Top Banner
ANALISIS BID`AH DALAM KEHIDUPAN MAKALAH Diajukan untuk memenuhi salah-satu tugas Aqidah Islam dengan dosen pengampu Drs. Abas Asyafah M.Pd Disusun oleh: Lela Nursafitri (1304652) Meida Prefik Nugraeni (1300768) Vera Novayanti (1301144) Kelas B JURUSAN ILMU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
50

Makalah Bid`Ah

Dec 31, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Makalah Bid`Ah

ANALISIS BID`AH DALAM KEHIDUPAN

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salah-satu tugas

Aqidah Islam dengan dosen pengampu Drs. Abas Asyafah M.Pd

Disusun oleh:

Lela Nursafitri (1304652)

Meida Prefik Nugraeni (1300768)

Vera Novayanti (1301144)

Kelas B

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013

KATA PENGANTAR

Assalamu `alaikum warahmatullahi wabarakatuhu.

Page 2: Makalah Bid`Ah

Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah swt. yang telah melimpahkan

rahmat dan ridha-Nya sehingga kami bisa menyusun makalah yang membahas

tentang problematika bid`ah secara menyeluruh yang sering terjadi di lingkungan

sekitar. Dimulai dari sejarah mengapa bid`ah itu muncul, macam-macam bid`ah

serta bahaya-bahayanya.

Kami berharap semoga dengan disusunnya makalah ini akan memberikan

manfaat bagi penyusun khususnya para pembaca yang ingin lebih mengetahui

tentang bid`ah.

Islam adalah agama yang sempurna dan bersifat universal. Jika ajaran Islam

diaplikasikan dalam kehidupan, pasti akan membawa kebaikan. Sebab, Islam

tidak hanya sekedar agama yang mempermasalahkan ibadah ritual saja. Islam juga

memiliki banyak aturan dalam kehidupan. Contohnya aturan bagaimana manusia

berhubungan dengan Tuhannya, manusia, dan dirinya sendiri.

Penulis menyadari pasti ada kekurangan dan kelemahan yang terdapat pada

makalah ini karena keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki. Untuk itu,

penyusun terbuka terhadap kritik dan saran sehingga bisa menambah

kesempurnaan dan memberikan kami tambahan pengetahuan.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuhu.

 

 

 

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Page 3: Makalah Bid`Ah

Islam adalah agama yang sempurna, akan tetapi perbuatan yang dilakukan

sebagian umat muslim yang melakukan hal-hal diluar syariat Islam menjadikan

agama ini seolah-olah agama yang tidak sempurna. Banyak umat Islam yang tidak

mengetahui secara jelas tentang agamanya. Mereka hanya menjadikan Islam

sebagai identitas semata. Inilah yang menyebabkan umat muslim tidak memiliki

jadi diri. Menjadikan mereka mengikuti sesuatu perbuatan yang tidak diketahui

apa hukumnya menurut syara. Menentukan suatu perbuatan bukan atas dasar ilmu.

Akibatnya, muncullah perbuatan-perbuatan yang tidak disyariatkan dalam Islam,

menjadikan seolah-olah itu dari Islam. Akhirnya agama yang suci ini menjadi

ternodai karena perbuatan umat muslim yang tidak memahami ilmu.

Tak dapat disangkal lagi bila fenomena yang ada menunjukkan tak sedikit

dari kaum muslimin yang begitu hobi melakukan praktek bid`ah dan khurafat,

yang lebih mengenaskan bid`ah dan khurafat itu dikemas sedemikian rupa agar

tampak seolah-olah suatu ibadah yang disyariatkan. Lebih dari itu ternyata bid’ah

dan khurafat kini gemar dikampanyekan orang-orang yang mengagung-agungkan

sunnah Rasul. Ironinya model-model yang seperti inilah yang dijadikan tokoh-

tokoh penting bangsa ini, naik daun dan melambung namanya di hadapan rakyat

yang awam akan ilmu agama.

Sementara itu, apa yang ada di dalam Kitabullah berisikan perintah untuk

ittiba’ (mengikuti tuntunan Rasulullah Saw). Allah berfirman:

Artinya: “Katakanlah: ‘Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah

aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.’

Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Ali Imran:

31).

Allah juga berfirman dalam Surat Al-An`am ayat 153:

Page 4: Makalah Bid`Ah

Artinya: “Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalanKu yang

lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-

jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu

dari jalanNya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu

agar kamu bertakwa.” (QS Al An’am: 153).

Bidah merupakan pelanggaran yang sangat besar dari sisi melampaui

batasan-batasan hukum Allah dalam membuat syariat, karena sangatlah jelas

bahwa hal ini menyalahi dalam meyakini kesempurnaan syariat Islam. Menuduh

Rasulullah SAW menghianati risalah, menuduh bahwa syariat Islam masih kurang

dan membutuhkan tambahan serta belum sempurna. Jadi secara umum dapat

diketahui bahwa semua bid’ah dalam perkara ibadah/agama adalah haram atau

dilarang sesuai kaedah ushul fiqih bahwa hukum asal ibadah adalah haram kecuali

bila ada perintah dan tidaklah tepat pula penggunaan istilah bid’ah hasanah jika

dikaitkan dengan ibadah atau agama sebagaimana pandangan orang banyak.

Namun masih relevan jika dikaitkan dengan hal-hal baru selama itu berupa urusan

keduniawian murni. Misalnya, dulu orang berpergian dengan unta sekarang

dengan mobil, maka mobil ini adalah bid’ah namun bid’ah secara bahasa bukan

definisi bid’ah secara syariat dan contoh penggunaan sendok makan, mobil,

mikrofon, pesawat terbang pada masa kini yang dulunya tidak ada inilah yang

hakikatnya bid’ah hasanah sebab ini merupakan perkara yang bersifat madaniyah

dan universal yang dalam pengambilannya tidak perlu memperhatikan aspek apa

pun.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang pemasalahan di atas, maka Penulis dalam

menyusun makalah ini dapat mengambil beberapa permasalahan, yaitu

1. Apa yang dimaksud dengan bid`ah?

Page 5: Makalah Bid`Ah

2. Apa saja macam-macam bid`ah?

3. Mengapa bid`ah itu dapat terjadi?

4. Apa bahaya atas perbuatan bid`ah?

3. Tujuan

Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan dalam penyusunan makalah ini

adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengertian bid'ah.

2. Untuk mengetahui macam-macam bid'ah dalam agama Islam.

3. Untuk mengetahui penyebab-penyebab lahirnya bid'ah.

4. Untuk mengetahui apa saja bahayanya atas perbuatan bid`ah bagi umat

muslim.

5. Untuk mengetahui bagaimana cara menghindarkan diri dari bid'ah

Page 6: Makalah Bid`Ah

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian bid'ah

Menurut Bahasa:

Bid'ah menurut bahasa, diambil dari bida' yaitu mengadakan sesuatu tanpa

ada contoh, Syaikh al-Fazan memberikan pengertian

سابق مثال غير على االختراع

bahwa bid’ah itu adalah mengadakan sesuatu yang belum ada sebelumnya.

Ini sebagaimana Allah SWT berfirman,

ض� ر�� و�األ� م�او�ات� �الس �د�يع ب

Artinya : “Allah SWT pencipta langit dan bumi" [Al-Baqarah : 117]

Artinya adalah Allah swt yang mengadakannya tanpa ada contoh sebelumnya.

Juga firman Allah swt,

��ي �ل إ ي وح�ى م�ا ��ال إ �ع �ب ت� أ �ن� إ �ك م� ب و�ال� �ي ب ي ف�ع�ل م�ا د�ر�ي

� أ و�م�ا س ل� الر3 م�ن� �د�ع5ا ب �ت ك ن م�ا ق ل�

�ين: م ب �ذ�ير: ن ��ال إ �ا �ن أ و�م�ا

Artinya: Katakanlah : 'Aku bukanlah rasul yang pertama di antara

rasul-rasul". [Al-Ahqaf : 9].

Maksudnya adalah, Aku bukanlah orang yang pertama kali datang dengan risalah

ini dari Allah swt kepada hamba-hambanya, bahkan telah banyak sebelumku dari

para rasul yang telah mendahuluiku. Dan dikatakan juga : "Fulan mengada-adakan

bid'ah", maksudnya : memulai satu cara yang belum ada sebelumnya.

Berikut pengertian bid`ah secara istilah, Syaikh Asyathibi memberikan pengertian

bid’ah sebagai berikut:

بدعة الشرع في عليه دليل ال الذي العمل

Yakni: amalan yang tidak ada dalilnya dalam syari’at yang diada-adakan.

Syaikh asyathibi memberikan pengertian tentang bid'ah dengan dua macam;

عليها .1 بالسلوك يقصد الشرعية تضاهي مخترعة الدين في طريقة عن عبارة

Page 7: Makalah Bid`Ah

البدعة معنى في العادات يدخل ال من رأي على وهذا ، سبحانه لله التعبد في المبالغة

Bid'ah adalah penjelasan sebuah metode/cara/ritual yang diciptakan (ditemukan)

yang menyerupai syari'at, dengan maksud untuk menempuh cara berlebihan dalam

beribadah kepada Allah swt.

يقصد .2 ما عليها بالسلوك يقصد الشرعية تضاهي مخترعة الدين في طريقة

الشرعية بالطريقة

Bid'ah adalah cara baru dalam agama yang menyamai syari'at, yang dimaksudkan

untuk menapaki seperti apa yang di maksudkan dalam syari'at (maksudnya sama

dengan syari'at).

Syaikh menjelaskan secara detail tentang makna bid’ah diatas satu persatu.

Maksud dari kata الشرعية menyerupai) تضاهي syari’at) itu adalah تشابه أنها

كذلك الحقيقة في تكون أن غير من الشرعية yakni menyamakan cara الطريقة

beribadah dengan yang selainnya yang bukan merupakan hakikat sebenarnya.

Ibtida (membuat sesuatu yang baru) ada dua makna:

1. Membuat sesuatu yang baru dalam hal adat (urusan keduniaan), seperti

penemuan-penemuan modern, hal semacam ini boleh saja karena hukum asal

dalam adat itu adalah mubah.

2. Membuat sesuatu yang baru dalam agama,dan hal ini haram hukumnya.karena

hukum asal dalam agama adalah tawqif (terbatas pada apa yang diajarkan oleh

syari'at).

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Artinya : Barangsiapa yang

mengadakan hal yang baru (berbuat yang baru) di dalam urusan kami ini yang

bukan dari urusan tersebut, maka perbuatannya di tolak (tidak diterima)”. Dan di

dalam riwayat lain disebutkan: “Artinya: Barangsiapa yang berbuat suatu amalan

yang bukan didasarkan urusan kami, maka perbuatannya di tolak”.

Hukum dari bi`dah ini adalah haram. Perbuatan dimaksud ialah perbuatan

baru atau penambahan dalam hubungannya dengan peribadatan dalam arti sempit

(ibadah mahdhah), yaitu ibadah yang tertentu syarat dan rukunnya.

Menurut Istilah

Page 8: Makalah Bid`Ah

Bid’ah menurut istilah (syar’i/terminologi) adalah sesuatu yang diada-

adakan menyerupai syariat tanpa ada tuntunannya dari Rasulullah yang diamalkan

seakan-akan bagian dari ibadah. Dalam hal ini Rasūlullôh Shallallahu ’alaihi wa

Salam bersabda : ”Barangsiapa yang mengamalkan suatu amalan yang tiada ada

tuntunannya dariku, maka tertolak” (HR Bukhari Muslim) dan hadits : ”Setiap

bid’ah itu sesat dan setiap kesesatan neraka tempatnya.”

Adapun menurut etimologi (bahasa), makna bid’ah adalah al-ikhtira’,

sesuatu yang diada-adakan tanpa ada contohnya sebelumnya. Seperti firman

Allah: “Allôhu Badî’us Samâwât..” (Allah-lah yang menciptakan langit,

maksudnya mengadakan langit tanpa ada contoh sebelumnya). Termasuk makna

etimologi ini adalah, ucapan Sahabat ’Umar: “sebaik-baik bid’ah adalah ini”

ketika beliau memerintahkan untuk sholat tarawih berjama’ah.

Untuk memudahkan pemahaman, berikut ini beberapa poin penting

mengenai bid’ah:

- Makna bid’ah secara bahasa diartikan mengadakan sesuatu tanpa ada

contoh sebelumnya.

- Makna bid’ah secara istilah adalah suatu cara baru dalam beragama yang

menyerupai syari’at dimana tujuan dibuatnya adalah untuk berlebih-

lebihan dalam beribadah kepada Allah.

- Tiga unsur yang selalu ada pada bid’ah adalah; (a) mengada-adakan, (b)

perkara baru tersebut disandarkan pada agama, (c) perkara baru tersebut

bukan bagian dari agama.

2. Macam-Macam Bid`ah

Macam bid’ah ada lima, semuanya adalah kesesatan sebagiannya lebih

jelek dari sebagian yang lain).

Pertama: Bid’ah I’tiqadiyyah (bid’ah keyakinan), yaitu setiap keyakinan

yang menelisihi kitab (al-Qur’an) dan sunnah. Seperti orang yang menyakini

Qutub-Qutub, Badal-Badal, Ghauts-Ghauts memiliki daya upaya dalam mengatur

Page 9: Makalah Bid`Ah

alam atau mengetahui perkara yang ghaib, ini merupakan kekufuran.

Kedua: Bid’ah Lafziyyah (bid’ah ucapan), yaitu setiap Lafaz (ucapan)

yang diucapkan seseorang dalam rangka beribadah yang menyelisihi kitab (al-

Qur’an) dan sunnah. Seperti sseorang yang berdzikir dengan nama mufrad (الله)

atau dengan nama ganti (هو) lihat Majmu Fatawa karya Syaikhul Islam Ibnu

Taimiyah 10/226-229.

Ketiga: Bid’ah Badaniyah (bid’ah yang dilakukan oleh badan), yaitu

setiap gerakan yang dilakukan oleh seseorang dalam rangka beribadah, sedangkan

gerakan itu yang menyelisihi kitab (al-Qur’an) dan sunnah. Seperti seseorang

yang berjoget/bergoyang ketika berdzikir.

Keempat: Bid’ah Maaliyah (bid’ah yang terkait dengan harta) yaitu setiap

harta yang dikeluarkan dalam rangka beribadah kepada Allah dengan sesuatu yang

menyelisihi kitab (al-Qur’an) dan sunnah. Seperti membangun kubah ditas

kuburan dan membuat tawaabit (tabut-tabut/peti-peti) diatasnya.

Kelima: Bid’ah Tarkiyah (bid’ah dengan meninggalkan sesuatu), yaitu

setiap orang yang meninggalkan sesuatu dari perkara agama atau perkara yang

mubah (boleh) dalam rangka beribadah (dengan niat untuk beribadah –ed) seperti

meninggalkan menikah, atau meninggalkan memamakan daging dalam rangka

beribadah. (Al-Qaulul Mufiid Fi Adilatit Tauhid, Syaikh Muhammad bin Abdil

Wahhab al-Whusoby: 182)

Para ‘ulama ahli ushul fiqih telah sepakat menetapkan pembagian bid’ah

itu kedalam dua bagian yaitu:

1. Bid’ah ‘Amm (umum)

Macam-macamnya: Fi’liyyah dan Tarkiyyah, I’tiqadiyyah dan ‘Amaliyyah,

Zamaniyyah, Makaniyyah dan Haliyyah, Haqiqiyyah dan Idhafiyyah, Kulliyyah

dan Juz-iyyah, ‘Ibadiyyah dan ‘Adiyyah.

2. Bid’ah Khash (khusus):

Macam-macamnya: Bid’ah wajibah, Bid’ah Mandubah, Bid’ah Mubahah, Bid’ah

Muharramah, Bid’ah Makruhah.

Page 10: Makalah Bid`Ah

3. Bid’ah Haqiqah adalah sesuatu yang baru dan sama sekali tidak ada dalil

syar’inya, baik dalam Al Qur’an, Sunnah, maupun Ijma’. Tidak ada istidlal

(petunjuk dalil) yang digali oelh para ulama mu’tabar. Bid’ah Haqiqiyyah : yaitu

suatu perbuatan yang tidak ada dalilnya sedikitpun baik dalil Al-qur’an, Sunnah

rasul, dan ijma’ maupun istidlal yang mu’tabar dari para ahli ilmu agama dengan

ringkas atau panjang, contohnya:

1. Mendekatkan diri kepada Allah swt dengan cara menjadi Rahib.

2. Menyiksa diri dengan berbagai macam siksa dgn tujuan agar lekas mati untuk

segera memperoleh kemuliaan disyurga.

3. Menyerahkan hukum agama kepada ‘aqal-fikiran manusia, dan menolak nash-

nash yang terang dari Allah dan Rasul-Nya.

4. Menyamakan urusan riba dengan jual beli dengan dalih sama-sama mencari

keuntungan.

5. Mengerjakan rukun sholat dengan dibalik-balik rukunnya, misalnya ruku’ 2 kali

dan sujud satu kali, dll.

6. Puasa (Ramadhan) dimalam hari dan berbuka disiang hari.

7. Mengadakan thawaf ditempat lain (bukan di sekeliling ka’ba) misalnya

ditempat2 yang dianggap keramat.

8. Ber-wukuf ditempat lain selain dari Arafah, sebagai ganti Arafah.

Bid’ah Idlafiyyah adalah sesuatu yang secara prinsip memiliki dasar

syar’i, tetapi dalam penjelasan dan operasionalnya tidak berdasar dalil syar’i.

Contoh Bid’ah Idhafiyyah. Bid’ah Idhafiyyah, yaitu suatu perbuatan yang terdapat

padanya dua unsur yang bercampur, yakni bila dilihat atau dihubungkan dengan

dalil atau sunnah kelihatannya bukan perbuatan bid’ah, tetapi bila dilihat dari sisi

yang lain, perbuatan itu menjadi bid’ah, contoh:

1. Sholat Ragha-ib atau sholat 12 raka’at pada malam Jum’at minggu pertama

bulan Rajab dengan cara2 tertentu, dilihat dari satu jurusan perbuatan sholat

adalah mengikut sunnah Rasul, tetapi dilihat dari jurusan lain sholat sunnah

tersebut tidak pernah diperintahkan/dicontohkan oleh Nabi saw.

Page 11: Makalah Bid`Ah

2. Sholat Nishfu Sya’ban, yaitu sholat 100 raka’at pada malam 15 bulan sya’ban.

(tidak ada contoh/perintah dari Rasulullah saw).

3. Sholat sunnah sehabis Fardhu Subuh dan Fardhu Ashyar, (bahkan sholat sunnah

tsb dilarang Rasulullah).

4. Mengerjakan Adzan dan Iqamat pada sholat hari raya Idul-Fitri, dan sholat

gerhana mata hari/bulan.

5. Membaca shalawat dan salam sehabis adzan dengan nyaring, dan

menjadikannya sebagai lafaz adzan.

6. Membaca adzan dan iqamat dengan suara keras pada saat menguburkan mayat.

7. Membaca istighfar sehabis sholat berjamaah dengan suara nyaring dan

dibacakan bersama-sama.

Bid’ah Tarkiyyah adalah sikap meninggalkan perbuatan halal dengan

menganggap bahwa sikapnya itu tadayyun (kesalihan beragama). Sikap ini

bertentangan dengan konsep syari’ah secara umum. Seperti yang pernah diajukan

oleh tiga orang yang bertanya tentang ibadah Nabi, lalu masing-masing dari tiga

ini berjanji untuk meninggalkan sesuatu yang halal dengan tujuan agar lebih shalil

dalam beragama. Sehingga keluar pernyataan Nabi: …barang siapa yang tidak

suka dengan sunnahku, maka ia bukanlah dari ummatku”. Muttafaq alaih

Bid’ah Iltizam adalah pembatasan diri pada syari’ah yang mutlak, dengan

waktu atau tempat tertentu. Syari’ah yang mutlak itu bisa berupa ucapan,

perbuatan. Seperti bershalawat Nabi, dsb. Secara prinsip bershalawat diajarkan

agama dan diperintahkan untuk banyak melakukannya, kecuali yang dibaca pada

shalat. Bid’ah dalam hal ini muncul ketika ada pembatasan waktu atau tempat

tertentu, tidak bisa dilakukan di luar waktu atau tempat yang telah ditentukan itu.

Bid’ah I’tiqadiyah adalah bid’ah dalam pandangan keyakinan,seperti

meyakini pandangan agamanya yang dianggap benar,padahal sesungguhnya tidak

benar.

Page 12: Makalah Bid`Ah

C. Penyebab Terjadinya Bid`ah

Syaikh fauzan mengatakan bahwa sebab-sebab terjadi nya bid’ah kurang lebih ada

lima macam, yakni:

1) Bodoh Terhadap Hukum-Hukum Ad-Dien ( الدين بأحكام (الجهل

Semakin panjang zaman dan manusia berjalan menjauhi atsar-atsar risalah Islam,

semakin sedikitlah ilmu dan tersebarlah kebodohan, sebagaimana hal itu

dikabarkan oleh Rasulullah saw dalam sabdanya :

ا كثير5 اختالف5ا فسيرى بعدي منكم يعش من

Artinya: Barangsiapa dari kamu sekalian yang masih hidup setelahku, pasti akan

melihat banyak perselisihan”. [Hadits Riwayat Abdu Daud, At-Tirmidzi, beliau

berkata hadits ini hasan shahih].

العلماء بقبض العلم يقبض ولكن ، العباد من ينتزعه انتزاع5ا العلم يقبض ال الله إن

فضلوا علم بغير فأفتوا فسئلوا ، جهاال5 ا رءوس5 الناس اتخذ عالم5ا يبق لم إذا حتى

وأضلوا

Artinya : “Sesungguhnya Allah swt tidak mengambil (mencabut) ilmu dengan

mencabutnya dari semua hamba-Nya akan tetapi mengambilnya dengan

mewafatkan para ulama, sehingga jika tidak ada (tersisa) seorang ulamapun, maka

manusia mengangkat pemimpin-pemimpin yang bodoh, mereka ditanya

(permasalahan) lalu berfatwa tanpa dibarengi ilmu, akhirnya mereka sesat dan

menyesatkan”.

Tidak akan ada yang bisa meluruskan bid’ah kecuali ilmu dan para ulama ;

maka apabila ilmu dan para ulama telah hilang terbukalah pintu untuk muncul dan

tersebarnya bagi para penganut dan yang melestarikannya.

2. Mengikuti Hawa Nafsu ( الهوى (اتباع

Barangsiapa yang berpaling dari Al-Kitab dan As-Sunnah pasti dia mengikuti

hawa nafsunya, sebagaimana firman Allah swt:

ه د5ى �ر� �غ�ي ب ه�و�اه �ع� �ب ات م�م�ن� �ض�ل3 أ و�م�ن� �ه�و�اء�ه م� أ �ع ون� �ب �ت ي �م�ا ن� أ �م� ف�اع�ل �ك� ل يب وا �ج� ت �س� ي �م� ل �ن� ف�إ

�ه� الل م�ن�

Page 13: Makalah Bid`Ah

Artinya : “Maka jika mereka tidak menjawab (tantanganmu), ketahuilah bahwa

sesungguhnya mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka (belaka). Dan

siapakah yang lebih sesat dari pada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan

tidak mendapat petunjuk dari Allah SWT sedikitpun”. [Al-Qashshash : 50].

Dan Allah swt berfirman:

ع�ل�ى و�ج�ع�ل� �ه� �ب و�ق�ل م�ع�ه� س� ع�ل�ى �م� ت و�خ� _ �م ل ع� ع�ل�ى �ه الل �ه ض�ل� و�أ ه�و�اه �ه�ه �ل إ ذ� �خ� ات م�ن� �ت� �ي أ �ف�ر� أ

�ه� الل �ع�د� ب م�ن� �ه�د�يه� ي ف�م�ن� او�ة5 غ�ش� �ص�ر�ه� ب

Artinya: “Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya

sebagai ilahnya dan Allah SWT membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan

Allah SWT telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan

atas penglihatannya. Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesuadh

Allah SWT (membiarkannya sesat)”. [Al-Jatsiyah : 23].

Dan bid’ah itu hanyalah merupakan bentuk nyata hawa nafsu yang diikuti.

3. Ashabiyah Terhadap Pendapat Orang-Orang Tertentu ( لآلراء التعصب

(والرجال

Ashabiyah terhadap pendapat orang-orang tertentu dapat memisahkan antara dari

mengikuti dalil dan mengatakan yang haq. Allah SWT Ta’ala berfirman.

�ا �اء�ن آب �ه� �ي ع�ل �ا �ن �ف�ي �ل أ م�ا �ع �ب �ت ن �ل� ب ق�ال وا �ه الل ل� �ز� �ن أ م�ا �ع وا �ب ات �ه م ل ق�يل� �ذ�ا و�إ

Artinya: Dan apabila dikatakan kepada mereka : ‘Ikutilah apa yang telah

diturunkan Allah SWT’. Mereka menjawab: ‘(Tidak) tetapi kami hanya mengikuti

ap yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami’. ‘(Apakah

mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak

mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk”. [Al-Baqarah : 170].

Inilah keadaan orang-orang ashabiyah pada saat ini dari sebagian

pengikut-pengikut madzhab, aliran tasawuf serta penyembah-penyembah kubur.

Apabila mereka diajak untuk mengikuti Al-Kitab dan As-Sunnah serta membuang

jauh apa-apa yang menyelisihi keduanya (Al-Kitab dan As-Sunnah) mereka

berhujjah (berdalih) dengan madzhab-madzhab, syaikh-syaikh, bapak-bapak dan

nenek moyang mereka.

Page 14: Makalah Bid`Ah

Yang seperti ini juga masuk kedalam bab ghulu’ dimana karena begitu

beratnya kepercayaan seseorang terhadap tokoh tertentu, sampai ia mengacukan

ulama-ulama yang mempunya keilmuan yang sudah tidak dipertanyakan lagi

seperti ibnul qoyyim, imam asyafi’i dan lain sebagainya, yang kemudian

dibanding-bandingkan dengan orang yang mereka tokohkan.

Padahal Allah SWT dan rasulnya telah memperingatkan akan bahaya dari

ghulu itu sendiri;

دينكم " في تغلو ال الكتاب أهل يا " قل

Artinya: “Wahai ahlul kitab, janganlah kalian ghulu’ (berlebih-lebihan) dalam

agama kalian”

Juga sebagaimana sabda beliau:

الغلو : " قبلكم كان من أهلك إنما وسلم عليه الله صلى وكقوله

Artinya : “sesungguhnya orang yang akan binasa setelah kalian itu adalah mereka

yang ghulu”

4. Menyerupai Orang-Orang Kafir

Hal ini merupakan penyebab paling kuat yang dapat menjerumuskan kepada

bid’ah, sebagaimana disebutkan dalam hadits Abi Waqid Al-Laitsy berkata.

، بكفر عهد حدثاء ونحن حنين إلى وسلم عليه الله صلى الله رسول مع خرجنا

، أنواط ذات لها يقال أسلحتهم بها وينوطون ، عندها يعكفون سدرة وللمشركين

فقال : ؟ أنواط ذات لهم كما أنواط ذات لنا اجعل ، الله رسول يا فقلنا بسدرة فمررنا

بيده : - - نفسي والذي قلتم السنن إنها ، أكبر الله وسلم عليه الله صلى الله رسول

�ج�ه�ل ون� : ت ق�و�م: �ك م� �ن إ ق�ال� �ه�ة: آل �ه م� ل �م�ا ك �ه5ا �ل إ �ا �ن ل اج�ع�ل� لموسى إسرائيل بنو قالت كما

قبلكم كان من سنن لتركبن

Artinya : “Kami pernah keluar bersama Rasulullah ShallAllah SWTu ‘alaihi wa

sallam menuju Hunain dan kami baru saja masuk Islam (pada waktu itu orang-

orang musyrik mempunyai sebuah pohon bidara) sebagai tempat peristirahatan

dan tempat menyimpan senjata-senjata mereka yang disebut dzatu anwath. Kami

melewati tempat tersebut, lalu kami berkata :” Ya Rasulullah buatkanlah untuk

kami dzatu anwath sebagaimana mereka memiliki dzatu anwath, lalu Rasulullah

Page 15: Makalah Bid`Ah

ShallAllah SWTu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Allah SWTu Akbar ! Sungguh ini

adalah kebiasaan buruk mereka, dan demi yang jiwaku di tangannya, ucapan

kalian itu sebagaimana ucapan Bani Israil kepada Musa ‘Alaihi Sallam Artinya:

Hai Musa, buatlah untuk kami sebuah ilah (berhala) sebagaimana mereka

mempunyai beberapa ilah (berhala)”. [Al-A'raf: 138] Lalu Musa bersabda:

“Sungguh kamu sekalian mengikuti kebiasaan-kebiasaan sebelum kamu”.

Di dalam hadits ini disebutkan bahwa menyerupai orang-orang kafir itulah

yang menyebabkan Bani Israil dan sebagian para sahabat Nabi saw menuntut

sesuatu yang buruk, yakni agar mereka dibuatkan tuhan-tuhan yang akan mereka

sembah dan dimintai berkatnya selain Allah swt. Hal ini jugalah yang menjadi

realita saat ini. Sungguh kebanyakan kaum muslimin telah mengikuti orang-orang

kafir dalam amalan-amalan bid’ah dan syirik, seperti merayakan hari-hari

kelahiran, mengkhususkan beberapa hari atau beberapa minggu (pekan) untuk

amalan-amalan tertentu, upacara keagamaan dan peringatan-peringatan, melukis

gambar-gambar dan patung-patung sebagai pengingat, mengadakan perkumpulan

hari suka dan duka, bid’ah terhadap jenasah, membuat bangunan di atas kuburan

dan lain sebagainya.

D. Bahaya Bid’ah

Beberapa bahaya bid`ah yaitu bisa menutup pintu-pintu rahmat,

menghalangi petunjuk dan hidayah, bisa berdampak lebih sesat dan semakin

banyak ujian, membuat umat menjadi terpecah belah atau berkelompok-

kelompok, mendatangkan azab dari Allah, diharamkan mendapat syafaat karena

bertentangan dengan sunah Nabi, dan matinya pun dalam keadaan su’ul khatimah.

Adapun bahaya bid’ah lainnya yaitu:

1. Anggapan baik terhadap bid’ah berarti menganggap Islam seolah-olah belum

sempurna

Syari’at islam telah sempurna, sehingga tidak memerlukan tambahan

ataupun pengurangan. Allah swt berfirman: “Pada hari ini telah kusempurnakan

Page 16: Makalah Bid`Ah

untukmu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmatKu, dan telah ku

ridhoi islam sebagai agamamu.”(Qs. Al-Maidah: 3) dan Nabi saw tidaklah wafat

kecuali telah menjelaskan seluruh perkara dunia dan agama yang dibutuhkan. Jika

demuikian, maka maksud perkataan atau perbuatan bid’ah dari pelakunya adalah

bahwa agama ini seakan-akan belum sempurna, sehingga perlu untuk dilengkapi,

sebab amalan yang diperbuatnya dengan anggapan dapat mendekatkan diri kepada

Allah swt belum terdapat di dalamnya.

Ibnu Majisyun berkata: “Aku mendengar Imam malik berkata:

“Barangsiapa yang membuat bid’ah dalam islam dan melihatnya sebagai suatu

kebaikan, maka Sesungguhnya dia telah menuduh bahwa Nabi Muhammad rtelah

berkhianat, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman Dalam Al-qur’an,

“pada hari ini telah aku sempurnakan bagimu agamu.” Maka apa yang pada hari

itu tidak termasuk sebagai agama maka pada hari inipun bukan termasuk Agama.”

(Asy-syatibi dalam Al-I’tisam).

2. Amalan bid’ah tertolak (tidak di terima oleh Allah swt )

Nabi Shallallahu ‘Alahi wa Sallam bersabda: “Barang siapa yang

membuat hal yang baru dalam urusan agama kami ini sesuatu yang tidak ada

didalamnya, maka ia tertolak.” (Bukhari Muslim)

Sebagaimana maklum bahwa syarat di terimanya amalan adalah: ikhlas

dan sesuai dengan sunnah.

3. Bid’ah mengikuti hawa nafsu

Sebagaimana perkataan Syaikhul Islam Ibnu Thaimiyah: “para pelaku

bid’ah adalah orang-orang yang mengikuti hawa nafsu dan syubhat. Mereka

mengikuti hawa nafsunya dalam sesuatu yang di sukai dan di benci, mereka

menetapkan hukum dengan prasangka dan syubhat. Mereka mengikuti prasangka

dan apa yang di inginkan nafsunya, padahal telah datang petunjuk dari Tuhan

Subhanahu wa Ta’ala mereka. Jika seseorang menggunakan hawa nafsunya dalam

Page 17: Makalah Bid`Ah

masalah agama maka sungguh dia adalah orang yang difirmankan Allah swt: “Dan

siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan

tidak mendapatkan petunjuk dari Allah. “(Al-Qashash: 50). Bid’ah lebih di cintai

oleh iblis dari pada perbuatan maksiat

4. Bid’ah melenyapkan Sunnah

Seperti apa yang di katakan oleh Ibnu Abbas Radhiallahu wa Anhu: ”

Tidaklah datang suatu tahun pada Manusia melainkan mereka membuat bid’ah

dan mematikan sunnah, hingga bentuk-bentuk bid’ah menjadi hidup dan sunnah

menjadi mati.”

Hasan bin ‘Athiyyah: “Tidaklah suatu kaum membuat bid’ah dalam agama

mereka melainkan Allah swt akan mencabut dari mereka sunnah yang sepadan

dengan nya, kemudian tidak akan mengembalikan kepada mereka sampai hari

kiamat.” betapa indahnya yang dikatakan oleh sahabat agung Ibnu mas’ud

Radhiallahu wa Anhu: “Hendaklah kamu menghindari apa yang baru di buat

Manusia dari bentuk-bentuk bid’ah. Sebab agama tidak akan hilang dari hati

seketika. Tetapi syaithan membuat bid’ah baru untuknya, hingga iman keluar dari

hati, dan hampir-hampir Manusia meninggalkan apa yang telah di tetapkan Allah

Subhanahu wa Ta’ala kepada mereka berupa shalat, puasa, halal dan haram,

sementara mereka masih berbicara tentang Tuhan Yang Mahamulia. Maka siapa

yang mendapatkan masa itu hendaknya dia lari. “Ia di tanya, “Wahai Abu

Abdurrahman , kemana larinya ? “ia menjawab. “Tidak kemana-mana. Lari

dengan hati dan agamanya. Janganlah duduk besama-sama dengan ahli bid’ah.

(Al-Hajjah I/312 oleh Al-Ashbahani)

5. Bid’ah termasuk sikap ghuluw (melampaui batas syari’at)

Imam Al-Bukhari berkata dalam kitab shahihnya, Kitab Al-I’tisham bil

kitab wa sunnah: “Bab: Apa yang dilarang tentang berlebih-lebihan, perselisihan

di dalam ilmu, ghuluw di dalam agama dan bid’ah-bid’ah, berdasarkan firman

Page 18: Makalah Bid`Ah

Allah Subhanahu wa Ta’ala : ” Wahai Ahli kitab janganlah kamu melampauibatas

dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakanterhadaap Allah kecuali yang

benar.” (An-Nisa’:171).

Bid’ah menyebabkan perpecahan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“dan bahwa (yang kami peritahkan) ini adalah jalanku yang lurus, maka ikutilah

dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan

(subul) itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya.”(Al-An’am 153).

Imam Asy-Syathibi berkata: “sirhathal mustaqim (jalan yang lurus) adalah

jalan Allah yang dia serukan, yaitu As-Sunnah. Sedangkan As-Subul (jalan-jalan

lain) adalah jalan-jalan orang-orang yang berselisih. Yang menyimpang dari jalan

yang lurus. Mereka adalah para ahli bid’ah”(Al-I’tisham I/76 tahqiq Syaikh Salim

Al-Hilali)

6. Pelaku bid’ah semakin jauh dari Allah swt

Diriwayatkan dari Al-hasan bahwa dia berkata: “shahibu (pelaku) bid’ah,

tidaklah dia menambah kesungguhan, puasa, dan shalat, kecuali dia semakin jauh

dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Dan dari Ayyub As-Sikhtiyani, dia berkata: “tidaklah pelaku bid’ah

menambah kesungguhan kecuali dia semakin jauh dari Allah Subhanahu wa

Ta’ala .” Pernyatan tersebut diisyaratkan kebenarannya oleh sabda Rasulullah

rtentang khawarij: “satu kaum akan keluar di dalam ummat ini yang kamu

meremehkan shalat kamu di bandingkan dengan shalat mereka, mereka membaca

Al-Qur’an tetapi tidak melewati kerongkongan mereka. Mereka melesat dari

agama sebagaimana melesatnya anak panah dari sasarannya.”(HR. Bukhari).

Asy-Syatibi berkata: “pertama beliau (Rasulullah Shallallahu ‘Alahi wa

Sallam pent.) menjelaskan tentang kesungguhan mereka, kemudian beliau

menjelaskan tentang jaunya mereka dari Allah Subhanahu wa Ta’ala .(Al-I’tisham

I/156).

Page 19: Makalah Bid`Ah

7. Menangguh dosa bid’ah dan dosa-dosa orang yang mengamalkannya sampai

hari kiamat

Dalam hal ini Nabi Shallallahu ‘Alahi wa Sallam bersabda : “Barang siapa

yang menyeru kepada petunjuk , maka dia mendapatkan pahala sebagaimana

pahala-pahala yang mengikutinya, hal itu tidak mengurangi pahala-pahala mereka

sedikitpun. Dan barang siapa yang menyeru kepada kesesatan, maka dia

mendapatkan dosa-dosa orang-orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi dosa-

dosa mereka sedikitpun.”(HR. Muslim)

8.Pelaku bid’ah akan di usir dari telaga Rasululah saw pada hari kiamat

Rasululah Shallallahu ‘Alahi wa Sallam bersabda: “Sesungguhnya aku

mandahului dan menanti kamu di telaga. Barang siapa yang melewatiku niscaya

dia minum, dan barang siapa yang minum niscaya dia tidak akan haus selama-

lamanya. Sesungguhnya sekelompok orang akan mendatangiku, aku mengenal

mereka, dan mereka mengenalku, kemudian dihalangi antara aku dengan mereka,

maka aku berkata: “Sesungguhnya mereka dari pengikutku” tetapi di jawab

“Sesungguhnya engkau tidak mengetahui apa yang mereka ada-adakan secara

baru setelahmu.” Maka aku (Nabi Shallallahu ‘Alahi wa Sallam) berkata: “jauh !

jauh!! Bagi orang-orang yang merubah agama setelahku.” (HR. Bukhari -

Muslim).

Page 20: Makalah Bid`Ah

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa:

Bid’ah merupakan pelanggaran yang sangat besar dari sisi melampaui

batasan-batasan hukum Allah dalam membuat syariat, karena sangatlah jelas

bahwa hal ini menyalahi dalam meyakini kesempurnaan syariat. Menuduh

Rasulullah Muhammad SAW menghianati risalah, menuduh bahwa syariat Islam

masih kurang dan membutuhkan tambahan serta belum sempurna. Jadi secara

umum dapat diketahui bahwa semua bid’ah dalam perkara ibadah/agama adalah

haram atau dilarang sesuai kaedah ushul fiqih bahwa hukum asal ibadah adalah

haram kecuali bila ada perintah dan tidaklah tepat pula penggunaan istilah bid’ah

hasanah jika dikaitkan dengan ibadah atau agama sebagaimana pandangan orang

banyak.

Analisis tentang Bid'ah dapat dipergunakan untuk menambah pengetahuan

tentang agama islam bagi masyarakat. Berkaitan dengan moral dan peran

manusia,maka penyebab yang paling dominan sebagai penyebab terjadinya Bid'ah

yaitu tidak adanya pemahaman dan komitmen agama yang baik dikalangan

masyarakat.

Iman kita dapat dirusak oleh perbuatan-perbuatan yang mendekati bid'ah.

Iman memiliki fungsi dan hikmah yang besar bagi kehidupan untuk melenyapkan

bid'ah.

B. Saran

Setelah disadari bahwa bid'ah kesalahan yang besar yang menyalahi

hukum-hukum Allah dan tidak diajarkan dalam agama Islam maka hendaklah

masyarakat mampu meramu pendidikan agama Islam yang sesuai dengan

ketentuan-ketentuan yang diajarkan dalam agama islam.

Diharapkan dengan adanya makalah ini pembaca akan lebih banyak

Page 21: Makalah Bid`Ah

mencari tahu tentang bid'ah. Karena hal-hal yang termasuk bid’ah ini sudah

semakin mengakar dan tidak diketahui dasar-dasar agamanya. Hendaknya,

sebagai seorang muslim pun lebih bersemangat untuk mendalami ilmu-ilmu

agama. Sebab, jangan sampai menjaddikan agama Islam sebagai identitas saja

tanpa tahu ilmunya. Karena agama Islam itu adalah agama yang sempurna,

memiliki aturan-aturan yang menyeluruh bagi seluruh umat manusia.

Page 22: Makalah Bid`Ah

DAFTAR PUSTAKA

http://singgihcongol.wordpress.com

http://kajianummat.blogspot.com

http://tauhiddansyirik.wordpress.com