MAKALAH DIASTER STRUKTUR OPERASI TANGGAP DARURAT,SISTIM MENEJEMEN BENCANA NASIONAL, DAN STANDAR SISTIM MENEJEMEN KEADAAN DARURAT KELAS A4 KELOMPOK 2 1. Muhammad Idris 2. Nuraeni 3. Momon mahardika 4. Nuramdani 5. Opi kurniati 6. Rima melati 7. Muhammad farid 8. Rima mutiahidayanti 9. Rikzal surya tanah 10. YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT STIKES YARSI MATARAM
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
MAKALAH DIASTER
STRUKTUR OPERASI TANGGAP DARURAT,SISTIM MENEJEMEN BENCANA
NASIONAL, DAN STANDAR SISTIM MENEJEMEN KEADAAN DARURAT
KELAS A4
KELOMPOK 2
1. Muhammad Idris
2. Nuraeni
3. Momon mahardika
4. Nuramdani
5. Opi kurniati
6. Rima melati
7. Muhammad farid
8. Rima mutiahidayanti
9. Rikzal surya tanah
10.
YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT
STIKES YARSI MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI S.1
TAHUN 2012
KATA PENGANTA
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas Berkat dan
Rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah DIASTER dengan judul
STRUKTUR OPERASI TANGGAP DARURAT,SISTIM MENEJEMEN
BENCANA NASIONAL, DAN STANDAR SISTIM MENEJEMEN KEADAAN
DARURAT dapat selesai dengan tepat waktu.
Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
penyusunan makalah ini dan atas bimbingan bapak dosen Ns. Lindawati sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih ada kekurangan serta masih
jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya, dan kami pada khususnya. Terima kasih.
Mataram senin 05-11- 2012
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN.
A. LATARBELAKANG
Dalam situasi keadaan Darurat bencana sering terjadi kegagapan pananganan
dankesimpang siuran informasi dan data korban maupun kondisi kerusakan,
sehinggamempersulit dalam pengambilan kebijakan untuk penanganan darurat
bencana.Sistem Koordinasi juga sering kurang terbangun dengan baik, Penyaluran
bantuan, distribusilogistic sulit terpantau dengan baik sehingga kemajuan kegiatan
penanganan tanggapdarurat kurang terukur dan terarah secara obyektif. Situasi dan
kondisi di lapangan yangseperti itu disebabkan belum terciptanya mekanisme kerja
Pos Komando dan KoordinasiTanggap Darurat Bencana yang baik, terstruktur dan
sistematis.Dalam kondisi Kedaruratan Bencana diperlukan sebuah institusi yang
menjadi pusatKomando dan Koordinasi kedaruratan bencana sesuai dengan lokasi dan
tingkatan bencanayang terjadi. Pos Komando dan Koordinasi Tanggap Darurat
Bencana dapat dilengkapidengan PosKo Lapangan Tanggap Darurat Bencana dengan
gugus tugas yang terdiri dari unitkerja yang saling terkait dan merupakan satu
kesatuan system yang terpadu dalampenanganan Kedaruratan bencanaSetiap wilayah
tempat tinggal manusia memiliki resiko bencana. Seringkali resiko tersebut
tidakterbaca oleh komunitas dan karenanya tidak dikelola dengan baik. Hal ini
menyebabkan terkadang, dan mungkin juga sering, bencana terjadi secara tak terduga-
duga.
Dampak paling awal dari terjadinya bencana adalah kondisi darurat, dimana terjadi
penurunan drastis dalam kualitas hidup komunitas korban yang menyebabkan mereka
tidak mampu memenuhi kebutuhankebutuhan dasarnya dengan kapasitasnya sendiri.
Kondisi ini harus bisa direspons secara cepat, dengan tujuan utama pemenuhan
kebutuhan dasar komunitas korban sehingga kondisi kualitas hidup tidak makin parah
atau bahkan bisa membaik. Tetapi setelah situasi darurat itu direspons, bencana harus
ditangani secara menyeluruh. Sebagaimana setiap akibat pasti punya sebab dan
dampaknya, maka bencana sebagai sebuah akibat pasti punya sebab dan dampaknya,
agar penanganan bencana tidak terbatas pada simptonsimpton persoalan, tetapi
menyentuh substansi dan akar masalahnya. Dengan demikian kondisi darurat perlu
dipahami sebagai salah satu fase dari keseluruhan resiko bencana itu sendiri.
Penanganan kondisi darurat pun perlu diletakkan dalam sebuah perspektif penanganan
terhadap keseluruhan siklus bencana. Setelah kondisi darurat, biasanya diikuti dengan
dukungan operasi penanganan darurat bencana yang terdiri
dari:
Pos Komando, meliputi Posko Tanggap Darurat dan
Poskolap.
Personil Komando, adalah semua sumberdaya manusia
yang bertugas dalam organisasi Komando Tanggap
Darurat Bencana dengan kualifikasi dan kompetensi
yang diperlukan untuk penugasan penanganan darurat
bencana.
Gudang, tempat penyimpanan logistik dan peralatan.
Sarana dan prasarana transportasi, baik yang
merupaka fasilitas dasar maupun spesifik sesuai jenis
bencana.
Peralatan, baik yang merupakan fasilitas dasar maupun
fasilitas yang spesifik sesuai jenis bencana.
Alat komunikasi dan peralatan komputer.
2. Data serta informasi bencana dan dampak bencana.
Konfigurasi fasilitas alat komunikasi untuk Komando
Standar sistim menejemen keadaan darurat harus memilki :
Pengorganisasian
a) Organisasi Pos Komando dan Koordinasi Tanggap Darurat Bencana
merupakan Organisasi satu komando dengan mata rantai garis
komando serta tanggung jawab yang jelas. Lembaga / Majelis dapat
dikoordinasikan dalam satu organisasi berdasarkan satu kesatuan
komando. Organisasi ini dapat dibentuk di semua tingkatan wilayah
bencana baik dari tingkat pusat , wilayah , atau daerah.
b) Struktur Organisasi Pos Komando dan Koordinasi Tanggap Darurat
terdiri atas Ketua PosKo yang dibantu oleh staf PosKo dan gugus tugas
operasi, yang terdiri dari
Ketua PosKo Tanggap Darurat Bencana
Wakil Ketua PosKo Tanggap Darurat Bencana
Staf PosKo :
Sekretaris Keuangan
Publikasi dan Dokumentasi
Kerelawanan
c) Gugus Tugas Operasi
Unit kerja Assesment
Unit kerja Medis (DMC)
Unit kerja SAR
Unit kerja Psikososial
Unit kerja Logistik dan Peralatan
d) Struktur organisasi ini dapat diperluas sesuai kebutuhan
Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi
Tugas Pokok Pos Komando dan Koordinasi Tanggap darurat bencana :
a. Menjamin berjalannya operasi Tanggap Darurat oleh berbagai unit
kerja yang ada secara terpimpin, terkoordinasi, efektif, dan efisien
dilokasi bencana
b. Melaksanakan pengumpulan informasi dan data lapangan serta
perkembangan informasi sebagai dasar penyusunan rencana Operasi
Tanggap darurat Bencana
c. Menyusun rencana Operasi penanganan Tanggap Darurat Bencana
d. Menentukan lokasi pendampingan dan pelayanan korban bencana
alam berdasar dari hasil kajian dan analisis tim reaksi cepat dan tim
assessment.
e. Menempatkan Tim relawan dilokasi yang telah ditentukan sesuai unit
kerja Tanggap Darurat Bencana dengan berdasar kapasitas dan
keahlian secara terukur dan sistematis
f. Merencanakan, Mengkoordinasikan, Mengendalikan, memantau
pengerahan sumberdaya untuk Operasi penanganan Tanggap darurat
bencana secara cepat tepat bermartabat, efektif dan efisien serta
mengevaluasi pelaksanaan Operasi penanganan Tanggap darurat.
g. Melaporkan Pelaksanaan Penanganan Tanggap darurat kepada
Pimpinan LPB / MDMC Daerah / Wilayah / Pusat, dan kepada
Pimpinan Daerah / Pimpinan Wilayah / Pimpinan Pusat
h. Menyebar luaskan informasi mengenai kejadian bencana secara akurat
dan benar kepada media dan masyarakat luas.
C. SISTIM MENEJEMEN BENCANA NASIONAL
a) Pengertian menejemen bencana nasioal(diaster menjement national)
Adalah segala upaya atau kegiatan yang d laksanakan dalam rangka
pencegahan ,mitigasi keiap siagaan,tanggap darurat dan berkaitan dengan
bencana yang di lakukan pada sebelum,saat, dan sesufah terjadi bencan
secara nasional
b) Kegiatan menejemen bencana nasional
1) Pencegahan(prevention) yaitu upaya yang di
lakukan untuk mencegahterjadinya bencana, jika
mungkin dengan menediakan bahaya
misalnya:melarang pembakaran hutan dan
perladangan,melarang penebagan vau di daerah
yang curam,dll
2) Mitigasi yaituupaya yang di lakukan untuk
meminimmalkandanpak yang di timbulakan oleh
bencana. Ada 2 bentuk mitigasi yaitu:1). Mitigasi
struktural(pembuatan tanggul,bendungan sungai
dll)2). mitigasi non stuktural (peraturan tata
ruang, dan pelatihan
Menejemen bencana nasional
Menejemen resiko bencana
Pencegahan dan mitigasi
Menejen kedaruratan
Pra bencana
pemulihan
Pasca bencana
Kesiap siagaan prabencena Saat bencana
3) Kesiapan(preparedness) yaitu upaya yangdi
lakukan untuk mengantisipasi bencana melalui
pengrganisaisian, langkah langkah yang tepat
dan siapa siaga.misalny: persiapan alat
komunikasi,pos komando bencana,dll
4) Peringatan dini (earlywarning) yaitu upaya untuk
memberiakn tanda peringatan bahwa bencana
mungkin akan terjadi. Pemberian pperingatan dini
harus:
Menjangkau masarakat
Segera
Tegas tidak membingunkan
Bersifat resmi
5) Tanggap daruraty atau response yaitu upaya
yang di lakukan segera pada saat kejadian
bencana,untuk menanggulangi damak yang di
timbulakan terutama beruapa
penyelamtankorban dan harta benda,evakuasi
dan pengungsian.
6) Bantuan darurat (relief )yaitu merupakan upya
untuk memberikan bantuan berkaitan engan
pemenuhan kebutuhandaar berupa:pangan
sandan,tempat tinggal,dll
7) Pemuliahn (recovery) yaitu proses pemuliahn
darurat kondisi masyarakat yang terkena
bencanadengan memfungsikan kembali sarana
dan prasarana pada keadaan semula.upaya yng di
lakukan adalah memperabiki prasarana dan
pelayanan dasar.
8) Rehabilitasi yaitu upaya langkah yngdi ambil
setelah kejadian bencana untuk membntu
masarakat untuk memperbaiki rumahnya,fasilitas
umu, fasilitas sosial lainya yang penting, dan
menghidupkan kembali roda perekonomian
masyarakat tersebut.
9) Rekontruksi yaitu merupaka program jangka
menengah dan jangka panjang juga memperbaiki
fisik, sosial dan ekonomi untuk mengembalikan
kehidupan masyarakat pada kondisi yang sama
atau lebih baik sebelum terkena bnecana
c) Siklus mitigasi menejemen bencana
d) Unsur unsur penangan bencana
1. Identifikasi dan pengkajian resiko
Analiisis kerentanan dan kemampuan
Analisis dan pemantauan ancaman
Identifikasi resiko dan kajian dampak
Peringatan dini
2. Pengurangan resiko
Menejemen lingkungan
Praktik2 pembangunan sosial ekonomi
Upaya2 fisik dan teknis
Kesiapan tanggap darurat becan a
Pencegahan n mitigasi pemulihan
bencana
Jaringan dan kemitraan
3. Penanggulangan dampak resiko dan kedaruratan
Kesiapan, perencanaan dan kontijensi
Penaggulangan kedaruratan
pemulihan
e) Menejemen pemerintah dalam peneanganan bencana nasional
Salah satu hal yang sering dikeluhkan oleh rakyat yang tertimpa
bencana adalah kekurang-sigapan pemerintah dalam menangani
dampak yang ditimbulkan oleh bencana. Sering kali bencana hanya
ditanggapi secara parsial oleh pemerintah. Bahkan bencana kadang
hanya ditanggapi dengan pendekatan tanggap darurat (emergency
response). Kurang adanya kebijakan pemerintah yang integral dan
kurangnya koordinasi antar departemen dianggap sebagai beberapa
penyebab yang memungkinkan hal itu dapat terjadi. Terlalu panjang
dan berliku-likunya proses birokrasi juga kadang menjadi penyebab
terasanya kekurang-sigapan pemerintah dalam menangani dampak
pasca bencana.
Sebagai contohnya adalah penyaluran dana rekonstruksi korban
gempa Yogyakarta 27 Mei 2006. Butuh waktu hampir lebih dari lima
bulan hingga akhirnya kipasan uang dari dana rekonstruksi itu dapat
dirasakan oleh rakyat yang terkena bencana, tapi itupun hanya
merupakan bantuan dana tahap pertama dan hanya sebagian korban
gempa yang baru merasakannya (esai ini ditulis sekitar akhir
November 2006). Butuh waktu lebih lama lagi dan birokrasi yang
berbelit-belit lagi untuk mendapatkan bantuan dana rekonstruksi tahap
dua. Sementara waktu itu masih banyak rakyat yang menjalani
hidupnya di pengungsian dan menunggui datangnya dana rekonstruksi
yang telah dijanji-janjikan sejak dari dahulu kala.
Bagaimana hal ini dapat terjadi? Seperti apa sebenarnya manajemen
ataupun sistem penanganan bencana yang dilakukan oleh pemerintah?
Apa sebenarnya yang menjadi persoalan disini? Dan bagaimana
sebaiknya hal itu dapat ditanggulangi? Esai yang mungkin terlalu
singkat ini akan mencoba mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan
tersebut. Tubuh esai ini akan dibagi menjadi beberapa sub-bagian.
Sub-bagian pertama tentang Indonesia dalam konteks kebencanaan dan
penyaluran dana rekonstruksi, sub-bagian kedua tentang birokrasi
penanganan dana dan sekelumitnya, dan sub-bagian ketiga tentang
solusi alternatif pemecahannya.
d) Birokrasi Penanganan Dana saat terjadi bencana Dan Sekelumitnya
Seperti yang kita tahu, sistem birokrasi di Indonesia terlalu rumit dan
panjang. Misalnya untuk mengurus sesuatu yang berhubungan dengan
kepemerintahan maka kita harus bolak-balik kesana-kemari barulah
tujuan kita dapat tercapai (ini merupakan suatu penyakit struktural
yang tak kunjung jua sembuh dikarenakan sistem yang ada secara tidak
langsung mendorong terjadinya hal tersebut). Birokrasi penanganan
dana rekonstruksi pun tak bisa lepas dari hal ini. Sistem birokrasi yang
berkelumit dan tersentralisasi ini menjadi salah satu penyebab kenapa
terjadi ketidak-efektifan dan ketidak-efisiensian, dalam hal ini
penanganan dana rekonstruksi, menjadi muncul dan berkembang.
Ketika SK dari presiden SBY perihal pemberian dana rekonstruksi
gempa Jogja dikeluarkan (yang disambut dengan gembira dan suka-
cita para korban gempa), tidak serta-merta dana tersebut dapat
langsung diambil mak clumut—begitu saja. SK dari presiden tersebut
ternyata hanyalah salah satu syarat untuk mendapatkan dana
rekonstruksi dari pemerintah pusat. Masih ada syarat-syarat lain yang
harus dipenuhi agar dana rekonstruksi dapat diambil seperti surat dari
Menteri Keuangan, data-data lengkap korban gempa yang akan
menerima bantuan dana rekonstruksi, dan berbagai dokumen lain yang
dibutuhkan, yang tentu saja untuk mendapatkannya memerlukan waktu
yang cukup lama. Baru setelah itu dana rekonstruksi dapat dicairkan.
Dicairkan (tentu saja) artinya dana tersebut diambil dari bank, jadi
sebenarnya semua dana rekonstruksi itu telah berada di bank tetapi
banyak pihak yang bingung dimana sebenarnya uang dana rekonstruksi
itu berada, apakah masih di Jakarta atau telah sampai di Jogja.
Bagan berikut mungkin memperjelas bagaimana alur birokrasi
keuangan yang terjadi (dimana alur keluarnya dana bantuan
rekonstruksi juga melewati alur ini
Sumber: “Buku: Akuntansi Pemerintahan Indonesia, Revrisond Baswir”
BAB III
presiden
Menteri/ Ketua Lembaga Negara
Menteri Keuangan
Sekjen
Kepala Biro Keuangan
Bendahara Umum
Dirjen Anggaran
Panglima TNI
KPKN
Bendahara Khusus Bendahara Barang
PENUTUP
A. PENUTUP
Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain gempa
bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan dan
tanah longsor. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan
oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa non alam yang antara lain
berupa kegagalan teknologi, kegagalan modernisasi, epidemi dan
wabah penyakit. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh
peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia
yang meliputi konflik sosial antar kelompok atau antar komunitas
masyarakat, dan teror. Dalam penanggulangan bencana perlu adanya
koordinasi dan penanganan yang cepat, tepat, efektif, efisien, terpadu
dan akuntabel, agar korban jiwa dan kerugian harta benda dapat
diminimalisir.
Penanggulangan bencana, khususnya pada saat tanggap darurat
bencana harus dilakukan secara cepat, tepat dan dikoordinasikan
dalam satu komando. Untuk melaksanakan penanganan tanggap
darurat bencana, maka pemerintah/pemerintah daerah yang diwakili
oleh Kepala BNPB/BPBD Provinsi/Kabupaten/Kota sesuai dengan
kewenangannya dapat menunjuk seorang pejabat sebagai komandan
penanganan tanggap darurat bencana sesuai Peraturan Pemerintah
nomor 21 Tahun 2008 pasal 47 ayat (2).
DAFTAR PUSTAKA
Buku Akuntansi Pemerintahan Indonesia oleh Revrisond Baswir http://www.walhi.or.id
Earthquake, Wikipedia the free encyclopedia. Diunduh 2 Desember 2012 dari http://en.wikipedia.org/wiki/Earthquake
Pelaksana Harian Badan Koordinasi Nasional Penanganan Bencana (BAKORNAS PB) (2007) Pengenalan Karakteristik Bencana dan Upaya Mitigasinya di Indonesia, http://www.bakornaspb.go.id/website/documents/publikasi/BUKU_KARAKTERISTIK_BENCANA_edisi2.pdf