TUGAS FARMAKOLOGI OBAT YANG MEMPENGARUHI SARAF PEMBULUH JANTUNG Disusun oleh : 1. Bangkit Enggar P. P17420212006 2. Feranditta Azri R. P17420212016 3. Nur Anisa P17420212026 4. Suci Aryani P17420212036 Kelas I A POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
TUGAS FARMAKOLOGI
OBAT YANG MEMPENGARUHI
SARAF PEMBULUH JANTUNG
Disusun oleh :
1. Bangkit Enggar P. P17420212006
2. Feranditta Azri R. P17420212016
3. Nur Anisa P17420212026
4. Suci Aryani P17420212036
Kelas I A
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
PRODI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Farmakologi
ini yang membahas Obat yang Mempengaruhi Saraf Pembuluh Jantung.
Kami membuat makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas Farmakologi
dan untuk menambah pengetahuan tentang penggunaan obat. Semoga makalah ini
dapat menjadi referensi pembaca dalam memilih obat yang sesuai terutama bagi
perawat dalam pemberian asuhan keperawatan kepada klien dengan gangguan
saraf pembuluh jantung.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu pembuatan
makalah ini. Terutama dosen pengampu, orang tua, dan rekan-rekan semua yang
tidak dapat disebutkan satu-persatu.
Mohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini banyak sekali
kekurangan. Oleh karena itu, kami memerima kritik dan saran yang diberikan oleh
pembaca.
Purwokerto, Maret 2013
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Obat secara umum
Obat adalah substansi apapun yang efek kimianya dapat mengubah
fungsi biologik. Pada umumnya, molekul obat berinteraksi dengan
molekul khusus dalam sistem biologik yang berperan sebagai regulator,
disebut reseptor.
Agar bisa berinteraksi dengan reseptornya, molekul obat harus
mempunyai ukuran, muatan listrik, bentuk dan komposisi atom yang
sesuai. Obat yang baaik juga harus dapat dinonaktifkan atau diekskresikan
dari tubuh setelah waktu tertentu, sehingga durasi kerja obatnya dapat
terukur dalam jangka waktu yang tepat.
B. Klasifikasi Obat
Obat digolongkan dalam 3 jenis, yaitu obat bebas, obat bebas
terbatas, dan obat keras.
Obat bebas adalah obat yang dapat dijual bebas dipasaran dan
dapat dibeli tanpa resep dokter. Obat bebas terbatas adalah obat yang
dijual bebas dan dapat dibeli tanpa dengan resep dokter, tapi disertai
dengan tanda peringatan. Obat keras adalah obat yang hanya dapat
diperoleh dengan resep dokter. Obat ini hanya boleh dijual di apotik dan
harus dengan resep dokter.
C. Interaksi obat
Interaksi obat adalah peristiwa dimana kerja obat dipengaruhi oleh
obat lain yang diberikan bersamaan atau hampir bersamaan.Efek obat
dapat bertambah kuat atau berkurang karena interaksi ini.
Mekanisme interaksi dapat dibagi menjadi :
1. Interaksi farmasetik : Terjadi jika antara dua obat yang diberikan
bersamaan terjadi inkompabilitas atau terjadi reaksi langsung.
2. Interaksi farmakokinetik : Terjadi jika perubahan efek obat terjadi
dalam proses absorpsi, distribusi obat dalam tubuh, metabolisme, atau
dalam proses ekskresi di ginjal.
3. Interaksi farmakodinamik : Terjadi pada tingkat reseptor dan
mengakibatkan berubahnya salah satu efek obat yang bersifat agonik
ataupun antagonik.
BAB II
OBAT YANG BERPENGARUH TERHADAP
SARAF PEMBULUH JANTUNG
A. Jenis Obat
Obat yang berpengaruh pada saraf pembuluh jantung adalah :
1. Antihipertensi
2. Obat Syok dan Hipotensi
a. Simpatomimetik inotropic
b. Simpatomimetrik vasokonstriktor
3. Obat gangguan sirkulasi darah
B. Antihipertensi
1. Farmakologi Dasar Obat Antihipertensi
Semua obat antihipertensi bekerja pada satu atau lebih dari empat
lokasi kontrol anatomis dan menghasilkan efeknya dengan mengganggu
mekanisme pengaturan tekanan darah yang normal. Suatu klasifikasi yang
berguna dari obat-obatan ini membaginya dalam kategori berdasarkan
tempat pengaturan utama atau mekanisme pada tempat bekerjanya
tersebut. Oleh karena mekanisme kerjanya sama, obat-obat dalam setiap
kategori cenderung untuk menghasilkan suatu spektrum toksisitas yang
mirip. Kategori-kategori tersebut meliputi :
a. Diuretik, yang menurunkan tekanan darah dengan mendeplesi natrium
tubuh dan mengurangi volume darah serta barangkali juga dengan
mekanisme-mekanisme lainya.
Mekanisme hipertensi. Khasiat anti hipertensi diuretik berawal dari
efeknya meningkatkan ekskresi natrium, florida, dan air sehingga
mengurangi volume plasma dan cairan ekstrasel.TD turun akibat
berkurangnya curah jantung, sedangkan resistensi periver tidak
berubah pada awal terapi. Pada pemberian kronik, volume plasma
kembali tetapi masih kira-kira 5% dibawah nilai sebelum pengobatan.
Curah antung kembali mendekati normal. TD tetap turun karena
sekarang resistensi periver menurun. Fase dilatasi periver yg terjadi
kemudian ini tampaknya bukan efek langsung tiasid tetapi karena
adanya penyesuaian pembuluh darah periver terhadap pengurangan
volume plasma yg terus menerus. Kemungkinan lain adalah
berkurangnya kekakuan dingding pembulh darah dan bertambahnya
daya lentur vaskular.
Prosedur. Tiasid digunakan sebagai obat tunggal pada penderita
hipertensi ringan sampai sedang, atau dalam kombinasi dg AH lain,
pada penderita yg Tdnya tidak dapat dikendalikan dengan diuretik
saja. Tiasid menurunkan TD berdiri maupun berbaring, jarang
menimbulkan hipotensipostural, di toleransi penderita dg baik,
harganya relatif murah, dapat diberikan sekai sehari, dan efek
hipotensifnya bertahan pada penggunaan jangka panjang.
Tiasid sering kali dikombinasi dg AH lain karena.
1. Tiasid meningkatkan efek hipotensif obat lain yang mekanisme
kerjanya berbeda sehingga dosis obat tsb dpt dikurangi, dan dnegna
menguragijumah serta beratnya efek samping.
2. Tiasid mencegah terjadinya retensi cairan oleh HA lainya sehingga
efek hipotensif obatobat tsb dapat bertahan.
Efek samping. Tiasid dapat menimbulkan efek samping metabolik,
yakni hipoklemia, hipomgnesemia, hiponatrenia, hiperurisemia, dan
hipertrigliseridemia. Tiasid dapat mencetuskan gout akut. Untuk
menghindari efek metabolik ini, tizaid harus digunakan dengan gosis
rendah dan dilakukan pengaturan diet.
b. Penghambat Adrenergik
Mekanisme antihipertensi. Mekanisme kerja β-bloker sebagai anti
hipertensi masih belum jelas. Diperkirakan ada beberapa cara:
1. Pengurangan denyut jantung dan kontraktilitas miokard
menyebabkan curah jatung berkurang, refleks baroreseptor serta
hambatan reseptor β2 vaskular menyebabkan resistensi resistensi
perifer pada awalnya meningkat. Pada pemberian kronik
resistensi perifer menurun, mungkin sebagai penyesuaian
terhadap pengurangan curah jantung yang kronik.
2. Hambatan penglepasan NE melalui hambatan reseptor β2
prasinapsis.
3. Hambatan sekresi renin melalui hambatan reseptor β1 di ginjal
4. Efek sentral,
Berbagai mekanisme ini memberikan kontribusi yang berbeda-beda
dalam menimbulkan efek anti hipertensi dari setiap β-bloker.
Prosedur. Jenis ini diberkan sebagai obat pertama pada penderita
hipertensi ringan sampai dengan PJK (terutama setelah infark miokard
akut) atau dg aritmia supraventrikular maupun ventrikular tanpa
kelainan konduksi, pada penderita muda dg sirkulasi hiperdinamik,dan
pada penderita yang memerlukan antidepresi trisiklik atau anti
psikotik (karena efek antihipertensi β-bloker tidak dihambat oleh obat-
obat tersebut) β-bloker labih aktif pada penderita yang labih muda dan
kurang efektif pada penderita yang labih tua.
Efektivitas berbagai β-bloker sebagai anti hipertensi tidak berbeda
satu sama lainbila diberikan dalam dosis yg ekuipoten. Ada atau
tidaknya kardioselektivitas, ISA, MSA, maupin kemampuan obat
masuk otak tidak memberikan perbedaan dalam efektivitas sebagai
antihipertensi tetapi memberikan perbedaan dalam menentukan
pilihan β-bloker mana yang paling tepat bagi masing-masing
penderita, karena adanya perbedaan efek pada penyakit penyerta dan
profil efek samping yg ditimbulkan. Β-bloker dengan ISA kurang
efektif untuk PJK dan belumterbukti efektik untuk paska infark
miokard, meskipun kurang menimbulkan efek samping metabolik.
Efek samping. Secara umum, efek samping β-bloker (termasuk
labetalol) berupa bronkospasme, memperburuk gangguan pembuluh
darah perifer, rasa lelah, insomnia, eksaserbasi gagal jantung, dan
menutupi gejala-gejala hipoglikemia, juga, hipertrigliseridemia dan
menurunkan kadar kolesterol HDL (kecuali β-bloker dengan ISA dan
labetalol), serta mengurangi kemampuan berolahraga. Karena itu jens
obat ini tidak boleh diberikan pada penderita asma, PPOM, gagal
jantung dengan disfungsi sistolik, blok jantung derajat 2 dan 3, sick
sinus syndrome, dan penyakit vaskular perifer, serta harus digunakan
dengan hati-hati.pada penderita diabetes. Dan tidak pula dihentikan
secara mendadak pada penderita dg PJK. Efek samping metabolik
dapat dikurangi dengan pengaturan diet,
Terapi hipertensi dg β-bloker pada penderita dg gagal ginjal kronik
telah dilaporkan menyebabkan fungsi ginjal memburuk, mungkin
disebabkan karenapengurangan aliran darah ginjal dan laju filtrasi
glomelurus akibat pengurangan curah jantung dan penurunan TD oleh
obat. Berbeda dg penderita angina , pada penderita hipertensi jarang
sekali terjadi ipertensi rebound pada penghentian β-bloker secara
mendadak.
c. Obat simpatoplegik, yang menurunkan tekanan darah dengan cara
mengurangi tahanan vaskular tepi, menghambat fungsi jantung,
meningkatkan pembenungan darah divena di pembuluh-pembuluh
vena kapasitan. (kedua efek terakhir mengurangi curah jantung) obat
ini dibagi lagi menurut kerjanya pada lengkung refleks simpatis.
d. Vasodilator langsung, yang mengurangi tekanan darah dengan cara
merelaksasi otot polos vaskuler, sehingga mendilatasi pembuluh
resisten dan sampai derajat yang berbeda-beda meningkatkan juga
kapasitan.
e. Obat-obat yang menghambat produksi dan kerja angiotensin, dengan
demikian mengurangi tahanan vaskular perifer dan (secara potensial)
volume darah.
2. Prinsip Pengobatan Hipertensi
a) Tujuan pengobatan hipertensi
Tujan pengobatan hipertensi adalah untuk mencegah terjadinyamorbiditas
danmortalitas akibat TD tinggi. Ini berarti TD harus diturunkan serendah
mungkin dan tidak mengganggu fungsi ginjal, otak, jantung maupun