Top Banner

of 30

makalah agama aliran-aliran dalam islam.pdf

Jan 07, 2016

Download

Documents

ahmad luben
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • i http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id

    MAKALAH

    ALIRAN-ALIRAN DALAM AGAMA ISLAM

    http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id

    Disusun Oleh:

    Elha Ayu Alinda 071114005

    Erika Isnaini Maulida 071114016

    Muhammad Alhada Fuad 071114030

    Rafelita Nian Sari 071114019

    Yeni Meytasari 071114038

    DEPARTEMEN SOSIOLOGI

    FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

    UNIVERSITAS AIRLANGGA

    SURABAYA

    2014

  • ii http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kami panjatkan pada kehadirat Allah SWT yang telah

    memberikan rahmat, hidayah serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami

    berhasil menyelesaikantugas makalah Agama Islam II yang berjudul Aliran-

    aliran dalam Agama Islam tepat pada waktunya.

    Kami menyadari bahwa makalah yang kami selesaikan ini masih jauh

    dari kesempurnaan. Seperti halnya pepatah tak ada gading yang tak retak ,

    oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua kalangan yang

    bersifat membangun guna kesempurnaan makalah kami selanjutnya.

    Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

    berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Serta

    kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan.Amin!

    Surabaya, 18 Mei 2014

    PENYUSUN

  • iii http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL......................................................................................... i

    KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii

    DAFTAR ISI...................................................................................................... iii

    BAB I PENDAHULUAN

    1.Latar Belakang Masalah.................................................................... 1

    2.Rumusan Masalah.............................................................................. 4

    3.Tujuan................................................................................................. 5

    4. Manfaat .............................................................................................. 5

    BAB II PEMBAHASAN

    1.Prinsip-Prinsip Dasar Islam dalam Tataran Keilmuan dan

    Praktis............................................................................................... 6

    2.Proses Terjadinya Perbedaan Pendapar dalam Agama Islam ....... 13

    3. Ahlu Sunnah Wal Jamaah .............................................................. 15

    4. Studi Kasus Konflik Internal Umat Islam ......................................... 19

    BAB III PENUTUP

    1. Simpulan .............................................................. ............................. 25

    2. Saran .................................................................................................. 25

    REFERENSI ...................................................................................................... 27

  • 1 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1. Latar Belakang

    Dalam sejarah agama Islam telah tercatat adanya firqah-firqah (golongan) di

    lingkungan umat Islam, yang antara satu sama lain bertentangan pahamnya secara tajam yang

    sulit untuk diperdamaikan, apalagi untuk dipersatukan.Hal ini sudah menjadi fakta dalam

    sejarah yang tidak bisa dirubah lagi, dan sudah menjadi ilmu pengetahuan yang termaktub

    dalam kitab-kitab agama, terutama dalam kitab-kitab ushuluddin.Barang siapa yang membaca

    kitab-kitab ushuluddin akan menjumpai didalamnya perkataan-perkataan: Syiah, Khawarij,

    Qodariah, Jabariah, Sunny (Ahlussunnah Wal Jamaaah), Asy-Ariah, Maturidiah, dan lain-

    lain.

    Umat Islam, khususnya yang berpengetahuan agama tidak heran melihat membaca hal

    ini karena Nabi Muhammad SAW sudah juga mengabarkan pada masa hidup beliau.Abu

    Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda :

    Orang-orang Yahudi terpecah kedalam 71 atau 72 golongan, demikian juga orang-

    orang Nasrani, dan umatku akan terbagi kedalam 73 golongan. HR. At-Tirmidzi.

    Dari Auf bin Malik, dia berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda:"Yahudi telah

    berpecah menjadi 71 golongan, satu golongan di surga dan 70 golongan di neraka. Dan

    Nashara telah berpecah belah menjadi 72 golongan, 71 golongan di neraka dan satu di surga.

    Dan demi Allah yang jiwa Muhammad ada dalam tangan-Nya umatku ini pasti akan berpecah

    belah menjadi 73 golongan, satu golongan di surga dan 72 golongan di neraka." Lalu beliau

    ditanya: "Wahai Rasulullah siapakah mereka ?" Beliau menjawab: "Al Jamaah." HR Sunan

    Ibnu Majah.

    Munculnya fenomena aliran sesat tidak terlepas dari problem psikologis baik para

    tokoh pelopornya, pengikutnya serta masyarakat secara keseluruhan. Problem aliran sesat

    mengindikasikan adanya anomali nilai-nilai di masyarakat.

    Aliran sesat bukan fenomena baru, selain dia mengambarkan anomali, juga

    kemungkinan adanya deviasi sosial yaitu selalu ada komunitas yang abnormal. Baik ia berada

  • 2 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id

    dalam abnormalitas demografis, abnormalitas sosial, maupun abnormalitas psikologis.

    Sedangkan bentuk deviasi dapat bersifat individual, situasional dan sistemik (Kartono,

    2004:16). Abnormalitas perilaku seseorang tidak dapat diukur hanya dengan satu kriteria,

    karena bisa jadi seseorang berkategori normal dalam pengertian kepribadian tetapi abnormal

    dalam pengertian sosial dan moral. Demikian halnya dengan para penganut aliran sesat, akan

    diperoleh kriterium kategori yang tidak tegas. Salah satu yang paling mungkin untuk

    menyatakan kesesatan adalah defenisi atau batasan ketidaksesatan yang bersifat formalistik

    atau diakui sebagai batasan institusional.

    Aliran sesat didefinisikan sebagai aliran yang menyimpang dari mainstream

    masyarakat, namun batasan ini menjadi rancu karena kriteria kesesatan bersifat multikriteria.

    Oleh karena itu silang pendapat apakah suatu aliran sesat atau tidak merupakan masalah

    tersenidri yang tidak mudah.

    Aliran hanya dapat dinyatakan sebagai sesat apabila mengacu pada satu kumpulan

    kriteria yang dinyatakan secara apriori sebagai tidak sesat. Oleh karena itu ukuran

    sosiologis, politis dan psikologis hanya merupakan penjelas saja tentang kemungkinan-

    kemungkinan mengapa seseorang/kelompok menjadi bagian dari aliran sesat.

    Majelis Ulama Indonesia (MUI) menetapkan sepuluh kriteria suatu aliran dapat

    digolongkan tersesat. Namun, tidak semua orang dapat memberikan penilaian suatu aliran

    dinyatakan keluar dari nilai-nilai dasar Islam.Suatu paham atau aliran keagamaan dapat

    dinyatakan sesat bila memenuhi salah satu dari sepuluh kriteria,' kata Ketua Panitia Pengarah

    Rakernas MUI Tahun 2007, Yunahar Ilyas, di Jakarta, Selasa (6/11).Sekretaris MUI, Ichwan

    Sam, menambahkan, kriteria tersebut tidak dapat digunakan sembarang orang dalam

    menentukan suatu aliran itu sesat dan menyesatkan atau tidak. Ada mekanisme dan

    prosedur yang harus dilalui dan dikaji terlebih dahulu. Harus diingat tidak semudah itu

    mengeluarkan fatwa,' tegasnya. Pedoman MUI itu menyebutkan, sebelum suatu aliran atau

    kelompok dinyatakan sesat, terlebih dulu dilakukan penelitian. Data, informasi, bukti, dan

    saksi tentang paham, pemikiran, dan aktivitas kelompok atau aliran tersebut diteliti oleh

    Komisi Pengkajian. Selanjutnya, Komisi Pengkajian memanggil pimpinan aliran atau

    kelompok dan saksi ahli atas berbagai data, informasi, dan bukti yang didapat. Hasilnya

    kemudian disampaikan kepada Dewan Pimpinan. Bila dipandang perlu, Dewan Pimpinan

    dapat menugaskan Komisi Fatwa untuk membahas dan mengeluarkan fatwa. Di batang

    tubuh fatwa mengenai aliran sesat juga ada poin yang menyatakan akan menyerahkan segala

  • 3 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id

    sesuatunya kepada aparat hukum dan menyeru masyarakat jangan bertindak sendiri-sendiri,'

    jelas Ichwan.Wapres Jusuf Kalla, meminta seluruh komponen masyarakat, terutama para

    ulama dan tokoh agama, tidak lari menyikapi maraknya aliran sesat. Untuk menyikapi

    aliran sesat ini, kita tidak bisa menggunakan langkah- langkah kekerasan, seperti lempar-

    lemparan, bakar-bakaran, dan sebagainya. Polisi dan jaksa boleh mengambil tindakan formal,

    tetapi jika secara hati nurani tidak selesai. Kita harus introspeksi,' kata Kalla di hadapan

    peserta Rakernas MUI. Pemerintah, sambung Menag, Maftuh Basyuni, terus berupaya

    meyakinkan para penganut aliran sesat agar dapat kembali ke jalan yang benar. Upaya

    kekerasan atau anarkis dalam menyikapi aliran sesat, menurut Maftuh, tak akan

    menyelesaikan masalah.

    Malah akan menambah genting suasana. Toh sekarang sudah banyak tokoh aliran

    sesat yang ditangkap dan menyerahkan diri, tergantung aparat untuk menindaklanjutinya.'

    Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII), Adian Husaini, menyebut

    keluarnya putusan MUI sebagai sesuatu yang ditunggu-tunggu umat Islam. Dengan

    demikian, jelas apa saja kriteria aliran sesat itu,' kata Adian. Sepuluh kriteria yang ditetapkan

    MUI itu merupakan ajaran Islam yang mendasar. Ini penekanannya lebih untuk umat

    sendiri.'

    Sepuluh Kriteria Aliran Sesat:

    1. Mengingkari rukun iman dan rukun Islam

    2. Meyakini dan atau mengikuti akidah yang tidak sesuai dalil syar`i (Alquran dan as-

    sunah),

    3. Meyakini turunnya wahyu setelah Alquran

    4. Mengingkari otentisitas dan atau kebenaran isi Alquran

    5. Melakukan penafsiran Alquran yang tidak berdasarkan kaidah tafsir

    6. Mengingkari kedudukan hadis Nabi sebagai sumber ajaran Islam

    7. Melecehkan dan atau merendahkan para nabi dan rasul

    8. Mengingkari Nabi Muhammad SAW sebagai nabi dan rasul terakhir

    9. Mengubah pokok-pokok ibadah yang telah ditetapkan syariah

    10. Mengkafirkan sesama Muslim tanpa dalil syari

    Sesungguhnya ikhtilaf (perbedaan pendapat) adalah sunatullah namun Ikhtilaf yang

    membawa iftiraq (perpecahan) itulah yang dicela oleh Allah SWT. Sebab timbulnya iftiraq

  • 4 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id

    pada mulanya terjadi karena sebab yang sepele. Namun karena pelakunya mengedepankan

    hawa nafsu maka hal sepele menjadi besar dan berakibat pada perselisihan dan perpecahan.

    Secara garis besar di antara sebab munculnya Al Firaq Al Islamiyah (seperti : Khawarij,

    Syi'ah, Mu'tazilah, Murji'ah, dll.) adalah:

    1. Ghuluw (berlebih- lebihan dalam bersikap), contoh : Khawarij berangkat dari

    pemahaman yang berlebihan terhadap ayat-ayat wa'id (ancaman) sehingga mereka

    mengkafirkan kaum Muslimin yang melakukan dosa besar. Sedang Syi'ah muncul

    karena sikap yang berlebihan dalam mencintai sebagian sahabat Rasul yaitu Ali ra dan

    para Ahlul Bait.

    2. Membantah bid'ah dengan bid'ah yang semisal, contoh : Murji'ah ingin mencounter

    Khawarij yang berlebih- lebihan dalam menghukumi pelaku dosa besar namun

    akhirnya mereka terjerumus pada bid'ah baru yaitu menganggap pelaku dosa besar

    sebagai mukmin dengan keimanan yang sempurna.

    3. Pengaruh dari luar Islam, contoh : Syi'ah, karena muassis (gembong)nya adalah

    Yahudi yaitu Abdulah bin Saba'. Begitu juga Qodariyah, pencetusnya adalah seorang

    Nashrani, Jahmiyyah pencetusnya Yahudi.

    4. Mengedepankan akal.

    5. Filsafat Yunani, contoh : Mu'tazilah banyak dipengaruhi oleh filsafat Yunani.

    Selain itu ada yang disebabkan oleh :

    1. Ulama yang beraqidah menyimpang,

    2. Kebodohan kaum Muslimin.

    3. Tidak memiliki standar pemahaman yang benar.

    4. Ikhtilaf yang didasari hawa nafsu.

    5. Rasa Ashabiyah (fanatisme golongan).

    6. Hasad (dengki)

    7. Kecenderungan menyuburkan bid'ah dan hawa nafsu.

    8. Menuhankan akal dan menomorduakan naql (dalil).

    9. Pengaruh eksternal.

    2. Rumusan Masalah:

    1. Bagaimanakah prinsip-prinsip dasar Islam dalam tataran keilmuan dan praktis?

    2. Bagaimanakah proses terjadinya perbedaan pendapat dalam Islam?

  • 5 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id

    3. Apakah yang dimaksud dengan Ahlu Sunnah Wal Jamaah?

    4. Bagaimanakah konflik internal yang terjadi pada umat Islam (Studi Kasus)?

    3. Tujuan

    1. Untuk mengetahui prinsip-prinsip dasar Islam dalam tataran keilmuan dan praktis

    2. Untuk mengetahui proses terjadinya perbedaan pendapat dalam Islam

    3. Untuk mengetahui penjelasan mengenai Sunnah Wal Jamaah

    4. Untuk mengetahuikasus nyata konflik internal dalam pada umat islam karena

    perbedaan pendapat (perbedaan aliran)

    4. Manfaat

    Apa yang dibahas dalam makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa

    pengetahuan mengenai prinsip-prinsip dasar Islam dalam tataran ilmu pengetahuan dan

    praktis. Bagi mahasiswa yang kelak terjun ke masyarakat diharapkan setelah membaca

    makalah ini dapat memberikan pengetahuan (pencerahan) tentang prinsip-prinsip dasar Islam

    dalam tataran keilmuan dan praktis. Kedepan mahasiswa diharapkan lebih kritis setelah

    membaca makalah ini terutama dalam menyikapi berbagai aliran yang muncul dalam Islam

    sehingga tidak terjebak pada perilaku yang bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar Islam.

  • 6 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id

    BAB II

    PEMBAHASAN

    1. Prinsip-Prinsip Dasar Islam dalam Tataran Keilmuan dan Praktis

    a. Prinsip Dasar Islam (dari tataran keilmuan)

    Islam sebagai agama islam yang diturunkan untuk manusia, yang didalamnya

    terdapat pedoman serta aturan yang menuntun manusia membawa kebahagiaan di dunia

    dan di akhirat. Serta dalam agama islam terdapat tiga sendi utama dalam agama islam

    dilihat dari tataran sisi keilmuan, yaitu iman, islam dan ihsan.

    HAKIKATIMAN

    Iman yaitu: berasal dari kata bahasa Arab yang berarti kepercayaan atau pengakuan,

    maka yang dinamakan iman adalah kepercayaan yang meresap dalam hati, dengan penuh

    keyakinan kuat, serta tidak tercampur keraguan apapun dan memberikan pengaruh kepada

    pandangan hidup, tingkah laku dan perbuatan hidup sehari-hari. Iman adalah keyakinan yang

    menghujam dalam hati, kokoh penuh keyakinan tanpa dicampuri keraguan sedikitpun.

    Sedangkan keimanan dalam Islam itu sendiri adalah percaya kepada Alloh, malaikat-

    malaikatNya, kitab-kitabNya, Rosul-rosulNya, hari akhir dan berIman kepada takdir baik dan

    buruk. Iman mencakup perbuatan, ucapan hati dan lisan, amal hati dan amal lisan serta amal

    anggota tubuh. Iman bertambah dengan ketaatan dan berkurang karena kemaksiatan.

    Kedudukan Iman lebih tinggi dari pada Islam, Iman memiliki cakupan yang lebih

    umum dari pada cakupan Islam, karena ia mencakup Islam, maka seorang hamba tidaklah

    mencapai keImanan kecuali jika seorang hamba telah mamapu mewujudka keislamannya.

    Iman juga lebih khusus dipandang dari segi pelakunya, karena pelaku keimanan adalah

    kelompok dari pelaku keIslaman dan tidak semua pelaku keIslaman menjadi pelaku

    keImanan, jelaslah setiap mukmin adalah muslim dan tidak setiap muslim adalah mukmin.

    Keimanan tidak terpisah dari amal, karena amal merupakan buah keImanan dan salah satu

    indikasi yang terlihat oleh manusia. Karena itu Alloh menyebut Iman dan amal soleh secara

    beriringan dalam Quran surat Al Anfal ayat 2-4 yang artinya:

    Allah Subhannahu wa Taala berfirman: Sesungguhnya orang-orang yang beriman

    itu adalah mereka yang jika disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila

  • 7 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id

    dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada

    Tuhanlah mereka bertawakkal, (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang

    menafkahkan sebagian dari rizki yang kami berikan kepada me-reka. Itulah orang-orang yang

    beriman dengan sebenar-benar-nya. (Al-Anfal: 2-4).Keimanan. memiliki satu ciri yang

    sangat khas, yaitu dinamis. Yang mayoritas ulama memandang keImanan beriringan dengan

    amal soleh, sehinga mereka menganggap keImanan akan bertambah dengan bertambahnya

    amal soleh. Akan tetapi ada sebagaian ulama yang melihat Iman berdasarkan sudut pandang

    bahwa ia merupakan aqidah yang tidak menerima pemilahan (dikotomi). Maka seseorang

    hanya memiliki dua kemungkinan saja: mukmin atau kafir, tidak ada kedudukan lain diantara

    keduanya. Karena itu mereka berpendapat Iman tidak bertambah dan tidak berkurang.

    Iman adakalanya bertambah dan adakalanya berkurang, maka perlu diketahui kriteria

    bertambahnya Iman hingga sempurnanya Iman, yaitu:

    1. Diyakini dalam hati

    2. Diucapkan dengan lisan

    3. Diamalkan dengan anggota tubuh.

    Sedangkan dalam Islam sendiri jika membahas mengenai Iman tidak akan terlepas dari

    adanya rukun Iman yang enam, yaitu:

    1. Iman kepada Alloh

    2. Iman kepada malaikatNya

    3. Iman kepada kitabNya

    4. Iman kepada rosulNya

    5. Iman kepada Qodho dan Qodar

    6. Iman kepada hari akhir

    Demikianlah kriteria amalan hati dari pribadi yang berIman, yang jika telah tertanam

    dalam hati seorang mukmin enam keImanan itu maka akan secara otomatis tercermin dalam

    prilakunya sehari-hari yang sinergi dengan kriteria keImanan terhadap enam poin di atas.

    Jika Iman adalah suatu keadaan yang bersifat d inamis, maka sesekali didapati

    kelemahan Iman, maka yang harus kita lakukan adalah memperkuat segala lini dari hal-hal

    yang dapat memperkuat Iman kembali. Hal-hal yang dapat dilakukan bisa kita mulai dengan

    memperkuat aqidah, serta ibadah kita karena Iman bertambah karena taat dan berkurang

  • 8 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id

    karena maksiat.Ketika Iman telah mencapai taraf yang diinginkan maka akan dirasakan oleh

    pemiliknya suatu manisnya Iman, sebagaImana hadits Nabi Muhammad saw. yang artinya:

    Tiga perkara yang apabila terdapat dalam diri seseorang, maka ia akan merasakan

    manisnya Iman: Menjadikan Alloh dan RosulNya lebih dicintainya melebihi dari selain

    keduanya, mencintai seseorang yang tidak dicintainya melainkan karena Alloh, membenci

    dirinya kembali kepada kekufuran sebagaImana bencinya ia kembali dilemparkan ke dalam

    api neraka. (HR.Bukhori Muslim).

    HAKIKAT ISLAM

    Islam bersal dari kata, as-salamu, as-salmu, danas-silmu yang berarti: menyerahkan

    diri, pasrah, tunduk, dan patuh. Berasal dari kata as-silmu atau as-salmu yang berarti damai

    dan aman. Berasal dari kata as-salmu, as-salamu, dan as-salamatu yang berarti bersih dan

    selamat dari kecacatan-kecacatan lahir dan batin.

    Pengertian Islam menurut istilah yaitu, sikap penyerahan diri (kepasrahan,

    ketundukan, kepatuhan) seorang hamba kepada Tuhannya dengan senantiasa melaksanakan

    perintahNya dan menjauhi laranganNya, demi mencapai kedamaian dan keselamatan hidup,

    di dunia maupun di akhirat.

    Islam itu memiliki delapan saham; Islam itu sendiri merupakan saham, shalat juga

    termasuk saham, zakat adalah saham, shaum adalah saham, Haji termasuk saham,

    amar ma'ruf termasuk saham, nahi munkar termasuk saham, berjihad termasuk saham,

    maka celakalah orang yangn tidak memiliki saham itu. (HR. Al Bazzar)

    Siapa saja yang menyerahkan diri sepenuhnya hanya kepada Alloh, maka ia seorang

    muslim, dan barang siapa yang menyerahkan diri kepada Alloh dan selain Alloh maka ia

    seorang musyrik, sedangkan seorang yang tidak menyerahkan diri kepada Alloh maka ia

    seorang kafir yang sombong.Dalam pengertian kebahasan ini, kata Islam dekat dengan arti

    kata agama. Senada dengan hal itu Nurkholis Madjid berpendapat bahwa sikap pasrah kepada

    Tuhan adalah merupakan hakikat dari pengertian Islam. Dari pengertian itu, seolah Nurkholis

    Madjid ingin mengajak kita memahami Islam dari sisi manusia sebagai yang sejak dalam

    kandungan sudah menyatakan kepatuhan dan ketundukan kepada Tuhan, sebagaImana yang

    telah diisyaratkan dalam surat al-Arof ayat 172 yang artinya:

  • 9 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id

    Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka

    dan Allah mengambil kesaksian terhadapjiwa mereka (seraya berfirman): Bukankah Aku

    Ini Tuhanmu? mereka menjawab Betul (Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi. (Kami

    lakukanyang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: Sesungguhnya

    kami (Bani Adam) adalah orang-orang yanglengah terhadap Ini (keesaan Tuhan)

    Berkaitan dengan Islam sebagai agama, maka tidak dapat terlepas dari adanya unsur-

    unsur pembentuknya yaitu berupa rukun Islam, yaitu:

    1. Membaca dua kalimat Syahadat

    2. Mendirikan sholat lima waktu

    3. Menunaikan zakat

    4. Puasa Romadhon

    5. Haji ke Baitulloh jika mampu.

    HAKIKAT IHSAN

    Ihsan berarti berbuat baik. Orang yang berbuat Ihsan disebut muhsin berarti orang

    yang berbuat baik.setiap perbuatan yang baik yang nampak pada sikap jiwa dan prilaku yang

    sesuai atau dilandaskan pada aqidah dan syariat Islam disebit Ihsan. Dengan demikian akhlak

    dan Ihsan adalah dua pranata yang berada pada suatu sistem yang lebih besar yang disebut

    akhlaqul karimah.

    Adapun dalil mengenai Ihsan dari hadits adalah potongan hadits Jibril yang sangat

    terkenal (dan panjang), seperti yang diriwayatkan oleh Umar bin Khattab, ketika nabi ditanya

    mengenai Ihsan oleh malaikat Jibril dan nabi menjawab:

    Hendaklah engkau beribadah kepada Alloh seolah-olah engkau melihatNya. Tapi jika

    engkau tidak melihatNya, maka sesungguhnya Alloh melihatmu..

    Hadits tersebut menunjukan bahwa untuk melakukan Ihsan, sebagai rumusnya adalah

    memposisikan diri saat beribadah kepada Alloh seakan-akan kita bisa melihatNya, atau jika

  • 10 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id

    belum bisa memposisikan seperti itu maka posisikanlah bahwa kita selalu dilihat olehNya

    sehingga akan muncul kesadaran dalam diri untuk tidak melakukan tindakan selain berbuat

    Ihsan atau berbuat baik

    Hadis Rosulullah tentang Iman, islam dan ihsan:

    Artinya:

    Umar bin Khaththab Radhiyallahu anhu berkata: Suatu ketika, kami (para sahabat) duduk di

    dekat Rasululah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Tiba-tiba muncul kepada kami seorang lelaki

    mengenakan pakaian nan sangat putih & rambutnya amat hitam. Tak terlihat padanya tanda-

    tanda bekas perjalanan, & tak ada seorang pun di antara kami nan mengenalnya. Ia segera

    duduk di hadapan Nabi, lalu lututnya disandarkan kepada lutut Nabi & meletakkan kedua

    tangannya di atas kedua paha Nabi, kemudian ia berkata: Hai, Muhammad Beritahukan

    kepadaku tentang Islam. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab,Islam adalah,

    engkau bersaksi tak ada yang berhak diibadahi dengan benar melainkan hanya Allah, &

    sesungguhnya Muhammad adalah Rasul Allah; menegakkan shalat; menunaikan zakat;

    berpuasa di bulan Ramadhan, & engkau menunaikan haji ke Baitullah, jika engkau telah

    mampu melakukannya, lelaki itu berkata,Engkau benar, maka kami heran, dan ia bertanya

    dan ia pula membenarkannya. Kemudian ia bertanya lagi: Beritahukan kepadaku tentang

    Iman. Nabi menjawab,Iman adalah, engkau beriman kepada Allah; malaikatNya; kitab-

    kitabNya; para RasulNya; hari Akhir, & beriman kepada takdir Allah nan baik & nan buruk,

    ia berkata, Engkau benar. Dia bertanya lagi: Beritahukan kepadaku tentang ihsan. Nabi

    Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, Hendaklah engkau beribadah kepada Allah seakan-

    akan engkau melihatNya. Kalaupun engkau tak melihatNya, sesungguhnya Dia melihatmu.

  • 11 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id

    Lelaki itu berkata lagi: Beritahukan kepadaku kapan terjadi Kiamat? Nabi

    menjawab,Yang ditanya tidaklah lebih tahu daripada nan bertanya. Dia pun bertanya lagi:

    Beritahukan kepadaku tentang tanda-tandanya Nabi menjawab,Jika seorang budak wanita

    telah melahirkan tuannya; jika engkau melihat orang nan bertelanjang kaki, tanpa memakai

    baju (miskin papa) serta pengembala kambing telah saling berlomba dlm mendirikan

    bangunan megah nan menjulang tinggi. Kemudian lelaki tersebut segera pergi. Aku pun

    terdiam, sehingga Nabi bertanya kepadaku: Wahai, Umar Tahukah engkau, siapa nan

    bertanya tadi? Aku menjawab,Allah & RasulNya lebih mengetahui, Beliau bersabda,Dia

    adalah Jibril nan mengajarkan kalian tentang agama kalian. [HR Muslim, no. 8]

    Menurut pemikiran KH Ahmad Siddiq dari sisi keilmuan ketiganya (iman, islam dan

    ihsan) merupakan suatu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan sehingga menjadi bagian ilmu

    tersendiri. Bagian-bagian itu mereka elaborasi sehingga menjadi bagian ilmu tersendiri,

    seperti halnya perhatian terhadap iman memunculkan ilmu tauhid atau ilmu kalam, perhatian

    pada ilmu islam menghadirkan ilmu fiqih atau ilmu hukum islam danperhatian pada dimensi

    ihsan melahirkan ilmu taawuf dan ilmu akhlak.

    b. Sistematika Agama Islam (dari tataran praktis)

    Dalam tataran pengalaman kehidupan beragama, meskipun iman, islam, da ihsan telah

    menjadi ilmu tersendiri, keytiganya tetap dilakukan bersamaan tanpa melakukan perbedaan.

    Oleh karena itu, jika dilihat dari segi tataran praktis, sistematika agama islam ada lah sebagai

    berikut:

    SISTEMATIKA AGAMA ISLAM

    AQIDAH Keimanan Iman kepada Allah, Iman kepada Malaikat,

    Iman kepada Kitab, Iman kepada Rosul, Iman

    kepada Hari Akhir, Iman kepada Qodar

    SYARIAH Ibadah Khusus

    (mahdhah)

    Syahadat, Sholat, Zakat, Puasa, Haji

    Ibadah umum

    (ghoir mahdhoh)

    Sistem Keluarga, Sistem Ekonomi, Sistem

    Politik, Sistem Pembagian Waris, Hukum

    Perdata dan Pidana, Pengembangan IPTEK dan

    seni, Sistem Kebudayaan, Kerja sama antar

  • 12 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id

    Umat Beragama.

    AKHLAK Terhadap Allah Cinta atau Mahabbah, Takut atau Al-Khouf

    Terhadap

    Makhluk

    Ssesama manusia dan selain manusia

    Tiga dasar dalam ajaran islam tersebut (akidah, syariat, akhlak) merupakan suatu

    kesatuan yang tidak bisa dipisahkan antara yang satu dengan yang lain. Sebagaimana Allah

    memberikan perumpamaan dalam QS Ibrohim ayat 24-25:

    Artinya: Tidakkah kamu memperhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan

    kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya kuat dan cabangnya (menjulang) ke

    langit, (24)

    Artinya: (pohon) itu menghasilkan buahnya pada setiap waktu dengan seizin Tuhannya. Dan

    Allah membuat perumpamaan itu untuk manusia agar mereka selalu ingat. (25)

    Kedua ayat tersebut memberikan sebuah analogi bahwa ajaran agama islam bagaiakan

    sebuah pohon yang baik, tumbuh subur menjulang tinggi dan buahnya sangat lebat. Akar

    merupakan inti dari sebatang pohon yang menopang tegak dan berdirinya pohon tersebut,

    bahkan akar akan menentukan baik dan tidaknya pohon itu. Jadi, akar itu baik dan kukuh

    maka pohon itu akan tumbuh subur, cabangnya akan kuat dan rindang serta mengeluarkan

    buah yang lebat. Demikian juga dalam ajaan agama islam, akidah bagaikan akar yang

    merupakan hal yang pokok yang menopang segenap perilaku seorang muslim dan

    menentukan kemuslimannya. Jika aqidah dan syariat yang terwujud dengan baik, akan lahir

    pula tindakan-tindakan nyata yang berupa amal sholeh sebagai perwujudan dari akhlak

    bagaiakan buah yang keluar dari cabang-cabang pohon yang rindang. Perumpamaan ersebut

    bagaikan menunjjukkan makna bahwa kualitas amal sholeh yang dilakukan oleh seeorang

    merupakan cermin kualitas iman dan islam seseorang. Sebaliknya iman dan islam seseorang

    bisa diukur dari kualitas sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari.

    2.Perbedaan Pendapat antar Kelompok Beda Aliran dalam Agama Islam

  • 13 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id

    Dalam memahami sebuah agama kerap kali ditemukan pemahaman yang berbeda

    beda antar individu satu dengan lainnya. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan dalam

    perolehan khasanah ilmu pengetahuan tentang agama. Begitu juga ketika jaman Rassulullah

    Saw. Tiap kali terdapat perbedaan pendapat terhadap pelaksanaan ibadah keagamaan di

    antara sahabat atau pengikut nabi maka langsung diselesaikan dengan keputusan akhir dari

    Nabi Muhammad Saw.

    Perpecahan dalam tubuh umat Islam sudah mulai terjadi beberapa waktu setelah

    Rasulullah wafat, dimulai dengan terjadinya perang jamal antara pengikut Ali dan Siti Aisah

    istri Rasulullah, pembunuhan terhadap kalifah Umar bin Khatab, Ustman dan Ali. Perang

    Siifin antara Khalifah Ali bin Abi Thalib dan Umayyah Gubernur Damaskus yang

    memberontak terhadap Ali dan terus sampai sekarang. Didalam lingkungan pemeluk Islam

    terus terjadi saling hujat, serang, bunuh demi mempertahankan atau memaksakan pendapat

    dan keyakinnya pada kelompok atau orang lain.

    Kelompok-kelompok keagamaan yang berpengaruh kuat ketika massa itu ,antara lain :

    1. Syiah dan Khawarij : Kelompok yang menutup diri dari golongan mayoritas kaum

    muslimin

    2. Mutazilah : Kelompok yang memaksakan ajarannya kepada orang lain secara keras

    dan apabila orang lain tidak sepaham akan dituduh musyrik. Kelompok ini

    menganggap bahwa semua musuhnya yang tidak sependapat dengan panutan

    kelompoknya dianggap sesat dan menyimpang dari ajaran Islam. Sikap Mutazilah ini

    menunjukkan adanya arogansi dengan menggunakan kekuatan politik negara yang

    bersifat represif. Bahkan jika saat ini ada sekelompok orang muslim yang

    menyampaikan pendapat berbeda dengan kelompok Mutazilaj maka dianggap sesat

    dan harus dipaksakan untuk ikut sependapat dengan cara melalui paksaan kekuatan

    kekuasaan negara.

    3. Ahlu Sunnah Wal Jamaah : Islam yang murni sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi

    Muhammad Saw. Dan sesuai dengan apa yang telah digariskan serta diamalkan oleh

    sahabat Nabi.

  • 14 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id

    Perpecahan akibat perbedaan pendapat tersebut membuat kekacauan di berbagai

    golongan yang menganut agama islam . Untuk memperkuatkan usaha persatuan tersebut,

    maka seluruh umat Islam diseru agar menjadikan Rasul s.a.w sebagai satu rujukan yang

    unggul. Kerana Rasul s.a.w sudah wafat, maka sunnah beliaulah yang mesti dijadikan

    sebagai rujukan. Abdul Malik mendapat sokongan dari masyarakat Islam. Di antara tokoh

    kelompok Moderat yang masih hidup dan menyokong Abdul Malik adalah Ibnu Umar (wafat

    th. 74 H). Umat Islam yang menyokong persatuan ini disebut Ahlu Al-Jama'ah Wa al-

    Sunnah, kemudian ada proses pembalikan sering dibaca oleh sebahagian kaum muslimin

    sehingga menjadi Ahlus-Sunnah Wal-Jamaah.

    Jadi, baik konsep tarbi' yang sampai hari ini sering dibaca oleh sebahagian kaum

    muslimin --demikian juga dengan mendo'akan pemimpin yang berkuasa-- pada khutbah-

    khutbah Jumaat, mahupun istilah Ahlus Sunnah Wal Jamaah, sebenarnya lahir dari proses

    sejarah yang bertujuan untuk mempersatukan umat yang sudah berpecah belah. Oleh kerana

    itu, sering kita terjumpa bahawa kelompok Ahlus Sunnah Wal Jamaah sentiasa berusaha

    untuk mempertemukan aliran pemikiran berbagai kelompok yang saling bertentangan.

    Tetapi usaha untuk mempersatukan umat itu tidaklah berhasil sebagaimana yang

    diharapkan, persaingan antara kelompok tetap juga berjalan. Kelompok Syiah, misalnya,

    tetap tidak dapat bergabung dalam persatuan itu; sebab menurut keyakinan mereka hak untuk

    memegang jawatan khalifah hanyalah untuk Ali dan keturunannya. Kerana jamaah tadi

    merupakan inisiatif dari kelompok Umawi yang sememangnya adalah musuh politik mereka,

    itulah sebabnya kelompok Syiah sampai hari ini tetap tidak bersimpati kepada kaum

    Muslimin dari golongan Ahlussunnah Wal-Jamaah. Mereka menganggap Ahlussunnah Wal-

    Jamaah hanyalah penyokong dan merupakan tali barut dari kelompok Umawi. Tanpaknya

    dendam kelompok syi'ah terhadap kelompok umawi tidak kesampaian, kerana mereka sudah

    punah ditelan zaman; jadi golongan Ahlus-Sunnah Wal- jama'ahlah yang menerima padahnya.

    Masalah politik telah menyebabkan umat Islam berpecah-belah dalam berbagai

    kelompok dan puak-puak. Perpecahan politik juga terpengaruh kepada perselisihan di dalam

    bidang Akidah, Syariah, dan tidak ketinggalan juga kepada perkembangan Hadith, Tafsir,

    Tasawuf, dan sebagainya. Sejauh mana pengaruhnya terhadap bidang-bidang tersebut akan

    kita bahas pada kesempatan lain. Tetapi sebelum menutup tulisan ini, saya ingin menegaskan

    bahwa perpecahan politik umat Islam di Malaysia ini, sehingga sebahagian menghina yang

  • 15 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id

    lain di mimbar-mimbar bahkan ada yang mengkafirkan sesama Muslim, sebenarnya hanyalah

    proses pengulangan sejarah yang tidak perlu dilakukan.

    Umat Islam di negara ini perlu menyedari bahwa pertengkaran itu hina. Perbedaan

    organisasi politik dan keagamaan hendaklah tidak dijadikan untuk saling menghina dan

    memusuhi, tetapi dimanfaatkan sebagai sarana untuk berlumba- lumba bagi membuat

    kebajikan demi kemajuan umat dan negara (Q.S.2:148). Apa yang akan dilihat oleh Allah swt

    bukanlah organisasi yang kita miliki, tetapi adalah aktiviti (amal) yang kita lakukan

    (Q.S.9:105). Rasul bersabda: Sebaik-baik manusia adalah orang yang memberi manfaat bagi

    orang lain. Tentangan yang akan dihadapi di masa hadapan sangatlah berat. Kerana itu

    persatuan dan kerjasama (amal jamai) perlu diwujudkan. Persatuan yang dimaksudkan tidak

    bererti membubarkan organisasi-organisasi yang sudah ada, tetapi mesti ada perancangan

    bersama yang akan dilakukan oleh semua pihak dan setiap kelompok berusaha

    mewujudkannya untuk kemajuan umat. Oleh kerana itu perlu ada dialog (musyawarah) antara

    golongan untuk membicarakan agenda bersama demi terciptanya persatuan dan kesatuan

    yang kokoh sesama umat beragama Islam , tanpa harus memperuncing perdebatan dan

    perpecahan yang terjadi akibat dari keegoisan dan keangkuhan dari masing masing kelompok

    keagamaan .

    3. Ahlu Sunnah Wal Jamaah

    Sebagai reaksi dari firqah yang sesat, maka pada akhir abad ke 3 H timbullah

    golongan yang dikenali sebagai Ahlu sunnah wal Jamaah yang dipimpin oleh 2 orang ulama

    besar dalam Usuluddin yaitu Syeikh Abu Hassan Ali Al Asyari dan Syeikh Abu Mansur Al

    Maturidi. Perkataan Ahlussunnah wal Jamaah kadang-kadang disebut sebagai Ahlussunnah

    saja atau Sunni saja dan kadang-kadang disebut Asyari atau Asyairah dikaitkan dengan

    ulama besarnya yang pertama yaitu Abu Hassan Ali Asyari.

    Aliran Al-Maturidiyah adalah sebuh aliran yang tidak jauh berbeda dengan aliran

    al-Asy'ariyah. Keduanya lahir sebagai bentuk pembelaan terhadap sunnah. Bila aliran al-

    Asy'ariyah berkembang di Basrah maka aliran al-Maturidiyah berkembang di Samargand.

    Kota tempat aliran ini lahir merupakan salah satu kawasan peradaban yang

    maju. menjadi pusat perkembangan Mu'tazilah disamping ditemukannya aliran

    Mujassimah. Qaramithah dan Jahmiyah, Menurut Adam Metz. juga terdapat pengikut

  • 16 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id

    Majusi, Yahudi dan Nasrani dalam jumlah yang besar. Al-Maturidi saat itu terlihat dalam

    banyak pertentangan dan dialog setelah melihat kenyataan berkurangnya pembelaan

    terhadap sunnah. Hal ini dapat dipahami karena teologi mayoritas saat itu adalah

    aliran Mu'tazilah yang banyak menyerang golongan ahli fiqih dan ahli hadits.

    Diperkuat lagi dengan unsur terokratis penguasa.

    Asy'ari maupun Maturidi bukan tidak paham terhadap mazhab Mu'tazilah. Bahkan

    al-Asy'ary pada awalnya adalah seorang Mu'taziliy namun terdorong oleh keinginan

    mempertahankan sunnah maka lahirlah ajaran mereka hingga kemudian keduanya diberi

    gelar imam ahlussunnah wal jama'ah.Sepintas kita mungkin menyimpulkan bahwa

    keduanya pernah bertemu, namun hal ini membutuhkan analisa. Pada masa itu, banyak sekali

    ulama Muktazilah mengajar di Basrah, Kufah dan Baghdad. Ada 3 orang Khalifah Abbasiyah

    yaitu Malmun bin Harun Ar Rasyid, Al Muktasim dan Al Watsiq adalah khalifah-khalifah

    penganut fahaman Muktazilah atau sekurang-kurangnya penyokong utama daripada golongan

    Muktazilah.

    Dalam sejarah dinyatakan bahwa pada zaman itu terjadilah apa yang dinamakan

    fitnah Al-Quran Makhluk yang mengorbankan beribu-ribu ulama yang tidak sefahaman

    dengan kaum Muktazilah. Pada masa Abu Hassan Al Asyari muda remaja, ulama-ulama

    Muktazilah sangat banyak di Basrah, Kufah dan Baghdad. Masa itu zaman gilang gemilang

    bagi mereka, karena fahamannya disokong oleh pemerintah.

    Pengertian Ahlu Sunnah Wal Jamaah

    Ditinjau dari ilmu bahasa (lughot/etimologi), Ahlussunah Wal Jamaah berasal dari

    kata-kata:

    a. Ahl (Ahlun), berarti golongan atau pengikut

    b. Assunnah berarti tabiat, perilaku, jalan hidup, perbuatan yang mencakupucapan,

    tindakan, dan ketetapan Rasulullah SAW.

    c. Wa, huruf athf yang berarti dan atau serta

    d. Al jamaah berarti jamaah, yakni jamaah para sahabat Rasul Saw. Maksudnya ialah

    perilaku atau jalan hidup para sahabat.

    Secara etimologis, istilah Ahlu Sunnah Wal Jamaah berarti golongan yang

    senantiasa mengikuti jejak hidup Rasulallah Saw. dan jalan hidup para sahabatnya. Atau,

    golongan yang berpegang teguh pada sunnah Rasul dan Sunnah para sahabat, lebih khusus

  • 17 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id

    lagi, sahabat yang empat, yaitu Abu Bakar As-Siddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan,

    dan Ali bin Abi Thalib.

    Ahlu Sunnah adalah mereka yang mengikuti sunnah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam

    dan sunnah shahabatnya radhiyallahu 'anhum. Al-Imam Ibnul Jauzi menyatakan tidak

    diragukan bahwa Ahli Naqli dan Atsar pengikut atsar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam

    dan atsar para shahabatnya, mereka itu Ahlus Sunnah.

    Kata "Ahlu Sunnah" mempunyai dua makna. Pertama, mengikuti sunah-sunah dan

    atsar-atsar yang datangnya dari Rasulullah shallallu 'alaihi wa sallam dan para shahabat

    radhiyallahu 'anhum, menekuninya, memisahkan yang shahih dari yang cacat dan

    melaksanakan apa yang diwajibkan dari perkataan dan perbuatan dalam masalah aqidah dan

    ahkam.

    Kedua, lebih khusus dari makna pertama, yaitu yang dijelaskan oleh sebagian ulama

    di mana mereka menamakan kitab mereka dengan nama As-Sunnah, seperti Abu Ashim, Al-

    Imam Ahmad bin Hanbal, Al-Imam Abdullah bin Ahmad bin Hanbal, Al-Khalal dan lain-

    lain. Mereka maksudkan (As-Sunnah) itu i'tiqad shahih yang ditetapkan dengan nash dan

    ijma'.

    Kedua makna itu menjelaskan kepada kita bahwa madzhab Ahlu Sunnah itu

    kelanjutan dari apa yang pernah dilakukan Rasulullah shallallahu 'alaih wa sallam dan para

    shahabat radhiyallahu 'anhum. Adapun penamaan Ahlus Sunnah adalah sesudah terjadinya

    fitnah ketika awal munculnya firqah-firqah.

    Terdapat dua konflik ekstrim yang telah membawa perpecahan keras dan berdarah-

    darah dalam sejarah umat islam. Ketika muncul pertentangan antara Syiah dan

    Mutazilah,dua kelompok moderat Ahlu Sunnah Waljamaah yaitu Asyariyah dan

    Maturidiyah berusaha menkompromikan keduanya.

    1. Asyariyah

    Nama lengkapnya ialah Abul Hasan Ali bin Ismail bin Abi Basyar Ishaq bin

    Salim bin Ismail bin Abdillah bin Musa bin Bilal bin Abi Burdah Amir bin Abi Musa

    Al-Asyari, seorang sahabat Rasulullah saw. Kelompok Asyariyah menisbahkan pada

    namanya sehingga dengan demikian ia menjadi pendiri madzhab Asyariyah.

    Al-Asyari yang semula berpaham Mutazilah akhirnya berpindah menjadi

    Ahli Sunnah. Sebab yang ditunjukkan oleh sebagian sumber lama bahwa Abul Hasan

    telah mengalami kemelut jiwa dan akal yang berakhir dengan keputusan untuk keluar

  • 18 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id

    dari Muktazilah. Sumber lain menyebutkan bahwa sebabnya ialah perdebatan antara

    dirinya dengan Al-Jubbai seputar masalah ash-shalah dan ashlah (kemaslahatan). Al-

    Asyari menganut faham Mutazilah hanya sampai ia berusaha 40 tahun. Setelah itu,

    secara tiba-tiba ia mengumumkan di hadapan jamaah masjid bashrah bahwa dirinya

    telah meninggalkan faham Mutazilah dan menunjukkan keburukan-keburukannya.

    Menurut Ibn Asakir, yang melatarbelakangi Al-Asyari meninggalkan faham

    Mutazilah adalah mengakuan Al-Asyari telah bermimpi bertemu Rasulullah Saw.

    sebanyak tiga kali, yaitu pada malam ke-10, ke-20, dan ke-30 bulan Ramadhan.

    Dalam tiga mimpinya itu, Rasulullah memperingatkannya agar meninggalkan faham

    Mutazilah dan membela faham yang telah diriwayatkan dari beliau.

    Setelah itu, Abul Hasan memposisikan dirinya sebagai pembela keyakinan-

    keyakinan salaf dan menjelaskan sikap-sikap mereka. Pada fase ini, karya-karyanya

    menunjukkan pada pendirian barunya. Dalam kitab Al-Ibanah, ia menjelaskan bahwa

    ia berpegang pada madzhab Ahmad bin Hambal.

    Abul Hasan menjelaskan bahwa ia menolak pemikirian Muktazilah,

    Qadariyah, Jahmiyah, Hururiyah, Rafidhah, dan Murjiah. Dalam beragama ia

    berpegang pada Al-Quran, Sunnah Nabi, dan apa yang diriwayatkan dari para

    shahabat, tabiin, serta imam ahli hadits.

    Asyariyah berpendapat bahwa perbuatan manusia diciptakan oleh

    Alllah,namun manusia memiliki peranan dalam perbuatannya.Dengan konsep

    kasb,menjadikan manusia selalu berusaha secara kreatif dalam kehidupannya. Akan

    tetapi tidak melupakan bahwa Tuhanlah yang menentukan semuanya. Asyariyah

    berhadapan langsung dengan Mutazilah.

    2. Maturidiyah

    Berdasarkan buku Pengantar Teologi Islam, aliran Maturidiyah diambil dari

    nama pendirinya, yaitu Abu Mansur Muhammad bin Muhammad. Di samping itu,

    dalam buku terjemahan oleh Abd. Rahman Dahlan dan Ahmad Qarib menjelaskan

    bahwa pendiri aliran maturidiyah yakni Abu Manshur al-Maturidi, kemudian

    namanya dijadikan sebagai nama aliran ini.

    Maturidiyah adalah aliran kalam yang dinisbatkan kepada Abu Mansur al-

    Maturidi yang berpijak kepada penggunaan argumentasi dan dalil aqli kalami dalam

    membantah penyelisihnya seperti Mutazilah, Jahmiyah dan lain- lain untuk

    menetapkan hakikat agama dan akidah Islamiyyah. Sejalan dengan itu juga, aliran

    Maturidiyah merupakan aliran teologi dalam Islam yang didirikan oleh Abu Mansur

  • 19 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id

    Muhammad al-Maturidiyah dalam kelompok Ahli Sunnah Wal Jamaah yang

    merupakan ajaran teknologi yang bercorak rasional.

    Maturidiyah berpendapat bahwa perbuatan itu tetap diciptakan oleh Allah

    sehingga perbuatan manusia sebagai perbuatan bersama antara manusia dan Tuhan.

    Manusia yang dikehendaki adalah manusia yang kreatif,tetapi kreativitas itu tidak

    menjadikan makhluk sombong karena merasa mampu menciptakan dan mewujudkan.

    Tetapi manusia yang kreatif dan pandai bersyukur,karena kemampuannya

    menciptakan sesuatu tetap dalam ciptaan Allah.

    Asyariyah dan Maturidiyah mengupayakan perdamaian antara kelompok

    jabariyah dan qadiriyah (dilanjutkan Mutazilah) yang mengagung-agungkan manusia

    sebagai penentu seluruh kehidupannya. Sikapa moderatisme keduanya merupakan ciri

    utama Ahlu Sunnah Waljamaah dalam berakidah.

    4.Kasus Konflik Internal Umat Islam

    Kian hari kian mengkhawatirkan. Ketegangan di internal umat Islam terus berlangsung.

    Di Irak, beberapa hari yang lalu, kita menyaksikan adanya pemboman terhadap sejumlah

    mesjid yang dilakukan oleh umat Islam sendiri. Orang Islam sunni merusak mesjid orang

    Syi'ah. Dan begitu juga sebaliknya. Hal yang sama juga bisa kita saksikan di Pakistan. Antara

    orang Sunni dan Syi'ah berupaya saling menghancurkan mesjid masing-masing. Mesjid yang

    sering disebut sebagai rumah Allah SWT (baytullah) itu telah dijadikan sebagai reservant

    untuk melakukan balas dendam dan pelampiasan angkara murka. Di tangan umat Islam

    sendiri, mesjid seperti telah kehilangan daya magis dan aura karismatiknya sehingga dengan

    mudah bisa dibenamkan. Mesjid tidak lagi menjadi semacam hibernasi yang menampung

    segala friksi dalam syahdu.

    Dalam konteks Indonesia, kita pun disodori tayangan pengrusakan mesjid-mesjid dan

    rumah-rumah kelompok Islam Ahmadiyah. Kerap diberitakan, sebagian warga Ahmadiyah

    mendapatkan ancaman, baik fisik maupun non fisik. Beberapa tokoh Islam mainstream pun

    ikut menekan agar kelompok Ahmadiyah hengkang dari Islam jika mereka masih ngotot

    dengan akidah yang dipegangnya. Negara atau persisnya pemerintah tak tahu-menahu akan

    adanya tindakan kriminal yang cukup dahsyat itu. Di negerinya sendiri kelompok Ahmadiyah

    diperlakukan bak seorang anak haram jadah yang terkutuk. Aparat kepolisian tak

    memberikan perlindungan keamanan yang cukup terhadap mereka sehingga penghancuran

  • 20 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id

    tetap berlangsung. Atas kondisi itu, belakangan tersiar kabar bahwa kelompok Islam

    Ahmadiyah hendak meminta suaka ke luar.

    Ironi ketika melihat fakta- fakta tersebut. Itukah hakekat ajaran Islam yang dibawa oleh

    Rasul Muhammad SAW? Mengapakah umat Islam cenderung bersikap apokaliptik di dalam

    menghadapi perbedaan-perbedaan tafsir yang muncul? Perbedaan tafsir nyaris selalu menelan

    ongkos yang tak murah, yaitu pemberangusan. Mengapa pula mesjid selalu menjadi sasaran

    penyerangan? Mesjid yang dimiliki oleh satu kelompok tertentu, di mata kelompok Islam

    yang lain tak ubahnya mesjid dhirar yang bisa dirobohkan. Maka, ke mana gerangan sikap-

    sikap toleran yang telah lama ditauladankan oleh Nabi Muhammad? Sikap yang arif nan

    bijaksana kini semakin mewah kita temukan di kalangan umat Islam.

    Peradaban kekerasan telah menjungkirbalikkan nurani dan akal sehat menjadi batu.

    Alih-alih agama akan menjadi solusi, yang terjadi justeru menjadi beban dan problem.

    Kekerasan yang dilakukan oleh sebagian umat Islam ini, suka atau tidak, telah

    menenggelamkan integritas moral Islam ke dalam kubangan kejahatan atas kemanusiaan.

    Citra Islam sebagai agama damai dan anti kekerasan segera pupus, digantikan oleh citra Islam

    sebagai agama kaum teroris. Teror bukan hanya dialami umat agama lain, melainkan juga

    menimpa sebagian umat Islam. Kini kelompok Islam Ahamadiyah mengalami ketakutan

    menghadapi ancaman kelompok Islam lain. Ahmadiyah dipandang telah melakukan makar

    terhadap akidah Islam sehingga boleh dibasmi. Begitu juga antara kaum Sunni dan Syi'ah di

    Irak, Pakistan, dan tidak tertutup kemungkinan akan melebar ke Negara-negara dengan kaum

    Islam yang lain.

    Tentu ada banyak faktor yang memicu dan melatar belakangi terjadinya konflik internal

    umat Islam tersebut. Salah satunya adalah soal teologis. Umum diketahui bahwa

    pertengkaran semacam itu dipicu oleh adanya perbedaan di dalam menafsirkan Islam.

    Sayangnya, perbedaan tafsir itu tidak dimaknai sebagai rahmat yang harus dinikmati,

    melainkan sebagai laknat yang harus dijauhi. Setiap kelompok dalam Islam selalu

    berpendirian perihal adanya kebenaran tafsir tunggal, seperti yang dirumuskannya sendiri.

    Sementara tafsir orang lain diposisikan sebagai berada dalam kesesatan yang terang-

    benderang. Dengan ini, timbullah sejumlah ketegangan di internal umat Islam. Antara Sunni

    dan Syi'ah. Antara Sunni dan Mu'tazilah. Antara Sunni dan Ahmadiyah. Bahkan, di internal

    Sunni pun sering terjadi perang dingin. Di Indonesia pernah terjadi hubungan tak harmonis

    antara Nahdhatul Ulama dan Muhammadiyah karena hal-hal yang sebenarnya sangat remeh.

    Itu pertarungan atau konflik yang terjadi antarkelompok dalam Islam. Nah, yang tak

    kalah mengerikannya juga adalah ancaman terhadap para intelektual yang oleh Islam

  • 21 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id

    mainstream dipandang memiliki tafsir keagamaan sesat. Sejarah telah merekam sejumlah

    nama intelektual yang pernah mengalami ancaman ekskomunikasi bahkan ancaman dibunuh.

    Di antaranya adalah Ibnu Rusyd yang perpustakaan pribadinya dan sejumlah buku hasil buah

    tangannya dibakar. Nashr Hamid Abu Zaid yang oleh pengadilan Mesir divonis murtad

    sehingga layak dibunuh dan harus diceraikan dari isterinya. Dengan alasan keamanan diri,

    kini Abu Zaid lebih memilih tinggal Belanda ketimbang di Mesir. Dalam konteks Indonesia,

    salah satunya yakni Ulil Abshar Abdalla. Sejumlah ulama di Jawa Barat memvonis Ulil telah

    keluar dari Islam (murtad) sehingga pantas diganjar dengan hukuman mati. Pada faktor

    pertama ini, kita sedang berhadapan dengan fallacy pemutlakan.

    Faktor lain adalah soal politik-kekuasaan. Sering dikisahkan bahwa pertarungan

    internal di kalangan umat Islam itu justru pemicu utamanya adalah soal politik belaka,

    sementara faktor teologis hanya sekadar bumbunya. Semua kaum terpelajar Islam mesti

    mengetahui bahwa perang unta (waq'ah al-jamal) antara Aisyah (isteri Nabi Muhammad)

    melawan Ali bin Abi Thalib (sepupu sekaligus menantu Nabi Muhammad), perang shiffin

    antara Ali bin Abi Thalid dan Mu'awiyah bin Abi Sofyan, sepenuhnya dipicu oleh faktor

    politik kekuasaan.

    Fakta-fakta seperti ini penting diungkap ke publik Islam untuk menjadi bahan

    permenungan bagi semuanya. Bahwa Islam yang direklamekan Nabi sebagai agama damai,

    agama cinta, telah ternoda hanya beberapa waktu setelah Nabi Muhammad wafat. Umat

    Islam sibuk berperang di antara mereka sendiri. Harga yang harus dibayar pun sangat mahal.

    Jika dihitung sejak perang unta hingga sekarang, maka jelas ada sekian juta umat Islam telah

    mati terbunuh di tangan umat Islam yang lain. Belum lagi kalau kita mau menghitung

    kerugian material akibat konflik tersebut. Sungguh, ini sebuah nestapa dari konflik internal

    umat Islam. Sekiranya Nabi Muhammad SAW bangkit dari kuburnya, pastilah ia akan

    kecewa. Nabi Muhammad jauh lebih bersedih menyaksikan umatnya yang saling berperang,

    ketimbang sebuah karikatur yang melecehkan dirinya di Jyllands-Posten, Denmark.

    Mungkin ada baiknya menghayati dan mengamalkan QS Alhujurat 10-13, sembari

    memikirkan surah yang sama pada ayat 14-15. Lalu coba lihat QS.Yunus:99 yang

    diterjemahkan: "Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang di muka

    bumi seluruhnya. Maka apakah kamu hendak MEMAKSA mereka menjadi BERIMAN

    SELURUHNYA ?"

    Anggaplah orang lain belum "se-benar" kita, apakah kita akan memaksa mereka semua

    mengikuti kebenaran yang kita yakini?

  • 22 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id

    Nabi Muhammad SAW selalu berdakwah ataupun menasihati umat dengan cara sebaik-

    sebaiknya, bukan dengan cara (men-)cela, paksa, hantam dan bubarkan.

    Kasus kekerasan yang bernuansa sentimen keagamaan di Indonesia menunjukkan

    terhambatnya proses alir informasi tentang Islam dari segala aspeknya, dari sejak ia mulai

    dilahirkan sampai sekarang; juga komunikasi antar elemen penganutnya.

    Mengapa kita khawatir dengan perbedaan dan memusuhi perbedaan di antara kita,

    cobalah jika ada perbedaan kita tunjukan akhlak kita yang bisa menarik mereka untuk ikut ke

    kita. Bukan dengan cara kekerasan yang pada akhirnya mereka tambah antipati kepada kita

    bagaimana bisa menarik kalau kita sendiri bertindak brutal malah bisa menjauhi atau

    keterpaksaan. Bukankah agama tidak ada paksaan. Yang terpenting kita sudah

    mempublikasikan atau mensyiarkan dan itu sudah tanggung jawab mereka mau ikut atau

    tidak dan biarkan berfikir sendiri mana yang baik

    Pembincangan mengenai perpecahan umat itu juga bermula dari hadis Nabi

    Muhammad saw tentang terjadinya perpecahan di tengah umat ini, di antaranya adalah hadis

    yang diriwayatkan oleh Tirmidzi yakni :

    Dari Abdullah bin Umar, ia berkata, Rasulullah SAW. bersabda, Sesungguhnya

    umatku (Islam) akan terpecah menjadi 73 golongan, 72 golongan masuk kedalam neraka,

    sedangkan hanya satu yang masuk kedalam surge. Lalu Shohabatpun bertanya, Ya

    Rasulullah, siapakah satu golongan yang masuk kedalam surge itu nabi?. Maka Nabi pun

    menjawab, satu golongan yang masuk kedalam surge yakni orang yang menetapi jamaah

    (orang yang menetapi ajaran Rasulullah dan ajaran Shohabat Nabi ).

    Di dalam hadis tersebut juga terdapat masalah, yaitu masalah penilaian perpecahan

    umat menjadi lebih banyak bahwa firqah-firqah ini seluruhnya binasa dan masuk neraka

    kecuali hanya satu saja. Ini akan membuka pintu bagi klaim-klaim setiap firqh bahwa dialah

    firqah yang benar, sementara yang lain binasa. Hal ini tentunya akan memecah belah umat,

    mendorong mereka untuk saling cela satu sama lain, sehingga akan melemahkan umat secara

    keseluruhan dan memperkuat musuhnya. Hal itu akan membuat kepada penyesatan umat satu

    sama lain, bahkan membuat mereka saling mengkafirkan.

    Ahli hikmah mengatakan: Sesungguhnya kebenaran tidak akan dicapai oleh manusia

    dalam semua aspeknya dan mereka juga tidak akan salam dalam segala bentuknya, tetapi

    sebagian mereka mencapai sebagian kebenaran dan yang lain mencapai aspek kebenaran

    yang lain.Mereka mengumpamakan hal itu dengan sekelompok orang buta yang memegang

    seekor gajah besar. Setiap orang akan mensifatinya (gajah) seperti bagian yang dipegang dan

    terlintas dalam fikiran masing-masing. Bagi orang yang memegang kaki gajah ia akan

  • 23 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id

    mengatakan bahwa gajah adalah hewan yang bentuknya seperti pohon kurma yang tinggi dan

    bulat. Dan orang yang memegang punggung gajah mengatakan bahwa gajah itu bentuknya

    seperti bukit yang tinggi atau tanah yang menggunung. Begitulah masing-masing

    memberikan ciri-ciri gajah dengan apa yang mereka sentuh. Dalam satu segi ia benar, tapi

    jika ia mengklaim yang lain berbohong dan tidak benar, maka ia telah melakukan kesalahan.

    Sesungguhnya berbeda dengan orang lain bukanlah suatu kesalahan, apalagi kejahatan,

    namun sebaliknya sangat diperlukan. Tentunya, berbeda dengan pengertian ini bukan asal

    berbeda atau (waton sulaya). Perbedaan harus dipandang sebagai suatu realitas sosial yang

    fundamental, yang harus dihargai dan dijamin pertumbuhannya oleh masyarakat itu sendiri.

    Kaitannya dengan penjelasan ini, al-Quran surah al-Hujurat ayat 13 menegaskan:

    .

    Artinya: Hai sekalian manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang

    laki-laki dan seorang perempuan, dan kami jadikan kau berbangsa-bangsa dan bersuku-suku

    supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya semulia-mulia kamu di sisi Allah ialah yang

    lebih taqwa di antara kamu.

    Ayat al-Quran ini sesungguhnya mengajarkan kepada manusia untuk saling mengerti

    dan memahami. Itu artinya, karena Allah swt sengaja menciptakan perbedaan di antara umat

    manusia, maka manusia diperintahkan untuk saling menjaga situasi fisik dan batin sesamanya

    agar tak terlukai dan melukai satu sama lain oleh sebab perbedaan yang ada. Pada akhirnya,

    tinggi rendahnya manusia dihadapan Tuhan tidak ditentukan oleh fakta perbedaan yang

    melekat pada dirinya, tetapi oleh kadar ketaqwaannya. Itulah sesungguhnya prestasi gemilang

    manusia di hadapan sesama dan Tuhannya. Kata iman dan taqwa merupakan suatu prestasi

    tersendiri bagi manusia. Seakan Tuhan berkata, Hai manusia, kalian semua sama di

    hadapanku, kecuali prestasimu. Prestasi di sini adalah prestasi sosial dan prestasi spiritual di

    hadapannya.

    Sebagaimana yang kita ketahui bahwa sumber ajaran Islam adalah al-Quran dan hadis.

    Keduanya memiliki peranan yang penting dalam kehidupan umat Islam. Walaupun terdapat

    perbedaan pendapat dari segi penafsiran dan aplikasi, namun setidaknya ulama sepakat

    bahwa keduanya dijadikan rujukan. Ajaran Islam mengambil dan menjadikan pedoman

    utamanya dari keduanya. Oleh karena itu, kajian- kajian terhadapnya tak akan pernah keruh

    bahkan terus berjalan dan berkembang seiring dengan kebutuhan umat islam. Melalui

    terobosan-terobosan baru, kajian ini akan terus mewarnai khasanah perkembangan studi

    keislaman dalam pentas sejarah umat Islam.

  • 24 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id

    Dalam sejarah dan bahkan saat ini, ada sekelompok kecil orang-orang yang mengaku

    diri mereka sebagai orang Islam, tetapi mereka menolak hadis atau sunnah Nabi saw. Mereka

    dikenal sebagai orang-orang yang berfaham inkarus-sunnah. Cukup banyak alasan mereka

    menolak hadis Nabi saw sebagai sumber ajaran Islam. Dengan meyakini bahwa hadis Nabi

    merupakan bagian dari sumber ajaran Islam, maka penelitian hadis khususnya hadis ahad

    sangat penting.

    Agak sulit kita bayangkan, jika tanpa campur tangan: Hadis, al-Quran, khususnya

    yang berkaitan dengan masalah-masalah hukum dapat dipahami dan diaktualisasikan dalam

    amaliah praktis kaum muslimin. Karena itulah Hadis mejadi sumber utama bagi kaum

    Muslimin setelah al-Quran, sebagai juklak hukum dan ajaran-ajaran yang terdapat dalam al-

    Quran. Oleh Karena itu pula kiranya perhatian yang diberikan umat Islam begitu besar

    terhadap hadist sejalan dengan perhatian mereka terhadap al-Quran.

    Perbedaan dan perpecahan tentu tidak bisa kita hindari karena berbagai sebab, akan

    tetapi jangan sampai perbedaan tersebut memicu untuk saling merendahkan satu sama lain

    dan hanya menganggap kelompoknya yang paling benar dan menyalahkan kelompok lain

    atau bahkan mengkafirkannya. Oleh sebab it, dibutuhkan toleransi antar umat beragama,

    apalagi antar pemeluk agama Islam yang dalam hal ini berbeda aliran meski sama-sama

    dalam paying Islam.Dalam memahami sebuah agama kerap kali ditemukan pemahaman

    yang berbeda beda antar individu satu dengan lainnya. Hal ini disebabkan karena adanya

    perbedaan dalam perolehan khasanah ilmu pengetahuan tentang agama.

  • 25 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id

    BAB III

    PENUTUP

    1. Kesimpulan

    Dalam sejarah agama Islam , telah tercatat adanya firqah-firqah (golongan) di

    lingkungan umat Islam, yang antara satu sama lain bertentangan pahamnya dan sampai saat

    ini perbedaan tersebut masih tumbuh dengan suburnya. Kenyataan ini sudah dijelaskan oleh

    Rosulullah SAW dalam haditsnya yang diriwayatkan oleh Auf bin Malik

    "Yahudi telah berpecah menjadi 71 golongan, satu golongan di surga dan 70 golonga n

    di neraka. Dan Nashara telah berpecah belah menjadi 72 golongan, 71 golongan di neraka

    dan satu di surga. Dan demi Allah yang jiwa Muhammad ada dalam tangan-Nya umatku ini

    pasti akan berpecah belah menjadi 73 golongan, satu golongan di surga dan 72 golongan di

    neraka." Lalu beliau ditanya: "Wahai Rasulullah siapakah mereka ?" Beliau menjawab: "Al

    Jamaah." HR Sunan Ibnu Majah.

    Islam sebagai agama islam yang diturunkan untuk manusia, yang didalamnya terdapat

    pedoman serta aturan yang menuntun manusia membawa kebahagiaan di dunia dan di

    akhirat. Serta dalam agama islam terdapat tiga sendi utama dalam agama islam dilihat dari

    tataran sisi keilmuan, yaitu iman, islam dan ihsan.

    Ahlu Sunnah Wal Jamaah adalah golongan yang senantiasa mengikuti jejak hidup

    Rasulallah Saw. dan jalan hidup para sahabatnya. Atau, golongan yang berpegang teguh pada

    sunnah Rasul dan Sunnah para sahabat, lebih khusus lagi, sahabat yang empat, yaitu Abu

    Bakar As-Siddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib.

    2. Saran

    Apa yang dibahas dalam makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa

    pengetahuan mengenai prinsip-prinsip dasar Islam dalam tataran ilmu pengetahuan dan

    praktis. Bagi mahasiswa yang kelak terjun ke masyarakat diharapkan setelah membaca

    makalah ini dapat memberikan pengetahuan (pencerahan) tentang prinsip-prinsip dasar Islam

    dalam tataran keilmuan dan praktis. Kedepan mahasiswa diharapkan lebih kritis setelah

  • 26 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id

    membaca makalah ini terutama dalam menyikapi berbagai aliran yang muncul dalam Islam

    sehingga tidak terjebak pada perilaku yang bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar Islam.

    Disarankan bagi mahasiswa untuk terus memperdalam ajaran akidah keislamannya

    dengan benar, agar bisa memahami aliran-aliran agama yang benar yang sesuai dengan

    Ahlus Sunah Wal Jamaah agar bisa selamat di dunia sampai akhiran dan tidak mudah

    terjerumus ke dalam aliran agama yang salah (sesat)

  • 27 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id

    REFERENSI

    Asiyah, Udji.,2012., Agama Islam II (isu-isu aktual dan capital selecta

    keberagaman)., Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

    http://www.belajarislam.web.id/2014/02/pengertian-agama-islam-secarabahasa.html.

    Diakses pada 18 Mei 2014 Pukul 14.26

    http://ceritakuaja.wordpress.com/2013/05/25/makalah-hakikat- iman-islam-dan- ihsan/.

    Diakses pada 18 Mei 2014 Pukul 20.00

    http://www.fadhilza.com/2009/09/tadabbur/perpecahan-dikalangan-umat-islam.html

    Diakses pada 18 Mei 2014 Pukul 0:37