Referat ATRIAL SEPTAL DEFECT (ASD) Oleh : Mutiara Cita Rasely ( 0818011034 ) Pembimbing : dr. Haryadi, Sp.Rad KEPANITERAAN KLINIK RADIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG RSUD. DR. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG
Referat
ATRIAL SEPTAL DEFECT (ASD)
Oleh :
Mutiara Cita Rasely ( 0818011034 )
Pembimbing :
dr. Haryadi, Sp.Rad
KEPANITERAAN KLINIK RADIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
RSUD. DR. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG
24 JUNI 2013
AREIAL SEPTAL DEFECT (ASD)
DEFENISI
ASD adalah penyakit jantung bawaan berupa lubang (defek) pada septum interatrial (sekat antar serambi) yang terjadi karena kegagalan fungsi septum interatrial semasa janin.Defek Septum Atrium (ASD, Atrial Septal Defect) adalah suatu lubang pada dinding (septum) yang memisahkan jantung bagian atas (atrium kiri dan atrium kanan).Kelainan jantung ini mirip seperti VSD, tetapi letak kebocoran di septum antara serambi kiri dan kanan. Kelainan ini menimbulkan keluhan yang lebih ringan dibanding VSD.Atrial Septal Defect adalah adanya hubungan (lubang) abnormal pada sekat yang memisahkan atrium kanan dan atrium kiri. Kelainan jantung bawaan yang memerlukan pembedahan jantung terbuka adalah defek sekat atrium. Defek sekat atrium adalah hubungan langsung antara serambi jantung kanan dan kiri melalui sekatnya karena kegagalan pembentukan sekat. Defek ini dapat berupa defek sinus venousus di dekat muara vena kava superior, foramen ovale terbuka pada umumnya menutup spontan setelah kelahiran, defek septum sekundum yaitu kegagalan pembentukan septum sekundum dan defek septum primum adalah kegagalan penutupan septum primum yang letaknya dekat sekat antar bilik atau pada bantalan endokard. Macam-macam defek sekat ini harus ditutup dengan tindakan bedah sebelum terjadinya pembalikan aliran darah melalui pintasan ini dari kanan ke kiri sebagai tanda timbulnya sindrome Eisenmenger. Bila sudah terjadi pembalikan aliran darah, maka pembedahan dikontraindikasikan. Tindakan bedah berupa penutupan dengan menjahit langsung dengan jahitan jelujur atau dengan menambal defek dengan sepotong dakron.Berdasarkan lokasi lubang, diklasifikasikan dalam 3 tipe, yaitu
Ostium Primum (ASD 1), letak lubang di bagian bawah septum,mungkin disertai kelainan ....katup mitral.
Ostium Secundum (ASD 2), letak lubang di tengah septum.
Sinus Venosus Defek, lubang berada diantara Vena Cava Superior dan Atrium Kanan.
Defek Septum Atrium (ASD, Atrial Septal Defect) adalah suatu lubang pada dinding (septum) yang memisahkan jantung bagian atas (atrium kiri dan atrium kanan).
1.1 ETIOLOGI
Penyebabnya belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian ASD. Faktor-faktor tersebut diantaranya :
1)Faktor Prenatal
Ibu menderita infeksi Rubella
Ibu alkoholisme
Umur ibu lebih dari 40 tahun
Ibu menderita IDDM
Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu
2)Faktor genetic
Anak yang lahir sebelumnya menderita PJB
Ayah atau ibu menderita PJB
Kelainan kromosom misalnya Sindroma Down
Lahir dengan kelainan bawaan lain
ASD merupakan suatu kelainan jantung bawaan.
Dalam keadaan normal, pada peredaran darah janin terdapat suatu lubang diantara atrium kiri dan kanan sehingga darah tidak perlu melewati paru-paru. Pada saat bayi lahir, lubang ini biasanya menutup. Jika lubang ini tetap terbuka, darah terus mengalir dari atrium kiri ke atrium kanan (shunt). Penyebab dari tidak menutupnya lubang pada septum atrium ini tidak diketahui.
1.2 PATOFISIOLOGI
Pada kasus Atrial Septal Defect yang tidak ada komplikasi, darah yang mengandung oksigen dari Atrium Kiri mengalir ke Atrium Kanan tetapi tidak sebaliknya. Aliran yang melalui defek tersebut merupakan suatu proses akibat ukuran dan complain dari atrium tersebut. Normalnya setelah bayi lahir complain ventrikel kanan menjadi lebih besar daripada ventrikel kiri yang menyebabkan ketebalan dinding ventrikel kanan berkurang. Hal ini juga berakibat volume serta ukuran atrium kanan dan ventrikel kanan meningkat. Jika complain ventrikel kanan terus menurun akibat beban yang terus meningkat shunt dari kiri kekanan bisa berkurang. Pada suatu saat sindroma Eisenmenger bisa terjadi akibat penyakit vaskuler paru yang terus bertambah berat. Arah shunt pun bisa berubah menjadi dari kanan kekiri sehingga sirkulasi darah sistemik banyak mengandung darah yang rendah oksigen akibatnya terjadi hipoksemi dan sianosis.
1.3 MANIFESTASI KLINIK
Sebagian besar penderita ASD tidak menampakkan gejala (asimptomatik) pada masa kecilnya, kecuali pada ASD besar yang dapat menyebabkan kondisi gagal jantung di tahun pertama kehidupan pada sekitar 5% penderita. Kejadian gagal jantung meningkat pada dekade ke-4 dan ke-5, dengan disertai adanya gangguan aktivitas listrik jantung (aritmia).3, 4 Gejala yang muncul pada masa bayi dan kanak-kanak adalah adanya infeksi saluran
nafas bagian bawah berulang, yang ditandai dengan keluhan batuk dan panas hilang timbul (tanpa pilek). Selain itu gejala gagal jantung (pada ASD besar) dapat berupa sesak napas, kesulitan menyusu, gagal tumbuh kembang pada bayi atau cepat capai saat aktivitas fisik pada anak yang lebih besar. Selanjutnya dengan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang seperti elektro-kardiografi (EKG), rontgent dada dan echo-cardiografi, diagnosis ASD dapat ditegakkan.Gejalanya bisa berupa:
Sering mengalami infeksi saluran pernafasan
Dispneu (kesulitan dalam bernafas)
Sesak nafas ketika melakukan aktivitas
jantung berdebar-debar (palpitasi)
Pada kelainan yang sifatnya ringan sampai sedang, mungkin sama sekali tidak .......ditemukan gejala atau gejalanya baru timbul pada usia pertengahan
Aritmia
1.4 PENATALAKSANAAN
PENGOBATANMenutup ASD pada masa kanak-kanak bisa mencegah terjadinya kelainan yang serius di kemudian hari. Jika gejalanya ringan atau tidak ada gejala, tidak perlu dilakukan pengobatan. Jika lubangnya besar atau terdapat gejala, dilakukan pembedahan untuk menutup ASD. Pengobatan pencegahan dengan antibiotik sebaiknya diberikan setiap kali sebelum penderita menjalani tindakan pencabutan gigi untuk mengurangi resiko terjadinya endokarditis infektif.
TERAPI Seluruh penderita dengan ASD harus menjalani tindakan penutupan pada defek tersebut, karena ASD tidak dapat menutup secara spontan, dan bila tidak ditutup akan menimbulkan berbagai penyulit di masa dewasa. Namun kapan terapi dan tindakan perlu dilakukan sangat tergantung pada besar kecilnya aliran darah (pirau) dan ada tidaknya gagal jantung kongestif, peningkatan tekanan pembuluh darah paru
(hipertensi pulmonal) serta penyulit lain.
TERAPI INTERVENSI NON BEDAH
Defek septum atrium (Atrial Septal Defect – ASD) merupakan kelainan jantung bawaan akibat adanya lubang pada septum interatrial . Berdasarkan letak lubang, defek septum atrium dibagi atas 3 tipe yaitu : defek septum atrium sekundum, bila lubang terletak di daerah fossa ovalis; defek septum atrium primum, bila lubang terletak di daerah ostium primum (termasuk salah satu bentuk defek septum atrioventrikuler); dan defek sinus venosus, bila lubang terletak di daerah sinus venosus (dekat muara vena kava superior atau inferior).
Defek septum atrium sering tidak ditemukan pada pemeriksaan rutin karena keluhan baru timbul pada dekade 2-3 dan bising yang terdengar tidak keras. Penderita defek septum atrium seringkali disertai bentuk tubuh yang tinggi dan kurus, dengan jari-jari tangan dan kaki yang panjang. Aktivitas ventrikel kanan meningkat
dan tak teraba thrill. Bila pemeriksaan klinis dan elektrokardiografi sudah dapat memastikan adanya defek septum atrium, maka penderita dapat diajukan untuk operasi tanpa didahului pemeriksaan kateterisasi jantung. Bila telah terjadi hipertensi pulmonal dan penyakit vaskuler paru, serta pada kateterisasi jantung didapatkan tahanan arteri pulmonalis lebih dari 10U/m² yang tidak responsif dengan pemberian oksigen 100%, maka penutupan defek septum atrium merupakan indikasi kontra.
Lubang ASD dapat ditutup dengan tindakan nonbedah, Amplatzer Septal Occluder (ASO), yakni memasang alat penyumbat yang dimasukkan melalui pembuluh darah di lipatan paha, meski sebagian kasus tak dapat ditangani dengan metode ini dan memerlukan pembedahan.
Amplatzer septal occluder(ASO) adalah alat yang mengkombinasikan diskus ganda dengan mekanisme pemusatan tersendiri (self-centering mechanism). Ini adalah alat pertama dan hanya menerima persetujuan klinis pada anak dan dewasa dengan defek atrium sekundum (DAS) dari the United States Food and Drug Administration (FDA US). Alat ini telah berhasil untuk menutup defek septum atrium sekundum, patensi foramen ovale, dan fenestrasi fontanella.
Amplatzer Septal Occluder(ASO)
ASO (AGA Medical Corp., Golden Valley, MN) dibentuk dari 0.004-0.0075 inch Nitinol(55% Nickel; 45% Titanium) kawat yang saling berhimpitan berupa anyaman yang rapat ke dalam dua lempeng diskus. Antara dua diskus jaraknya sekitar 4 mm yang ketebalannya sesuai dengan septum atrium. Nitinol mempunyai karakteristik superelastis dengan bentuk memori (shape memory). Hal ini membuat alat tersebut dapat di regang kedalam konfigurasi linear dan bisa ditempatkan ke dalam selang untuk di lepaskan melewati septum. Nitinol juga mempunyai biokompatibiliti yang terjamin. Ukuran alat ditentukan oleh
diameter lempeng dan tersedia dalam berbagai ukuran antara 4 sampai 40 mm (l-mm increment hingga 20-mm; 2-mm increments hingga yang terbesar, 40-mm).
Pemilihan Pasien
Alat Amplatzer septal occluder dapat digunakan pada pasien dengan defek septum atrium ostium sekundum bila tepi jaringannya adekuat(> 5 mm) dari tepi defek ke katup mitral dan trikuspid yang berdekatan, vena kava superior, vena pulmonal kanan atas dan sinus koroner. Kita dapat sukses dan lengkap dalam menutup defek sampai dengan diameter 33 mm dengan ekokardiografi transesofagus (TEE) (4042 balon yang diregang) menggunakan alat ukuran terbesar yang tersedia di Amerika. Pemilihan pasien yang sesuai untuk transkateter penutup menggunakan ASO berdasarkan pengukuran maksimal diameter defek dan karakteristik morfologi defek.
Protokol Preimplantasi
Pemeriksaan fisik, 12 lead EKG standar, Radiografi dada, ekokardiografi transtorakal, ekokardiografi transesofageal dilakukan pada semua pasien.
Teknik Implantasi Alat
Prosedur dilakukan dibawah anestesi umum dan pedoman ekokardiografi transesofageal. Sebelum kateterisasi , TEE dilakukan untuk mengevaluasi lokasi, ukuran defek, dan jarak dari vena kava superior dan inferior, vena pulmonal kanan, cabang aorta, katup AV, dan sinus koroner. Akses vaskular diperoleh secara perkutaneus dari vena femoral kanan dan heparin 100 IE kg dan antibiotik flucloxacilin 100 mg/kg diberikan secara intravena.
Evaluasi hemodinamik lengkap dan diinjeksikan kontras ke dalam vena inominata/anonima kiri dan vena pulmonal lobus atas. Untuk menentukan diameter defek yang diregang dan untuk memilih ukuran alat yang tepat, Meditech mengukur balon kateter yang telah dilewatkan ke atrium kiri, digembungkan dengan medium kontras cair dan didorong kembali melawan septum sampai balon melewati atrium kanan dengan sedikit resistensi. Setelah merekam volume yang menggembung, balon dikempeskan, digerakkan, digembungkan kembali. Alat dipasang pada ujung kabel penghantar, dicelupkan dalam cairan fisiologis (NaCl 0.9%) dan didorong ke dalam short loader, yang telah di insersikan ke dalam selang panjang. Dengan memutar kabel penghantar, alat(ASO) dihantarkan ke dalam selang. Diskus atrium kiri dan tepi alat disebarkan ke dalam atrium kiri dibawah petunjuk fluoroskopi dan TEE. Secara parsial alat yang disebarkan didorong melawan septum yang dihasilkan oleh pemusatan tersendiri alat ke dalam defek. Dengan mengatur kabel pengirim dengan satu tangan dan tangan yang lain menarik selang, diskus atrium kanan disebarkan (Gb.2).
Posisi alat yang aman dan stabil dicek dengan memutar dan mendorong kabel penghantar dengan mantap. Alat yang telah disebar dilepaskan dari kabel. Kemudian dilakukan angiogram ventrikel kanan, fluoroskopi (Gb. 3), dan yang terakhir pemeriksaan TEE (Gb. 4) untuk mengevaluasi posisi alat dan untuk mengidentifikasi adanya residu pirau. Setelah prosedur, pasien di kirim keunit perawatan intensif (ICU) dan diberikan heparin 400 IE kg/hari intravena selama 24 jam, follow up dengan aspirin oral(2-3 mg/kg/hari) selama 6 bulan.
Sebelum dihentikan, pasien dievaluasi dengan EKG, TTE, foto dada bipanel. Pemeriksaan follow up lanjutan pada bulan 1, 3, 12 dan 24 setelah implantasi termasuk EKG, dan TTE. Foto dada bipanel diulang pada bulan ke 12.
Protokol Follow-up
Segera setelah ASO dilepas, pemeriksaan TEE tepat untuk dilakukan. Evaluasi keadaan penutup dan kemungkinan terbentuknya trombus. Periksa hubungan antara penutup dan kedua katup atrioventrikular. Drainase vena pulmoner, sinus koronarius dievaluasi apakah ada obstruksi.
Follow up 24 jam pertama, dilakukan pemeriksaan EKG, radiografi dada, TTE.
Radiografi dada dan TTE untuk mengevaluasi Bentuk ASO. Thrombus di kedua diskus ASO dicari dengan menggunakan TTE. Selama pemeriksaan TEE residu shunt di cari dan di jumlah dengan menggunakan Doppler berwarna. Drainase vena kava, vena pulmonal kanan, serta sinus koroner perlu dinilai untuk kemungkinan timbul obstruksi. Kemudian difollow-up dengan EKG, TTE pada bulan ke 1, bulan ke 2, bulan ke 12 dan kemudian setiap 1 tahun setelah implantasi. Komplikasi yang berhubungan dengan implantasi ASO dicatat setiap kunjungan. Aspirin 5 mg/kg / hari dan profilaksis endokarditis direkomendasikan selama enam bulan setelah prosedur pada semua pasien.
Komplikasi
Komplikasi yang ditemui dengan menggunakan amplatzer septal occluder jarang dan pada umumnya dapat ditangani dalam laboratorium kateter. Kebanyakan komplikasi terjadi segera setelah implantasi. Rata-rata angka kejadian komplikasi secara umum di Amerika ialah 7,2%. Paling banyak ialah aritmia. Beberapa memperoleh tata laksana dan sebagian tidak. Komplikasi penting lain yang ditemui adalah embolisasi. (Syafiq Hasan Futhuri)
1.5 PEMERIKSAAN PENUNJANGRontgen dada
Ekokardiografi
Doppler berwarna
Ekokardiografi transesofageal
Kateterisasi jantung
Angiografi koroner (untuk penderita diatas 35 tahun)
MRI dada
Laboratorium
Foto thorax
EKG ; deviasi aksis ke kiri pada ASD primum dan deviasi aksis ke kanan pada ASD ...Secundum; RBBB,RVH.EKG menunjukkan adanya fibrilasi atrium atau ...pembesaran atrium kanan.
Kateterisasi jantung ; prosedur diagnostik dimana kateter radiopaque dimasukan ....kedalam serambi jantung melalui pembuluh darah perifer, diobservasi dengan ....fluoroskopi atau intensifikasi pencitraan; pengukuran
tekanan darah dan sample ....darah memberikan sumber-sumber informasi tambahan.
TEE (Trans Esophageal Echocardiography)
2.1 PENGKAJIAN
1. Lakukan pemeriksaan fisik dengan pemeriksaan yang mendetail terhadap jantung.
Denyut arteri pulmonalis dapat diraba di dada
Pemeriksaan dengan stetoskop menunjukkan bunyi jantung yang Abnormal. Bisa ...terdengar murmur akibat peningkatan aliran darah yang melalui katup pulmonalis
Tanda-tanda gagal jantung
Jika shuntnya besar, murmur juga bisa terdengar akibat peningkatan aliran darah ...yang mengalir melalui katup trikuspidalis
2. Lakukan pengukuran tanda-tanda vital.
3. Kaji tampilan umum, perilaku, dan fungsi:
Inspeksi
Status nutrisi
Gagal tumbuh atau penambahan berat badan yang buruk berhubungan dengan ....penyakit jantung.
Warna – Sianosis adalah gambaran umum dari penyakit jantung kongenital, ....sedangkan pucat berhubungan dengan anemia, yang sering menyertai penyakit .....jantung.Deformitas dada – Pembesaran jantung terkadang mengubah konfigurasi .....dada.
Pulsasi tidak umum – Terkadang terjadi pulsasi yang dapat dilihat.
Ekskursi pernapasan – Pernapasan mudah atau sulit (mis; takipnea, dispnea, adanya ....dengkur ekspirasi). Jari tabuh – Berhubungan dengan beberapa type penyakit .....jantung kongenital.
Perilaku – Memilih posisi lutut dada atau berjongkok merupakan ciri khas dari ....beberapa jenis penyakit jantung. Palpasi dan perkusi
Dada – Membantu melihat perbedaan antara ukuran jantung dan karakteristik lain ....(seperti thrill-vibrilasi yang dirasakan pemeriksa saat mampalpasi)
Abdomen – Hepatomegali dan/atau splenomegali mungkin terlihat.Nadi perifer – Frekwensi, keteraturan, dan amplitudo (kekuatan) dapat.menunjukkan ketidaksesuaian.Auskultasi
Jantung – Mendeteksi adanya murmur jantung.
Frekwensi dan irama jantung – Menunjukkan deviasi bunyi dan intensitas jantung ...yang membantu melokalisasi defek jantung.
Paru-paru – Menunjukkan ronki kering kasar, mengi.Tekanan darah – Penyimpangan terjadi dibeberapa kondisi jantung (misal; ....ketidaksesuaian antara ekstremitas atas dan bawah)
Bantu dengan prosedur diagnostik dan pengujian – mis; ekg, radiografi, ....ekokardiografi, fluoroskopi, ultrasonografi, angiografi, analisis darah (jumlah ....darah, haemoglobin, volume sel darah, gas darah), kateterisasi jantung.
2.2DIAGNOSA
1. Risiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan defek strukturTujuan : Klien akan menunjukkan perbaikan curah jantung.Kriteria hasil :
Frekwensi jantung, tekanan darah, dan perfusi perifer berada pada batas normal .......sesuai usia.
Keluaran urine adekuat (antara 0,5 – 2 ml/kgbb, bergantung pada usia)
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan gangguan sistem transport oksigenTujuan : Klien mempertahankan tingkat energi yang adekuat tanpa stress tambahan.Kriteria hasil :
Anak menentukan dan melakukan aktivitas yang sesuai dengan kemampuan
Anak mendapatkan waktu istirahat/tidur yang tepat.
3. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan ketidak adekuatan oksigen dan nutrien pada jaringan; isolasi sosial.
Tujuan :
Pasien mengikuti kurva pertumbuhan berat badan dan tinggi badan.
Anak mempunyai kesempatan untuk berpartisipasi dalam aktivitas yang sesuai .......dengan usia
Kriteria hasil :
Anak mencapai pertumbuhan yang adekuat.
Anak melakukan aktivitas sesuai usia
Anak tidak mengalami isolasi social.
4. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan status fisik yang lemah.Tujuan : Klien tidak menunjukkan bukti-bukti infeksiKriteria hasil : Anak bebas dari infeksi.Tujuan : Klien/keluarga mengenali tanda-tanda komplikasi secara dini
Kriteria hasil :
Keluarga mengenali tanda-tanda komplikasi dan melakukan tindakan yang tepat.
Klien/keluarga menunjukkan pemahaman tentang tes diagnostik dan .........pembedahan.
5. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak dengan penyakit ....jantung (ASD)
Tujuan :
Klien/keluarga mengalami penurunan rasa takut dan ansietas
Klien menunjukkan perilaku koping yang positif
Kriteria hasil :
Keluarga mendiskusikan rasa takut dan ansietasnya
Keluarga menghadapi gejala anak dengan cara yang positif
GAMBARAN RADILOGI PADA ASD
Daftar Pustaka
Behrman, Kliagman, Arvin. Nelson Textbook of Pediatrics. 15 th ed. United States: WB Saunders Company;1996.
Hiraishi S, Agata Y, Nowatari M, Oguchi K, et al. Incidence and natural course of trabecular ventricular septal defect: Two-dimensional echocardiography and color Doppler flow image study. J Pediatr 1992 [cited 2010 May 25];120:409-15.
Roguin N, Du ZD, Barak M, Nasser N, Hershkowitz S, Milgram E. High prevalence of muscular ventricular septal defect in neonates. J Am Coll Cardiol 1995 November 15 [cited 2010 May 25];26(6):1545-8
Ramaswamy P. Ventricular septal defect, general concepts. [Online]. 2009 Feb 10 [cited 2010 May 25]; Available from: URL: http://emedicine.medscape.com/article/892980-overview
SISTEM KARDIVASKULER
ASD (ATRIUM SEPTUM DEFEK)
VSD (VENTRIKEL SEPTUM DEFEK)
KELOMPOK 2
DISUSUN OLEH :
LIZA PUTRI 0926010234
ELISYA DYAH AYUNINGTYAS 0926010246
NENSI APRIANI 0926010275
FITRA JAYADI 0926010229
NIKE ANDIKA 0926010245
ANDIKA SAPUTRA 0926010
STIKES
TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wrb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, ats rahmat dan karunia-nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas kami ini yang berjudul ASD (ATRIUM SETRUM DEFEK). Selesainya tugas ini tidak lepas dari bantuan dari rekan-rekan kami yang lain yang telah membantu dan memberikan dorongan dan motivasi dalam tugas ini. Kami menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, baik dari segi isi maupun penulisan. Untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan demi perbaikan dimasa akan datang.
Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Bengkulu, Maret 2011
Kelompok 5