Top Banner
TUGAS FARMAKOLOGI OBAT YANG MEMPENGARUHI SARAF PEMBULUH JANTUNG Disusun oleh : 1. Bangkit Enggar P. P17420212006 2. Feranditta Azri R. P17420212016 3. Nur Anisa P17420212026 4. Suci Aryani P17420212036 Kelas I A POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
30

makalah farmakologi

Oct 28, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: makalah farmakologi

TUGAS FARMAKOLOGI

OBAT YANG MEMPENGARUHI

SARAF PEMBULUH JANTUNG

Disusun oleh :

1. Bangkit Enggar P. P17420212006

2. Feranditta Azri R. P17420212016

3. Nur Anisa P17420212026

4. Suci Aryani P17420212036

Kelas I A

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

PRODI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO

2013

Page 2: makalah farmakologi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Farmakologi

ini yang membahas Obat yang Mempengaruhi Saraf Pembuluh Jantung.

Kami membuat makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas Farmakologi

dan untuk menambah pengetahuan tentang penggunaan obat. Semoga makalah ini

dapat menjadi referensi pembaca dalam memilih obat yang sesuai terutama bagi

perawat dalam pemberian asuhan keperawatan kepada klien dengan gangguan

saraf pembuluh jantung.

Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu pembuatan

makalah ini. Terutama dosen pengampu, orang tua, dan rekan-rekan semua yang

tidak dapat disebutkan satu-persatu.

Mohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini banyak sekali

kekurangan. Oleh karena itu, kami memerima kritik dan saran yang diberikan oleh

pembaca.

Purwokerto, Maret 2013

Penyusun

Page 3: makalah farmakologi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Obat secara umum

Obat adalah substansi apapun yang efek kimianya dapat mengubah

fungsi biologik. Pada umumnya, molekul obat berinteraksi dengan

molekul khusus dalam sistem biologik yang berperan sebagai regulator,

disebut reseptor.

Agar bisa berinteraksi dengan reseptornya, molekul obat harus

mempunyai ukuran, muatan listrik, bentuk dan komposisi atom yang

sesuai. Obat yang baaik juga harus dapat dinonaktifkan atau diekskresikan

dari tubuh setelah waktu tertentu, sehingga durasi kerja obatnya dapat

terukur dalam jangka waktu yang tepat.

B. Klasifikasi Obat

Obat digolongkan dalam 3 jenis, yaitu obat bebas, obat bebas

terbatas, dan obat keras.

Obat bebas adalah obat yang dapat dijual bebas dipasaran dan

dapat dibeli tanpa resep dokter. Obat bebas terbatas adalah obat yang

dijual bebas dan dapat dibeli tanpa dengan resep dokter, tapi disertai

dengan tanda peringatan. Obat keras adalah obat yang hanya dapat

diperoleh dengan resep dokter. Obat ini hanya boleh dijual di apotik dan

harus dengan resep dokter.

C. Interaksi obat

Interaksi obat adalah peristiwa dimana kerja obat dipengaruhi oleh

obat lain yang diberikan bersamaan atau hampir bersamaan.Efek obat

dapat bertambah kuat atau berkurang karena interaksi ini.

Mekanisme interaksi dapat dibagi menjadi :

1. Interaksi farmasetik : Terjadi jika antara dua obat yang diberikan

bersamaan terjadi inkompabilitas atau terjadi reaksi langsung.

Page 4: makalah farmakologi

2. Interaksi farmakokinetik : Terjadi jika perubahan efek obat terjadi

dalam proses absorpsi, distribusi obat dalam tubuh, metabolisme, atau

dalam proses ekskresi di ginjal.

3. Interaksi farmakodinamik : Terjadi pada tingkat reseptor dan

mengakibatkan berubahnya salah satu efek obat yang bersifat agonik

ataupun antagonik.

Page 5: makalah farmakologi

BAB II

OBAT YANG BERPENGARUH TERHADAP

SARAF PEMBULUH JANTUNG

A. Jenis Obat

Obat yang berpengaruh pada saraf pembuluh jantung adalah :

1. Antihipertensi

2. Obat Syok dan Hipotensi

a. Simpatomimetik inotropic

b. Simpatomimetrik vasokonstriktor

3. Obat gangguan sirkulasi darah

B. Antihipertensi

1. Farmakologi Dasar Obat Antihipertensi

Semua obat antihipertensi bekerja pada satu atau lebih dari empat

lokasi kontrol anatomis dan menghasilkan efeknya dengan mengganggu

mekanisme pengaturan tekanan darah yang normal. Suatu klasifikasi yang

berguna dari obat-obatan ini membaginya dalam kategori berdasarkan

tempat pengaturan utama atau mekanisme pada tempat bekerjanya

tersebut. Oleh karena mekanisme kerjanya sama, obat-obat dalam setiap

kategori cenderung untuk menghasilkan suatu spektrum toksisitas yang

mirip. Kategori-kategori tersebut meliputi :

a. Diuretik, yang menurunkan tekanan darah dengan mendeplesi natrium

tubuh dan mengurangi volume darah serta barangkali juga dengan

mekanisme-mekanisme lainya.

Mekanisme hipertensi. Khasiat anti hipertensi diuretik berawal dari

efeknya meningkatkan ekskresi natrium, florida, dan air sehingga

mengurangi volume plasma dan cairan ekstrasel.TD turun akibat

berkurangnya curah jantung, sedangkan resistensi periver tidak

berubah pada awal terapi. Pada pemberian kronik, volume plasma

kembali tetapi masih kira-kira 5% dibawah nilai sebelum pengobatan.

Page 6: makalah farmakologi

Curah antung kembali mendekati normal. TD tetap turun karena

sekarang resistensi periver menurun. Fase dilatasi periver yg terjadi

kemudian ini tampaknya bukan efek langsung tiasid tetapi karena

adanya penyesuaian pembuluh darah periver terhadap pengurangan

volume plasma yg terus menerus. Kemungkinan lain adalah

berkurangnya kekakuan dingding pembulh darah dan bertambahnya

daya lentur vaskular.

Prosedur. Tiasid digunakan sebagai obat tunggal pada penderita

hipertensi ringan sampai sedang, atau dalam kombinasi dg AH lain,

pada penderita yg Tdnya tidak dapat dikendalikan dengan diuretik

saja. Tiasid menurunkan TD berdiri maupun berbaring, jarang

menimbulkan hipotensipostural, di toleransi penderita dg baik,

harganya relatif murah, dapat diberikan sekai sehari, dan efek

hipotensifnya bertahan pada penggunaan jangka panjang.

Tiasid sering kali dikombinasi dg AH lain karena.

1. Tiasid meningkatkan efek hipotensif obat lain yang mekanisme

kerjanya berbeda sehingga dosis obat tsb dpt dikurangi, dan dnegna

menguragijumah serta beratnya efek samping.

2. Tiasid mencegah terjadinya retensi cairan oleh HA lainya sehingga

efek hipotensif obatobat tsb dapat bertahan.

Efek samping. Tiasid dapat menimbulkan efek samping metabolik,

yakni hipoklemia, hipomgnesemia, hiponatrenia, hiperurisemia, dan

hipertrigliseridemia. Tiasid dapat mencetuskan gout akut. Untuk

menghindari efek metabolik ini, tizaid harus digunakan dengan gosis

rendah dan dilakukan pengaturan diet.

b. Penghambat Adrenergik

Mekanisme antihipertensi. Mekanisme kerja β-bloker sebagai anti

hipertensi masih belum jelas. Diperkirakan ada beberapa cara:

1. Pengurangan denyut jantung dan kontraktilitas miokard

menyebabkan curah jatung berkurang, refleks baroreseptor serta

hambatan reseptor β2 vaskular menyebabkan resistensi resistensi

perifer pada awalnya meningkat. Pada pemberian kronik

Page 7: makalah farmakologi

resistensi perifer menurun, mungkin sebagai penyesuaian

terhadap pengurangan curah jantung yang kronik.

2. Hambatan penglepasan NE melalui hambatan reseptor β2

prasinapsis.

3. Hambatan sekresi renin melalui hambatan reseptor β1 di ginjal

4. Efek sentral,

Berbagai mekanisme ini memberikan kontribusi yang berbeda-beda

dalam menimbulkan efek anti hipertensi dari setiap β-bloker.

Prosedur. Jenis ini diberkan sebagai obat pertama pada penderita

hipertensi ringan sampai dengan PJK (terutama setelah infark miokard

akut) atau dg aritmia supraventrikular maupun ventrikular tanpa

kelainan konduksi, pada penderita muda dg sirkulasi hiperdinamik,dan

pada penderita yang memerlukan antidepresi trisiklik atau anti

psikotik (karena efek antihipertensi β-bloker tidak dihambat oleh obat-

obat tersebut) β-bloker labih aktif pada penderita yang labih muda dan

kurang efektif pada penderita yang labih tua.

Efektivitas berbagai β-bloker sebagai anti hipertensi tidak berbeda

satu sama lainbila diberikan dalam dosis yg ekuipoten. Ada atau

tidaknya kardioselektivitas, ISA, MSA, maupin kemampuan obat

masuk otak tidak memberikan perbedaan dalam efektivitas sebagai

antihipertensi tetapi memberikan perbedaan dalam menentukan

pilihan β-bloker mana yang paling tepat bagi masing-masing

penderita, karena adanya perbedaan efek pada penyakit penyerta dan

profil efek samping yg ditimbulkan. Β-bloker dengan ISA kurang

efektif untuk PJK dan belumterbukti efektik untuk paska infark

miokard, meskipun kurang menimbulkan efek samping metabolik.

Efek samping. Secara umum, efek samping β-bloker (termasuk

labetalol) berupa bronkospasme, memperburuk gangguan pembuluh

darah perifer, rasa lelah, insomnia, eksaserbasi gagal jantung, dan

menutupi gejala-gejala hipoglikemia, juga, hipertrigliseridemia dan

menurunkan kadar kolesterol HDL (kecuali β-bloker dengan ISA dan

labetalol), serta mengurangi kemampuan berolahraga. Karena itu jens

Page 8: makalah farmakologi

obat ini tidak boleh diberikan pada penderita asma, PPOM, gagal

jantung dengan disfungsi sistolik, blok jantung derajat 2 dan 3, sick

sinus syndrome, dan penyakit vaskular perifer, serta harus digunakan

dengan hati-hati.pada penderita diabetes. Dan tidak pula dihentikan

secara mendadak pada penderita dg PJK. Efek samping metabolik

dapat dikurangi dengan pengaturan diet,

Terapi hipertensi dg β-bloker pada penderita dg gagal ginjal kronik

telah dilaporkan menyebabkan fungsi ginjal memburuk, mungkin

disebabkan karenapengurangan aliran darah ginjal dan laju filtrasi

glomelurus akibat pengurangan curah jantung dan penurunan TD oleh

obat. Berbeda dg penderita angina , pada penderita hipertensi jarang

sekali terjadi ipertensi rebound pada penghentian β-bloker secara

mendadak.

c. Obat simpatoplegik, yang menurunkan tekanan darah dengan cara

mengurangi tahanan vaskular tepi, menghambat fungsi jantung,

meningkatkan pembenungan darah divena di pembuluh-pembuluh

vena kapasitan. (kedua efek terakhir mengurangi curah jantung) obat

ini dibagi lagi menurut kerjanya pada lengkung refleks simpatis.

d. Vasodilator langsung, yang mengurangi tekanan darah dengan cara

merelaksasi otot polos vaskuler, sehingga mendilatasi pembuluh

resisten dan sampai derajat yang berbeda-beda meningkatkan juga

kapasitan.

e. Obat-obat yang menghambat produksi dan kerja angiotensin, dengan

demikian mengurangi tahanan vaskular perifer dan (secara potensial)

volume darah.

2. Prinsip Pengobatan Hipertensi

a) Tujuan pengobatan hipertensi

Tujan pengobatan hipertensi adalah untuk mencegah terjadinyamorbiditas

danmortalitas akibat TD tinggi. Ini berarti TD harus diturunkan serendah

mungkin dan tidak mengganggu fungsi ginjal, otak, jantung maupun

kualitas hidup. Sambildilakukan pengendalian faktor-faktor risiko

Page 9: makalah farmakologi

kardiovaskular lainya. Telah terbukti bahwa makin rendah TD diastolik

dan sistolik, makin baik prognosisnya. Pada umumnya, sasaran TD pada

penderita muda adalah <140/90 mmHg (sampai 130/85 mmHg)sedangkan

pada penderita usia lanjut sampai umur 80 tahun < 160/90 mmHg (sampai

145 mmHg sistolik bila dapat ditoleransi.

b) Manfaat terapi hipertensi

Menurut TD dengan antihipertensi telah terbukti menurukan morbiditas

dan mortalitas kardiovaskuler, yaitu stroke, iskemia jantung, gagal jantung

kongesif, dan memberatnya hipertensi.

Hasil gabungan dari 14 uji klinik pada hampir 37.000 penderita dewasa

dengan semua tingkat hipertensi menunjukan bahwa penurunan TDD 5-6

mmHg dengan AH menurunkan insiden stroke 42% dan PJK 14% selama

4-6 tahun. Pemberian AH pada hampir 8.500 penderita hipertensi usia

lanjut menurunkan mortalitas stroke 33% dan mortalitas koroner 26%

selama 4-6tahun sedangkan pada lebih dari 4.700 penderita hipertensi

sistolik, penurunan TD 11/3 mmHg dengan AH menurunkan insidens

stroke 33%, PJK 27% dan gagal jantung 55% setelah rata-rata 4,5 tahun.

Jadi AH lebih efektif untuk mengurangi insidens stroke dan gagal jantung

dibandingkan PJK. Maka pengobatan hipertensi menyebabkan terjadinya

pergeseran dalam penyebab kematian diantara penderita hipertensi, dulu

paling banyak gagal ajntung sekarang PJK kurang efektifnya AH untuk

menurunkan insidens PJK mungkin disebabkan :

1) Sebagai komplikasi aterosklerotik, banyak faktor lain ikutbereran

2) Pegobatan tidak sukup dini dan tidak cukup panjang untuk dapat

menghambat proses arterosklerosis

3) AH yang digunakan dimasa lalu, diuretik / β-bloker dalam dosis besar,

menimbulkan efek samping metabolik yang meningkatkan resiko

koroner

4) Penurunan TD yang berlebihan pada penderita dengan kelainan koroner

akan menngkatkan kembali kejadian koroner (kurva jebzal) dan

5) Ketidak patuhan penderita pada pengobatan

c) Pedoman Umum Terapi Hipertensi

Page 10: makalah farmakologi

Keputusan untuk memulai pengobatan hipertensi tidak hanya ditentukan

oleh tingginya TD, tetapi juga oleh adanya faktor risiko kardiovaskuler

lainya. Dan adanya TOD. Makin tinggi TD, adanya faktor risiko

kardiovaskuler yang lain, dan/atau sudah adanya TOD. Makin tinggi risiko

terjadinya morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler. Bagi mereka ini,

manfaat pengobatan hipertensi makin besar. Sebaliknya, pada hipertensi

ringan tanpa disertai faktor risiko lain atau TOD, manfaat pengobatan

hipertensi kecil sekali, sehingga penderita mungkin lebih dirugikan oleh

adanya efek samping yang ditimbulkan oleh AH.

TD yang meningkat pada pengukuran pertama harus dipastikan dengan

pemeriksaan ulang selang satu sampai beberapa minggu sebelum

diputuskan untuk diobati. Kecuali bila TD sangat tinggi (diastolik >= 120

mmHg atau sistolik >= 210 mmHg) / disertai dengan TOD, maka

penderita perlu segera diobati.

Page 11: makalah farmakologi

TAHAPAN TERAPI HIPERTENSI

Respon cukup respon kurang(TD sasaran telah dicapai)

Respon cukup respon kurang/persial respons kecil(TD sasaran telah dicapai)

Respon belum cukup

Modifikasi pola hidup :

Penurunan berat badan Aktivitas fisik teratur Pembatasan garam dan alkohol Berhenti merokok

Lanjutkan modifikasi pola hidup, pilihan antihipertensi tahap pertama:

Diuretik atau β-bloker Penghambat ACE, antagonis kalsium, α-bloker, α.β-bloker

Tingkatkan dosis obat pertama

Tambahkan obat ke-2 dari golongan lain

Ganti dengan obat dari golongan lain

Tambahkan obat ke-2 atau ke-3 dari golongan lain dan/atau diuretik

Page 12: makalah farmakologi

PENGOBATAN OBAT ANTI HIPERTENSI (AH) ORAL DENGAN DOSIS DAN SEDIANYA

Jenis Obat

Dosis Antihipertensi (mg/hari) Sediaan

AwalMaksimal

Frekuensi Pemberian

A.

ANTIHIPERTENSI TAHAP PERTAMA

1. Diuretika. Diuretik tiazid & sejenisnya

1) Hidroklorotiazid2) Klortalidon3) Bendroflumetiazid4) Indapamid5) Sipamid

b. Diuretik Kuat Furosemid1) Biasa2) Lepas lambat

c. Diuretik Hemat Kalium1) Amilorid2) Spironolakton

12.512.52.51.2510

2030

525

25255

2.520

8060

10100

1 x1 x1 x1 x1 x

2 x2 x

1-2 x1-2 x

Tablet 25 mg :50 mgTablet 50 mgTablet 5 mgTablet 2.5 mgTablet 20 mg

Tablet 40 mgKapsul 30 mg

Tablet 5 mgTablet 25 mg ; 100 mg

2. Beta Blokera. Kardioselektif

1) Asebutolol2) Atenolol3) Bisoprolol4) Metoprolol

a) Biasab) Lepas Lambat

b. Nonslektif1) Alprenolol2) Karteolol3) Nadolol4) Oksprenolol

a) Biasab) Lempas

5) Pindolol6) Propanolol7) Timolol

200255

50100

1002.520

808054020

80010010

200200

20010160

3203204016040

2 x1 x1 x

1-2 x1 x

2 x2-3 x1 x

2 x1 x2 x2 x2 x

Kps 200mg;Tb 400mgTablet 50 mg; 100 mgTablet 5 mg

Tablet 50 mg; 100 mgTablet 100 mg

Tablet 50 mgTablet 5 mgTablet 40mg ; 80mg

Tablet 40mg ; 80mgTablet 80 mg ; 160 mgTablet 5 mg ; 10 mgTablet 10 mg ; 40 mgTablet 10 mg ; 20 mg

3. Alfa Blokera. Doxadosinb. Prazosinc. Terazosind. Bunazosin

Alfa, beta blokere. Labetalol

1-20.5–11-21.5

100

4443

300

1 x2 x1 x3 x

2 x

Tablet 1 mg ; 2 mgTablet 1 mg ; 2 mgTablet 1 mg ; 2 mgTablet 0.5 mg ; 1 mg

Tablet 100 mg4. Penghambat ACE

Page 13: makalah farmakologi

a. Kaptoprilb. Lisinoprilc. Enalaprild. Benazaprile. Delaprilf. Fosinoprilg. Kuinaprilh. Perindropili. Ramiprilj. Silazapril

255510151052

1.251.25-2.5

100204020604040855

2 x1 x

1-2 x2 x2 x1 x2 x1 x1 x1 x

Tablet 12.5;25 ; 50 mgTablet 5;10;20 mgTablet 5 ; 10 mgTablet 10 mgTablet 15 mgTablet 10 mgTablet 5 ; 10 ; 20 mgTablet 4 mgKapsul 1.25 ; 2.5;5 mgTablet 2.5 mg

5. Antagonis kalsiuma. Verapamil (biasa)b. Diltiazem

1) Biasa2) Lepas lambat

c. Nifedipin1) Biasa2) Retard3) Oros

d. Amiodipine. Israpidinf. Felodiping. Nikardipin

1) Biasa2) Lepas Lembut

80

90180

1520302.55

2.5

6080

320

360360

3040307.51010

120160

2 x

3 x2 x

3 x2 x1 x1 x1 x2 x

3 x2 x

Tablet 20 mg

Tablet 30 ; 60 mgKapsul 90 ; 180 mg

Tablet 5 ; 10 mgTablet 10 ; 20 mgTablet 30 mgTablet 5 mgTablet 5 –;10 mgTablet 2.5 mg

Tablet 20 mgTablet 40 mg

B. ANTIHIPERTENSI TAMBAHAN1. Adrenolitik Sentral (α2 agonis)

a. Metildopab. Klonidinc. Guanfasin

2500.0750.5

10000.52

2 x2 x1 x

Tablet 125 ; 250 mgTablet 0.075 ; 0 15 mgTablet 1 mg

2. Penghambat sarafadrenergika. Reserpinb. Rauwolfia (akar)c. Guanetidind. Guanadrel

0.025251010

0.025

1005050

1 x1 x1 x2 x

Tablet 0.1 ;0.25 mgTablet 50 ; 100 mgTablet 10 ; 25 mgTablet 10 ; 25 mg

3. Vasodilator langsunga. Hidralazinb. Minoksidil

252.5

10040

2 – 4 x1 – 2 x

Tablet 25 ; 50 mgTablet 2.5 ; 10 mg

C. Obat Syok dan Hipotensi

1. Simpatomimetrik Inotropik

Stimulan jantung dobutamin dan dopamin bekerja pada reseptor

beta pada otot jantung dan meningkatkan kontrktilitas dengan sedikit

efek terhadap kecepatan kerja jantung. Dopamin mempunyai efek yang

berbeda, tidak dapat diduga, dan mempengeruhi kondisi vaskuler

tergantung pada dosis. Dosis rendah menyebabkan vasodilatasi, dosis

Page 14: makalah farmakologi

sedang menyebabkan peningkatan kontraktilitas miokard dan curah

jantung atau penurunan curah jantung apda neonates, dan dosis tinggi

menyebabkan vasokontriksi dan meningkatkan hambatan vaskuler.

Syok. Syok merupakan keadaan darurat medis yang dikaitkan

dengan angka kematian yang tinggi. Penyebab mendasar syok seperti

perdarahan, sepsis, atau insufisiensi miokard harus diatasi. Syok pada

hipotensi berat harus diatasi segera untuk mencegah hipoksia jaringan

dan gagal organ. Terapi penggantian cairan sangat penting untuk

mengatasi hipovolemia yang disebabkan oleh perdarahan dan sepsis

nemun pada syok jantung dapat menyebabkan kerusakan. Berdasarkan

status hemodinamik, curah jantung dapat dipulihkan dengan penggunaan

simpatomimetik inotropik seperti adrenalin(epinefrin), dobutamin, atau

dopamin. Pada syok septic, apabila terapi penggantian cairan dan

inotropik gagal untuk mengendalikan tekanan darah, noradrenalin

vasokonstriktor (norapinefrin) dapat digunakan. Pada syok jantung,

hambatan perifer sering tinggi dan kenaikan yang lebih tinggi dapat

memperburuk kinerja miokard dan memperparah iskemia jaringan.

Penggunaan simpatomimetik inotropik dan vasokonstriktor lebih

baik apabila dibatasi hanya untuk penggunaan dengan pengawasan

intensif dan diberikan dengan pemantauan hemodinamik invasif.

a) Dobutamin

Indikasi : Efek intropik positif pada infark miokard, bedah jantung,

kardiomiopati,syok septik, dan syok kardiogenik.

Efek samping : Takikardia, dan tekanan darah sistolik sangat

meningkat sangat menunjukan dosis berlebih, flebitis.

b) Dopamin Hidroklorida

Dilepaskan dari serabut dopaminegrik, merangsang reseptor

dopaminegrik perifer dan juga merangsang adrenoreseptor α dan β.,

merangsang kontraktilitas jantung, menyebabkan vasodilatasi

(termasuk pembuluh pada ginjal).

Indikasi : Syok kardiogenik pada infark miokard atau bedah jantung.

Page 15: makalah farmakologi

Efek samping : Mual dan muntah, vasokonstriksi perifer, hipotensi,

hipertensi, takikardia

c) Isoprenalin Hidroklorida

Indikasi : Blok jantung, bradikardia berat.

Efek samping : Takikardia, aritmia, hipotensi, berkeringat, tremor,

sakit kepala.

2. Vasokontriktor simpatomimetik

Meningkatkan tekanan darah sementara dengan bekerja pada

reseptor alfa adrenergic untuk menimbulkan konstriksi pembuluh darah

perifer. Namun, vasokonstriktor juga berbahaya karena mengurangi

perfusi dari organ vital seperti ginjal. Terapi dilakukan melalui cairan

intravena, oksigen, elevasi lengan dan injeksi efedrin.

a) Norepinefrin Bitatrat

Indikasi : Hipotensi akut dan henti jantung

Efek Samping : Hipertensi, sakit kepala, bradikardia, aritmia,

iskemia perifer.

Seperti halnya sebagai konstriksi pembuluh perifer, efedrin juga

mempercepat kerja jantung (dengan bekerja pada reseptor beta). Efek

ganda efedrin ini digunakan untuk mengendalikan bradikardia (meskioun

mungkin juga diperlukan injeksi intravena atrofin sulfat 400 sampai 600

mcg jika bradikardi berlangsung dalam waktu lama).

D. Obat Gangguan Sirkulasi Darah (Serebral, Arteri, Vena)

1. Vasodilator Perifer

Kurangnya pasokan darah arteri di perifer dapat disebabkan oleh

angioneuropati (kegagalan pengaturan sirkulasi akibat tidak sempurnanya

sirkulasi akibat tidak sempurnanya pembuluh kecil bereaksi terhadap

rangsang) atau angioorganopati (meliputi penyakit penyumbatan arteri,

angiitis, penyumbatan arteri karena emboli). Penyebab penyakit

penyumbat arteri terutama aterosklerosis dan tromboangiitis pada

obliterans (penyakit Winiwarter Buerger, faktor resiko merokok).

Pada penyakit sindroma Raynaud, daerah tertentu pada sistem

pembuluh menunjukan kecenderungan berkonstriksi yang berlebihan,

Page 16: makalah farmakologi

lebih lanjut gangguan pasok darah yang berlangsung lama dan timbul

rasa kebal serta nyeri yang hebat. Penyebabnya adalah suasana dingin.

Karenanya, penatalaksanaan sindroma Raynaud meliputi menghindari

pemajanan dingin dan berhenti merokok. Gejala-gejala yang lebih parah

mungkin memerlukan pengobatan dengan vasodilator, dan yang paling

sering berhasil pada sindrom Raynaud primer.

Vasodilator (misal asam nikotinat atau turunannya

nikotinalkohol) bekerja dengan cara mendilatasi pembuluh kolateral,

sehingga pasokan darah yang lebih besar pada daerah yang terganggu

dapat dicapai. Beberapa vasodilator yang mampu mempengaruhi sifat

aliran darah dengan cara menurunkan viskositas darah, memperbaiki

fluiditas eritrosit (misal pentoksifilin), serta deagregasi agregat aritrosit

dan trombosit. Meskipun demikian, keefektifan terapi beberapa

vasodilator tersebut belum mapan . Nifedipin, parazosin, dan timoksamin

memperlihatkan manfaat yang nyata.

Cara lain untuk menangani gangguan pasokan darah ialah dengan

mencegah beban kalsium berlebihan dari sel yang dapat timbul pada

defisiensi oksigen. Termasuk dalam penyekat beban lebih kalsium

diantaranya sinarzin dan analognya flunarizin (keefektifannya juga

belum mapan).

Profilaksis penyumbatan pembuluh darah karena terbentuknya

trombus dapat dilakukan dengan pemberian suatu antikoagulan dan

penghambat agregasi trombosit atau platelet.

Cara lain untuk menangani gangguan pasokan darah ialah

dengan mencegah beban kalsium berlebihan dari sel yang dapat timbul

pada defisiensi oksigen. Termasuk dalam penyekat beban lebih kalsium

diantaranya sinarzin dan analognya flunarizin (keefektifannya juga

belum mapan).

Profilaksis penyumbatan pembuluh darah karena terbentuknya

trombus dapat dilakukan dengan pemberian suatu antikoagulan dan

penghambat agregasi trombosit atau platelet.

a) Turunan asam nikotinat

Page 17: makalah farmakologi

Indikasi : penyakit pembuluh darah perifer (untuk hiperlipidemia)

Efek samping : muka merah, pusing, mual, muntah, hipotensi (lebih

sering dengan asam nikotinat daripada dengan turunannya); efek

diabetogenik dilaporkan dengan asam nikotinat dan nikotinil

alkohol; jarang terjadi perubahan fungsi hati (pantau pada

penggunaan dosis tinggi jangka panjang).

b) Pentoksifilin

Indikasi : klaudikasi intermitan akibat oklusi arteri perifer kronis.

Efek samping : lazim terjadi mual dan dispepsia, kurang lazim

kembung, anoreksia, muntah, pusing, sakit kepala, muka merah,

kadang-kadang insomnia, mengantuk, cemas, bingung, jarang terjadi

palpitasi, angina, aritmia, hipotensi, dispnea, edema ; juga pernah

dilaporkan kolesistitis, hepatitis, pansitopenia, tromvositopenia,

purpura, anemia aplastik ; kadang-kadang juga terjadi penglihatan

kabur, ruam kulit, urtikaria, mulut kering, sumbatan nasal.

c) Sinarisin

Indikasi : penyakit pembuluh darah arteri perifer ; syndrom Raynaud

Efek samping : mengantuk, sakit kepala, gangguan saluran cerna,

jarang terjadi reaksi kulit alergik, letih.

d) Naftidrofuril oksalat

Indikasi : penyakit pembuluh darah perifer; penyakit pembuluh

darah serebral

Efek samping : mual, nyeri epigastrik, ruam kulit, hepatitis,

gangguan hati.

2. Vasodilator Serebral

Obat-obat golongan ini dinyatakan memperbaiki fungsi mental.

Beberapa telah dilaporkan memperbaiki kinerja uji psikologis, tetapi

obat-obat tersebut secara klinis belum terbukti bermanfaat untuk

demensia (pikun).

a) Co-dergokrin mesilat

Page 18: makalah farmakologi

Suatu campuran sebanding dihidroergokornin mesilat,

dihidroergokristin mesilat, dan (dalam rasio 2:1) a dan β-

dihidroergokriptin mesilat.

b) Indikasi : tambahan pada pasien usia lanjut dengan demensia

ringan sampai sedang.

c) Efek samping : gangguan saluran cerna, muka merah, sakit

kepala, ruam kulit, sumbatan nasal, pusing dan hipotensi

postural pada pasien hipertensi.

3. Obat gangguan darah vena

Penyakit pembuluh darah vena yang paling sering terjadi adalah

gejala varikosis (dilatasi pembuluh vena permukaan kaki dan akibat-

akibat yang menyertainya (edema likal, indurasi, atrofi, pigmentasi

hebat, sianosis kulit, borok kaki, tromboflebitis) ) yang timbul akibat

pengaruh mekanik dan hormonal pada jaringan ikat yang lemah.

Pengobatan gejala-gejala varikosis dapat dilakukan dengan

senyawa tonik vena (misal dihidroergotamin) dan glikosida triterpen

hasil isolasi Aesculus hippocastanum (aesin). Senyawa-senyawa

tersebut mungkin bekerja dengan cara menurunkan permeabilitas

kapiler, lebih lanjut menurunkan filtrasi kapiler, mengurangi edema

lokal, dan memperbaiki alir balik vena. Pemberian aesin intravena,

terutama pada anak-anak, sebaiknya dihindari karena mungkin dapat

menyebabkan gagal ginjal akut. Varikosis vena juga diobati dengan

senyawa sklerosan (senyawa-senyawa pengiritasi yang digunakan untuk

melenyapkan varikosis vena pada kaki dan hemoroid). Banyak iritan

yang telah digunakan sebagai sklerosan, diantaranya garam natrium

asam lemak dari minyak ikan, etanolamin oleat, dan natrium tetradesil

sulfat.

Page 19: makalah farmakologi

BAB III

KESIMPULAN

Obat yang mempengaruhi saraf pembuluh jantung adalah Antihipertensi,

obat syok hipertensi dan obat pembuluh darah,serta obat gangguan sirkulasi darah.

Page 20: makalah farmakologi

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2008. Informatorium

Obat Nasional Indonesia 2008. Jakarta : Sagung Seto, KOPERPOM,

Badan POM RI.

Katzung, Bertram G. 2010. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 10. Jakarta :

EGC.

Kee, Joyce L. Evelyn R Hayes.1996.Famakologi Pendekatan Proses

Keperawatan. Jakarta : EGC

Rogers, dkk. 1996. Praktis dalam Farmakologi. Jakarta : Binarupa Aksara.

Tanu, Ian. 1995. Farmakologi dan Terapi. Jakarta : Gaya Baru