Top Banner
HUBUNGAN ANTARA DEFISIENSI VITAMIN B 12 DENGAN GANGGUAN METABOLISME ASAM NUKLEAT Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Biokimia Dosen Pengampu: dr. Ngakan Putu D S, M.Kes Disusun Oleh: Nama : Alivia Salma Lihayati NIM : 6411414164 Rombel : 06 JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
24

Makalah Defisiensi Vitamin B12 dan Asam Nukleat

Aug 11, 2015

Download

Healthcare

Alivia Salma L
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Makalah Defisiensi Vitamin B12 dan Asam Nukleat

HUBUNGAN ANTARA DEFISIENSI VITAMIN B12 DENGAN

GANGGUAN METABOLISME ASAM NUKLEAT

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Biokimia

Dosen Pengampu: dr. Ngakan Putu D S, M.Kes

Disusun Oleh:

Nama : Alivia Salma Lihayati

NIM : 6411414164

Rombel : 06

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2015

Page 2: Makalah Defisiensi Vitamin B12 dan Asam Nukleat

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa

yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga dalam

penulisan makalah ini saya tidak mengalami kendala apapun hingga

terselesaikannya makalah ini.

Pada kesempatan ini, saya ingin mengungkapkan rasa terima kasih

saya kepada:

1. Kedua orang tua saya yang selalu memberikan dukungan kepada

saya.

2. Bapak dr. Ngakan Putu D S, M.Kes selaku Dosen Mata Kuliah

Biokimia yang telah memberikan arahan dan masukan dalam

pembuatan makalah ini.

3. Teman-teman seperjuangan yang selalu memberikan motivasi dalam

rangka pembuatan makalah ini.

4. Pihak-pihak terkait lainnya yang juga turut serta membantu saya

dalam pembuatan makalah ini.

Saya sangat menyadari tidak ada manusia yang sempurna begitu

juga dalam penulisan makalah ini. Apabila nantinya terdapat kekurangan

maupun kesalahan dalam makalah ini, saya selaku penulis sangat

berharap kepada seluruh pihak agar dapat memberikan kritik dan juga

saran.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan

bahan pembelajaran kepada kita semua.

Semarang, 13 Mei 2015

Penulis

DAFTAR ISI

Page 3: Makalah Defisiensi Vitamin B12 dan Asam Nukleat

Halaman Judul..................................................................................

Kata Pengantar ................................................................................

Daftar Isi ..........................................................................................

..........................................................................................................

BAB I : Pendahuluan

A. Latar Belakang .......................................................................

B. Rumusan Masalah ..................................................................

C. Tujuan Penulisan ....................................................................

BAB II : Pembahasan

A. Definisi Asam Nukleat

B. Klasifikasi Asam Nukleat

C. Definisi Vitamin .......................................................................

D. Definisi dan Fungsi Vitamin B12 ..............................................

E. Akibat Defisiensi Vitamin B12 ..................................................

BAB III : Penutup

A. Kesimpulan .............................................................................

B. Saran ......................................................................................

Daftar Pustaka .................................................................................

BAB I

Page 4: Makalah Defisiensi Vitamin B12 dan Asam Nukleat

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Vitamin B12, disebut juga kobalamin, adalah sebuah vitamin larut

air yang berperan penting dalam berfungsi normalnya otak dan sistem

saraf, serta dalam pembentukan darah. Vitamin ini merupakan salah

satu dari delapan vitamin B. Umumnya, vitamin ini terlibat

dalam metabolisme setiap sel dalam tubuh, terutama pengaruhnya

pada sintesis dan regulasi DNA serta pada sintesis asam lemak dan

produksi energi. Vitamin B12 juga berfungsi sebagai koenzim dalam

metabolisme asam nukleat.

Dalam sejarahnya, vitamin B12 ditemukan dari hubungannya

dengan penyakit anemia pernisius yang merupakan sebuah penyakit

otoimun yang dapat menghancurkan sel-sel parietal dalam perut yang

mensekresi faktor intrinsik. Faktor intrinsik ini sangat penting dalam

absorpsi normal vitamin B12. Sehingga apabila terjadi kekurangan

faktor intrinsik, maka akan timbul penyakitcanemia pernisius yang

disebabkan oleh kekurangan vitamin B12.

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi asam nukleat?

2. Apa saja klasifikasi asam nukleat?

3. Apa definisi vitamin?

4. Apa definisi dan fungsi vitamin B12?

5. Bagaimana bila terjadi defisiensi vitamin B12?

C. Tujuan Penulisan

Page 5: Makalah Defisiensi Vitamin B12 dan Asam Nukleat

1. Untuk mengetahui definisi asam nukleat

2. Untuk mengetahui klasifikasi asam nukleat

3. Untuk mengetahui definisi vitamin

4. Untuk mengetahui definisi dan fungsi vitamin B12

5. Untuk mengetahui akibat defisiensi vitamin B12

Page 6: Makalah Defisiensi Vitamin B12 dan Asam Nukleat

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Asam Nukleat

Asam nukleat adalah suatu polimer yang terdiri atas banyak

molekul nukleotida. Asam-asam nukleat terdapat pada jaringan-

jaringan tubuh selain nukleoprotein, yaitu gabungan antara asam

nukleat dengan protein. Untuk memperoleh asam nukleat dari

jaringan-jaringan tersebut, dapat dilakukan ekstraksi terhadap

nukleoprotein terlebih dahulu menggunakan larutan garam 1 M.

setelah nukleoprotein terlarut, dapat diuraikan atau dipecah menjadi

protei-protein dan asam nukleat dengan menambah asam-asam

lemah atau alkali secara hati-hati, atau dengan menambah NaCl

hingga larutan menjadi jenuh. Setelah terpisah dari protein yang

mengikatnya, asam nukleat dapat diendapkan dengan penambahan

alkohol perlahan-lahan. Di samping itu penambahan NaCl hingga

jenuh akan mengendapkan protein.

Cara lain untuk memisahkan asam nukleat dari protein ialah

menggunakan enzim pemecah protein, misalnya tripsin. Ekstraksi

terhadap jaringan-jaringan dengan asam triklorasetat, dapat pula

memisahkan asam nukleat. Denaturasi protein dalam campuran

dengan asam nukleat ini dapat pula menyebabkan terjadinya

denaturasi asam nukleat itu sendiri. Oleh karena asam nukleat itu

mengandung pentose, maka bila dipanasi dengan asam sulfat akan

terbentuk fulfural. Fulfural ini akan memberikan warna merah dengan

aniline asetat atau warna kuning dengan p-bromfenilhidrazina.

Apabila dipanasi dengan difenilamina dalam suasana asam, DNA

akan memberikan warna biru. Pada dasarnya reaksi-reaksi warna

untuk ribose dan deoksiribosa dapat digunakan untuk keperluan

identifikasi asam nukleat. (Anna Poedjiadi, 2009)

Page 7: Makalah Defisiensi Vitamin B12 dan Asam Nukleat

B. Klasifikasi Asam Nukleat

1. DNA (Deoxyribonucleic Acid)

Asam ini adalah polimer yang terdiri atas molekul-molekul

deoksiribonukleotida yang terikat satu sama lain, sehingga

membentuk rantai polinukleotida yang panjang. Molekul DNA yang

panjang ini terbentuk oleh ikatan antara atom C nomor 3 dengan

atom C nomor 5 pada molekul deoksiribosa dengan perantaraan

gugus fosfat. (Anna Poedjiadi, 2009)

Setiap nukleotida yang menyusun DNA terdiri atas gugusan

gula, asam fosfat, dan basa nitrogen. (Rohana Kusumawati, 2013)

a. Gugusan gula (gula pentose yang dikenal sebagai

deoksiribosa).

b. Asam fosfat (penghubung dua gugusan gula).

c. Basa nitrogen (adenine dan guanine dari golongan purin serta

sitosin dan timin dari golongan pirimidin).

DNA merupakan dua rantai polinukleotida yang saling terpilin

membentuk double helix. Dalam rantai DNA tersebut, sitosin (C)

selalu dihubungkan dengan guanine (G) oleh tiga ikatan hidrogen.

Adenine (A) selalu dihubungkan dengan timin (T) oleh dua ikatan

atom hidrogen.

Basa nitrogen membentuk rangkaian persenyawaan kimia

dengan deoksiribosa menjadi suatu molekul yang disebut

nukleosida atau deoksiribonukleosida. Nukleosida ini berperan

sebagai prekusor elementer untuk sintesis DNA. Nukleosida

bergabung dengan gugus fosfat untuk membentuk suatu

nukleotida atau deoksiribonukleotida. Beberapa nukleotida akan

bergabung membentuk suatu molekul DNA.

DNA dapat bersifat heterokatalitik atau autokatalitik. DNA

bersifat heterokatalitik karena mampu membentuk RNA melalui

sintesis protein. DNA bersifat autokatalitik karena dapat melakukan

Page 8: Makalah Defisiensi Vitamin B12 dan Asam Nukleat

replikasi menghasilkan DNA baru. Ada tiga hipotesis tentang

replikasi DNA:

a. Replikasi konservatif, bentuk double helix DNA lama tetap,

kemudian menghasilkan double helix baru.

b. Replikasi semikonservatif, double helix DNA memisahkan diri

dan setiap pita tunggal mencetak pita pasangannya.

c. Replikasi dispersive, double helix DNA terputus-putus,

kemudian segmen-segmen tersebut akan membentuk segmen

baru yang akan bergabung dengan segmen lama untuk

membentuk DNA baru.

Beberapa enzim yang berperan dalam replikasi DNA adalah

sebagai berikut:

a. Enzim helikase berfungsi untuk menghidrolisis rantai ganda

polinukleotida menjadi dua rantai mononukleotida.

b. Enzim polymerase berfungsi untuk merangkai rantai-rantai

mononukleotida untuk membentuk DNA baru.

c. Enzim ligase berfungsi untuk menyambung ulir DNA yang baru

terbentuk.

2. RNA (Ribonucleic Acid)

Asam ribonukleat adalah suatu polimer yang terdiri atas

molekul-molekul ribonukleotida. Seperti DNA, asam ribonukleat ini

terbentuk oleh adanya ikatan antara atom C nomor 3 dengan atom

C nomor 5 pada molekul ribose dengan perantaraan gugus fosfat.

Meskipun banyak persamaannya dengan DNA, RNA mempunyai

beberapa perbedaan dengan DNA yaitu (Anna Poedjiadi, 2009)

a. Bagian pentosa RNA adalah ribose, sedangkan bagian pentosa

DNA adalah deoksiribosa.

b. Bentuk molekul DNA ialah double helix. Bentuk molekul RNA

bukan double helix tetapi berupa rantai tunggal yang terlipat

sehingga menyerupai rantai ganda.

c. RNA mengandung basa adenin, guanin, dan sitosin seperti

DNA, tetapi tidak mengandung timin. Sebagai gantinya, RNA

Page 9: Makalah Defisiensi Vitamin B12 dan Asam Nukleat

mengandung urasil. Dengan demikian bagian basa pirimidin

RNA berbeda dengan bagian basa pirimidin DNA.

d. Jumlah guanin dalam molekul RNA tidak perlu sama dengan

sitosin, demikian pula jumlah adenin tidak harus sama dengan

urasil.

Ada tiga tipe RNA sebagai berikut (Rohana Kusumawati, 2013)

a. rRNA (Ribosomal RNA) atau ARN Ribosom

rRNA terdapat dalam sitoplasma dan berperan dalam

sintesis protein. rRNA dapat mencapai 80 % dari jumlah RNA

sel. rRNA berfungsi untuk mempermudah perekatan yang

spesifik antara antikodon tRNA dengan kodon mRNA selama

sintesis protein.

b. mRNA (Messenger RNA) atau ARN duta

mRNA berupa rantai tunggal yang relatif panjang. mRNA

dibentuk dalam nucleus dan berfungsi membawa kode genetic

(kodon) dari DNA ke ribosom.

c. tRNA (Transfer RNA) atau Rantai Terpendek

tRNA terdapat dalam sitoplasma dan berfungsi

menerjemahkan kodon dari mRNA menjadi asam amino. Asam

amino dibawa oleh tRNA ke ribosom. Pada salah satu ujung

tRNA terdapat tiga rangkaian basa pendek disebut antikodon.

Suatu asam amino tertentu akan melekat pada ujung tRNA

yang bersebrangan dengan ujung antikodon. Pelekatan ini

merupakan cara agar tRNA berfungsi. Pengurutan asam amino

sesuai dengan urutan kodon pada mRNA.

C. Definisi Vitamin

Vitamin adalah zat-zat organik kompleks yang dibutuhkan dalam

jumlah sangat kecil dan pada umumnya tidak dapat dibentuk oleh

tubuh. Oleh karena itu, harus didatangkan dari makanan. Vitamin

Page 10: Makalah Defisiensi Vitamin B12 dan Asam Nukleat

termasuk kelompok zat pengatur pertumbuhan dan pemeliharaan

kehidupan. Tiap vitamin mempunyai tugas spesifik di dalam tubuh.

Karena vitamin adalah zat organik maka vitamin dapat rusak karena

penyimpanan dan pengolahan.

Istilah vitamine pertama kali digunakan pada tahun 1912 oleh

Cashimir Funk di Polandia. Dalam upaya menemukan zat di dalam

dedak beras yang mampu meyembuhkan penyakit beri-beri, ia

mampu menyimpulkan bahwa penyakit tersebut disebabkan oleh

kekurangan suatu zat di dalam makanan sehari-hari. Zat ini

dibutuhkan untuk hidup (vita) dan mengandung unsure nitrogen

(amine), oleh sebab itu diberi nama vitamine. Penelitian selanjutnya

membuktikan bahwa ada beberapa jenis vitamine yang ternyata tidak

merupakan amine. Oleh sebab itu, istilah “vitamine” kemudian diubah

menjadi vitamin. (Sunita Almatsier, 2010)

Vitamin adalah senyawa-senyawa organik tertentu yang diperlukan

dalam jumlah kecil dalam diet seseorang tetapi esensial untuk reaksi

metabolisme dalam sel dan penting untuk melangsungkan

pertumbuhan normal serta memelihara kesehatan.

Kebanyakan vitamin-vitamin ini tidak dapat disintesis oleh tubuh.

Beberapa di antaranya masih dapat dibentuk oleh tubuh, namun

kecepatan pembentukannya sangat kecil sehingga jumlah yang

terbentuk tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh. Oleh karenanya

tubuh harus memperoleh vitamin dari makanan sehari-hari. Jadi

vitamin mengatur metabolisme, mengubah lemak dan karbohidrat

menjadi energi, dan ikut mengatur pembentukan tulang dan jaringan.

Sejarah penemuan vitamin dimulai oleh Eijkman yang pertama kali

mengemukakan adanya zat yang bertindak sebagai faktor diet

esensial dalam kasus penyakit beri-beri. Pada tahun 1897 ia

memberikan gambaran adanya suatu penyakit yang diderita oleh

anak ayam yang serupa dengan beri-beri pada manusia. Gejala

penyakit tersebut terjadi setelah binatang diberi makanan yang terdiri

atas beras giling murni. Ternyata penyakit ini dapat disembuhkan

Page 11: Makalah Defisiensi Vitamin B12 dan Asam Nukleat

dengan member makanan sisa gilingan beras yang berupa serbuk.

Hasil penemuan yang menyatakan bahwa dalam makanan ada faktor

lain yang penting selain karbohidrat, lemak dan protein sebagai

energi, mendorong para ahli untuk meneliti lebih kanjut tentang

vitamin, sehingga diperoleh konsep tentang vitamin yang dikenal

sekarang. Pada saat ini terdapat terdapat lebih dari 20 macam

vitamin. Polish kemudian memberi nama faktor diet esensial ini

dengan vitamin. Selanjutnya hasil pekerjaan Warburg tentang

koenzim (1932 – 1935) dan kemudian penyelidikan R Kuhn dan P

Kerrer menunjukkan adanya hubungan antara struktur kimia vitamin

dengan koenzim.

Vitamin diberi ke dalam dua golongan. Golongan pertama oleh

Kodicek (1971) disebut prakoenzim, dan bersifat larut dalam air, tidak

disimpan oleh tubuh, tidak beracun, diekskresi dalam urine. Yang

termasuk golongan ini adalah: tiamin, riboflavin, asam nikotinat,

piridoksin, asam kolat, biotin, asam pantotenat, vitamin B12 (disebut

golongan B) dan vitamin C. golongan kedua yang larut dalam lemak

disebut alosterin, dan dapat disimpan di dalam tubuh. Apabila vitamin

ini terlalu banyak dimakan, akan tersimpan dalam tubuh, dan

memberikan gejala penyakit tertentu, yang juga membahayakan.

Kekurangan vitamin mengakibatkan terjadinya penyakit defisiensi,

tetapi biasanya gejala penyakit akan hilang kembali apabila

kecukupan vitamin tersebut terpenuhi. (Anna Poedjiadi, 2009)

D. Definisi dan Fungsi Vitamin B12

Vitamin B12 adalah salah satu metabolit sekunder yang secara

eksklusif hanya diproduksi oleh beberapa jenis bakteri dan archaea

(Combs, 1998). Hewan (termasuk manusia) dan protista membutuhkan

vitamin B12 tetapi tidak dapat mensintesisnya. Sedangkan tumbuhan

Page 12: Makalah Defisiensi Vitamin B12 dan Asam Nukleat

dan jamur diperkirakan tidak mensintesis atau menggunakannya (Duda

dkk, 1967). Dengan demikian pemenuhan kebutuhan vitamin B12 12

oleh hewan dan manusia hanya dapat dicukupi dengan mengeksploitasi

bakteri penghasil vitamin B12 secara fermentasi.1

Vitamin B12 atau kobalamin terdiri atas cincin mirip-porfirin seperti

hem, yang mengandung kobalt serta terkait pada ribose dan asam

fosfat. Bentuk sintetik siano-kobalamin, terdapat dalam jumlah sedikit

dalam makanan dan jaringan tubuh. Bentuk utama vitamin B12 dalam

makanan adalah 5-deoksiadenosilkobalamin, metilkobalamin, dan

hidroksokobalamin.

Vitamin B12 adalah kristal merah yang larut air. Warna merah karena

kehadiran kobalt. Vitamin B12 secara perlahan rusak oleh asam encer,

alkali, cahaya, dan bahan-bahan pengoksidasi dan pereduksi. Pada

pemasakan, kurang lebih 70 % vitamin B12 dapat dipertahankan.

Sianokobalamin adalah bentuk paling stabil dan karena itu diproduksi

secara komersial dari fermentasi bakteri. (Sunita Almatsier, 2010)

Absorpsi intestinal vitamin B12 terjadi dengan perantaraan tempat-

tempat reseptor dalam ileum yang memerlukan pengikatan vitamin B12,

suatu glikoprotein yang sangat spesifik yaitu faktor intrinsik yang

disekresi sel-sel parietal pada mukosa lambung. Setelah diserap vitamin

B12 terikat dengan protein plasma, transkobalamin II untuk pengangkutan

ke dalam jaringan.2

Absorpsi vitamin B12 adalah kompleks. Proses absorpsi dimulai di

lambung dimana preformed B12 terikat pada protein pembawa yang

disebut faktor intrinsik. Vitamin B12 yang disintesa flora usus juga terikat

pada protein pembawa. Absorpsi di daerah distal ileum melalui

pembawa, walaupun mekanismenya belum jelas. Absorpsi vitamin B12

dapat juga terjadi di usus besar. Di dalam darah vitamin B12 terikat pada

transport protein.

1 Prosiding Seminar Nasional Rekayasa Kimia dan Proses 2004 ISSN: 1411 - 42162 Jurnal Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas, September 2006, Vol. 1 No. 1, e-ISSN: 2442 - 6725

Page 13: Makalah Defisiensi Vitamin B12 dan Asam Nukleat

Vitamin B12 berfungsi sebagai koenzim pada reaksi yang memerlukan

5 deoxyadenosine atau berpartisipasi sebagai substrat pada reaksi

metilasi untuk membentuk metilkobalamin. Vitamin B12 diperlukan untuk

sintesis purin dan pirimidin (asam nukleat). 3

Vitamin ini diperlukan juga untuk mengubah folat menjadi bentuk aktif,

dan dalam fungsi normal metabolisme semua sel, terutama sel-sel

saluran cerna, sumsum tulang, dan jaringan saraf. Vitamin B12

merupakan kofaktor dua jenis enzim pada manusia, yaitu metionin

sintetase dan metilmalonil-KoA mutase.

Reaksi metionin sintetase melibatkan asam folat. Gugus metil 5-

metil tetrahidrofolat (5-metil-H4 folat) dipindahkan ke kobalamin untuk

membentuk metilkobalamin yang kemudian memberikan gugus metil ke

homosistein. Produk akhir adalah metionin, kobalamin, H4 folat, yang

dibutuhkan dalam pembentukan poliglutamil folat dan 5,10-metil-H4 folat,

yang merupakan kofaktor timidilat sintetase dan akhirnya untuk sintesis

DNA. Terjadinya anemia megaloblastik pada kekurangan vitamin B12 dan

folat terletak pada peranan vitamin B12 dalam reaksi yang dipengaruhi

oleh metionin sintetase ini.

Reaksi metilmalonil-KoA mutase terjadi dalam mitokondria sel dan

menggunakan deosiadenosilkobalamin sebagai kofaktor. Reaksi ini

mengubah metilmalonil-KoA menjadi suksinil-KoA. Reaksi-reaksi ini

diperlukan untuk degradasi asam propionate dan asam lemak rantai

ganjil terutama dalam sistem saraf. Diduga gangguan saraf pada

kekurangan vitamin B12 disebabkan oleh gangguan aktivitas enzim ini.

(Sunita Almatsier, 2010)

E. Akibat Defisiensi Vitamin B12

3 Prosiding Angka Kecukupan Gizi dan Acuan Label Gizi WNPG VIII, 2004

Page 14: Makalah Defisiensi Vitamin B12 dan Asam Nukleat

Kekurangan vitamin B12 jarang terjadi karena kekurangan dalam

makanan, akan tetapi sebagian besar akibat penyakit saluran cerna atau

pada gangguan absorpsi dan transportasi. Karena vitamin B12

dibutuhkan untuk mengubah folat menjadi bentuk aktifnya, salah satu

gejala kekurangan vitamin B12 adalah anemia karena kekurangan folat.

Anemia pernisiosa terjadi pada atrofillisut-nya lambung yang

menyebabkan berkurangnya sekresi faktor intrinsik. Separuh dari

kejadian ini bersifat keturunan dan selebihnya karena proses menua

(usia sesudah 40 tahun) dengan meningkatnya proses atrofi pada

jaringan tubuh.

Kekurangan vitamin B12 menimbulkan dua jenis sindroma. Gangguan

sintesis DNA menyebabkan gangguan perkembangbiakan sel-sel,

terutama sel-sel yang cepat membelah. Sel-sel membesar

(megaloblastosis), terutama prekusor sel-sel darah merah dalam

sumsum tulang, dan sel-sel penyerap pada permukaan usus.

Megaloblastosis menyebabkan anemia megaloblastik, glositis, serta

gangguan saluran serna berupa gangguan absorpsi dan rasa lemah.

Sindroma kedua berupa gangguan saraf yang menunjukkan

degenerasi otak, saraf mata, saraf tulang belakang dan saraf perifer.

Tanda-tandanya adalah mati rasa, semutan, kaki terasa panas, kaku dan

rasa lemah pada kaki. Kekurangan vitamin B12 lebih banyak terjadi pada

orang tua karena makan yang tidak teratur. (Sunita Almatsier, 2010)

Defisiensi vitamin ini biasanya disebabkan oleh kerusakan sistem

absorpsi di usus. Beberapa gejala defisiensi atau kekurangan vitamin B12

antar lain (Anna Poedjiadi, 2009)

a. Anemia pernisiosa, yang disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh

mengabsorpsi B12.

b. Pucat dan menjadi kurus.

c. Anoreksia (kehilangan nafsu makan).

d. Gangguan neurologis.

e. Depresi mental.

Page 15: Makalah Defisiensi Vitamin B12 dan Asam Nukleat

Semua vitamin B12 alami diperoleh dari hasil sintesis bakteri, fungi

atau ganggang. Sumber utama vitamin B12 adalah makanan protein

hewani yang diperoleh dari hasil sintesis bakteri di dalam usus, seperti

hati, ginjal, disusul oleh susu, telur, ikan, keju, dan daging. Vitamin B12

dalam sayuran ada bila terjadi pembusukan atau pada sintesis bakteri.

Vitamin B12 yang terjadi melalui sintesis bakteri pada manusia tidak

diabsorpsi karena sintesis terjadi di dalam kolon. Bentuk vitamin B12

dalam makanan terutama sebagai 5-deoksiadenosil dan

hidroksikobalamin, sedikit sebagai metilkobalamin dan sedikit sekali

sebagai sianokobalamin. (Sunita Almatsier, 2010)

Untuk kebutuhan diet dianjurkan (Anna Poedjiadi, 2009)

a. Pria dan wanita di atas 11 tahun dianjurkan 3 mcg/hari

b. Wanita mengandung atau menyusui 4 mcg/hari

c. Anak 7 – 10 tahun 2 mcg/hari

d. Anak 1 – 3 tahun 1 mcg/hari

e. Anak sampai 1 tahun 0,3 mcg/hari

BAB III

Page 16: Makalah Defisiensi Vitamin B12 dan Asam Nukleat

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari bahasan di atas bahwa:

1. Asam nukleat adalah suatu polimer yang terdiri atas banyak molekul

nukleotida yang terdapat pada jaringan-jaringan tubuh.

2. Asam nukleat terdiri atas DNA dan RNA.

3. DNA adalah polimer yang terdiri atas molekul-molekul

deoksiribonukleotida yang terikat satu sama lain.

4. RNA adalah suatu polimer yang terdiri atas molekul-molekul

ribonukleotida.

5. Vitamin adalah zat-zat organik kompleks yang dibutuhkan dalam

jumlah sangat kecil dan pada umumnya tidak dapat dibentuk oleh

tubuh.

6. Vitamin B12 adalah salah satu metabolit sekunder yang secara

eksklusif hanya diproduksi oleh beberapa jenis bakteri dan archaea.

7. Vitamin B12 diperlukan untuk sintesis purin dan pirimidin (asam

nukleat).

8. Defisiensi vitamin B12 biasanya disebabkan oleh kerusakan sistem

absorpsi di usus.

B. Saran

Saran kepada masyarakat agar memperhatikan Angka Kecukupan

Gizi (AKG) yang dianjurkan untuk vitamin B12 supaya defisiensi vitamin

ini dapat menurun. Begitu halnya dengan sintesis DNA, konsumsi

vitamin B12 yang sesuai dengan AKG tersebut akan menurunkan angka

kejadian penyakit akibat defisiensi vitamin B12.

DAFTAR PUSTAKA

Page 17: Makalah Defisiensi Vitamin B12 dan Asam Nukleat

Poedjiadi, Anna, dkk. 2009. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Penerbit

Universitas Indonesia (UI-Press)

Almatsier, Sunita. 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama

Kusumawati, Rohana, dkk. 2013. BIOLOGI untuk SMA/MA Kelas XII.

Klaten: Intan Pariwara

Prosiding Seminar Nasional Rekayasa Kimia dan Proses 2004 ISSN:

1411 – 4216

Jurnal Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas, September 2006,

Vol. 1 No. 1, e-ISSN: 2442 – 6725

Prosiding Angka Kecukupan Gizi dan Acuan Label Gizi WNPG VIII, 2004