Top Banner
“HUTAN PENGHASIL JASA LINGKUNGAN” Oleh : ASRUL AMAR M11112001 FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN 2012
69

Makalah 17 okt 2012

Dec 01, 2014

Download

Documents

 
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Makalah 17 okt 2012

“HUTAN PENGHASIL JASA LINGKUNGAN”

Oleh :

ASRUL AMAR

M11112001FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2012

Page 2: Makalah 17 okt 2012

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar BelakangB. Rumusan Masalah

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian LingkunganB. Pengertian Manusia

BAB III

PEMBAHASAN

A. Peran Hutan Sebagai Penyedia Jasa Lingkungan

B. Hutan Bagi Kehidupan

C. Hutan Lindung Sebagai Pengatur Tata Air

D. Identifikasi Para Pengguna Jasa AirE. Identifikasi Para Pengelola Kawasan Di Hulu Sebagai Penyedia AirF. Kompensasi Insentif Hulu Hilir Di Kawasan LindungG. Hutan Sebagai Penyedia Jasa LingkunganH. Hutan Sebagai Penyedia Jasa Wisata AlamI. Pelestarian HutanJ. Upaya Pelestarian Hutan

BAB IV

PENUTUP

A. KesimpulanB. Saran

Page 3: Makalah 17 okt 2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa karena dengan Rahmat dan Izin-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “HUTAN PENGHASIL JASA LINGKUNGAN”

Makalah ini disusun dengan maksud untuk memberikan pengetahuan baru kepada semua pihak tanpa terkecuali. Adapun makalah ini mengacu pada prinsip-prinsip ilmiah dengan mengutamakan hal-hal yang real dan pemahaman teori-teori yang bersifat ilmiah,

Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak dapat luput dari kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat saya harapkan demi penyempurnaan dan perbaikan makalah ini untuk kedepannya.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terkait dalam pemeliharaan hutan, agar hutan dapat dirawat dan dilestarikan secara baik dan benar.

Makassar, oktober 2012

Penulis

Page 4: Makalah 17 okt 2012

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Banyak pihak yang prihatin dan mengkaitkan banjir, longsor ataupun krisis air

dengan semakin berkurangnya hutan yang pada giliran juga mengurangi jasa

lingkungan (baca : pengamanan) yang diberikan hutan bagi kita. Berkurangnya

hutan bisa terjadi karena masih rendahnya “penghargaan” kita terhadap nilai

hutan.

 

Begitu pentingkah jasa lingkungan hutan (yang umumnya terletak di daerah

hulu Daerah Aliran Sungai(DAS)) bagi kehidupan kita, khususnya bagi ma-

syarakat yang berada di daerah tengah dan hilir DAS, yang umumnya sudah jadi

daerah pemukiman dan pusat pertumbuhan ekonomi?. 

 

Berbicara tentang jasa lingkungan hutan, maka paling tidak ada empat jenis

jasa lingkungan hutan yang sedang hangat dibicarakan saat ini,  yaitu jasa

lingkungan hutan dalam menyediakan air (pemanfaatan jasa lingkungan hutan

sebagai pengatur tata air); pariwisata alam (pemanfaatan jasa lingkungan hutan

sebagai penyedia bentang alam); pemanfaatan jasa lingkungan hutan sebagai

penyerap dan penyimpan karbon dalam mengurangi global warming; dan pe-

manfaatan jasa lingkungan hutan sebagai pelindung keanekaragaman hayati.

 

Tulisan ini membatasi pembahasan hanya pada jenis pertama, yaitu jasa

lingkungan hutan dalam mengatur tata air, atau yang sering juga dikatakan

sebagai jasa hidrologis hutan, dan merupakan jasa lingkungan penting yang

dihasilkan hutan.

 

Suatu DAS dapat dibagi atas daerah hulu (umumnya didominasi hutan dan

merupakan daerah pedesaan dengan topografi curam), daerah tengah dan daerah

Page 5: Makalah 17 okt 2012

hilir (topografi landai).  DAS bagian hulu, pada umumnya dapat dipandang

sebagai ekosistem pedesaan dengan komponen utama hutan, sawah/ladang/kebun,

sungai dan desa, mempunyai fungsi perlindungan terhadap keseluruhan ekosistem

DAS, dari hulu hingga ke hilir. 

 

Bagian hulu DAS umumnya merupakan daerah resapan air yang setelah

menampung dan menyimpan air lalu mengalirkan airnya ke daerah tengah dan

hilir hingga muara. Bila hutan di daerah hulu masih baik, maka air hujan yang

jatuh di hulu sebagian akan diserap oleh hutan, menjadi cadangan air dan me-

ngalirkannya pada musim kemarau. 

 

Namun bila hutan di hulu sudah terbuka dan rusak, maka air hujan yang jatuh

di daerah hulu akanlangsung menjadi aliran permukaan, yang apabila jumlahnya

melebihi alur sungai, akan menjadi banjir. Sehingga keterkaitan hulu dan hilir

DAS sangat erat. Daerah hilir tidak mungkin mendapatkan kesinambungan

pasokan air dengan kuantitas dan kualitas yang memadai apabila kondisi

ekosistem daerah hulu (baca: hutan) yang menjadi daerah resapan airnya

terganggu atau rusak.

 

Apabila terjadi gangguan terhadap ekosistem hulu yang menjadi resapan air,

maka tanggung-jawab semestinya tidak hanya dipikul oleh masyarakat hulu akan

tetapi juga merupakan tanggung-jawab masyarakat hilirnya.

 

Kenapa demikian? Aliran air yang keluar dari areal hutan, baik melalui

sungai-sungai ataupun mata air, telah digunakan untuk memenuhi berbagai

kebutuhan, misalnya untuk memenuhi kebutuhan air minum, irigasi pertanian,

industri, sanitasi lingkungan, ekosistem dan sebagainya, dan berpengaruh terhadap

kegiatan konsumsi dan ekonomi, walaupun banyak pihak pengguna air tidak

menyadarinya.

 

Page 6: Makalah 17 okt 2012

Besarnya nilai manfaat hidrologis hutan sampai kini belum banyak dihargai

secara semestinya oleh publik. Air dinilai sangat rendah karena dianggap sebagai

barang publik dengan akses terbuka (open access). Hal ini terlihat dengan me-

ningkatnya degradasi hutan, bahkan kegiatan konservasi dianggap sebagai uang

keluar (cost center).

 

Pengguna air banyak yang tidak menyadari nilai hidrologis hutan yang selama

ini menyangga kehidupannya, bahkan oleh para pengguna air yang menggunakan

air sebagai input utama dalam proses produksinya. Misalnya Perusahaan Air

Minum, PLTA, pengusaha air isi ulang yang sekarang kian menjamur, juga

pabrik-pabrik yang menggunakan air sebagai input utama dalam proses pro-

duksinya.

 

Pernahkah mereka memikirkan untuk melestarikan hutan sebagai daerah tang-

kapan dan resapan air, yang akan menjadi sumber air kehidupan usahanya?  Sa-

darkah mereka bahwa bila hutan rusak artinya kelangsungan usahanya juga akan

terancam?.

 

Dengan makin pentingnya sumberdaya air, maka semestinya makin

menyadarkan para pengguna air tentang pentingnya kelestarian ekosistem hutan

sebagai processing area/catchment area yang menghasilkan air sebagai jasa

hidrologisnya. Para pengguna air harusnya ikut berkontribusi terhadap pelestarian

hutan sebagai bentuk penghargaan mereka terhadap nilai jasa hutan yang telah

menyangga kehidupannya.  

 

Lalu berapakah nilai jasa hidrologis hutan? Orang yang pernah merasakan

dahsyatnya bahaya banjir dan longsor atau menderita karena kekeringan, secara

sadar mereka akan akan menjawabnya: “berapa rupiahkah Anda mau membayar

(willingness to pay) agar tempat tinggal anda tidak terkena banjir atau agar pada

musim kemarau anda tidak sengsara karena kekurangan air”.

 

Page 7: Makalah 17 okt 2012

Willingness to pay (WTP) atau kesediaan membayar adalah salah satu proksi

untuk menaksir nilai ekonomi barang atau jasa yang “abstrak” seperti nilai jasa

hidrologis hutan, yang apabila respondennya cukup besar akan lebih mampu

menyajikan taksiran nilainya (nilai ekonomi).

 

Dilihat dari perspektif teori Ekonomi Sumber Daya Hutan, nilai hutan bisa

diklasifikasikan menurut manfaatnya bagi kesejahteraan manusia. Pertama,

manfaat yang dihasilkan berupa barang dan jasa komersial (yang bisa diperjual

belikan dipasar). Kedua, manfaat barang terutama jasa yang tidak laku atau tidak

diperjualbelikan di pasar komersial.

 

Manfaat pertama antara lain adalah kayu, rotan, getah, dan sebagainya, yang

nilainya bisa langsung ditaksir dengan nilai harga pasar komersialnya. Manfaat

kedua sebagian besar memang tidak atau belum mampu diubah menjadi produk

jasa dan barang komersial, dan peranannya dalam perekonomian bisa hanya

terlihat laksana satpam, yang kerjanya hanya duduk, jalan sedikit dan lihat-lihat.

 

Sepintas, satpam nampak tidak produktif karena memang tidak bekerja

menghasilkan suatu produk tertentu, menggaji satpam sekilas menjadi merugikan.

Namun apabila satpam dihilangkan dari tempat tugasnya, resiko gangguan

keamanan yang dijaganya tentunya akan meningkat.  Kalau itu terjadi nilai

kerugian yang akan ditanggung bisa lebih besar daripada nilai gaji satpam.

 

Demikian juga halnya manfaat hutan bagi manusia dalam hal jasa yang tidak

langsung mendatangkan manfaat komersial, misalnya dalam fungsinya sebagai

pengatur tata air dan keseimbangan ekosistem pada suatu DAS sebagai jasa

lingkungan DAS, yang sangat sulit diukur kemanfaatannya bagi manusia.

 

Analog dengan fungsi satpam tersebut, manfaat hutan sebagai pengatur tata air

dan keseimbangan ekosistem akan sangat jelas terlihat apabila seluruh hutan

terutama di daerah hulu DAS dirusak. Dampak kerusakan hutan tersebut pada

Page 8: Makalah 17 okt 2012

sistem perekonomian akan lebih besar daripada nilai komersial barang apapun

yang bisa diperoleh dari hutan.

 

Nilai kerugian yang ditimbulkannya dapat dikatakan sebagai nilai jasa

lingkungan hutan.  Nilai manfaat kedua ini belum banyak diapresiasi masyarakat,

karena tidak mudahnya meyakinkan masyarakat untuk menghargai seluruh

benda-benda yang merupakan kepentingan bersama (public goods), yang kalau

rusak akan mendatangkan kesulitan bersama.

Jadi, berapakah nilai jasa lingkungan hutan?  Hal ini akan sangat tergantung

kepada preferensi konsumen (Willingness to Pay – WTP) dan tingkat peradaban

(kebudayaan) masyarakat. Semakin maju kebudayaan suatu bangsa, akan

semakin tinggi juga penghargaan yang diberikan guna kelestarian public

goods itu termasuk kepada hutan, sehingga kesediaan membayar (willingness to

pay) jasa hutan akan semakin besar. 

 

Darusman dan Widada (2004) menyebutkan bahwa terdapat lima prinsip yang

menegaskan sinergisitas antara kegiatan konservasi dengan pembangunan

ekonomi. Pertama, konservasi merupakan landasan pembangunan ekonomi yang

berkelanjutan, tanpa adanya jaminan ketersediaan sumberdaya alam hayati, maka

pembangunan ekonomi akan terhenti. Kedua, ekonomi merupakan landasan

pembangunan konservasi yang berkelanjutan, tanpa adanya manfaat ekonomi bagi

masyarakat secara berkelanjutan, dapat dipastikan program konservasi akan

terhenti karena masyarakat tidak peduli.

 

Ketiga, kegiatan korservasi dan ekonomi, keduanya bertujuan meningkatkan

mutu kehidupan dan kesejahteraan masyarakat. Keempat, dengan pengetahuan

konservasi, maka manusia akan lebih mampu memahami kompleksitas ekosistem

alami sehingga menyadari, bahwa sumberdaya alam perlu dikelola secara hati-hati

dan dengan hati nurani agar tetap lestari meskipun sumberdaya alam tersebut

dimanfaatkan secara terus menerus.

Page 9: Makalah 17 okt 2012

 

Kelima, dengan pengetahuan ekonomi, manusia akan mampu menentukan

pilihan-pilihan aktifitas ekonomi yang paling rasional dalam menggunakan

sumberdaya alam untuk memenuhi kebutuhan hidup danmeningkatkan

kesejahteraan secara berkelanjutan.

 

Berdasarkan kelima prinsip tersebut, konservasi ekosistem hutan memiliki

peranan penting dalam mendukung pembangunan ekonomi masyarakat sekaligus

mempertahankan sistem penyangga kehidupan.  Dan tentunya harus diapresiasi

dengan baik sehingga hutan bisa memberikan manfaat yang besar bagi

masyarakat, terutama bagi masyarakat sekitar hutan.

B. Rumusan Masalah

Peran Hutan Sebagai Penyeia Jasa Lingkungan

Upaya – Upaya Pelestarian Hutan

Page 10: Makalah 17 okt 2012

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Lingkungan

Lingkungan hidup biasa juga disebut dengan lingkungan hidup manusia (human environment) atau dalam sehari-hari juga cukup disebut dengan "lingkungan" saja. Unsur-unsur lingkungan hidup itu sendiri biasa nya terdiri dari: manusia, hewan, tumbuhan, dll. Lingkungan hidup merupakan bagian yang mutlak dari kehidupan manusia. Dengan kata lain, lingkungan hidup tidak terlepas dari kehidupan manusia. Istilah lingkungan hidup, dalam bahasa Inggris disebut dengan environment, dalam bahasa Belanda disebut dengan Millieu, sedangkan dalam bahasa Perancis disebut dengan I'environment. 

Berikut ini adalah pengertian dan definisi lingkungan hidup menurut para ahli: 

1) PROF DR. IR. OTTO SOEMARWOTOLingkungan hidup adalah jumlah semua benda dan kondisi yang ada

dalam ruang yang kita tempati  yang mempengaruhi kehidupan kita 

2) S.J MCNAUGHTON & LARRY L. WOLFLingkungan hidup adalah semua faktor ekstrenal yang bersifat biologis

dan fisika yang langsung mempengarui kehidupan, pertumbuhan, perkembangan dan reproduksi organisme 

3) MICHAEL ALLABYLingkungan hidup diartikan sebagai: the physical, chemical and biotic

condition surrounding and organism. 

4) PROF. DR. ST. MUNADJAT DANUSAPUTRO, SHLingkungan hidup sebagai semua benda dan kondisi, termasuk di

dalamnya manusia dan tingkah perbuatannya, yang terdapat dalam ruang tempat manusia berada dan mempengaruhi hidup serta kesejahteraan manusia dan jasad hidup lainnya. 

5) SRI HAYATILingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda dan

keadaan mahluk hidup. termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang melangsungkan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya 

6) JONNY PURBALingkungan hidup adalah wilayah yang merupakan tempat

berlangsungnya bermacam-macam interaksi sosial antara berbagai kelompok beserta pranatanya dengan simbol dan nilai 

Page 11: Makalah 17 okt 2012

Lingkungan adalah suatu media dimana makhuk hidup tinggal, mencari penghidupannya, dan memiliki karakter serta fungsi yang khas yang terkait secara timbal balik dengan keberadaan makhluk hidup yang menempatinya, terutama manusia yang memiliki peranan yang lebih kompleks.

Kehidupan  manusia  tidak bisa dipisahkan dari lingkungannya. Baik lingkungan  alam maupun lingkungan sosial . Kita bernapas memerlukan udara dari lingkungan sekitar. Kita makan, minum, menjaga kesehatan, semuanya memerlukan lingkungan. Pengertian lain dari lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar manusia yang memengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik langsung maupun tidak langsung.

Lingkungan bisa dibedakan menjadi lingkungan biotik dan abiotik. Jika kalian berada di sekolah, lingkungan biotiknya berupa teman-teman sekolah, bapak ibu guru serta karyawan, dan semua orang yang ada di sekolah, juga berbagai jenis tumbuhan yang ada di kebun sekolah serta hewan-hewan yang ada disekitarnya. Adapun lingkungan abiotik berupa udara , meja kursi, papan tulis, gedung sekolah , dan berbagai macam benda mati yang ada disekitar. 

Seringkali lingkungan yang terdiri dari sesama manusia disebut juga sebagai lingkungan sosial . Lingkungan sosial inilah yang membentuk sistem pergaulan yang besar peranannya dalam membentuk kepribadian  seseorang.

Lingkungan menurut definisi umum yaitu segala sesuatu disekitar subjek manusia yang terkait dengan aktifitasnya. Elemen lingkungan adalah hal-hal yang terkait dengan : tanah, udara, air, sumber daya alam, flora, fauna, manusia, dan hubungan antar faktor-faktor tersebut. Titik sentral isu lingkungan adalah manusia. Jadi manajemen lingkungan bisa diartikan sekumpulan aktifitas merencanakan, dan menggerakkan sumber daya manusia dan sumber daya lain untuk mencapai tujuan kebijakan lingkungan yang telah ditetapkan.

Dalam pembahasan manajemen tidak lepas pada masalah lingkungan yang dihadapi oleh seorang manager. Perbedaan dan kondisi lingkungan akan berpengaruh terhadap konsep dan teknik serta keputusan yang akan diambil.  Ada dua macam faktor lingkungan, yaitu :

1.      Faktor Lingkungan Internal yaitu lingkungan yang ada didalam usahanya saja.

2.      Faktor Lingkungan Eksternal yaitu unsur-unsur yang berada diluar organisasi, dimana unsure-unsur ini tidak dapat dikendalikan dan diketahui terlebih dahulu oleh manager, disamping itu juga akan mempengaruhi manager didalam pengambilan keputusan yang akan dibuat. Unsur-unsur lingkungan eksternal organisasi contohnya yaitu perubahan ekonomi, paraturan pemerintah,

Page 12: Makalah 17 okt 2012

perilaku konsumen, perkembangan teknologi, politik dan lainnya. Lingkungan eksternal dibagi menjadi dua yaitu :

     Lingkungan eksternal mikro yaitu lingkungan yang mempunyai pengaruh langsung terhadap kegiatan manajemen yang terdiri atas penyedia, langganan, para pesaing, lembaga perbankan dan lainnya.     Lingkungan eksternal makro yaitu lingkungan yang mempunyai pengaruh tidak langsung, seperti kondisi perekonomian, perubahan teknologi, politik, sosial dan lain sebagainya.

B. Pengertian Manusia

Manusia adalah makhluk hidup ciptaan tuhan dengan segala fungsi dan potensinya yang tunduk kepada aturan hukum alam, mengalami kelahiran, pertumbuhan, perkembangan, mati, dan seterusnya, serta terkait dan berinteraksi dengan alam dan lingkungannya dalam sebuah hubungan timbal balik positif maupun negatif.

Manusia adalah makhluk yang terbukti berteknologi tinggi. Ini karena manusia memiliki perbandingan massa otak dengan massa tubuh terbesar diantara semua makhluk yang ada di bumi. Walaupun ini bukanlah pengukuran yang mutlak, namun perbandingan massa otak dengan tubuh manusia memang memberikan petunjuk dari segi intelektual relatif.Manusia atau orang dapat diartikan dari sudut pandang yang berbeda-beda, baik itu  menurut biologis, rohani, dan istilah kebudayaan, atau secara campuran. secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai homo sapiens (bahasa latin untuk manusia) yang merupakan sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi.Manusia juga sebagai mahkluk individu memiliki pemikiran-pemikiran tentang apa yang menurutnya baik dan sesuai dengan tindakan-tindakan yang akan diambil. Manusia pun berlaku sebagai makhluk sosial yang saling berhubungan dan keterkaitannya dengan lingkungan dan tempat tinggalnya.

 

Page 13: Makalah 17 okt 2012

BAB II

PEMBAHASAN

Hutan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, karena hutan memberikan sumber kehidupan bagi kita semua. Hutan menghasilkan air dan udara bersih (oksigen/O2) yang sangat diperlukan bagi kehidupan manusia. Hutan juga memberikan beragam hasil hutan yang bermanfaat.

Hutan menurut UU no. 41/ 1999 tentang Kehutanan adalah kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam dan(?) lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. (ada foto atau ilustrasi hutan)

Beragam Manfaat Hutan

1. Mengatur Iklim

Hutan mengatur serapan dan pelepasan karbon yang mempengaruhi perubahan iklim. Hutan menyerap karbon dioksida (CO2/udara kotor) dan menghasilkan oksigen (O2/udara bersih).. Karbon dioksida mempunyai peranan penting dalam menjaga suhu bumi.

Ilustrasi dalam kotak: hidung yang bernapas menghirup O2 (oksigen/udara bersih) dan hidung yang menghembuskan CO2 (karbon dioksida/udara kotor).

Ilustrasi: efek rumah kaca

Ketika matahari bersinar, pohon ‘memasak makanannya’ dengan menghirup dan mengubah karbon dioksida (CO2) menjadi karbohidrat dan melepaskan oksigen (O2) ke alam. Makanan (karbohidrat) lalu disimpan dalam daun, ranting, cabang, batang, dan akar sehingga membuat pohon tumbuh makin besar dan tinggi. Hutan yang lestari dapat menyerap lebih banyak karbon (C).

Ilustrasi: stok karbon di hutan

2. Menyediakan Jasa Lingkungan

Hutan juga memberikan jasa lingkungan ( seperti sumber air, penghasil oksigen, mencegah banjir)bagi kita. Hutan menyediakan udara yang kita hirup. Hutan juga mengatur keadaan cuaca.

Page 14: Makalah 17 okt 2012

Pohon-pohon hutan mengatur tata air. Hutan menyimpan air pada saat kemarau dan mencegah banjir musim musim penghujan. Di daerah pesisir, hutan menahan masuknya air asin ke daratan. Ini sangat penting untuk mendukung usaha pertanian di daerah pantai. Hutan rawa gambut yang terjaga mengandung 90% air tawar yang mampu ‘mendorong’ air asin.

(foto: hutan bakau – hutan gambut)

3. Tempat hidup satwa Hutan merupakan tempat hidup beragam satwa liar. Diantaranya orangutan, bekantan, burung enggang. Hutan dengan keragaman satwa yang tinggi penting untuk menjaga kelestarian alam.

(foto: orangutan )

4. Menyediakan hasil hutan bukan kayu Hutan juga menyediakan hasil hutan selain kayu seperti buah, biji, pandan, rotan, damar, madu dan lain lain. Hasil hutan bukan kayu ini biasa dipungut untuk dimanfaatkan langsung oleh masyarakat setempat i ataupun untuk diperjualbelikan. Pandan misalnya, biasa dimanfaatkan oleh perempuan di sekitar hutan untuk membuat anyaman (tikar, bakul, tampi, capan dan penangkin) yang digunakan untuk keperluan sendiri maupun dijual untuk menambah penghasilan keluarga.

(foto: tikar – tanaman pandan – perempuan pengrajin)

5. Sumber makanan Hutan menyediakan makanan bagi masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Hutan menyediakan sumber protein,bermacam buah dan biji. Berbagai jenis ikan yang ada di sungai dan danau di dalam dan sekitar hutan membantu pemenuhan kebutuhan protein hewani keluarga masyarakat yang hidup di sekitar hutan. Masyarakat juga memanen ikan-ikan sungai untuk dijual guna menambah penghasilan.

(foto: orang nangkap ikan di sungai – ikan sungai hasil tangkapan)

6. Penghasil obat-obatanIndonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya nabati, serta pengetahuan tradisional tentang tumbuhan obat. Di Indonesia, setidaknya terdapat 1000 jenis tumbuhan berkhasiat obat misalnya seperti jahe-jahean

Page 15: Makalah 17 okt 2012

(Zingerberacea) dan akar kelaik. Dukun atau bidan kampung memanen tanaman obat untuk melancarkan proses persalinan ataupun pengobatan anak.

(foto atau ilustrasi contoh tanaman obat hutan)

7. Bagian yang tak terpisahkan dari budaya Hutan menjadi bagian dari budaya masyarakat setempat. Hutan dan beragam isinya merupakan bagian penting dalam tradisi dan budaya masyarakat adat Dayak. Masyarakat adat Dayak Kanayantn, Bidayuh dan Iban meyakini Jubata atau Puyang Gana (Roh Penguasa Alam) bersemayam di hutan. Pada adat berladang, adat penyembuhan dan adat berpantang, hutan menyediakan peralatan ritual adat dan bahan ramuan obat. Hutan juga diyakini merupakan tempat tinggal Roh-Roh para leluhur. Roh-roh ini tinggal dipepohonan besar dalam kawasan hutan yang lebat. Pada masyarakat adat Melayu, setelah panen padi akan dilakukan acara Sapat Taon, dimana petani ramai-ramai membuat ancak berisi ketupat yang diletakkan di hutan.

Masyarakat adat juga membaca kondisi alam seperti suara burung dan angin, untuk menentukan waktu bercocok tanam maupun mengetahui tanda merebaknya wabah penyakit.

8. Mengendalikan penyakitHutan mengatur aliran air dan mengurangi genangan air sehingga membatasi pembiakan beberapa penyebab penularan penyakit tertentu, misalnya malaria.

9. Menyediakan bahan bakar (kayu bakar)10. Menyediakan kayu untuk bahan baku bangunan

Apa yang Terjadi Jika Hutan Hilang?1. Banjir saat musim penghujan dan kekeringan saat musim kemarau.

Tanpa hutan, tidak ada pohon yang dapat menahan air tanah. Akibatnya, pada saat musim hujan sungai-sungai akan meluap dan menyebabkan banjir. Di saat kemarau terjadi kekeringan. Sumur-sumur kering dan kita kesulitan mencari air bersih. Tiap musim kemarau, kita terpaksa mengangkut air dari tempat yang jauh untuk kebutuhan sehari-hari. (foto: antrian air di pematang)

2. Masuknya air laut ke daratan (intrusi)Di daerah pantai, ini akan menyebabkan air tanah menjadi asin dan merusak tanaman pertanian. Kondisi yang paling parah adalah gagal panen.

3. Hilangnya mata pencaharian masyarakat

Page 16: Makalah 17 okt 2012

Ketiadaan hutan akan menyebabkan hilangnya mata pencaharian masyarakat. Perempuan tidak bisa lagi mendapatkan tambahan penghasilan dari menganyam pandan. Menurunnya potensi ikan sungai dan danau yang merugikan nelayan. Pendapatan dari panen madu lebah hilang.

4. Merebaknya hama yang bisa mengakibatkan gagal panen (contoh: belalang)5. Hilangnya budaya lokal

Tanpa hutan acara-acara adat yang terkait dengan hutan tidak bisa dilakukan. Identitas suatu masyarakat adat pun pelan-pelan akan hilang.

6. Hilangnya tempat tinggal satwa dan berbagai tumbuhan penting

Hutan perlu dimanfaatkan secara bijaksana, agar manfaatnya dapat terus menerus dirasakan. Hutan yang terjaga akan menjamin kehidupan keturunan kita menjadi lebih baik. Jagalah hutan mulai sekarang, demi masa depan yang lebih baik.

A. Peran Hutan Sebagai Penyedia Jasa Lingkungan

Kajian tentang peran hutan dalam pengendalian daur air dan longsor lahan sangat diperlukan sebagai suatu proses dalam pengenalan dan pemahaman fungsi hutan yang sangat beragam. Diharapkan mahasiswa semakin memahami bahwa peran dan fungsi hutan tidak hanya sebagai penghasil hasil hutan yaitu kayu saja akan tetapi ada fungsi-fungsi lain dari hutan yang dapat memberikan manfaat lebih besar bagi lingkungan dan manusia itu sendiri.

Peran hutan yang penting dan menjadi materi utama dalam bagian ini adalah sebagai penyedia jasa lingkungan melalui perannya dalam mengendalikan daur air kawasan dan perannya dalam mengendalikan longsor lahan.

Sangat banyak harapan yang ditopangkan kepada hutan di dalam rangka pengendalian daur air suatu kawasan. Hal ini disebabkan karena secara keseluruhan peran hutan dengan vegetasinya banyak yang bisa diharapkan, walaupun peran tersebut sangat dibatasi oleh beberapa faktor antara lain :

1. Sifat pertumbuhannya yang dinamik yang tergantung kepada waktu dan musim.

2. Nilai perannya juga ditentukan oleh struktur hutannya, luasnya, komposisi jenisnya, keadaan pertumbuhannya serta letaknya.

3. Nilai perannya untuk suatu keadaan ekosistem hutan tertentu juga dibatasi oleh iklim, keadaan geologi, geomorfologi dan watak tanahnya.

Secara lebih rinci peran hutan dapat diterangkan sebagai berikut (Pusposutardjo, 1984) :

Page 17: Makalah 17 okt 2012

1. Sebagai pengurang atau pembuang cadangan air di bumi melalui proses : a. Evapotranspirasib. Pemakaian air konsumtif untuk pembentukan jaringan tubuh

vegetasi.2. Sebagai penghalang untuk sampainya air di bumi melalui proses

intersepsi.3. Sebagai pengurang atau peredam energi kinetik aliran air lewat :

a. Tahanan permukaan dari bagian batang di permukaanb. Tahanan aliran air permukaan karena adanya seresah di

permukaan.4. Sebagai pendorong ke arah perbaikan kemampuan watak fisik tanah untuk

memasukkan air lewat sistem perakaran, penambahan dinamika bahan organik ataupun adanya kenaikan kegiatan biologik di dalam tanah.

Peranan kawasan hutan sebagai pengendali daur air dapat dilihat dari dua sudut pandangan yaitu menyediakan air dengan konsep panen air (water harvesting) dan dengan konsep menjamin penghasilan air (water yield). Jumlah air yang dapat dipanen tergantung pada jumlah aliran permukaan (run off) yang dapat digunakan, sedang jumlah air yang dapat dihasilkan bergantung pada debit air tanah. Kedua tujuan tersebut memerlukan perlakuan yang berbeda.

Untuk meningkatkan panenan air, infiltrasi dan perkolasi harus dikendalikan, sedang untuk meningkatkan penghasilan air, infiltrasi dan perkolasi justru yang harus ditingkatkan. Konsep penghasil air menjadi azas pengembangan sumber air di kawasan beriklim basah, karena konsep panen air akan membawa resiko besar, berupa peningkatan erosi dan juga akan banyak memboroskan lahan untuk menampungnya.

Faktor Penyebab Longsor Lahan

Beberapa faktor yang menyebabkan suatu kawasan menjadi rawan longsor antara lain :

1. Faktor internal a. Genesis morfologi lereng (perubahan kemiringan dari landai ke

curam)b. Geologi (jenis batuan, sifat batuan, stratigrafi dan tingkat

pelapukan) Jenis batuan/tanah

- Tanah tebal dengan tingkat pelapukan sudah lanjutc. Kembang kerut tanah tinggi : lempung

Sedimen berlapis (tanah permeabel menumpang pada tanah impermeabel)

Perlapisan tanah/batuan searah dengan kemiringan lereng.

Page 18: Makalah 17 okt 2012

d. Tektonik dan Kegempaan Sering mengalami gangguan gempa Mekanisme tektonik penurunan lahan

2. Faktor luar (eksternal) a. Morfologi atau Bentuk Geometri Lereng

Erosi lateral dan erosi mundur (backward erosion) yang intensif menyebabkan terjadinya penggerusan di bagian kaki lereng, akibatnya lereng makin curam. Makin curam suatu kemiringan lereng, makin kecil nilai kestabilannya.

Patahan yang mengarah keluar lerengb. Hujan

Akibat hujan terjadi peningkatan kadar air tanah, akibatnya menurunkan ketahanan batuan.

Kadar air tanah yang tinggi juga menambah beban mekanik tanah.

Sesuai dengan letak dan bentuk bidang gelincir, hujan yang tinggi menyebabkan terbentuknya bahan gelincir.

c. Kegiatan Manusia Mengganggu kestabilan lereng misal dengan memotong

lereng. Melakukan pembangunan tidak mengindahkan tata ruang

wilayah/tata ruang desa. Mengganggu vegetasi penutup lahan sehingga aliran

permukaan melimpah misal dengan over cutting, penjarahan atau penebangan tak terkendali, hal ini akan menyebabkan erosi mundur maupun erosi lateral.

Menambah beban mekanik dari luar misal penghijauan atau hasil reboisasi yang sudah terlalu rapat dan pohonnya sudah besar-besar di kawasan rawan longsor lahan dan tidak dipanen.

Gambar Longsor

Karakteristik kawasan rawan longsor antara lain :

Page 19: Makalah 17 okt 2012

a. Kawasan yang mempunyai kelerengan ≥20 %b. Tanah pelapukan tebalc. Sedimen berlapis : Lapisan permeabel menumpang pada lapisan

impermeabeld. Tingkat kebasahan tinggi (curah hujan tinggi)e. Erosi lateral intensif sehingga menyebabkan terjadinya

penggerusan di bagian kaki lereng, akibatnya lereng makin curam.f. Mekanisme tektonik penurunan lahang. Patahan yang mengarah keluar lerengh. Dip Perlapisan sama dengan Dip Lerengi. Makin curam lereng, makin ringan nilai kestabilannya.

Pengendalian Longsor Lahan

Pencegahan atau mengurangi longsor lahan dengan usaha-usaha antara lain :

a. Menghindari atau mengurangi penebangan pohon yang tidak terkendali dan tidak terencana (over cutting, penebangan cuci mangkuk, dan penjarahan).

b. Penanaman vegetasi tanaman keras yang ringan dengan perakaran intensif dan dalam bagi kawasan yang curam dan menumpang di atas lapisan impermeabel.

c. Mengembangkan usaha tani ramah longsor lahan seperti penanaman hijauan makanan ternak (HMT) melalui sistem panen pangkas.

d. . Mengurangi beban mekanik pohon-pohon yang besar-besar yang berakar dangkal dari kawasan yang curam dan menumpang di atas lapisan impermeabel.

e. Penjarangan untuk Mengurangi Beban Tanahf. Membuat Saluran Pembuangan Air (SPA) pada daerah yang berhujan

tinggi dan merubahnya menjadi Saluran Penampungan Air dan Tanah (SPAT) pada hujan yang rendah.

Page 20: Makalah 17 okt 2012

g. Mengurangi atau menghindari pembangunan teras bangku di kawasan yang rawan longsor lahan yang tanpa dilengkapi dengan SPA dan saluran drainase di bawah permukaan tanah untuk mengurangi kandungan air dalam tanah.

h. Mengurangi intensifikasi pengolahan tanah daerah yang rawan longsor.i. Membuat saluran drainase di bawah permukaan (mengurangi kandungan

air dalam tanah).j. Bila perlu, bisa dilengkapi bangunan teknik sipil/bangunan mekanik.

Contoh jenis tanaman yang mempunyai akar tunggang dalam dan akar cabang banyak yang berakar tunggang dalam dengansedikit akar cabang sebagai berikut :

A. Pohon-pohon yang mempunyai akar tunggang dalam dan akar cabang banyak.

1. Aleurites moluccana (kemiri)2. Vitex pubescens (laban)3. Homalium tomentosum (dlingsem)4. Lagerstroemia speciosa (bungur)5. Melia azedarach (mindi)6. Cassia siamea (johar)7. Acacia villosa8. Eucalyptus alba9. Leucaena glauca

B. Pohon-pohon yang mempunyai akar tunggang dalam dengan sedikit akar cabang

1. Swietenia macrophylla (mahoni daun besar)2. Gluta renghas (renghas)3. Tectona grandis (jati)4. Schleichera oleosa (kesambi)5. Pterocarpus indicus (sono kembang)6. Dalbergia sissoides (sono keling)7. Dalbergia latifolia8. Cassia fistula (trengguli)9. Bauhinia hirsula (tayuman)10. Tamarindus indicus (asam jawa)11. Acacia leucophloea (pilang)

Banjir bandang, erosi, tanah longsor dimusim hujan dan kekeringan

berkepanjangan dimusim kemarau, sangat erat hubungannya dengan kesalahan

penanganan pengelolaan lahan daerah aliran sungai (DAS), terutama bagian hulu

yang kurang mengikuti kaidah konservasi tanah dan air. Sehingga dimusim hujan

Page 21: Makalah 17 okt 2012

sebagian besar air hujan sebagai aliran permukaan/limpasan yang tidak

tertampung di dalam waduk atau sungai yang mengakibatkan terjadi banjir

bandang di daerah hilir. Sementara dimusim kemarau akibat pasokan dan

cadangan air tanah menurun, menyebabkan terjadinya kekeringan yang

berkepanjangan.

Pengelolaan DAS bagian hulu sering kali menjadi fokus perhatian,

mengingat dalam suatu kawasan DAS, bagian hulu dan hilir mempunyai

keterkaitan biofisik melalui daur hidrologi. Misalnya kesalahan penggunaan

lahan daerah hulu akan berdampak pada masyarakat di daerah hilir. Terbukanya

lahan yang berbukit di daerah hulu baik karena penebangan hutan termasuk alih

fungsi lahan ataupun penerapan cara pengelolaan tanah yang keliru menyebabkan

terjadinya erosi dan tanah longsor. Sedimentasi tanah di sungai dan waduk akan

mengurangi daya tampung sungai, yang menyebabkan terjadinya banjir di daerah

hilir. Banjir bisa terjadi bila daya tampung sungai tidak mampu lagi menampung

aliran air yang melalui sungai tersebut, volume limpasan air permukaan melebihi

daya tampung, sehingga air menggenangi wilayah tempat aktivitas manusia.

Banjir akan bisa menjadi lebih besar jika penyimpan air (water saving)

tidak  bisa menahan air limpasan. Hal ini bisa terjadi ketika hutan yang berfungsi

sebagai daya simpan air tidak mampu lagi menjalankan fungsinya. Hutan dapat

mengatur fluktuasi aliran sungai karena peranannya dalam mengatur limpasan dan

infiltrasi (Murdiyarso, D. Dan Kurnianto, S. 2007). Kejadian banjir ini, akan

menjadi kejadian tahunan daerah hilir yang rawan bencana apabila pengelolaan

bagian hulu tidak diperbaiki dengan segera, baik melalui reboisasi/penghijauan

dan upaya konservasi tanah. Disamping itu karena pasokan air hujan ke dalam

tanah (water saving) rendah dan cadangan air dimusim kemarau berkurang akan

menyebabkan terjadi kekeringan berkepanjangan dan hilangnya mata air seperti

banyak terjadi sekarang ini.

Indonesia sebagai daerah tropis, erosi oleh air merupakan bentuk degradasi

tanah yang sangat dominan. Praktik deforesterisasi dan alih fungsi lahan

merupakan penyebab utamanya baik di hutan produksi ataupun di hutan rakyat.

Disamping itu praktek usaha tani yang tidak memperhatikan kaidah-kaidah

Page 22: Makalah 17 okt 2012

konservasi akan menyebabkan terjadinya kemerosotan sumberdaya lahan yang

akan berakibat semakin luasnya lahan kritis kita. Terbukti pada tahun 1990-an

luas lahan kritis di Indonesia 13,18 juta hektar, namun tahun 2005 diperkirakan

mencapai lebih dari 23,24 juta hektar, sebagian besar berada di luar kawasan

hutan (65%) yaitu di lahan milik rakyat dengan pemanfaatan yang sekedarnya

atau bahkan cenderung diterlantarkan. Keadaan ini justru akan membawa dampak

lahan semakin krtis dan kekeringan panjang terjadi dimusim kemarau. Hal ini

menandakan bahwa petani masih banyak yang belum mengindahkan praktek

usaha tani konservasi.

Kejadian lain di musim hujan, yaitu tanah longsor yang merupakan

ancaman bagi daerah berlereng, yang pada akhir-akhir ini banyak menelan korban

jiwa. Kejadian longsor selain disebabkan oleh kerusakan lingkungan juga

disebabkan oleh faktor alam yaitu curah hujan, jenis tanah (kedalaman lapisan

kedap air dan kekuatan tanah) dan topografi/lereng (kemiringan dan stabilitas).

Bencana tanah longsor di Karanganyar yang menelan korban 67 jiwa dan juga

terjadi di daerah lainnya seperti Ngawi, Wonogiri dan Malang, merupakan

peringatan bagi kita, akan arti pentingnya menjaga stabilitas lereng dan menjaga

lingkungan di daerah rawan longsor.

Hujan lebat dengan volume tinggi akan menjadi penyebab tanah longsor di

daerah lereng curam (rawan longsor). Semakin curam kemiringan lereng di suatu

kawasan, semakin besar kemungkinan terjadi longsor. Semua material bumi pada

lereng memiliki sebuah sudut di mana material ini akan tetap stabil. Bebatuan

kering akan tetap di tempatnya hingga kemiringan 30 derajat misalnya, akan tetapi

tanah yang basah akan lebih mudah meluncur pada kemiringan yang lebih kecil.

Sehingga jika curah hujan tinggi, mengguyur dalam tempo lama, dengan drainase

yang kurang baik menyebabkan tanah menjadi jenuh dengan air, dan jika sudut

lereng curam maka sangat rentan terjadi longsor. Pola aliran permukaan yang

mengalir hanya lewat satu tempat sangat berpengaruh terhadap terjadinya tanah

longsor.

Page 23: Makalah 17 okt 2012

Beberapa tahun terakhir ini penjarahan hutan atau penebangan liar di kawasan

hutan makin marak terjadi dimana-mana seakan-akan tidak terkendali. Ancaman

kerusakan hutan ini jelas akan menimbulkan dampak negatif yang luar biasa

besarnya karena adanya efek domino dari hilangnya hutan, terutama pada

kawasan-kawasan yang mempunyai nilai fungsi ekologis dan biodiversitas besar.

Badan Planologi Departemen Kehutanan melalui citra satelit menunjukkan luas

lahan yang masih berhutan atau yang masih ditutupi pepohonan di Pulau Jawa

tahun 1999/2000 hanya tinggal empat persen saja.

Kawasan ini sebagian besar merupakan wilayah tangkapan air pada daerah

aliran sungai (DAS). Akibat dari kejadian ini tidak saja hilangnya suatu kawasan

hutan yang tadinya dapat mendukung kehidupan manusia dalam berbagai aspek

misal kebutuhan akan air, oksigen, kenyamanan (iklim mikro), keindahan

(wisata), penghasilan (hasil hutan non kayu dan kayu), penyerapan carbon (carbon

sink), pangan dan obat-obatan akan tetapi juga hilanglah biodiversity titipan

generasi mendatang.

Saat ini di dunia internasional telah berkembang trend baru melalui

perdagangan karbon (CO2). Perdagangan karbon diawali dengan disepakatinya

Kyoto Protocol bahwa Negara-negara penghasil emisi karbon harus menurunkan

tingkat emisinya dengan menerapkan teknologi tinggi dan juga menyalurkan dana

kepada negara-negara yang memiliki potensi sumberdaya alam untuk mampu

menyerap emisi karbon secara alami misalnya melalui vegetasi (hutan). Indonesia

dengan luas hutan tersebar ketiga di dunia, bisa berperan penting untuk

mengurangi emisi dunia melalui carbon sink. Hal ini bisa terjadi jika hutan yang

ada dijaga kelestariannya dan melakukan penanaman (afforestasi) pada kawasan

bukan hutan (degraded land). Serta melakukan perbaikan kawasan hutan yang

rusak (degraded forest) dengan cara penghutanan kembali (reforestasi).

Hutan Pinus di Indonesia sebagai salah satu hutan tanaman yang memiliki

nilai ekonomi strategis dan persebarannya yang cukup luas saat ini diandalkan

sebagai penghasil produk hasil hutan non kayu melalui produksi getahnya. Nilai

Page 24: Makalah 17 okt 2012

ekonomi hutan Pinus dianggap masih rendah apabila hanya dihitung dari nilai

getah dan kayunya saja, sudah saatnya dilakukan upaya penghitungan manfaat

hutan sebagai penyedia jasa lingkungan yang diharapkan mampu memberikan

nilai ekonomi lebih tinggi dengan mengetahui berbagai kemampuannya dalam

menyediakan sumberdaya air, penyerap karbon, penghasil oksigen, jasa wisata

alam, satwa, biodiversitas dan sebagainya.

B. Hutan Bagi Kehidupan

Peran hutan terhadap pengendalian daur air dimulai dari peran tajuk

menyimpan air sebagai air intersepsi. Sampai saat ini intersepsi belum dianggap

sebagai faktor penting dalam daur hidrologi. Bagi daerah yang hujannya rendah

dan kebutuhan air dipenuhi dengan konsep water harvest maka para pengelola

Daerah Aliran Sungai (DAS) harus tetap memperhitungkan besarnya intersepsi

karena jumlah air yang hilang sebagai air intersepsi dapat mengurangi jumlah air

yang masuk ke suatu kawasan dan akhirnya mempengaruhi neraca air regional.

Dengan demikian pemeliharaan hutan yang berupa penjarangan sangat penting

dilaksanakan sesuai frekuensi yang telah ditetapkan.

Peran menonjol yang ke dua yang juga sering menjadi sumber penyebab kekawatiran masyarakat adalah evapotranspirasi. Beberapa faktor yang berperanan terhadap besarnya evapotranspirasi antara lain adalah radiasi matahari, suhu, kelembaban udara, kecepatan angin dan ketersediaan air di dalam tanah atau sering disebut kelengasan tanah. Lengas tanah berperanan terhadap terjadinya evapotranspirasiEvapotranspirasi punya pengaruh yang penting terhadap besarnya cadangan air tanah terutama untuk kawasan yang berhujan rendah, lapisan/tebal tanah dangkal dan sifat batuan yang tidak dapat menyimpan air.

Peran ketiga adalah kemampuan mengendalikan tingginya lengas tanah hutan. Tanah mempunyai kemampuan untuk menyimpan air (lengas tanah), karena memiliki rongga-rongga yang dapat diisi dengan udara/cairan atau bersifat porous. Bagian lengas tanah yang tidak dapat dipindahkan dari tanah oleh cara-cara alami yaitu dengan osmosis, gravitasi atau kapasitas simpanan permanen suatu tanah diukur dengan kandungan air tanahnya pada titik layu permanen yaitu pada kandungan air tanah terendah dimana tanaman dapat mengekstrak air dari ruang pori tanah terhadap gaya gravitasinya. Titik layu ini sama bagi semua tanaman pada tanah tertentu (Seyhan, 1977). Pada tingkat kelembaban titik layu ini tanaman tidak mampu lagi menyerap air dari dalam tanah. Jumlah air yang

Page 25: Makalah 17 okt 2012

tertampung di daerah perakaran merupakan faktor penting untuk menentukan nilai penting tanah pertanian maupun kehutanan.

Peran ke empat adalah dalam pengendalian aliran (hasil air). Kebanyakan persoalan distribusi sumberdaya air selalu berhubungan dengan dimensi ruang dan waktu. Akhir-akhir ini kita lebih sering dihadapkan pada suatu keadaan berlebihan air pada musim hujan dan kekurangan air di musim kemarau. Sampai saat ini masih dipercayai bahwa hutan yang baik mampu mengendalikan daur air artinya hutan yang baik dapat menyimpan air selama musim hujan dan melepaskannya di musim kemarau. Kepercayaan ini didasarkan atas masih melekatnya dihati masyarakat bukti-bukti bahwa banyak sumber-sumber air dari dalam kawasan hutan yang baik tetap mengalir pada musim kemarau.

Pada kawasan hutan Pinus di Daerah Tangkapan Air Gunung Rahtawu, Kabupaten Wonogiri dengan luasan catchment area dengan luas 101,79 ha dengan curah hujan rata-rata berkisar antara 2900 – 3500 mm/tahun mampu menghasilkan potensi sumberdaya air permukaan sebesar 2..232.000 m3/tahun. Kawasan ini juga mampu menghasilkan debit yang selalu tersedia untuk dimanfaatkan (debit andalan) sebesar 2 – 67 liter/detik. Dari potensi ini saja sebenarnya sudah dapat diprediksi bahwa kawasan hutan Pinus ini mampu mendukung 900 – 2.000 jiwa masyarakat disekitar hutan Pinus yang rata-rata membutuhkan air bersih untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sebesar 122 liter/orang/hari (Suryatmojo, H., 2004).

Dari gambaran diatas, nampak jelas bahwa peran hutan sebagai penyedia jasa lingkungan melalui kemampuannya sebagai regulator air memiliki nilai arti yang sangat penting dalam mendukung hajat hidup masyarakat disekitar hutan.

1) Hutan Sebagai Penyerap Karbon

Siklus karbon di dalam biosfer meliputi dua bagian siklus penting, di darat dan di laut. Keduanya dihubungkan oleh atmosfer yang berfungsi sebagai fase antara. Siklus karbon global melibatkan transfer karbon dari berbagai reservoir (Tabel 1). Jika dibandingkan dengan sumber karbon yang tidak reaktif, biosfer mengandung karbon yang lebih sedikit, namun demikian siklus yang terjadi sangat dinamik di alam (Vlek, 1997).

Tabel 1. Karbon di dalam berbagai reservoir dari siklus global

Lokasi Satuan C (ton x 1010)Udara CO2-atmosfer 70Darat Biomass 59  Bahan organik tanah 85  Produksi bersih/tahun 6.3  Pelepasan dari fosil 0.5

Page 26: Makalah 17 okt 2012

Laut Biomass 0.3  C-organik terlarut 100  C-anorganik (HCO3) 3.500  Produksi bersih/tahun 45Sedimen C-anorganik (HCO3) 2.000.000  Batu bara dan minyak 1.000

Sejumlah besar kalsium karbonat dalam lebih dari 10 juta tahun yang lalu telah terlarut dan tercuci dari permukaan daratan. Sebaliknya, dalam jumlah yang sama telah terpresipitasi dari air laut ke dalam lantai dasar laut. Waktu tinggal (residence time) karbon di dalam atmosfer dalam pertukarannya dengan hidrosfer berkisar antara 5 – 10 tahun, sedangkan dalam pertukarannya dengan sel tanaman dan binatang sekitar 300 tahun. Hal ini berbeda dalam skala waktu dibandingkan dengan residence time untuk karbon terlarut (ribuan tahun) dan karbon dalam sedimen dan bahan bakar fosil (jutaan tahun) (Vlek, 1997 dalam Herman Widjaja, 2002).

Dari hasil inventarisasi gas-gas rumah kaca di Indonesia dengan menggunakan metoda IPCC 1996, diketahui bahwa pada tahun 1994 emisi total CO2 adalah 748,607 Gg (Giga gram), CH4 sebanyak 6,409 Gg, N2O sekitar 61 Gg, NOX sebanyak 928 Gg dan CO sebanyak 11,966 Gg. Adapun penyerapan CO2 oleh hutan kurang lebih sebanyak 364,726 Gg, dengan demikian untuk tahun 1994 tingkat emisi CO2 di Indonesia sudah lebih tinggi dari tingkat penyerapannya. Indonesia sudah menjadi net emitter, sekitar 383,881 Gg pada tahun 1994. Hasil perhitungan sebelumnya, pada tahun 1990, Indonesia masih sebagai net sink atau tingkat penyerapan lebih tinggi dari tingkat emisi. Berapapun kecilnya Indonesia sudah memberikan kontribusi bagi meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca secara global di atmosfer (Widjaja, 2002).

Banyak pihak yang beranggapan bahwa melakukan mitigasi secara permanen melalui penghematan pemanfaatan bahan bakar fosil, teknologi bersih, dan penggunaan energi terbarukan, lebih penting daripada melalui carbon sink. Hal ini dikarenakan hutan hanya menyimpan karbon untuk waktu yang terbatas (stock). Ketika terjadi penebangan hutan, kebakaran atau perubahan tata guna lahan, karbon tersebut akan dilepaskan kembali ke atmosfer (Rusmantoro, 2003).

Carbon sink adalah istilah yang kerap digunakan di bidang perubahan iklim. Istilah ini berkaitan dengan fungsi hutan sebagai penyerap (sink) dan penyimpan (reservoir) karbon. Emisi karbon ini umumnya dihasilkan dari kegiatan pembakaran bahan bakar fosil pada sektor industri, transportasi dan rumah tangga.

Pada kawasan hutan Pinus di DTA Rahtawu dengan umur tegakan 30 tahun mempunyai potensi penyimpanan karbon sebesar 147,84 ton/ha dengan prosentase penyimpanan terbesar pada bagian batang (73,46%), kemudian cabang (16,14%), kulit (6,99%), daun (3,17%) dan bunga-buah (0,24%). Dari data diatas

Page 27: Makalah 17 okt 2012

dapat diprediksi kemampuan hutan pinus dalam menyimpan karbon melalui pendekatan kandungan C-organik dalam biomas memiliki potensi penyimpanan mencapai 44% dari total biomasnya. Sehingga DTA Rahtawu dengan luasan 101,79 ha memiliki potensi penyimpanan karbon dalam tegakan sebesar 15.048,5 ton, penyimpanan karbon dalam seresah sebesar 510 ton dan dalam tumbuhan bawah sebesar 91 ton karbon. (Suryatmojo, H., 2004)

2) Hutan Sebagai Penyedia Sumberdaya Air

Ketergantungan masyarakat yang tinggal di kawasan sekitar hutan terhadap keberadaan hutan sangat tinggi. Kemampuan hutan sebagai regulator air mampu memberikan kontribusi dalam penyediaan air bagi masyarakat sekitar hutan. Hutan Pinus di DTA Rahtawu memiliki potensi yang cukup besar dalam penyediaan sumberdaya air. Potensi sumberdaya air di DTA Rahtawu dapat didekati dengan mengetahui debit bulanan dan volume aliran bulanan, sedangkan untuk memprediksi debit andalan yang selalu tersedia setiap saat dan dapat dipergunakan untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan masyarakat sekitar didekati dengan pengolahan data sekunder dari hidrograf aliran untuk memperoleh debit minimumnya (debit andalan).

Dari hasil penelitian diperoleh nilai debit andalan yang dapat dipergunakan pada musim kemarau sebesar 1,82 liter/detik yang terjadi pada bulan Agustus dan September, sedangkan pada musim penghujan debit yang dapat dimanfaatkan sebesar 29,82 – 67,55 liter/detik (Suryatmojo, H., 2004). Masyarakat desa Ngambarsari yang terletak di sekitar kawasan hutan pinus membutuhkan air bersih rata-rata/orang/hari adalah 0,0014 liter/detik atau 122 liter/orang/hari. Apabila potensi sumberdaya air tersebut akan dimanfaatkan oleh masyarakat desa Ngambarsari, maka potensi air dari hutan pinus seluas 101,79 ha mampu untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi 900 – 2.000 orang atau 19 – 42% dari jumlah penduduk Desa Ngambarsari yang berjumlah 4.749 orang.

Dari hasil penelitian diatas, nampak bahwa sesungguhnya peran hutan sangat besar dalam menyokong kehidupan manusia, salah satu diantaranya dari kemampuan sebagai regulator air melalui berbagai proses dalam siklus hidrologi yang berlangsung di dalamnya.

Tanpa keanekaragaman hayati tidak ada kehidupan.  Ini adalah bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari kita. Peraturan dibidang iklim, pemurnian air, penyerbukan, kontrol hama, makanan, obat-obatan… merupakan daftar ketergantungan kita terhadap sumberdaya dan layanan yang disediakan oleh ekosistem hutan hujan tropis hingga terumbu karang, yang hampir tidak pernah berakhir.

Keanekaragaman hayati merupakan kunci keberhasilan dari ekosistem karena memberikan mereka fleksibilitas untuk beradaptasi dan terus berfungsi di dalam dunia yang terus berubah.  Tetapi masa depan kesehatan ekosistem

Page 28: Makalah 17 okt 2012

tersebut, dan sebagai konsekwensi kesehatan kita, masyarakat dan ekonomi, menjadi semakin tidak menentu dalam kaitannya dengan tingkat kehilangan keanekaragaman hayati yang terjadi di seluruh dunia.

Hutan mempunyai kedudukan dan peranan yang sangat penting dalam menunjang pembangunan nasional. Hutan mempunyai manfaat yang amat besar bagi kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.

Manfaat tersebut terdiri dari manfaat langsung dan manfaat tidak langsung serta manfaat hasil hutan yang berupa barang dan jasa. Manfaat langsung hutan berupa: kayu, buah-buahan, binatang untuk diburu,keindahan untuk rekreasi alam, udara yang segar untuk kenyamanan dan kesehatan. Sedangkan manfaat tidak langsungnya berupa: pemeliharaan keanekaragaman hayati, pengendalian erosi dan banjir, pengendalian penyakit tanaman atau tanah hutan industri. Hasil hutan berupa barang meliputi: kayu, rotan, getah, buah, kayu bakar, satwa liar, air bersih, dan sebagainya. Sedangkan hasil hutan berupa jasa meliputi: pemandangan alam, menyerap dan menyimpan karbon, iklim mikro/iklim setempat (lokal), memelihara kesuburan tanah, dan mengendalikan debit sungai, dan lainnya.

Disamping memiliki manfaat yang disebut diatas, hutan juga memiliki nilai fungsi yang berupa fungsi produksi/ekonomis, fungsi ekologis dan fungsi sosial budaya.

Fungsi produksi/ekonomis meliputi keseluruhan hasil hutan yang dapat dipergunakan untuk memenuhi kehidupan manusia dalam melakukan berbagai tindakan ekonomi seperti hasil hutan untuk bahan baku industri, kayu bakar serta hasil hutan yang berupa air bersih untuk dijual secara komersial. Fungsi ekologis hutan berupa berbagai bentuk jasa hutan yang diperlukan dalam memelihara dan meningkatkan kualitas lingkungan seperti mengendalikan erosi, memelihara kesuburan tanah, habitat flora dan fauna serta mengendalikan penyakit tanaman pertanian. Fungsi sosial budaya dapat berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh hutan yang dapat memenuhi kepentingan umum, terutama masyarakat di sekitar hutan untuk berbagai kepentingan dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya, seperti lapangan pekerjaan, lahan untuk bercocok tanam, persediaan kayu bakar, pendidikan, penelitian, budaya dan keagamaan. Hasil hutan yang dinilai secara ekonomis dan di masukkan dalam Produk Domestik Bruto (PDB) hanya terbatas pada beberapa jenis hasil hutan yang memiliki nilai komersial, yaitu nilai ekonomi dalam arti sempit saja.

Indonesia memiliki hutan seluas lebih kurang 144 juta ha, hanya saja yang masih berupa hutan kira-kira 118 juta ha. Apabila hutan tersebut dikelola dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya, akan memberikan dampak positif dalam menunjang pembangunan bangsa dan negara. Begitu juga sebaliknya jika hutan tersebut tidak dilestarikan dan dipelihara maka akan menyebabkan dampak negatif bagi bangsa dan negara. Datangnya bencana alam seperti banjir dan tanah longsor merupakan dua dari banyak bencana alam yang disebabkan oleh kerusakan hutan.

Page 29: Makalah 17 okt 2012

Oleh karena itu, sudah selayaknya lah kita menjaga dan melestarikan alam kita, karena itu adalah amanah dari Sang Pencipta. Mulailah berbuat dari yang terkecil, dari yang terdekat dengan kita seperti menanam pohon di pekarangan rumah/tempat tinggal kita.

Apakah Anda peduli terhadap lingkungan? Berikut adalah cara Anda dapat ikut terlibat dan membuat suatu perubahan. Di artikel lingkungan hidup ini Anda akan menemukan tips cara mengurangi limbah, menemukan produk ramah lingkungan, dan mendukung upaya masyarakat, pemerintah dan perusahaan untuk membantu melindungi dan melestarikan lingkungan.

Hidup Hijau Mengurangi Pemanasan Global Menghemat Energi

C. Hutan Lindung Sebagai Pengatur Tata Air

Kawasan lindung merupakan kawasan yang berfungsi untuk melindungi kawasan yang berpotensi sebagai tangkapan air, pengatur tata air, perlindungan terhadap sumberdaya hayati dan perlindungan terhadap pencurian kayu. Air memegang peranan penting bagi kehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya serta lingkungan. Sementara di lain pihak, banyaknya tekanan terhadap hutan lindung menyebabkan berkurangnya fungsi sebagai daerah tangkapan dan penyedia air. Permasalahan lain yang berkembang adalah banyaknya pihak yang terlibat dalam pengelolaan dan pemanfaatan air, baik sebagai penyedia maupun pengguna. Oleh karenanya dalam pengelolaan sumberdaya air perlu adanya penanganan dan kesepakatan, baik antara pihak penyedia (pengelola kawasan) maupun pihak pengguna ( pengelola SDA). Para pemanfaat kawasan di hilir selayaknya memberikan kompensasi kepada pengelola kawasan di hulu sebagai insentif terhadap pengelolaan kawasan lindung. Kompensasi yang diberikan dapat berupa pembayaran jasa lingkungan dengan melakukan konservasi melalui tanaman jenis setempat dan menjaga kelestarian hutan

Hutan merupakan faktor yang utama dalam menjaga kualitas dan ketersediaan air sehingga ada tuntutan dan keinginan agar hutan sebagai daerah tangkapan utama dan berfungsi sebagai pengatur tata air perlu dikelola dengan baik. Sebagai pengguna air baik pemerintah, swasta maupun masyarakat mempunyai tanggung jawab dalam melakukan kewajibannya untuk menjaga kelestarian hutan berupa  kontribusinya sebagai kompensasi agar kebutuhan akan sumber air dapat terpenuhi. Dan pengguna merasa yakin bahwa dana yang dihimpun untuk pengelolaan sumber daya air digunakan dengan sebaikbaiknya untuk menjaga dan meningkatkan kualitas jasa air. Sebagai penyedia air dalam hal ini instansi yang terkait dengan pengelolaan kawasan lindung hendaknya juga dapat memanfaatkan kompensasi tersebut dengan sebaik-baiknya.

Page 30: Makalah 17 okt 2012

Pemerintah selaku regulator dalam hal ini sangat berperan aktif terutama dalam mekanisme penyaluran dana jasa lingkungan. Agar mekanisme tranfer jasa lingkungan dapat diterapkan dan berjalan dengan baik diperlukan lingkungan kebijakan yang kondusif secara keseluruhan. Disamping itu segala hambatan perlu diidentifikasi dan ditanggulangi seperti kurangnya kemauan politis, tidak ada kerangka hukum yang mendukung,, sumber dana yang kurang, atau minat dan komitmen masyarakat yang kurang atau adanya ketidak sepahaman diantara para instansi yang terkait. Dengan banyaknya instansi yang terkait dalam pengelolaan air maka akan berpotensi menimbulkan kompleksitas dalam proses negosiasi imbalan. Otonomi daerah berdampak juga terhadap regulasi sektor air terutama integrasi pengelolaan air baik diantara semua sektor maupun diantara para pemangku kepentingan.

Berdasarkan undang-undang No.7 tahun 2004 pasal 77 dijelaskan bahwa sumber dana untuk pengelolaan sumber daya air salah satunya adalah dari hasil penerimaan biaya jasa pengelolaan sumber daya air. Berkaitan dengan hal tersebut pihak penyedia air wajib menerima kompensasi jasa pemakaian air dari pengguna air sebagai biaya pemeliharaan / pengelolaan dikawasan lindung yang merupakan daerah tangkapan air (hulu sungai).

D. Identifikasi Para Pengguna Jasa Air

Kawasan lindung sumber air adalah kawasan yang memberikan fungsi lindung pada sumber air yaitu daerah sempadan sumber air, daerah resapan air dan daerah sekitar mata air. Pemanfaatan Sumber Daya Air (SDA) dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan, yaitu :

Pemanfaatan air yang mempunyai nilai komersil (bernilai pasar) untuk kebutuhan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), Perusahaan Listrik Negara ( PLN ) dan Industri

Pemanfaatan air non komersial ( bernilai non pasar) untuk kebutuhan pertanian dan rumah tangga.

Instansi / stakeholder yang berfungsi sebagai pengelola SDA atau penyedia air yang mempunyai nilai komersil baik untuk kebutuhan Perusahaan Listrik Negara (PLN) serta Perusahaan Air Minum (PAM) maupun industri yang berskala besar adalah Perusahaan Jasa Tirta (PJT) yang penyalurannya berasal dari waduk. Sedangkan stakeholder yang berfungsi sebagai pengelola sumber mata air di kawasan hulu yang bersifat non komersil terutama untuk pemanfaatan perkebunan, irigasi persawahan, peternakan maupun rumah tangga adalah para pengelola kawasan. Pola pengelolaan sumber daya air menurut UU no 7 merupakan dasar dalam merencanakan, melaksanakan, memantau dan mengevaluasi kegiatan konservasi, pendayagunaan dan pengendalian kerusakan SDA. Sehingga pola ini perlu disusun secara terkoordinasi diantara instansi 2 yang terkait berdasarkan azas kelestarian, keseimbangan fungsi sosial – ekonomi – lingkungan serta azas manfaat umum dan melibatkan peran masyarakat yang

Page 31: Makalah 17 okt 2012

selanjutnya dituangkan dalam rencana penyusunan program pengelolaan sumberdaya air Ada  2 macam pemanfaatan air yaitu : pemanfaatan air komersial dan pemanfaatan air non komersial ( Nurfatriani, 2006 ).

a. Pemanfaatan air komersial merupakan bentuk pemanfaatan SDA yang telah memiliki harga pasar ( price market) yang ditetapkan dalam bentuk tarif yang ditentukan pemerintah. Pemakai air yang berada di wilayah kerja PJT I memberikan kontribusi terhadap biaya operasional pengelolaan SDA berupa tarif air yang ditetapkan oleh Menteri PU berdasarkan PP No 6/1981 tentang Iuran Eksploitasi dan Pemeliharaan Bangunan Prasarana Pengairan. Selanjutnya kewenangan PJT untuk menarik iuran tersebut ditetapkan dengan Keppres No 58/1990 dengan tarif awal untuk PLN Rp16,67 /kwh, PDAM Rp Rp 50,00 /m3 dan Industri Rp 100,00 /m3. Berdasarkan tarif dasar ini kontribusi terhadap biaya operasional pengelolaan SDA hanya sebesar 44, 8 % dari kebutuhan dana OP sebesar Rp 101,6 milyar. Lebih jelas dapat dilihat pada tabel 1 .

Dari jumlah biaya kontribusi yang diterima oleh pihak pengelola hanya sebagian kecil yang dikembalikan untuk biaya konservasi terutama didaerah hulu bahkan selama lima tahun terakhir persentasenya menurun.  Hal ini disebabkan karena volume pemakaian terus bertambah sedangkan tarif iuran tetap, disamping itu cukup tinggi biaya ( lebih dari 50 % biaya OP ) yang dikeluarkan untuk pemeliharaan sarana dan prasarana terutama waduk.

Page 32: Makalah 17 okt 2012

b. Pemanfaatan air yang non komersial menggunakan metode pendekatan terhadap kesediaan membayar (WTA) individu/ masyarakat atas manfaat yang diperoleh dari sumberdaya alam atau jasa lingkungan.Dengan melihat selisih antara jumlah yang dikonsumsi (jumlah yang dibayarkan) dan kesediaan membayar maka dapat diukur tingkat kesejahteraan yang diperoleh konsumen atau disebut surplus konsumen. Surplus konsumen menunjukkan bahwa konsumen menerima atau mendapat nilai lebih dari harga yang dibayarnya. Dari nilai surplus konsumen ini diharapkan juga dapat dikembalikan kepada pengelola kawasan hulu sebagai kompensasi atas jasa air yang digunakan. Namun tidak seluruh nilai surplus konsumen tersebut yang selayaknya dikembalikan, tapi hanya sebagian kecil saja atau sebesar ± 20% dari masing-masing pengguna dapat membayar kompensasinya kepada pengelola kawasan. Terlihat pada tabel 2 bahwa besarnya kompensasi yang selayaknya diterima oleh para pengelola kawasan atas jasa air yang digunakan petani dan rumah tangga sebesar Rp.4.067.525 / thn untuk para pengusaha pertanian di Tahura Suryo dan sebesar Rp.55.008,80 / tahun untuk rumah tangga di TNBTS dan sebesar Rp. 679.510,40 / thn untuk rumah tangga di sekitar kawasan Perum Perhutani.

Gambar 1: Distribusi Nilai Lingkungan Non Komersil

Pemanfaatan air non komersial di kawasan hulu DAS Brantas digunakan untuk pertanian yang berada di bawah pengelolaan Tahura Suryo. Pengusaha pertanian yang menggunakan sumber mata air melalui pipa2 paralon dan tandon2 antara lain : pengusaha bunga, pengusaha jamur dan pengusaha peternakan ayam. Penghijauan dan reboisasi yang dilakukan oleh para pengusaha disekitar kawasannya bekerjasama dengan instansi kehutanan dalam rangka melestarikan kawasan disekitar sumber mata air. Sedangkan pemanfaatan air oleh masyarakat / petani dikawasan hulu DAS Brantas dibawah pengelolaan TNBTS terutama untuk petani sayuran dan kebutuhan untuk air minum dan MCK. Pemanfaatan lahan ini untuk pertanian tidak lepas dari konflik yang terjadi antara masyarakat dengan pengelola kawasan, karena topografi lokasi sangat rentan akan erosi. Sehingga diperlukan kesepakan untuk kepentingan masing2 dimana masyarakat membutuhkan sumber mata air dan pengelola perlu kelestarian lahan. Kesepakatan dilakukan melalui kegiatan penanaman jalur hijau ( green belt ).

Page 33: Makalah 17 okt 2012

E. Identifikasi Para Pengelola Kawasan Di Hulu Sebagai Penyedia Air

Kawasan Lindung sebagai penyedia air merupakan kawasan yang perlu dilindungi dan dilestarikan serta dikelola dengan baik. Sebagai kawasan lindung ada beberapa fungsi manfaat yang dapat diperoleh antara lain Good Forest Governance Sebagai Syarat Pengelolaan Hutan Lestari 162 sebagai kawasan wisata, taman nasional, konservasi dan hutan lindung. Dari beberapa fungsi tersebut ada beberapa pengelola / stakeholder yang bertanggung jawab dalam pengelolaannya. Di kawasan hulu DAS Brantas ada 3 stakeholder yang mengelola langsung kawasan tersebut yaitu Perum Perhutani sebagai pengelola hutan lindung, Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) dan Taman Hutan Raya (ahura) Suryo, ketiga stakeholder tersebut berada di Kabupaten Malang.

Kawasan Tahura R. Soeryo yang merupakan hulu DAS Brantas terdapat  2 buah gunung yaitu G. Anjasmoro dan G. Arjuna dimana kawasan ini berbatasan dengan hutan lindung dan hutan produksi yang dikelola oleh Perum Perhutani. Luas kawasan Tahura yang merupakan hutan konservasi adalah 25 000 ha yang meliputi 4 Kabupaten (Malang, Mojokerto, Pasuruan dan Jombang). Di Kab Malang luas kawasan Tahura 8 928,1 ha dimana di kawasan tersebut terdapat Arboretum yang dibangun oleh PJT I sebagai daerah tangkapan air (catchment area) seluas 40 ha dengan jenis tanaman kayu putih, kayu manis, cemara gunung dll. Kawasan ini juga merupakan sumber mata air sungai brantas dan merupakan salah satu sumber air yang mengairi waduk yang dikelola oleh PJT I melalui sungai Lesti dan Melamon. Lebih dari 5 sumber mata air yang ada di kawasan Tahura baik air panas dan air dingin dan juga berfungsi sebagai obyek wisata. Selain itu ada beberapa perusahaan yang memanfaatkan air langsung dari kawasan ini antara lain perusahaan jamur, perusahaan tanaman bunga dan perusahaan peternakan.

Pemanfaatan sumber air dikawasan DAS Brantas mulai dari hulu sampai hilir (termasuk di kawasan hutan lindung dan sekitarnya) cukup tinggi. Wilayah DAS Brantas merupakan sumber air bagi kebutuhan Propinsi Jawa Timur baik untuk air minum, rumah tangga maupun untuk kebutuhan sektor lainnya. Di dalam Kawasan Hutan lindung sumbersumber mata air dimanfaatkan langsung oleh penduduk dengan menyalurkan melalui pipa yang dibangun secara swadaya dan dimanfaatkan oleh pengusaha peternakan dan perkebunan. Luas Kawasan HL di wilayah SPH IV Malang sebesar 130 114,19 ha meliputi KPH Malang 53.587,30 ha (15.438,60 ha atau 28,8% dikelola oleh TNBTS), Luas kawasan yang dapat berpotensi memanfaatkan jasa lingkungan seluas 69.372 ha.

Pengelolaan hutan lindung selain sebagai kawasan perlindungan juga sebagai sumber air dan sumber mata pencaharian masyarakat sekitar. Hutan lindung di wilayah KPH Malang yang merupakan hulu DAS Brantas dan sebagai sumber air perlu dijaga kelestariannya agar tidak mencemari permukaan air Kali Brantas yang merupakan sumber air baku baik bagi masyarakat maupun industri dan pembangkit tenaga listrik.. Hulu kali Brantas berada di wilayah Kabupaten

Page 34: Makalah 17 okt 2012

Malang tepatnya di Taman Hutan Raya (Tahura) R. Soeryo dan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dan melintasi beberapa kabupaten hingga bermuara di kota Surabaya

F. Kompensasi Insentif Hulu Hilir Di Kawasan Lindung

Para pengelola kawasan lindung (Perum Perhutani, TNBTS dan Tahura Suryo) selayaknya menerima konpensasi dari para pemanfaat air dari hulu sampai kehilir, karena selaku pengelola kawasan sangat berpengaruh terhadap ketersediaan dan kualitas air. Berapa manfaat yang harus diterima oleh pengelola kawasan dapat diketahui dengan menghitung berapa potensi debit air yang dapat diproduksi dari masingmasing kawasan dengan nilai eksternal berupa nilai dampak terhadap lingkungan yang harus dikembalikan ke hulu. Berdasarkan hasil analisa dengan Citra Landsat pada masing-masing Sub DAS dan Sub-sub DAS menunjukkan bahwa sebagai pengelola kawasan dibagian hulu dari ketiga stakeholder terkait yang berpotensi dapat menghasilkan air antara lain Perum Perhutani (KPH Malang) dengan luas areal 5.274,72 ha , 2 975,94 ha untuk kawasan TNBTS dan 6 224,85 ha untuk kawasan Tahura Suryo. Sedangkan rata-rata potensi produksi air yang dapat dihasilkan selama 3 tahun pengamatan adalah 73,37 juta m3 untuk Perum perhutani, 41,48 juta m3 untuk TNBTS dan 83,88 juta m3 untuk Tahura Suryo (Kirsfianti 2006).

Terlihat pada tabel 3 bahwa potensi poduksi air yang dapat dihasilkan dari masing-masing pengelola kawasan menunjukkan jumlah yang hampir sama besar untuk setiap ha, Perbedaan yang relatif kecil hanya disebabkan oleh kondisi lahan atau tutupan lahan dari masing-masing pengelola seperti TNBTS kondisi penutupan lahan masih banyak tanaman pohon yang dapat menghasilkan air, berbeda dengan di Tahura Suryo penutupan lahan lebih digunakan untuk lahan pertanian begitu pula halnya dengan lahan Perum Perhutani digunakan sebagai lahan garapan petani sebagai tanaman persawahan / pertanian. Lebih jelas terlihat dalam diagram berikut potensi produksi air masing-masing stakeholder.

Page 35: Makalah 17 okt 2012

Gambar 2 : Potensi Produksi Air Pengelola Kawasan

Selanjutnya dari jumlah potensi produksi air dari masing-masing pengelola kawasan dapat dihitung berapa besar biaya yang seharusnya diterima sebagai kompensasi atas jasa air yang digunakan oleh para pemanfaat ( PDAM, PLN dan Industri ) dengan mengetahui tarif air / nilai lingkungan. Tarif ini dihitung dengan menggunakan analisa full costing dari seluruh komponen biaya yang dikeluarkan oleh pengelola sumberdaya air (PJT I). Hasil analisa biaya ini dapat diketahui jumlah nilai lingkungan dari para pemanfaat air yang mempunyai nilai pasar/ komersil yaitu sebesar Rp.183.830.000.000 (Nurfatriani, 2006). Selanjutnya untuk mengetahui berapa besar nilai lingkungan komersil ini didistribusikan kepada pengelola kawasan dihitung dengan mengalikan besarnya persentase proporsi potensi produksi air dari masing-masing pengelola dengan nilai lingkungan secara keseluruhan. Lebih jelas distribusi biaya/nilai lingkungan baik komersil maupun non komersil Good Forest Governance Sebagai Syarat Pengelolaan Hutan Lestari 165 sebagai kompensasi dari masing-masing pengelola kawasan dapat dilihat pada tabel 3 berikut :

Dari tabel 3 dapat diketahui besarnya biaya lingkungan yang seharusnya diterima oleh masing-masing pengelola kawasan dimana Tahura Suryo menunjukkan nilai yang terbesar yaitu 8 691 085 /ha, terbesar kedua TNBTS sebesar Rp 2 052 400 / ha sedangkan Perum Perhutani sebesar Rp 978 349./ha.

Page 36: Makalah 17 okt 2012

Disamping itu PJT I Malang telah melakukan Program Pembayaran Jasa Lingkungan dalam upaya pengembangan hubungan hulu hilir bekerja sama dengan Yayasan Pengembangan Pedesaan.yang dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama selama 6 bulan (Oktober 2004 s/d Maret 2005) di desa Tlekung Kota Batu seluas 17,5 ha dan desa Bendosari Kec Pujon seluas 8 ha dengan jumlah anggaran sebesar Rp 44 000 000. Tahap kedua selama 3 bulan (Maret s/d Mei 2005) di desa Bendosari dengan luas 16,5 ha dan biaya sebesar Rp 15 790 000. Semua biaya berasal dari PJT I yang diberikan kepada petani yang telah melakukan upaya konservasi sumberdaya air dan tanah didaerah hulu DAS Brantas yang merupakan daerah tangkapan air ( catchments areas).

Gambar 3: Distribusi Nilai Lingkungan Komersil

Tujuan program ini adalah selain untuk membangun partisipasi dan kesadaran masyarakat petani di daerah hulu sungai Brantas juga turut serta menjaga kelestariannya juga untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani melalui penanaman. Mekanisme kompensasi ini disalurkan secara langsung kepada petani melalui pengadaan sapras dan bibit sesuai dengan kondisi lahan setempat. dan sesuai dengan kebutuhan. Disamping itu juga untuk membangun mekanisme kelembagaan hubungan antara masyarakat hulu dan hilir dalam hal pembayaran jasa lingkungan.

Ada dua mekanisme distribusi biaya jasa lingkungan yang diterapkan dalam pemanfaatan jasa air :

1. Jasa lingkungan dapat diberikan langsung kepada pihak pengelola kawasan apabila pemanfaatan air langsung dari dalam kawasan lindung.

2. Jasa lingkungan dapat diberikan oleh pihak mitra atau pihak ketiga kepada pengelola kawasan apabila pemanfaatan air dilakukan oleh pihak swasta dan berfungsi sebagai stakeholder pengelola sumberdaya air.

Page 37: Makalah 17 okt 2012

Gambar 4 : Mekanisme distribusi biaya jasa lingkungan

I. KONSEP KEBIJAKAN PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN DI KAWASAN LINDUNG

Kebijakan ini bertujuan untuk memperbaiki kondisi atau kualitas sumberdaya hutan sebagai penyedia manfaat ekonomi, ekologi dan sosial budaya di daerah hulu dan mengantisipasi terjadinya kerusakan fungsi hutan bagi daerah hilir. Konsep ini tertuang dalam “ Draft Raperda Pengelolaan Jasa Lingkungan Sumberdaya Hutan Propinsi Jawa Timur “. Para penyedia jasa lingkungan hutan di hulu yang terdiri dari kelompok tani dan pengelola kawasan hutan sangat membutuhkan pendanaan dalam upaya melakukan konservasi dan rehabilitasi hutan dan lahan.

Manfaat jasa lingkungan sumberdaya hutan selama ini diperoleh secara cuma-cuma /gratis oleh pengguna jasa lingkungan di hilir dan tidak ada kontribusi yang dibutuhkan dalam rangka pengembalian nilai jasa lingkungan dalam bentuk konservasi atau rahabilitasi pengelolaan sumberdaya hutan di hulu secara lestari.

Page 38: Makalah 17 okt 2012

Kompensasi ini merupakan inovasi baru di kehutanan sehingga perlu payung hukum dan regulasi yang jelas.

Permasalahan yang timbul adalah bagaimana cara menilai jasa lingkungan hutan tersebut sebagai suatu peluang kontribusi di sektor kehutanan yang lebih berimbang. Disamping itu bagaimana mekanisme pembayaran atas manfaat jasa lingkungan . Untuk itu diperlukan suatu institusi yang bersifat independen yang tidak terkait secara langsung dengan birokrasi di pemerintah propinsi/ daerah. Pemerintah hanya bersifat fasilitasi dan regulasi sehingga pengelolaan dana yang dihimpun dari pemanfaatan jasa lingkungan hutan dapat dipertanggung jawabkan secara transparan. Seperti yang tertuang dalam draft Raperda pasal 10 bahwa Badan Pengelola Jasa Lingkungan memenuhi syarat akuntabilitas, transparansi dan partisipasi. Badan ini bersifat non struktural langsung dibawah Gubernur dan berfungsi untuk melakukan fasilitasi pengumpulan dan penyaluran dana jasa lingkungan. Dalam pasal 9 dijelaskan bahwa pengguna jasa lingkungan dalam bentuk BUMN/BUMD, lembaga, perusahaan atau sektor swasta yang mendapatkan keuntungan dari pemanfaatan jasa lingkungan tersebut harus mengalokasikan 2,5% dari keuntungan yang diperileh sebagai kompensasi untuk kelestarian sumberdaya hutan sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan terhadap lingkungan.

G. Hutan Sebagai Penyedia Jasa Wisata Alam

Keindahan bentang alam hutan diminati sebagai tempat rekreasi sekaligus relaksasi. Dalam bentuk ekowisata, bentang alam hutan dengan keunikan panoramanya ini merupakan jenis wisata alternatif yang menawarkan banyak kelebihan, antara lain: sifatnya yang alami, relatif murah dan tentu saja ramah lingkungan (Kirsfianti, 2006). Selain itu, hutan yang baik mampu menciptakan iklim mikro di dalamnya sehingga menjanjikan kenyamanan dan kesejukan bagi penikmat wisata alternatif ini.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 68 tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam dijelaskan bahwa zona pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam dapat dimanfaatkan untuk keperluan pariwisata alam dan rekreasi. Bahkan dalam kawasan Suaka Margasatwa kita bisa melakukan wisata alam terbatas melalui kegiatan berkunjung, melihat dan menikmati keindahan alam serta perilaku satwa di dalamnya dengan syarat tertentu. Kegiatan wisata di kawasan konservasi ini tentu saja dapat dilakukan dengan tetap memegang teguh kaidah-kaidah konservasi.

Promosi dan informasi yang kurang, terbatasnya sarana dan prasarana penunjang, serta minimnya pendidikan dan pelatihan dalam perencanaan maupun penyelenggaraan pariwisata alam merupakan beberapa permasalahan yang menghambat perkembangan sektor ini (Antara News, 2008). Jenis kegiatan yang potensial untuk dikembangkan antara lain: tracking, hiking, interpretasi alam dan lingkungan, outbound, susur gua, bird watching, sepeda gunung, dan fotografi.

Page 39: Makalah 17 okt 2012

Sedangkan untuk kawasan konservasi laut, kegiatannya meliputi: snorkling, diving, surfing, ski air, dan fotografi.

H. Hutan Sebagai Penyedia Jasa Wisata Alam

Keindahan bentang alam hutan diminati sebagai tempat rekreasi sekaligus relaksasi. Dalam bentuk ekowisata, bentang alam hutan dengan keunikan panoramanya ini merupakan jenis wisata alternatif yang menawarkan banyak kelebihan, antara lain: sifatnya yang alami, relatif murah dan tentu saja ramah lingkungan (Kirsfianti, 2006). Selain itu, hutan yang baik mampu menciptakan iklim mikro di dalamnya sehingga menjanjikan kenyamanan dan kesejukan bagi penikmat wisata alternatif ini.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 68 tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam dijelaskan bahwa zona pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam dapat dimanfaatkan untuk keperluan pariwisata alam dan rekreasi. Bahkan dalam kawasan Suaka Margasatwa kita bisa melakukan wisata alam terbatas melalui kegiatan berkunjung, melihat dan menikmati keindahan alam serta perilaku satwa di dalamnya dengan syarat tertentu. Kegiatan wisata di kawasan konservasi ini tentu saja dapat dilakukan dengan tetap memegang teguh kaidah-kaidah konservasi.

I. Pelestarian Hutan

            Membahas tentang hutan, biasanya akan berkaitan dengan pegunungan, sebab kawasan hutan adalah merupakan kawasan pegunungan . Lahan di pegunungan yang masih merupakan kawasan hutan adalah lahan yang sangat banyak memberikan manfaat untuk pertanian , selain itu hutan juga sangat penting untuk menjaga fungsi lingkungan Daerah Aliran Sungai (DAS) dan penyangga daerah di bawahnya.

            Istilah pelestarian mengesankan penimbunan, seakan akan gagasan tersebut hanyalah berarti persediaan tetap cadangan, sehingga ada sesuatu yang tertinggal untuk masa yang akan datang.  Dalam pandangan masyarakat awam ahli pelestarian terlalu sering digambarkan sebagai orang yang bersifat anti sosial yang menentang setiap macam pembangunan. Apa yang sebenarnya ditentang oleh para ahli pelestarian adalah pembangunan yang tanpa rencana yang melanggar hukum ekologi dan hukum manusia.

            Pelestarian  dalam pengertian yang luas merupakan salah satu penerapan yang penting dari ekologi.  Tujuan dari pelestarian yang sebenarnya adalah memastikan pengawetan kualitas lingkungan yang mengindahkan estitika dan kebutuhan maupun hasilnya  serta memastikan kelanjutan hasil tanaman, hewan, bahan-bahan yang berguna  dengan menciptakan siklus seimbang antara panenan dan pembaharuan  (Odum, E. ?)

Page 40: Makalah 17 okt 2012

            Kesadaran lingkungan harus ditumbuhkembangkan pada masyarakat sejak dini .  Tekanan sosial dan ekonomi masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada sumber daya alam dapat ditumbuhkembangkan melalui upaya pemberian informasi  tentang lingkungan sehingga akan meningkatkan kesadaran lingkungan masyarakat.

            Menurut Djaenudin, D. 1994 kawasan hutan perlu dipertahankan berdasarkan pertimbangan fisik, iklim dan pengaturan tata air serta kebutuhan sosial ekonomi masyarakat dan Negara. Hutan yang dipertahankan terdiri dari hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, hutan konservasi, hutan produksi terbatas dan hutan produksi. Berikut ini pengertian dari berbagai jenis hutan tersebut,  antara lain: (1) Hutan lindung adalah hutan yang perlu dibina dan dipertahankan sebagai hutan dengan penutupan vegetasi secara tetap untuk kepentingan hidroorologi, yaitu mengatur tata air, mencegah banjir dan erosi, memelihara keawetan dan kesuburan tanah baik dalam kawasan hutan bersangkutan maupun kawasan yang dipengaruhi di sekitarnya; (2) Hutan suaka alam adalah  hutan yang perlu dipertahankan dan dibina keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, tipe ekosistem, gejala dan keunikan alam bagi kepentingan plasma nutfah dan pengetahuan, wisata dan lingkungan; (3) Hutan wisata adalah hutan yang dipertahankan dengan maksud untuk mengembangkan pendidikan, rekreasi dan olahraga; (4) Hutan konservasi adalah hutan yang dipertahankan untuk keberadaan keanekaragaman jenis plasma nutfah dan tempat hidup dan kehidupan satwa tertentu; (5) Hutan produksi terbatas adalah kawasan hutan untuk menghasilkan kayu hutan yang hanya dapat dieksploitasi secara terbatas dengan cara tebang pilih serta; (6) Hutan produksi adalah kawasan hutan yang diperuntukkan sebagai kebutuhan perluasan, pengembangan wilayah misalnya transmigrasi pertanian dan perkebunan, industry dan pemukiman dan lain-lain.

            Di dalam hutan-hutan tersebut di atas tidak boleh dilakukan kegiatan yang mengakibatkan terganggunya fungsi hutan tersebut. Hutan mempunyai fungsi pelindung terhadap tanah dari tetesan hujan yang jatuh dari awan yang mempunyai energi tertentu, karena gerak jatuhnya itu dengan energi tertentu tetesan hujan akan memukul permukaan tanah dan melepaskan butiran tanah sehingga akan terjadi erosi percikan.

            Air hujan yang tidak meresap ke dalam tanah akan mengalir di atas permukaan tanah, aliran air ini mempunyai energi tertentu juga, makin curam dan panjangnya lereng tempat air mengalir makin besar energinya, energi yang ada pada aliran permukaan ini akan mengelupaskan permukaan tanah sehingga terjadi erosi permukaan. Aliran permukaan dapat juga menyebabkan terbentuknya alur permukaan tanah yang disebut dengan erosi alur.

            Jika ada hutan maka tetesan air hujan akan jatuh pada tajuk-tajuk tanaman yang ada di hutan tersebut, terlebih lagi bila tajuk tersebut berlapis-lapis sebagian air hujan tersebut, akan menguap kembali ke udara dan sebagian lagi akan jatuh ke tanah melalui tajuk- tajuk tanaman dari yang teratas sampai ke tajuk tanaman

Page 41: Makalah 17 okt 2012

yang terendah, akibatnya energi kinetic air hujan tersebut di patahkan atau diturunkan kekuatannya oleh tajuk- tajuk tanaman yang berlapis tadi, hingga akhirnya air hujan yang jatuh pada tanah dari tajuk yang terndah energinya hanya yang kecil saja sehingga kekuatan pukulan air hujan pada permukaan tanah tidak besar, dengan demikian erosi percikan hanya kecil.

            Sebagian air yang jatuh di tajuk akan mengalir melalui dahan ke batang pokok dan selanjutnya mengalir ke bawah melalui batang pokok sampai ke tanah. Di dalam hutan di atas permukaan tanah terdapat seresah yaitu, daun, dahan dan kayu  yang membusuk. Seresah- seresah tersebut dapat menyerap air dan dapat membuat tanah mejadi gembur dan membuat air mudah meresap ke dalam tanah. Karena penyerapan air oleh seresah dan air meresap ke dalam tanah aliran air permukaan menjadi kecil dengan demikian erosi lapisan dan erosi alur jadi kecil.

            Apabila hutan tidak dipertahankan atau dilestarikan fungsi perlindungan hutan terhadap tanah akan hilang sehingga akan terjadi erosi bahkan longsor seperti yang banyak terjadi sekarang ini bila musim hujan datang. Erosi akan semakin besar dengan besarnya intensitas hujan serta makin curam dan panjangnya lereng. Akibat adanya erosi kesuburan tanah akan berkurang karena lapisan atas sudah terkikis dan terbawa oleh air sehingga akan menurunkan produksi tanaman dan pendapatan petani (Sinukaban, N. 1994).

J. Usaha, Cara Dan Metode Pelestarian Hutan

            Sumber masalah kerusakan lingkungan terjadi sebagai akibat dilampauinya  daya dukung lingkungan, yaitu  tekanan penduduk terhadap lahan yang berlebihan. Kerusakan klingkungan hanyalah akibat atau gejala saja , karena itu penanggulangan kerusakan lingkungan itu sendiri hanyalah merupakan penanggulangan yang sistematis, yaitu penanggulangannya harus dilakukan lebih mendasar yang berarti menanggulangi penyebab dari kerusakan lingkungan. Karena itu sebab keruskan lingkungan yang berupa tekanan penduduk terhadap sumber daya alam yang berlebih harus ditangani.

            Usaha, cara, dan metode pelestarian hutan dapat dilakukan dengan mencegah perladangan berpindah yang tidak menggunakan kaidah pelestarian hutan , waspada dan hati- hati terhadap api dan reboisasi lahan gundul serta tebang pilih tanam kembali (Organisasi Komunitas dan Perpustakaan Online Indonesia, 2006).

            Perladangan berpindah sering dilakukan oleh masyarakat yang bermukim di pedesaan. Pengaruhnya terhadap pelestarian hutan tidak akan besar karena mereka dalam melakukan kegiatan pada lahan yang tidak terlalu luas. Cara yang mereka gunakan biasanya masih tradisional dan usaha taninya bersifat subsisten dan mereka tidak menetap . Namun untuk perladangan yang luas perlu dilakukan usaha tani yang memenuhi kaidah-kaidah pelestarian hutan dan harus ada pencagahan perladangan berpindah.

Page 42: Makalah 17 okt 2012

Seringnya terjadi pembakaran hutan pada lahan-lahan perkebunan yang besar memberikan dampak yang buruk pada hutan disekitarnya. Oleh sebab itu perlu dihindari pembukaan lahan baru dengan cara pembakaran hutan. Kebakaran hutan juga dapat terjadi bila tidak hati-hati terhadap api, membuang sisa rokok yang tidak pada tempatnya akan dapat menjadi sumber api, embakar sampah atau sisa tanaman yang ada di ladang tanpa pengawasan dan penjagaan juga dapat menjadi sumber kebakaran.

Biaya yang dikeluarkan untuk reboisasi  dan penghijauan sudah sangat besar namun hasilnya tidak menggembirakan , banyak pohon yang ditanam untuk penghijauan dan reboisasi dimatikan lagi oleh penduduk karena perpindahan ladang dan pembukaan lahan baru, untuk itu salah satu cara yang dapat dilakukan untuk reboisasi adalah dengan sistem tumpang sari, dalam sistem ini peladang diperbolehkan menanam tanaman pangan diantara larikan pohon dengan perjanjian petani memelihara pohon hutan yang ditanam dan setelah kira-kira lima tahun waktu pohon sudah besar petani harus pindah, namun dalam kenyataan petani banyak tidak memelihara pohon atau bahkan mematikan pohon tersebut karena dianggap mengganggu tanaman usaha taninya sehingga tidak jarang mereka menetap di tempat tersebut.

            Kegagalan penghijauan dan reboisasi dapat dimengerti, karena penghijauan dan reboisasi itu pada hakikatnya menurunkan daya dukung lingkungan. Dalam hal penghijauan, pohon ditanam dalam lahan petani yang digarap, pohon itu mengambil ruas tertentu sehingga jumlah luas lahan yang tersedia untuk tanaman petani berkurang. Lagipula pohon itu akan menaungi tanaman pertanian dan akan mengurangi hasil. Oleh sebab itu, petani akan mematikan pohon atau memangkas pohon tersebut untuk mengurangi naungan dan mendapatkan kayu bakar.

            Reboisasi mempunyai efek yang serupa seperti penghijauan yaitu, mengurangi luas lahan yang dapat ditanami oleh petani dan pengurangan produksi oleh naungan pohon. Jadi jelas dari segi ekologi manusia penghijauan dan reboisasi sukar untuk berhasil selama usaha itu mempunyai efek menurunkan daya dukung lingkungan dan menghilangkan atau mengurangi sumber pencaharian penduduk.

Promosi dan informasi yang kurang, terbatasnya sarana dan prasarana penunjang, serta minimnya pendidikan dan pelatihan dalam perencanaan maupun penyelenggaraan pariwisata alam merupakan beberapa permasalahan yang menghambat perkembangan sektor ini (Antara News, 2008). Jenis kegiatan yang potensial untuk dikembangkan antara lain: tracking, hiking, interpretasi alam dan lingkungan, outbound, susur gua, bird watching, sepeda gunung, dan fotografi. Sedangkan untuk kawasan konservasi laut, kegiatannya meliputi: snorkling, diving, surfing, ski air, dan fotografi.

Page 43: Makalah 17 okt 2012

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bumi ini hijau. Dengan hijaunya bumi menjadi salah satu indikator bahwa keseimbangan lingkungan selalu terjaga. Begitu banyak orang yang peduli dengan bumi sehingga partisipasi pada hari Bumi yang jatuh pada tanggal 22 April begitu menggeliat. Aksi penanaman sejuta pohon membuktikan bahwa masih dan bahkan banyak orang yang peduli dengan lingkungan, begitu peduli dengan bumi sebagai tempat hunian manusia di seluruh penjuru dunia. Sudah selayaknya bukan bumi ini menjadi perhatian manusia? 

Mengingat bila keseimbangan lingkungan di bumi rusak maka efeknya yang paling utama akan langsung dirasakan oleh penghuni bumi, salah satunya manusia. Maka manusia itu selain sebagai faktor penggerak keseimbangan lingkungan di bumi, manusia juga menjadi korban dari ketidakseimbangan lingkungan dan sekaligus juga bisa menjadi faktor penyebab dari rusaknya keseimbangan lingkungan di bumi ini. 

Bila keseimbangan lingkungan terganggu maka akan berimbas pada keseluruhan sistem yang ada. Bukan rahasia lagi kalau hutan memiliki fungsi yang begitu besar dalam keseimbangan lingkungan. Dengan adanya hutan, sistem tata air menjadi seimbang, akar-akar tanaman yang terdapat dalam hutan sangat berperan dalam menyerap kelebihan air, terutama pada musim penghujan sehingga banjir dapat dicegah. 

Fungsi hutan sebagai penampung zat karbondioksida sangat dirasakan oleh semua penghuni bumi, seperti manusia dan tumbuh-tumbuhan. Mengapa?Tentunya kita mengetahui bahwa karbondioksida merupakan zat beracun. Zat ini sangat dibutuhkan oleh tumbuhan dalam melakukan fotosintesis. Secara kimia, reaksi fotosintesis akan menghasilkan glukosa dan oksigen. Oksigen yang dihasilkan dalam fotosintesis begitu dibutuhkan oleh manusia untuk bernafas. Maka dapat disimpulkan betapa pentingnya keberadaan hutan, salah satunya melalui proses fotosintesis yang dilakukan oleh tumbuh-tumbuhan. 

Namun, sungguh amat disayangkan bila di media publikasi tergambar bahwa hutan mulai terkikis. Kehijauan hutan yang menjadi pesonanya mulai terusik. Adanya tangan-tangan tak bertanggungjawab yang menjamahnya secara liar, tanpa pernah memikirkan efek yang dahsyat dikemudian hari. Yang ada dipikiran para penjamah hanyalah keuntungan sesaat dan sepihak. 

Tangan-tangan yang tak bertanggungjawab ini sesukanya melakukan penebangan hutan secara liar. Ya..pasti, telinga kita tak akan asing lagi dengan kata illegal logging, atau pembalakan liar.  

Pembalakan liar atau yang dikenal dengan sebutan illegal logging merupakan tindakan yang memiliki efek yang sangat signifikan terhadap lingkungan sekitar. Mengapa? ini berkaitan dengan fungsi hutan yang sangat penting yaitu salah satunya berperan dalam pengaturan tata air.

 

Page 44: Makalah 17 okt 2012

Pemikiran sederhananya adalah begini, ketika kita tak sengaja menumpahkan air di meja makan atau di lantai keramik, maka selama kita tak segera memberhentikan  aliran air tersebut, maka air yang tertumpah ini akan terus mengalir ke seluruh permukaan meja atau lantai. Akan sampai dimana aliran air itu berhenti?jawabannya tak jelas, selama air itu masih terus mengalir bisa jadi ke seluruh permukaan yang tertumpah tadi. Bisa dibayangkan bila tumpahan air itu relatif banyak! Wah..tak terbayangkan bagaimana  basahnya area tersebut.

Begitu juga di dunia nyata. Sama kasusnya seperti air yang tertumpah tersebut. Ketika turun hujan, atau pada musim hujan, pasti banyak sekali aliran air dari langit. Nah..kalau banyak hutan yang mengalami pembalakan liar, kira-kira aliran air hujan itu akan tertimbun kemana?Tak ada lagi hutan yang menyerap kelebihan air hujan tersebut. Maka apakah yang akan terjadi??Secara kasat mata, banjirlah kemungkinan yang akan memenuhi pandangan mata. 

B. SaranDari pemikiran sederhana saja, kita semua dapat memahami betapa

pentingnya hutan bagi kehidupan kita semua. Keberadaan hutan menyebabkan kelebihan air dapat diserap. Tak akan ada air yang tergenang di permukaan bumi yang dalam skala besar dapat menyebabkan banjir. Dengan adanya hutan, maka fungsi keseimbangan lingkungan akan terjaga, seperti yang telah dipaparkan pada paragraf-paragraf di atas. Hijaunya hutan pun menjadi pemandangan yang sedap di mata. Dan bukan tak mungkin dapat dijadikan sumber pendapatan negara, contoh sederhana,  salah satunya sebagai hutan wisata.

Kasus pembalakan liar seperti digambarkan pada paragraf sebelumnya merupakan otoritas pemerintah untuk menanganinya. Kita, sebagai penduduk di negeri ini tak dapat berbuat banyak untuk mencegah atau bahkan menghakimi tindakan para pelaku. Akan tetapi, sebagai bagian dari penduduk bumi, kita bisa ikut berperan dalam menghijaukan bumi ini, contoh sederhananya adalah dengan ikut berpartisipasi dalam penanaman pohon. Hal yang sederhana bukan?

Saya yakin, tak perlu seorang yang ahli untuk menanam sebuah tanaman, tiap orang pasti bisa asal mereka mau belajar. Menanam saja sangat berarti bagi hijaunya bumi ini. Tak perlu kita berkoar-koar menghujat para pelaku pembalakan liar, yang akibat tindakan mereka begitu berimbas pada semua penduduk bumi. Namun, kita cukup memiliki kesadaran dari diri sendiri untuk ikut menghijaukan bumi, meski hanya sebuah tanaman. Kelak, dengan berjalannya waktu satu buah tanaman ini akan tumbuh dan berkembang menjadi pohon besar yang bermanfaat bagi hijaunya bumi. 

Bayangkan! Bila satu orang saja memiliki kesadaran ini, efeknya pasti dapat dirasakan. Bagaimana bila tiap-tiap individu di negeri ini memiliki kesadaran yang serupa?Pasti hijaunya bumi bukanlah angan-angan semata, lambat laun hijau tersebut akan menjadi realita. Dan, bila bumi ini menjadi hijau, siapa lagi yang akan merasakan keuntungannya secara langsung?jawabnya, pasti semua mengetahuinya:) Ya, kita semua sebagai penghuni bumi ini yang secara langsung dapat merasakannya. 

Page 45: Makalah 17 okt 2012

DAFTAR PUSTAKA

Sylviani, 2006 Kajian Distribusi Biaya Dan Manfaat Hutan Lindung Sebagai Penyedia Air.

Tim Evaluasi Tarif Dasar. 2002. Usulan Komperehensif Pembiayaan Pengelolaa Sumberdaya Air di Wilayah Sungai (WS) Kali Brantas. Tim Evaluasi Tarif Dasar Iuran Pembiayaan Eksploitasi dan Pemeliharaan Prasarana Pengairan-Dept Kimpraswil. Tidak Diterbitkan.

Dinas Kehutanan Jatim. Bahan Konsultasi Publik Draft Raperda Pengelolaan Jasa Lingkungan Sumberdaya Hutan. Kerjasama dengan MFP dan DFID, 2006

Kirsfianti, 2006 Kajian Optimal Luas, Jenis dan Proporsi Vegetasi serta Posisi Hutan Lindung Terhadap Produksi Air di DAS

Anonim. 2008. Mengoptimalkan Kawasan Konservasi sebagai Tujuan Wisata Alam. Jakarta: Antara News

Ginoga, Kirsfianti. 2006. Imbalan Jasa Lingkungan Hutan: Dari Inisiatif Lokal ke Realisasi Nasional. Majalah Kehutanan Indonesia Edisi IV tahun 2006

Rusmantoro, W., 2003. Hutan Sebagai Penyerap Karbon. Artikel Internet dalam Spektrum Online.

Suryatmojo, Hatma. 2005. Peran Hutan Sebagai Penyedia Jasa Lingkungan. Yogyakarta: Publikasi Penelitian Fakultas Kehutanan UGM

 Kodoatie, R.J. 2005. Pengelolaan Sumberdaya Air Terpadu. Andi Offset. Yogyakarta.

Morison Guciano, 2009. Ihwal Komitmen Pelestarian Hutan. Harian Kompas.

http://uwityangyoyo.wordpress.com/2009/11/30/

(http://afand.abatasa.com/post/detail/2405/lingkungan-hidup-kerusakan-lingkungan-pengertian-kerusakan-linkungan-dan-pelestarian-.htm)