Top Banner
KELOMPOK 6 KELOMPOK 7 KELOMPOK 8 KELOMPOK 9 KELOMPOK 10 PEMBIMBING : Dr. Tony Setiabudhi Ph.D, SpKJ (K)
45

Makalah Dr Tony Psikogeriatri

Dec 26, 2015

Download

Documents

Novi Agustina
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Makalah Dr Tony Psikogeriatri

KELOMPOK 6

KELOMPOK 7

KELOMPOK 8

KELOMPOK 9

KELOMPOK 10

PEMBIMBING : Dr. Tony Setiabudhi Ph.D, SpKJ (K)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI JAKARTA

Page 2: Makalah Dr Tony Psikogeriatri

PENDAHULUAN

Proses menua (aging) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi fisik,

psikologis maupun social yang saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan itu cenderung

berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa secara khusus

pada lanjut usia.

Masalah kesehatan jiwa lanjut usia termasuk juga dalam masalah kesehatan yang dibahas

pada pasien-pasien Geriatri dan Psikogeriatri yang merupakan bagian dari Gerontologi, yaitu

ilmu yang mempelajari segala aspek dan masalah lanjut usia, meliputi aspek fisiologis,

psikologis, social, cultural, ekonomi dan lain-lain.

Geriatri adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari masalah kesehatan pada

lanjut usia yang menyangkut aspek promotof,, preventif, kuratif dan rehabilitatif serta psikososial

yang menyertai kehidupan lanjut usia.

Psikogeriatri atau psikiatri geriatri adalah cabang ilmu kedokteran yang memperhatikan

pencegahan,diagnosisi,dan terapi gangguan fisik dan psikologik atau psikiatrik pada lanjut

usia .Saat ini disiplin ini sudah berkembang menjadi suatu cabang psikiatri,analog dengan

psikiatri anak(Brocklehurst,Allen,1987).Diagnosisi dan terapi gangguan mental pada lanjut usia

memerlukan pengetahuan khusus,karena kemungkinan perbedaan dalam manifestasi

klinis,patogenesis dan patofisiologi gangguan mental antara patogenesis dewasa muda dan lanjut

usia (Weinberg,1995; Kolb-Brodie,1982).Faktor penyulit pada pasien lanjut usi juga perlu

dipertimbangkan,antara lain sering adanya penyakit dan kecacatan medis kronis

penyerta,pemakaian banyak obat (polifarmasi) dan peningkatan kerentanan terhadap gangguan

kognitif ( Weinberg,1995;Gunadi,1984).

Sehubungan dengan meningkatnya populasi usia lanjut (lihat tulisan mengenai demografi

di bagian lain buku ini),perlu mulai dipertimbangkan adanya pelayanan psikogeriatri di rumah

sakit yang cukup besar .Bangsal akut,kronis dan day hospital,merupakan tiga layanan yang

mungkin harus sudah,merupakan tiga layanan yang mungkin harus sudah mulai difikirkan

Page 3: Makalah Dr Tony Psikogeriatri

( Brocklehurst,Allen,1987).Tentang bagaimana kerjasama antara bidang psikogeriatri dan

geriatri dapat dilihat pada bab mengenai pelayanan kesehatan pada usia lanjut.

Page 4: Makalah Dr Tony Psikogeriatri

PEMBAHASAN

I. Faktor-Faktor Kesehatan Jiwa Lansia

Ada beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan jiwa lansia. Faktor-faktor

tersebut hendaklah disikapi secara bijak sehingga para lansia dapat menikmati hari tua mereka

dengan bahagia. Adapun beberapa faktor yang dihadapi para lansia yang sangat mempengaruhi

kesehatan jiwa mereka adalah sebagai berikut :

1. Penurunan Kondisi Fisik

2. Penurunan Fungsi dan Potensi Seksual

3. Perubahan aspek Psikososial

Penurunan Kondisi Fisik

Setelah seseorang memasuki masa lansia umumnya mulai dihinggapi adanya kondisi fisik yang

bersifat patologis berganda (multiple pathology), misalnya tenaga berkurang, enerji menurun,

kulit makin keriput, gigi makin rontok, tulang makin rapuh, dsb. Secara umum kondisi fisik

seseorang yang sudah memasuki masa lansia mengalami penurunan secara berlipat ganda. Hal

ini semua dapat menimbulkan gangguan atau kelainan fungsi fisik, psikologik maupun sosial,

yang selanjutnya dapat menyebabkan suatu keadaan ketergantungan kepada orang lain. Dalam

kehidupan lansia agar dapat tetap menjaga kondisi fisik yang sehat, maka perlu menyelaraskan

kebutuhan-kebutuhan fisik dengan kondisi psikologik maupun sosial, sehingga mau tidak mau

harus ada usaha untuk mengurangi kegiatan yang bersifat memforsir fisiknya. Seorang lansia

harus mampu mengatur cara hidupnya yang baik, misalnya makan, tidur, istirahat dan bekerja

secara seimbang.

Penurunan Fungsi dan Potensi Seksual

Penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia sering kali berhubungan dengan berbagai

gangguan fisik seperti :

1. Gangguan jantung

2. Gangguan metabolisme, missal diabetes mellitus

3. Vaginitis

4. Baru selesai operasi : misalnya prostatektomi

Page 5: Makalah Dr Tony Psikogeriatri

5. Kekurangan gizi, karena pencernaan kurang sempurna atau nafsu makan sangat kurang

6. Penggunaan obat-obat tertentu, seperti antihipertensi, golongan stereoid, tranquilier

7. Faktor psikologis yang menyertai lansia antara lain :

Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada lansia

Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta di perkuat oleh

tradisi dan budaya

Kelelahan atau kebosanan karena kurang Variasi dalam kehidupannya.

Pasangan hidup telah meninggal

Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa

lainnya cemas, depresi, pikun, dsb.

Perubahan Aspek Psikososial

Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami penurunan fungsi kognitif

dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman, pengertian,

perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi makin lambat.

Sementara fungsi psikomotorik (konatif) meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan

kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang

cekatan.

Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami perubahan aspek

psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepabrikan lansia. Beberapa perubahan tersebut

dapat di bedakan berdasarkan 5 tipe kepribadian lansia sebagai berikut:

Tipe kepribadian konstruktif (Construction personality), biasanya tipe ini tidak banyak

mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua.

Tipe kepribadian mandiri (Independent personaliy), pada tipe ini ada kecenderungan

mengalami post power sindrome, apalagi jika pada masa lansia tidak di isi dengan

kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada dirinya.

Tipe kepribadian Tergantung (Dependent personality ), pada tipe ini bisanya sangat

dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan keluarga selalu harmonis maka pada

masa lansia tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup meninggal maka pasangan yang

di tinggalkan akan menjadi merana, apalagi jika tidak segera bangkit dari kedudukannya.

Page 6: Makalah Dr Tony Psikogeriatri

Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality), pada tipe ini setelah memasuki

lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya, banyak keinginan yang kadang-

kadang tidak di perhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan kondisi

ekonominya menjadi morat-marit.

Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate Personality), pada lansia tipe ini umumnya

terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu oleh orang lain atau cenderung

susah dirinya.

II. Pemeriksaan Psikiatrik pada Usia Lanjut

Penggalian riwayat psikiatrik dan pemeriksaan status mental pada penderita usi lanjut

harus mengikuti format yang sama dengan yang berlaku pada dewasa muda .Karena tingginya

prevalensi gangguan kognitif pada usi lanjut,dokter/calon dokter harus menentukan apakah

penderita mengerti sifat dan tujuan pemeriksaan .Jika penderita mengalami gangguan

kognitif,riwayat pra-morbid dan riwayat sakit harus didapatkan dari anggota keluarga atau

mereka yang merawatnya.Namun,penderita juga tetap harus diperiksa tersendiri(walaupun

terlihat adanya gangguan yang jelas)untuk mempertahankan privasi hubungan dokter dan

penderita dan untuk menggali adakah pikiran bunuh diri atau gagasan paranoid dari penderita

yang mungkin tidak diungkapkan dengan kehadiran sanak saudara atau seorang perawat (Kaplan

et al 1997;Hamilton,1985).

1) Riwayat psikiatrik

Bisa didapatkan dari alo- atau oto- anamnesisi.Riwayat psikiatrik lengkap termasuk

identifikasi awal (nama,usia,jenis kelamin,status perkawinan),keluhan utama,riwayat penyakit

sekarang ,riwayat penyakit dahulu (termasuk gangguan fisik yang pernah diderita ),riwayat

pribadi dan riwayat keluarga.Pemakainan obat (termasuk obat yang dibeli bebas).yang sedang

atau pernah digunakan penderita juga penting untuk diketahui.

Penderita yang berusia diatas 65 tahun (atau di atas 60 tahun di Asia) sering memiliki

keluhan subyektif adanya gangguan daya ingat yang ringan,seperti tidak dapat mengingat

kembali nama orang atau keliru meletakkan benda-benda.Gangguan daya ingat yang

berhubungan dengan usia tersebut perlu dibedakan dengan adanya kecemasan pada saat

dilakukanpemeriksaan/wawancara (Weinberg,1995;Hamilton,1985).Riwayat medis penderita

Page 7: Makalah Dr Tony Psikogeriatri

harus meliputi semua penyakit berat ,terutama gangguan kejang,kehilangan kesadaran ,nyeri

kepala ,masalah penglihatan dan kehilangan pendengaran.Riwayat penggunaan alkohol dan

pemakaian zat yang lama perlu diketahui karena bisa menyebabkan kelainan saat ini (Kolb-

Brodie,1982;Kaplan et al,1997;Dir Kes Wa,1982).

Riwayat keluarga harus termasuk penjelasan tentang sikap orang tua penderita dan

adaptasi terhadap ketuaan mereka.Jika mungkin informasi tentang kematian orang tua,riwayat

gangguan jiwa dalam keluarga.

Situasi sosial penderita sekarang harus dinilai.Siapa yang harus merawat penderita,apakah

penderita mempunyai anak.Bagaimana karakteristik hubungan orangtua-anak.Riwayat sosial

ekonomi dipakai untuk menilai peran ekonomi dalam mengelola pemyakit penderita dalam

membuat anjuran terapi yang realistik (Gunadi,1982;Kaplan et al,1997)

Riwayat perkawinan,termasuk penjelasan tentang pasangan hidup dan karakteristik

hubungan.Jika penderita adalah janda atau duda,harus digali bagaimana rasa duka citanya dulu

saat ditinggal mati oleh pasanganya.Jika kehilangan pasangan hidup terjadi dalam satu tahun

terakhir,penderita dalam keadaan resiko tinggi mengalami peristiwa fisik atau psikologik yang

merugikan (Dir Kes Wa,1982).

Riwayat seksual penderita termasuk aktivitas seksual,orientasi

libido,mastrubasi,hubungan gelap diluar perkawinan dan gejala disfungsi seksual (Dir Kes Wa,!

982).

2) Pemeriksaan status mental

Pemeriksaan status mental meliputi bagaimana penderita berfikir(proses pikir),merasakan

dan bertingkah laku selama pemeriksaan.Keadaan umum penderita adalah termasuk

penampilan ,aktivitas psikomotorik,sikap terhadap pemeriksaan dan aktivitas bicara.

Gangguan motorik,antara lain gaya berjalan menyeret,posisi tubuh membungkuk,gerakan

jari seperti memilin pil,tremor dan asimetris tubuh perlu dicatat (Kaplan et al,19917).Banyak

penderita depresi mungkin lambat dalam bicara dan gerakannya.Wajah seperti topeng terdapat

pada penderita penyakit parkison (Kaplan et al,1997;Hamilton,1985).

Page 8: Makalah Dr Tony Psikogeriatri

Bicara penderita dalam keadaan teragitasi dan cemas mungkin tertekan.Keluar air mata

dan menangis ditemukan pada gangguan depresi dan gangguan kognitif,terutama si penderita

merasa frustasi karena tidak mampu menjawab pertanyaan pemeriksa (Weinberg,1995;Kaplan et

al,1997;Hamilton,1985).Adanya alat bantu dengar atau indikasi lain bahwa penderita menderita

gangguan pendengaran,misalnya selalu minta pertanyaan diulang,harus dicatat (Gunadi,1984).

Sikap penderita pada pemeriksa untuk bekerjasama,curiga,bertahan dan tak berterima

kasih dapat memberi petunjuk tentang kemungkinan adanya reaksi transferensi.Penderita lanjut

usia dapat bereaksi pada dokter muda seolah-olah dokter adalah seorang tokoh yang lebih

tua ,tidak peduli terhadap adanya perbedaan usia (Weinberg,1995;Laitman,1990)

Penilaian fungsi. Penderita lanjut usia harus diperiksa tentang kemampuan mereka untuk

mempertahankan kemandirian dan untuk melakukan aktivitas dalam kehidupan sehari-

hari.Aktvitas tersebut adalah termasuk ke toilet,menyiapkan

makanan,berpakaian ,berdandan dan makan.Derajat kemampuan fungsional dari perilaku

sehari-hari adalah suatu pertimbangan penting dalam menyusun rencana terapi

selanjutnya (Weinberg,1995;Laitman,1990).

Mood,perasaan dan afek.Di negara lain,bunuh diri adalah salah satu penyebab utama

kematian pada golongan usia lanjut.Oleh karenanya pemeriksaan ide bunuh diri pada

penderita lanjut usi sangat penting.Perasaan kesepian ,tidak berguna, putus asa dan tidak

berdaya adalah gejala depresi.Kesepian merupakan alasan yang paling sering dinyatakan

oleh para lanjut usia yang ingin bunuh diri .Depresi merupakan resiko yang tinggi untuk

bunuh diri (Weinberg,1995;Kolb-Brodie,1982;Gunadi,1984;

Gangguan persepsi . Halusinasi dan ilusi pada lanjut usia merupakan fenomena yang

disebabkan oleh penurunan ketajaman sensorik.Pemeriksa harus mencatat apakah

penderita mengalami kebingungan terhadap waktu atau tempat selama episode halusinasi

dapat disebabkan oleh tumor otak dan patologo fokal yang lain.Pemeriksaan yang lebih

lanjut diperlukan untuk menegakkan diagnosis pasti (Halmiton,1985).

Fungsi visuospasial.Suatu penurunan kapasitas visuospasial adalah normal dengan

lanjutnya usia.Meminta penderita untuk mencotoh gambar atau menggambar mungkin

membantu dalam penilaian.Pemeriksaan neuropsikologis harus dilaksanakan jika fungsi

visuospasial sangat terganggu (Kaplan et al, 1997;Hamilton,1985).

Page 9: Makalah Dr Tony Psikogeriatri

Proses berpikir. Gangguan pada progresi pikiran adalah neologisme,gado-gado

kata,sirkumstansialitas,asosiasi longgar,asosiasi bunyi,flight of ideas,dan

retardasi.Hilangnya kemampuan untuk dapat mengerti pikiran abstrak mungkin tanda

awal dementia.

Isi pikiran harus diperiksa adanya obsesi ,preokupasi somatik,kompulsi atau

waham.Gagasan tentang bunuh diri atau pembunuhan harus dicari .Pemeriksaan harus

menentukan apakah terdapat waham dan bagaimana waham tersebut mempengaruhi

kehidupan penderita.Waham mungkin merupakan alasan untuk dirawat.Pasien yang sulit

mendengar mungkin secara keliru diklasifikasikan sebagai paranoid atau

pencuriga(Weinberg,1995;Kaplan et al,1997;Hamilton,1985;Laitman,!990).

Sensorium dan kognisi. Sensorium mempermasalhkan fungsi dari indra

tertentu,sedangkan kognisi mempermasalahkan inrformasi dan intelektual

(Weinberg,1995;Hamilton,1985).

Kesadaran.Indikator yang peka terhadap disfungsi otak adalah adanya perubahan

kesadaran ,adanya fluktuasi tingkat kesadaran atau tampak letargik.Pada keadaan yang

berat penderita dalam keadaan somnolen atau stupor (Kaplan et al,1997;Hamilton,1995)

Orientasi.Gangguan orientasi terhadap waktu,tempat dan orang berhubungan dengan

gangguan kognisi.Gangguan orientasi sering ditemukan pada gangguan

kognitif,gangguan kecemasan,gangguan buatan,gangguan konversi dan gangguan

kepribadian,terutama selam periode stres fisik atau lingkungan yang tidak mendukung

(Kaplan et al,1997;Hamilton,1985).Pemeriksa harus menguji orientasi terhadap tempat

dengan meminta penderita menggambar lokasi saat ini.Orientasi terhadap orang mungkin

dinilai dengan dua cara :apakah penderita,mengenali namnya sendiri,dan apakah juga

mengenali perawat dan dokter.Orientasi waktu diuji dengan menanyakan

tanggal,tahun,bulan dan hari.

Daya ingat.Daya ingat dinilai dalam hal daya ingat jangka panjang,pendek dan

segera.Tes yang diberikan pada penderita dengan memberikan angka enam digit dan

penderita diminta untuk mengulangi maju mundur .Penderita dengan daya ingat yang tak

terganggu biasanya dapat mengingat enam angka maju dan lima angka mundur .Daya

Page 10: Makalah Dr Tony Psikogeriatri

ingat jangka panjang diuji dengan menanyakan tempat dan tanggal lahir,nama dan hari

ulang tahun anak-anak penderita.Daya ingat jangka pendek dapat diperiksa dengan

beberapa cara ,misalnya dengan menyebut tiga benda pada awal wawancara dan meminta

penderita mengingat kembali benda tersebut akhir wawancara.Atau dengan memberikan

cerita singkat pada penderita dan penderita diminta untuk mengulangi cerita tadi secara

tepat/persisi (Hamilton,1985).

Fungsi intelektual,konsentrasi,informasi dan kecerdasan.Sejumlah fungsi intelektual

mungkin diajukan untuk menilai pengetahuan umum dan fungsi intelektual.Menghitung

dapat diujikan dengan meminta penderita untu mengurangi 7 dari angka 100 dan

mengurangi 7 lagi dari hasil akhir dan seterusnya sampai tercapai angka 2.Pemeriksa

mencatat respons sebagai dasar untuk penguji selanjutnya.Pemeriksa juga dapat meminta

penderita intuk menghitung mundur dari 20 ke 1,dan mencatat waktu yang diperlukan

untuk menyelesaikan pemeriksaan tersebut (Kaplan et al,1997;Hamilton,1985).

Membaca dan menulis.Penting bagi klinisi untuk memeriksa kemampuan membaca

menulis dan menetukan apakah penderita mempunyai defisit bicara khusus.Pemeriksaan

dapat meminta penderita membaca kisah singkat dengan suara keras atau menulis kalimat

sederhana untuk menguji gangguan membaca atau menulis pada penderita .Apakah

menulis dengan tangan kiri atau kanan juga perlu dicatat(Hamilton,1985).

III. Ciri Pasien Geriatri dan Psikogeriatri

Ada 4 ciri yang dapat dikategorikan sebagai pasien Geriatri dan psikogeriatri, yaitu :

Keterbatasan fungsi tubuh yang berhubungan dengan makin meningkatnya usia.

Adanya akumulasi dari penyakit-penyakit degeneratif

Lanjut usia secara psikososial yang dinyatakan krisis bila :

b. Ketergantungan pada orang lain (sangat memerlukan pelayanan orang lain )

c. Mengisolasi diri atau menarik diri dari kegiatan kemasyarakatan karena berbagai

sebab, diantaranya setelah menjalani masa pensiun, setelah sakit .cukup berat dan

lama, setelah kematian pasangan hidup dan lain-lain

Hal- hal yang dapat menimbulkan gangguan keseimbangan (homeostasi) sehingga

membawa lansia kearah kerusakan / kemerosotan (deteriorisasi) yang progresif terutama

aspek psikologis yang mendadak, misalnya bingung, panik, depresif, apatis dsb. Hal itu

Page 11: Makalah Dr Tony Psikogeriatri

biasanya bersumber dari munculnya stressor psikososial yang paling berat, misalnya

kematian pasangan hidup, kematian sanak keluarga dekat, terpaksa berurusan dengan

penegak hokum, atau trauma psikis.

IV. Pendekatan Dalam Pelayanan Psikogeriatri

Dalam pendekatan pelayanan kesehatan pada kelompok lanjut usia sangat perlu ditekankan

pendekatan yang dapat mencakup sehat fisik, psikologis, spiritual dan sosial. Hal tersebut karena

pendekatan dari satu aspek saja tidak akan menunjang pelayanan kesehatan pada lanjut usia yang

membutuhkan suatu pelayanan yang komprehensif. Pendekatan inilah yang dalam bidang

kesehatan jiwa (mental health) disebut pendekatan eklektik holistik, yaitu suatu pendekatan yang

tidak tertuju pada pasien semata-mata, akan tetapi juga mencakup aspek psikososial dan

lingkungan yang menyertainya. Pendekatan Holistik adalah pendekatan yang menggunakan

semua upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan lanjut usia, secara utuh dan menyeluruh.

Dilandasi oleh pemikiran diatas, maka pendekatan pelayanan kesehatan jiwa pada lanjut usia

meliputi:

Pendekatan Biologis, yaitu pendekatan pelayanan kesehatan lansia yang menitikberatkan

perhatian pada perubahan-perubahan biologis yang terjadi pada lansia. Perubahan-

perubahan tersebut mencakup aspek anatomis dan fisiologis serta berkembangnya kondisi

patologis yang bersifat multiple dan kelainan fungsional pada pasien-pasien lanjut usia.

Pendekatan Psikologis, yaitu pendekatan pelayanan kesehatan lansia yang menekankan

pada pemeliharaan dan pengembangan fungsi-fungsi kognitif, afektif, konatif dan

kepribadian lansia secara optimal.

Pendekatan Sosial Budaya, yaitu pendekatan yang menitikberatkan perhatiannya pada

masalah-masalah sosial budaya yang dapat mempengaruhi lansia

Pendekatan Psikologis

Fungsi Kognitif

Page 12: Makalah Dr Tony Psikogeriatri

Kemampuan Belajar (Learning)

Lanjut usia yang yang sehat dalam arti tidak mengalami demensia atau gangguan

Alzemeir, masih memiliki kemampuan belajar yang baik. Hal ini sesuai dengan prinsip

belajar seumur hidup (long study) bahwa manusia itu memiliki kemampuan untuk belajar

sejak dilahirkan sempai akhir hayat. Oleh karena sudak seyogyanya jika mereka tetap

diberikan kesempatan untuk mempelajari sesuatu hal yang baru. Implikasi praktis dalam

pelayanan kesehatan jiwa lanjut usia baik yang bersifat promotif-preventif, kuratif dan

rehabilitatif adalah untuk memberikan kegiatan yang berhubungan dengan proses belajar

yang sudah disuaikan dengan kondisi masing-masing lanjut usia yang dilayani.

Kemampuan Pemahaman (Comprehension)

Pada lanjut usia, kemampuan pemahaman atau menangkap pengertian dipengaruhi oleh

fungsi pendengarannya. Dalam pelayanan terhadap lanjut usia agar tidak timbul salah

paham sebaiknya dilakukan kontak mata; saling memandang. Dengan kontak mata,

mereka akan dapat membaca bibir lawan bicaranya, sehingga penurunan pendengarannya

dapat diatasi dan dapat lebih mudah memahami maksud orang lain. Sikap yang hangat

dalam berkomunikasi akan menimbulkan rasa aman dan diterima. Mereka akan lebih

tenang, lebih senang, merasa aman, merasa diterima, merasa dihormati dan sebagainya.

Kinerja (Performance)

Pada lanjut usia yang sangat tua memang akan terlihat penurunan kinerja baik secara

kuantitatif maupun kualitatif. Penurunan itu bersifat wajar sesuai perubahan organ-organ

biologis ataupun perubahan yang sifatnya patologis. Dalam pelayanan kesehatan jiwa

lanjut usia, mereka perlu diberikan latihan-latihan ketrampilan untuk tetap

mempertahankan kinerja.

Pemecahan Masalah (Problem Solving)

Pada lanjut usia masalah-masalah yang dihadapi tentu semakin banyak. Banyak hal yang

dahulunya dengan mudah dapat dipecahkan menjadi terhambat karena terjadi penurunan

Page 13: Makalah Dr Tony Psikogeriatri

fungsi indra pada lanjut usia. Hambatan yang lain dapat berasal dari penurunan daya

ingat, pemahaman dan lain-lain, yang berakibat bahwa pemecahan masalah menjadi lebih

lama. Dalam menyikapi hal ini maka dalam pendekatan pelayanan kesehatan jiwa lanjut

usia perlu diperhatikan ratio petugas kesehatan dan pasien lanjut usia.

Daya Ingat (Memory)

Daya ingat adalah kemampuan psikis untuk menerima, mencamkan, menyimpan dan

menghadirkan kembali rangsangan/peristiwa yang pernah dialami seseorang. Daya ingat

merupakan salah satu fungsi kognitif yang banyak berperan dalam proses berfikir,

memecahkan masalah, maupun kecerdasan (intelegensia), bahkan hampir semua tingkah

laku manusia itu dipengaruhi olah daya ingat. Pada lanjut usia, daya ingat merupakan

salah satu fungsi kognitif yang seringkali paling awal mengalami penurunan. Pada lanjut

usia yang menderita demensia, gangguan yang terjadi adalah mereka tidak dapat

mengingat peristiwa atau kejadian yang baru dialami, akan tetapi hal-hal yang telah lama

terjadi, masih diingat. Keadaan ini sering menimbulkan salah paham dalam keluarga.

Oleh sebab itu dalam proses pelayanan terhadap lanjut usia, sangat perlu dibuatkan tanda-

tanda atau rambu-rambu baik berupa tulisan, atau gambar untuk membantu daya ingat

mereka. Misalnya dengan tulisan JUM’AT, TANGGAL 26 APRIL 2002 dan

sebagainya, ditempatkan pada tempat yang strategis yang mudah dibaca / dilihat.

Motivasi

Motivasi adalah fenomena kejiwaan yang mendorong seseorang untuk bertingkah laku

demi mencapai sesuatu yang diinginkan atau yang dituntut oleh lingkungannya. Motivasi

dapat bersumber dari fungsi kognitif dan fungsi afektif. Motif Kognitif lebih menekankan

pada kebutuhan manusia akan informasi dan untuk mencapai tujuan tertentu. Motif ini

mendorong manusia untuk belajar dan ingin mengetahui. Motif Afektif lebih

menekankan aspek perasaan dan kebutuhan individu untuk mencapai tingkat emosional

tertentu. Motif ini akan mendorong manusia untuk mencari dan mencapai kesenangan

dan kepuasan baik fisik, psikis dan sosial dalam kehidupannya dan individu akan

menghayatinya secara subyektif. Pada lanjut usia, motivasi baik kognitif maupun afektif

Page 14: Makalah Dr Tony Psikogeriatri

untuk mencapai/memperoleh sesuatu cukup besar, namun motivasi tersebut seringkali

kurang memperoleh dukungan kekuatan fisik maupun psikologis, sehingga hal-hal

diinginkan banyak berhenti di tengah jalan.

Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan termasuk dalam proses pemecahan masalah. Pengambilan

keputusan pada umumnya berdasarkan data yang terkumpul, kemudian dianalisa,

dipertimbangkan dan dipilih alternatif yang dinilai positif (menguntungkan ) kemudian

baru diambil suatu keputusan. Pengambilan keputusan pada lanjut usia sering lambat atau

seolah-olah terjadi penundaan, oleh sebab itu, mereka membutuhkan petugas atau

pendamping yang dengan sabar sering mengingatkan mereka. Keputusan yang diambil

tanpa dibicarakan dengan mereka, akan menimbulkan kekecewaan dan mungkin dapat

memperburuk kondisinya. Oleh karena itu dalam pengambilan keputusan, kaum tua tetap

dalam posisi yang dihormat

Kebijaksanaan

Bijaksana (wisdom) adalah aspek kepribadian (personality), merupakan kombinasi dari

aspek kognitif, afektif dan konatif. Kebijaksanaan menggambarkan sifat dan sikap

individu yang mampu mempertimbangkan antara baik dan buruk serta untung ruginya

sehingga dapat bertindak secara adil atau bijaksana. Kebijaksanaan sangat tergantung dari

tingkat kematangan kepribadian seseorang. Atas dasar hal tersebut, dalam melayani lanjut

usia termasuk psikogeriatik mereka harus memperoleh pelayanan yang penuh bijaksana

sehingga kebijaksanaan yang ada pada masing-masing individu yang dilayani tetap

terpelihara.

Fungsi Afektif

Fungsi Afektif (emosi/perasaan) adalah fenomena kejiwaan yang dihayati secara subyektif

sebagai sesuatu yang menimbulkan kesenangan atau kesedihan. Afeksi (emosi/perasaan) pada

dasarnya dibedakan atas :

Page 15: Makalah Dr Tony Psikogeriatri

· Biologis, meliputi perasaan indera (panas, dingin, pahit, asin dsb), perasaan vital

(lapar, haus, kenyang dsb) dan perasaan naluriah (kasih sayang, cinta, takut dsb)

· Psikologis, meliputi : perasaan diri, perasaan sosial, perasaan etis, estetis, perasaan

intelek serta perasaan religius.

Pada usia lanjut umumnya afeksi atau perasaan tetap berfungsi dengan baik dan jika ada yang

mengalami penurunan seringkali adalah afeksi biologis, sebagai akibat dari penurunan fungsi

organ tubuh. Sedangkan afeksi psikologis relatif tetap berperan dengan baik, bahkan makin

mantap, kecuali bagi mereka yang mempunyai masalah fisik ataupun mental. Usia lanjut kadang-

kadang menunjukkan hidup emosi yang kurang stabil, hal ini dapat ditangkap sebagai tanda

bahwa terdapat masalah atau ada hal-hal yang sifatnya patologis yang tidak mudah diamati,

karena itu perlu dikonsultasikan kepada para ahli.

Penurunan fungsi afektif nampak jelas pada usia lanjut yang sangat tua (diatas 90 tahun),

penurunan tersebut sering diikuti oleh tingkah laku regresi, misalnya mengumpulkan segala

macam barang kedalam tempat tidur. Pada umur tersebut, sering terjadi fungsi mentalnya

semakin buruk dan sering tidak tertolong dengan upaya terapi. Ada juga yang mengatakan lima

tahun terakhir pada usia lanjut yang sangat tua tersebut sering terjadi tragedi penurunan segala

fungsi mental yang semakin memburuk dan sering tidak tertolong dalam upaya terapi.

Sehubungan dengan fungsi afektif dalam pelayanan kesehatan jiwa usia lanjut perlu diperhatikan

hal-hal sebagai berikut:

a. Jika petugas menjumpai lansia dengan emosi yang labil atau menurun fungsi mental lainnya,

maka perlu diwaspadai kemungkinan adanya masalah mental emosional atau hal-hal yang

patologis. Untuk itu perlu pemeriksaan para ahli.

b. Jika petugas mendapatkan lansia yang sangat tua (very old) disertai penurunan fungsi mental

yang drastis, maka perlu dilakukan upaya-upaya terapi dan pelayanan yang sesuai dengan

kondisi lansia tersebut.

Fungsi Konatif (Psikomotor)

Page 16: Makalah Dr Tony Psikogeriatri

Konatif atau psikomotor adalah fungsi psikis yang melaksanakan tindakan dari apa yang telah

diolah melalui proses berpikir dan perasaan ataupun kombinasinya. Konatif mengandung aspek

psikis yang melakukan dorongan kehendak baik yang positif maupun yang negatif, disadari

maupun tidak disadari.

Pada usia lanjut umumnya dorongan dan kemauan masih kuat, akan tetapi kadang-kadang

realisasinya tidak dapat dilaksanakan, karena membutuhkan organ atau fungsi tubuh yang siap/

mampu melaksanakannya. Misalnya usia lanjut yang ingin sekali untuk dapat memenuhi

kebutuhan dirinya (activity daily living) tanpa bantuan orang lain. Ia ingin dapat makan dengan

cepat, keluar masuk kamar mandi sendiri. Namun keinginan tersebut yang tanpa mengingat

kondisi dirinya yang sudah menurun justru akan sering menimbulkan kecelakaan pada usia

lanjut.

Atas dasar hal tersebut implikasi yang perlu diperhatikan dalam pelayanan terhadap usia lanjut

termasuk psikogeriatiknya yang berhubungan dengan fungsi konatif, usia lanjut perlu dibantu

untuk memilih hal yang penting agar mereka tidak ragu dalam berbagai keinginannya. Perlu pula

diperhatikan keadaan yang dapat menimbulkan resiko bagi usia lanjut.

Kepribadian

Kepribadian adalah semua corak kebiasaan manusia yang terhimpun dalam dirinya dan

digunakan untuk bereaksi serta menyesuaikan diri terhadap segala rangsangan baik dari luar

maupun dari dalam. Corak kebiasaan ini merupakan kesatuan fungsional yang khas pada

seseorang. Perkembangan kepribadian itu bersifat dinamis artinya selama individu masih tetap

belajar dan bertambah pengetahuan, pengalaman serta keterampilannya, ia akan semakin matang

dan mantap. Pada usia lanjut yang sehat, kepribadiannya tetap berfungsi baik, kecuali mereka

dengan masalah kesehatan jiwa atau tergolong patologik.

Dalam pelayanan usia lanjut termasuk psikogeriatik, hendaknya memperhatikan fungsi-fungsi

psikologik diatas agar pelayanan yang dilakukan dapat membantu mempertahankan dan

memperbaiki kondisi fisik, psikologik dan sosial usia lanjut.

Pendekatan Sosial Budaya

Page 17: Makalah Dr Tony Psikogeriatri

Ahli sosiologi membuat "disengagement theory of aging" yang berarti bahwa ada proses

pelepasan ikatan atau penarikan diri secara pelan-pelan tapi pasti dan teratur daripada individu-

individu atau masyarakat terhadap satu sama lainnya, dan proses ini adalah terjadi secara alamiah

dan tak dapat dihindarkan, dan hal ini akan terjadi dan berlangsung sampai kepada penarikan diri

yang terakhir, yaitu mati.

Teori lainnya adalah "Continuity Theory" yang berdasarkan atas asumsi bahwa "identity" adalah

fungsi daripada hubungan dan interaksi dengan orang lain. Seseorang yang lebih sukses akan

tetap memelihara interaksi dengan masyarakat setelah masa pensiunnya, melibatkan diri dengan

wajar dengan masalah-masalah masyarakat, keluarga dan hubungan perseorangan. Mereka tetap

memelihara identitasnya dan kekuatan egonya.

Teori lainnya ialah "Activity Theory" yaitu yang menjelaskan bahwa orang yang masa mudanya

sangat aktif dan terus juga memelihara keaktifannya setelah dia menua. Ahli jiwa mengatakan

bahwa " sense of integrity" dibangun semasa muda dan akan tetap terpelihara sampai tua.

Ericson, membuat suatu ringkasan tentang fase-fase perkembangan manusia sejak bayisampai

tua, yang mana tiap fase menerangkan tentang adanya krsisis-krisis untuk memilih antara kearah

mana seseorang akan berkembang. Dalam fase terakhir disebut bahwa ada pilihan antara : "

sense of integrity" dan " Sense of despair" karena adanya rasa takut akan kematian.

Pada masa tua terjadi krisis antara deferensiasi egonya (ego differentitation) melawan preokupasi

peranannya dalam bekerja (work role preoccupation). Hal ini dipengaruhi oleh pikiran-pikiran

tentang pensiun.

Juga ditambahkan bahwa pada masa ini ada krisis, seseorang itu dapat membangun suatu

hubungan-hubungan yang memuaskan dengan orang lain dan mengembangkan aktivitas-aktivitas

yang kreatif untuk melawan pikiran-pikiran yang terpusat kepada kemunduran-kemunduran

fisiknya.

Page 18: Makalah Dr Tony Psikogeriatri

V. Beberapa Masalah di Bidang Psikogeriatri

Kesepian

Kesepian atau loneliness,biasanya dialami oleh seorang lanjut usia pada saat

meninggalnya pasangan hidup atau teman dekat ,terutama bila dirinya sendiri saat itu juga

mengalami penurunan status kesehatan,misalnya menderita berbagai penyakit fisik

berat,gangguan mobilitas atau gangguan sensorik,terutama gangguan pendengaran

(Brocklehurst-Allen,1987)

Harus dibedakan antara kesepian dengan hidup sendiri.Banyak diantara lansia yang

hidup sendiri tidak mengalami kesepian,karena aktivitas sosial yang masih tinggi,taetapi dilain

pihak terhadap lansia yang walaupun hidup dilingkungan yang beranggotakan cukup

banyak ,mengalami kesepian.

Pada penedreita kesepian ini peran dari organisasi sosial sangat berarti,karena bisa

bertindak menghibur,memberikan motivasi untuk lebih meningkatkan peran sosial

penderita,disamping memberikan bantuan pengerjaan pekerjaan dirumah bila bila memang

terdapat disabilitas penderita dalam hal-hal tersebut.

Depresi

Menurut kriteria baku yang dikeluarkan oleh DSM-III R Yang dikeluarkan oleh Asosiasi

Psikiater Amerika,diagnosis depresi harus memenuhi kriteria dibawah ini (Van der

Cammen,1991)

Tabel 1.Kriteria DSM-III R*(!987) untuk diagnosis depresi

1. Perasaan tertekan hampir sepanjang hari

2. Secara nyata berkurang perhatian atau keinginan untuk berbagi kesenangan,atau atas semua atau

hampir semua aktivitas.

3. Berat badan turun atau naik secara nyata,atau turun atau naiknya selera makan secara nyata

4. Isomnia atau justru hipersomnia

5. Agitasi atau retardasi psikomotorik.

6. Rasa capai/lemah atau hilangnya kekuatan.

Page 19: Makalah Dr Tony Psikogeriatri

7. Perasaan tidakn berharga,rasa bersalah yang berlebihan atau tidak tepat (seiring bersifat delusi)

8. Hilangnya kemampuan untuk berpikir,berkosentrasi atau membuat keputusan.

9. Pikiran berulang tentang kematian (bukan sekedar takut mati),pikiran berulang untuk lakukan

bunuh diri tanpa rencana yang jelas,atau upaya bunuh diri atau rencana khusus untuk melakukan

bunuh diri

Ditambah lagi

- Takdapat duibuktikan bahwa perasaan/gangguan tersebut disebabkan oleh gangguan organik

- Gangguan tersebut bukan suatu reaksi normal atas kematian seseorang yang dicintainya

(Komplikasi duka-cita)

- Pada saat gangguan tersebut tidak pernah terjadi ilusi atau halusinasi selama berturut-turut 2 minggu

tanpa adanya gejala perasaan hati yang nyata(misal sebelum gejala perasaan hati tersebut atau

setelah perasaan hati menjadi lebih baik).

- Tidak merupakan superimposing pada suatu skizofrenia,gangguan skizofreniform,gangguan

delusional atau psikotik.

Tabel 2.Prognosis depresi pada usi lanjut

Prognosis baik Prognosis buruk

Usia < 70 tahun

Riwayat keluarga adanya penderita depresi atau

manik

Riwayat pernah depresi berat (sembuh sempurna)

sebelum usia 5 tahun

Kepribadian ekstrovert dan tempramen yang datar

(Tak berubah-ubah)

Usia>70 tahun dengan wajah tua

Terdapat penyakit fisik serius + disabilitas

Riwayat depresi terus menerus selama 2 tahun

Terbukti adanya kerusakan otak,misal gejala

neurologik dadanya dementia

Diagnosis

Page 20: Makalah Dr Tony Psikogeriatri

Anamnesis merupakan hal yang sngat penting dalam diagnosis depresi dan harus

diarahkan pada pencarian terjadinya berbagai perubahan dari fungsi terdahulu dan terdapatnya 5

atau lebih gejala depresi mayor seperti disebutkan pada defenisi depresi di atas.Aloanamnesis

dengan keluarga atau informan lain bisa sangat membantu.

Gejala depresi pada usi lanjut sering hanya berupa apatis dan penarikan diri dari aktifitas

sosial,gangguan memori,perhatian serta memburuknya kognitif secara nyata.Tanda disfori atau

sedih yang jelas seringkali tidak terdapat .Seringkali sukar untuk mengorek adanya penurunan

perhatian dari hal-hal yang sebelumnya disukai,penurunan nafsu makan,aktivitas atau sukar

tidur.

Depresi pada usia lanjut seringkali kurang atau tidak terdiagnosis karena hal-hal berikut :

Penyakit fisik yang diderita seringkali mengacaukan gambaran depresi,antara lain mudah

lelah dan penurunan berat badan.

Golongan lanjut usia sering kali menutupi rasa sedihnya dengan justru menunjukan

bahwa dia lebih aktif.

Kecemasan,obsesionalitas,histeria dan hipokondria yang sering merupakan gejala depresi

justru sering menutupi depresinya.Penderita dengan hipokondria,misalnya justru sering

dimasukkan ke bangsal Penyakit Dalam atau Bedah (misalnya karena diperlukan

penelitian untuk konstipasi dan lain sebagainya)

Masalah sosial yang juga di derita seringkali membuat gambaran depresi menjadi lebih

rumit.

Mengingat hal-hal tersebut diatas,maka dalam setiap asesmen geriatri seringkali

disertakan form pemeriksaan untuk depresi,yang seringkali berupa skala depresi geriatrik (GDS)

atau skala penilian (depresi)Hamilton (Hamilton Rating Scale=HRS).

Penatalaksanaan

Page 21: Makalah Dr Tony Psikogeriatri

Penatalaksanaan terdiri atas penatalaksanaan psikologik,penatalaksanaan dan pencegahan

sosial dan penatalaksanaan farmakologik.Rujukan ke psikiater dianjurkan apabila penderita

menunjukan gejala (Van der Cammen,1991).

Masalah diagnostik yang serius

Risiko bunuh diri tinggi

Pengabaian diri (self neglect)yang serius

agitasi,delusi atau halusinasi berat

tidak memberikan tanggapan atau tak patuh terhadap pengobatan yang diberikan

Memerlukan tindakan/rawat inap di institusi atau pelayanan psikiatrik lain.

Diantara obat-obat depresi harus dipilih dan disesuaikan dengan keadaan dan gejala yang

diderita.Untuk penderita yang secara fisik aktif,sebaiknya tidak diberikan obat yang memberikan

efek sedatif,sebaliknya penderita yang agiant golongan obat tersebut mungkin diperlukan

Tabel 3.Berbagai pilihan obat antidepresan

Antidepresan trisiklik

Yang bersifat sedatif : Amitriptilin

Dotipin

Sedikit bersifat sedatif : Imipramin

Nortriptilin

Protriptilin

Antidepresan yang lebih baru

Bersifat sedatif : Trasodon

Mianserin

Kurang sedatif : Maprotilin

Lofepramin

Flukfosamin

Dari Van der Cammen,1991

Page 22: Makalah Dr Tony Psikogeriatri

Walaupun obat golongan litium mungkin bisa memberikan efek,terutama penderita

dengan depresi manik,obat ini sebaiknya hanya diberikan setelah berkonsultasi pada

psikiater.Obat juga harus diberikan dengan dosis awal rendah dan berhati-hati bila terdapat

penurunan fungsi ginjal.

Gangguan cemas

Gangguan cemas dibagi dalam beberapa golongan ,yaitu fobia,gangguan panik,gangguan

cemas umum,gangguan stres pasca trauma dan gangguan obsesif-kompulsif.Puncak Insidensi

antara usi 20-40 tahun,dan prevalensi pada lansia lebih kecil dibandingkan pada dewasa

muda.Pada usia lanjut seringkali gangguan cemas ini merupakan kelanjutan dari dewasa

muda.Awitan yang terjadi pada usia lanjut biasanya berhubungan/sekunder akibat

depresi,penyakit medis,efek samping obat atau gejala penghentian mendadak dari suatu obat

(Reuben et al,1996).

Gejala dan pengobatan pada usia lanjut hampir serupa dengan pada usia dewasa

muda,oleh karenanya tidak akan disinggung lebih mendalam.

Psikologis pada usia lanjut

Berbagai bentuk psikosis bisa terdapat pada usia lanjut,baik sebagai kelanjutan keadaan

pada dewasa muda atau yang timbul pada usia lanjut.Pada dasarnya jenis dan Penatalaksanaanya

hampir tidak berbeda dengan yang terdapat pada populasi dewasa muda.Walaupun beberapa

jenis khusus akan disinggung sedikit berikut ini.

Parafrenia.Adalah suatu bentuk skizofrenia lanjut yang sering terdpat pada lanjut usia yang

ditandai dengan waham (Biasanya waham curiga dan menuduh),sering penderita merasa

tetangga mencuri barang-barangnya atau tetangga berniat membunuhnya (Brocklehurst-

Allen,1987).Biasanya terjadi pada individu yang terisolasi atau menarik diri pada kegiatan

sosial.Apabila waham tersebut menimbulkan keributan antar tetangga atau bahkan

skandal,pemberian terapi dengan derivat fenotiasin sering bisa menenangkan (Brocklehurst-

Allen,1987).

Page 23: Makalah Dr Tony Psikogeriatri

Sindroma Diogenes.Adalah suatu keadaan dimana seorang lanjut usia menunjukkan

penampakan perilaku yang sangat terganggu .Rumah atau kamar sangat kotor,bercak dan bau

urin dan feses dimana-mana(karena sering penderita terlihat bermain-main dengan

feses/urin).Tikus berkeliaran dan sebagainya .Penderita menumpuk barang-barangnya dengan

tidak teratur (“nyusuh”).

Individu lanjut usi yang menderita keadaan ini biasanya mempunyai IQ yang tinggi,50% kasus

intelektualnya normal (Brocklehurs-Allen,1987).Mereka biasanya menolak untuk dimasukkan di

institusi.Upaya untuk mengadakan pengaturan/pembersihan rumah/kasar,biasanya akan

gagal,karena setelah beberapa waktu hal tersebut akan terulang kembali.

VI. Prinsip-Prinsip Dalam Pelayanan Psikogeriatri

Psikogeriatri adalah cabang ilmu kedokteran jiwa yang mempelajari masalah kesehatan jiwa

pada lansia yang menyangkut aspek promotof, preventif, kuratif dan rehabilitatif serta

psikososial yang menyertai kehidupan lansia. Dalam psikogeriatri terdapat perumusan kebijakan

dan program pelayanan bagi lanjut usia secara umum dan pelayanan kesehatan secara khusus.

Oleh karena itu, dalam psikogeriatri dikenal adanya 3 (tiga) prinsip umum dan 10 prinsip khusus.

3 (Tiga) Prinsip Umum :

Tiga prinsip umum ini sangat penting dalam memotivasi masyarakat untuk menentukan

kesepakatan politis dalam pembinaan dan pelayanan lanjut usia meliputi :

1. Kebijaksanaan bagi masyarakat

Kebijaksanaan bagi pembinaan dan pelayanan lanjut usia mencerminkan tanggung jawab

pemerintah dalam mempertahankan lanjut usia dalam masyarakat serta memberi

pemuliaan bagi lanjut usia.

2. Keberhasilan dalam mempertahankan hidup

Adalah salah bila menganggap keberhasilan dalam mempertahankan hidup dan

pengaturan fertilitas sebagai suatu masalah. Hal tersebut seharusnya dipandang secara

Page 24: Makalah Dr Tony Psikogeriatri

positif sebagai kemenangan dan berkah dalam peradaban dan pembangunan abad ke 21.

Lanjut usia adalah salah satu tanda keberhasilan pembangunan SDM yang sehat dan

bahagia sehingga dapat mencapai usia yang panjang.

3. Kemajuan Kemanusiaan

Setiap kebijaksanaan dalam memajukan kemanusiaan (humanity) harus tanpa

mendasarkan pada kelompok ras, agama dan umur. Pada abad melenium lanjut usia dan

kelompok yang lebih muda memiliki hak dan kewajiban yang sama sesuai dengan

kondisinya masing-masing, bahkan saat ini bukti pemuliaan terhadap lansia lebih nyata,

misalnya mendapat Kartu Tanda Penduduk seumur hidup, mendapatkan potongan harga

dalam berbagai transportasi, mendapat pelayanan yang lebih manusiawi dalam perjalanan

dan sebagainya.

10 (Sepuluh) Prinsip Khusus :

Merupakan acuan dalam pengembangan program pembinaan dan pelayanan bagi lanjut usia

dengan memperhatikan sistem pelayanan serta kondisi sosial budaya setempat. 10 prinsip

tersebut adalah sebagai berikut :

1. Berbagai keuntungan dari kemajuan masyarakat.

Semua hak azasi dan kehormatan juga berlaku bagi kelompok lanjut usia. Dalam

hidupnya, lanjut usia telah menyumbangkan hidupnya bagi pembangunan, oleh karena itu

berhak pula untuk menikmati kemajuan yang dicapai pada saat ini.

2. Individu Manula (manusia lanjut usia)

Ternyata para lanjut usia tidak sama satu sama lainnya, masing-masing dengan

keunikannya sendiri, oleh sebab itu kepada setiap lanjut usia perlu diperhatikan

kebutuhannya, kepribadiannya serta kekhususannya masing-masing.

3. Mandiri

Page 25: Makalah Dr Tony Psikogeriatri

Lanjut usia perlu dijamin agar dapat mandiri dalam berbagai bidang seperti pelayanan

kesehatan, jaminan pemeliharaan dalam bidang sosial, ekonomi, transportasi, kegiatan,

perumahan, kesejahteraan sosial terutama bila mereka terkena kecacatan sehingga mereka

dapat mandiri.

4. Pilihan

Lanjut usia diberikan jaminan agar mereka dapat turut menentukan kebijaksanaan

pemerintah dalam bidang pelayanan kesehatan dan sosial terutama bagi mereka yang

sudah tua dan cacat.

5. Pelayanan melalui keluarga (Home Care)

Pelayanan bagi lanjut usia dapat diberikan di rumahnya sendiri karena dengan berdiam

bersama keluarga atau di rumahnya sendiri lanjut usia akan lebih bahagia dan sejahtera.

Tinggal di panti merupakan alternatif terakhir bagi mereka yang memerlukan dengan

kerelaan dan ketulusan hati (bukan paksaan).

6. Aksesibilitas

Pelayanan masyarakat diberbagai bidang agar dapat dicapai dengan mudah oleh para

lanjut usia seperti pelayanan kesehatan, tempat rekreasi, fasilitas pendidikan dan lain-

lain. Bila mungkin mereka dibebaskan dari biaya pelayanan (sebagian fasilitas sudah

memberi kebebasan atau potongan / keringanan.

7. Mengikutsertakan Lanjut usia (Enganging the Elderly)

Mendorong ikatan antar generasi, semua anggota keluarga, tetangga, masyarakat serta

lanjut usia, agar semuanya saling membantu untuk meningkatkan kesejahteraan.

Mendorong mereka untuk membantu kaum muda yang cacat serta berperan sebagai

kakek atau nenek asuh yang bijaksana dan penuh ketauladanan.

8. Mobilitas

Page 26: Makalah Dr Tony Psikogeriatri

Para lanjut usia khususnya didaerah pedesaan sering tidak dapat menggunakan fasilitas

umum karena berkurangnya mobilitas mereka. Maka prioritas pertama adalah

memungkinkan bagi para lanjut usia untuk dapat bergerak lebih bebas dengan

menyediakan fasilitas untuk menjalankan fungsinya.

9. Produktivitas

Kenyataan membuktikan bahwa sebagian besar para lanjut usia mempunyai tingkat

kesehatan yang baik, untuk itu mereka perlu didorong agar secara ekonomik masih

produktif. Berbagai kegiatan yang dapat memberikan kesempatan bagi lanjut usia untuk

produktif perlu difasilitasi sehingga tidak memberi peluang untuk menganggur dan

menarik diri dari kehidupan bermasyarakat, terkecuali bagi mereka yang kondisinya tidak

memungkinkan.

10. Memelihara diri sendiri dan dipelihara oleh keluarga

Menyertakan lanjut usia dalam upaya pemeliharaan kesehatan dirinya serta membantu keluarga

yang ada anggota lanjut usia, agar mereka aktif merawat lanjut usia di rumah.

Page 27: Makalah Dr Tony Psikogeriatri

SARAN

Demi menjaga kesejahteraan para lansia dalam menikmati hari tua mereka, maka dalam

pelayanan terhadap mereka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a. Kegiatan yang sifatnya kegiatan kognitif sebaiknya tetap diadakan sepanjang yang

bersangkutan (lansia) masih bersedia

b. Untuk membantu daya ingat para lansia, sebaiknya di tempat-tempat yang strategis

dalam pelayanan ditulis hari, tanggal dan sebagainya dengan huruf ukuran besar dan

jelas.

c. Ditempat-tempat tertentu misalnya ruang tamu, kamar mandi, ruang makan, lemari

pakaian dan sebagainya sebaiknya diberi tulisan atau tanda khusus yang mudah dikenali

oleh para lansia.

d. Bentuk tempat tidur, kursi, pintu, jendela dan sebagainya yang sering kali mereka

gunakan/lewati/pegang seyogyanya dibuat sederhana, kuat dan mudah dipergunakan. Bila

perlu diberi alat bantu yang memudahkan untuk berjalan, bangun, duduk dan sebagainya.

Hal tersebut sangat penting untuk menambah rasa aman mereka dan memperkecil

bahaya.

e. Bentuk kamar mandi khusus sebaiknya dibuat untuk keperluan mereka, misalnya bak

kamar mandi tidak terlalu dalam, tidak menggunakan tangga atau tanjakan. Demikian

pula jamban dibuatkan sehinga mudah digunakan mereka dan pada dinding sebaiknya

ada pegangan. Bila fasilitas terpenuhi mereka akan merasa aman dan bahayapun akan

berkurang.

f. Pengaturan tempat duduk waktu makan, istirahat bersama sebaiknya mempermudah

mereka untuk melakukan interaksi sosial. Hindari susunan kursi / tempat duduk yang

saling membelakangi, karena akan membuat para lansia tidak dapat berinteraksi dengan

leluasa. Satu kelompok diusahakan antara 4 sampai 6 orang untuk suatu kegiatan agar

lebih efisien.

Page 28: Makalah Dr Tony Psikogeriatri

g. Biasakan mereka untuk memiliki kebiasaan yang positif misalnya buang sampah,

meludah dan sebagainya pada tempat yang tersedia. Hindarkan mereka dari kebiasaan

buruk seperti mengisolasi diri, menarik diri dari pergaulan dengan rekan-rekannya dan

sebagainya.

Page 29: Makalah Dr Tony Psikogeriatri

KESIMPULAN

Bahwa pelayanan geriatri di Indonesia sudah saatnya diupayakan diseluruh jenjang pelayanan

kesehatan di Indonesia.Untuk itu pengetahuan mengenai geriatri harus sudah merupakan

pengetahuan yang diajarkan pada semua tenaga kesehatan.Dalam hal ini pengetahuan mengenai

psikogeriatri atau kesehatan jiwa pada usia lanjut merupakan salah satu diantara berbagai

pengetahuan yang perlu diketahui .Tatacara pemeriksaan dasar psikogeriatri oleh karena itu

sering disertakan dalam pemeriksaan/asesmen geriatri,antara lain mengenai pemeriksaan

gangguan mental.Kognitif,depresi dan beberapa pemeriksaan lain.

Page 30: Makalah Dr Tony Psikogeriatri

DAFTAR PUSTAKA

1. American psychiatric Association.Diagnostic and statistical manual of mental disorder,3rd

edits,revised.Washington DC,1987.

2. Brocklehurs JC and Allen SC (1987).Sociological and psychological gerontology.In

Brocklehurs JC and Allen SC (eds).Geriatric Medicine for students,3rd eds.Churchill

Livingstone.

3. Brocklehurs JC and Allen SC.Care of the dying.In Brocklehurst JC anf Allen SC

(eds).Geriatric Medicine for students,Churchill Livingstone.

4. Direktorat Kesehatan Jiwa.Pedoman Pengelolaan Jiwa dan Diagnosis Gangguan Jiwa di

Indonesia.Dep Kes RI,1982

5. Gunadi H.Problematik usia lanjut ditinjau dari sudut kesehatan jiwa .Jiwa XVII (4): 89-

97,1984

6. Hamilton M.Fish's clinical psychophysiology.Wright,bristol,1985

7. Hadi Martono.Socio cultural factors influencing the development of depression in elderly

patients admited to the acute geriatric wards in Indonesia.Word Congress of

Gerontology,Adelaide,1997.

8. Kaplan HI,Sadock BJ and Greb.Geriatri.Sinpsi Psikiatri vol 1/7.Alih bahasa :Wijaya

Kusuma,Bina Rupa Aksara,Jakarta,867-881,1997.

9. Kolb LC,Brodie HK,Modern clinical psychiatry.WB Saunders Co.Philadelphia,1982

10. Laitman LR Paraphrenias and other psychoses.In Geriatric Medicine and Gerontology,2nd

eds.McGraw Hill New York,1019-1024,1990

11. Reuben DB,Yoshikawa TT and Besdine RW.Geriatric psychiatry.In Reuben

DB,Yoshikawa TT and Besdine RW (eds) .Geriatric Review Syllabus,Kendall-Hunt

Publishing Coy,Debuque,Iowa,1996

12. Van der Cammen TJM,Rai TGS and Exton-Smith AN (eds).Manual of Geriatric

Medicine.Chuchill Livingstone,Edinburgh,1991

13. Weinberg J.Genatric psychiatry.In Freedman AN,Kaplan HI anf Sadock RJ

(eds).Comprehensive Textbook of Psychiatry,6th eds.The William-Wilkins Co.,2507-

1527,1995

Page 31: Makalah Dr Tony Psikogeriatri