Top Banner
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Menurut Thibaut dan Kelley (2005) Interaksi adalah suatu peristiwa saling memengaruhi satu sama lain ketika dua orang atau lebih hadir bersama, yang kemudian mereka menciptakan suatu hasil satu sama lain atau berkomunikasi satu sama lain. Jadi, tindakan setiap orang bertujuan untuk memengaruhi individu lain terjadi dalam setiap kasus interaksi. Proses interaksi manusia terjadi melalui komunikasi: verbal dan nonverbal, tertulis dan tidak tertulis, terencana dan tidak terencana. Mereka harus memiliki keterampilan komunikasi yang baik agar efektif dalam berinteraksi. Mereka harus menyadari kata-kata dan bahasa tubuh yang mereka sampaikan pada orang lain. Ketika perawat mengemban peran kepemimpinan, mereka harus menjadi efektif, baik dalam ketrampilan komunikasi verbal maupun komunikasi nun verbal (Kathleen,2007). Pada tahun 2007, data kunjungan pasien ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) di seluruh Indonesia mencapai 4.402.205 (13,3% dari total seluruh kunjungan di RSU) dengan jumlah kunjungan 12% dari kunjungan IGD berasal dari rujukan dengan jumlah Rumah Sakit Umum 1.033 Rumah Sakit Umum dari 1.319 Rumah Sakit yang ada. Jumlah yang signifikan ini kemudian memerlukan perhatian yang cukup besar dengan pelayanan pasien gawat darurat (Keputusan Menteri Kesehatan, 2009). Menurut (Liu dkk, 2012). Instalasi Gawat Darurat sebagai
83

Makalah Fixx

Apr 10, 2016

Download

Documents

sharing jurnal
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Makalah Fixx

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Menurut Thibaut dan Kelley (2005) Interaksi adalah suatu peristiwa saling

memengaruhi satu sama lain ketika dua orang atau lebih hadir bersama, yang

kemudian mereka menciptakan suatu hasil satu sama lain atau berkomunikasi

satu sama lain. Jadi, tindakan setiap orang bertujuan untuk memengaruhi

individu lain terjadi dalam setiap kasus interaksi. Proses interaksi manusia

terjadi melalui komunikasi: verbal dan nonverbal, tertulis dan tidak tertulis,

terencana dan tidak terencana. Mereka harus memiliki keterampilan komunikasi

yang baik agar efektif dalam berinteraksi. Mereka harus menyadari kata-kata dan

bahasa tubuh yang mereka sampaikan pada orang lain. Ketika perawat

mengemban peran kepemimpinan, mereka harus menjadi efektif, baik dalam

ketrampilan komunikasi verbal maupun komunikasi nun verbal (Kathleen,2007).

Pada tahun 2007, data kunjungan pasien ke Instalasi Gawat Darurat

(IGD) di seluruh Indonesia mencapai 4.402.205 (13,3% dari total seluruh

kunjungan di RSU) dengan jumlah kunjungan 12% dari kunjungan IGD berasal

dari rujukan dengan jumlah Rumah Sakit Umum 1.033 Rumah Sakit Umum dari

1.319 Rumah Sakit yang ada. Jumlah yang signifikan ini kemudian memerlukan

perhatian yang cukup besar dengan pelayanan pasien gawat darurat (Keputusan

Menteri Kesehatan, 2009). Menurut (Liu dkk, 2012). Instalasi Gawat Darurat

sebagai gerbang utama penanganan kasus gawat darurat di rumah sakit

memegang peranan penting dalam upaya penyelamatan hidup klien.

Penanganan pasien di IGD dilakukan dengan cepat dan tepat tergantung pada

zona apa pasien itu di tempatkan saat itu,pada saat pasien di lakukan tindakan

resusitasi trauma atau non trauma pasti akan ada proses interaksi antara

pasien,keluarga pasien dan perawat atau dengan tenaga kesehatan lainya untuk

melakukan tindakan intervensi. Menurut American jurnal 2001 menyatakan ada

beberapa institusi rumah sakit di USA yang tidak memperbolehkan keluarga

pasien ikut menemani saat pasien di lakukan tindakan resusitasi dengan alasan

keluarga pasien akan shock dengan tindakanya tapi beberapa rumah sakit di

USA juga memperbolehkan keluarga pasien ikut menemani pasien saat tindakan

Page 2: Makalah Fixx

karena menurut mereka dukungan keluarga saat di perlukaan untuk proses

kesembuhan pasien.

Pada jurnal yang berjudul “Patient-Family-Nurse Interactions in the

Trauma-Resuscitation Room “ memaparkan beberapa metode melakukan

interaksi dengan keluarga dan pasien saat pasien di rawat di ruang resusitasi,

metode yang digunakan adalah dengan melihat tingkat keparahan, kesadaran

dan risiko pasien saat di lakukanya perawatan atau intervensi.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana prosedur interaksi antara perawat, pasien, dan keluarga

pasien di Instalasi Gawat Darurat RSUD Dr.Iskak Tulungagung ?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mendiskripsikan cara berinteraksi antara perawat dengan pasien

dan keluarga pasien Instalasi Gawat Darurat RSUD Dr.Iskak

Tulungagung?

2.3.1 Tujuan Khusus

1) Mengidentifikasi prosedur interaksi antara perawat dengan pasien

dan keluarga pasien di Instalasi Gawat Darurat RSUD Dr Iskak

Tulungagung

2) Mengidentifikasi prosedur interaksi antara perawat dengan pasien

dan keluarga pasien berdasarkan kritisi jurnal

3) Membandingkan prosedur interaksi antara perawat dengan pasien

dan keluarga pasien di Instalasi Gawat Darurat RSUD Dr Iskak

Tulungagung dan di dalam jurnal

1.4 Manfaat

Sebagai dasar informasi dan evidence based practice untuk

meningkatkan kualitas pelayanan pada pasien dan keluarga di Instalasi Gawat

Darurat RSUD Dr Iskak Tulungagung. Selain itu dapat dijadikan dasar

membangun kualitas program rumah sakit, sebagai indikator meningkatkan

Page 3: Makalah Fixx

performance, sebagai proses yang berkelanjutan dalam menentukan tujuan

yang pada akhirnya berdampak pada kualitas pelayanan tertinggi rumah sakit.

Page 4: Makalah Fixx

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

1. DEFINISI KOMUNIKASIKomunikasi merupakan suatu proses sosial yang sangat mendasar dan

vital dalam kehidupan manusia. Dikatakan mendasar karena setiap

masyarakat manusia, baik yang primitif maupun yang modern, berkeinginan

mempertahankan suatu persetujuan mengenai berbagai aturan sosial melalui

komunikasi. Dikatakan vital karena setiap individu memiliki kemampuan untuk

berkomunikasi dengan individu – individu lainnya sehingga meningkatkan

kesempatan individu itu untuk tetap hidup (Rakhmat, 2001).

Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasl dari

bahasa Latin communis yang berarti “sama”, communico, communicatio, atau

communicare yang berarti “membuat sama” (to make common). Istilah

pertama (communis) adalah istilah yang paling sering sebagai asal usul

komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya yang mirip.

Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu

pesan dianut secara sama (Mulyana, 2005 : 4).

Secara paradigmatis, komunikasi adalah proses penyampaian suatu

pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau mengubah

sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan maupun tal

langsung melalui media (Effendy, 2006 : 5).

Pengertian komunikasi menurut Berelson dan Starainer dalam Fisher

adalah penyampaian informasi, ide, emosi, keterampilan, dan seterusnya

melalui penggunaan simbol kata, angka, grafik dan lain-lain.

Menurut Galvin dan Brommel, komunikasi keluarga adalah sebuah

symbol proses transaksi dalam membuat dan membagikan arti dari keluarga

tersebut dimana setiap anggota keluarga mempunyai pola dan cara yang unik

dalam berkomunikasi.

Jelas dan fungsionalnya sebuha komunikasi dalam keluarga menjadi

sebuah sarana untuk mempertahankan pengasuhan di lingkungan yang

didasarkan pada perasaan yang mengarah pada rasa rendah diri dan

penghargaan diri. Buruknya komunikasi dalam keluarga merupakan sebab

Page 5: Makalah Fixx

utama terjadinya ketidakpercayaan yang akan memperusak fungsi keluarga

tersebut.

Komunikasi dalam interaksi keluarga penyampai pesan dapat ayah, ibu,

orang tua, anak, suami, isteri, mertua, kakek, nenek. Begitupun sebagai

penerima pesan. Pesan yang disampaikan dapat berupa informasi,

nasihat,petunjuk, pengarahan, meminta bantuan Komunikasi yang terjadi

dalam keluarga merupakan komunikasi yang unik. Komunikasi yang terjadi

dalam keluarga melibatkan paling sedikit dua orang yang mempunyai sifat ,

nilai-nilai, pendapat, sikap, pikiran dan perilaku yang khas dan berbeda-beda.

Relasi orang tua dan anak dipengaruhi dan ditentukan oleh sikap orang

tua.Sikap yang berhubungan dengan afeksi dan dominasi; ada orang tua yang

mendominasi, yang memanjakan, acuh tak acuk dan oang tua akrab, terbuka,

bersahabat .Sikap orang tua yang berhubungan dengan ambisi dan minat

yaitu sikapp orang tua yang mengutamakan sukses sosial, milik keduniswian,

suasana keagamaan dan nilai-nilai artistic.Perbedaan struktur sosial dapat

menyebabkan perbedaan relasi antara orang tua dan anak.

1. Masyarakat industri modern : anak sering kurang melakukan relasi

dengan orang tuanya sehingga koordinasi relasi lemah.

2. Masyarakat pertanian : terdapat relasi yang dekat dengan tetangga dekat

3. Masyarakat yang mengenal pemisahan orang dewasa dan anak : banyak

menimbulkan prasangka

4. Kehidupan di rumah sewaan (di kota besar) dan rumah sederhana (di

desa) : Proses hidup dan kehidupan terbuka

1.1 ELEMEN KOMUNIKASI1. Sumber

Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai

pembuat atau pengirim informasi. Dalam komunikasi antarmanusia,

sumber bisa terdiri dari satu orang, tetapi bisa juga dalam bentuk

kelompok misalnya partai, organisasi atau lmbaga. Sumber sering

disebut pengirim, komunikastor atau dalam bahasa Inggrisnya disebut

source, sender atau encode.

Page 6: Makalah Fixx

2. Pesan

Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang

disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan

cara tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu

pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat atau propaganda. Dalam bahasa

Inggris pesan biasanya diterjemahkan dengan kata message, content atau

information.

3. Media

Media yang dimaksud di sini adalah alat yang digunakan untuk

memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Terdapat beberapa

pendapat mengenai saluran atau media. Ada yang menilai bahwa media

bisa bermacam-macam bentuknya, misalnya dalam komunikasi

antarpribadi pancaindera dianggap sebagai media komunikasi.

4. Penerima

Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim

oleh sumber. Penerima bisa saja satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk

kelompok, partai atau negara. Penerima biasa disebut dengan berbagai

macam istilah, seperti khalayak, sasaran, komunikan, atau dalam bahasa

Inggrisnya disebut audience atau receiver. Dalam proses komunikasi telah

dipahami bahwa keberadaan penerima adalah akibat karena adanya

sumber. Tidak ada penerima jika tidak ada sumber. Penerima adalah

elemen penting dalam proses komunikasi, karena dialah yang menjadi

sasaran dari komunikasi.

5. Interaksi

Page 7: Makalah Fixx

Interaksi merupakan bingkai dalam pengiriman dan penerimaan

suatu pesan, termasuk di dalam nya respon dari penerima dan pengirim.

Interaksi dapat menjadi dimanis, dimana merubah proses komunikasi antar

individu.

6. Efek

Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan,

dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima

pesan. Pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku

seseorang, karena pengaruh juga bisa diartikan perubahan atau

penguatankeyakinan pada pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang

sebagai akibat penerimaan pesan.

7. Umpan balik

Ada yang beranggapan bahwa umpan balik sebenarnya adalah

salah satu bentuk daripada pengaruh yang berasal dari penerima. Akan

tetapi sebenarnya umpan balik bisa juga berasal dari unsur lain seperti

pesan dan media, meski pesan belum sampai pada penerima. Misalnya

sebuah konsep surat yang memerlukan perubahan sebelum dikirim, atau

alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan ittu mengalami gangguan

sebelum sampai ke tujuan. Hal-al seperti ini menjadi tanggapan balik yang

diterima oleh sumber.

8. Lingkungan

Lingkungan atau situasi adalah faktor-faktor tertentu yang dapat

mempengaruhi jalannya komunikasi. Faktor ini dapat digolongkan atas

empat macam, yakni lingkungan fisik, lingkungan sosial budaya,

lingkungan psikologis, dan dimensi waktu.

1.2 PRINSIP-PRINSIP KOMUNIKASI

a. Semua perilaku adalah komunikasi. Dalam berbagai situasi, baik dua orag

atau lebih, individu bisa atau tidak menggunakan komunikasi verbal, akan

tetapi tidak dapat luput dari komunikasi nonverbal termasuk didalamnya

seperti gaya tubuh dalam mengekpresikan sesuatu.

b. Bahwa komunikasi mempunyai dua tingkat yaitu informasi (isi) dan

perintah (intruksi). Isi yaitu apa yang sebenarnya sedang dikatakan

(bahasa verbal). Sedangkan intruksi adalah menyampaikan maksud dari

Page 8: Makalah Fixx

pesan (Goldenberg, 2000). Isi suatu pesan dapat saja berupa pernyataan

sederhana, tetapi mempunyai meta – pesan atau intruksi bergantung

pada variable seperti emosi dan alur bicara, gerakan dan posisi tubuh

serta nada suara.

c. Berhubungan dengan “pemberian tanda baca (pungtuasi) (Watzlawick et

al., 1967) atau rangkaian komunikasi” (Bateson, 1979). Komunikasi

melibatkan transaksi, dan dalam pertukaran tiap respon berisi komunikasi

berikutnya, selain riwayat hubungan sebelumnya (Hartman & Laird,

1983).

d. Komunikasi diuraikan oleh Watzlick dan rekannya (1979) terdapat dua

tipe komunikasi yaitu, digital dan analogik. Komunikasi digital adlah

komunikasi verbal (bahasa isyarat) yang pada dasarnya menggunakan

kata dengan pemahaman arti yang sama. Sedangkan komunikasi

analaogik yaitu idea tau suatu hal yang dikomunikasikan, dikirim secara

nonverbal dan sikap yang representative (Hartman & Laird, 1983).

Komunikasi analogik dikenal sebagai bahasa tubuh , ekspresi tubuh,

ekspresi wajah, irama dan nada kata yang diucapkan (isyarat) berbagai

manifestasi non verbal lainnya (non bahasa) yang dapat dilakukan oleh

seseorang (Watzlick et al, hal 62).

e. Diuraikan oleh kelompok yang sama dari beberapa ahli teori komunikasi

keluarga (Watzlick, Beavin, & Jackson, 1967) yang disebut prinsip

redundasi (kemubadziran). Prinsip ini merupakan dasar pengembangan

penelitian keluarga yang menggunakan keterbatasan pengamatan

interaksi keluarga sehingga dapat memberikan penghayatan yang valid

kedalam pola umum komunikasi

f. Semua interaksi komunikasi yang simetris atau komplementer. Pola

komunikasi simetris adalah perilaku pelaku bercermin pada perilaku

pelaku interkasi yang lainnya. Sedangkan komukasi komplementer adalah

perilaku seorang pelaku interaksi melengkapi perilaku pelaku interkasi

lainnya. Jika satu dari dua tipe komunikasi tersebut digunakan secara

konsisten dalam hubungan keluarga, tipe komunikasi ini mencerminkan

nilai dan peran serta anggota keluarga dan pengaturan kekuasaan

keluarga (Batson, dkk., 1963).

1.3 SALURAN KOMUNIKASI

Page 9: Makalah Fixx

Saluran informasi adalah rute atau cara informasi sampai kepada

penerima. Dalam jaringan komunikasi menggunakan saluran dalam

menyampaikan pesan kepada orang lain . Saluran informasi dapat bervariasi

tergantung setting hubungan tiap orang.

Seseorang menggunakan saluran tertentu, sebagai saluran sementara

atau sewaktu-waktu dalam interaksi dengan orang lain. Kadang-kadang

saluran ini dikembangkan sebagai hal yang menetap dan berakar bersama

perkembangan pribadinya.Saluran mana yang digunakan , tergantung pada

pengalaman belajar sebelumnya dan tergantung pada intensitas ancaman

yang diperoleh dan dirasakannya serta kecemasan yang menyertai

tanggapan akan ancaman itu.

Saluran komunikasi tersebut meliputi :

1. Konsonan : adalah komunikasi dimana perasaan dan perilaku dinyatakan

seiring dan searti dengan pesan yang diberikan . Orang yang

menggunakan saluran ini adalah orang yang merasa aman untuk

mengatakan apa saja yang ada dalam benaknya.

2. Celaan : reaksi yang biasa dilakukan oleh orang yang merasa dirinya selalu

terancam, dalam bentuk menggerutu, kritik yang berlebihan atau bersikap

kasar. Orang pencela ini biasanya menderita harga diri rendah, dan

berusaha meningkatkannya dengan mencela atau mencemoohkan orang

lain.

3. Kepatuhan : Orang yang patuh biasanya cenderung untuk menyalahkan

dirinya sendiri apabila terjadi sesuatu yang menimpa diriya atau

keluarganya .Biasanya anggota keluarga lain mempergunakan saluran

komunikasi celaan terhadap anggota keluarga yang seperti ini.

4. Intelektualisasi : Saluran ini memusatkan memusatkan interaksi pada

kemampuan rasional, kemampuan mental dan kemampuan

intelektual.Dalam perilakunya orang semacam ini menampilkan diri sebagai

orang tanpa perasaan. Orang semacam ini melakukan tindakan tidak

sesuai dengan perasaannya, atau ia dalam konflik antara pikiran dan

perasaannya.

5. Acuh tak acuh : Saluran ini merupakan saluran tidak sehat, yang

bersumber pada ketakutan, kemarahan dan keinginan untuk memanipulasi

Page 10: Makalah Fixx

orang lain. Komunikasi ini sering muncul dalam bentuk bungkam, sikap

tidak peduli, tanpa memperhatikan yang diajak berbicara

1.4 PROSES KOMUNIKASI YANG BAIKKomunikasi fungsional dipandang sebagai landasan keberhasilan

komunikasi yang sehat (Watzlick & Goldberg, 2000) dan komunikasi

fungsional didefinisikan sebagai pengiriman dan penerima pesan baik isi

maupun tingkat instruksi pesan yang langsung dan jelas (Sells,1973), serta

sebagai sasaran antara isi dan tingkat instruksi. Dengan kata lain komunikasi

fungsional dan sehat memerlukan pengirim untuk mengirimkan maksud

pesan melalui saluran yang relatif jelas dan penerima pesan mempunyai

pemahaman arti yang sama dengan apa yang dimaksud oleh pengirim

(Sells). Proses komunikasi fungsional terdiri dari beberapa unsur, antara lain :

1. Pengiriman Fungsional

Satir (1967) menjelaskan bahwa pengiriman yang berkomunikasi secara

fungsional dapat menyatakan maksudnya dengan tegas dan jelas,

mengklarifikasi dan mengualifikasi apa yang ia katakan, meminta umpan

balik dan terbuka terhadap umpan balik.

a) Menyatakan kasus dengan tegas dan jelas

Salah satu landasan untuk secara tegas menyatakan maksud

seseorang adalah penggunaan komunikasi yang selaras pada tingkat isi

dan instruksi (Satir,1975)

b) Intensitas dan keterbukaan.

Intensitas berkenaan dengan kemampuan pengirim dalam

mengkomunikasikan persepsi internal dari perasaan, keinginan,dan

kebutuhan secara efektif dengan intensitas yang sama dengan persepsi

internal yang dialaminya. Agar terbuka, pengirim fungsional

menginformasikan kepada penerima tentang keseriusan pesan dengan

mengatakan bagaimana penerima seharusnya merespon pesan

tersebut.

c) Mengklarifikasi dan mengualifikasi pesan

Karakteristik penting kedua dari komunikasi yang fungsional menurut

Satir adalah pernyataan klarifikaasi daan kualifikaasi. Pernyataan

tersebut memungkinkan pengirim untuk lebih spesifik dan memastikan

persepsinya terhadap kenyataan dengan persepsi orang lain.

Page 11: Makalah Fixx

d) Meminta umpan balik

Unsur ketiga dari pengirim fungsional adalah meminta umpan balik,

yang memungkinkan ia untuk memverifikasi apakah pesan diterima

secara akurat, dan memungkinkan pengirim untuk mendapatkan

informasi yang diperlukan untuk mengklarifikasi maksud.

e) Terbuka terhadap umpan balik

Pengirim yang terbuka terhadap umpan balik akan menunjukkan

kesediaan untuk mendengarkan, bereaksi tanpa defensive, dan

mencoba untuk memahami. Agar mengerti pengirim harus mengetahui

validitas pandangan penerima. Jadi dengan meminta kritik yang lebih

spesifik atau pernyataan “memastikan”, pengirim menunjukkan

penerimaannya dan minatnya terhadap umpan balik.

2. Penerima Fungsional

Penerima fungsional mencoba untuk membuat pengkajian maksud suatu

pesa secara akurat. Dengan melakukan ini, mereka akan lebih baik

mempertimbangkan arti pesan dengan benar dan dapat lebih tepat

mengkaji sikap dan maksud pengirim, serta perasaan yang diekspresikan

dalam metakomunikasi. Menurut Anderson (1972), penerima fungsional

mencoba untuk memahami pesan secara penuh sebelum

mengevaluasi.ini berarti bahwa terdapat analisis motivasi dan

metakomunikasi, serta isi. Informasi baru, diperiksa dengan informasi

yang sudah ada, dan keputusan untuk bertindak secara seksama

dipertimbangkan. Mendengar secara efektif, memberi umpan balik, dan

memvalidasi tiga teknik komunikasi yang memungkinkan penerima untuk

memahami dan merespons pesan pengirim sepenuhnya.

a. Mendengarkan

Kemampuan untuk mendengar secara efektif merupakan kualitas

terpenting yang dimiliki oleh penerima fungsional. Mendengarkan

secara efektif berarti memfokuskan perhatian penuh pada seseorang

terhadap apa yang sedang dikomunikasikannya dan menutup semua

hal yang akan merusak pesan. Penerima secara penuh

memperhatikan pesan lengkap dari pengirim bukan menyalahartikan

arti dari suatu pesan. Pendengar pasif merespons dengan ekspresi

datar dan tampak tidak peduli sedangkan pendengar aktif dengan

Page 12: Makalah Fixx

sikap mengomunikasikan secara aktif bahwa ia mendengarkan.

Mengajukan pertanyaan merupakan bagian penting dari

mendengarkan aktif (Gottman, Notarius, Gonso dan Markman, 1977).

Mendengarkan secara aktif berarti menjadi empati, berpikir tentang

kebutuhan, dan keinginan orang lain, serta menghindarkan terjadinya

gangguan alur komunikasi pengirim.

b. Memberikan umpan balik

Karakteristik utama kedua dari penerima fungsional adalah

memberikan umpan balik kepada pengirim yang memberitahu

pengirim bagaimana penerima menafsirkan pesan. Pernyataan ini

mendorong pengirim untuk menggali lebih lengkap. Umpan balik juga

dapat melalui suatu proses keterkaitan, yaitu penerima membuat

suatu hubungan antara pengalaman pribadi terdahulu atau kejadian

terkait dengan komunikasi pengirim.

c. Memberi validasi

Dalam menggunakan validasi penerima menyampaikan

pemahamannya terhadap pemikiran dan perasaan pengirim. Validasi

tidak berarti penerima setuju dengan pesan yang dikomunikasikan

pengirim, tetapi menunjukan penerimaan atas pesan tersebut

berharga.

Komunikasi yang efektif menurut Cutlip dan Center, komunikasi yang efektif

harus dilaksanakan dengan melalui empat tahap , yaitu :

1. Fact finding : Untuk berbicara perlu dicari fakta dan ata tentang komunikan

berkenaan dengan keinginan dan komposisinya

2. Planning : rencana tentang apa yang akan dikemukakan dan bagaimana

mengemukakannya berdasarkan fakta dan data yang diperoleh

3. Communicating : berkomunikasi berdasarkan planning yang telah disusun

4. Evaluation :Penilaian dan analisis untuk melihat bagaimana hasil

komunikasi tersebut.

Proses komunikasi mulai bila seseorang bicara pada orang lain nya , karena

dia memiliki sesuatu kebutuhan. Bicara adalah suatu usaha untuk berkomunikasi

dengan orang lain di luar dirinya. Jenis hubungan antar pribadi ,yaitu :

1. Tahap perkenalan :

Page 13: Makalah Fixx

terbatas pada pertukaran informasi Pada tahap perkenalan jenis hubungan

pribadi dikategorikan sebagai kenalan. karena jenis hubungan antar pribadi

seperti ini sangat terbatas pada pertukaran informasi. Pada pertemuan

pertama saling mengenal , yang diutarakan hanya beberapa informasi. Dua

pribadi belum terlibat dalam cerita-cerita yang berifat pribadi.Hubungan pada

tahap perkenalan, dapat dikategorikan tahap pasif, yang mengutamakan

perhatian terhadap komunikan, tanpa menanyakan apa-apa; tahap aktif ,

yaitu mengajukan pertanyaan, memperhatikan dan mendengarkan

komunikan; tahap interaktif yaitu tahap memanipulasi komunikan agar

komunikator bisa memperoleh informasi melalui perilaku komunikan.

2. Tahap persahabatan :

komunikator dan komunikan merasa memiliki kedudukan yang sama yang

saling memberikan perhatian. Persahabatan memiliki beberapa fungsi , yaitu

membagi pengalaman, agar dua pihak sama-sama puas dan sukses,

menunjukkan dukungan emosional, sukarela membantu kalau diperlukan,

berusaha membuat pihak lain senang, membantu sesama, bila dia

berhalangan untuk sesuatu urusan.

3. Tahap keakraban dan keintiman :

interaksi dilakukan berulang-ulang dengan derajat kebebasan dan

keterbukaan yang sangat tinggi.Derajat keterbukaan mempengaruhi untuk

terjadinya perubahan pikiran, perasaan dan perilaku.Hubungan pribadi yang

intim dan akrab banyak dipengaruhi emosi.Keakraban dan keintiman

antarpribadi terjadi karena dua pribadi memiliki banyak kesamaan,

sehinggga membuat hubungan mereka menjadi satu.Keadaan tersebut

dapat menimbulkan rasa cinta yang dapat menentukan relasi selanjutnya.

4. Hubungan suami dengan isteri :

keterbukaan tak terbatas, memberi dan menerima seluruh hidupnya dalam

kelebihan kekurangan, bahkan sampai akhir hayat.

5. Hubungan orang tua dengan anak :

menumbuhkan perasaan kita yang mendalam , diantara mereka. Jenis

hubungan ini ditandai dengan prinsip hubungan ketat, berdasarkan pertalian

darah.Perasaan yang tumbuh adalah perasaan yang mendalam pada prinsip

rasa kita dari pada rasa mereka.

6. Hubungan persaudaraan :

Page 14: Makalah Fixx

perasaan cinta antara anak-anak dari ayah dan ibu yang sama. Cinta yang

menandai hubungan persaudaraan itu berdasarkan emosi.Kedekatan intra

anggota keluarga akan membawa dampak bagi keluarga lain.

Sembilan cara untuk merubah pikiran orang tanpa menimbulkan rasa kecewa

dan mendongkol , yaitu :

1. Mulailah dengan memberikan pujian yang ikhlas

2. Jika menunjukkan kesalahan orang, lakukanlah dengan cara yang tidak

langsung

3. Berbicaralah tentang kesalahan diri sendiri, sebelum mengecam orang lain

4. Berilah perintah dalam bentuk usul

5. Usahakan jangan sampai menyinggung perasaan orang

6. Pujilah perbaikan-perbaikan yang bagaimanapun kecilnya dan jika

memberikan pujian lakukan dengan ikhlas

7. Berilah reputasi (nama baik) , supaya ia mempertahankannya

8. Bersikaplah seolah-olah kesalahan mereka mudah diperbaiki dan

pekerjaannnya mudah dilakukan

9. Usahakan supaya orang lain suka melakukan, apa yang kita inginkan.

1.5 PROSES KOMUNIKASI YANG TIDAK BAIKProses Komunikasi yang tidak baik atau difungsional, meliputi:

1. Pengirim Disfungsional

Komunikasi pengirim disfungsional sering tidak efektif pada satu atau lebih

karakteristik dasar dari pengirim fungsional. Dalam menyatakan kasus,

mengklarifikasi dan mengkulifikasi, dalam menguraikan dan keterbukaan

terhadap umpan balik. Penerima sering kali ditinggalkan dalam kebingungan

dan harus menebak apa yang menjadi pemikiran atau perasaan pengirim

pesan. Komunikasi pengirim disfungsional dapat bersifat aktif atau defensif

secara pasif serta sering menuntut untuk mendapatkan umpan balik yang

jelas dari penerima. Komunikasi yang tidak sehat terdiri dari :

a. Membuat asumsi

Ketika asumsi dibuat, pengim mengandalkan apa yang penerima rasakan

atau pikiran tentang suatu peristiwa atau seseorang tanpa memvalidasi

persepsinya. Pengirim disfungsional biasanya tidak menyadari asumsi

Page 15: Makalah Fixx

yang mereka buat, ia jarang mengklarifikasi isi atau maksud pesaan

sehingga dapat terjadi distorsi pesan. Apabila hal ini terjadi, dapat

menimbulkan kemarahan pada penerima yang diberi pesan, yang

pendapat serta perasaan yant tidak dianggap.

b. Mengekspresikan perasaan secara tidak jelas

Tipe lain dari komunikasi disfungsional oleh pengirim adalah

pengungkapan perasaan tidak jelas, karena takut ditolak, ekspresi

perasaan pengirim dilakukan dengan sikap terselubung dan sama sekali

tertutup. Komunikasi tidak jelas adalah “sangat beralasan” (Satir, 1991)

apabila kata-kata pengirim tidak ada hubunganya dengan apa yang

dirasakan. Pesan dinyatakan dengan cara yang tidak emosional. Berdiam

diri merupakan kasus lain tentang pengungkapan perasaan tidak jelas.

Pengirim merasa mudah tersinggung terhadap penerima yang tetap tidak

mengungkapkan kemarahannya secara terbuka atau mengalihkan

perasaannya ke orang atau benda lain.

c. Membuat respon yang menghakimi

Respon yang menghakimi adalah komunikasi disfungsional yang ditandai

dengan kecenderungan untuk konstan untuk menbgevaluasi pesan yang

menggunakan system nilai pengirim. Pernyataan yang menghakimi selalu

mengandung moral tambahan. Pesan pernyataan tersebut jelas bagi

penerima bahwa pengirim pesan mengevaluasi nilai dari pesan orang lain

sebagai “benar”, atau “salah”, “baik” atau “buruk”, “normal” atau “tidak

normal”.

d. Ketidakmampuan untuk mendefinisikan kebutuhan sendiri

Pengirim disfungsional tidak hanya tidak mampu untuk menekspresikan

kebutuhangnya. Namun juga karena takut ditolak menjadi tidak mampu

mendefenisikan prilaku yang ia harapkan dari penerima untuk memenuhi

kebutahan mereka. Sering kali pengirim disfungsional tidak sadar merasa

tidak berharga, tidak berhak untuk mengungkapkan kebutuhan atau

berharap kebutuhan pribadinya akan dipenuhi.

e. Komunikasi yang tidak sesuai

Penampilan komunikasi yang tidak sesuai merupakan jenis komunikasi

yang disfungsional dan terjadi apabila dua pesan yang bertentangan atau

lebih secara serentak dikiri (Goldenberg, 2000). Penerima ditinggalkan

Page 16: Makalah Fixx

dengan teka-teki tentang bagaimana harus merespon. Dalam kasus

ketidaksesuaian pesan verbal dan nonverbal, dua atau lebih pesan literal

dikirim secara secara serentak bertentangan satu sama lain. Pada

ketidaksesuaian verbal nonverbal pengirim mengkomunikasikan suatu

pesan secara verbal, namun melakukan metakomunikasi nonverbalyang

bertentangan dengan pesan verbal. Ini biasanya diketahuinsebagai

“pesan campuran”, misalnya “ saya tidak marah pada anda” diucapakan

dengan keras, nada suara tinggi dengan tangan menggempal.

2. Penerima Disfungsional

Jika penerima disfungsional, terjadi komunikasi yang terputus karena pesan

tidak diterima sebagaimana dimaksud, karena kegagalan penerima untuk

mendengarkan, atau menggunakan diskualifikasi. Merespon secara ofensif,

gagal menggali pesan pengirim, gagal memvalidasi pesan, merupakan

karakterstik disfungsional lainnya.

a. Gagal untuk mendengarkan

Dalam kasus gagal untuk mendengarkan, suatu pesan dikirim, namun

penerima tidak memperhatikan atau mendengarkan pesan tersebut.

Terdapat beberapa alasan terjadinya kegagalan untuk mendengarkan,

berkisar dari tidak ingin memerhatikan hingga tidak memiliki kemampuan

untuk mendengarkan. Hal ini biasanya terjadi karena distraksi, seperti

bising, waktu yang tidak tepat, kecemasan tinggi, atau hanya karena

gangguan pendengaran.

b. Menggunakan diskualifikasi

Penerima disfungsional dapat menerapkan pengelakkan untuk

mendiskualifikasi suatu pesan dengan menghindari isu penting.

Diskualifikasi adalah respon tidak langsung yang memungkinkan

penerima untuk tidak menyetujui pesan tanpa memungkinkan penerima

untuk tidak menyetujui pesan tanpa benar-benar tidak menyetujuinya.

c. Menghina

Sikap ofensif komunikasi menunjukkan bahwa penerima pesan bereaksi

secara negatif, seperti sedang terancam. Penerima tampak bereaksi

secara defensif terhadap pesan yang mengasumsikan sikap oposisi dan

mengambil posisi menyerang. Pernyataan dan permintaan dibuat dengan

konsisten dengan sikap negatif atau dengan harapan yang negatif.

Page 17: Makalah Fixx

d. Gagal menggali pesan pengirim

Untuk mengklarifikasi maksud atau arti dari suatu pesan, penerima

fungsional mencari penjelasan lebih lanjut. Sebaliknya, penerima

disfungsional menggunkan respon tanpa menggali, seperti membuat

asumsi, memberikan saran yang prematur, atau memutuskan komunikasi.

e. Gagal memvalidasi pesan

Validasi berkenaan dengan penyampaian penerimaan penerima. Oleh

karena itu, kurangnya validasi menyiratkan bahwa penerima dapat

merespon secara netral atau mendistorsi dan menyalahtafsirkan pesan.

Mengasumsikan bukan mengklarifikasi pemikiran pengirim adalah suatu

contoh kurangnya validasi.

3. Pengirim dan Penerima Disfungsional

Dua jenis urutan interaksi komunikasi yang tidak sehat, melibatkan baik

pengirim maupun penerima, juga secara luas didiskusikan dalam literatur

komunikasi. Komunikasi yang tidak sehat merupakan kominikasi yang

mencerminkan pembicaraan “ parallel” yang menunjukan ketidakmampuan

untuk memfokuskan pada suatu isu.

Dalam pembicraan parallel, setiap individu dalam interaksi secara konstan

menyatakan kembali isunya tanpa betul-beetul mendengarkan pandangan

orang lain atau mengenali kebutuhan orang lain. Orang yang berinteraksi

disfungsional, mungkin tidak mampu untuk memfokuskan pada satu isu. Tiap

individu melantur dari satu isu ke isu lain bukannya menyelesaikan satu

masalah atau meminta suatu pengungkapan.

1.6 POLA KOMUNIKASI YANG BAIKDevito dalam bukunya The Interpersonal Communication Book

mengungkapkan empat pola komunikasi keluarga pada umumnya, yaitu :

1. Pola Komunikasi Persamaan (Equality Pattern)

Dalam pola ini, tiap individu membagi kesempatan komunikasi secara

merata dan seimbang, peran yang dimainkan tiap orang dalam keluarga

adalah sama. Tiap orang dianggap sederajat dan setara kemampuannya,

bebas mengemukakan ide-ide, opini, dan kepercayaan. Komunikasi yang

terjadi berjalan dengan jujur, terbuka, langsung, dan bebas dari pemisahan

kekuasaan yang terjadi pada hubungan inerpersona lainnya. Dalam pola ini

Page 18: Makalah Fixx

tidak ada pemimpin dan pengikut, pemberi pendapat dan pencari pendapat,

tiap orang memainkan peran yang sama.

Komunikasi memperdalam pengenalan satu sama lain, melalui

intensitas, kedalaman dan frekuensi pengenalan diri masing-masing, serta

tingkah laku nonverbal seperti sentuhan dan kontak mata yang seimbang

jumlahnya. Tiap orang memiliki hak yang sama dalam pengambilan

keputusan, baik yang sederhana seperti film yang akan ditonton maupun

yang penting seperti sekolah mana yang akan dimasuki anak-anak, membeli

rumah, dan sebagainya. Konflik yang terjadi tidak dianggap sebagai

ancaman.

Masalah diamati dan dianalisa. Perbedaan pendapat tidak dilihat

sebagai salah satu kurang dari yang lain tetapi sebagai benturan yang tak

terhindarkan dari ide-ide atau perbedaan nilai dan persepsi yang merupakan

bagian dari hubungan jangka panjang. Bila model komunikasi dari pola ini

digambarkan, anak panah yang menandakan pesan individual akan sama

jumlahnya, yang berarti komunikasi berjalan secara timbal balik dan

seimbang.

2. Pola Komunikasi Seimbang Terpisah (Balance Split Pattern)

Dalam pola ini, persamaan hubungan tetap terjaga, namun dalam

pola ini tiap orang memegang kontrol atau kekuasaan dalam bidangnya

masing-masing. Tiap orang dianggap sebagai ahli dalam wilayah yang

berbeda. Sebagai contoh, dalam keluarga biasa, suami dipercaya untuk

bekerja/mencari nafkah untuk keluarga dan istri mengurus anak dan

memasak. Dalam pola ini, bisa jadi semua anggotanya memiliki pengetahuan

yang sama mengenai agama, kesehatan, seni, dan satu pihak tidak dianggap

lebih dari yang lain.

Konflik yang terjadi tidak dianggap sebagai ancaman karena tiap

orang memiliki wilayah sendiri-sendiri. Sehingga sebelum konflik terjadi,

sudah ditentukan siapa yang menang atau kalah. Sebagai contoh, bila konflik

terjadi dalam hal bisnis, suami lah yang menang, dan bila konflik terjadi dalam

hal urusan anak, istri lah yang menang. Namun tidak ada pihak yang dirugikan

oleh konflik tersebut karena masing-masing memiliki wilayahnya sendiri-

sendiri.

3. Pola Komunikasi Tak Seimbang Terpisah (Unbalanced Split Pattern)

Page 19: Makalah Fixx

Dalam pola ini satu orang mendominasi, satu orang dianggap

sebagai ahli lebih dari setengah wilayah komunikasi timbal balik. Satu orang

yang mendominasi ini sering memegang kontrol. Dalam beberapa kasus,

orang yang mendominasi ini lebih cerdas atau berpengetahuan lebih, namun

dalam kasus lain orang itu secara fisik lebih menarik atau berpenghasilan

lebih besar. Pihak yang kurang menarik atau berpenghasilan lebih rendah

berkompensasi dengan cara membiarkan pihak yang lebih itu memenangkan

tiap perdebatan dan mengambil keputusan sendiri.

Pihak yang mendominasi mengeluarkan pernyataan tegas, memberi

tahu pihak lain apa yang harus dikerjakan, memberi opini dengan bebas,

memainkan kekuasaan untuk menjaga kontrol, dan jarang meminta pendapat

yang lain kecuali untuk mendapatkan rasa aman bagi egonya sendiri atau

sekedar meyakinkan pihak lain akan kehebatan argumennya. Sebaliknya,

pihak yang lain bertanya, meminta pendapat dan berpegang pada pihak yang

mendominasi dalam mengambil keputusan.

4. Pola Komunikasi Monopoli (Monopoly Pattern)

Satu orang dipandang sebagai kekuasaan. Orang ini lebih bersifat

memerintah daripada berkomunikasi, memberi wejangan daripada

mendengarkan umpan balik orang lain. Pemegang kekuasaan tidak pernah

meminta pendapat, dan ia berhak atas keputusan akhir. Maka jarang terjadi

perdebatan karena semua sudah mengetahui siapa yang akan menang.

Dengan jarang terjadi perdebatan itulah maka bila ada konflik

masing-masing tidak tahu bagaimana mencari solusi bersama secara baik-

baik. Mereka tidak tahu bagaimana mengeluarkan pendapat atau

mengugkapkan ketidaksetujuan secara benar, maka perdebatan akan

menyakiti pihak yang dimonopoli. Pihak yang dimonopoli meminta ijin dan

pendapat dari pemegang kuasa untuk mengambil keputusan, seperti halnya

hubungan orang tua ke anak. Pemegang kekuasaan mendapat kepuasan

dengan perannya tersebut dengan cara menyuruh, membimbing, dan

menjaga pihak lain, sedangkan pihak lain itu mendapatkan kepuasan lewat

pemenuhan kebutuhannya dan dengan tidak membuat keputusan sendiri

sehingga ia tidak akan menanggung konsekuensi dari keputusan itu sama

sekali.

5. Pola Komunikasi Fungsional

Page 20: Makalah Fixx

a. Berkomunikasi Secara Jelas dan Selaras

Keselarasan merupakan bangunan kunci dalam model komunikasi

dan pertumbuhan. Keselarasan adalah suatu keadaan dan cara

berkomunikasi dengan diri sendiri dan orang lain. Ketika seseorang

berkomunikasi dengan selaras terdapat konsistensi dengan selaras

terdapat konsistensi anatara tingkat isi dan instruksi kominikasi. Apa yang

sedang diucapkan, sama dengan isi pesan. Kata-kata yang diucapkan,

perasaan yang kita ekspresikan, dan perilaku yang kita tampilkan

semuanya konsisten. Komunikasi yang sehat merupakan suatu proses

yang sangat dinamis dan saling timbal balik. Pesan tidak hanya dikirim

dan diterima.

b. Komunikasi Emosional

Komunikasi emosional berkaitan dengan ekspresi emosi dan

perasaan dari perasaan marah, terluka, sedih, cemburu hingga bahagia,

kasih saying dan kemesraan (Wright & Leahey, 2000). Pada keluarga

fungsional perasaan anggota keluarga ddiekspresikan. Komunikasi afektif

pesan verbal dan nonverbal dari caring, sikap fisik sentuhan, belaian,

menggandeng dan memandang sangat penting, ekspresi fisik dari kasih

sayang pada kehidupan awal bayi dan anak-anak penting untuk

perkembangan respon afektif yang normal. Pola komunikasi afeksi verbal

menjadi lebih nyata dalam menyampaikan pesan afeksional, walaupun

pola mungkin beragam dengan warisan kebudayaan individu.

6. Area Komunikasi Yang Terbuka dan Keterbukaan diri

Pola komunikasi fungsional menghargai keterbukaan, saling menghargai

perasaan, pikiran, kepedulian, spontanitas, autentik dan keterbukaan diri.

Selanjutnya mampu mendiskusikan bidang kehidupan isu personal, sosial,

dan kepedulian serta tidak takut pada konflik. Area ini disebut komunikasi

terbuka. Dengan rasa hormat terhadap keterbukaan diri. Seseorang yang

terus terang dan jujur antar satu dengan yang lainnya adalah orang-orang

yang merasa yakin untuk mempertaruhkan interaksi yang berarti dan

cenderung untuk menghargai keterbukaan diri (mengungkapkan keterbukaan

pemikiran dan perasaan akrab).

2. INTERAKSI

Page 21: Makalah Fixx

Interaksi adalah hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi, ada

reaksi, pelakunya lebih dari satu, misalnya individu dengan individu, individu

dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok. Contohnya guru/dosen

mengajar merupakan contoh interaksi sosial antara individu dengan

kelompok. Interaksi sosial memerlukan syarat-syarat yaitu kontak sosial dan

komunikasi sosial. Kontak sosial dapat berupa kontak primer dan kontak

sekunder. Sedangkan komunikasi sosial dapat secara langsung maupun

tidak langsung.

Faktor yang mendasari terjadinya interaksi sosial meliputi imitasi, suatu

identifikasi, simpati, dan empati imitasi atau interaksi sosial. Setiap

masyarakat, manusia selama hidup pasti mengalami perubahan. Perubahan

dapat berupa perupbahan yang tidak menarik atau kurang mencakup

perubahan yang pengaruhnya terbatas maupun luas. Perubahan tersebut

akan terlihat dalam susunan kehidupan masyarakat pada suatu waktu atau

sekarang dibandingkan kehidupan masyarakat pada masa lampau. Hal

tersebut diiringi dengan perkembangan zaman yang semakin maju dan

modern. Perubahan-perubahan masyarakat dapat mengenai nilai-nilai sosial,

norma-norma sosial, pola perilaku, organisasi, susunan kelembagaan,

masyarakat kekuasaan wewenang interaksi sosial.

Definisi interaksi sosial menurut para ahli, yaitu sebagai berikut :

a. Maryati da suryawati (2003), interaksi sosial adalah kontak atau hubungan

timbal balik atau interstimulasi dan respons antar individu dan kelompok.

b. Murdiyatmoko dan Handayani (2004), interaksi sosial adalah hubungan

antara manusia yang menghasilkan suatu proses pengaruh-mempengaruhi

dan menghasilkan hubungan tetap dan pada akhirnya memungkinkan

pembentukan struktur sosial.

c. Young dan Raymond W. Mack, interaksi sosial adalah hubungan-hubungan

sosial yang dinamis dan menyangkut hubungan-hubungan antar individu

dengan kelompok maupun antar kelompok dengan kelompok.

d. Menurut Bonner, interaksi sosial adalah suatu hubungan yang antara dua

orang atau lebih individu, dimana kelakuan dari individu saling mempengaruhi

dan mengubah satu sama lainnya.

e. Thibaut dan Kelley mengemukakan pengertian interaksi sosial, interaksi

sosial merupakan peristiwa saling mempengaruhi satu sama lain ketika dua

Page 22: Makalah Fixx

orang atau lebih hadir secara bersamaan, mereka menciptakan suatu hasil

satu sama lain atau berkomunikasi antara satu sama lain.

f. Menurut pendapat Gillin, interaksi sosial adalah hubungan-hubungan sosial

yang dinamis, dimana menyangkut hubungan antarindividu dan kelompok

atau antarkelompok. Didalam hubungan sosial ini, individu maupun kelompok

bekerja sama atau yang berkonflik, melakukan interaksi baik itu formal atau

tidak formal yang dilakukan secara langsung atau tidak langsung.

g. Menurut Homans, pengertian interaksi sosial ialah suatu proses dimana

aktivitas yang dilakukan oleh seseorang terhadap individu lain diberikan

ganjaran atau hukuman dengan menggunakan suatu tindakan oleh individu

lain yang menjadi pasangannya. Dalam hal ini, suatu tindakan yang dilakukan

oleh seseorang dalam interaksi merupakan suatu reaksi balasan bagi

tindakan individu lain yang menjadi pasangannya.

h. Menurut Macionis adalah suatu proses sosial yang menimbulkan rekasi

sebagai akibat daripada aksi yang dilakukan seseorang dalam hubungan

dengan orang lain, dalam hal ini proses bertindak disebut dengan aksi dan

membalas tindakan disebut reaksi.

i. Menurut Walgito, pengertian interaksi sosial ialah hubungan timbale balik

antara individu yang satu dengan individu yang lainnya. Dalam hal ini individu

yang satu dapat mempengaruhi individu lain maupun sebaliknya antara

individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok.

Dari pengertian interaksi sosial yang diungkapkan para pakar diatas,

dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian interaksi sosial adalah suatu proses

sosial dimana terjadi hubungan antara individu yang satu dengan yang lainnya,

individu dengan kelompok maupun yang terjadi antara kelompok dengan

kelompok.

Bentuk umum dari proses sosial merupakan interaksi sosial. Interaksi sosial

adalah syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Dalam hal ini dapat

dikatakan bahwa bentuk lain dari proses sosial hanya merupakan bentuk-bentuk

khusus dari interaksi sosial. Jadi, pengertian interaksi sosial adalah ubungan

sosial yang dinamis dimana menyangkut hubungan antara orang perorangan,

antar kelompok-kelompok manusia, maupun yang terjadi antara orang

perorangan dengan kelompok manusia.

Page 23: Makalah Fixx

2.1 SYARAT-SYARAT TERJADINYA INTERAKSI SOSIALBerbicara mengenai syarat-syarat terjadinya interaksi sosial, maka suatu

interaksi sosial tidak akan dapat terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat,

yaitu :

1. Adanya kontak sosial (sosial contact)

Syarat terjadi interaksi sosial yang pertama adalah adanya kontak sosial.

Kontak sosial merupakan hubungan sosial yang terjadi baik secara fisik

maupun non fisik. Kontak sosial yang terjadi secara fisik yaitu bertemunya

individu secara langsung, sedangkan kontak sosial yang terjadi secara non

fisik yaitu pada percakapan yang dilakukan tanpa bertemu langsung,

misalnya berhubungan melalui media elektronik seperti telepon, radio, dan

lain-lain.

Dalam interaksi sosial, kontak sosial juga dapat bersifat positif atau

negative. Dalam hal ini, kontak sosial yang bersifat positif mengarah pada

suatu kerja sama, sedangkan kontak sosial yang bersifat negative mengarah

pada suatu pertentangan atau bahkan sama sekali tidak menghasilkan suatu

interaksi sosial. Contohnya jika pedagang sayur menawarkan sayurnya pada

nyonya rumah dan diterima dengan baik sehingga memungkinkan terjadinya

proses jual-beli, maka kontak sosial tersebut bersifat positif. Lain halnya jika

nyonya rumah hanya menggerutu sewaktu ditawarkan yang kemungkinan

besar tidak akan terjadi jual beli, maka kontak tersebut bersifat negative

karena dapat menyebabkan tidak berlangsungnya suatu interaksi. Jadi,

kontak sosial dapat dibedakan sebagai berikut :

a. Berdasarkan bentuk (wujud)

Berdasarkan bentuknya kontak dapat dibedakan menjadi berikut ini :

1. Kontak antara individu dengan individu. Contoh : mahasiswa dan

mahasiswa

2. Kontak antara individu dengan kelompok. Contoh : guru dengan

murid-muridnya dikelas, penceramah.

3. Kontak antara kelompok dengan kelompok

b. Berdasarkan cara

Berdasarkan caranya kontak dibedakan menjadi dua, yaitu berikut ini :

Page 24: Makalah Fixx

1. Kontak langsung (primer) kontak langsung yaitu hubungan timbale

balik yang terjadi secara langsung, sentuhan, tersenyum, bahasa

isyarat.

2. Kontak tidak langsung (sekunder). Kontak tidak langsung (sekunder)

yaitu hubungan timbale balik yang tidak langsung (media). Media

yang digunakan dalam kontak sekunder bisa berupa benda.

c. Berdasarkan sifat

Berdasarkan sifatnya kontak sosial ada dua macam, yaitu :

1. Kontak positif yaitu kontak sosial yang mengarah kepada suatu

kerjasama

2. Kontak negative yaitu kontak sosial yang mengarah kepada suatu

pertentangan, misalnya kontak senjata sedang berperang

2. Adanya komunikasi

Komunikasi adalah memberikan tafsiran pada perilaku orang lain (yang

berwujud pembicaraan, gerak-gerak tubuh maupun sikap), perasaan-

perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Individu yang

bersangkutan kemudian memberikan reaksi terhadap perasaan yang ingin

disampaikan oleh individu lain tersebut. Jadi komunikasi merupakan suatu

proses dimana satu sama lainnya saling mengerti maksud atau perasaan

masing-masing, tanpa mengerti maksud atau perasaan satu sama laiinnya

tidak dapat dikatakan sebagai komunikasi.

Dalam interaksi sosial, suatu kontak sosial, suatu kontak sosial dapat

terjadi tanpa komunikasi. Misalnya pada orang Indonesia bertemu dan

berjabat tangan dengan orang Argentina, lalu dia bercakap-cakap dalam

bahasa Indonesia dengan orang Argentina tersebut padahal tidak mengerti

bahasa Indonesia. Dalam hal ini kontak sosial sebagai syarat terjadinya

interaksi sosial yang utama telah terjadi, namun komunikasi sebagai syarat

terjadinya interaksi sosial yang kedua tidak terjadi karena kedua oran itu tidak

mengerti perasaan masing-masing. Apabila dihubungkan dengan interaksi

sosial, maka dapat dikatakan bahwa kontak sosial tanpa komunikasi tidak

mempunyai arti apapun.

Dari kedua syarat terjadinya interaksi sosial diatas, dapat disimpulkan

bahwa terjadinya interaksi sosial harus adanya kontak sosial dan komunikasi.

Page 25: Makalah Fixx

Jika salah satu syarat tidak dipenuhi, maka tidak dapat dikatakan sebagai

interaksi sosial. Adanya kontak sosial yang terjadi tanpa adanya saling

mengerti maksud atau perasaan masing-masing, maka bukan merupakan

proses interaksi sosial. Jadi disini, interaksi sosial merupakan kontak sosial

yang terjadi, dimana saling mengerti maksud atau perasaan masing-masing.

2.2 CIRI-CIRI INTERAKSI SOSIAL Ada 4 ciri interaksi sosial, antara lain:

a. Jumlah pelakunya lebih dari satu orang

b. Terjadinya komunikasi diantara pelaku melalui kontak sosial

c. Mempunyai maksud dan tujuan yang jelas

d. Dilaksanakan melalui suatu pola system sosial tertentu

2.3 MACAM-MACAM INTERAKSI SOSIALMenurut Maryati dan Suryawati (2003) interaksi sosial dibagi menjadi tida

macam, yaitu :

1. Interaksi antara individu dan individu. Dalam hubungan ini bisa terjadi

interaksi positif ataupun negative.

a. Interaksi positif, jika hubungan yang terjadi saling menguntungkan

b. Interaksi negative, jika hubungan timbale balik merugikan satu pihak atau

keduanya (bermusuhan)

Contoh interaksi sosial yang terjadi antara individu dengan individu lainnya :

Ketika dua orang bertemu, saling menegur, saling berbicara, atau bahkan

mungkin berkelahi, saling bertemu muka tanpa bericara pun juga disebut

dengan interaksi sosial antara individu.

2. Interaksi antara individu dan kelompok

Interaksi ini pun dapat berlangsung secara positif maupun negative. Bentuk

interaksi sosial individu dan kelompok yang bergantung pada situasi dan

kondisinya. Contoh interaksi sosial yang terjadi antara individu dengan

kelompok:

Ketika seorang guru menghadapi murid-muridnya yang merupakan suatu

kelompok manusia didalam kelas, pada taraf pertama akan tampak bahwa

guru mencoba menguasai kelasnya supaya interaksi sosial berlangsung

dengan seimbang. Dalam hal ini terjadi saling pengaruh mempengaruhi

Page 26: Makalah Fixx

antara guru dengan murid-muridnya sebagai suatu kelompok, maka ini

disebut dengan proses interaksi sosial antara individu dengan kelompok.

3. Interaksi sosial antara kelompok dan kelompok

Interaksi sosial kelompok dan kelompok terjadi sebagai satu kesatuan bukan

kehendak pribadi. Misalnya perusahaan untuk membeicarakan suatu project.

Contoh interaksi sosial yang terjadi antar kelompok-kelompok :

Pada perang dunia kedua yang melibatkan Jerman dan perancis, pada

mulanya keduanya adalah sahabat yang selalu bersaing pada setiap

perlombaan balap sepeda bayaran. Mereka pada dasarnya bukan musuh

secara pribadi, akan tetapi kelompoknya masing-masing (yaitu Negara

Jerman dan Perancis) yang bermusuhan. Interaksi sosial antara kelompok

sosial tersebut tidak bersifat pribadi.

2.4 FAKTOR-FAKTOR YANG MENDORONG TERJADINYA INTERAKSI SOSIAL

Menurut Sitorus (2000), berlangsungnya suatu interaksi sosial dapat

didasarkan pada berbagai faktor, antara lain imitasi, sugesti, identifikasi, dan

simpati. Faktor-faktor tersebut dapat bergerak sendiri-sendiri secara terpisah

ataupun saling berkaitan.

1. Imitasi yaitu tindakan meniru orang lain. Salah satu segi positifnya adalah

bahwa imitasi dapat mendorong seseorang untuk mematuhi kaidah-kaidah

dan nilai-nilai yang berlaku

2. Sugesti, sugesti ini berlangsung apabila seseorang memberikan pandangan

atau sikap yang dianutnya, lalu diterima oleh orang lain. Biasanya sugesti

muncul ketika si penerima sedang dalam kondisi yang tidak netral sehingga

tidak dapat berpikir rasional. Biasanya sugesti berasal dari orang-orang

sebagai berikut:

a) Orang yang berwibawa, karismatik dan punya pengaruh terhadap yang

disugesti, misalnya orang tua ulama dsb.

b) Orang yang memiliki kedudukan lebih tinggi dari pada yang disugesti.

c) Kelompok mayoritas terhadap minoritas.

d) Reklame atau iklan media masa.

3. Identifikasi yaitu merupakan kecenderungan atau keinginan seseorang untuk

menjadi sama dengan pihak lain (meniru secara keseluruhan).

Page 27: Makalah Fixx

4. Simpati yaitu merupakan suatu proses dimana seorang merasa tertarik

kepada pihak lain. Melalui proses simpati orang merasa dirinya seolah-olah

dirinya berasa dalam keadaan orang lain.

5. Empati yaitu merupakan simpati yang mendalam yang dapat mempengaruhi

kejiwaan dan fisik seseorang.

2.5 BENTUK - BENTUK INTERAKSI SOSIALBerdasarkan pendapat menurut Tim Sosiologi (2002), interaksi sosial

dikategorikan ke dalam dua bentuk, yaitu :

1. Interaksi sosial yang bersifat asosiatif, yakni yang mengarah kepada bentuk -

bentuk asosiasi (hubungan atau gabungan) seperti :

a. Kerja sama, Adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan atau

kelompok untuk mencapai tujuan bersama.

b. Akomodasi, Adalah suatu proses penyesuaian sosial dalam interaksi

antara pribadi dan kelompok-kelompok manusia untuk meredakan

pertentangan.

      Bentuk – bentuk Akomodasi :

Kita sebagai manusia pastinya tidak pernah luput dari suatu

permasalahan konflik atau pertentangan. Maka itu, tanpa kita semua sadari

bahwa konflik atau pertentangan termasuk dalam akomodasi. Akomodasi

adalah suatu interaksi sosial yang dilakukan antara individu maupun

kelompok yang bertujuan untuk menyelesaikan suatu pertentangan atau

konflik. Ada beberapa macam bentuk akomodasi, berikut ini adalah

penjelasan singkatnya:

1) Arbitration

Arbitration merupakan suatu pengendalian atau penyelesaian konflik

yang menunjuk pihak ketiga untuk memutuskan konflik atau pertentangan

tersebut. Dalam bentuk ini, pihak yang bertikai berusaha untuk mencari

pihak ketiga untuk mengendalikan konflik tersebut.

2) Mediation

Mediation merupakan penyelesaian konflik yang dilakukan melalui

suatu jasa perantara yang bersikap netral. Pada mediasi, terdapat pihak

yang berusaha untuk mempertemukan pihak-pihak yang bertikai antara

dua belah pihak.

3) Coercion

Page 28: Makalah Fixx

Coercion merupakan pengendalian konflik yang dilakukan dengan

tindakan kekerasan. Sehingga, konflik tersebut tidak diselesaikan dengan

cara damai tetapi dengan cara keras.

4) Conciliation

Conciliation merupakan suatu pengendalian konflik dengan cara

melalui lembaga tertentu. Pada bentuk ini, lembaga tertentu melakukan

persetujuan pada kedua pihak yang bertikai sehingga tidak terulang

kembali konflik tersebut.

5) Ajudication

Ajudication merupakan suatu pengendalian konflik yang diselesaikan

dengan cara pengadilan atau diselesaikan di pengadilan.

6) Compromise

Compromise merupakan suatu persetujuan yang dilakukan dengan

cara perdamaian untuk saling bersama-sama mengurangi tuntutan.

7) Toleration

Toleration merupakan suatu sikap saling menghargai perbedaan-

perbedaan yang terdapat dalam masyarakat. Dalam bentuk ini,

masyarakat harus saling menghargai satu sama lainnya. Apa yang

dianutnya, apa yang dipercayainya, dan sebagainya.

8) Stalemate

Stalemate merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan adanya

kekuatan yang seimbang di antara kedua pihak yang bertikai. Sehingga,

pertikaian tersebut terhenti pada titik tertentu.

c. Asimilasi, Adalah proses sosial yang timbul bila ada kelompok masyarakat

dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda, saling bergaul secara

intensif dalam jangka waktu lama, sehingga lambat laun kebudayaan asli

mereka akan berubah sifat dan wujudnya membentuk kebudayaan baru

sebagai kebudayaan campuran.

d. Akulturasi, Adalah proses sosial yang timbul, apabila suatu kelompok

masyarakat manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan

unsur - unsur dari suatu kebudayaan asing sedemikian rupa sehingga lambat

laun unsur - unsur kebudayaan asing itu diterima dan diolah ke dalam

kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian dari

kebudayaan itu sendiri.

Page 29: Makalah Fixx

2. Interaksi sosial yang bersifat disosiatif, yakni yang mengarah kepada bentuk -

bentuk pertentangan atau konflik, seperti :

a. Persaingan

Adalah suatu perjuangan yang dilakukan perorangan atau kelompok sosial

tertentu, agar memperoleh kemenangan atau hasil secara kompetitif, tanpa

menimbulkan ancaman atau benturan fisik di pihak lawannya.

b. Kontravensi

Adalah bentuk proses sosial yang berada di antara persaingan dan

pertentangan atau konflik. Wujud kontravensi antara lain sikap tidak senang,

baik secara tersembunyi maupun secara terang - terangan yang ditujukan

terhadap perorangan atau kelompok atau terhadap unsur - unsur

kebudayaan golongan tertentu. Sikap tersebut dapat berubah menjadi

kebencian akan tetapi tidak sampai menjadi pertentangan atau konflik.

c. Konflik

Adalah proses sosial antar perorangan atau kelompok masyarakat

tertentu, akibat adanya perbedaan paham dan kepentingan yang sangat

mendasar, sehingga menimbulkan adanya semacam gap atau jurang pemisah

yang mengganjal interaksi sosial diantara mereka yang bertikai tersebut.

Proses Interaksi1. Komunikasi

Komunikasi adalah proses yang dapat memungkinkan perawat untuk

membangun hubungan antar sesama manusia dan dengan demikian

memenuhi tujuan dari keperawatan, yakni membantu individu- individu dan

keluarga-keluarga untuk mencegah dan untuk penanggulangan dengan

pengalaman penyakit dan penderitaan bahkan jika dibutuhkan untuk

membantu mereka untuk menemukan arti dari pengalaman ini.

2. Interaksi

Kata interaksi (interaction) mengacu pada banyak hubungan selama dua

individu yang dapat berpengaruh timbal balik antara sesama dan dapat

berkomunikasi secara verbal ataupun nonverbal.

B. Interaksi Perawat Dan PasienKata interaksi antara perawat dan pasien mengacu pada hubungan antara

perawat dan seseorang yang menderita sakit dan dikarakteristikkan oleh fakta

bahwa antara kedua individu merasa dipenanggulangan klise yang lain.

Page 30: Makalah Fixx

Karakteristik hubungan antara perawat-klien adalah berupa perilaku,

pikiran dan perasaan. Juga penting untuk membedakan antara dukungan

sosial dan dukungan profesional (Hupcey & Morse, 1997).

Dukungan sosial terdiri dari 2 bagian yaitu:

1. Bagian dari jaringan umum sosial

2. Hubungan yang merupakan dasar dari dimulainya hubungan saling percaya dan

kesempatan melakukan kegiatan.

C.     Ada Empat Fase dalam Interaksi Perawat dengan Pasien yaitu:1. Fase Prainteraksi 

Kesiapan untuk perawat baru. Fase interaksi merupakan awal dimulainya

kontak pertama dengan klien. Juga sebagai tugas awal perawat dalam

mengeksplorasi diri. Berikut ini kesiapan umum yang diperlukan perawat

(mahasiswa) yaitu: 

a) Kesadaran diri 

b) Hilangkan rasa ketakutan dalam merawat klien

c) Cemas menyebabkan sifat yang kurang dalam penampilan

d) Fokus tentang identifikasi kelebihan diri dalam merawat klien psikiatri

e) Ragu-ragu akan keefektifan kemampuan atau kemampuan koping

f) Takut akan bahaya fisik atau kekerasan

g) Gelisah menggunakan diri secara teraupetik

h) Curiga karena adanya stigma tentang klien psikiatrik berbeda dari klien lain

i) Ancaman terhadap identitas peran perawat

j) Ketidaknyamanan karena hilangnya kemampuan melakukan tugas fisik &

penanganan

k) Mudah mendapat ancaman karena penampilan emosional yang sangat

menyakitkan

l) Takut melukai klien secara psikologi

Beberapa perawat menampilkan perasaan yang tidak adekuat dan takut

menyakiti atau mengeksploitasi klien. Hal ini dibedakan karena kurang

pengetahuan dan penampilan yang salah yaitu kurangnya beberapa nilai yang

dipahami. Umumnya ketakutan perawat berhubungan dengan stereotipe klien

psikiatri juga kekerasan. Penyebabnya karena adanya masukan dari media,

beberapa perawat takut merawat klien psikiatri karena melakukan perilaku

merusak. Ketakutan beberapa perawat secara psikologi karena klien biasanya

Page 31: Makalah Fixx

rejek atau diam saat dilakukan intervesi. Pada akhirnya timbul pertanyaan

bahwa ketakutan perawat berhubungan dengan kesehatan status mental

dirinya

m) Pengkajian Diri.

Keuntungan penampilan perawat dipengaruhi oleh jawaban dari pertanyaan di

bawah ini:

Analisis fase pra interaksi sangat diperlukan untuk melakukan tugas

selanjutnya. Yang paling efektif, perawat mampu mempertahankan stabilitas

konsep dirinya dan meningkatkan adekuat harga dirinya. Hubungan yang

konstruktif dengan orang lain dan penampilan yang realistis membantu pasien

untuk meningkatkan kemampuannya. Jika mereka sadar dan kontrol diri baik

akan dapat menampilkan verbal dan non verbal kepada klien dapat dengan baik,

perawat dapat menggunakan fungsi role model dengan baik. Tugas dari fase ini

diharapkan klien mendapatkan informasi yang baik dan perawat mempunyai

perencanaan untuk melakukan interaksi pertama kali dengan klien. Pengkajian

perawat segera dimulai, tetapi pekerjaan yang dilakukan harus berhubungan

dengan apa yang dilakukan pada klien.

2. Fase Introduksi atau Orientasi

Fase introduksi merupakan pertemuan pertama antara perawat

dan klien. Bentuk kontraknya pada fase ini, hubungan dibangun dengan saling

percaya, saling mengerti, kedekatan dan komunikasi terbuka dan bentuk

kontrak dengan klien.

Berikut ini elemen kontrak perawat-klien:

a. nama individu

b. peran perawat dan klien

c. tanggung jawab perawat dan klien

d. harapan perawat dan klien

e. tujuan hubungan

f. tentukan tempat dan waktu

g. kondisi untuk terminasi

h. kedekatan/tujuan (antara perawat dan klien

Kontrak dimulai dengan introduksi perawat dan klien, nama yang disenangi,

dan harapan dari peran. Yang termasuk dalam peran adalah tanggung jawab

dan harapan klien dan perawat, bisa dijabarkan oleh perawat ataupun tidak.

Page 32: Makalah Fixx

Pada tahap ini juga didiskusikan tujuan hubungan dengan memperhatikan atau

fokus dengan klien dan klien menampilkan kehidupannya dan area konflik. 

Kondisi terminasi harus dilakukan pengulangan dan termasuk spesifik lama

waktu, tujuan yang akan dicapai atau perubahan klien terhadappenanganan. 

Eksplorasi perasaan yang ditampilkan dari perawat dan klien adalah

perbedaan tingkat ketidak nyamanan dan kecemasan pada fase introduksi.

Perawat harus sadar akan ketakutan dan kecemasan dirinya, tetapi biasanya

pasien sulit untuk menceritakan apa yang dirasakannya kepada orang yang

menolongnya.

Tugas perawat pada hubungan fase orientasi adalah;

Mengeksplorasi persepsi , pikiran, perasaan dan tindakan klien

Mengidentifikasi masalah klien yang paling berhubungan

Mendefenisikan mutual, spesifik tujuan dengan klien

Perawat harus fleksibel dalam mengantisipasi lamanya waktu yang

dibutuhkan untuk fase orientasi, biasanya klien harus tahu serius dan tidak

penyakit mentalnya. Perubahan staf akan memberikan perubahan

perkembangan kemampuan klien dalam hubungan terapeutik dan menampilkan

juga jumlah perencanaan tindakan keperawatan yang akan diberikan.

3. Fase Kerja

Harus kerja yang terapeutik agar dapat dilakukan fase kerja. Perawat dan

klien mengeksplorasi stressor dan meningkatkan wawasan perkembangan

dari klien dengan menyamakan persepsi, pikiran, perasaan dan tindakan.

Wawasan diharuskan untuk mengartikan tindakan yang terjadi dan perubahan

perilaku. Ini dapat diintegrasikan dengan penampilan kehidupan individu.

Perawat membantu klien untuk dapat menurunkan kecemasan, meningkatkan

ketergantungan dan tanggung jawab diri dan mengembangkan mekanisme

koping yang konstruktif. Fokus pada fase ini adalah perubahan perilaku

secara aktual.

Klien menampilkan perilaku yang resisiten selama fase ini sebab bagian ini

merupakan proses penyelesaian masalah. Perkembangan hubungan, dimulai

dengan menanyakan perasaan klien, mengembangkan kemampuan dan

mencarikan jalan keluar demi klien. 

4. Fase Terminasi

Page 33: Makalah Fixx

Terminasi merupakan hal yang sangat sulit tetapi penting pada fase ini

karena merupakan hubungan terapeutik klien dan perawat. Selama fase

terminasi, belajar untuk meningkatkan kemampuan klien dan perawat. Setiap

waktu perubahan perasaan dan memori dan evaluasi secara menyeluruh

sesuai dengan kemajuan dan tujuan yang dicapai klien. Kriteria kerelaan klien

untuk terminasi adalah:

a. Klien dapat mengekspresikan keyataan dari masalah yang dihadapi

b. Klien dapat meningkatkan fungsinya

c. Klien dapat meningkatkan harga diri dan mengidentifikasi kekuatan yang

dirasakan

d. Klien menggunakan respons koping yang adaptif

e. Klien mengikuti hasil akhir tujuan penanganan yg akan dicapai

f. Memperbaiaki hubungan perawat dan klien dengan tidak terjadi masalah 

Reaksi terminasi pada saat terminasi, klien akan mengekspresikan marah

dan ketidaksukaan, lainnya berlebihan perilaku dan ucapan atau penampilan

yang lambat, pesan yang disampaikan atau perkataan yang seadanya. Juga

klien saat terminasi menampilkan rejek, penghargaan negatif terhadap konsep

diri. 

Perawat harus sadar akan kemungkinan reaksi yang terjadi dan mendiskusikan

dengan klien tentang kondisi yang akan terjadi. Beberapa klien, terminasi

merupakan penampilan terapeutik yang sangat kritis karena hubungan

sebelumnya baik dan terminasi menjadi negatif dan akan timbul perasaan tidak

ingin ditinggal, rejek, takut dan marah.

A. Unit Gawat Darurat ( UGD )

1. Pengertian Unit Gawat Darurat ( UGD )Unit gawat darurat merupakan salah satu unit dirumah sakit yang

memberikan pelayanan kepada penderita gawat darurat dan merupakan

dari rangkaian yang perlu diorganisir. Tidak semua rumah sakit harus

mempunyai bagian gawat darurat yang lengkap dengan tenaga memadai

dan peralatan yang canggih, karena dengan demikian akan terjadi

penghamburan dana dan sarana. Oleh karena itu pengembangan unit

gawat darurat harus memperhatikan dua aspek yaitu : sistim rujukan

Page 34: Makalah Fixx

penderita gawat darurat dan beban kerja dalam menanggulangi penderita

gawat darurat.

Suatu unit gawat darurat (UGD) harus mampu memperhatikan

pelayanan dengan kualitas tinggi pada masyarakat dengan problem

medis akut. Pelayanan unit gawat darurat harus mampu mencegah

kematian dan cacat, melakukan rujukan, menanggulangi korban

bencana.

2. Kriteria Unit Gawat DaruratKriteria unit gawat darurat adalah : a) unit gawat darurat harus

buka 24 jam, b) unit gawat darurat juga harus melayani penderita-

penderita “false emergency” tetapi tidak boleh mengganggu/

mengurangi mutu pelayanan penderita gawat darurat, c) unit gawat

darurat sebaiknya hanya melakukan “primary care”. Sedangkan

“definitive care” dilakukan ditempat yang lain dengan cara kerja sama

yang baik, d) unit gawat darurat harus meningkatkan mutu personalia

maupun masyarakat sekitarnya dalam penanggulangan penderita

gawat darurat, d) unit gawat darurat harus melakukan riset guna untuk

meningkatkan mutu/kualitas pelayanan kesehatan masyarakat

sekitarnya (Depkes RI,1992).

B. Peran Perawat1. Pengertian Perawat

Perawat atau Nurse berasal dari bahasa latin yaitu dari kata Nutrix

yang berarti merawat atau memelihara.

Perawat adalah seseorang yang berperan dalam merawat atau

memelihara, membantu dan melindungi seseorang karena sakit, injury

dan peruses penuaan (Harlley, 1997).

Perawat Profesional adalah perawat yang bertanggung jawab dan

berwewenang memberikan pelayanan keperawatan secara mandiri

dan atau berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain sesuai dengan

kewenagannya (Depkes RI, 2002 dalam Aisiyah 2004).

Menurut UU RI NO 23 tahun 1992 tentang Kesehatan,

mendefinisikan Perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan

dan kewenangan melakukan tindakkan keperawatan berdasarkan

Page 35: Makalah Fixx

ilmu yang dimilikinya, yang diperoleh melalui pendidikan keperawatan

(www.pustakaindonesia.or.id).

Sedangkan menurut international Council of Nurses (1965),

perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program

pendidikan keperawatan, berwenang di Negara bersangkutan untuk

memberikan pelayanan dan bertanggung jawab dalam peningkatan

kesehatan, pencegahan penyakit serta pelayanan terhadap pasien.

2. Peran perawatPeran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh

orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam, suatu

system. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam

maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran adalah bentuk dari perilaku

yang diharapkan dari seesorang pada situasi sosial tertentu. (Kozier

Barbara, 1995:21).

Menurut Florence Nightingale peran perawat adalah menjaga

pasien mempertahankan kondisi terbaiknya terhadap masalah

kesehatan yang menimpa dirinya.

PERAN PERAWAT MENURUT KONSORSIUM ILMU KESEHATAN TAHUN 1989 terdiri dari:

A. Sebagai pemberi asuhan keperawatan

Peran ini dapat dilakukan perawat dengan memperhatikan keadaan

kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian

pelayanan keperawatan. Pemberian asuhan keperawatan ini

dilakukan dari yang sederhana sampai dengan kompleks.

10 aktor Asuhan dalam Keperawatan :

1. Menunjukkan system nilai kemanusian dan altruisme.

2. Memberi harapan dengan :

Mengembangkan sikap dalam membina hubungan dengan

klien

Memfalitasi untuk optimis

Percaya dan penuh harapan

3. Menunjukkan sensivitas antara satu dengan yang lain

Page 36: Makalah Fixx

4. Mengembangkan hubungan saling percaya : komunikasi

efektif, empati, dan hangat.

5. Ekspresi perasaan positif dan negative melalui tukar pendapat

tentang perasaan.

6. Menggunakan proses pemecahan mesalah yang kreatif

7. Meningkatkan hubungan interpersonal dan proses belajar

mengajar

8. Memeberi support, perlindungan, koreksi mental, sosiokultural

dan lingkungan spiritual

9. Membantu dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia

10. Melibatkan eksistensi fenomena aspek spiritual.

2. Sebagai advokat klien

Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien & kelg dalam

menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan

khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan

keperawatan. Perawat juga berperan dalam mempertahankan &

melindungi hak-hak pasien meliputi :

Hak atas pelayanan sebaik-baiknya

Hak atas informasi tentang penyakitnya

Hak atas privacy

Hak untuk menentukan nasibnya sendiri

Hak menerima ganti rugi akibat kelalaian.

3. Sebagai educator

Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan

tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan

yang diberikan sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien

setelah dilakukan pendidikan kesehatan.

4. Sebagai koordinator

Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta

mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga

pemberi pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan

kebutuhan klien.

5. Sebagai kolaborator

Page 37: Makalah Fixx

Peran ini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan

yang terdiri dari dokter, fisioterapi, ahli gizi dll dengan berupaya

mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan.

6. Sebagai konsultan

Perawat berperan sebagai tempat konsultasi dengan mengadakan

perencanaan, kerjasama, perubahan yang sistematis & terarah

sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan

7. Sebagai pembaharu

Perawat mengadakan perencanaan, kerjasama, perubahan yang

sistematis & terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan

keperawatan

Fungsi Perawat.Fungsi Perawat dalam melakukan pengkajian pada Individu

sehat maupun sakit dimana segala aktifitas yang di lakukan

berguna untuk pemulihan kesehatan berdasarkan pengetahuan

yang di miliki, aktifitas ini di lakukan dengan berbagai cara

untuk mengembalikan kemandirian pasien secepat mungkin dalam

bentuk Proses Keperawatan yang terdiri dari tahap Pengkajian,

Identifikasi masalah (Diagnosa Keperawatan), Perencanaan,

Implementasi dan Evaluasi (Asdi, 2008)

a. Fungsi Independen

Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain,

dimana perawat dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara

sendiri dengan keputusan sendiri dalam melakukan untuk

memenuhi KDM.

b. Fungsi Dependen

Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya

atas pesan atau instruksi dari perawat lain sebagai tindakan

pelimpahan tugas yang diberikan. Biasanya dilakukan oleh

perawat spesialis kepada perawat umum atau dari perawat

primer kepada perawat pelaksana.

c. Fungsi Interdependen

Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling

ketergantungan diantara tim satu dengan yang lainnya. Dapat

Page 38: Makalah Fixx

terjadi apabila bentuk pelayanan membutuhkan kerjasama tim

dalam pemberian pelayanan. Keadaan ini tidak bisa diatasi oleh

tim perawat saja melainkan juga dari dokter ataupun lainnya.

C. TATA LAKSANA KOMUNIKASIa. Tatalaksana komunikasi denganmetode SBAR dan READ BACK

1. Mengucap salam

2. Memperkenalkan diri: nama, ( perawat / dokter ) dari ruang / unit

mana

3. Perawat / dokter melaporkan dengan metode SBAR,i. Situation, ( kondisi pasien saat ini )

ii. Background, ( riwayat sakitnya )

iii. Assesment, ( sudah dilakukan apa )

iv. Recomendation, ( usulnya apa )

v. Termasuk hasil / nilai kritis4. Setelah mendapatkan perintah / pesan / advis, perawat / dokter

melakukan pengulangan ucapan ( READ BACK ) dari pemberi

perintah / pesan “saya ulangi ya dokter”5. Apabila ada perintah / pesan yang mengandung obat LASA (Look

Alike Sound Alike) harus di eja satu persatu hurufnya, kalau

perlu dengan huruf Alfabeth6. Pemberi perintah / pesan memberikan konfirmasi “ya benar”

setelah penerima perintah mengulangi ucapan pemberi perintah

dengan benar.

7. Tulis perintah / pesan dilembar terintegrasi dan dibubuhi cap

READBACK Tanggal dan jam diterimanya pesan

Isi perintah / isi pesan ( Misal: dosis obat yang akan

diberikan dan waktu pemberian, serta cara pemberian, dll)

Penerima perintah nama dan tanda tangan

Pemberi perintah nama dan tanda tangan

b. Tujuan1. Mendeskripsikan prosedur untuk memastikan tidak terjadinya

kesalahan dalam melakukan komunikasi antara petugas

Page 39: Makalah Fixx

kesehatan (dokter, perawat dan petugas penunjang medis ) di

rumah sakit.

2. Mengurangi kejadian / kesalahan yang berhubungan dengan

salah komunikasi, salah interprestasi

3. Mengurangi kejadian ciderapada pasien akibat dari salah

komunikasi

D. RUANG LINGKUPPanduan ini diterapkan kepada semua petugas kesehatan yang akan

melakukan komunikasi.

a. Prinsip1. Semua prosedur komunikasi antar petugas adalah sesuai dengan

pedoman komunikasi efektif

2. Tujuan utama dari komunikasi efektif adalah untuk mengurangi

terjadinya kesalahan informasi antar tenaga kesehatan

3. Panduan komunikasi ini digunakan pada proses untuk melakukan

pelaporan melalui telepon, kondisi pasien dan hasil nilai kritis

pasien kepada dokter atau petugas laborat dan petugas radiologi

b. Kewajiban dan Tanggung JawabSeluruh staf Rumah Sakit

i. Memahami dan menerapkan prosedur komunikasi secara

benar.

ii. Memastikan komunikasi yang benar dengan pendekatan /

metode SBAR, ketika melakukan pelaporan kondisi pasien atau

pelaporan hasil nilai kritis passien.

iii. Mencatat dan memberikan cap / stempel READ BACK pada

formulir catatan terintegrasi

iv. Memastikan dalam waktu 1x24 jam sudah di tanda tangani oleh

pemberi perintah

E. TATALAKSANA KOMUNIKASI SERAH TERIMA PASIEN / OPERAN ANTAR SIFT ATAU ANTAR PETUGAS RUANGAN

1. Lakukan pengkajian ulang

2. Kumpulkan data yang diperlukan

3. Pastikan diagnose medis pasien dan prioritas masalah keperawatan

yang akan dilanjutkan

Page 40: Makalah Fixx

4. Baca dan pahami catatan perkembangan terkini dari hasil pengkajian

5. Siapkan rekam medis pasien termasuk rencana perawatan harian

6. Lakukan serah terima dengan sift berikutnya atau perawat ruang lain.

Data yang wajib di serah terimakan adalah status kesehatan pasien,

ringkasan asuhan, perkembangan pasien dan rencana asuhan.

7. Petugas / perawat yang di operi wajib mengulangi pesan / read back, apa yang sudah disampaikan

8. Tanda tangan serah terima pasien

Page 41: Makalah Fixx

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 KOMUNIKASI BERDASARKAN JURNAL

Kehadiran keluarga pasien selama resusitasi dan prosedur invasif di IGD

masih topik perdebatan. Menurut literatur, sebagian besar lembaga memiliki

implisit atau pedoman yang jelas untuk mengakui atau membolehkan keluarga

pasien, termasuk pemilihan dan persiapan, dukungan, dan Kriteria eksklusi

selama prosedur invasif. Prosedur ini direkomendasikan untuk keluarga pasien

guna melakukan tindakan yang tepat saat di IGD, tetapi prosedur ini tidak

dilakukan.

Interaksi sosial terutama hubungan atara perawat, pasien, dan keluarga

pasien terdapat banyak variasi dalam 5 kategori dalam jurnal ini. Hal tersebut

dikarenakan perilaku dan pengalaman manusia yang kompleks. Penelitian ini

berpotensi dalam pelayanan perawatan dasar hubungan komunikasi. Hal ini

bermanfaat untuk dasar pengkajian saat monitoring dan penyediaan dukungan

terhadap pasien dan keluarga pasien dalam ruang trauma di IGD.

Dalam jurnal ini, tidak mengamati atau melakukan observasi terhadap

keluarga pasien sebelum keluarga pasien masuk ke ruang trauma. Peneliti tidak

dapat memprediksi anggota keluarga pasien yang mana yang harus diinklusi

atau eksklusi (misal : suami, istri, tante, nenek, dll). Namun, peneliti dapat

mengaplikasikan metode interaksi ini pada hubungan perawat dan keluarga

pasien. Dari hasil penelitian dengan evident case, penggunaan metode empati

tidak sesuai untuk dilakukan pada orang yang sedang dalam tekanan secara

emosional. Dalam jurnal lain (Morse et al., 1998) membahas bahwa metode

“carte blanche” yang merupakan bentuk dari empati juga tidak sesuai untuk

berinteraksi dengan pasien. Oleh karena itu, peneliti akan menginvestigasi kapan

empati sesuai untuk dilakukan dan kapan empati tidak sesuai untuk dilakukan.

Isu ini sangat penting sehingga menjadi perdebatan dalam perijinan keberadaan

pasien dalam ruang trauma dan kepekaan perawat terhadap anggota keluarga

yang akan kehilangan kontrol emosi.

Page 42: Makalah Fixx

Strategi komunikasi yang sesuai dan tidak sesuai harus dikaitkan dengan

dasar perawatan kritis di IGD. Sehingga, tenaga medis dapat menghindari resiko

terjadinya perilaku yang tidak diinginkan dari keluarga pasien. Dasar dari hasil

penelitian ini adalah, saat keluarga pasien berada dalam ruang trauma, interaksi

perawat yang harus dilakukan dengan bekal informasi yang lengkap dan perlu

memberikan dukungan moral baik ke pasien maupun ke keluarga pasien.

Dalam jurnal ini, menggunakan model “suffering” sebagai alat pengukur

untuk menilai, manifestasi perilaku yang ditunjukkan oleh pasien dan keluarga

pasien. Perawat tidak dapat hanya mengkaji secara terus menerus perilaku dari

status emosional pasien, namun juga dapat memilih strategi yang sesuai untuk

mendukung pasien, agar mereka lebih tenang dan tidak cemas.

Setiap keluarga pasien yang masuk ke dalam ruangan trauma ditentukan

oleh terutama kondisi pasien, perilaku, dan sifat dari perawatan. Keluarga pasien

memasuki ruangan di mana pasien dilakukan perawatan, biasanya ketika kondisi

pasien stabil atau beberapa saat sebelum transfer dari unit gawat darurat, pasien

yang tidak sadar, cemas atau takut.

Kasus lainnya adalah pasien anak-anak, satu-satunya kasus di mana

anggota keluarga pasien hadir dari awal adalah ketika anggota keluarga telah

tiba dengan membawa pasien di bagian gawat darurat, kecuali dalam kasus

anak-anak yang anggota keluarga pasien jarang mengakui ketika kondisi pasien

tidak stabil atau ketika pasien mengalami ketakutan.

Hasil pengamatan dari perilaku dan interaksi verbal pasien dan anggota

keluarganya, kita mampu mengklasifikasikan yang kuat/ bertahan dan yang

memiliki tekanan secara emosional. Orang yang bertahan (salah satu anggota

keluarga atau pasien) dapat diwujudkan berupa: Secara lisan, mereka diam,

hanya mengunakan satu kata atau kalimat singkat, atau tidak memulai

percakapan. Ketika mereka bertemu dan berbicara, intonasi suara mereka

berkurang. Misalnya, jika posisi lengan ketika seorang perawat melakukan

prosedur, posisi itu akan dipertahankan bahkan ketika perawat sudah pindah ke

sisi lain, anggota keluarga biasanya berdiri dengan posisi menggenggam tangan

di belakang badan atau saling memegang pundak.

Sebaliknya, orang-orang yang secara emosional tertekan (anggota

Page 43: Makalah Fixx

keluarga atau pasien) diluapkan dengan perilaku emosional. Secara lisan,

anggota keluarga diajarkan untuk menenangkan seperti berkata “ kamu tidak

apa-apa” seolah-olah untuk meyakinkan diri pasien oleh anggota keluarga

lainnya. Secara postur, anggota keluarga yang emosionalnya tidak stabil berdiri

dalam posisi membungkuk dengan bahu merendah dan kepala ke bawah, sinyal

kepada orang lain bahwa ia butuh untuk dihibur. Anggota keluarga ini berdiri

dekat satu sama lain, sering dengan memegang pundak untuk saling

memberikan dukungan. Perilaku, anggota keluarga muncul untuk

mengungkapkan kesedihan mereka kepada pasien; mereka berdiri agak jauh

dari pasien dan berbalik ketika air mata tidak bisa dikendalikan (gambar 2).

Ketika seseorang yang tertekan atau sangat putus asa, perawat menenangkan

(gambar 3).

Keluarga yang emosionalnya dapat dikendalikan ketika dihadapkan

dengan keadaan pasien atau dengan kata lain dapat menerima keadaan dan

kondisi pasien yang sakit, biasanya mereka dapat menenangkan anggota

keluarga pasien yang lain dengan kondisi emosional yang tidak stabil. Emosional

anggota keluarga dapat dipengaruhi oleh emosional pasien juga, jika pasien

mengtakan ia baik-baik saja maka anggota keluarga juga merasa tenang.

Page 44: Makalah Fixx

1. Families Learning to Endure (keluarga belajar untuk bertahan)

Dalam kategori ini, terhadap pasien yang tidak sadarkan diri, dibius, tidak

responsif, atau diintubasi perlu perhatian khusus. Keluarga-keluarga ini mencoba

untuk mengambil dan memahami apa yang telah terjadi. Mereka sering tertegun,

berusaha untuk memahami situasi pasien. Mereka berdiri jauh dari tempat tidur,

intens menonton pasien dan perawat yang sedang melakukan tindakan dan

memonitor pasien. Keluarga ini melihat ke perawat untuk meminta bimbingan.

Perawat difokuskan pada beberapa intervensi keperawatan. Mereka dibantu

anggota keluarga untuk bergerak ke samping pasien dalam melakukan

intervensinya. Perawat melatih keluarga untuk "berbicara dengan" pasien, menginformasikan mereka bahwa pasien mungkin bisa mendengar suara dari keluarganya. Perawat mengatakan kepada pasien, "Keluargamu di sini,"

dan keluarga akan mengikuti isyarat perawat: "Kami semua di sini." Percakapan

yang terjadi biasanya sangat minim, seringkali beberapa keluarga berbicara

antara mereka sendiri tentang informasi yang mereka terima dari perawat.

Kategori ini difokuskan pada kehadiran keluarga secara langsung

disamping pasien. Perawat memberikan informasi faktual pada kondisi pasien, seperti tanda-tanda vital pasien. Kadang-kadang, perawat datang dan menghibur keluarga, terutama jika anggota keluarga itu sendiri atau masih

kecil. Terdapat perbedaan antara kedua jenis kelamin yang tercatat di postural

perilaku dan dalam menerima kenyamanan. Sebagai keluarga berkumpul di

sekitar samping tempat tidur, wanita lebih cenderung berada di posisi di kepala,

Page 45: Makalah Fixx

sedangkan pria lebih mungkin untuk berdiri di kaki atau bahkan pergi dari bed

pasien. Perempuan lebih mungkin untuk menyentuh dan berbicara dengan

pasien, meskipun kadang-kadang perilaku diubah atau berganti-ganti. Misalnya,

seorang ibu menjadi tertekan dan menangis dan menjauh dari sisi tempat tidur,

dan ayah pindah untuk mengambil tempatnya.

2. Patient Failing to Endure (Pasien Gagal Bertahan)

Pasien yang gagal bertahan biasanya sakit atau nyeri yang tidak

terkendali, atau takut. Ketika pasien ketakutan atau di luar kendali, anggota

keluarga tidak selalu masuk ke ruang trauma. Anggota keluarga diizinkan untuk

hadir dengan disamping pasien yang takut atau rasa sakit tak terkendali dan

tekanan emosional. Dalam hal ini, keluarga menunjukka perilaku bertahan dan

bekerjasama dengan perawat untuk membuat pasien bertahan (lihat Tabel).

Perawat mengakui rasa sakit pasien, memberikan penjelasan singkat untuk prosedur yang tidak menyenangkan, dan melatih pasien untuk bertahan, menganjurkan pasien untuk bersabar. Perawat disini berperan untuk menenangkan pasien sekaligus keluarga. Mereka menirukan perawat sebagai

leader dan bicara, ("Tidak apa-apa"), penegasan ("Kami di sini"), dan dorongan

("Santai saja").

Keluarga memperhatikan arahan perawat ("Ambil napas dalam-dalam").

Namun, mereka diam jika pasien bersumpah, berisik, atau menangis, meskipun

mereka kadang-kadang membantu dalam menahan dengan memegang kaki

pasien atau tangan. Banyak anggota keluarga mendekati atau menyentuh pasien

hanya setelah dorongan dari perawat untuk melakukannya. Mereka menyentuh

pasien dengan tepukan pendek, mengusap lengan atau kaki pasien, membelai

dahi pasien atau wajah, atau memegang tangan pasien dengan cara ala

kadarnya. Kebanyakan pasien yang gagal untuk bertahan lebih muda (anak-anak

atau bayi). Interaksi perawat-keluarga pasien berbeda dalam kelompok usia ini.

Anak-anak mengungkapkan perasaan mereka, takut, atau sakit dengan

menangis atau berteriak. Perawat mendorong anggota keluarga untuk tinggal dan menghibur anak, perawat dan orang tua mengambil isyarat dari satu sama lain mencoba untuk menghibur anak. Banyak strategi menghibur yang

digunakan; gangguan, goyang, tawar-menawar, membujuk, memeluk,

Page 46: Makalah Fixx

meyakinkan, bercanda, dan menggoda yang digunakan sebentar-sebentar oleh

kedua orang tua dan perawat. Orangtua menyembunyikan kesusahan mereka

dan fokus pada anak mereka.

3. Family Emotionally Suffering and Patient Enduring (keluarga dengan tekanan emosional dan pasien bertahan)

Dalam kategori ini, beberapa anggota keluarga melepaskan emosi

mereka (berbagi) pada anggota keluarga lainnya, atau perawat berusaha untuk

menguatkan dan meringankan distres mereka. Misalnya, seorang polisi yang

tertembak, menerima prosedur tindakan yang terus-menerus sampai ditransfer

ke ICU, pasien menghibur istri dan putrinya, yang keduanya menangis: " aku

baik-baik saja, aku baik-baik saja". pasien lain berusaha untuk meringankan

distress anggota keluarga lain melalui distraksi (misalnya, membahas nilai hoki),

humor, atau menyembunyikan ketidaknyamanan pasien sendiri. Dalam situasi

ini, perawat terlibat dalam perawatan dan membatasi waktu untuk anggota keluarga pasien. Perawat memantau interaksi antara pasien dan keluarga pasien dan memberikan jaminan ("Tidak apa-apa") dan informasi tentang tes dan hasilnya.

Dalam beberapa kasus, untuk meringankan beban mereka sendiri dan

memberikan jaminan diri, anggota keluarga berada disamping pasien sesering

mungkin (tergantung pada peralatan dan side rails). Tampilan emosional ini

sangat umum dan jelas ketika beberapa anggota keluarga yang lain tidak

mengalami kesulitan. Mereka berperan menghibur atau berdiri dibelakang

mereka yang sakit. Mereka tidak membuat percakapan atau kontak mata dengan

anggota keluarga lain, tetapi mereka lebih mempertahankan distance mereka

dan fokus pada teknologi atau peralatan yang ada.

Interaksi triadic ini diarahkan pada anggota keluarga yang memiliki beban secara emosional dan bukan ke arah pasien. Bahkan perawat mengarahkan perhatian lebih dan informasi untuk keluarga pasien melalui pasien sendiri.

4. Patient and Family Enduring (Pasien dan Keluarga Enduring)

Page 47: Makalah Fixx

Jika pasien dan atau anggota keluarganya semua berada pada keadaan

yang kuat, mereka semua berperilaku tabah. Pasien tenang, mempertahankan

kontrol, dan memasrahkan dirinya untuk perawatan yang diperlukan. Anggota

keluarga berdiri terpisah, kadang-kadang di sisi yang berlawanan dari bed, dan

mengamati pasien, perawat, dan lain-lainnya. Pasien dan anggota keluarga

diam-diam mengamati tindakan perawat, diam-diam mencari petunjuk tentang

kondisi pasien. Pada saat yang sama, perawat mengamati pasien dan keluarga.

Perawat, kadang-kadang memberi pengakuan lisan dan pujian untuk menguatkan pasien ("Kau gadis yang baik dan berani," "Kau melakukan dengan baik") dan keluarga mengulangi ("Kami bangga padamu, kau begitu kuat").

Dalam kategori ini, ketika pasien dan keluarga kuat, interaksi antara

pasien, keluarga, dan perawat hanya minimal. Semua interaksi ditujukan untuk mendukung perilaku kuat daripada interaksi yang akan memicu pelepasan beban emosional.

5. RESOLUTION OF ENDURING (PENYELESAIAN MASALAH KRITIS)

Penyelesaian masalah kritis terjadi ketika pasien dalam keadaan stabil

sehingga keluarga tidak perlu memikul lagi beban tentang kondisi pasien. Ketika

keluarga mengetahui mereka tidak perlu lagi untuk khawatir tentang kondisi

kelurganya membuat mereka sedikit lebih tenang terlihat dari postur tubuh yang

semula tegang bisa kembali rileks, dapat tersenyum, dan mendekat keanggota

keluarga yang lain, berpelukan, saling tertawa dan terkadang diikuti dengan

sedikit air mata bahagia. Jika mampu mereka dapat bercanda dengan kelurga

mereka sambil menunggu dipindah keruangan untuk perawatan selanjutnya.

Kemudian keluarga pasien akan memasuki fase menunggu (waiting mode),

menunggu pasien akan dipindah dari departemen emergensi ke ruangan. Disini

perawat menjadi penuh perhatian ke anggota keluarga pasien, perawat akan meminta keluarga untuk mengekspresikan perasaan mereka dan memastikan ke anggota keluarga bahwa ini akan baik baik saja, meminta keluarga siap untuk menghadapi ini semua sambil menawarkan kopi atau teh.

Adakalanya tindakan perawat ini ditolak oleh keluarga pasien sebelum melakuan

penyelesaian beban dan tekanan. Terkadang perawat sampai harus bertanya

Page 48: Makalah Fixx

tiga kali ke istri atau keluarga pasien apakah menginginkan minuman dan tidak

mendapakat jawaban.

Setelah kegelisahan berkurang terjadi interaksi kecil antara perawat,

pasien dan anggota keluarga pasien. Anggota keluarga akan mulai merasa

bosan saat terjadi interaksi, beberapa diantara mereka malah membaca buku,

dan sisanya pergi untuk menonton. Fokus anggota keluarga berubah dari focus

ke pasien menjadi ke diri mereka masing – masing. Terkadang mereka melirik ke

ruang trauma mengamati waktu dan berencana melakukan aktifitas mereka,

termasuk bekerja dan mengurus anak jika melihat kondisi pasien baik baik saja.

Beberapa menginggalkan pasien untuk menelepon teman atau pergi ke kantin,

keluarga merasa tidak perlu ada yang di waspadai atau di khawatirkan lagi

ketika sudah melewati masa kritis dan mereka merasa bebas untuk

meninggalkan pasien dan kembali ke aktivitas mereka. Disaat seperti ini

interaksi antara perawat dengan pasien dan keluarga pasien semakin sedikit.

Para perawat tidak perlu lagi khawatir atau waspada dengan kondisi pasien dan

hanya perlu memantau kondisi pasien di monitor dan dapat meninggalkan ke pasien lain.

Page 49: Makalah Fixx

Dua pengecualian untuk pola-pola ini telah dicatat. Yang pertama terjadi

ketika anggota keluarga seorang pasien tidak asing lagi dengan lingkungan

rumah sakit; kedua terjadi ketika pola dan respon terhadap tekanan emosional dan bertahan dalam triad yang tidak sinkron.

Dalam beberapa kasus, angota keluarga seorang pasien merasa nyaman

dengan lingkungan rumah sakit atau Unit Gawat Darurat (UGD) karena riwayat

penerimaan pasien yang sebelumnya dan alur perjalanan penyakit pasien.

Beberapa dari mereka menggambarkan diri mereka sebagai “pengunjung tetap”

atau “telah akrab” dengan UGD. Anggota keluarga lainnya adalah petugas

kesehatan dan akrab dengan rumah sakit. Pada saat memasuki ruangan trauma

untuk pertama kalinya, anggota keluarga tersebut berjalan dengan rasa yakin,

biasanya dengan percaya diri mereka langsung menuju ke kepala perawat tanpa

bimbingan. Sesekali ketika menjaga pasien, mereka sering pergi atau berdiri

dengan para staf perawat, walaupun mereka tidak dikenal sebagai seorang

karyawan di sana. Anggota keluarga yang seperti ini terlihat “nyaman” dengan

staf perawat dan peralatan rumah sakit, dan, sesekali, mengurus, seperti

memasang alat oksigen, menginformasikan kepada perawat tentang kebutuhan

pasien, atau mencari linen atau kain untuk membasuh pasien.

Perlu diperhatikan, ketika kondisi seorang pasien memburuk, perubahan

sering menyebabkan hilangnya rasa percaya diri keluarga untuk bertahan. Disaat

seperti ini, anggota keluarga mudur atau meninggalkan sisi tempat tidur. Hanya 2

Page 50: Makalah Fixx

interaksi tercatat antara perawat dengan anggota keluarga pasien yang

tampaknya dapat menyebabkan tekanan dalam anggota keluarga. Kedua hal

tersebut termasuk ketika perawat membuat pernyataan yang empatik yang dapat

merusak pertahanan anggota keluarga.

3.2 KOMUNIKASI BERDASARKAN SOP DI RS dr. ISKAK TULULNG AGUNG

A. PROSEDUR KOMUNIKASI EFEKTIF DENGAN PASIEN DAN

KELUARGA DI RS DR.ISKAK

1. Perawat/bidan melakukan cuci tangan 6 langkah secara benar

2. Perawat atau bidan mengucapkan salam

3. Perawat/bidan menyebutkan nama dan unit kerjanya

4. Perawat/bidan memberitahukan maksud dan tujuan dalam memberikn

informasi

5. Perawat/bidan memberikan kesempatan kepada paien dan keluarga

untuk bertanya tentang segala sesuatu yang tidak dimengerti dan

meyebabkan kekhawatiran

6. Perawat/bidan mengucapkan salam meninggalkan

7. Perawat/bidan melakukan cuci tangan 6 langkah secara benar

B. PROSEDUR KOMUNIKASI PELAPORA HASIL PEMERIKSAAN PASIEN

DENGAN NILAI KRITIS

1. Petugas mengucapkan salam

2. Petugas memperkenalkan diri : nama (petuga kesehatan), dari ruang/

instalasi mana

3. Petugas melaporkan hasil nilai kritis saat ini

4. Setelah menerima pesan nilai kritis, perawat/dokter melakukan

pengulangan ucapan (read back) dari pemberi peritah/pesan

5. Petugas member perintah/pesan memberikan konfirmasi “ya benar”

setelah penerima pemerintah mengulangi ucapan (read back)

pemberi perinta secara benar

C. KOMPONEN EDUKASI PASIEN DAN KELUARGA

Program edukasi Bidang disiplin

( ) Kondisi medis dan diagnosa Medis

Page 51: Makalah Fixx

( ) rencana pengobatan Medis

( ) penggunaan alat medis Keperawatan

( ) penggunaan obat secara aman dan efektif Farmasi

( ) rencana perawatan Keperawatan

( ) manajemen nyeri Keperawatan

( ) Perawatan luka Keperawatan

( ) diet/nutrisi Dokter gizi/ ahli gizi

( ) interaksi obat dan makanan Farmasi

( ) teknik rehabilitasi Rehabilitasi medis

( ) pengisian inform consent Keperawatan

( )teknik cuci taangan Keperawatan

( ) edukasi resiko jatuh Keperawatan

( ) perawatan lanjutan setelah pasien pulang Keperawatan

D. METODE KOMUNIKASI EFEKTIF

METODE EDUKASI RESPON

1. diskusi 1 Tidak respon sama sekali (tidak ada

antusiasme dan keinginan belajar)

2. peragaan 2 Tidak paham (ingin belajar tapi kesulitan

mengerti)

3. selebaran 3 Paham hal yang diajarkan, tapi tidak bia

menjelaskan sediri

4. audio visual 4 Dapat menjelaskan apa yang telah

diajarkan, tapi harus dibantu educator

Page 52: Makalah Fixx

5 Dapat menjelaskan apa yang diajarkan

tanpa dibantu

3.3 ANALISA PERBANDINGAN KOMUNIKASI EDUKASI JURNAL DAN UGD DR. ISKAK TULUNGAGUNG

Berdasarkan observasi kurang lebih selama 4 minggu di UGD Dr Iskak

Tulung Agung pola komunikasi yang di lakukan antara perawat dengan pasien

maupun keluarga pasien sudah cukup baik. Hal ini dibuktikan dengan adanya

SOP Prosedur Komunikasi Efektif Dengan Pasien Keluarga dan Prosedur

Komunikasi Pelaporan Hasil Pemeriksaan Pasien Dengan Nilai Kritis. Selama

pengamatan aktivitas komunikasi terapeutik terdiri dari empat tahap, yaitu :

1. Fase pra interaksi (sebelum bertemu dengan pasien atau keluarga), meliputi:

Perawat melihat catatan atau rekaman medik sebelum bertemu klien,

mempersiapkan alat-alat yang diperlukan untuk tindakan keperawatan,

mempersiapkan ruangan yang kondusif untuk menyampaikan informasi,

memanggil keluarga pasien melalui pengeras suara, dan cuci tangan 6

langkah sebelum dan sesudah bertemu dengan pasien maupun keluarga.

2. Fase tindakan (bertemu dengan pasien atau keluarga), meliputi: perawat

mulai melakukan tindakan, bertemu dengan keluarga. Jika klien adalah

keluarga adalah orang sebaya perawat kadang memakai bahasa jawa

ngoko, tapi jika pasiennya lebih tua perawat menggunakan bahasa krama.

Dengan menampilkan sikap ramah dan sopan membuat klien merasa

dihargai. Sikap ramah dan sopan diperlukan untuk menunjukkan agar klien

merasa bahwa yang merawat adalah orang yang tepat.

a. Mengenal serta memanggil nama pasien. Perawat memperkenalkan diri,

namun pada pertemuan pertama perawat UGD dengan pasien maupun

keluarga perawat jarang memeperkenalkan diri. Hal ini dilakukan untuk

menjalin keakraban, menghindari kesalahan tindakan yang akan

diberikan, serta pasien merasa dihormati.” Bentuk praktis dari komunikasi

terapeutik adalah mengenal pasien.

b. Menjelaskan maksud, tujuan dan prosedur tindakan medis yang akan

dilakukan, misalnya, “Pak ini mau disuntik di perut supaya kadar gulanya

Page 53: Makalah Fixx

turun”. Setelah itu, pasien memberikan umpan balik, menyatakan setuju

atau menolak tindakan medis yang dilakukan. Karena setiap pasien

memiliki hak untuk menolak tindakan medis yang diberikan perawat

maupun dokter.

c. Berusaha mengetahui kondisi pasien melalui komunikasi dengan

memberi kesempatan kepada pasien untuk menjelaskan kondisinya.

Dengan demikian perawat dapat menyimpulkan tindakan apa yang perlu

diambil berdasarkan pada keluhan yang disampaikan oleh pasien.

d. Memberikan salam atau sapaan, seperti “Selamat pagi! Bagaimana

tidurnya kemarin?”

e. Berjabat tangan atau sentuhan. Meskipun tidak selalu dilakukan karena

alasan pasien memiliki penyakit menular minimal perawat sesekali

menyentuh badan pasien.

f. Diam sejenak. Hal ini dilakukan ketika pasien akan memberikan

keputusan menyetujui atau menolak terhadap tindakan medis yang akan

diberikan.

g. Mengajukan pertanyaan yang berkaitan. Ini dilakukan pada pasien

misalnya yang mengalami luka bacok. Sambil memberikan perawatan

(mengganti perban), perawat bertanya kepada si pasien, mengapa

sampai bisa mengalami peristiwa tersebut, dan bagaimana kejadiannya.

Setelah melakukan tindakan keperawatan perawat kadang

memberikan pujian jika pasien mau menuruti apa yang dianjurkan. Ketika

akan mengakhiri kegiatan, perawat menanyakan lagi perasaan pasien

setelah dilakukan tindakan medis. Namun tidak semua perawat memanggil

nama pasien, atau berjabat tangan. Selain itu tidak semua perawat juga

menanyakan kondisi perasaan pasien. Dalam fase ini perawat

memberitahukan terkait kondisi pasien kepada keluarga, pilihan terapi atau

rencana pengobatan yang akan dilakukan, penggunaan alat medis,

perawatan luka, pengisian inform consent, pentingnya gelang identitas,

dan perawatan lanjutan. Metode yang biasa digunakan dalam edukasi

pasien dan keluarga adalah diskusi dengan memperhatikan respon pasien

dan keluarga.

Page 54: Makalah Fixx

3. Fase evaluasi (sesudah bertemu dengan pasien atau keluarga), meliputi:

Laporan tentang perkembangan kondisi kesehatan pasien dan pilihan

tindakan medis yang akan dilakukan. Tugas perawat pada fase ini adalah

menyimpulkan hasil kegiatan; evaluasi hasil dan proses. Memberikan

reinforcement positif dan merencanakan tindaklanjut dengan klien. Melakukan

kontrak untuk pertemuan selanjutnya (waktu, tempat, topik) serta mengakhiri

kegiatan dengan baik.

4. Fase Dokumentasi. Pada fase ini dilakukan pendokumentasian ke dalam

catatan medik mengenai tindakan-tindakan keperawatan yang telah dilakukan

serta perkembangan kondisi pasien. Melalui catatan medik inilah dapat

diketahui mengenai perkembangan kesehatan pasien, untuk kemudian

dipakai sebagai acuan untuk program-program keperawatan selanjutnya. Di

samping itu catatan medik ini juga dapat digunakan oleh dokter sebagai acuan

dalam memberikan tindakan medis. Kegiatan edukasi pada pasien UGD di

dokumentasikan dalam lembar pengkajian edukasi pasien dan keluarga.

Ditinjau dari segi teori ada beberapa teknik-teknik yang belum

diterapkan oleh perawat dalam memberikan asuhan keperawatan Hal ini

mungkin dikarenakan durasi perawatan di UGD yang cukup singkat, sehingga

kesan tidak baik maupun yang baik, yang telah disampaikan pasien

merupakan hal yang wajar. Akan tetapi dari pihak perawat harus memperbaiki

apa yang sudah ada, dengan merefresing kembali teori komunikasi terapeutik.

Dalam hal ini perawat berusaha mengerti pasien dengan cara mendengarkan

apa yang disampaikan pasien. Komunikasi terapeutik itu sendiri bertujuan

untuk kesembuhan pasien. Oleh karena itu, perlu diketahui sejauh mana

perawat di RS Dr. Iskak memahami arti dan pentingnya komunikasi terapeutik

itu sendiri. Karena pemahaman tersebut dapat berpengaruh terhadap kualitas

komunikasi terapeutik yang diberikan oleh perawat. Kualitas komunikasi

terapeutik dapat diketahui dari pelayanan yang dirasakan oleh pasien serta

tingkat kepuasan yang dirasakan oleh pasien.

Berdasarkan hasil observasi dan jurnal yang kami analisa penerapan teknik

komunikasi yang diterapkan dalam ruang UGD RS Dr Iskak meliputi:

1. Families Learning to Endure (keluarga belajar untuk bertahan)

Page 55: Makalah Fixx

Dalam kategori ini, terhadap pasien penurunan kesadaran, dibius, tidak

responsif, atau diintubasi perlu perhatian khusus. Keluarga pasien biasanya ingin

melihat ke perawat untuk meminta bimbingan. Perawat biasanya mengizinkan

keluarga untuk "berbicara dengan" pasien, namun jarang menginformasikan

mereka bahwa pasien mungkin bisa mendengar suara dari keluarganya. Perawat

juga jarang memberikan kalimat penguatan kepada pasien, "Keluargamu di sini,"

Percakapan yang terjadi biasanya sangat minim, seringkali beberapa keluarga

datang untuk melihat dan berdoa untuk kesembuhan klien. Selain itu, perawat

memberikan informasi terkait kondisi pasien, seperti tanda-tanda vital. Perawat

jarang terlihat datang dan menghibur keluarga.

2. Patient Failing to Endure (Pasien Gagal Bertahan)

Ketika pasien ketakutan atau di luar kendali, anggota keluarga tidak

selalu masuk ke ruang trauma. Anggota keluarga diizinkan untuk hadir dengan

disamping pasien yang takut atau rasa sakit tak terkendali dan tekanan

emosional. Dalam melakukan tindakan pengobatan seperti terapi oksigen dan

cairan, injeksi obat, memasang NGT dan kateter, serta intubasi perawat

memberikan penjelasan singkat untuk prosedur yang tidak menyenangkan, dan

melatih pasien untuk bertahan, menganjurkan pasien untuk bersabar. Perawat

disini berperan untuk menenangkan pasien sekaligus keluarga. Keluarga terlihat

menirukan perawat dan bicara, ("Tidak apa-apa, kamu akan sembuh")

Keluarga juga memperhatikan arahan perawat ("Ambil napas dalam-

dalam"). Namun, mereka biasanya menyuruh pasien untuk istighfar jika pasien

bersumpah, berisik, atau menangis, meskipun mereka kadang-kadang

membantu dalam menahan dengan memegang kaki pasien atau tangan.

Keluarga biasanya menyentuh pasien dengan tepukan pendek, mengusap

lengan atau kaki pasien, membelai dahi pasien atau wajah, atau memegang

tangan pasien. Jika pasien anak-anak perawat mendorong anggota keluarga

untuk tinggal dan menenangkan anak. Banyak strategi menenangkan yang

digunakan, seperti mengusap kepala, menggoyang, tawar-menawar, membujuk,

memeluk, meyakinkan, bercanda, dan menggoda yang digunakan sebentar-

sebentar oleh kedua orang tua dan perawat.

Page 56: Makalah Fixx

3. Family Emotionally Suffering and Patient Enduring (keluarga dengan tekanan emosional dan pasien bertahan)

Dalam kategori ini, beberapa anggota keluarga melepaskan emosi

mereka (berbagi) pada anggota keluarga lainnya. Dalam situasi ini, perawat

terlibat dalam perawatan dan membatasi waktu untuk anggota keluarga pasien.

Perawat memantau interaksi antara pasien dan keluarga pasien dan memberikan

jaminan ("Tidak apa-apa") dan informasi tentang tes dan hasilnya.Hal ini sering

dijumpai pada beberapa anggota keluarga yang lain. Mereka berperan

menghibur atau berdiri dibelakang mereka yang sakit. Mereka tidak membuat

percakapan atau kontak mata dengan anggota keluarga lain, tetapi mereka lebih

mempertahankan pada teknologi atau peralatan yang ada. Berdasarkan

pengamatan di Dr. Iskak Tulung Agung, perawat menjelaskan kondisi dan hasil

tes pemeriksaan. Namun, seringkali perawat tidak mengizinkan keluarga baik

keluarga yang sabar maupun tertekan secara emosional untuk berinteraksi

dengan pasien. Terkadang juga diperbolehkan berinteraksi dengan pasien satu

per satu dengan batasan waktu.

4. Patient and Family Enduring (Pasien dan Keluarga Enduring)

Dalam kategori ini, ketika pasien dan keluarga kuat, interaksi antara

pasien, keluarga, dan perawat hanya minimal. Jika pasien dan atau anggota

keluarganya semua berada pada keadaan yang kuat, mereka semua

berperilaku tabah. Pasien tenang dan memasrahkan dirinya untuk perawatan

yang diperlukan. Pasien dan anggota keluarga diam-diam mengamati

tindakan perawat, diam-diam mencari petunjuk tentang kondisi pasien dengan

bertanya kepada perawat. Pada saat yang sama, perawat mengamati pasien

dan keluarga kemudian menjelaskan terkait kondisi dan rencana pengobatan

klien.

5. Resolution Of Enduring (Penyelesaian Masalah Kritis)

Dalam jurnal ini dijelaskan bahwa perawat menjadi penuh perhatian ke

anggota keluarga pasien, perawat akan meminta keluarga untuk

mengekspresikan perasaan mereka dan memastikan ke anggota keluarga bahwa

ini akan baik baik saja, sambil menawarkan kopi atau teh. Adakalanya tindakan

Page 57: Makalah Fixx

perawat ini ditolak oleh keluarga pasien sebelum melakuan penyelesaian beban

dan tekanan. Namun hal ini belum bisa di implementasikan dalam proses

keperawatan disini terkait jumlah perawat yang tersedia hanya berfokus untuk

merawat pasien, berbeda dengan di luar negeri yang tugas masing-masig

perawat sudah jelas.