Top Banner

of 28

Majalah trimingguan Teknokra edisi 131

Oct 14, 2015

Download

Documents

Rukishiro Fitri

Majalah Teknokra edisi 131. Diterbitkan oleh UKPM Teknokra Universitas Lampung. Edisi terakhir tahun 2013.
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • ISSN 0215-8116N0.131 Edisi Desember 2013

    Teknologi, Inovasi, Kreativitas, dan AktivitasIlmiah Bisa, Populer Juga Boleh

    Majalah Mahasiswa Universitas Lampung

    KECEWA DENGAN KEAMANAN UNILA

  • 2 No.130 Tahun XIII Trimingguan Edisi November 2013

    MAJALAH TRI MINGGUAN diterbitkan oleh Unit Kegiatan Penerbitan Mahasiswa (UKPM) TEKNOKRA Universitas Lampung ALAMAT Grha Kemahasiswaan Lt.1 Jl.Soemantri Brodjonegoro No.1 Bandar Lampung 35145 Telp .(0727) 788717 E-Mail [email protected] WEBSITE www.teknokra.com

    Pelindung: Prof.Dr.Ir.H.Sugeng P.Harianto,M.S Penasihat: Prof.Dr.Sunarto,SH,MH Dewan Pembina: Maulana Mukhlis, S.Sos., MIP. Anggota Dewan Pembina: Prof. Dr. Ir. Muhajir Utomo,M.Sc., Asep unik SE.ME., Drs.M.Toha B Sampurna Jaya.MS., Ir.Anshori Djausal,MT., M.A., Dr.Yuswanto.SH.,MH., Dr.Eddi Rifai SH.MH., Asrian Hendi Caya,SE.,ME., Dr. Yoke Moelgini M.Sc, Irsan Dalimunte,SE.M.Si,MA., Dr.Dedy Hermawan S.Sos,M.Si., Dr. Nananng Trenggono M.Si., Dr.H.Sulton Djasmi, M.Si., Syafarrudin, S. Sos. MA., Toni Wijaya S.Sos.MA

    Pemimpin Umum: Rudiyansyah Pemimpin Redaksi: Rikawati Pemimpin Usaha: Rukuan Sujuda Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan: Aprohan Saputra Kepala Kesekretarian: Inayati Sofiah Redaktur Pelaksana: Vina Oktavia Redaktur Pelakasana Online: M. Burhan Redaktur Berita: Desfi Dian M (Non Aktif) Hayatun Nisa, Reporter : Hanna F (Non Aktif), Fitria W, Khorik I, Fahmi Bastiar, Retno Wulandari Redaktur Foto: Novalinda S Fotografer: Kurnia M Redaktur Artistik: Fitri Wahyuningsih Staf Artistik: Imam G Kameramen: Yovi L Webdesigner: Yovi L Manajer Keuangan: Puji Lestari Staf Keuangan: Yurike P Koordinator Periklanan: Yurike P Koordinator Pemasaran: Faris Yursanto Staf Pemasaran: Lia Vivi F Staf Iklan: Sindy N M, Staf Kesekretariatan: Jenni Ayuningtiyas (Non Aktif), Ayu Yuni A, Staf SDM: M.Burhan Staf Analisis dan Perpustakaan: M Faza P Magang: Cherli Medika, Ramon M S, Suci Tri, Harianto Agusman, Anzanis M,Fajar N,Indra B, Mita W, Prayoga DP, Rika A,Siti Sufia, Sri Lestari, Wawan Taryanto, Wulan Sumiar, Yasrifa FA, Yola Savitri, Yola Septika

    SALAM REDAKSI

    Tetap Berpikir Merdeka!

    Mengikuti perubahan tetapi tetap konsisten, ini yang sejak awal kami pahami bahwa perubahan tak-kan mampu kami hindari, bahkan untuk tetap bertahan kami harus terus membuat suatu perubahan dengan tetap menjaga konsis-tensi. Dinamika pers seolah me-nyudutkan kami pada satu kepu-tusan

    Untuk tetap bertahan diten-gah pergulatan bisnis media yang tidak lagi bisa disembunyikan. Kami pun tak menampik kondisi media kini yang semakin men-jauh dari kata idealis, berita bisa diramu mengikuti bisnis media. Kesakralan informasi yang di-sampaikan seolah dipermainkan hingga muncul istilah konglem-erasi media.

    Kami lembaga penerbitan pers mahasiswa tentu tak ingin terjebak dengan hal yang serupa, lembaga penerbitan yang tetap

    berpikir merdeka. Menyajikan berita tanpa intervensi siapa pun. Kami bekerja sesuai fungsi dan peranya tanpa ada yang men-garahkan apa yang layak atau tidaknya informasi yang akan disajikan. Prinsip jurnalisme tetap kami junjung tinggi, kami memiliki garis pembatas yang jelas antara iklan dengan berita, karena bagi kami kepercayaan pembaca yang paling utama. Berita yang kami sajikan tetap berpatokan dengan fungsi pers sebagai media infor-masi, pendidikan, hiburan dan kontrol sosial.

    Kami tak ingin menjadi lemba-ga pers yang bisa diarahkan, apa yang kami sajikan tetap mengu-tamakan kepentingan pembaca. Sesuai jarkon yang senantiasa kami pegang teguh, berharap tetap pada jalur yang seharusnya. hal itu tidak lah mudah, memper-tahankan idealis ditengah pergu-latan bisnis.

    Belum lagi gelar sebagai mah-siswa yang masih kami sandang, menjalankan peran secara bersa-maan.

    Bukan hal yang mudah me-mang Mempertahankan kon-tinuitas, bertapa kami harus tetap dengan kata professional tanpa dibayar, kami harus terus bergerak terkadang memang mengikuti dinamika. Tetapi juga harus menantang arus dinamika perubahan yang ada.

    Majalah 131 ini sebagai wujud dalam menjalankan fungsi kami dan tetap konsisten sebagai pers mahasiswa, sebagai lembaga pers yang senantiasa mengawal se-tiap kebijakan kampus. Edisi kali ini merupakan terbitan terakhir dikepengurusan tahun ini. Teri-makasih kepada pembaca setia Teknokra, kritik dan saran sangat kami nantikan. Selamat membaca dan ,

    Tetap Berpikir Merdeka!.

    Foto Rudiyansyah

  • Edisi November 2013

    C O M M E N T

    Kyay Jamo Adien Oleh Muhamad Burhan

    3No.130 Tahun XIII Trimingguan

    COVER

    Judul:Kecewa dengan Keamanan Unila

    Ide & Desain:Fitri Wahyuningsih

    Kyay Jamo Adien

    Memasuki kampus Unila sudah disuguhi parkiran motor yang tak di sem-barang tempat, parkir di pinggir jalan yang terlihat jelas larangan parkir menjadi hal yang lumrah. Belum lagi di sekitar halaman ge-dung banyak motor terparkir tak beraturan,semakin memperjelas semrawutnya sistem parkir di Unila. Bahkan siapa saja bisa parkir disekitar lingkungan be-lajar civitas akademika. Karena memang tidak ada aturan yang diberlakukan untuk melarang ma-syarakat luar parkir di Unila.

    Tak heran, memasuki ajaran baru kembali muncul masalah baru, sebenarnya bukan hanya ditahun ini saja, ibarat memutar lagu lama kaset baru. Masalah kla-sik yang hingga kini belum tersele-saikan. Masalah kamanan kembali menjadi sorotan, menurut laporan dari satuan kemanan Unila sejak 3

    Jangan Hanya SebataS Wacana

    bulan terakhir sudah 28 sepeda motor yang raib dibobol pencuri. Bayangkan, sudah berapa banyak yang dirugikan.

    Terbatasnya lahan parkir menjadi alasan mahasiswa parkir di sembarang tempat, bahkan ha-rus berebut lahan parkir, jika tak kebagian harus parkir di fakultas lain. Ketika memarkirkan kenda-raan pun ada rasa was-was jika kendaraan tak lagi terlihat di tem-pat semula parkir.

    Sebenarnya sudah ada solusi yang ditawarkan pihak universi-tas, dengan membuat larangan mahasiswa baru membawa ken-daraan. Tetapi justru menimbul-kan masalah baru,mahasiswa tetap saja membawa kendaraan dan berebut lahan parkir . Satpam pun tidak bisa memberikan sanksi bagi mahasiswa yang melanggar karena memang tidak ada per-aturan yang jelas.

    Belum lagi kebijakan parkir disetiap fakutas berbeda-beda, jumlah Satpam pun sangat terba-tas. Tetapi tetap saja menjaga ke-amanan parkir kendaraan menjadi tanggung jawab petugas keaman-an. Tak hanya itu, mahasiswa pun ikut andil dengan tidak semba-rang memarkir kendaraan.

    Tetapi solusi itu belum cukup untuk mengatasi kasus pencu-rian kendaraan yang kian marak terjadi, dibutuhkan sistem baru tentang pengelolaan parkir.Pem-buatan kartu parkir dan pember-lakuan satu pintu tempat parkir yang menjadi wacana rektorat semoga bisa terealisasi. Tak seka-dar tawaran solusi yang hanya sekadar memberikan angin segar sementara untuk mengobati kekecawaan yang dirasakan ma-hasiswa. Yang dibutuhkan tidak se-batas wacana tetapi bukti nyata. .

  • 4 No.131 Tahun XIII Trimingguan Edisi Desember 2013

    Pembangunan Green House. Tukang bangunan tengah menumpuk batu untuk pembuatan pondasi Green House di Fakultas Hukum. Foto dibidik Kamis (14/11). . Foto Fahmi Bastiar

    KAMPUS IKAM

    Dian Shandy Utama berha-sil mengubah mimpinya menjadi kenyataan. Mahasiswa jurusan Ilmu Komputer FMIPA Universitas Lampung ini mendapat kesempa-tan menimba ilmu di negeri saku-ra. Satu tahun silam, ia mengikuti program pertukaran mahasiswa antara Indonesia dan Jepang. Pengalaman dari Jepang ia mem-bagikan dalam acara sharing san-tai yang diadakan oleh ROIS FMI-PA, Selasa (19/11).

    Acara yang digelar di Gedung Fasilitas Bersama FMIPA ini dihad-iri puluhan mahasiswa fakultas MIPA. Antusiasme peserta terli-hat dari banyaknya pertanyaan yang ditujukan kepada pria yang akrab di panggil Shandy ini. Dalam kesempatan itu, Shandy menceritakan awal kisahnya

    sampai pengalamannya belajar di Jepang. Menurutnya, kesempa-tan itu ia peroleh saat ia belajar bahasa Jepang dengan seorang dosen Fakultas Pertanian. Darisi-tu, ia mendapat info bahwa Unila menjalin kerja sama dengan Tokyo University of Agriculture and Tech-nology.

    Tekadnya mengikuti pro-gram itu membuatnya meminta rekomendasi dari dosen. Ia juga melakukan pengurusan visa, pass-port, dan berbagai persyaratan lain. Usaha yang dilakukan Shandy ternyata tak sia-sia. Ia pun di-nyatakan lulus dan menjadi utu-san dari Indonesia. Ia mengakui, keinginannya pergi ke Jepang su-dah ada sejak kelas 2 SMP.

    Menurutnya, mahasiswa dan dosen di Jepang sangat disiplin.

    Deadline jam 12, tapi kita lewat satu menit udah nggak bisa diteri-ma lagi, ujarnya. Ia menambah-kan, sebagian besar mahasiswa Jepang juga aktif berorganisasi. Mungkin dari 20 mahasiswa dike-las yang tidak mengikuti organ-isasi cuma satu orang, tambah-nya. Menurutnya, kesempatan belajar ke Jepang juga terbuka untuk mahasiswa lain. Setiap ta-hun, mahasiswa Unila mendapat undangan untuk mengirimkan mahasiswa untuk belajar secara gratis. Ia menghimbau agar peser-ta sharing rajin mencari informasi melalui website atau dosen. Di akhir perbincangan, Shandy juga memberikan semangat pada peserta untuk terus berusaha keras meraih cita-cita. .

    Belajar Disiplin dari Mahasiswa JepangOleh Yola Septika

  • 5No.131 Tahun XIII Trimingguan Edisi Desember 2013

    KAMPUS IKAM

    Memasuki area kawasan Uni-versitas Lampung, pengguna ja-lan Soemantri Brodjonegoro akan disuguhi pemandangan deretan kantin. Warna-warni tenda para pedagang terlihat jelas. Letak kantin yang tak beraturan mem-berikan kesan pembangunan kantin tak ada penataan. Kantin di sepanjang jalan ini juga menye-babkan menumpuknya sampah di selokan. Genangan bekas cucian piring para pedagang dibiarkan begitu saja.

    Kasubbag Humas Unila, Jefri mengungkapkan makin banyak pedagang yang mendirikan lapak di sepanjang jalan menuju Unila. Kebanyakan kantin yang didirikan adalah tempat makan dan kafe minuman. Ia mengakui, kantin tersebut bisa menjadi penambah daya tarik para mahasiswa yang ingin mengerjakan tugas, tapi dari sisi visual penataannya terlihat semrawut. Perlu ada penataan, kendaraan yang lewat jadi susah masuk, kita jadi terganggu, ujarnya.

    Pembangunan kantin di sepanjang jalan Soemantri Brod-jonegoro mendapat dukungan mahasiswa. Nurmala Eria Putri, mahasiswa FKIP Geografi 2012 mengaku terbantu dengan ke-beradaan kantin. Menurutnya, ia dapat mengerjakan tugas sembari makan siang. Orang yang ke masjid juga bisa langsung makan, ada fotokopian juga, tambahnya.

    Kantin di Kawasan Unila BUtUh Penataan

    Hernawati, pemilik usaha rental komputer Pinisi juga mendukung adanya kantin. Tenda-tenda kecil tidak mengganggu, karena men-jadi stimulus mahasiswa untuk berkumpul, sambil duduk bisa langsung rental, ujarnya. Namun menurutnya, penataan kantin kurang rapih. Tidak ada desain penataan, tidak seperti di depan wisma Dahlia yang kantinnya me-miliki konsep, imbuh Hernawati.

    Dede, salah satu pedagang yang berjualan sosis gulung, menurutnya kemacetan yang sering terjadi disebabkan oleh banyaknya mahasiswa yang me-markirkan kendaraan. Apalagi saat siang hari, banyak kendaraan mahasiswa, angkutan umum, kendaraan pribadi yang lalu lalang melewati jalan tersebut, ujarnya. Saat ditanyai mengenai kebersi-han Dede mengaku sampah dari dagangannya tidak terlalu ban-yak. Ia mengaku menyediakan kantong plastik hitam untuk tempat sampah. Sementara un-tuk mencuci peralatan masak, ia menggunakan air sumur yang ter-letak di belakang lapaknya. Tapi sayangnya, banyak juga para ped-agang yang mencuci peralatan masak dan mangkok di depan tempatnya berjualan, hasilnya got tersebut jadi aliran pembuangan bekas cucian dan menjadi macet, ujarnya menanggapi. Dede dan beberapa pedagang lain menga-tasi pemandangan tidak sedap itu

    dengan menutup got tersebut.Menurut Dede, setiap hari ada

    orang yang mengambil sampah. Ia dan pedagang lainnya mem-bayar Rp15.000,00 / bulan untuk biaya kebersihan. Selama ini, Dede telah membayar uang sewa tempat sebesar 3,5 juta per tahun. Menurutnya, biaya sewa juga se-lalu naik. Ia membayar sewa terse-but kepada Pak Ari, pemilik tanah.

    Jefri membenarkan bahwa kepemilikan tanah tersebut bu-kanlah milik Unila. Akibatnya, Unila tidak bisa menindak penata-an kantin. Menurut Jefri pihaknya telah mencoba menggelar rapat untuk membahas penataan kan-tin. Ketidakjelasan luas tanah mi-lik Unila dan milik pribadi belum menemui titik terang. Mengenai perbatasan tersebut akan selesai jika Unila sudah memiliki sertifi-kat tanah, ujarnya. Ia mengaku akan membicarakan kembali ma-salah ini pada pimpinan. Ini juga yang menjadi salah satu masalah untuk Unila. Yang paling terpen-garuh adalah jalan tersebut. Ha-rusnya tidak berlapis, kendaraan jadi tidak bisa parkir, ujar Jefri menanggapi banyaknya kemac-etan yang ditimbulkan sejak pem-bangunan kantin.

    Rencananya, pihak Unila akan menggelar kembali rapat guna membahas penataan kantin Unila menjelang tahun baru 2014..

    Oleh Retno Wulandari

  • 6 No.131 Tahun XIII Trimingguan Edisi Desember 2013

    KAMPUS IKAM

    Diskusi publik mengenai ke-budayaan Lampung digelar oleh Badan Eksekutif Mmahasiswa (BEM) FMIPA Universitas Lam-pung pada Sabtu (23/11). Acara ini terselenggara berkat kerja sama dengan Komunitas Anak Bangsa, Direktorat Ketahanan Seni Buda-ya Agama dan Kemasyarakatan, serta Ditjen Kesbangpol Kement-erian Dalam Negeri. Tema yang di-angkat dalam diskusi adalah Nilai Kearifan Lokal dalam Sastra Lam-pung. Kedua pembicara yang di-hadirkan adalah Fahrudin dan Lisa Missliani sebagai pakar bahasa di Provinsi Lampung.

    Fahrudin mengatakan ke-arifan lokal itu tidak terpengaruh oleh budaya asing dan mampu

    menerima, mengkoordinir, dan menempatkan nilai-nilai asing. Menurutnya, karya sastra meru-pakan suatu corong bagi kearifan lokal. Sayangnya, penggiat sastra di Lampung masih sangat sedikit. Padahal, kearifan lokal bisa dipa-hami dengan bahasa sendiri.

    Diskusi dilanjutkan dengan pemaparan dari Lisa Misliani. Sar-jana sastra yang sangat tertarik dengan sastra klasik ini memberi-kan kritik mengenai naskah kuno aksara Lampung. Menurutnya, aksara Lampung kuno yang ter-dapat di perpustakaan Nasional tak mendapat banyak perhatian dari peneliti bahasa. Naskah kuno ini bahkan tak diketahui dibuat se-jak abad ke berapa. Lisa menjelas-

    kan bahwa terdapat akulturasi an-tara aksara Lampung dan bahasa melayu dalam perkembangan ak-sara kuno.

    Menurut Fahrudin, pemerin-tah merupakan pihak yang paling patut disalahkan apabila bahasa Lampung musnah. Hal ini karena pemerintah tidak memfasilitasi berkembangnya bahasa Lampung.

    Menurut Lisa, pelestarian bahasa dapat dilakukan dengan cara memahami nilai-nilai dan mempraktekkan bahasa Lampung dalam kehidupan sehari-hari. Lisa menambahkan, masyarakat perlu mengenal sastra dan budaya Lampung. Sehingga budaya Lam-pung bisa membumi di negerinya sendiri . .

    Bahasa LaMpung terancam PunaHOleh Retno Wulandari

    Oleh Fitria WulandariTak tertata. Deretan kantin di sekitar Gedung Serba Guna (GSG) Universitas Lampung terlihat tak tertata. Foto dibidik Senin (16/12). .

  • 7No.131Tahun XIII Trimingguan Edisi Desember 2013

    KAMPUS IKAM

    Forum yang berlangsung di lantai empat rektorat Unila pada 22 November lalu membahas rencana perubahan periodisasi diwarnai perdebatan, forum ini dipimpin oleh Vian Kusmardiana sebagai ketua Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM), dan dihadiri perwakilan lembaga kemaha-siswaan baik fakultas maupun uni-versitas serta Pembantu Rektor (PR) III Prof.Sunarto.

    Vian memaparkan Peruba-han periodisasi dalam hal ini menyangkut lama waktu peng-kaderan sampai masa menjabat mahasiswa dalam suatu UKM se-hingga mahasiswa dapat wisuda lebih cepat tanpa terhambat oleh jabatan di UKM.

    Misalkan, mahasiswa yang mendapat Bidik Misi hanya dapat bertahan dengan bantuan dana selama 4 tahun dan lebih dari itu mereka tidak dibiayai lagi se-hingga mereka hanya ikut organ-isasi selama 4 tahun. Selain itu, menurutnya perubahan period-isasi sejalan dengan cita-cita Unila menjadi terbaik 10 Universitas di Indonesia, masa mukim maha-siswanya tidak boleh lebih dari 4 tahun.

    Namun penyataan mahasiswa jurusan Teknik Kimia ini mendapat tanggapan ketidak sepakatan dari beberapa lembaga kemaha-siswaan, seperti yang diutarakan oleh BEM FKIP, waktu yang sing-kat tidak cukup untuk pengkad-eran karena hasil yang didapatkan tidak akan maksimal. Kualitas penerus akan sama dan tidak ada gunanya, masa pengkaderan adalah salah satu masa yang pent-ing dalam sebuah organisasi un-tuk memperkenalkan organisasi

    dan menanamkan jiwa organisasi pada anggota baru. selain itu masalah pengkaderan setiap lem-baga berbeda-beda.

    Perwakilah dari DPM Fakultas Hukum juga sependapat dengan yang lain, mereka mempertan-yakan perubahan periodisasi yang diajukan oleh DPM. Mereka mengatakan bahwa masalah pe-riodisasi hendaknya diserahkan ke fakultas, apakah 8 bulan atau 12 bulan. Mereka pun memper-tanyakan apa saja kinerja dan hasil yang telah diberikan oleh DPM universitas bagi mahasiswa, mengapa tiba-tiba ingin merubah periodisasi.

    Penolakan juga disampaikan Muhammad Zazuli, ketua Hi-masylva Fakultas Pertanian me-nyatakan bahwa Ia pribadi dan Himasylva tidak setuju dengan adanya perubahan perio-disasi. selain itu, arah dan kebijakan perubahan ini akan seperti apa. sehingga timbul ketidak jelasan. terlebih lagi antara lembaga uni-versitas dan fakultas harus disa-makan. Perubahan ini arahnya ke mana? Semuanya berubah atau bagaimana?, tanya Zazuli.

    Menanggapi perbedaan pendapat yang disampaikan be-berapa lembaga kemahasiswaan, Vian menjelaskan bahwa masalah periodisasi telah ditetapkan pada konstitusi. Dan perubahan perio-disasi dapat direalisasikan lewat TAP Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (MPM).

    Soal kinerja DPM, kami memang tidak bisa menjelaskan secara rinci karena kakak-kakak sebelum kamilah yang memiliki andil dalam membuat undang-undang. Jika BEM melakukan

    pergerakan dengan aksi dan orasi, kami melakukakn aksi kami lewat undang-undang, ujar Vian.

    Mahasiswa Teknik Kimia tersebut juga menyikapi masalah kepemimpinan tua. Sudah saa-tnya yang menjadi pemimpin adalah generasi muda. Itu adalah sebuah pilihan. Bagaimana masa mukim dipersingkat dan menjadi lebih bermanfaat, tambahnya.

    Perdebatan terus berlanjut, PR III Prof.Sunarto mencoba menengahi, menurutnya perma-salahan rencana perubahan perio-disasi jika dikaitkan dengan masa studi dan kepemimpinan generasi tua memang menjadi dilema tersendiri. Yang pen-ting perio-disasi kepemimpinan harus sama dengan periodisasi keuangan su-paya tidak terjadi masalah yang baru, ujar Sunarto.

    Sunarto juga mengusulkan perubahan UU Tahun 2006 yang sudah tidak relevan apalagi dalam masalah Pemira. Pemikiran men-jadi jalan terbaik, kalau berman-faat lanjutkan kalau tidak ber-manfaat tidak ada gunanya untuk dilanjutkan. Pikirkan organisasi kalian, apakah harus ditambah atau dikurang periodisasinya, yang penting harus sama dengan periodisasi anggaran, tambahn-ya.

    Anjuran yang diberikan oleh PR III tersebut diamini oleh ang-gota forum termasuk Vian selaku ketua DPM. hasil diskusi tersebut menjadi landasan dalam mene-tapkan kebijakan. Forum ini merupakan landasan kami. Dan akan ada forum-forum yang akan diadakan menyangkut masalah periodisasi ini, kata Vian. .

    DPM-U (Kembali) Ajukan Perubahan PeriodisasiOleh Yola Savitri

  • 8 No.131 Tahun XIII Trimingguan Edisi Desember 2013

    KAMPUS IKAM

    Laras panca wati mengeluh-kan alat penunjang praktikum di jurusannya tak berfungsi. Pada-hal, menurutnya SPP di fakultas-nya sudah terbilang mahal. Ia menambahkan, praktikum di ju-rusannya juga banyak tertunda karena kekurangan alat. Hal ini menyebabkan ia dan teman-temannya butuh waktu lebih lama. Belum lagi laboratorium yang harus digunakan bergantian dengan mahasiswa dari fakultas lain. Laboratorium Fisika Dasar tidak hanya di pakai oleh maha-siswa dijurusannya, tetapi juga dipakai oleh mahasiswa Fakultas Pertanian dan Fakultas Teknik. Ia menilai alat laboratorium belum ada pembaharuan. Ia berharap, Unila melakukan perbaikan alat yang tidak berfungsi dengan baik.

    Ayu novika mahasiswa FKIP Biologi 2012 mengaku sering menggunakan laboratorium zo-ologi yang ada di fakultas MIPA. Ia dan teman-temannya meng-gunakan laboratorium tersebut dua kali seminggu. Menurutnya, hal tersebut karena laboratorium di Fakultas MIPA lebih lengkap dibanding laboratorium FKIP. Dosen menyarankan untuk menggunakan Lab. Mipa, ujarnya. Senada dengan laras, Ayu

    juga menilai peralatan laborato-rium belum ada pembaharuan.

    Sementara itu, Firda Nur Is-lami menilai kebersihan labora-torium kurang terawat. Masih banyak sawang di dalam Lab, ujar mahasiswa jurusan Biologi 2013 ini. Ia menambahkna laboratori-um juga terlihat kotor. Lampu dan AC juga sering tidak berfungsi se-hingga mengurangi kenyamanan praktikan. Padahal seharusnya Lab dalam keadaan steril, tam-bah Firda.

    Petugas laboratorium biologi, Sungadi S.E mengungkapkan pi-haknya telah sering melakukan perbaikan alat. Menurutnya, ken-dala yang dihadapi adalah karena sebagian besar peralatan labora-torium merupakan barang impor. Perubahan iklim dari dingin menu-ju tropis juga ikut mempengaruhi kondisi peralatan. Seperti mik-roskop, lebih mudah berjamur, ujarnya. Suganti berharap peng-guna laboratorium juga teliti dan menjaga alat yang ada.

    Salah seorang dosen, Nismah Nukmal Ph.D menambahkan, bu-kan pihak Unila saja yang memakai fasilitas laboratorium. Mahasiswa luar Unila juga terkadang memin-jam ruangan untuk praktikum. Ia juga mengakui kondisi labora-

    torium yang kotor. Menurutnya, hal tersebut terjadi karena dalam satu gedung hanya ada seorang cleaning service. Pihaknya sudah berkali-kali mengajukan penam-bahan cleaning service namun be-lum disetujui. Wasinton Simanjun-tak Ph.D selaku dosen kimia juga mengakui adanya keterbatasan ruang dan peralatan. Namun, ia mengaku fakultas tetap mengu-payakan perbaikan.

    Sementara itu, kepala labo-ratorium MIPA, Simon Sembir-ing Ph.D mengungkapkan bahwa pemakaian ruang sudah diatur. Menurutnya, praktikum ilmu dasar memang harus dilakukan di laboratorium FMIPA. Saat ini, hanya mahasiswa geofisika dan elektro yang masih menggunakan laboratorium kimia dasar.

    Dekan FMIPA, Prof.Suharso mengatakan bahwa tahun 2014 pihaknya akan membuat gedung baru. Lahannya sudah di ten-tukan, ujarnya. Menurutnya, fakultas sebenarnya ingin mem-beli alat pembuangan limbah, namun terkendala biaya yang sangat mahal. Setiap tahun ada perbaikan rutin, namun adanya hambatan karena skala priori-tas terhadap lab kimia lain, ujarnya. .

    Peralatan Laboratorium Belum Ada PembaharuanOleh Siti Sufia

    Foto Sindy Nurul M.

    Pembangunan Laborato-rium Tanah. Sebuah mobil

    pengaduk semen terlihat bekerja untuk melakukan

    pemugaran laborium tanah Teknik Sipil Fakultas Teknik. Foto dibidik Senin,

    (9/12.) .

  • 9No.131Tahun XIII Trimingguan Edisi Desember 2013

    KAMPUS IKAM

    Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Koperasi Mahasiswa Unila meraih juara 1 kategori mengubah limbah menjadi dolar dalam ke-giatan mahasiswa nasional en-terpreneur yang diadakan IAIN Raden Fatah Palembang pada 28 November hingga 1 Desember lalu.

    Kopma Unila mengirimkan 6 delegasinya yaitu Sis Subagio (FKIP Ekonomi10), Ahmad Rio Sahputra (Adm. Bisnis11), Habibi Roli Rahman (Adm. Bisnis11), Aprilia Damayanti (FKIP Ekono-mi13), Qonita Abeta Mora (Adm. Bisnis13), Andri Widiastuti (FKIP Bahasa13). Acara ini juga diikuti oleh Koperasi Mahasiswa Beng-kulu dan beberapa Koperasi Ma-hasiswa di Sumatera.

    Menurut Qonita Abeta Mora, banyak kesulitan yang dialami Kopma dalam mengikuti lomba mengubah limbah menjadi dolar, terutama untuk pemilihan bahan baku. Pemilihan gedebok yang tidak bisa sembarangan, memper-hitungkan kelembapan dan kete-balannya, sehingga memudahkan dalam pengerokan dan dalam pembentukannya, ujarnya.

    KOPMA UNILA MERAIh JUARA

    Penilaian yang diberikan dalam kategori lomba mengubah limbah menjadi dolar ini meliputi kekompakan tim, kegunaan dan kera-pihan produk limbah yang dihasilkan.

    Kopma Unila juga mengikuti lomba Expedition Marketing, na-mun belum mendapatkan juara. dalam lomba expedition market-ing ini peserta dilepaskan disuatu tempat dan dituntut untuk kem-bali ke IAIN Raden Fatah dengan menjual produk yang sudah dise-diakan. Kesulitan yang dihadapi dalam mengikuti perlombaan ini adalah produk yang diperjualkan kurang dibutuhkan oleh masyara-kat sekitar dan segmentasi pasar-pa-sar di palembang yang berbeda den-gan segmentasi pasar di Lampung.

    Agak sulit untuk melaku-kan penjualan produk ini, karena banyak orang yang kurang mem-butuhkan tapi justru itu yang menjadi tantangan tersendiri bagi para peserta untuk dapat menjual produk tersebut, tetapi karena saya kurang lebih tahu daerahnya jadi bisa lebih mudah, tutur ma-hasiswi Administrasi Bisnis 2013 ini.

    Selain itu, menurut Qonita

    dari acara ini peserta mendapat-kan banyak pengalaman dan bisa memajukan Koperasi Mahasiswa di Unila dalam menemukan lebih banyak ide untuk membangun bisnis yang lebih besar. Tim- nya pun menjadi tahu berbagai macam segmentasi pasar diber-bagai tempat, karena diajarkan tips dan trik untuk memajukan dan mampu konsisten dengan bis-nis yang dijalankan.

    Ketua Umum Kopma, Arif Budi Setiawan berharap dari kegiatan yang diadakan setiap tahunnya ini bisa menjadikan Kopma Unila lebih maju lagi dan nantinya bisa meraih juara umum dalam ajang Olimpiade Koperasi Mahasiswa (OKM) yang meru-pakan ajang paling bergengsi. Selain itu, ia berharap Kopma Unila bisa meraih penghargaan sebagai koperasi terbaik dari Ke-mentrian Koperasi.

    Dengan adanya SDM-SDM baru di Kopma Unila yang sudah mulai menunjukkan perspektif yang baik dari hasil kegiatan di IAIN Raden Fatah ini, Kopma Unila bisa lebih maju lagi, tambahnya..

    Oleh Fajar Nurrohmah

    PENAMBAHAN POS KE-AMANAN . Karena maraknya pencurian kendaraan saat ini, membuat Fakultas Pertanian melakukan penambahan pos

    keamanan, yang bertujuan untuk memudahkan Satpam memonitor keamanan dalam

    segala hal, terutama keamanan kendaraan. Foto di ambil Senin

    (18/12/2013). .Foto Fitria Wulandari

  • 10 No.131 Tahun XIII Trimingguan Edisi Desember 2013

    KAMPUS IKAM

    Tim Robotik Unila (URO) Fakultas Teknik Elektro Univer-sitas Lampung berhasil menjadi juara umum dalam Kompetisi Robot Terbang Indonesia. Dua tim yang dikirimkan Unila meraih enam penghargaan sekaligus. Penghargaan yang diraih yaitu Juara 1 dan 2, penghargaan Best Lowcoast, Best Fastes, dan Best Payloat. Berkat kelima penghar-gaan itu, tim Unila juga menjadi juara umum dalam perlombaan.

    Kompetisi ini digelar di Insti-tut Teknologi Bandung pada (8-9/11). Tim BKP 001 dan BKP 010 yang dikirim Unila terdiri dari em-pat mahasiswa pada masing-ma-sing tim. Tim BKP 001 terdiri dari Aris Susilo (Teknik Elektro08), Linggom Gultom (Elektro09), Mohamad Cahyonyo (Elektro09),

    M. Yusuf Tamtomi (Elektro10). Sementara tim BKP 010 terdiri dari Perdana Agung Nugraha (Elek-tro08), Supriyadi (elektro09), Di-mas Adityawarman (elektro09), dan Hadi Prayogo (elektro09).

    Ini merupakan tahun per-tama kami mengikuti perlombaan robotik di ITB, ujar Aris. Menu-rutnya, berbagai kendala selama persiapan sempat mereka alami selama bertahun-tahun. Ke-sulitan yang kami hadapi disini adalah desain analisis, uji terbang dan pengendalian wahana. Kesu-litan ini terjadi karena kami tidak mempelajari ilmu penerbangan, curhat Aris. Kesempatan mengi-kuti lomba tingkat nasional itu juga memberikan banyak pengal-aman. Mereka mengaku banyak mendapat ilmu tentang desain ana-

    lis dari mahasiswa universitas lain. Dosen pembimbing tim, Yul-

    liarto Raharjo S.T.,M.T dan Dr. Ing Ardian Ulvan mengatakan tim-nya selalu melakukan perbaikan. Meskipun ini kali pertama tim URO mengikuti perlombaan di ITB, namun kami telah melakukan persiapan selama lima tahun, ujar Yulliarto. Selama itu, tim asu-hannya selalu menyempurnakan pesawat tanpa awak. Selain itu, mereka juga rajin berlatih terbang. Selama latihan, timnya telah beber-apa kali gagal. Namun, kali ini tim membuktikan hasil kerja kerasnya.

    Ia berharap timnya mampu mempertahankan kemenangan berikutnya. Yuliarto Raharjo juga mengharapkan prestasi tim URO dapat ditingkatkan dalam berbagai kompetisi robot. .

    Tim Robotik Unila Raih Juara UmumOleh Fajar Nurrohmah

    Pemandangan berbeda terli-hat di beringin Unila, yang biasan-ya kotor dan tidak terawat mulai diperbaiki. Pemasangan lampu, pembuatan paving block yang diperuntukan bagi pejalan kaki hingga kantin yang sudah terawat dan rusak pun mulai diperbaiki. kantin yang dahulunya rusak akan dijadikan pondok bagi mahasiswa baik untuk sekedar kumpul mau-pun untuk beribadah.

    Tak hanya itu, menurut ren-cana disana juga akan dibuat fasilitas air supaya mahasiswa lebih dekat untuk melaksanakan ibadah shalat tanpa harus berja-lan jauh ke Masjid Wasii.

    Rencana akan di buat fasili-tas air agar mahasiswa dapat shalat di pondokan yang sudah di sediakan, ujar Pembantu Rektor III, Prof.Dr.Sunarto.

    Sunarto berharap dengan di-perbaikinya pondok beringin akan memberikan kenyaman bagi ma-hasiswa yang bersantai, berdisku-si, atau sekedar untuk nongkrong.

    Rencana ini pun mendapat tanggapan baik dari mahasiswa, salah satunya Tessa Lonika Sil-via, ia merasa lebih nyaman ber-kumpul dengan teman-teman. Tetapi mahasiswa pendidikan kewarganegaraan ini mengeluh-kan tidak adanya kotak sampah

    sehingga kebersihan pun belum terjaga.

    Saya merasa lebih nyaman dengn diperbaikinya beringin. Namun, menurut saya masih ada yang kurang salah satunya tidak ada kotak sampah, ujar Tessa.

    Hal senada juga disampaikan Chintya Marta Novi, menurutnya kotak sampah sangat diperlukan untuk menjaga kebersihan, selain itu, kesadaran pengunjung untuk tidak membuang sampah semba-rangan. Perlu ditambah tempat duduk, karena jumlah mahasiswa kan banyak. Supaya beringin se-makin ramai, terang mahasiswa Pendidikan Matematika ini..

    Beringin Unila Mulai DibenahiOleh Rika Andriyani

  • 11No.131 Tahun XIII Trimingguan Edisi Desember 2013

    KAMPUS IKAM

    Foto

    Fitria

    Wula

    ndar

    iGENANGAN SAMPAH. Kurang tertibnya para pedagang dalam hal kebersihan mengakibatkan tidak berfungsinya saluran pem-buangan air. Foto di ambil senin (18/12/2013)..

    Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unila mengadakan dialog kebangsaan, Sabtu 7 Desember lalu. Hadir sebagai pembicara H. Irman Gusman, S.E, M.BA (Ketua DPD RI), Dr. H. Wiranto, S.H, M.H (Ketua Umum Partai Hanura), Ir. H. Isran Noor, M.Si (Ketua Aso-siasi Persatuan Kabupaten se-Indonesia), dan M. Anis Matta, LC (Presiden Partai Keadilan Se-jahtera).

    Dialog kebangsaan telah dia-dakan di 15 kampus di Indonesia termasuk Unila, dengan tema Dari Kampus untuk Negeri, Men-cari Pemimpin Indonesia. Dialog kebangsaan ini dibuka oleh Pem-

    menjadi awal membangun Perubahan

    bantu Rektor III Prof. Dr. Sunarto.Presiden BEM Unila, Nanda

    Satriana Insanudin Pratama men-gatakan kegiatan ini dijadikan awalan untuk membawa peruba-han dan bisa membangun negeri lebih maju lagi.

    Menurut Mahasiswa Jurusan Geografi angakatan 2009 ini ma-hasiswa merupakan agen intelek-tual untuk membangun negeri dan kampus lah yang menjadi awal tempat untuk membawa pe-rubahan

    Semoga banyak manfaat yang bisa dipetik dari kegiatan ini, karena masa depan bangsa ada di tangan pemuda, ujarnya.

    Sebagai Ketua Pelaksana Agung Ardiansyah (FKIP PKN 12) mengaku mengalami kendala seperti mensolidkan kepanitian, mempublikasi acara, fiksasi pema-teri, kebersihan, hingga kelayakan GSG Unila yang berstandar nasional.

    Sedangkan untuk mendatang-kan pembicara panitia bekerja sama dengan Lembaga Riset dan Survei Politik POL-TRACKING dari Jakarta.

    Mereka yang menjembatani kami untuk bisa berhubungan dengan para protokoler DPD RI dan ajudan-ajudan para pembicara lainnya, sampai pembicara bisa ha-dir di Unila ini, ujar Agung..

    Oleh Fajar Nurrohmah

  • 12 No.131Tahun XIII Trimingguan Edisi Desember 2013

    Apresiasi

    Suatu pagi Banio pulang dari ladang. Ia nampak mengu-rut-urut tangannya yang luka. Barabah yang sedang me-nyulam kain menghampiri Banio. Sebagai istri, Barabah selalu me-layani Banio. Secangkir kopi sengaja Barabah hidangkan diatas meja. Ia pun tak membantah saat Banio meminta Barabah agar memijit kepalanya.

    Potret kesetiaan seorang istri kepada suaminya tergam-bar dalam diri Barabah. Apalagi, suaminya sudah terlampau tua. Barabah pun sebenarnya istri nomor dua belas. Namun, ia se-lalu terlihat bahagia di depan Banio. Ia juga selalu menganggap Banio masih perkasa. Sekali pun Barabah tahu Banio memang su-dah tua. Barabah menyapa Banio dengan sebutan Bapak.

    Motinggo Busye ingin me-ngajak penonton masuk ke dalam rumah tangga seorang lelaki tua yang menikah dengan wanita muda. Teater berjudul Barabah ini mengisahkan kon-

    BARABAH, CERMiN KESETiAAN SEORANG iSTRiOleh Lia Vivi Farida

    flik yang timbul akibat kecembu-ruan sepasang sejoli yang terpaut perbedaan umur. Sekaligus meng-gambarkan kesetiaan seorang istri kepada suaminya. Motinggo ingin penonton melihat bahwa kesalah-pahaman atas sesuatu yang belum jelas seringkali menimbulkan kon-flik. Sesekali pesan sosial muncul ditengah-tengah percakapan para tokoh.

    Masa muda Banio dihabiskan sebagai seorang penabuh alat musik sejenis gendang bernama dam tam-tam. Banio sangat meng-harapkan seorang anak laki-laki dari istri-istrinya. Namun belum seorang pun yang dapat mem-berikannya anak laki-laki. Banio masih berharap memiliki anak laki-laki dari Barabah yang akan ia beri nama Godam.

    Konflik rumah tangga Banio dimulai saat seorang wanita muda bernama Zaitun datang mengham-piri rumahnya. Barabah menyam-but kedatangan Zaitun dengan wa-jah penasaran. Zaitun pun masuk ke dalam rumah untuk bertemu

    dengan Banio. Namun, saat itu Banio sedang berada di ladang. Jadilah Zaitun hanya berbincang dengan Barabah.

    Di dinding rumah Barabah, Zaitun melihat cicak yang saling memburu seperti hendak kawin. Ia menceritakan kalau itu adalah pertanda bahwa akan adanya perkawinan. Barabah mengang-gap Banio akan menikah lagi dengan Zaitun.

    Zaitun menjelaskan ke-datangannya untuk menemui Banio demi menjelaskan sebuah perkawinan. Namun, Barabah ter-lanjur cemburu buta. Ia segera me-nyuruh Zaitun untuk meninggalkan rumahnya. Tak lama setelah Zai-tun pergi, Banio pulang. Barabah marah dengan Banio karena ada wanita muda yang mencarinya dan membicarakan soal perkawi-nan. Banio tak mengerti kenapa Barabah marah kepadanya. Ru-panya Barabah cemburu, kalau Banio hendak menikah lagi den-gan gadis muda yang lebih mon-tok dan seksi.

    Foto-foto Fitri Wahyuningsih

  • No.131 Tahun XIII Trimingguan Edisi Desember 2013

    Banio memutuskan untuk mencari Zaitun dan membawa-nya kepada Barabah agar tak ada lagi salah paham. Sembari Banio pergi, datanglah pemuda bernama Adibul mencari Banio. Adibul ingin menunggu, namun Barabah tak mengijinkannya. Ia paham, seorang istri tidak boleh menerima tamu laki-laki saat sua-minya sedang pergi. Inilah salah satu ajaran yang dipegang teguh oleh Barabah.

    Klimaks terjadi saat Adibul kekeh menunggu Banio. Tak lama Banio pulang dan memergoki Barabah bersama Adibul. Banio marah bukan kepayang, melihat laki-laki muda yang menggoda istrinya. Ia langsung memarahi Adibul dan mengusirnya. Barabah hendak menjelaskan kedatangan Adibul kepada Banio, namun Banio tak percaya pada penjela-sannya. Laki-laki seperti Adibul sudah pasti mampu memikat istri-nya. Banio tetap marah dengan Barabah yang berani berselingkuh didalam rumahnya.

    Konflik dalam teater yang di-

    pentaskan oleh UKMF Kelompok Studi Seni (KSS) ini berakhir saat Adibul datang bersama Zaitun. Zaitun mencoba menjelaskan ten-tang dirinya bahwa ia adalah anak Banio dari istri keenam. Ia juga menjelaskan niatnya menemui Banio lantaran ingin meminta restu untuk pernikahannya den-gan Adibul. Banio terheran meli-

    hat Zaitun ternyata anaknya yang ia abaikan selama ini. Ia pun me-nyadari kesalahannya selama ini yang mengabaikan anak-anaknya untuk mencari kepuasan hidup. Pertunjukkan yang digelar pada 7 Desember 2013 di Lantai 1 Graha Kemahasiswaan Unila itu ditutup dengan tepuk tangan dari penon-ton. .

    13

  • vEKSPRESI

    14 No.131 Tahun XIII Trimingguan Edisi Desember 2013

    Kuliah dan mengajar meru-pakan kegiatan yang rutin ia lakukan setiap harinya, anak pertama dari dua bersauda-ra ini selalu menghabiskan seten-gah waktunya di Rumah Baca Asma Nadia, sebagai mahasiswa Jurusan Kimia FMIPA ia pun di-tuntut untuk bisa membagi waktu kuliah yang padat ditambah lagi praktikum. Namun, bagi Silvana Maya Pratiwi hal itu sudah terbia-sa ia jalani. Berawal dari kegema-ranya membaca, kini ia mendiri-kan rumah baca Asma Nadia, tak hanya itu, setiap hari libur ia terus menebar budaya membaca den-gan mengajar anak-anak Pulau Tegal di Kabupaten Pesawaran.

    ***Berawal dari ketidak sengaja-

    annya berkunjung ke toko buku dan melihat kover buku yang menarik, lalu ia pun membelinya. Jilbab Pertamaku dan Gara-Gara

    menanamkan budaya membacauntuk Orang Disekelilingnya

    Jilbab ku merupakan buku per-tama yang dibeli dan dari buku itu juga yang membuat gadis kelahiran 21 silam ini mengambil keputusan merubah penampi-lan dengan mengenakan hijab. Bagi mahasiswa Jurusan Kimia ini membaca sudah menjadi bagian dari hidupnya, ia pun terus beru-saha menumbuhkan minat baca masyarakat.

    Kesempatan pun datang, kei-kutsertaannya sebagai panitia Ro-hani Islam FMIPA dalam rangkaian pelatihan penulisan yang meng-hadirkan Asma Nadia, Perbincan-gannya dengan penulis yang men-jadi inspirasinya itu yang memiliki ratusan Rumah Baca yang sudah tersebar di seluruh Provonsi di Indonesia membuatnya terinspi-rasi untuk mendirikan rumah baca Asma Nadia di lampung.

    Silvana langsung membuat proposal pengajuan pendirian

    rumah baca, gayung bersambut, pihak Asma Nadia menyetujui pendirian rumah baca dan berse-dia menjadi donatur buku, dengan memanfaatkan media sosial sep-erti twitter dan facebook Silvana mulai mencari para sukarelawan.

    Rumah Baca yang terletak di Jl. Ikan Nila XI No. 18 Kelura-han Bumi Raya Kecamatan Bumi Waras, Teluk Betung Selatan ini tidak pernah sepi dari riuhnya anak-anak yang datang untuk membaca. Kini sudah tersedia 200 koleksi buku bacaan, buku-buku tersebut berasal dari Rumah Baca Asma Nadia pusat yang mengi-rimkan secara berkala. Selain itu, buku-buku koleksi berasal dari para donatur.

    setiap harinya rumah baca ini selalu buka, dibantu para sukare-lawan Silvana juga memberikan bimbingann belajar kepada anak-anak yang hadir. untuk mensisasti dengan kesibukan kuliah para su-karelawan membuat jadwal piket.

    Senin, Rabu dan Jumat jad-wal Silvana mengajar di rumah baca, disela waktunya pun Silvana menyempatkan untuk mengajar privat siswa SMA, tak jarang ia mengajar hingga malam.

    Mengelola rumah baca yang tidak berorientasi pada keuntun-gan diakuinya pasti mengalami kendala, sukarelawan satu per-satu mulai tidak aktif, hingga dari dana juga menjadi kendala. Tetapi hal itu tidak membuatnya berhen-ti, uang hasil privat ia pergunakan untuk pendanaan supaya rumah baca tetap berjalan.

    Seneng aja liat anak-anak bisa baca, walaupun yang saya lakukan sederhana tetapi semoga bermanfaat, ujar Silvana.

    Selain mengajar di Rumah Baca dan mengajar privat, ia juga disibukan mengajar di Pulau Te-gal yang terletak di Kabupaten Pesawaran. Pulau yang ditempuh dalam waktu 20 menit dari Pan-tai Ringgung ini memiliki 100 KK. Pulau yang tidak memiliki seko-lah, anak-anak yang ada di pulau ini tidak mengenyam pendidikan.

    Oleh Yurike PratiwiFoto-foto Yurike Pratiwi

    EKSPRESI

  • vEKSPRESI

    15No.131 Tahun XIII Trimingguan Edisi Desember 2013

    Jangankan untuk sekolah formal, tenaga pengajar pun tidak ada. Tak heran hingga kelas 3 SD anak-anak Pulau Tegal tidak bisa mem-baca.

    Minimnya voulentir dan biaya sewa kapal yang tidak murah, tidak menghalanginya untuk me-nyebrangi pulau hanya untuk men-gajar. Sisil dan teman-temannya, rutin mengajar anak-anak di Pualu Tegal setiap hari libur. Mencari teman sebanyak-banyaknya wa-laupun hanya sekedar menikmati keindahan alamnya saja, meru-pakan satu cara untuk menghe-mat biaya sewa kapal.

    Setiap libur ia tak pernah absen mengajar, ia pun akrab dengan warga sekitar khusunya anak-anak. Saat ia datang selalu disambut oleh anak-anak dengan gembira. Melihat anak-anak di-dikannya bisa membaca adalah kepuasan tersendiri bagi putri pasangan Agung Wicahyono dan Azlah. Bahkan ketika libur ban-yak teman-teman yang mengajak jalan-jalan tetapi selalu ia tolak ke-tika mengingat anak-anak Pulau Tegal.

    Mba kenapa harus pulang, kami kan masih mau belajar

    Ucapan dari muridnya itu yang membuat Sisil sapaan akrab-nya tidak pernah absen untuk mengajar di Pulau Tegal. Walau-pun diakuinya harus meminjam uang untuk tetap bisa mengajar karena jaraknya relatif jauh. Teta-pi semua itu terbayarkan ketika ia melihat anak-anak didiknya mulai bisa mengeja bahkan bisa mem-baca.

    Ya Allah, dulu saya mau baca aja gak sesusah ini, tapi mereka perlu minta bantuan orang lain dulu untuk bisa baca, terang ga-dis berusia 21 tahun ini.

    ***Telahir dari keluarga yang si-

    buk tidak membuat silvana terpu-ruk, ayahnya bekerja di salahsatu perusahaan BUMN yang bekerja dari pagi hingga malam, sedang-kan ibunya mengajar di salah satu sekolah di Lampung Selatan, se-

    hingga harus berangkat pagi dan pulang sore karena jarak seko-lah yang jauh. Kesibukan kedua orangtuanya cukup menyita wak-tu untuk berkumpul.

    Hal itu dimanfaatkanya un-tuk melakukan berbagai aktivitas dan tidak sekedar kuliah saja, ia pun aktif dalam kegiatan organ-isasi kampus, ia tergabung dalam Lembaga Pers Mahasiswa Natual dan pernah menjabat sebagai Pe-mimpin Redaksi. Baginya kuliah dan praktikum bukan lah alasan ti-dak mengikuti berbagai kegiatan, banyak hal yang bisa dilakukanya tanpa mengganggu perkuliahan.

    Silvana seringkali ditegur oleh kedua orantuanya karena kerap pulang hingga larut malam, tetapi gadis berusia 21 tahun ini selalu

    menjelaskan setiap aktivitas yang ia lakukan. Beruntung kini kelu-arganya sudah mengerti dengan aktivitasnya itu.

    Bagi silvana kesibukanya ku-liah bukanlah hambatan. Menu-rutnya mendidik merupakan tu-gas orang terdidik. Bukan hanya profesi guru saja yang bertugas mendidik. Mahasiswa pun memi-liki peran sebagai pengajar. Bagi gadis yang bercita-cita menjadi wartawan ini anak-anak didiknya kini tidak hanya membutuhkan dana untuk tetap sekolah, tetapi tenaga pengajar yang kini sangat mereka butuhkan.

    Berbuatlah sesuatu wa-lau kecil, jangan hanya menun-tut tetapi berbuatlah sesuatu, ujarnya. .

  • 16 No.131 Tahun XIII Trimingguan Edisi Desember 2013

    Laporan UtamaLaporan Utama

    Sabtu 12 Oktober lalu, Rah-mawati Handayani hendak berangkat kuliah, ia datang pukul 08.40 WIB untuk kuliah di Gedung C, Pasca Sarjana Agrono-mi (depan ATM). Satu jam ke-mudian ia terkejut melihat motor Beat putih dengan BE 5213 CC mi-liknya tak terlihat di tempat semu-la ia parkir. Ternyata motornya telah raib dibawa pencuri. Selain motornya, ternyata empat motor lain juga berusaha dicuri, terlihat dari kontak yang rusak karena berusaha dibobol.

    Mahasiswa Agribisnis ang-katan 2012 ini langsung melapor-kan hal tersebut ke pihak Satpam Unila yang tengah berjaga, pihak Satpam saat itu hanya mendata dan berjanji akan mengantarkan ia ke kantor polisi guna membuat

    KECEWA DENGAN KEAMANAN DI UNILA

    laporan kehilangan motor. Tetapi menurut pengakuannya, pihak Satpam tidak terlalu antusias menanggapi hal tersebut, setelah dicatat dan didata ia pun pergi ke Polsek Kedaton tanpa didampingi Satpam. Rahma menjelaskan bahwa sebenarnya keadaan pagi itu sudah cukup ramai, karena ada beberapa mahasiswa S2 dan pe-kerja galian kabel optik di depan gedung tersebut.

    Ia cukup kecewa dengan sistem keamanan yang ada, apa-lagi antara gedung C dan pos Satpam hanya berjarak beberapa meter saja. Seharusnya Satpam lebih memperhatikan dan mem-perketat penjagaan, kalau bisa setiap parkiran ada pos Satpam, tambahnya.

    Tak hanya Rahmawati yang

    merasa kecewa dengan sistem ke-amanan di Unila, Riki Arya Dinata (Agribisnis 12) yang motornya sempat dibobol saat itu pun mera-sa kecewa akan sistem keamanan yang ada, menurutnya, parkiran di Fakultas Pertanian cukup beran-takan dan tercecer. Hampir se-tiap gedung di Fakultas Pertanian berjejer motor mahasiswa yang terparkir. Sebenarnya si ada plus minus-nya, plus-nya dapat memu-dahkan mahasiswa kalau terlam-bat, jadi gak perlu jauh-jauh parkir. Minusnya ya bakal rawan pencu-rian, karena penjagaan Satpam tidak terfokus. ujarnya. Tidak hanya lahan parkir yang kurang mendukung, menurutnya Satpam yang adapun kurang sigap, Pen-jagaan sangat kurang, khususnya di Fakultas Pertanian, pas ada ke-

    Oleh Ayu Yuni Antika

    Foto-foto Fajar Nurrohmah

  • 17No.131 Tahun XIII Trimingguan Edisi Desember 2013

    Laporan Utama

    jadian aja baru dijaga, ujarnya. Riki mengaku sempat syok ke-

    tika melihat kontak motornya su-dah dalam keadaan rusak dibobol pencuri, ia hanya mengharapkan bahwa keamanan di Unila, khusus-nya di Fakultas Pertanian dapat di-perketat, dapat diberlakukannya satu pintu masuk, dan jika perlu di tambah CCTV di tiap gedung.

    Sebagai pengendara sepeda motor, Meldy Alfioni Saputra (D3 Pemasaran 13) mengaku agak was-was dengan sering terjadinya pencurian sepeda motor di Unila. Meski Fakultas Ekonomi sudah memiliki satpam, tapi kinerjanya kurang dirasakan. Ia hanya ber-harap pihak keamanan dapat leb-ih memperketat penjagaan untuk meminimalisir pencurian sepeda motor yang kian marak terjadi.

    Pihak rektorat yang diwakili Kepala Kasubbag Hubungan Masyarakat (Kasubbag Humas) Unila M. Jefri, mengatakan bah-wa saat Rapat Pimpinan (Rap-pim) memang sudah ada wacana untuk membentuk parkir ter-padu. Nantinya setiap kantung-kantung parkir akan diberi pintu parkir dan di tempatkan pos sat-pam untuk menjaganya, ujarnya. Tidak hanya itu, menurut Jefri dengan adanya wacana tersebut kemungkinan mahasiswa akan di-pungut biaya tiap kali parkir. Wa-cana ini direncanakan baru dapat terealisasi tahun depan karena masih perlu pengkajian lebih lan-jut. Ia menambahkan bahwa pi-hak rektorat akan mengundang seluruh stakeholder yang ada di Unila, seperti dekan masing-mas-ing fakultas, akademisi Unila, ma-hasiswa, dan BEM-U untuk mem-bahas wacana tersebut secara lebih lanjut dan untuk membahas tarif parkir bagi mahasiswa.

    Saat ditanya tanggapannya tentang rencana pemungutan tarif parkir bagi mahasiswa, Dito Dwi Purnama (Fakultas Hukum 09) mengaku mendukungnya jika memang nantinya akan mening-katkan keamanan parkir di Unila. Tapi jika nantinya malah memper-

    buruk keadaan, itu akan member-atkan mahasiswa. Ia sendiri men-ginginkan adanya sistem parkir seperti yang ada di Mall-mall be-sar, dimana mereka menggunak-an karcis atau kartu parkir.

    Dito juga tidak menampik jika ada rasa khawatir karena pen-curian yang akhir-akhir ini marak terjadi, ia selalu mengamankan dengan menggembok sepeda motornya tiap kali parkir. Ber-beda dengan Meldy yang kurang merasakan kinerja satpam fakultasnya, Dito menganggap pengamanan di Fakultas Hukum sudah cukup. Meski Lahan parkir di Fakultas Hukum terbatas dan hanya ada di satu titik, ternyata tidak hanya ditempati mahasiswa Fakultas Hukum saja, mahasiswa FISIP pun tidak sedikit yang lebih memilih parkir di Fakultas Hukum. Kesel sih, kadang saya mau parkir tapi gak kebagian tempat, ujarnya.

    Cici Friska (Administrasi Neg-ara 13) mahasiswi yang parkir di Fakultas Hukum ini mengaku tidak mengetahui bahwa seha-rusnya mahasiswa FISIP tidak boleh parkir disana. Mengetahui banyak kasus pencurian di Unila ia mengaku cukup merasa was-was akan keamanan motornya.

    Ia juga mengeluhkan sering tidak kebagian tempat parkir di FISIP karena tempat parkir yang ter-batas. Kalau nanti gedung ini sudah dibangun, gak tau deh kita harus parkir dimana lagi, ujarnya.

    Ia berharap sistem keamanan di FISIP lebih ditingkatkan dengan diterapkannya kartu parkir saat akan keluar masuk FISIP.

    Rohman, salah satu satpam Fakultas Pertanian mengaku bahwa pihak keamanan sudah cukup maksimal dan berusaha keras dalam menjaga keamanan di Fakultas Pertanian. Kami juga merasa beban mental dan tang-gungjawab kalau ada motor hi-lang, ujarnya.

    Sebenarnya, ada 8 Satpam yang bertugas di Fakultas Perta-nian, 2 ditempatkan di Jurusan Pe-ternakan, dan 6 di tempatkan di Dekanat FP. Mereka berjaga sela-ma 12 jam secara bergantian siang dan malam (shift). Ia mengaku jumlah ini memang belum maksi-mal, tetapi semua tergantung pada kebijakan pihak dekanat. Meski Sabtu dan Minggu tetap berjaga, ia mengaku bahwa pihak Satpam tidak hanya fokus men-gawasi kendaraan mahasiswa, tetapi menjaga harta negara dan mengawasi kegiatan mahasiswa

  • 18 No. 131 Tahun XIII Trimingguan Edisi Desember 2013

    Laporan Utama

    yang terkadang diadakan di hari Sabtu atau Minggu.

    Selain itu, kelalaian maha-siswa menjadi kendala dalam menjaga keamanan di Fakultas Pertanian. Kelalaian mahasiswa ini, setiap kami kontrol pasti ada kunci yang tertinggal di motor. Entah terburu-buru atau gimana, tambahnya.

    Sebagai pihak keamanan, ia menyarankan kepada mahasiswa untuk ikut menjaga dan memper-hatikan keamanan kendaraaan-nya dengan selalu menggunakan kunci tambahan, parkir dengan rapi dan tidak disembarang tem-pat, serta selalu waspada terha-dap kemungkinan kejahatan.

    Hal senada juga disampaikan Satpam Fakultas Teknik, Alex Djoni Assafiar, ia mengatakan bahwa fasilitas perparkiran per-lu mendapatkan perhatian. Di Fakultas Teknik sendiri masih ada portal yang patah dan kurang lay-ak untuk mendukung keamanan. Tidak hanya perbaikan portal, ia juga menyarankan untuk mem-bangun pos atau tenda Satpam untuk memeriksa KTM atau STNK

    kendaraan mahasiswa yang hen-dak parkir serta perlu diperbai-kinya plang larangan parkir agar mahasiswa parkir dengan rapi.

    Sebagai manusia, ia mengaku bahwa Satpam tidak selalu ber-jaga di parkiran. Saat waktu solat dan makan siang, ada kalanya Satpam akan meninggalkan tem-pat parkir. menanggapi wacana tentang kebijakan yang di ren-canakan pihak Rektorat tentang perparkiran, ia mengaku akan mendukung penuh hal tersebut demi kebaikan mahasiswa Unila, khususnya mahasiswa Fakultas Teknik.

    Menanggapi permasalahan keamanan, kepala Satpam Unila Syafei mejelaskan jika Satpam yang ditempatkan di fakultas masing-masing berada dibawah kepegawaian fakultas, mulai dari absensi hingga kesejahteraan. Hal itulah yang menyebabkan pihak Satpam universitas tidak dapat memberikan sanksi administratif kepada Satpam di fakultas terten-tu saat terjadi pencurian motor.

    Selain itu, menurutnya jam kerja Satpam di fakultas biasanya

    hanya sampai pukul 16.00 atau 17.00 WIB, padahal mahasiswa sering pulang lewat dari jam terse-but. Hasilnya, saat sudah lewat jam kerja tidak ada lagi Satpam yang menjaga motor mahasiswa.

    Untuk mengatasi pencurian sepeda motor, Safei sebena-rnya sudah menyarankan kepada pimpinan masing-masing fakultas untuk membangun tempat full parkir dan menyamakan sistem jam kerja Satpam masing-masing fakultas seperti jam kerja satpam rektorat yang biasanya berjaga hingga pukul 20.00 WIB. Tetapi sampai sekarang belum ada tang-gapan yang berarti.

    Menurut laporan Safei ke-pada pembantu rektor II, jumlah pencurian yang terjadi selama tiga bulan terakhir sejak September hingga November, dibeberapa fakultas di Unila yaitu, FKIP ke-hilangan 6 motor, Fakultas Per-tanian 5 motor, FISIP 5 motor, FMIPA 3 motor, Fakultas Teknik 3 motor, FE 3 motor, FH 3 motor, sedangkan FK, Balai Bahasa dan Rektorat belum terjadi kehilangan kendaraan. .

  • 1919No.131 Tahun XIII Trimingguan Edisi Desember 2013

    Jumlah sepeda motor yang hilang selama tiga bulan terakhir di kawasan Unila mencapai angka 28 kendaraan. Jumlah ini termasuk yang terban-yak dari bulan-bulan sebelumnya. Pembantu Rektor II Unila, Dr. Dwi Haryono, M.S memberikan tang-gapannya mengenai masalah ini. Berikut petikan wawancaranya saat reporter Teknokra, Vina Oktavia diberikan kesempatan berbincang.

    Bagaimana pendapat Bapak men-genai maraknya kasus pencurian kendaraan bermotor di Universi-tas Lampung?

    Mengenai pencurian kendara-an bermotor, saat ini mahasiswa kita hampir sebagian besar mem-bawa kendaraan bermotor. Jum-lah mahasiswa kita sekitar 22 ribu dan mereka rata-rata punya kend-araan, kemudian satpam kita jum-lahnya terbatas. Delapan kantong parkir yang ada itu tidak mungkin menampung seluruh kendaraan mahasiswa. Kemudian Satpam kita jumlahnya terbatas. Hal itu terjadi karena jumlah kendaraan yang bertambah dan pengawasan yang terbatas.

    Sebagai salah satu pemimpin di Unila, kebijakan apa yang akan Bapak keluarkan?

    Kebijakan saya adalah menghimbau ke masing-masing fakultas untuk membangun kan-tong-kantong parkir. Nantinya, tempat parkir seperti di Balai Ba-hasa yang akan kita terapkan di seluruh fakultas. Kalau seluruh fakultas sudah punya kantong seperti itu yang dijaga fakultas, pencurian akan berkurang.

    Bagaimana jika ada fakultas yang ti-dak mengindahkan kebijakan Bapak?

    Ya, kita himbau terus untuk

    Kami hanya Memfasilitasi Supaya Semuanya aman

    membuat kantong parkir, fakultas juga membutuhkan dana dan pen-gamanan ekstra.

    Langkah nyata apa yang akan Unila ambil untuk mengantisipasi terulangnya kasus ini?

    Tahun 2014 ini, saya akan melakukan rekrutmen 24 orang Satpam baru. Selain itu, patroli satpam juga kita tingkatkan. Ko-mandan, wakil komandan, kepala regu turut keliling untuk mengin-gatkan kawan-kawan. Langkah yang kemarin saya lakukan adalah membangun alat komunikasi ter-integrasi. Sekarang semua HT di Unila frekuensinya jadi satu. Kalau misalnya ada orang mencurigakan di MIPA, melalui HT ini bisa kon-tak Satpam yang lain.Langkah yang akan tetap dilakukan adalah mengembangkan sistem parkir seperti di Balai Bahasa untuk fakultas lain.

    Titik parkir di Unila belum dileng-kapi dengan CCTV, mungkinkah Unila menerapkan sistem tersebut?

    Mungkin, tapi belum dalam waktu dekat ini. Karena CCTV juga perlu jaringan, jika belum terintegrasi ya percuma. Tahun 2014 kami fokus membenahi wifi. Nantinya, selain hotspot untuk mahasiswa, saya juga maunya ada CCTV.

    Kapan target terlaksananya ren-cana ini?

    Secepatnya, karena ini ter-gantung dengan dana APBN. Dana kita nggak cukup untuk itu. Saya akan terus mengusulkan ke Kementerian secara bertahap.

    Di berbagai perguruan tinggi lain, sistem kartu parkir sudah mulai diterapkan, mungkinkah Unila menerapkan hal serupa?

    Untuk pemberlakuan sistem parkir seperti di perguruan tinggi lain rasanya susah menerapkan itu. Kedepan saya inginnya ma-hasiswa Unila yang mempunyai kendaraan itu diberikan stiker. Mungkin per semester atau per tahun dimasukkan ke dalam kom-ponen UKT nantinya. Tapi ini kan perlu sosialisasi. Dulu pernah di-coba di fakultas MIPA, tapi dipro-tes dengan mahasiswanya. Arti-nya, kalau semua sudah sepakat mau pakai sistem parkir yang terintegrasi misalnya, pakai stiker semuanya, kalau hilang kita ganti seharusnya.

    Kalau harus dikenai biaya, berapa kisaran besaran biayanya?

    Ini tadi kan saya bilang baru akan disosialisasikan dahulu, be-lum tentu mahasiswa mau. Yang penting kan harus transparan. Jumlahnya berapa, ya mari kita hi-tung bersama. Besarannya bera-pa, ya harus kita godok bareng. Kita kan tidak nyari untung. Kita hanya memfasilitasi supaya semuanya aman.

    Apakah Unila sudah melakukan ker-jasama dengan pihak kepolisian?

    Selalu. Setiap kali ada kejadi-an, tim Buser dari polsek Kedaton masuk kesini. Dan setiap kali ke-jadian, kita langsung berkoordina-si. Yang mencurigakan pun sudah kita pantau. Antisipasi-antisipasi sudah kita lakukan. Kalau tidak kita lakukan seperti ini, saya yakin kehilangan akan semakin banyak.

    Apa harapan Bapak kepada ma-hasiswa Unila mengenai keaman-an kendaraan bermotor?

    Harapan saya kepada ma-hasiswa marilah kita bersama-sama mengaamankan kenda-raan kita. Artinya disiplin dalam penempatan kendaraannya. Ini menjadi tanggungjawab kita bersama. Kalau kita hanya men-gandalkan pengamanan yang ada di kampus dengan sistem ini, tidak mungkin. Kecuali kalau tempat parkir itu sudah dibuat. .

    Foto Novalinda S

    Wawancara Khusus

  • 20 No.131 Tahun XIII Trimingguan Edisi Desember 2013

    Artikel Tema

    Peran Mahasiswa sebagai Social Control kini tergerus oleh tuntutan zaman, ke-banyakan mahasiswa disibukan dengan duduk dan nongkrong tanpa ada upaya memikirkan kondisi bangsa yang hari ini kian memburuk. Ketika ada seruan aksi turun kejalan dalam rangka menyampaikan aspirasi kepada para penguasa, atas permasalah-an yang timbul masih banyak yang mengatakan ngapain aksi aksi, itu kan jaman dulu, sekarang udah berbeda. Sesungguhnya mereka tidak mengerti dan mungkin me-nutup mata dan telinga bahwa reformasi 1998 pada masa itu ti-dak lain karena aksi mahasiswa yang menuntut mundur presiden Soeharto. Itulah peran mahasiswa saat itu, saat pemerintah meng-gunakan kekuasaan dengan tidak seharusnya, dimana pemerintah tidak memperhatikan hak dan bagaimana cara menggunakan hak yang benar, bahkan pemer-intah menggunakan hak dengan cara otoriter dan eksploitatif. Ger-akan mahasiswa saat itu meru-pakan gerakan moral, gerakan yang memiliki kesamaan isu dan musuh. Gerakan mahasiswa wak-tu itu merupakan gerakan yang Fantastis.

    Banyak sekali fenomena yang terjadi dikalangan mahasiswa yang sangat memprihatinkan, akan tetapi semua itu akan tetap sama manakala kita sebagai ma-hasiswa tetap diam dan membisu, harus ada gerakan yang nyata yang harus ditunjukan kepada publik, sebagai refleksi dan con-toh kepada mahasiswa yang lain yang belum terbuka mata hat-

    inya akan peranannya yang san-gat penting. Sebagai mahasiswa yang memiliki intelektual tinggi seharusnya peduli akan kemajuan dan kebangkitan negera, negara ini tidak memberikan kita peker-jaan tapi negera yakin bahwa kita mampu melunasi janji ke-merdekaan.

    Pesta Demokrasi kian hari kian mendekat, menentukan na-sib bangsa lima tahun kedepan. pemilihan legislatif, calon-calon wakil rakyat yang akan mewakili suara-suara rakyat, kontest itu kabarnya akan dilaksanakan pada tanggal 9 April 2014 mendatang, sekitar lima bulan lagi. Kembali public mempertanyakan apakah peran pemuda dan mahasiswa pada ajang yang spektakuler ini. Peran mahasiswa dalam men-yongsong pemilu 2014 adalah fungsi control dalam menegakkan demokrasi. Kita sama-sama tahu perilaku kekuasaan yang dihasilk-an pada pemilu saat ini cenderung korup, tidak paralel dengan as-pirasi rakyat dan mengabdi pada kepentingan modal.

    Setidaknya ada empat aspek yang harus dilakukan oleh maha-siswa dalam pengawalan pemili-han umum.

    Pertama, memastikan mesin penyelenggara dan kontestan pe-milu sesuai aturan main dan tatan-an hukum yang berlaku, sehingga pemilu yang dilakukan secara fair dan adil.

    Kedua, melakukan pendidikan politik disetiap lapisan masyara-kat, dengan melihat track record setiap kandidat dan janji-janji kam-panye yang mereka lontarkan. Sehingga masyarakat memiliki

    pengetahuan terkait calon-calon mereka.

    Ketiga, melawan setiap park-tik Money Politic. Seolah-olah semuanya selesai dengan uang, semua diabdikan pada pemilik modal, siapa yang banyak uang itulah yang menang.

    Keempat, meminta parpol mempublikasikan sumberdana kampanye agar tercipta pemilu yang akuntabel dan menghindari penggunaan dana gelap yang mampu mencederai demokrasi. Mahasiswa jangan minder den-gan elite-elite parpol, takut ada in-terfensi, ancaman, atau tekanan, sudah jelas dalam UU No 14 tahun 2008 tentang keterbukaan infor-masi publik dapat menjadi alat yang sangat efektif mengakses informasi dalam penyelenggaraan pemilu seperti dana kampanye, daftar calon peserta pemilu, daf-tar pemilih, dan lain sebagainya.

    Mahasiswa memiliki peran yang sangat strategis dalam pen-gawalan pemilu, baik terhadap penyelenggara, kontestan, dan masyarakat. Pengawalan ini san-gat penting dilakukan guna untuk menciptakan postur kekuasaan yang baik, tidak seperti pemilu yang dilakukan di tahun-tahun se-belumnya, pemilu hanya sebatas

    Peran Mahasiswa Dalam Mengawal Pemilu

  • 21No.131Tahun XIII Trimingguan Edisi Desember 2013

    sebuah prosedur dalam berde-mokrasi bahkan timbul praktek jual-beli suara, inefesien sehingga pemenang pemilu pun berpihak kepada para pemodal. Perhelatan mahasiswa dalam ruang publik ini salah satu bentuk check and bal-ance dalam mengawal demokrasi, selain itu mahasiswa tampil seb-agai sosok yang terdidik yang ti-dak hanya mengandalkan idiologi saja melainkan sikap kritis dan bijak dalam menyikapi permasala-han demokrasi.

    Sebagai Agent Of Change me-mang sudah seharusnya maha-siswa membawa angin perubahan pada pemilu hari ini, tetap harus optimistis bukan malah psimistis

    Sampaikan Keluhanmu lewat SMS Mahasiswa, dengan format Nama_NPM_Jurusan/Fakultas_ Komentar. Kirim ke 089699271495/ 085789666911 atau Teknokra Unila @TeknokraUnila

    Suara Mahasiswa

    Redaksi hanya akan memuat SMS/komentar yang disertai identitas lengkap dan bisa di-pertanggungjawabkan, Nama/Jurusan/Fakultas/Angkatan. Kami akan me ncocokkannya dengan data siakad Unila.

    terhadap kontes demokrasi ini, hilangkan paradigma apatis ter-hadap pemilu, apalagi seorang mahasiswa hanya memilih golput lantaran mereka memiliki paham kelompok yang mendukung un-tuk golput, seharusnya maha-siswa sudah tidak lagi berfikir kearah golput akan tetapi maha-siswa berfikir bagaimana caranya agar pesta demokrasi ini berjalan sesuai dengan tata aturan dan hu-kum yang berlaku.

    Harapan besar Kepada selu-ruh elemen mahasiswa tak pan-dang bulu, siapapun dia asalkan dia mengaku sebagai mahasiswa, mari kita satukan aksi dan suara untuk mengawal pemilu tahun

    2014 ini baik pemilu kada, pemilu legislatif dan pemilu presiden.penuhi hak dan kewajiban sebagai mahasiswa sebagai elite daripada masyarakat biasa, gunakan cara-cara kreatif dan santun untuk menarik simpati publik sekaligus menjadi momen pembelajaran bagi tumbuh, berkembang dan dewasanya demokrasi Indonesia. .*Ahmad Khairudin SyamMahasiswa Jurusan ilmu Komputer Angkatan 2010

    Wiwik Windasari (Pendidikan Anak Usia Dini)

    085768166xxx

    Assalamualaikum. Afwan saya ingin menyampai-kan aspirasi saya, mengenai bidikmisi. Bidikmisi yang seharusnya untuk mahasiswa yang tidak mampu dalam segi ekonomi tapi malah buat orang-orang kaya. Buktinya ada yang punya mo-tor bagus, Hp-nya BB, punya laptop, bahkan saya pernah menemukan mahasiswa bidikmisi naik mobil, pakaiannya glamour. Apakah ini kondisi In-donesia saat ini? Ini sungguh tidak adil! Kenapa bidikmisi tidak di survei? Kenapa begitu mudahn-

    ya orang-orang yang tidak bertanggungjawab melakukan manipulasi? Sungguh miris.

    M.Luthfi Pratama (Pendidikan Bahasa dan Sastra indonesia)

    087797930xxx

    Saya ingin bertanya tentang balapan liar yang sering kali dilakukan oleh anak-anak motor di Unila, apakah memang dibolehkan ? karena san-gat mengganggu dan merusak citra kampus yang akhirnya dicap sebagai arena balap liar.. terimak-asih.

  • v22 No.131 Tahun XIII Trimingguan Edisi Desember 2013

    Inovasi

    Bagi Helmy, inovasi selalu tak mengenal batas. Dosen yang mempunyai nama lengkap Dr. Eng. Helmy Fitri-awan, S.T., M. Sc. ini mendesain sebuah aplikasi yang membantu seseorang mempelajari aksara Lampung. Idenya muncul sebagai bentuk keprihatinan atas buda-ya Lampung yang mulai punah. Menurutnya, kearifan lokal, bu-daya, dan aksara Lampung butuh perhatian. Ia dan seorang kerjan-ya Dr. Ir. Sri Ratna Sulistiyanti M.T tergerak membuat aplikasi yang bekerja seperti otak manusia.

    Pengajar jurusan Teknik Me-sin ini mendesain aplikasi yang disebut jaringan syaraf tiruan dan bekerja untuk mengenali aksara Lampung. Prinsipnya, aplikasi akan mengenali ciri-ciri dan ben-tuk huruf dengan algoritma ter-

    tentu. Aplikasi ini nantinya sangat cocok digunakan untuk belajar ak-sara lampung. Pembelajar hanya perlu menuliskan aksaranya dan jaringan syaraf tiruan akan lang-sung mengenali. Aksara Lampung sendiri terdiri dari 20 huruf utama, dan 12 anak huruf, contohnya a, I, u, e, ke, ng, ai, dan sebagainya. Jadi satu huruf akan memiliki 13 variasi cara baca. Jika ditotal, ada 260 jenis aksara Lampung.

    Menurut Helmy, saat ini pen-genalan jaringan syaraf tiruan hur-uf pada aplikasinya sudah menca-pai akurasi di atas 90 %. Sudah cukup bagus pengenalannya, ujarnya. Namun, aplikasi masih kesulitan mengenali aksara yang hampir mirip penulisannya. Ap-likasi juga sudah dapat mengenali dialek O dan A pada aksara Lampung dengan tingkat akurasi mencapai 91%. Sampai saat ini Algoritmanya masih terus diper-baiki, paparnya lagi.

    Untuk mengoperasikan ap-likasi buatan Helmy butuh bantu-an media scanner. Caranya dengan menuliskan huruf yang diingink-an, lalu dipindai menggunakan scanner yang telah terhubung dengan aplikasi pendukung yang bernama Matlab. Aplikasi ini akan otomatis membaca dengan cara memindai garis per garis, seperti huruf utama dan anak huruf. Ke-mudian aplikasi tersebut akan me-nampilkan cara baca huruf terse-but. Nantinya, aplikasi tersebut

    BELAJAR AKSARA LAMPUNG DENGAN APLIKASI KOMPUTER

    Oleh Retno Wulandari

    Ilustrasi Retno Wulandari

  • v23No.131 Tahun XIII Trimingguan Edisi Desember 2013

    NgekhibasArea parkir didekat pos satpam

    Tapi kok masih kecurian motor ya?

    Laboratorium digunakan barengan

    Kalo ada yang rusak tanggung jawab siapa ya?

    Kantin didekat Unila makin banyak

    Wah bisa makin semrawut , sampah makin numpuk

    akan berbasis smartphone untuk memudahkan pengguna.

    Selama proses pembuatan, aplikasi ini melalui tahap pengo-lahan citra dan jaringan syaraf tiruan. Awalnya, pengolahan citra dilakukan dengan mengumpulkan sampel dan memotongnya.Nanti-nya, sampel tersebut akan dikena-li oleh jaringan syaraf tiruan yang bekerja seperti otak. Jika sudah kenal, pengenalannya tidak seba-tas huruf juga namun telah ter-hubung dengan data base kamus.

    Menurutnya, keunggulan dari aplikasi ini adalah kemampuan al-goritma yang sudah maju. Algorit-ma sejenis sudah banyak di pakai di negara lain seperti Jepang dan India yang karakter hurufnya cuk-up sulit. Sedangkan kurangannya adalah masih butuh penyempur-naan. Sampai saat ini, aplikasi ma-sih dalam tahap prototipe tingkat

    pengujian. Aplikasinya sudah sampai pengenalan huruf dan nanti akan melangkah ke pener-jemahan, terang Helmy.

    Penelitian yang dirancang Helmy mendapatkan bantuan dana hibah bersaing dari Direktor-at Jenderal Perguruan Tinggi (Dik-ti). Tahun ini, timnya mendapatkan dana sebesar 41 juta. Total ren-cana dana diperoleh mancapai 103 juta rupiah. Dana tersebut dibu-tuhkan karena untuk membuat aplikasi ini membutuhkan sistem komputasi yang lebih canggih, tambah Helmy. Selama penelitian, Helmy juga dibantu oleh maha-siswa bimbingannya.Penelitian ini menarik karena berkaitan den-gan konten budaya lokal. Kita membantu dari sisi teknologi. Jadi perkembangan teknologi infor-masi ini bisa membantu pembela-jaran, ujar Helmy.

    Bahasa itu kan menandakan identitas daerah itu sendiri, jika orangnya tidak mempelajari ba-hasanya sendiri, otomatis identi-tas dan ciri lokalnya akan hilang, karena ajaran dari nenek moyang kan menggunakan bahasanya, dan ajaran dari nenek moang itu-kan banyak yang baik, kalau tidak menguasai bahasanya otomatis akan hilang, dan disini kami mem-bantu dari sisi teknologi, tambah Helmy.

    Helmy berharap aplikasi bua-tannya dapat dikembangkan dan dapat bermanfaat bagi pelajar dan mahasiswa. Selain itu, ap-likasi ini juga diharapkan dapat membantu guru dalam mengajar akasara Lampung kepada siswa.

    Terciptanya aplikasi ini mem-buktikan bahwa setiap cabang ilmu saling berkaitan dan mem-bantu satu sama lain. .

  • 24 No.131 Tahun XIII Trimingguan Edisi Desember 2013

    Regional

    Foto

    Yovi

    Lusia

    na

    Letusan gunung terdengar sampai ke Alice Springs, Aus-tralia dan bahkan sampai ke Pulau Kodrigues, Afrika. Bunyi dari batukan Gunung Krakatau itu ter-dengar sampai 4653 km jauhnya. Kedahsyatan letusan gunung api itu sama halnya dengan 30.000 bom atom yang menyerang kota Hiroshima dan Nagasaki.

    Senin 27 agustus 1883, pukul 5.30 pagi. Letusan dari Gunung Krakatau itu mengakibatkan ge-lombang pasang tsunami seting-gi 30m yang merenggut nyawa 36.000 orang yang berada di 195 desa, dari desa Merak sampai Karawang, dan dari Ujung kulon sampai Sumatera Selatan.

    Di hari yang sama kapal Bearouw, kapal perang uap yang berkibar bendera Belanda.Tidak dapat menghindar dari terjangan tsunami, kapal terangkat gelom-bang dan terbanting keras sampai ratusan meter ke sungai Kuripan Teluk Betung Bandarlampung. Ka-pal yang berkekuatan 30 tenaga kuda dengan panjang 10m dan empat meriam merupakan kapal besar pada jamannya. Ternyata bantingan tersebut belum be-rakhir. Pada jam 10:45 gelombang lebih dahsyat mampu mengang-kat kapal setinggi 165m dan se-

    jauh 5km dari awal terdampar***Untuk mengabadikan peristi-

    wa itu, pada tahun 1885 dibangun-lah sebuah bangunan yang disebut monumen krakatau,bangunan yang terletak di taman dwipangga Teluk Betung,Lampung. Monu-men yang berbentuk seperti mer-cusuardi bagian dasar monumen terdapat bangunan segi delapan sebagai pemopongnya, empat dari delapan sisi berisikan relief ten-tang kecemasan masyarakat Lam-pung. Digambarkan masyarakat sibuk mengungsi dengan menun-tun anaknya, dan tidak lupa pula mereka membawa harta miliknya diletakkanya di atas kepala.

    Di sisi lain terlukiskan pula para masyarakat sibuk mendayung perahu karena jalan dan rumahnya telah terendam oleh air akibat ge-lombang tsunami, dengan mem-bawa sanak saudara dan anak-anaknya.

    Dibagian tengah berbentuk bulat yang dikelilingi cincin merah, sedangkan dipuncaknya terdapat lampu menyerupai sirine berwar-na merah yang merupakan lampu asli dari kapal Bearouw yang ter-dampar di sekitaran taman Dwi-pangga saat terjadinya letusan Gu-nung Krakatau.

    Sejarah yang TerlupakanMONUMEN KraKataUOleh Yovi Lusiana

    Namun, keadaan monumen itu tidak sebagus awal dibangun. Dibangunan dasarnya terlihat banyak coretan-coretan yang menodai dari monumen. Selain itu, banyak masyarakat Lampung yang tidak mengetahui pemak-naan monumen yang menjelas-kan kejadian 130 tahun silam.

    Seperti yang diutarakan Amalia Handayani (19), ia tidak mengetahui apa makna dari mo-numen itu, bankan ia mengetahui adanya monumen krakatau ke-tika kami menanyakan hal terse-but kepadanya.

    Hal senada juga disampai-kan Ibnu Akil (32), menurutnya ia tidak begitu tahu bagaimana sejarah dari monumen krakatau, sejak lima tahun menjadi penjaga dari taman Dwipangga ia sering mendapati anak-anak yang men-coret- coret monumen. Dwitung-ga Ia bapak yang sering ambilin pidol mereka, terangnya.

    Monumen krakatau, monu-men yang menjadi saksi bisu sekaligus korban dari gemuruh dan kedahsyatan letusan serta gelombang tsunami Krakatau, tapi kini keaslian monumen peritiwa letusan Gunung Krakatau menjadi sejarah yang terlupakan. .

  • 25No.131 Tahun XIII Trimingguan Edisi Desember 2013

    Wawancara Khusus

    Program D3 perkebunan yang digagas pemerintah daerah Kabupaten Way Kanan memberikan kesempatan kepada putra daerah untuk men-cicipi bangku perguruan tinggi. Program ini merupakan refleksi untuk mewujudkan kabupaten Way Kanan sebagai bumi petani. Uniknya, konsentrasi dalam pro-gram kuliah gratis tersebut fokus kepada perkebunan tebu, karet, dan sawit. Wartawan Teknokra, Vina Oktavia berkesempatan me-wawancarai bupati Way Kanan, Bustami Zainuddin saat berkun-jung ke Universitas Lampung. Berikut petikan wawancaranya:

    Mengapa Pemerintah daerah Way Kanan menggulirkan pro-gram ini?

    Kami berpikir ingin mendahu-lukan sumber daya manusianya dulu, Kalau 5 tahun saya tidak menyediakan SDM, berapa ribu orang yang akan terbengkalai. Tapi kalau soal fisik, kita tidak dapat apa-apa karena setahun kemudia butuh perbaikan. Tapi kalau manusia dicetak, lima tahun ke depan Way Kanan mempunyai cadangan SDM yang memadai.

    Mengapa pemerintah kabupaten Way Kanan fokus pada jurusan perkebunan tebu, karet, dan sawit?

    Jadi jurusan khusus ini sesuai

    JiKa Melanggar, BeaSiSwa otoMatiS DicaBUtOleh Vina Oktavia

    dengan produk unggulan daerah dan jargon Way Kanan, Bumi Petani. Inilah cara kami men-jawab persoalan yang ada untuk membangun Way Kanan. Sumber daya alam yang ada mencapai 90% kebuin pertanian. Mereka ini didesain bukan untuk menjadi pe-kerja, tapi menjadi enterpreuner dibidang pertanian.

    Apa target yang harus disele-saikan mahasiswa setelah lulus dari program ini?

    Minimal mereka dapat men-transformasi informasi dibidang karet, tebu, dan sawit untuk war-ga. Harapan kita mereka dapat membantu pemerintah daerah untuk menjadi tenaga profesional penyuluh sukarela perkebunan. Kita minta mereka mengabdi un-tuk Way Kanan.

    Siapa saja yang berhak mengikuti program D3 Perkebunan?

    Semua warga Way kanan yang berdomisili dan bersekolah di Way Kanan. Ini supaya masyarakat menghargai orang yang sekolah di Way Kanan dan mau membangun Way Kanan. Peserta merupakan representasi kecamatan. Setiap ta-hun jatahnya 70 peserta. Kita ada 14 kecamatan, berarti lima orang setiap kecamatan.

    Apakah ada kriteria khusus untuk peserta?

    Kriteria pertama berprestasi dan yang kedua dia tidak mampu, serta berdomisili di Way Kanan.

    Bagaimana tahap seleksi peserta?Seleksi mulai dari adminis-

    trasi, kesehatan, fisik, dan aka-demik. Seleksi akademik melalui SNMPTN. Setelah mereka melalui semua seleksi tersebut, mereka dinyatakan lulus.

    Apa saja fasilitas yang peserta dapatkan?

    Mereka memang dibiayai full oleh Pemda. Jadi indeks biaya mencapai 18 juta per orang se-tahun. Selama 3 tahun totalnya mencapai 54 juta. Biaya itu untuk uang kuliah, asrama, dan makan. Ke-mudian untuk uang pakaian kerja.

    Dari mana sumber pembiayaan program ini?

    Dana program ini menggu-nakan dana APBD dari Pemda yang telah disetujui DPR. Makan-ya, saya kawal betul program ini, supaya setelah lulus tidak jadi pengangguran.

    Mahasiswa D3 Perkebunan diwa-jibkan mengikuti kegiatan kam-pus seperti Resimen Mahasiswa, mengapa demikian?

    Ya, karena mereka memang didesain untuk menjadi orang lapangan. Nantinya, yang mer-eka hadapi adalah golok, cangkul, hujan, panas terik matahari. Jadi mereka membutuhkan keseme-ktaan diri dan fisik yang prima. Apalagi mereka akan menjadi leader disitu. Mereka adalah orang-orang profesional yang mengajarkan cara membuat bibit karet, cara menanam, dan serta manajeman.

    Bagaimana jika ditengah pendi-dikan mahasiswa melanggar per-aturan akademik?

    Jika ternyata ada yang me-makai narkoba misalnya, atau IPK-nya kecil itu mengikuti me-kanisme kampus. Jika melanggar, beasiswa otomatis dicabut. .

  • POJOK PKM

    26 No.131 Tahun XIII Trimingguan Edisi Desember 2013

    MAHA GURU

    Digugu dan ditiru. Kiasan yang sering digunakan un-tuk menggambarkan sosok yang menjadi panutan sekaligus tauladan dalam menimba ilmu. Begitu nyata sebagai seorang pe-nyandang tugas mulia.

    Dalam historisnya Jepang ter-masuk negara yang mempunyai kesadaran yang begitu tinggi akan posisi sang tauladan. Negara ini pernah mengalami kehancuran karena bom atom yang membumi hanguskan hampir seisi negaranya saat perang dunia II. Namun de-ngan lantang sang kaisar yang pada saat itu adalah kaisar Hirohito menanyakan:

    Berapa guru yang gugur? Dan berapa yang masih hidup? Selagi masih ada guru, negara kita ma-sih bisa bangkit. Kesadaran yang akhirnya membawa perubahan dan kebangkitan negara tersebut.

    Indonesia bukan negara yang tidak paham akan peran sosok guru. Sosok yang mungkin disebut beberapa orang sebagai manu-sia setengah dewa, karena bekal ilmu darinya banyak yang menjadi mampu menyelamatkan sesama bahkan nyawa.

    Melalui berbagai kebijakan sang pemangku kekuasaan mengi-yakan peran sentral guru. Negeri ini berusaha memberikan per-hatian yang dirasa menyangkut penghidupan. Memperoleh tun-jangan yang menyangkut keprofe-sionalan. Karena tak semua dirasa mampu mengemban tugas.

    Jika ingin mengukur berapa besar peran guru? Mungkin semua orang tak dapat menjawab secara angka. Atau memberikan jawaban yang mengungkapkan sekadarnya,

    karena sang sosok telah ada se-jak kita belum paham akan peran mereka.

    Menjadi seperti saat ini, mungkin membuat kita juga sa-dar akan usaha yang luar biasa guru guru kita terdahulu. Namun sadar atau tidak siswa yang da-hulu mengeja perkata, kini telah menyandang gelar sang maha. Tak salah jika mereka dituntut untuk mampu mencari jati diri-nya sendiri, karena pada akhirnya pertanggungjawaban adalah pribadi. Bukan berarti tak ada guru abadi, meski yang bernya-wa semuanya kelak akan mati. Sudah seharusnya mahasiswa belajar kepada sang maha guru yang mereka hadirkan.

    Karena belajar tidak sela-manya selalu benar, semuanya kelak menjadi pembelajaran. Kesalahan kesalahan akan se-lalu ada, karena semua pada akhirnya kembali pada kodrat manusia. Namun manusia bu-kanlah keledai yang bisa jatuh berkali kali dalam lubang yang sama. Dengan anugerah akal dan

    pikiran, manusia menjadi mampu menjadikan kesalahan sebagai suatu pelajaran atau juga sebuah peringatan. Hingga mampu me-nyikapi dan menentukan langkah perjalanan hidup berikutnya dari hal yang biasa disebut sebagai pe-galaman.

    Peran besar sang guru diawal tetap tak terganti, meski pada akhirnya pengalaman hadir seb-agai Maha Guru. Karena kehadi-rannya tak sedikit yang membena-rkan pengalaman adalah guru terbaik dalam kehidupannya.

    Kini sudah seharusnya sang siswa yang telah menyandang ge-lar maha mendapatkan pembela-jaran dari sang Maha Gurunya. Guru yang terkadang tak disadari kehadiranya hingga kita mampu berbuat sesuatu. Tak hanya untuk pribadi, tetapi mengajarkan pen-tingnya berbagi untuk sesama.

    Namun percayalah sang maha guru kini tak akan hadir pada mer-eka yang hanya duduk manis dan diam dalam kesetiaan menunggu. Atau kepada sebagian mereka yang memilih tetap berada pada zona nyamannya ketika sebagian teman memilih untuk belajar ber-korban. Hingga akhirnya tak akan pernah ada pembelajaran yang kelak menjadi bekal menjalani ke-hidupan selanjutnya. Meski sang siswa kini telah bergelar maha.

    Maha Guru hanya akan ha-dir ketika kesalahan telah menjadi pembelajaran. Keberhasilan telah mengajarkan kesederhanaan dan kerja keras menjadi modal awal menjalani kerasnya kehidupan.

    Tetap Berpikir Merdeka! .

    Pemimpin Umum

    Rudiyansyah