Top Banner
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah HIV/ AIDS adalah maslah besar yang mengancam Indonesia dan banyak Negara di seluruh dunia. UNAIDS, badan WHO yang mengurusi masalah AIDS, memperkirakan jumlah odha di seluruh dunia pada Desember 2004 adalah 35,9 – 44,3 juta orang. Saat ini tidak ada Negara yang terbebas dari HIV/ AIDS. HIV/ AIDS menyebabkan berbagai krisis secara bersamaan, menyebabkan krisis kesehatan, krisis pembangunan Negara, krisis ekonomi, pendidikan dan juga krisis kemanusiaan. Dengan kata lain HIV/ AIDS menyebabkan krisis multidimensi. Sebagai krisis kesehatan, AIDS memerlukan respon dari masyarakat dan memerlukan layanan pengobatan dan perawatan untuk individu yang terinfeksi HIV. Individu yang terjangkit HIV ini biasanya adalah individu yang mendapat darah atau produk darah yang terkontaminasi dengan HIV dan anak-anak yang dilahirkan dari ibu yang menderita infeksi HIV. AIDS pada anak pertama kali dilaporkan oleh Oleske, Rubbinstein dan Amman pada tahun 1983 di Amerika serikat. Sejak itu laporan jumlah AIDS pada anak di Amerika makin lama makin meningkat. Kasus infeksi HIV terbanyak pada orang dewasa maupun pada anak-anak tertinggi didunia adalah di Afrika. Dengan demikian , pada makalah ini akan dibahas mengenai infeksi HIV yang terjadi pada anak-anak. Hal ini perlu dibahas 1
28

Makalah Askep Hiv Aids

Dec 29, 2014

Download

Documents

Syawalulfitri

f f f
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Makalah Askep Hiv Aids

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah HIV/ AIDS adalah maslah besar yang mengancam Indonesia dan banyak Negara

di seluruh dunia. UNAIDS, badan WHO yang mengurusi masalah AIDS, memperkirakan

jumlah odha di seluruh dunia pada Desember 2004 adalah 35,9 – 44,3 juta orang. Saat ini

tidak ada Negara yang terbebas dari HIV/ AIDS. HIV/ AIDS menyebabkan berbagai krisis

secara bersamaan, menyebabkan krisis kesehatan, krisis pembangunan Negara, krisis

ekonomi, pendidikan dan juga krisis kemanusiaan. Dengan kata lain HIV/ AIDS

menyebabkan krisis multidimensi. Sebagai krisis kesehatan, AIDS memerlukan respon dari

masyarakat dan memerlukan layanan pengobatan dan perawatan untuk individu yang

terinfeksi HIV. Individu yang terjangkit HIV ini biasanya adalah individu yang mendapat

darah atau produk darah yang terkontaminasi dengan HIV dan anak-anak yang dilahirkan dari

ibu yang menderita infeksi HIV.

AIDS pada anak pertama kali dilaporkan oleh Oleske, Rubbinstein dan Amman pada

tahun 1983 di Amerika serikat. Sejak itu laporan jumlah AIDS pada anak di Amerika makin

lama makin meningkat. Kasus infeksi HIV terbanyak pada orang dewasa maupun pada anak-

anak tertinggi didunia adalah di Afrika.

Dengan demikian , pada makalah ini akan dibahas mengenai infeksi HIV yang terjadi

pada anak-anak. Hal ini perlu dibahas agar dapat melakukan tindakan yang tepat pada anak-

anak yang terkena HIV, khususnya bagi pemberi perawatan agar laju pertumbuhan anak yang

terkena HIV/AIDS dapat dikurangi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apa pengertian dari HIV/AIDS?

2. Apa penyebab dari timbulnya penyakit HIV/AIDS?

3. Bagaimana patofisiologi HIV/AIDS?

4. Bagaimana manifestasi klinis dari HIV/AIDS?

5. Apa komplikasi yang akan terjadi pada HIV/AIDS?

1

Page 2: Makalah Askep Hiv Aids

6. Bagaimana penatalaksanaan medis pada HIV/AIDS?

7. Bagaimanakah asuhan keperawatan pada penderita HIV/AIDS khususnya pada anak?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari pembuatan makalah ini adalah

sebagai penambah pengetahuan tentang HIV/AIDS. Selain itu juga, tujuan khusus dari

pembuatan makalah ini adalah:

1. Mengetahui pengertian dari HIV/AIDS.

2. Mengetahui penyebab dari timbulnya penyakit HIV/AIDS.

3. Mengetahui patofisiologi HIV/AIDS.

4. Mengetahui manifestasi klinis dari HIV/AIDS.

5. Mengetahui komplikasi yang akan terjadi pada HIV/AIDS.

6. Mengetahui penatalaksanaan medis pada HIV/AIDS.

7. Mengetahui asuhan keperawatan pada penderita HIV/AIDS khususnya pada anak.

2

Page 3: Makalah Askep Hiv Aids

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus, yakni virus yang menyerang

sistem imun sehingga kekebalan menjadi lemah bahkan sampai hilang. Sedangkan AIDS

adalah singkatan dari Acquired Immunodeficiency Disease Syndrome, yakni suatu penyakit

yang disebabkan oleh virus yaitu virus HIV (Sujana, 2007).

HIV secara umum adalah virus yang hanya dapat menginfeksi manusia, memperbanyak

diri didalam sel manusia, sehingga menurunkan kekebalan manusia terhadap penyakit infeksi.

AIDS adalah sekumpulan tanda dan gejala penyakit akibat hilangnya atau menurunnya sistem

kekebalan tubuh seseorang yang didapat karena terinfeksi HIV.

AIDS adalah salah satu penyakit retrovirus epidemic menular, yang disebabkan oleh

infeksi HIV, yang pada kasus berat bermanifestasi sebagai depresi berat imunitas seluler, dan

mengenai kelompok resiko tertentu, termasuk pria homoseksual, atau biseksual,

penyalahgunaan obat intra vena, penderita hemofilia, dan penerima transfusi darah lainnya,

hubungan seksual dan individu yang terinfeksi virus tersebut. (DORLAN, 2002)

AIDS merupakan bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai dan kelainan ringan dalam

respon imun tanpa tanda dan gejala yang nyata hingga keadaan imunosupresi dan berkaitan

dengan berbagai infeksi yang dapat membawa kematian dan dengan kelainan malignitas yang

jarang terjadi. (Centre for Disease Control and Prevention)

2.2 Etiologi

Etiologi atau penyebab dari HIV/AIDS karena terganggunya system imun dalam tubuh

ODHA. Partikel virus bergabung dengan sel DNA pasien sehingga orang yang terinfeksi HIV

akan seumur hidup tetap terinfeksi. Sebagian pasien memperlihatkan gejala tidak khas seperti

demam, nyeri menelan, pembengkakan kelenjar getah bening, ruam dan lain sebagainya pada

3-6 minggu setelah infeksi (Sudoyo, 2006).

Selain karena terganggunya system imun, HIV juga disebabkan oleh penyebarluasan

melalui berbagai jalur penularan diantaranya:

3

Page 4: Makalah Askep Hiv Aids

Ibu pada bayinya

Penularan HIV dari ibu bisa terjadi pada saat kehamilan (in utero). Berdasarkan laporan

CDC Amerika, prevalensi penularan HIV dari ibu ke bayi adalah 0’01% sampai 0,07%.

Bila ibu baru terinfeksi HIV dan belum ada gejala AIDS, kemungkinan bayi terinfeksi 20%

sampai 30%, sedangkan jika gejala AIDS sudah jelas maka kemungkinannya mencapai

50% (PELKESI, 1995).

Penularan juga terjadi selama proses persalinan melalui kontak antara membrane mukosa

bayi dengan darah atau sekresi maternal saat melahirkan (Lily V, 2004).

Penularan dari ibu ke anak yang biasa terjadi adalah sebagai berikut:

Selama dalam kandungannya (antepartum)

Selama persalinan (intrapartum)

Bayi baru lahir terpajan oleh cairan tubuh ibu yang terinfeksi (post partum)

Bayi tertular melalui pemberian ASI

Darah dan produk darah yang tercemar HIV/ AIDS

Sangat cepat menularkan HIV karena virus langsung masuk ke pembuluh darah dan

menyebar luas.

Pemakaian alat kesehatan yang tidak steril

Alat pemeriksaan kandungan seperti spekulum, tenakulum dan alat-alat lain yang

menyentuh darah, cairan vagina atau air mani yang terinfeksi HIV, dan langsung

digunakan untuk orang lain yang tidak terinfeksi bisa menularkan HIV (PELKESI, 1995).

Penularan melalui hubungan seks

Pelecehan seksual pada anak.

Pelacuran anak

Sedangkan menurut Hudak dan Gallo (1996), penyebab dari AIDS adalah suatu agen

viral (HIV) dari kelompok virus yang dikenal dengan retrovirus yang ditularkan oleh darah

melalui hubungan seksual dan mempunyai aktivitas yang kuat terhadap limfosit T yang

berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh manusia. HIV merupakan Retrovirus yang

menggunakan RNA sebagai genom. HIV mempunyai kemampuan mengcopy cetakan materi

genetic dirinya ke dalam materi genetic sel-sel yang ditumpanginya. Sedangkan menurut

Long (1996), penyebab AIDS adalah Retrovirus yang telah terisolasi cairan tubuh orang yang

sudah terinfeksi yaitu darah, semen, sekresi vagina, ludah, air mata, air susu ibu (ASI), cairan

4

Page 5: Makalah Askep Hiv Aids

otak (cerebrospinal fluid), cairan amnion, dan urin. Darah, semen, sekresi vagina dan ASI

merupakan sarana transmisi HIV yang menimbulkan AIDS. Cairan transmisi HIV yaitu

melalui hubungan darah (transfusi darah/komponen darah, jarum suntik yang dipakai

bersama-sama), seksual (homo bisek/heteroseksual), perinatal (intra plasenta dan dari ASI).

Empat populasi utama pada kelompok usia pediatrik yang terkena HIV yaitu :

1. Bayi yang terinfeksi melalui penularan perinatal dari ibu yang terinfeksi (disebut juga

transmisi vertikal); hal ini menimbulkan lebih dari 85% kasus AIDS pada anak-anak yang

berusia kurang dari 13 tahun.

2. Anak-anak yang telah menerima produk darah (terutama anak dengan hemofilia).

3. Remaja yang terinfeksi setelah terlibat dalam perilaku risiko tinggi.

4. Bayi yang mendapat ASI (terutama di negara-negara berkembang).

2.3 Patofisiologi

Penyebab acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) adalah human

immunodeficiencyvirus (HIV), yang melekat dan memasuki limfosit T helper CD4+. Virus

tersebut menginfeksi limfosit CD4+ dan sel-sel imunologis lainnya, dan orang itu mengalami

destruksi sel CD4+ secara bertahap. Sel-sel yang memperkuat dan mengulang respons

imunologis diperlukan untuk mempertahankan kesehatan yang baik dan bila sel-sel tersebut

berkurang dan rusak maka fungsi imun lain akan terganggu.

HIV dapat pula menginfeksi makrofag, sel-sel yang dipakai virus untuk melewati sawar

darah otak masuk ke dalam otak. Fungsi limfosit B juga terpengaruh dengan peningkatan

produksi immunoglobulin total yang berhubungan dengan penurunan produksi antibody

spesifik. Dengan memburuknya sistem imun secara progresif, tubuh menjadi semakin rentan

terhadap infeksi oportunistik dan juga berkurang kemampuannya dalam memperlambat

replikasi HIV. Infeksi HIV dimanifestasikan sebagai penyakit multisystem yang dapat bersifat

dolman bertahun-tahun karena menyebabkan imunodefisiensi secara bertahap. Kecepatan

perkembangan dan manifestasi klinis penyakit ini bervariasi orang ke orang (Bezt, Cecily

Lynn. 2009).

5

Page 6: Makalah Askep Hiv Aids

PEMBAGIAN STADIUM PADA HIV/AIDS

Secara umum kronologis perjalanan infeksi HIV dan AIDS terbagi menjadi 4 stadium,

antara lain (Nursalam, 2007) :

1. Stadium HIV

Dimulai dengan masuknya HIV yang diikuti terjadinya perubahan serologik ketika hadap

virus tersebut dan negatif menjadi positif. Waktu masuknya HIV kedalam tubuh hingga

HIV positif selama 1-3 bulan atau bisa sampai 6 bulan (window period).

2. Stadium Asimptomatis (tanpa gejala)

Menunjukkan didalam organ tubuh terdapat HIV tetapi belum menunjukan gejala dan

adaptasi berlangsung 5 - 10 tahun.

3. Stadium Pembesaran Kelenjar Limfe

Menunjukan adanya pembesaran kelenjar limfe secara menetap dan merata (persistent

generalized lymphadenophaty) dan berlangsung kurang lebih 1 bulan.

4. Stadium AIDS

Merupakan tahap akhir infeksi HIV. Keadaan ini disertai bermacam - macam penyakit

infeksi sekunder.

6

Page 7: Makalah Askep Hiv Aids

(HIV RETROVIRUS)

(STADIUM HIV (1-3 atau 6 bulan)MENYERANG LIMFOSIT T CD4+

Ditularkan melalui darah, semen, sekresi vagina, ludah, air mata, ASI

(STADIUM ASIMPTOMATIK (5-10 tahun)

Masuk ke dalam organ tubuh tapi tidak mengalami gejala

(STADIUM PEMBESARAN KELENJAR LIMFE 1 bulan set. Std,

Asimptomatik)Tidak ada gejala

(STADIUM AIDS)Tahap akhir infeksi, menyerang limfosit B akan antibody spesifik dan system saraf pusat, meliputi selaputnya yang sifatnya

toksik terhadap sel

Manifestasiklinis

Sindrom mononukleosida, yaitu demam 38-40o c, pembesaran kelenjar getah bening dan di ketiak, disertai timbulnya bercak kemerahan pada kulit.

Pembesaran kelenjar getah bening di leher, ketiak, paha. Keluar keringat malam hari. Lemas, BB turun 5kg/bulan batuk kering, diare, bercak di kulit,ulserasi, perdarahan, sesak nafas, kelumpuhan, gangguan penglihatan, kejiwaan terganggu.

Kelainan otak, meningitis, kanker kulit, luka ulserasi, infeksi yang menyebar, TBC, diare kolik, candidiasis mulut dan pneumonia.

PATHWAY

7

Page 8: Makalah Askep Hiv Aids

2.4 Manifestasi Klinis

Masa antara terinfeksi HIV dan timbul gejala-gejala penyakit adalah 6 bulan-10 tahun.

Rata-rata masa inkubasi 21 bulan pada anak-anak dan 60 bulan/5tahun pada orang dewasa.

Tanda-tanda yang ditemui pada penderita AIDS antara lain :

1. Gejala yang muncul setelah 2 sampai 6 minggu sesudah virus masuk ke dalam tubuh:

sindrom mononukleosida yaitu demam dengan suhu badan 380 C sampai 400 C dengan

pembesaran kelenjar getah benih di leher dan di ketiak, disertai dengan timbulnya bercak

kemerahan pada kulit.

2. Gejala dan tanda yang muncul setelah 6 bulan sampai 5 tahun setelah infeksi, dapat

muncul gejala-gejala kronis : sindrom limfodenopati kronis yaitu pembesaran getah bening

yang terus membesar lebih luas misalnya di leher, ketiak dan lipat paha. Kemudian sering

keluar keringat malam tanpa penyebab yang jelas. Selanjutnya timbul rasa lemas,

penurunan berat badan sampai kurang 5 kg setiap bulan, batuk kering, diare, bercak-bercak

di kulit, timbul tukak (ulceration), perdarahan, sesak nafas, kelumpuhan, gangguan

penglihatan, kejiwaan terganggu. Gejala ini diindikasikan dengan adanya kerusakan sistem

kekebalan tubuh.

3. Pada tahap akhir, orang-orang yang sistem kekebalan tubuhnya rusak akan menderita

AIDS. Pada tahap ini penderita sering diserang penyakit berbahaya seperti kelainan otak,

meningitis, kanker kulit, luka bertukak, infeksi yang menyebar, tuberkulosis paru (TBC),

diare kronik, candidiasis mulut dan pneumonia.

Menurut Cecily L Betz, anak-anak dengan infeksi HIV yang didapat pada masa perinatal

tampak normal pada saat lahir dan mulai timbul gejala pada 2 tahun pertama kehidupan.

Manifestasi klinisnya antara lain:

1) Berat badan lahir rendah.

2) Gagal tumbuh.

3) Limfadenopati umum.

4) Hepatosplenomegali.

5) Sinusitis.

6) Infeksi saluran pernapasan atas berulang.

7) Parotitis.

8

Page 9: Makalah Askep Hiv Aids

8) Diare kronik atau kambuhan.

9) Infeksi bakteri dan virus kambuhan.

10) Infeksi virus Epstein-Barr persisten.

11) Sariawan orofaring.

12) Trombositopenia.

13) Infeksi bakteri seperti meningitis.

14) Pneumonia interstisial kronik.

Selain itu ada tanda-tanda gejala mayor dan minor untuk mendiagnosis HIV menurut

klasifikasi WHO, antara lain:

Gejala mayor:

Gagal tumbuh atau penurunan berat badan

Diare kronis

Demam memanjang tanpa sebab

Tuberkolosis

Gejala minor

Limfadenopati generalisa

Kandidiasis oral

Batuk menetap

Distress pernapasan / pneumonia

Infeksi berulang

Infeksi kulit generalisata

2.5 Komplikasi

1. Pneumonia Pneumocystis carinii (PPC).

2. Pneumonia interstitial limfoid.

3. Tuberkulosis (TB).

4. Virus sinsitial pernapasan.

5. Candidiasis esophagus.

6. Limfadenopati

7. Diare kronik

9

Page 10: Makalah Askep Hiv Aids

2.6 Penatalaksanaan Medis

Belum ada penyembuhan untuk AIDS jadi yang dilakukan adalah pencegahan seperti

yang telah dijelaskan sebelumnya. Tapi apabila terinfeksi HIV maka terapinya yaitu :

1. Pengendalian infeksi oportunistik

Bertujuan menghilangkan, mengendalikan, dan pemulihan infeksi oportuniti, nosokomial,

atau sepsis, tindakan ini harus dipertahankan bagi pasien di lingkungan perawatan yang

kritis.

2. Terapi AZT (Azitomidin)

Obat ini menghambat replikasi antiviral HIV dengan menghambat enzim pembalik

transcriptase.

3. Terapi antiviral baru

Untuk meningkatkan aktivitas sistem immun dengan menghambat replikasi virus atau

memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya. Obat-obatan ini adalah: didanosina,

ribavirin, diedoxycytidine, recombinant CD4+ dapat larut.

4. Vaksin dan rekonstruksi virus, vaksin yang digunakan adalah interveron

5. Menghindari infeksi lain, karena infeksi dapat mengaktifkan sel T dan mempercepat

replikasi HIV.

6. Rehabilitasi bertujuan untuk memberi dukungan mental-psikologis, membantu megubah

perilaku resiko tinggi menjadi perilaku kurang berisiko atau tidak berisiko, mengingatkan

cara hidup sehat dan mempertahankan kondisi hidup sehat.

7. Pendidikan untuk menghindari alkohol dan obat terlarang, makan makanan yang sehat,

hindari sters, gizi yang kurang, obat-obatan yang mengganggu fungsi imun. Edukasi ini

juga bertujuan untuk mendidik keluarga pasien bagaimana menghadapi kenyataan ketika

anak mengidap AIDS dan kemungkinan isolasi dari masyarakat.

2.7 Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan bagi penderita penyakit AIDS merupakan tantangan yang besar bagi

perawat karena setiap system organ berpotensi untuk menjadi sasaran infeksi atau kanker.

Disamping itu, penyakit ini akan dipersulit oleh komplikasi masalah emosional, sosial, dan

10

Page 11: Makalah Askep Hiv Aids

etika. Rencana keperawatan bagi penderita penyakit AIDS harus disusun secara individual

untuk memenuhi kebutuhan masing-masing pasien.

2.7.1 Pengkajian

Pengkajian keperawatan pada anak dengan HIV/ AIDS mencakup hal-hal sebagai

berikut:

Kaji riwayat imunisasi

Kaji riwayat yang berhubungan dengan faktor risiko terhadap AIDS pada anak-anak

(mis., penularan HIV dari ibu kepada anak pada saat kehamilan, pemajanan terhadap

produk darah)

Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang HIV/AIDS

Observasi adanya manifestasi AIDS pada anak-anak seperti gagal tumbuh,

limfadenopati, hepatosplenomegali

Selain faktor di atas, hal yang perlu dikaji adalah semua faktor yang mempengaruhi

sistem imun antara lain:

Pengkajian Kardiovaskuler

Suhu tubuh meningkat, nadi cepat, tekanan darah meningkat. Gagal jantung

kongestif sekunder akibat kardiomiopati karena HIV.

Pengkajian Respiratori

Batuk lama dengan atau tanpa sputum, sesak napas, takipnea, hipoksia, nyeri dada,

napas pendek waktu istirahat, gagal napas.

Pengkajian Neurologik

Sakit kepala, somnolen, sukar konsentrasi, perubahan perilaku, nyeri otot, kejang-

kejang, enselofati, gangguan psikomotor, penurunan kesadaran, delirium, meningitis,

keterlambatan perkembangan.

Pengkajian Gastrointestinal

Berat badan menurun, anoreksia, nyeri menelan, kesulitan menelan, bercak putih

kekuningan pada mukosa mulut, faringitis, candidisiasis esophagus, candidisiasis

mulut, selaput lender kering, pembesaran hati, mual, muntah, colitis akibat diare

kronis, pembesaran limfa.

Pengkajain Renal

11

Page 12: Makalah Askep Hiv Aids

Pengkajaian Muskuloskeletal

Nyeri otot, nyeri persendian, letih, gangguan gerak (ataksia)

Pengkajian Hematologik

Pengkajian Endokrin

Untuk menegakkan diagnosis, maka pemeriksaan penunjang perlu dilakukan.

Pemeriksaan yang dapat dilakukan antara lain:

TB (PPD): untuk menentukan pemajanan dan atau penyakit aktif (harus diberikan

dengan panel anergi untuk menentukan hasil negative-palsu pada respons defisiensi

imun). Pada pasien AIDS, 100% akan memiliki mikobakterium TB positif pada

kehidupan mereka bila terjadi kontak.

Serologis:

Tes antibody serum: skrining HIV dengan ELISA. Hasil tes positif mungkin akan

mengindikasikan adanya HIV tetapi bukan merupakan diagnosa.

 Tes blot western: mengkonfirmasikan diagnosa HIV.

Sel T limfosit: penurunan jumlah total.

Sel T4 helper (indikator system imun yang menjadi media banyak proses system

imun dan menandai sel-B untuk menghasilkan antibody terhadap bakteri asing):

jumlah yang kurang dari 200 mengindikasikan respons defisiensi imun hebat.

Tes PHS: pembungkus hepatitis B dan antibody, sifilis, CMV mungkin positif.

Pemeriksaan neurologis, mis. EEG, MRI, skan CT otak, EMG/pemeriksaan konduksi

saraf: diindikasikan untuk perubahan mental, demam yang tidak diketahui asalnya

dan/atau perubahan fungsi sensori/motor (Doenges, 2001:836).

2.7.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan pada anak dengan infeksi Human Immunodeficiency Virus

(HIV) adalah sebagai berikut:

Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan pertahanan tubuh, adanya

organisme infeksius.

Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kekambuhan

penyakit, diare, kehilangan nafsu makan, kandidiasis oral.

12

Page 13: Makalah Askep Hiv Aids

Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan pembatasan fisik, hospitalisasi,

stigma sosial terhadap HIV.

2.7.3 Perencanaan

Sasaran bagi pasien HIV/ AIDS dengan diagnosa di atas mencakup pasien

mengalami risiko infeksi minimal, pasien tidak menyebarkan penyakit pada orang lain,

pasien mendapatkan nutrisi yang optimal, dan pasien berpartisipasi dalam kelompok

sebaya dan aktivitas keluarga.

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Anak dengan Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV)

Intervensi Keperawatan Rasional Hasil Yang Diharapkan

DIAGNOSA KEPERAWATAN: Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan

pertahanan tubuh, adanya organisme infeksius.

SASARAN: Pasien mengalami risiko infeksi minimal.

1. Gunakan teknik mencuci

tangan yang cermat.

2. Beri tahu pengunjung untuk

menggunakan teknik

mencuci tangan yang baik.

3. Batasi kontak dengan

individu yang mengalami

infeksi, termasuk keluarga,

anak lain, teman dan

anggota staf. Jelaskan

bahwa anak sangat rentan

terhadap infeksi.

4. Observasi asepsis medis

dengan tepat.

5. Dorong nutrisi yang baik

1. Meminimalkan

pemajanan pada

organisme infeksius.

2. Meminimalkan

pemajanan pada

organisme infeksius.

3. Mendorong kerja sama

dan pemahaman

4. Menurunkan risiko

infeksi.

5. Meningkatkan pertahanan

alamiah tubuh yang masih

ada.

6. Agar dapat diberikan

imunisasi yang tepat.

Anak tidak kontak

dengan individu

terinfeksi.

Anak dan keluarga

menjalankan praktik

kesehatan yang baik.

Anak tidak

menunjukkan bukti-

bukti infeksi.

13

Page 14: Makalah Askep Hiv Aids

dan istirahat yang cukup.

6. Jelaskan pada keluarga dan

anak yang lebih besar

tentang pentingnya

menghubungi profesional

kesehatan bila terpajan

penyakit masa kecil (mis.,

cacar air, gondongan).

7. Berikan imunisasi yang

tepat sesuai ketentuan.

8. Berikan antibiotik sesuai

ketentuan.

7. Mencegah infeksi khusus.

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Anak dengan Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV)

Intervensi Keperawatan Rasional Hasil Yang Diharapkan

DIAGNOSA KEPERAWATAN: Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan

pertahanan tubuh, adanya organisme infeksius.

SASARAN: Pasien tidak menyebarkan penyakit pada orang lain.

1. Implementasikan dan

lakukan Kewaspadaan

Universal, khususnya

isolasi bahan tubuh.

2. Instruksikan orang lain

(mis., keluarga, anggota

staf) untuk menggunakan

kewaspadaan yang tepat.

Jelaskan adanya kesalahan

konsep tentang penularan

virus.

1. Mencegah penyebaran

virus.

2. Hal ini merupakan

masalah yang sering

terjadi dan dapat

mempengaruhi

penggunaan kewaspadaan

yang tepat.

3. Mencegah penyebaran

infeksi.

Orang lain tidak

mendapatkan

penyakit tersebut.

14

Page 15: Makalah Askep Hiv Aids

3. Ajarkan metode

perlindungan anak yang

sakit.

4. Usahakan untuk mencegah

bayi dan semua anak kecil

agar tidak menempatkan

tangan dan objek pada area

terkontaminasi.

5. Kaji situasi rumah dan

implementasikan tindakan

perlindungan yang mungkin

dilakukan pada situasi

individu.

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Anak dengan Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV)

Intervensi Keperawatan Rasional Hasil Yang Diharapkan

DIAGNOSA KEPERAWATAN: Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan kekambuhan penyakit, diare, kehilangan nafsu makan, kandidiasis

oral.

SASARAN: Pasien mendapatkan nutrisi yang optimal.

1. Beri makanan dan kudapan

tinggi-kalori dan tinggi-

protein.

2. Beri makanan yang disukai

anak

3. Perkaya makanan dengan

suplemen nutrisi (mis., susu

bubuk atau suplemen yang

dijual bebas).

1. Memenuhi kebutuhan tubuh

untuk metabolisme dan

pertumbuhan.

2. Mendorong agar anak mau

makan.

3. Memaksimalkan kualitas

asupan makanan.

4. Intervensi nutrisi tambahan

dapat diimplementasikan

Anak

mengkonsumsi

jumlah nutrien yang

cukup (uraikan).

15

Page 16: Makalah Askep Hiv Aids

4. Pantau berat badan dan

pertumbuhan.

5. Kolaborasi dalam

pemberian obat anti jamur

sesuai instruksi.

bila pertumbuhan mulai

melambat atau berat badan

turun.

5. Mengobati kandidiasis oral.

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Anak dengan Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV)

Intervensi Keperawatan Rasional Hasil Yang Diharapkan

DIAGNOSA KEPERAWATAN: Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan

pembatasan fisik, hospitalisasi, stigma sosial terhadap HIV.

SASARAN: Pasien berpartisipasi dalam kelompok sebaya dan aktivitas keluarga.

1. Bantu anak dalam

mengidentifikasi kekuatan

pribadi.

2. Didik petugas sekolah dan

teman sekelas tentang HIV.

3. Dorong anak untuk

berpartisipasi dalam

aktivitas bersama anak-

anak dan keluarga yang

lain.

1. Memfasilitasi koping.

2. Anak tidak perlu diisolasi.

Anak dapat

berinteraksi dengan

orang lain.

2.7.4 Evaluasi

Evaluasi hasil yang diharapkan setelah dilakukan tindakan adalah sebagai berikut:

Anak tidak kontak dengan individu terinfeksi.

Anak dan keluarga menjalankan praktik kesehatan yang baik.

Anak tidak menunjukkan bukti-bukti infeksi.

Orang lain tidak mendapatkan penyakit tersebut.

16

Page 17: Makalah Askep Hiv Aids

Anak mengkonsumsi jumlah nutrien yang cukup.

Anak dapat berinteraksi dengan orang lain.

2.7.5 Perencanaan Pemulangan

1. Ajarkan kepada anak dan keluarga untuk menghubungi tim kesehatan bila terdapat

tanda-tanda atau gejala infeksi.

2. Ajarkan kepada anak dan keluarga untuk mengamati respon terhadap pengobatan dan

memberi tahu dokter tentang adanya reaksi yang merugikan.

3. Ajarkan kepada anak dan keluarga tentang penjadwalan pemeriksaan tindak lanjut.

Hasil yang diharapkan

1. Anak tidak menunjukan tanda-tanda atau gejala infeksi.

2. Anak dan keluarga menunjukan pemahaman tentang perawatan dirumah dan perlunya

pemeriksaan tindak lanjut.

3. Anak akan berpartisipasi dalam aktivitas bersama keluarga dan teman sebaya (Bezt,

Cecily Lynn. 2009).

17

Page 18: Makalah Askep Hiv Aids

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

HIV secara umum adalah virus yang hanya dapat menginfeksi manusia, memperbanyak diri

didalam sel manusia, sehingga menurunkan kekebalan manusia terhadap penyakit infeksi.

AIDS adalah sekumpulan tanda dan gejala penyakit akibat hilangnya atau menurunnya sistem

kekebalan tubuh seseorang yang didapat karena terinfeksi HIV. Penularan HIV dari ibu ke

anak yang biasa terjadi selama dalam kandungannya (antepartum),selama persalinan

(intrapartum),pada bayi baru lahir terpajan oleh cairan tubuh ibu yang terinfeksi (post partum)

dan pada bayi tertular melalui pemberian ASI. Menurut Cecily L Betz, anak-anak dengan

infeksi HIV yang didapat pada masa perinatal tampak normal pada saat lahir dan mulai timbul

gejala pada 2 tahun pertama kehidupan.

Sasaran bagi pasien HIV/ AIDS dengan mencakup pasien mengalami risiko infeksi minimal,

pasien tidak menyebarkan penyakit pada orang lain, pasien mendapatkan nutrisi yang optimal,

dan pasien berpartisipasi dalam kelompok sebaya dan aktivitas keluarga.

3.2 Saran

Karena sampai saat ini belum diketahui  vaksin atau obat yang efektif untuk pencegahan

atau penyembuhan AIDS, maka untuk menghindari infeksi HIV dan menekan penyebarannya,

cara yang utama adalah melakukan tindakan pencegahan melalui perubahan perilaku.

Kepada para pembaca khususnya perawat, diharapkan dengan adanya makalah ini dapat

melaksanakan tindakan yang tepat dan benar dalam memberikan asuhan keperawatan kepada

penderita HIV/ AIDS.

18

Page 19: Makalah Askep Hiv Aids

DAFTAR PUSTAKA

Bezt, Cecily Lynn. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC.

Doenges, Marilynn E. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC

DR. Nursalam, M.Nurs dan Ninuk Dian Kurniawati, S.Kep. Ns. 2007. Asuhan Keperawatan

pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS Edisi Pertama. Salemba Medika: Jakarta.

Lily, V.L. 2004. Transmisi HIV dari Ibu ke Anak. Majalah Kedokteran Indonesia. 54.

Martono, Lydia Harlina. 2008. Peran Orang Tua Dalam Mencegah Dan Menanggulangi

Penyalahgunaan Narkoba. Jakarta: Balai Pustaka

PELKESI. 1995. Pendekatan Perencanaan Program PMS dan AIDS di Masyarakat. Jakarta:

PELKESI

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medical-Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8

Vol. 3. Jakarta: EGC

Sudoyo, Aru W, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid III edisi IV. Jakarta:

Departemen Penyakit Dalam FKUI

Sujana, Arman. 2007. Kamus Lengkap Biologi. Jakarta: Mega Aksara

Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi 4. Jakarta: EGC

19