Date post: | 21-Dec-2015 |
Category: | Documents |
View: | 12 times |
Download: | 4 times |
Pengendalian Sedimen akibat Aliran Debris dengan SABO WORKS
Rekayasa Sungai dan Konservasi DAS Kelompok V | 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Banjir lahar dingin, salah satu bentuk bencana yang patut diwaspadai pasca gunung
meletus. Banjir lahar sesungguhnya merupakan aliran debris, yakni aliran material campuran
pasir, kerikil, dan batu serta pohon-pohon yang tumbang dalam volume yang sangat besar.
Biasanya disebabkan karena endapan sedimen dasar sungai di daerah hulu mengalir karena
limpasan banjir atau karena tebing/lereng yang runtuh akibat erosi di DAS. Kecepatan aliran
debris mencapai 20-40 km/jam sehingga memiliki daya rusak yang besar. Aliran debris
bukanlah merupakan transport sedimen individual seperti transport sedimen di sungai,
melainkan transport material sedimen secara kolektif, yang lebih banyak diakibatkan oleh
gaya berat (gravitasi) kumpulan material pasir, kerikil, dan batu.
Letusan gunung berapi yang tidak mudah diprediksi serta sulitnya memperingati
penduduk di sekitar lereng gunung berapi akan bahaya pasca letusan, mendorong munculnya
ide untuk meminimalisir kerusakan akibat banjir lahar dingin ataupun aliran debris lainnya
yang disebabkan oleh banjir bandang. Salah satunya dengan SABO DAM. Yaitu bangunan
menyerupai bendung namun bukan untuk menahan air tetapi untuk menahan material
endapan/sedimen yang terbawa dengan aliran air.
1.2. Rumusan Masalah
1. Fenomena aliran debris
2. Sedimen dan kriterianya
3. Prinsip kerja Sabo Dam
Pengendalian Sedimen akibat Aliran Debris dengan SABO WORKS
Rekayasa Sungai dan Konservasi DAS Kelompok V | 2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Fenomena Aliran Debris
Banjir sedimen sering disebut sebagai aliran debris, dapat terjadi karena :
a) Sedimen yang mengendap di dasar alur sungai terangkut oleh limpasan pada saat
banjir;
b) Tebing lembah atau bukit yang runtuh atau longsor,
c) Sabo dam, cek dam atau tembok penahan tanah yang runtuh.
Meskipun merupakan gerakan sedimen, namun fenomena aliran debris berbeda
dengan angkutan dasar sungai (bed load). Bentuk endapan angkutan dasar sungai senderung
mengikuti konfigurasi penampang sungai, sedangkan bentuk melintang endapan aliran debris
cenderung cembung selain itu bentuk memanjang endapan aliran debris cenderung cembung
di bagian hilirnya. Endapan angkutan dasar sungai cenderung berlapis-lapis secara teratur,
sedangkan endapan dapan debris bercampur tidak teratur.
Aliran debris mengalir bukan karena akibat gaya seret dari aliran air, akan tetapi lebih
banyak diakibatkan oleh gaya berat dari kumpulan materialnya. Jika angkutan dasar sungai
merupakan gerakan individu dari material pasir, kerikil, maupun batu yang bergerak secara
sendiri-sendiri akibat gaya seret aliran air. Aliran debris merupakan gerakan kolektif dari
material campuran batu, kerikil dan pasir yang bergerak bersama-sama. Sehingga sebuah batu
yang tidak mungkin terangkut oleh aliran air dapat bergerak pada saat aliran debris
berlangsung. Inilah yang disebut sebagai gerakan kolektif. Pada gerakan kolektif, batu-batu
besar berada di depan sementara batu-batu kecil, kerikil, sampai butiran terkecil berada di
belakangnya secara berurutan beradasarakan ukurannya
Gambar 1. Angkutan Individu
Pengendalian Sedimen akibat Aliran Debris dengan SABO WORKS
Rekayasa Sungai dan Konservasi DAS Kelompok V | 3
Gambar 2. Angkutan Kolektif
Karena merupakan aliran massa sedimen yang banyak den bergerak akibat gaya
gravitasi, maka arah aliran debris cenderung lurus sekalipun pada bagian sungai yang
berbelok. Bahkan tenaganya yang besar mampu meruntuhkan tanggul ataupun cekdam. Selain
sedimen, material lain yang seringkali terbawa oleh aliran debris adalah sisa-sisa pohon yang
tumbang dalam berbagai ukuran.
Aliran debris dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe aliran yaitu:
a) Tipe bor bergelombang, yaitu terjadi apabila aliran debris banyak mengandung
material batu-batuan berukuran besar.
Gambar 3. Aliran debris tipe bor bergelombang
b) Tipe bor pisau, yaitu terjadi apabila aliran debris banyak mengandung material
pasir bercampur kerikil atau batu-batuan kecil sampai sedang.
Gambar 4. Aliran debris tipe bor pisau
Pengendalian Sedimen akibat Aliran Debris dengan SABO WORKS
Rekayasa Sungai dan Konservasi DAS Kelompok V | 4
c) Tipe bor bergelombang memutar, terjadi apabila aliran debris yang banyak
mengandung lumpur mengalir pada palung sungai yang relatif halus atau
kemiringan sungai yang landai
Gambar 5. Aliran debris tipe bor bergelombang
2.2. Sedimen dan kriterianya
Sasaran dari pekerjaan Sabo adalah semua material pasir, kerikil maupun batu-batu
berbagai ukuran yang ada di hulu Sabo basic point. Sabo basic point adalah suatu titik di
alur sungai yang dipergunakan sebagai titik dasar dalam menghitung jumlah sedimen yang
harus dikendalikan di daerah sasaran. Pertimbangan yang diambil dalam memilih Sabo basic
point antara lain :
1) Titik pertemuan sungai dengan percabangannya
2) Titik limpasan
3) Titik puncak kipas alluvial
4) Titik peralihan antara daerah aliran debris dan aliran sedimen
Dalam perencanaan pekerjaan sabo, dikenal kriteria banjir sedimen tahunan dan banjir
massa sedimen.
a) Banjir sedimen tahunan adalah material sedimen, baik pasir, kerikil maupun batu
berukuran kecil sampai sedang yang terangkut oleh aliran banjir tahunan dan biasanya
terjadi 2 sampai 3 kali dalam setahun. Kuantitas angkutan sedimen sangat tergantung
pada kondisi daerah sumber produksi sedimen. Di daerah aliran sungai di sekitar gunung
api aktif, banjir sedimen tahunan dapat sangat besar, khususnya beberapa waktu setelah
terjadi letusan atau pasca letusan. Demikian juga, di daerah aliran sungai yang kritis atau
gundul tanpa vegetasi penutup yang rapat, angkutan sedimen tahunnannya relatif cukup
besar.
b) Banjir massa sedimen, yaitu material sedimen baik pasir, kerikil, maupun batu berukuran
kecil sampai besar yang bergerak bersama aliran banjir dengan kuantitas yang sangat
besar disebabkan oleh banjir dengan waktu ulang 25 tahun, 30 tahun, ataupun 50 tahun.
Pengendalian Sedimen akibat Aliran Debris dengan SABO WORKS
Rekayasa Sungai dan Konservasi DAS Kelompok V | 5
Banjir semacam ini sangat merusak lingkungan disekitarnya dan selalu menimbulkan
bencana.
Pada prinsipnya, tujuan dari pekerjaan sabo adalah mengendalikan banjir sedimen
yang sampai ke Sabo basic point dengan kuantitas tertentu, namun tidak menimbulkan
kerusakan lingkungan di sekitarnya. Sehingga dikenal kriteria kuantitas yang diijinkan dan
kuantitas yang tidak diijinkan / membahayakan.
a) Kuantitas sedimen yang diijinkan, yaitu kuantitas sedimen yang sampai ke Sabo basic
point tidak menimbulkan kerusakan lingkungan atau bencana di sekitarnya disebut
kuantitas yang diijinkan (allowable quantity). Kuantitas yang diijinkan tidaklah konstan
sepanjang waktu. Semakin banyak bangunan fasilitas pengendalian dan pengamanan
erosi maupun banjir sedimen, maka kuantitas yang diijinkan semakin besar.
b) Kuantitas yang membahayakan, yaitu apabila kuantitas angkutan sedimen yang sampai
ke Sabo basic point, diperkirakan akan melebihi kuantitas yang diijinkan disebut
sebagai kuantitas yang membahayakan (harmful quantity). Oleh karena itu, kuantitas
angkutan sedimen yang sampai ke Sabo basic point hanyalah kuantitas yang diijinkan,
maka material sedimen yang dipertimbangkan akan menyebabkan kuantitas angkutan
sedimen yang membahayakan harus dikendalikan di sekitar daerah sumber produksi
sedimen.
Sedangkan kriteria sedimen yang dikendalikan oleh pekerjaan sabo berhubungan
dengan kuantitas sedimen yang ditahan, ditimbun, dan dikontrol.
a) Sedimen yang ditahan adalah sedimen yang secara langsung ditahan di daerah sumber
produksi. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kuantitas sedimen yang mengalir ke
daerah hilir.
b) Sedimen yang ditimbun adalah sedimen yang ditimbun di bagian hilir daerah sumber
produksi yang memiliki palung sungai yang lebar dan dalam.
c) Sedimen yang dikontrol adalah sedimen yang tertahan sementara di bangunan sabo
yang biasanya berupa material berukuran kecil (pasir dan kerikil). Di katakan
sementara, karena material yang tertahan tersebut berada diatas permukaan sedimen
yang sudah terlebih dahulu tertahan di Sabo dam. Material ini nantinya sedikit demi
sedikit akan terbawa oleh debit sungai dalam kondisi normal (tanpa banjir).
Pengendalian Sedimen akibat Aliran Debris dengan SABO WORKS
Rekayasa Sungai dan Konservasi DAS Kelompok V | 6
2.3. Sabo Dam
2.3.1. Perencanaan Sabo (Sabo Plan) untuk Pengendalian Debris Flow
Perencanaan Sabo dilaksanakan untuk mendapatkan suatu karateristik dari pada
tingkat bencana yang timbul dan biasanya evaluasi dilak