hari ke-2

c. Carboplatin: AUC 5, hari ke-2

d. Etoposide: 100 mg/m2, hari ke 1-3

2. DHAP regimen

a. Cisplatin: 100 mg/m2, hari pertama

b. Cytarabine: 2 g/m2, 2 kali sehari pada hari ke-2

c. Dexamethasone: 40 mg, hari ke 1-4

3. EPOCH regimen – Pada kombinasi ini, etoposide, vincristine,

dan doxorubicin diberikan secara bersamaan selama 96 jam IV

secara berkesinambungan.

a. Etoposide: 50 mg/m2, hari ke 1-4

b. Vincristine: 0.4 mg/m2, hari ke 1-4

c. Doxorubicin: 10 mg/m2, hari ke 1-4

d. Cyclophosphamide: 750 mg/m2, hari ke- 5

Page 15: Makalah Hari Ko

15

d. Imunoterapi

Bahan yang digunakan dalam terapi ini adalah Interferon-α, di mana

interferon-α berperan untuk menstimulasi sistem imun yang

menurun akibat pemberian kemoterapi.7

e. Transplantasi sumsum tulang

Transplasntasi sumsum tulang merupakan terapi pilihan apabila

Kangker Kelenjar getah bening tidak membaik dengan pengobatan

konvensional atau jika pasien mengalami pajanan ulang (relaps).

Ada dua cara dalam melakukan transplantasi sumsum tulang, yaitu

secara alogenik dan secara autologus. Transplantasi secara alogenik

membutuhkan donor sumsum yang sesuai dengan sumsum penderita.

Donor tersebut bisa berasal dari saudara kembar, saudara kandung,

atau siapapun asalkan sumsum tulangnya sesuai dengan sumsum

tulang penderita. Sedangkan transplantasi secara autologus, donor

sumsum tulang berasal dari sumsum tulang penderita yang masih

bagus diambil kemudian dibersihkan dan dibekukan untuk

selanjutnya ditanamkan kembali dalam tubuh penderita agar dapat

menggantikan sumsum tulang yang telah rusak.2

K. Komplikasi

Ada dua jenis komplikasi yang dapat terjadi pada penderita

Kangker Kelenjar getah bening maligna, yaitu komplikasi karena

pertumbuhan kanker itu sendiri dan komplikasi karena penggunaan

kemoterapi. Komplikasi karena pertumbuhan kanker itu sendiri dapat

berupa pansitopenia, perdarahan, infeksi, kelainan pada jantung, kelainan

pada paru-paru, sindrom vena cava superior, kompresi pada spinal cord,

kelainan neurologis, obstruksi hingga perdarahan pada traktus

gastrointestinal, nyeri, dan leukositosis jika penyakit sudah memasuki

tahap leukemia.

Page 16: Makalah Hari Ko

16

Sedangkan komplikasi akibat penggunaan kemoterapi dapat berupa

pansitopenia, mual dan muntah, infeksi, kelelahan, neuropati, dehidrasi

setelah diare atau muntah, toksisitas jantung akibat penggunaan

doksorubisin, kanker sekunder, dan sindrom lisis tumor.

L. Prognosis

Menurut The International Prognostic Score, prognosis Kangker Kelenjar

getah bening hodgkin ditentukan oleh beberapa faktor di bawah ini, antara

lain:

1) Serum albumin < 4 g/dL

2) Hemoglobin < 10.5 g/dL

3) Jenis kelamin laki-laki

4) Stadium IV

5) Usia 45 tahun ke atas

6) Jumlah sel darah putih > 15,000/mm3

7) Jumlah limfosit < 600/mm3 atau < 8% dari total jumlah sel darah

putih

Jika pasien memiliki 0-1 faktor di atas maka harapan hidupnya mencapai 90%,

sedangkan pasien dengan 4 atau lebih faktor-faktor di atas angka harapan

hidupnya hanya 59%.1

Sedangkan untuk Kangker Kelenjar getah bening non-hodgkin, faktor

yang mempengaruhi prognosisnya antara lain:

1) usia (>60 tahun)

2) Ann Arbor stage (III-IV)

3) hemoglobin (<12 g/dL)

4) jumlah area limfonodi yang terkena (>4) and

5) serum LDH (meningkat)

yang kemudian dikelompokkan menjadi tiga kelompok resiko, yaitu resiko rendah

(memiliki 0-1 faktor di atas), resiko menengah (memiliki 2 faktor di atas), dan

resiko buruk (memiliki 3 atau lebih faktor di atas).

Page 17: Makalah Hari Ko

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kangker Kelenjar getah bening adalah kanker yang berasal dari jaringan

limfoid mencakup sistemlimfatik dan imunitas tubuh.Tumor ini bersifat

heterogen, ditandai dengan kelainanumum yaitu pembesaran kelenjar limfe

diikuti splenomegali, hepatomegali dankelainan sumsum tulang. Tumor ini

dapat juga dijumpai ekstra nodul yaitu diluarsistem limfatik dan imunitas

antara lain pada traktus digestivus, paru, kulit dan organlain.

Kangker Kelenjar getah bening atau limpoma adalah sekelompok kanker

di mana sel-sel limfatik menjadi abnormal dan mulai tumbuh secara tidak

terkontrol.Karena jaringan limfe terdapat di sebagian besar tubuh manusia,

maka pertumbuhan Kangker Kelenjar getah bening dapat dimulai dari

organ apapun.

B. Saran

Di harapkan kepada mahasiswa agar lebih bisa menambah dan lebih

mendalami materi tentang kangker getah bening, yang merupakan salah

satu bahasan materi Blood II.

17

Page 18: Makalah Hari Ko

DAFTAR PUSTAKA

Dessain, S.K. 2009. Hodgkin Disease. [serial online].

http://emedicine.medscape.com/article/201886-overview. [02 juni 2015].

Ford-Martin, Paula. 2005. Malignant Lymphoma. [serial online].

http://www.healthline.com/galecontent/malignant-lymphoma/. [03 juni

2015].

Price, S.A dan Wilson, L.M. 2005. “Pathophysiology: Clinical Concepts of

Disease Processes, Sixth Edition”. Alih bahasa Pendit, Hartanto, Wulansari

dan Mahanani. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Edisi 6.

Jakarta: EGC

Reksodiputro, A. dan Irawan, C. 2006. “Kangker Kelenjar getah bening Non-

Hodgkin”. Disunting oleh Sudoyo, Setyohadi, Alwi, Simadibrata, dan Setiati.

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia.

Kumar, Abbas, dan Fausto. 2005. Phatologic Basis of Diseases 7th Edition.

Philadelphia: Elsevier & Saunders

Vinjamaram, S. 2010. Lymphoma, Non-Hodgkin. [serial online].

http://emedicine.medscape.com/article/203399-overview. [04 juni 2015].

Berthold, D. dan Ghielmini, M. 2004. Treatment of Malignant Lymphoma.

Swiss Med Wkly (134) : 472-480.

Page 19: Makalah Hari Ko

MAKALAH

KANGKER

KELENJAR GETAH BENING

DISUSUN OLEH:

Elsa Agustina

Yani Adamalya

Della Novita Sari

Raja Persadanta S

Hengky Prima DP

Page 20: Makalah Hari Ko

Ahmad Ramdan Azhari

Meri Visca Noviani

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN BENGKULU PRODI KEPERAWATAN CURUP

TAHUN 2014/2015

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum, Wr.Wb

Puji syukur kehadirat tuhan yang maha Esa yang telah memberikan kami

kesehatan dan kekuatan kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan

makalah kelompok kami.Makalah ini membahas tentang Kangker Getah

Bening Tujuan pembuatan makalah ini adalah agar perawat dapat memberikan

asuhan keperawatan dengan baik dan benar.

Makalah ini disusun sesuai dengan aturan yang telah diberikan, dimulai

dari ukuran kertas, huruf, ukuran margin, dan kertas.Isinya juga sesuai dengan

materi yang diberian.

Dosen pembimbing kami yang telah memberikan masukkan, kritik dan

saran kepada kami dalam penyelesaian makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa untuk

memahami pembelajaran tentang konsep tentang Kangker Getah Bening.

Page 21: Makalah Hari Ko

Curup, 04 Mei 2015

Penyusun

ii

Page 22: Makalah Hari Ko

DAFTAR ISI

Sampul………………………………………………………………………….i

Kata Pengantar…………………………………………………………………ii

Daftar Isi………………………………………………………………………iii

BAB I PENDAHULUAN

a. Latar Belakang………………………..………………………….……1

b. Rumusan Masalah…………………………………………..…………2

c. Tujuan……………………………………..…………………………..2

BAB II PEMBAHASAN

a. Pengertian Limpoma…………………..……………….……………..3

b. Klasifikasi Limpoma…………………..………………………….…..3

c. Epidemiologi Limpoma…………………..…………………….……..5

d. Etiologi Limpoma…………………..…………………………….…..5

e. Anatomi Sistem Limfatik…………………..………………………..6

f. Patofisiologi Limpoma…………………..……..……………………..7

g. Gejala Klinis Limpoma…………………..…………………………..9

h. Diagnosis Limpoma…………………..……………………………..11

i. Penatalaksanaan…………………..……………………..…………..12

j. Komplikasi…………………..…………………………….………..15

BAB III PENUTUP

a. Kesimpulan…………………………………..……...………………17

b. Saran…………………………………………………...……………17

DAFTAR PUSTAKA

iii