Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya,
yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mikrobiologi tentang
AVIAN INFLUENZA A (H5N1)dengan baik.
Adapun makalah mikrobiologi tentang AVIAN INFLUENZA A (H5N1) ini
telah kami usahakan semaksimal mungkin, sehingga dapat
terselesaikan pembuatan makalah ini. Namun kami menyadari
sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya
maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada kami
menerima saran dan kritik dari pembaca sehingga kami dapat
memperbaiki makalah mikrobiologi ini.Akhirnya penyusun mengharapkan
semoga dari makalah mikrobiologi tentang AVIAN INFLUENZA A (H5N1)
ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan
inspirasi terhadap pembaca.
Jakarta, Januari 2015
Penyusun
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangPenyakit flu burung atau flu unggas (Bird Flu,
Avian Influenza) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh
virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas baik berupa
burung, bebek, ayam, serta beberapa binatang lain seperti babi.
Data lain menunjukkan penyakit ini dapat juga mengena pada puyuh
dan burung unta. Penyakit flu burung yang disebabkan oleh virus
avian infuenza jenis H5N1 pada unggas dikonfirmasikan telah terjadi
di Republik Korea, Vietnam, Jepang, Thailand, Kamboja, Taiwan,
Laos, China, Indonesia dan Pakistan. Sumber virus diduga berasal
dari migrasi burung dan transportasi unggas yang terinfeksi. Pada
Januari 2004, di beberapa propinsi di Indonesia terutama Bali,
Botabek, Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan Barat dan Jawa Barat
dilaporkan adanya kasus kematian ayam ternak yang luar biasa.
Awalnya kematian tersebut disebabkan oleh karena virus new castle,
namun konfirmasi terakhir oleh Departemen Pertanian disebabkan oleh
virus flu burung (Avian influenza (AI)). Jumlah unggas yang mati
akibat wabah penyakit flu burung di 10 propinsi di Indonesia sangat
besar yaitu 3.842.275 ekor (4,77%) dan yang paling tinggi jumlah
kematiannya adalah propinsi Jawa Barat (1.541.427 ekor). Kehebohan
itu bertambah ketika wabah tersebut menyebabkan sejumlah manusia
juga meninggal. Pada tanggal 19 Januari 2004, pejabat WHO
mengkonfirmasikan lima warga Vietnam tewas akibat flu burung.
Sementara itu di negara Thailand sudah enam orang tewas akibat
terserang flu burung, seorang remaja berusia 6 tahun dipastikan
menjadi orang Thailand pertama yang dikonfirmasi tewas akibat wabah
tersebut. Seorang Epidemiologis dari Pusat Pengawasan Penyakit Dr.
Danuta Skowronski, mengatakan bahwa 80% kasus flu burung menyerang
anak-anak dan remaja. Tingkat kematian akibat flu burung sangat
tinggi. Berdasarkan hasil penelitian atas 10 orang yang terinfeksi
virus flu burung di Vietnam, WHO menemukan bahwa dari 10 orang yang
terinfeksi 8 orang yang meninggal, seorang sembuh dan seorang lagi
dalam kondisi kritis.Bila kita bandingkan dengan SARS (Severe Acute
Respiratory Syndrome) Penyakit flu burung ini lebih sedikit
kasusnya hanya 25 kasus di seluruh dunia dan yang meninggal
mencapai 19 orang (CFR=76%). Sedangkan pada penyakit SARS dari 8098
kasus yang meninggal hanya 774 orang (CFR = 9,6%).
BAB IIPEMBAHASAN
2.1 PengertianFlu burung atau dalam bahasa Inggris dikenal
dengan avian flu atau avian influenza (AI) adalah penyakit menular
yang disebabkan virus influenza A sub tipe H5N1 yang biasanya
menyerang unggas tetapi juga dapat menyerang manusia. Virus ini
termasuk family Orthomyxoviridae dan memiliki diameter 90-120
nanometer. Virus avian influenza ini menyerang alat pernapasan,
pencernaan dan system saraf pada unggas.Secara normal, virus
tersebut hanya menginfeksi ternak unggas seperti ayam, kalkun dan
itik, akan tetapi tidak jarang dapat menyerang spesies hewan
tertentu selain unggas misalnya baabi, kuda, haarimau, macan tutul
dan kucing. Walaupun hampir semua jenis unggas dapat terinfeksi
virus yang terkenal sangat ganas ini, tetapi diketahui yang lebih
rentan adalah jenis unggas yang diternakkan secara massal.
2.2 Ciri dan Morfologi VirusVirus influensa pada manusia dan
binatang ada beberapa tipe yaitu tipe A, tipe B dan Tipe C. Pada
manusia virus A dan virus B dapat menjadi penyebab wabah flu yang
cukup luas, sementara virus C menyebar secara periodic, ringan dan
tidak menyebabkan wabah. Virus influensa tipe A dapat berubah-ubah
bentuk (Drift, Shift), dan dapat menyebabkan epidemic dan pandemi.
Virus A mempunyai permukaan yang terdapat dua glikoprotein, yaitu
hemaglutinin (H) dan neuraminidase (N). Untuk mengklasifikasikannya
secara rinci, maasing-masing tipe virus itu dibagi lagi menjadi
subtipe berdasarkan kelompok H dan N, yaitu H1 sampai H15 dan N1
sampai N9. Perbedaan H merupakan dasar subtype. Influensa pada
manusia sejauh ini disebabkan virus H1N1, H2N2 dan H3N2 serta virus
avian H5N1, H9N2 dan H7N7.Strain yang sangat virulen atau ganas dan
menyebabkan flu burung adalah dari subtipe A H5N1. Virus tersebut
dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 22C dan lebih
dari 30 hari pada 0C. Virus akan mati pada pemanasan 60C selama 30
menit atau 56C selama 3 jam.Secara morfologi, virus H5N1 dan H1N1
memiliki persamaan. Virus ini memiliki selubung dengan diameter
80-120 nm, mengandung genom RNA, beruntai tunggal, dan memiliki
envelope berupa lipid bilayer yang permukaannya terdapat protein
transmembran glikoprotein yaitu haemagglutinin (HA) dan
neuraminidase (NA). Kedua protein ini digunakan sebagai
identifikasi kode subtipe flu burung yang banyak jenisnya. Virus
influenza tipe A memiliki 15 antigen H yaitu H1-H15 dan 9 antigen N
yaitu N1-N9. Kombinasi antigen H dan N menghasilkan lebih dari 135
kombinasi subtipe virus influensa pada manusia antara lain: H1N1,
H2N2, H3N3, H5N1, H9N2, H1N2, H7N7 dan kombinasi lainnya. Di luar
membran terdapat protein M1 yang berfungsi memberikan bentuk virus
dan enkapsid kompleks ribonukleoprotein (RNP). Komplek
ribonukleoprotein terdiri dari RNA yang terikat pada nukleoprotein
(NP) dan enzim polimerase PA, PB1 dan PB2. Tiga enzim polimerase
ini nantinya bertanggung jawab dalam replikasi dan transkripsi RNA.
Sedangkan protein M2 sebagai protein matriks.
2.3 Sifat-Sifat Ekologi Dan Biokimia Virus Flu BurungFlu Burung
(Avian Influenza - AI) adalah penyakit unggas yang menular
disebabkan virus influenza tipe A dari keluarga Orthomyxoviridae
(Gambar 1.1). Virus ini paling umum menjangkiti unggas (misalnya
ayam peliharaan, Kalkun, Itik, Puyuh, dan Angsa) juga berbagai
jenis burung liar. Beberapa virus flu burung juga diketahui bisa
menyerang mamalia, termasuk manusia.
GAMBAR 1.1Gambar dan diagram virus flu burung dalam skala mikro
elektron
HA- haemagglutinin glycoprotein, M- Capsid, NA- neuraminidase
glycoprotein,RNP- ribonucleoprotein
Virus flu burung memiliki berbagai sub-tipe yang dibedakan
menurut antigen haemagglutinin dan neuraminidase (glycoproteins)
yang menyelubungi permukaan virus (Gambar 1.1). Enam belas antigen
haemagglutinin yang berbeda (H1-H16) dan sembilan neuraminidase
telah dikenali dan masing-masing sub-tipe virus diidentifikasi
lewat kombinasi antigen tertentu yang dimiliki (misalnya H5N1 atau
H3N2). Keseluruhan 16 antigen haemagglutin dan 9 antigen
neuraminidase tersebut telah teridentifikasi pada populasi burung
liar. Secara genetik, virus flu burung terdiri dari delapan bagian
asam ribonukleat (RNA) yang berbeda. Sub-tipe virus flu burung
tertentu bisa mencakup beberapa galur (strain) yang serupa namun
tak sama (istilah clade seringkali digunakan untuk menjelaskan
subpopulasi ini), berdasarkan pengurutan genetik dan pengelompokan
isolat ataupun tidak -. Galur yang berbeda dapat berasal dari
mutasi genetik saat virus bereplikasi atau melalui penggabungan
ulang (pertukaran bagian-bagian dari satu segmen) atau penyusunan
ulang (pertukaran keseluruhan segmen) materi genetik antara
virus-virus berbeda yang menginfeksi satu inang yang sama. Galur
virus tertentu (misalnya, A/bar-headed goose/Qinghai/5/2005 H5N1)
diidentifikasi menurut 1) jenis influenza, 2) spesies inang yang
menjadi tempat darimana galur tersebut diisolasi, 3) lokasi
geografis, 4) penunjukan galur laboratorium; 5) tahun
pengisolasian1; dan 6) sub-tipe virus.
2.4 Gambar Struktur Virus
2.5 Pengklasifikasian Virus flu burung Pengklasifikasian Virus
flu burung sebagai patogenik rendah (Low Pathogenic Avian Influenza
- LPAI) atau patogenik tinggi (High Pathogenic Avian Influenza -
HPAI) tergantung tingkat keganasan virus tersebut pada ayam
peliharaan (Gambar 1.2). Sebagian besar penularan flu burung pada
unggas disebabkan oleh galur virus LPAI yang mungkin menyebabkan
penyakit ringan dengan tanda-tanda pernapasan, tanda-tanda demam
(enteric) atau reproduktif (tergantung galurnya). Tanda-tanda
klinis mungkin juga termasuk menurunnya aktifitas, nafsu makan,
atau produksi telur, batuk dan bersin-bersin, bulu kusam, diare
dan/atau gemetaran. Seringkali, sedikit saja tanda-tanda klinis
yang kelihatan, dan beberapa wabah flu burung jinak mungkin tidak
seluruhnya dapat terdeteksi jika tidak ada pengujian laboratorium
khusus terhadap adanya virus. Vaksin yang secara kualitas terjamin,
jika dipakai dan dipergunakan bersamaan dengan langkah pengendalian
penyakit yang lain (seperti peningkatan upaya kebersihan,
perawatan, dan pengaturan lalu lintas), akan efektif mencegah
munculnya virus flu burung dan penyebarannya pada dan diantara
kelompok-kelompok unggas peliharaan.
GAMBAR 1.2Ayam yang terserang HPAI H5N1
Virus flu burung ditularkan melalui kontak langsung dengan
unggas tertular atau secara tidak langsung karena terpapar dengan
benda-benda yang tercemari feses tertular atau cairan dari saluran
pernapasan. Akan tetapi, virus flu burung memiliki kemampuan yang
terbatas untuk bertahan di luar inang dimana kesesuaian lingkungan
sangat tergantung pada kelembaban, suhu, dan kadar garam. Virus flu
burung dapat bertahan selama bertahun-tahun pada es di danau-danau
daerah bergaris lintang tinggi dan terbukti bisa bertahan selama
lebih dari satu bulan pada habitat yang sejuk dan lembab. Pada
kenyataannya, virus-virus tersebut paling sering ditemukan di
habitat lahan basah yang sering dikunjungi oleh spesies burung liar
termasuk Anatidae (Itik, Angsa dan Mentok) serta Charadriidae
(burung pantai), yang merupakan burung liar paling umum menjadi
tempat bersarangnya virus flu burung. Pada burung/unggas liar,
penularan flu burung jinak dapat mempengaruhi kegiatan mencari
makan dan migrasi mereka (van Gils et al. 2007), namun sebagian
besar burung yang tertular tidak menunjukkan tanda-tanda klinis
penyakit yang jelas. Galur flu burung yang umum dan populasi burung
liar yang menjadi tempat bersarangnya virus telah lama membentuk
keseimbangan evolusioner, dimana virus tidak menyebabkan penyakit
serius atau kematian. Secara berkala, unggas liar, terutama Itik
dan Mentok, telah diidentifikasi sebagai sumber masuknya virus pada
unggas. Penyusunan ulang atau penggabungan ulang diantara
virus-virus flu burung jinak pada inang dapat, tetapi tidak harus,
menyebabkan virus yang nyata-nyata lebih ganas. Disamping itu,
selama replikasi virus, saat bersirkulasi pada kelompok unggas
peliharaan, virus flu burung juga sering bermutasi yang dapat
memunculkan karakteristik biologis baru (yaitu, dari flu burung
jinak menjadi virus flu burung yang lebih ganas atau mematikan,
atau virus flu burung ganas). Galur flu burung ganas yang muncul
seringkali lebih menular (tergantung pada kepadatan unggas inang
yang rentan) dan secara khusus sangat mematikan pada spesies unggas
peliharaan dan burung buruan, yang menyebabkan wabah penyakit
dengan tingkat kematian 100 persen pada kelompok unggas peternakan
yang tidak terlindungi. Wabah ini dikenal sebagai flu burung atau
wabah unggas.Walaupun pemusnahan unggas peliharaan adalah cara yang
paling efektif untuk menahan penyakit pada saat wabah flu burung
ganas muncul, tetapi hal itu sangat tergantung pada deteksi dan
pelaporan awal. Rencana pemberian kompensasi seringkali memicu
adanya kebutuhan transparansi, pelaporan awal, dan pengganti
kerugian sosial ekonomi. Sampai saat ini, semua wabah flu burung
ganas pada unggas disebabkan oleh galur H5 atau H7, namun galur ini
jarang ditemukan pada populasi burung liar. Akan tetapi, selama
beberapa tahun terakhir galur virus flu burung H5N1 yang mematikan
ternyata mampu menjangkiti sejumlah unggas peliharaan dan burung
liar, juga kucing liar maupun kucing peliharaan (Felidae), musang
(Mustelidae), anjing peliharaan dan mamalia lainnya, termasuk
manusia. Munculnya virus flu burung ganas H5N1 yang zoonosis telah
menarik perhatian para ahli kedokteran dan kedokteran hewan,
pejabat kesehatan publik, ahli biologi dan konservasi margasatwa,
sejumlah besar media, dan masyarakat umum. Virus H5N1 yang muncul
di Asia pada akhir 2003 sangat mengkhawatirkan karena tingkat
keganasannya pada unggas mampu menjangkiti berbagai unggas inang,
dan sangat potensial menyebar dengan cepat meliputi kawasan
geografis yang luas, mungkin melalui perdagangan unggas dan burung
liar secara komersial atau mungkin juga melalui jalur migrasi
burung air.Secara umum disepakati bahwa burung liar berperan
sebagai sumber virus flu burung jinak, namun sumber untuk galur flu
burung ganas H5N1 sekarang ini belum teridentifikasi sekalipun
pengambilan sampel penyakit telah dilakukan dari ratusan ribu
burung liar sehat yang bermigrasi maupun penetap, termasuk spesies
peridomestic. Seringnya interaksi antara sejumlah besar unggas
peliharaan dan burung air liar di tempat terbuka beberapa negara
Asia Tenggara dan Afrika mungkin ikut mempertahankan penularan
virus flu burung ganas H5N1, baik pada unggas peliharaan maupun
burung liar.Untungnya, hingga sat ini masih belum ada bukti yang
menunjukkan bahwa virus flu burung ganas H5N1 menyebabkan penularan
antar manusia. Semua bukti menunjukan bahwa kontak langsung dengan
unggas peliharaan tertular atau fesesnya merupakan sumber utama
penularan H5N1 pada manusia. Akan tetapi, ada perhatian besar bahwa
bentuk mutasi atau penggabungan-ulang virus bisa muncul dan
meningkatkan kemampuan menularkan penyakit antar manusia, dan
secara nyata berpotensi menjadi pandemi influenza secara
global.
2.6 PatogenesisPenyebab AI adalah virus influenza tipe A subtipe
H5, H7, dan H9, virus H9N2 tidak menyebabkan penyakit berbahaya
bagi burung, tidak seperti H5 dan H7. Awalnya virus influenza A
(H5N1) hanya ditemukan di hewan seperti: burung, bebek, dan ayam,
tetapi sejak 1997 virus ini mulai menjangkiti manusia (penyakit
zoonosis). Faktor virulen H5N1 termasuk kemampuan yang tinggi
memecah hemaglutinin yang dapat diaktifkan oleh multipel seluler
protease, spesifik substitusi di polymerase dasar protein 2
(Glub627Lys) yang menguntungkan replikasi, dan substitusi di
nonstruktural protein 1 (Asp92Glu) yang meningkatkan hambatan oleh
interferon dan tumor necrosis factor (TNF-) in vitro dan terjadi
perbanyakan (replikasi) di babi, seperti terurai menjadi cytokine,
sebagian TNF- di makrofag manusia yang terpajang virus. Umumnya
virus influenza, baik di manusia atau unggas adalah kelompok famili
Orthomyxoviridae. Berinteraksi dengan mucin, berdiameter 80110 nm,
mempunyai 8 segmen genom RNA (rybonucleic acid) rantai tunggal,
mempunyai envelope atau pembungkus, merupakan partikel pleiomorphic
berukuran sedang yang terdiri atas 2 lapis lemak dan terletak di
atas matriks M1 (M1) yang mengelilingi genom. Di permukaan envelope
terdapat dua tonjolan glikoprotein yaitu hemaglutinin (H) dan
neuraminidase (N). Protein lain selain H dan N, virus influenza A
juga mempunyai protein matriks M1, M2, nukleoprotein (NP),
polimerase (PB1, PB2, PA), NS1, dan NEP. Masing-masing protein
mempunyai fungsi yang berbeda.4,6,7,8. Analisis filogenetik
menunjukkan bahwa genotipe Z dominan dan virus mempunyai 2
perbedaan pembungkus, satu diisolasi dari Kamboja, Laos, Malaysia,
Thailand, dan Vietnam dan yang lain dari Cina, Indonesia, Jepang,
dan Korea selatan. Baru-baru ini kelompok terpisah berasal dari
isolat utara Vietnam dan Thailand yang terdiri atas perubahan
varian yang mendekati reseptor yang melekat dan sedikit mengandung
residu arginin di belahan polybasic hemaglutinin Meskipun demikian,
yang penting perubahan gen dan biologi berkenaan dengan
epidemiologi manusia atau virulensi yang tak tentu.Beberapa tipe
virus influenza terdapat di manusia dan hewan, yaitu virus
influenza A, B, dan C. Pembagian tersebut didasarkan pada perbedaan
antigenik NP dan M1 masing-masing virus. Tidak seperti virus
influenza B dan C, virus influenza A mempunyai dua sifat yang mudah
berubah. Yaitu antigenic shift (pergeseran genetik) yang disebabkan
oleh transmisi virus influenza, yang inang alaminya bukan manusia
ke manusia atau infeksi bersamaan antara dua virus pada satu sel
yang akan menimbulkan strain virus baru dan spesifisitas reseptor
terhadap sel pejamu yang berubah. Di samping itu, terdapat
antigenic drift (mutasi titik) akibat subsitusi asam amino
glikoprotein hemaglutinin virus sebagai respon terhadap imunitas
tubuh penderita. Antigenic shift pada umumnya terjadi di pejamu
intermediate misalnya babi karena hewan tersebut memiliki 2
reseptor sekaligus yaitu 2,6 sialic acid dan 2,3 sialic acid pada
permukaan sel epitelnya.2,3,6,9,10. Kedua sifat tersebut dapat
menyebabkan kejadian pandemik. Di manusia, virus influenza A dan B
dapat menyebabkan wabah flu yang luas, sementara virus influenza C
menyebar secara periodik, ringan dan tidak menyebabkan wabah. Untuk
mengklasifikasikan secara rinci, masing-masing tipe tersebut dibagi
menjadi subtipe berdasar kelompok glikoprotein H dan N. Sampai saat
ini subtipe yang dapat diidentifikasi ialah H1 sampai H15 dan N1
sampai N9.3,10 Glikoprotein H merupakan dasar perbedaan subtipe dan
menentukan virulensi subtipe virus influenza A. Penelitian Kobasa
et al pada tahun 2004 menunjukkan bahwa glikoprotein H menentukan
virulensi strain virus influenza A. Dalam penelitian tersebut
digunakan glikoprotein H dan N yang mempunyai genetik yang mirip
dengan strain penyebab pandemi Spanish Influenza tahun 19181919
yang diberikan pada hewan percobaan tikus. Awalnya virus influenza
di manusia hanya H1N1, H2N2, H3N2. Sejauh ini juga disebabkan oleh
virus H5N1, H9N2 dan H7N7. Subtipe yang sangat virulen ialah H5N1,
virus tersebut dapat hidup di air sampai 4 hari pada suhu 22 C dan
lebih dari 30 hari pada 0 C di dalam kotoran dan tubuh unggas yang
sakit virus dapat bertahan lebih lama, virus akan mati dengan
pemanasan 60 C selama 30 menit atau 56 C selama 3 jam, detergen,
desinfektan misalnya formalin atau iodine.1,7.Penularan AI (H5N1)
terjadi karena droplet infection (infeksi akibat percikan cairan
hidung/mulut) baik akibat kontak langsung maupun tidak langsung.
Transmisi langsung dapat melalui sentuhan unggas/manusia yang
terinfeksi, melalui udara jarak pendek seperti bersin, melalui
kontak sosial yang intensif (ciuman). Transmisi tidak langsung
dapat melalui perantaraan benda lain yang telah tercemar, melalui
serangga (lalat Musca domestica) tetapi masih dugaan, dan melalui
udara jarak jauh. Tempat masuk virus (port de entry) ialah mulut,
hidung, dan selaput lendir mata.1,3,8,9,10,13 Infeksi dan replikasi
primer virus terjadi di sel epitel kolumnar saluran pernapasan
menyebabkan kerusakan silia, inflamasi, nekrosis dan deskuamasi
epitel saluran pernapasan. Infeksi yang terjadi akan menginduksi
sel B (antibodi terhadap NP, M1, H dan N). Molekul antibodi dapat
menghancurkan virus bebas dengan berbagai cara, yaitu aktivasi
jalur komplemen klasik atau menyebabkan agregasi, meningkatkan
fagositosis dan kematian intrasel. Sel T (CD 4 dan CD 8) yang
menghasilkan sitokin proinflamasi (interleukin 6, 10, interferon 1,
tumor nekrosis factor yang mengaktifkan sel makrofag dan NK cell
(natural killer) untuk membunuh virus yang tumbuh dalam sitosolnya.
Sel T spesifik membunuh sasaran segera setelah proses mengenali
peptida virus yang berhubungan dengan MHC I (major
histocompatibility complex). Sitokin proinflamasi menyebabkan demam
dan gejala sistemik, semakin tinggi kadarnya, semakin berat derajat
keparahan penyakit penderita. Sekali immunological memory terbentuk
karena infeksi primer atau vaksinasi, maka kadar antibodi di sekret
saluran pernapasan meningkat lebih cepat bila terdapat pajanan
virus yang sama.9,11,13,14 Menurut WHO, infeksi AI (H5N1) lebih
mudah menular dari unggas ke manusia dibandingkan dengan dari
manusia ke manusia. Sampai saat ini belum terbukti penularan dari
manusia ke manusia atau penularan manusia lewat daging yang
dikonsumsi. Satu-satunya cara virus influenza A (H5N1) dapat
menyebar dengan mudah dari manusia ke manusia ialah jika virus
influenza A (H5N1) tersebut bermutasi dan bercampur dengan virus
influenza manusia. Secara umum ada tiga kemungkinan mekanisme
penularan dari unggas ke manusia.Kemungkinan 1Unggas liar
Unggas domestik
Babi terinfeksi virus influenza-burungdan virus influenza
manusia
Manusia
Menular ke manusia yang lain
Kemungkinan 2Unggas liar
Unggas domestik
Babi terinfeksi virus influenza-burungdan virus influenza
manusia
Menular ke manusia yang lain
Kemungkinan 3Unggas liar
Unggas domestik
Manusia terinfeksi virus influenza-burung
Menular ke manusia yang lain
2.7 Jalur PenularanVirus Avian Influenza (AI) ditularkan melalui
air liur, ingus, dan kotoran unggas. Penularan pada manusia terjadi
karena kontak langsung dengan unggas yang terinfeksi virus
tersebut. Selain itu, dapat terjadi melalui kendaraan yang
mengangkut binatang itu, kadang, alat-alat peternakan, pakan
ternak, pakaiaan, tinja ternak dan sepatu para peternak yang
langsung mengenai unggas yang sakit, juga pada saat jual-beli ayam
hidup dipasar, dan mekanisme lainnya.Penularan penyakit ini dapat
terjadi melalui udara (air borne) dan melalui kontak langsung
dengan unggas sakit atau kontak dengan bahan bahan infeksius
seperti tinja, urin, dan sekret saluran napas unggas
sakit.Penularan antar ternak unggasSeekor unggas yang terinfeksi
virus H5N1 akan menularkannya dalam waktu singkat. Jika semua
unggas peliharaan memiliki daya tahan yang bagus maka infeksi tidak
akan menyebabkan kematian, dengan kata lain virus tidak aktif.
Sebaliknya, jika kondisi unggas berada dalam kondisi buruk maka flu
burung dapat mematikan. Secara singkat, penyakit flu burung dapat
ditularkan dari unggas ke unggas lain atau dari peternakan ke
peternakan lainnya dengan cara sebagai berikut: Kontak langsung
dari unggas terinfeksi dengan hewan yang peka. Melalui lendir yang
berasal dari hidung dan mata. Melalui kotoran (feses) unggas yang
terserang flu burung. Lewat manusia melalui sepatu dan pakaian yang
terkontaminasi dengan virus. Melalui pakan, air, dan peralatan
kandang yang terkontaminasi. Melalui udara karena memiliki peran
penting dalam penularan dalam satu kandang, tetapi memiliki peran
terbatas dalam penularan antar kandang. Melalui unggas air yang
dapat berperan sebagai sumber (reservoir) virus dari dalam saluran
intestinal dan dilepaskan lewat kotoran.Penularan dari ternak ke
manusia Faktor yang memengaruhi penularan flu burung dari ternak ke
manusia adalah jarak dan intensitas dalam aktivitas yang
berinteraksi dengan kegiatan peternakan. Semakin dekat jarak
peternakan yang terkena wabah virus dengan lingkungan manusia maka
peluang untuk menularnya virus bisa semakin besar. Penularan virus
ke manusia lebih mudah terjadi bila orang tersebut melakukan kontak
langsung dengan aktivitas peternakan.Orang yang mempunyai risiko
tinggi terserang flu burung adalah pekerja peternakan unggas,
penjual, penjamah unggas, sampai ke dokter hewan yang bertugas
memeriksa kesehatan ternak di peternakan.Penularan antar
manusiaPenularan flu burung antar manusia belum dapat dibuktikan,
tetapi tetap perlu diwaspadai. Hal ini dikarenakan virus cepat
bermutasi dan beradaptasi dengan manusia sehingga memungkinkan
adanya varian baru dari virus flu burung yang dapat menular antar
manusia.
2.8 Gambaran KlinisMasa inkubasi AI (H5N1) lebih lama daripada
influenza manusia umumnya. Pada tahun 1997, sebagian kasus terjadi
dalam 24 hari setelah terpajang. Laporan yang terbaru menunjukkan
interval yang sama tetapi sampai dengan 8 hari. Inkubasi pada anak
dapat sampai 21 hari setelah terpajan. Hal ini kemungkinan karena
tidak tahu bilamana waktu terjadinya pajanan terhadap hewan yang
terinfeksi atau sumber lain di lingkungan. Masa inkubasi diunggas
ialah 1 minggu.Tanda dan gejala pada unggasGejala unggas yang sakit
beragam, mulai dari gejala ringan sampai sangat berat. Hal ini
bergantung keganasan virus, lingkungan, dan keadaan unggas sendiri.
Gejala awal berupa penurunan produksi telur. Gejala yang timbul
seperti jengger berwarna biru, kepala bengkak, sekitar mata
bengkak, demam, diare, gangguan pernapasan berupa batuk, bersin,
depresi dan tidak mau makan. Di beberapa kasus, unggas mati tanpa
gejala. Kematian terjadi setelah 24 jam timbul gejala. Di kalkun,
kematian dapat terjadi dalam 23 hari.
Tanda dan gejala pada manusiaSebagian besar penderita gejala AI
(H5N1) pada dasarnya sama dengan influenza lainnya awal demam lebih
38 C dan gejala saluran napas bawah. Diare, muntah-muntah, nyeri
perut, nyeri dada (pleuritik) dan perdarahan dari hidung dan gusi
pada beberapa penderita. Sputum yang dihasilkan bervariasi
kadang-kadang dengan darah, pernapasan tertekan (respiratory
distress), tachipnea dan inspirasi dedas (crackle). Kegagalan
pernapasan yang progresif difus, bilateral, infiltrasi dan tampilan
gejala napas akut (ARDS=acute respiratoric distress
syndrome).Kegagalan banyak organ disfungsi ginjal, jantung termasuk
dilatasi dan supraventrikular aritmia. Komplikasi yang lain
ventilator berhubungan pneumonia, perdarahan paru, pneumothoraks,
pancytopenia, gejala dari Reye dan sepsis tanpa bakteremia.4 Awal
penyakit yang tiba-tiba dan cepat memburuk, demam tinggi, nyeri
otot, dan batuk kering sering dijumpai di infeksi AI (H5N1). 9
Diagnosis banding AI (H5N1) diantaranya ialah respiratory syncytial
virus (RSV), adenovirus, parainfluenza virus, rhinovirus,
Mycoplasma pneumoniae, Chlamydia pneumoniae, Legionella
pneumophila. Ada beberapa perbedaan gejala AI (H5N1) dan influenza
lain.
2.9 PencegahanKebiasaan pola hidup sehat tetap memegang peranan
penting dalam pencegahan. Untuk flu adalah tetap menjaga daya tahan
tubuh, makan yang seimbang dan bergizi, istirahat dan olahraga
teratur. Kebiasaan mencuci tangan secara teratur. Secara umum
pasien influenza sebaiknya istirahat, banyak minum dan makan
bergizi.Sampai kini belum ada vaksin untuk menangkal flu burung
pada manusia walau ada berbagai jenis vaksin influenza, tetapi
vaksin tersebut dibuat untuk mencegah flu biasa bukan mencegah flu
burung.World Health Organization (WHO) menyatakan, secara umum
prinsip-prinsip kerja yang higienis seperti mencuci tangan dan
menggunakan alat pelindung diri bila diperlukan merupakan upaya
yang harus dilakukan oleh mereka yang kontak dengan ternak. Karena
telur juga dapat tertular, penanganannya kulit telur dan telur
mentah juga perlu diperhatikan. WHO juga menyatakan, dengan
memasaknya seperti yang biasa kita lakukan selama ini, virus flu
burung akan mati. Ada anjuran: daging, daging unggas harus dimasak
sampai suhu 700C atau 800C selama sedikitnya satu menit. Kalau kita
menggoreng atau merebus ayam di dapur misalnya, tuntu lebih dari
itu suhu dan lamanya memasak. Artinya aman mengkonsumsi ayam atau
unggas lainnya asal telah dimasak dengan baik.Flu burung yang mana
belum ada obat atau vaksinnya, maka upaya yang dilakukan hanya
bersifat pencegahan dan pertolongan pertama. Upaya tersebut dapat
dilakukan dengan pencegahan luar dan dalam tubuh.1. Pencegahan
LuarPencegahan luar bertujuan untuk mencegah penularan dari
lingkungan agar tidak masuk ke dalam tubuh. Tindakannya adalah:
Setiap orang yang berhubungan dengan bahan yang berasal dari unggas
harus menggunakan pelindung. Memusnahkan unggas yang terkena flu
burung. Peternakan harus dijauhkan dari perumahan untuk mengurangi
resiko penularan. Tidak mengkonsumsi produk unggas dari peternakan
yang terkena wabah flu burung. Tetap terapkan pola hidup sehat.
2. Pencegahan DalamPencegahan dalam dilakukan dengan mengonsumsi
obat dan makanan untuk meningkatkan daya tahan tubuh. ObatObat yang
direkomendasikan untuk mencegah terinfeksi flu burung adalah obat
antiviral misalnya amantadine dan rimantadine dan penghambat
neurominidase misalnya oseltamivir dan zanimivir.Obat ini digunakan
dalam pencegahan dan pengobatan influenza di beberapa Negara dan
diperkirakan dapat juga mengatasi penyakit flu burung.
MakananMengkonsumsi makanan yang banayak mengandung serat dan
kandungan antioksidan tinggi seperti buah dan sayuran.Dengan
melaksanakan upaya pencegahan diatas diharapkan kita semua dapat
terhindar dari penyakit flu burung ini.
2.10 PengobatanPengobatan flu burung pada ternakVirus flu burung
yang dapat menyerang pada hewan saat ini belum diketahui obat
maupun vaksin yang tepat untuk mengobatinya. Pemberian obat maupun
vaksin dilakukan lebih ke arah pencegahan supaya tidak menular
kepada hewan lain maupun manusia di sekitarnya. Beberapa langkah
yang dapat ditempuh dalam penanggulangan pengobatan flu burung
antara lain sebagai berikut:1. BiosekuritiDisebut juga keamanan
hayati, yaitu perlakuan yang ditujukan untuk menjaga keamanan
hayati demi pemeliharaan kesehatan dan memperkecil ancaman terhadap
individu yang dilindungi. Usaha ini antara lain:a. Membatasi secara
ketat lalu lintas unggas atau ternak, produk unggas, pakan,
kotoran, bulu, dan alas kandang.b. Membatasi lalu lintas pekerja
atau orang dan kendaraan keluar masuk peternakan.c. Peternak dan
orang yang hendak masuk peternakan harus memakai pakaian pelindung
seperti masker, kaca mata plastik, kaos tangan, dan sepatu.d.
Mencegah kontak antara unggas dengan burung liar.2.
DepopulasiDepopulasi adalah tindakan pemusnahan unggas secara
selektif di peternakan yang tertular virus flu burung. Tindakan ini
dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit lebih luas. Cara
pemusnahan unggas yang terinfeksi virus flu burung adalah
menyembelih semua unggas yang sakit dan yang sehat dalam satu
kandang (peternakan). Selain itu, dapat juga dilakukan dengan cara
disposal, yaitu membakar dan mengubur unggas mati, sekam dan pakan
yang tercemar, serta bahan dan peralatan yang terkontaminasi.3.
VaksinasiDilakukan pada semua jenis unggas yang sehat di daerah
yang telah diketahui ada virus flu burung. Vaksin yang digunakan
adalah vaksin inaktif (killed vaccine) yang resmi dari
pemerintah.
Pengobatan flu burung pada manusiaFlu burung pada manusia belum
ada obatnya. Meskipun tidak semua penderita mengalami kematian, flu
burung tetap harus diwaspadai karena dikhawatirkan virus ini akan
mengalami mutasi menjadi lebih ganas. Berikut ini beberapa tindakan
untuk mewaspadai flu burung: Berolahraga secara teratur, sehingga
fisik sehat. Makan makanan yang bergizi, agar dapat menyuplai
energi untuk pembentukan kekebalan tubuh yang optimal. Mengkonsumsi
produk unggas yang benar-benar sudah matang. Hindari berkunjung ke
peternakan. Seringlah mencuci tangan dan hindari meletakkan tangan
di hidung dan mulut. Membiasakan hidup bersih dan menjaga
kebersihan lingkungan. Cukup istirahat.Jika ada yang terkena flu
burung di sekitar kita maka langkah yang dapat diambil adalah:
Tidak panik, tapi tetap waspada. Membawa penderita ke dokter atau
rumah sakit terdekat. Melaporkan pada pihak terkait, seperti Dinas
Peternakan atau Dinas Kesehatan setempat supaya ditindaklanjuti.
Tidak mengucilkan keluarga penderita karena keluarga penderita
belum tentu tertular. Selain itu belum ada bukti bahwa flu burung
menular antar manusia.
Penanggulangan di rumah sakit : Penderita dirawat di ruang
isolasi selama 7 hari (masa penularan). Oksigenasi, dengan
mempertahankan saturasi O2 > 90 % Hidrasi Antibiotika, anti
inflamasi , obat obatan imunomodulator Terapi simptomatis untuk
gejala flu, seperti analgetika atau antipiretika, mukolitik,
dekongestan.
BAB IIIPENUTUP
3.1 Kesimpulan DEPKES RI membagi diagnosis AI (H5N1) untuk
manusia menjadi kasus dugaan (suspek), kemungkinan (probable), dan
kasus terkukuhkan (konfirmasi). Pemeriksaan laboratorik yang sering
dilakukan di Indonesia ialah tes laboratorik rutin, rapid antigen
detection, HAI, dan perlu dikembangkan RT-PCR. Penyakit AI (H5N1)
ialah penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza A H5N1
dan ditularkan oleh unggas. Penyakit ini menular melalui udara yang
tercemar virus influenza A H5N1, yang sampai saat ini belum
terbukti terdapat penularan dari manusia ke manusia. Penyakit AI
(H5N1) terjadi di beberapa tempat secara luas hal ini diduga
berasal dari migrasi burung dan transportasi unggas yang
terinfeksi. Peklinik perlu mengetahui gambaran klinis di unggas dan
manusia yang terinfeksi virus ini dan melakukan uji konfirmasi
dengan pemeriksaan laboratorik sehingga dapat menegakkan diagnosis
dan memberikan terapi yang memadai.
1