-
08Tahun ke III
Bertekad Perketat Pengawasan, Guna Mencegah Kebocoran
[regulasi] Soal Perizinan SPBU Asing Bangun Kilang Baru SPBU
[sosialisasi] Sosialisasi Menuju Konsolidasi
[regulasi] Program Konversi BBM ke BBG Pilihan Tak Mudah dan
Butuh Proses
12
14
40
-
Dari Redaksi
[sambutan]
Kesembilan Anggota Komite BPH Migas yang dilantik itu adalah
Andy Noorsaman Sommeng merangkap sebagai Kepala BPH Migas, Fahmi
Harsandono sebagai Wakil Ketua, kemudian M. Fanshurullah Asa,
Sumihar Panjaitan, Saryono Hadiwidjoyo, Karseno, Martin Samodra
Ritonga, Ibrahim Hasyim dan A. Qoyum Tjandranegara.
Kesembilan Anggota Komite ini jelas bukan orang-orang
sembarangan. Sebagian besar wajah-wajah baru yang duduk di level
pimpinan BPH Migas itu adalah orang-orang pilihan. Mereka terpilih
setelah melalui mekanisme uji kelayakan dan kepatutan yang
diselenggarakan oleh Komisi VII DPR pada 8 Desember 2011 silam dan
mereka juga mendapat pengukuhan melalui Keputusan Presiden No. 78/P
Tahun 2011.
Sebagai orang-orang terpilih, tentu mereka dipandang lantaran
memiliki integritas, kapabilitas, dedikasi dan pengalaman. Lembaga
yang akan mereka pimpin juga bukan lembaga sembarang. BPH Migas
merupakan salah satu lembaga yang terbilang stratgeis. Ia merupakan
ujung tombak dalam kegiatan hilir minyak dan gas bumi di negeri
ini. Maka dengan berbagai kelebihan yang dimiliki Anggota Komite
itu, pemerintah mempercayakan mereka memimpin BPH Migas untuk lima
tahun ke depan.
Meski demikian, untuk memajukan BPH Migas mencapai tujuannya,
Anggota Komite tak mungkin bekerja sendirian. Untuk itulah, kata
Andy, dukungan dari seluruh unsur yang terlibat di dalamnya sangat
dibutuhkan. Mulai dari pegawai yang terendah hingga pejabat yang
tertinggi, ujarnya.
Sebagai imbal baliknya, Andy berharap akan dapat memberikan
suasana dan semangat baru di lingkungan BPH Migas. Ia menegaskan
akan tetap mempertahankan sesuatu yang sudah berjalan dengan baik.
Semoga kita bisa bekerja bersama dalam menjalankan tugas-tugas
dengan baik tanpa melupakan dan tetap menjaga profesionalisme,
disiplin, dedikasi yang tinggi serta menjaga kredibilitas dan
akuntabilitas institusi, paparnya.
Maka, dengan hadirnya wajah-wajah baru di jajaran pimpinan BPH
Migas, setidaknya, masyarakat kini punya harapan. Mereka hadir
tentu dengan membawa serta suasana dan semangat baru. Dari suasana
dan semangat baru inilah, bisa diharapkan, akan membawa perubahan
di sektor hilir migas ke arah yang jauh lebih baik dari
sebelumnya.
Wajah Baru Semangat BaruBADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI
(BPH MIGAS) MEMASUKI BABAK BARU. MENTERI ENERGI SUMBER DAYA MINERAL
(ESDM), JERO WACIK, MELANTIK SEMBILAN ANGGOTA KOMITE BPH MIGAS YANG
BARU PERIODE 2011-2015. PELANTIKAN DILAKSANAKAN DI GEDUNG
KEMENTERIAN ESDM DI JAKARTA, AWAL TAHUN 2012 LALU.
Bersihkan Tangan dan Hatidari Perbuatan
KORUPSI
Diterbitkan oleh Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi |
Pembina Kepala BPH Migas | Pengarah Komite BPH MigasPimpinan Umum
Sekretaris BPH Migas | Redaktur Ahli Direktur BBM, Direktur Gas
Bumi | Pimpinan Redaksi Susetyo Yuswono, SH. MH. | Redaksi Narcicy
Makalew, Putu Suwardana, Ougy Dayyantara, Dedi Wijaya, Hendry
Ahmad, Edi Moh. Suhariadi, Sri Purnomo | Editor Anwar Rofiq, Kurnia
Putri F. | Peliputan Akhmad Safei, Okto Berbudi | Desain Grafis
Yogi | Dokumentasi Sudiro, Robby Ferdian | Sirkulasi Iqra Krasnaya
| e-mail: [email protected], website: www.bphmigas.go.id
Redaksi menerima tulisan seputar kegiatan Usaha Hilir Minyak dan
Gas Bumi. Kirimkan ke: Redaksional Buletin Hilir Migas Gedung BPH
MIGAS, Jl. Kapten P. Tendean No: 28 Jakarta Selatan 12710
Indonesia, e-mail: [email protected] Pengatur Hilir
Minyak dan Gas Bumi, Telp : +62-21 5255500, +62-21 5212400, Fax :
+62-21 5223210, +62-21 5255656
BPH Migas 3
-
[daftar isi]
[sosialisasi]Sosialisasi Menuju Konsolidasi
[rona]Program Konversi BBM ke BBG Pilihan Tak Mudah dan Butuh
Proses
14-17
40-41
Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi Jl. Kapten P. Tendean
No. 28 Jakarta Selatan 12710 - IndonesiaTelp : +62-21 5255500,
+62-21 5212400 Fax : +62-21 5223210, +62-21 5255656
edisi 08 Tahun ke III 2012
6 [sajian utama] Bertekad Perketat Pengawasan, Guna Mencegah
Kebocoran
10 [regulasi] Menekan Ketergantungan BBM Bangun 13 Proyek
Infrastruktur Gas
Soal Perizinan SPBU Asing Bangun Kilang Baru SPBU Harga BBM
Naik, Penimbunan (Dijamin) Turun
16 [sosialisasi] Sosialisasi Menuju Konsolidasi
20 [lensa] Peristiwa dan Kegiatan BPH Migas
40 [rona] Program Konversi BBM ke BBG Pilihan Tak Mudah dan
Butuh Proses
Mei 2012,Wajib Pakai Bioethanol Tak Ada Alasan SPBU Asing
Menolak
[regulasi]Soal Perizinan SPBU Asing,Bangun Kilang Baru SPBU
12-13Pemerintah berencana akan memperketat izin operasional SPBU
Asing di Indonesia. Nantinya, hanya SPBU Asing yang memenuhi syarat
yang diperkenankan beroperasi di sini. Saat ini, rencana itu tengah
digodok. Sedang kami bahas, bagaimana dan opsi-opsi apa saja yang
akan diambil pemerintah untuk memproteksi itu, kata Direktur
Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral (ESDM), Evita Legowo, di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Bersiaplah menjadi masyarakat pengguna gas, termasuk untuk
kendaraan pribadi Anda. Soalnya, ke depan pemerintah akan
menggalakkan semua serba gas. Dan kalau tak ada kendala, program
peralihan dari Bahan Bakar Minyak (BBM) ke Bahan Bakar Gas (BBG)
akan dimulai pada April 2012 tahun ini.
Menangani masalah yang bersifat masif bukan perkara gampang.
Apalagi jika masalah yang ditangani memiliki dampak politis dan
sosial. Jika tak ditangani secara tepat, niscaya akan menimbulkan
gejolak. Seperti soal kebijakan menaikkan harga BBM bersubsidi
beberapa waktu lalu, dampak sosial dan politisnya jelas sangat
tinggi. Itu terlihat dari sikap masyarakat yang terbelah dua
terhadap kebijakan ini. Ada yang pro, ada yang kontra. Keduanya,
tentu saja, masing-masing punya alasan sendiri.
[sajian utama]Bertekad Perketat Pengawasan, Guna Mencegah
Kebocoran
6-9
Kesungguhan Anggota Komite Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas
Bumi (BPH Migas) yang baru dalam meningkatkan fungsi pengawasan
telah menuai hasil. Seperti kita saksikan, bersama dengan Satuan
Tugas (Satgas) Tim Pengawasan Pengendalian Bahan Bakar Minyak (BBM)
bersubsidi yang dipimpinnya, beberapa waktu lalu, BPH Migas
berhasil meringkus aksi penyelewengan BBM di berbagai daerah yang
dilakukan sejumlah oknum yang memanfaatkan situasi menjelang
kenaikan BBM yang rencananya diberlakukan pemerintah pada 1 April
2012 lalu.
Hilir Migas | edisi 08 Tahun ke III 2012 BPH Migas 5
-
Bertekad Perketat Pengawasan,
Salah satu prestasi terbesar yang dicapai di antaranya, BPH
Migas berhasil menangkap satu kapal bermuatan 100 ton atau sekitar
100 ribu kiloliter BBM solar di Sungai Mahakam, Long Bagun, Kutai
Barat, Kalimantan Timur. Solar bersubsidi tersebut diduga untuk
dijual kembali ke industri pertambangan dan perkebunan.
Penangkapan kapal dilakukan pada 7 Maret 2012, saat tim
pengawasan pengendalian BBM bersubsidi mencurigai kapal yang telah
dimodifikasi untuk menampung BBM bersubsidi. Setelah diperiksa,
ternyata tidak dilengkapi dokumen, tanpa registrasi dan belum
diketahui apakah solar ini berasal dari badan usaha berizin niaga
umum, karena tidak ada DO (delivery order), kata Anggota Komite BPH
Migas, Fahmi Harsandono.
Guna Mencegah Kebocoran
program yang ingin diperjuangkan. Seperti dikemukakan Andy,
pihaknya bertekad akan memperketat pengawasan dalam pelaksanaan
program pembatasan BBM bersubsidi. Menurut mantan Dirjen Hak
Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan HAM itu, langkah ini
penting dilakukan demi tercapainya penyaluran BBM bersubsidi yang
lebih tepat sasaran. Bagaimana agar BBM bersubsidi bisa jatuh ke
yang berhak, itu yang utama, ujarnya dalam pidato sambutan usai
dilantik di Kantor Kementerian ESDM.
Semangat dalam mengenjot mutu pengawasan yang diusung Anggota
Komite BPH Migas yang baru memang dapat dipahami. Lantaran
disadari, saat ini masyarakat menaruh harapan besar pada BPH Migas
sebagai lembaga yang kini diberi kewenangan penuh untuk masalah
pengawasan dan distribusi BBM ke seluruh Indonesia.
Harapan publik terhadap BPH Migas juga tak berlebihan. Sebab di
masa lalu, seperti kita tahu, masalah pengawasan dan distribusi
sempat amburadul. Akibatnya, banyak terjadi penyelundupan dan
penyelewengan BBM. Kelangkaan BBM di beberapa daerah pun menjadi
tak terelakan. Belum lagi masalah pemerataan distribusi yang hingga
kini belum semuanya teratasi. Dan yang terpenting adalah masalah
distribusi BBM bersubsidi yang dinilai banyak kalangan
pengucurannya belum tepat sasaran.
Selama ini, BPH Migas juga sudah membentuk Tim Koordinasi
Penanggulangan, Penyalahgunaan, Penyedian dan Pendistribusian Bahan
Bakar Minyak (BBM) Bersubsidi (TKP4 BBM). Di masa lalu, prestasi
tim ini memang tak bisa dianggap remeh. Namun dengan adanya
kebocoran di sana sini yang masih sering terjadi, kata Andy, itu
artinya fungsi dari tim itu belum maksimal.
Selain itu, masalah penyelundupan BBM bersubsidi adalah masalah
nasional. Tantangannya ke depan pun kian berat. Oleh karena itu,
kata Andy, penanganannya perlu high profile. Berdasarkan pada
alasan inilah lalu BPH Migas membentuk Satgas Tim Pengawasan
Pengendalian
BBM bersubsidi, yang belakangan membuahkan hasil.
Tantangan Kian BeratLalu, dengan ditundanya kenaikan BBM
bersubsidi bukan berarti masalah selesai dan Satgas Tim Pengawasan
Pengendalian BBM bersubsidi bisa tidur nyenyak. Menurut Andy, ke
depan tantangannya justru kian berat. Sebab selama masih ada
perbedaan harga yang jomplang, peluang penyelewengan BBM bersubsidi
akan tetap terjadi. Itu sebabnya, ke depan dalam melaksanakan
fungsi pengawasan selain menempuh langkah represif, BPH Migas juga
menempuh langkah preventif.
Yang dimaksudkan adalah, BPH Migas akan melakukan pengamanan dan
pengawalan distribusi BBM mulai dari kilang, terminal BBM,
penyalur, pangkalan hingga ke tingkat pengecer. Ini semua
dilakukan, BPH Migas ingin memastikan agar BBM bersubsidi
benar-benar dijual ke pihak yang berhak sesuai dengan jumlah yang
disubsidi oleh pemerintah dan untuk mencegah terjadinya kebocoran.
Kami harus memastikan bahan bakar tersebut benar-benar masuk ke
pompa bensin kemudian disalurkan kepada pengguna yang berhak. Tidak
dibelokkan atau diselewengkan ke tempat lain, kata Fahmi.
Sesuai amanat Peraturan Presiden No. 15/2012 tentang Harga Jual
Eceran dan Konsumen Pengguna Jenis Bahan Bakar Minyak Tertentu, BPH
Migas diberi kewenangan untuk mengawasi dan melakukan verifikasi
ketepatan distribusi BBM bersubsidi. Dan pada pasal 8 ayat 2, masih
dalam Perpres tersebut, BPH Migas juga diberi kewenangan melakukan
pengaturan, pengawasan dan verifikasi terhadap kelancaran dan
ketepatan pelaksanaan pendistribusian jenis BBM tertentu bagi
konsumen pengguna.
Selama ini, kata Fahmi, verifikasi BBM bersubsidi hanya
dilakukan sampai ke depot dan tidak sampai tingkat pengecer (SPBU).
Padahal peluang kebocoran terjadi justru ketika pengiriman BBM
bersubsidi dari Depot ke stasiun pengisian. Pada titik inilah,
kemungkinan BBM bersubsidi bisa dibelokan ke tempat
Keberhasilan tersebut tentu merupakan sebuah prestasi
tersendiri. Atau setidaknya, kepemimpinan baru BPH Migas telah
menunjukkan kesungguhannya secara kongkrit dalam mengoptimalkan
fungsi pengawasan BBM bersubsidi sebelum mencapai 100 hari masa
tugasnya.
Mengoptimalkan pengawasanSejak dilantik Menteri Energi Sumber
Daya mineral (ESDM), Jero Wacik, di Jakarta, awal 2012 lalu,
Anggota BPH Migas yang baru memang berkomitmen mengoptimalkan
fungsi pengawasan dalam pendistribusian BBM bersubsidi dan
menjadikan sebagai salah satu KESUNGGUHAN ANGGOTA KOMITE BADAN
PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI (BPH MIGAS) YANG BARU
DALAM
MENINGKATKAN FUNGSI PENGAWASAN TELAH MENUAI HASIL. SEPERTI
KITA
SAKSIKAN, BERSAMA DENGAN SATUAN TUGAS (SATGAS) TIM
PENGAWASAN
PENGENDALIAN BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) BERSUBSIDI YANG
DIPIMPINNYA, BEBERAPA
WAKTU LALU, BPH MIGAS BERHASIL MERINGKUS AKSI PENYELEWENGAN BBM
DI BERBAGAI DAERAH YANG DILAKUKAN
SEJUMLAH OKNUM YANG MEMANFAATKAN SITUASI MENJELANG KENAIKAN BBM
YANG
RENCANANYA DIBERLAKUKAN PEMERINTAH PADA 1 APRIL 2012 LALU.
Hilir Migas | edisi 08 Tahun ke III 2012 BPH Migas 7
6 [sajian utama]
-
lain dan tidak dijual untuk konsumen yang berhak atas subsidi
pemerintah.
Konyolnya lagi, BBM yang keluar dari depot sudah harus dibayar
subsidinya oleh pemerintah, tak peduli apakah bahan bakar subsidi
itu akhirnya masuk ke SPBU dan dijual kepada konsumen yang berhak
atas subsidi atau dijual secara ilegal ke tempat lain.
Menurut Fahmi, masalah BBM bersubsidi menyangkut uang negara
dalam jumlah yang kolosal, ratusan triliun. Pada tahun lalu saja,
jumlah subsidi BBM seperti tercantum dalam APBN Perubahan 2011,
mencapai Rp 129,72 triliun. Sayangnya,
sebagian besar penyalurannya tak jelas entah kemana. Selama ini
pengawasan penyalurannya di pompa bensin hanya digantungkan pada
kejujuran sopir tanki dan petugas SPBU. Oleh karena itu, Harus ada
sistem pengawasan yang lebih ketat dan komprehensif, tegas
Fahmi.
Bersyukur, saat ini telah ada Perpres No. 15/2012 tadi. Pada
bagian lampirannya ditegaskan, bahwa titik serah untuk bensin dan
solar bersubsidi harus dilakukan di tingkat penyalur (SBPU). Dengan
begitu, BPH Migas kini telah memiliki payung hukum untuk melakukan
pengawasan secara ketat sampai ke tingkat pengecer.
Hanya, untuk melaksanakan tugas tersebut, BPH Migas harus
menjalin kerjasama dengan pihak ketiga yang dalam hal ini
Pertamina. Harap maklum, sebab selama ini, depot yang diberi
kewenangan menyalurkan BBM bersubsidi adalah milik Pertamina. Tentu
kami akan bekerja sama dengan yang punya, jelas Fahmi.
Demikian juga dengan SPBU-SPBU yang menggunakan nama atas nama
Pertamina. Berdasarkan Corporate Website Pertamina hingga semester
pertama 2010 terdapat sekitar 4.500 SBPU Pertamina yang tersebar di
seluruh Indonesia. Dari jumlah itu, yang
benar-benar dimiliki dan dioperasikan sendiri oleh Pertamina
disebut sebagai SBPU coco alias company owned, company operated
hanya 53 unit saja. Di luar itu, SBPU dimiliki pihak ketiga dengan
sistem waralaba (franchise). Namun dengan kondisi ini, kata Fahmi,
pengawasan tetap harus bisa dilakukan sekalipun pompa bensin
dimiliki pihak ketiga. Ia memberi contoh, toko waralaba Indomaret
saja dapat mengontrol dan melakukan pelaporan penjualan di seluruh
outlet-nya. Masak Pertamina kalah dari Indomaret, tegas Fahmi.
Untuk mendukung kegiatan ini, rencananya BPH Migas juga akan
melakukan penertiban administrasi dan melakukan pengawasan tertutup
dengan teknologi best practice seperti penggunaan kartu kendali,
Closed-Circuit Television (CCTV) dan RFID. Dengan menggunakan CCTV
yang akan dipasang pada Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU)
dan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG), menurut Anggota
Komite BPH Migas Saryono, diharapkan akan diketahui masalah-masalah
penyimpangan.
Selain itu, seperti kita tahu, kebijakan BBM bersubsidi telah
berdampak pada
masalah disparitas harga dan tindak penyelewengan. Untuk
mengetahui dari mana asal muasal BBM yang diselewengkan bagi BPH
Migas bisa dilakukan dengan mudah. Hanya masalahnya, di pengadilan
seringkali aparat terbentur dalam soal alat bukti. Jika tidak ada
alat bukti, ujung-ujungnya, si pelaku penyeleweng tak bisa
dijerat.
Oleh karenanya, kata Andy, melalui penerapan teknologi seperti
CCTV dan RFID, bisa amat mendukung pemberantasan penyelewengan BBM
bersubsdi, terutama dalam soal alat bukti. Dengan demikian,
implementasi teknologi akan memudahkan dalam menentukan langkah
preventif.
Optimalkan PelayananSebagai Anggota Komite baru, Andy dan
seluruh Anggota Komite lainnya amat menyadari, masyarakat kini
memiliki tuntutan dan harapan yang tinggi terhadap peran
lembaga-lembaga negara dan pemerintahan, termasuk BPH Migas, untuk
mampu menjalankan tugas dan fungsinya secara akuntabel, transparan
dan optimal. Dengan semua tuntutan dan harapan itu, tentu harus
dijawab dengan cara yang produktif dan bukan reaktif. Untuk itulah,
kata Andy,
cara yang paling mungkin menjawab semua tuntutan dan harapan itu
harus dengan bekerja secara optimal dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat.
Beruntung, Anggota yang duduk di Komite BPH Migas saat ini
berasal dari berbagai unsur dan latar belakang yang berbeda. Dengan
keragaman ini, diharapkan memiliki nilai positif yang bisa saling
mengisi secara terpadu dan membentuk suatu kekuatan dalam rangka
melaksanakan dan menyelesaikan tugas-tugas ke depan. Ibarat
orkestra alat musiknya lengkap sekali. Mudah-mudahan tugas pokok
dan fungsi dapat dilaksanakan dengan baik pada periode mendatang
ini, ujar Andy.
Meski demikian, menurut Andy, keberhasilan suatu organisasi
negara untuk mencapai tujuannya seperti BPH Migas tak mungkin
bekerja sendirian. Oleh karenanya, keterlibatan instansi lain
sangat dibutuhkan. Tanpa dukungan dari para pemangku kepentingan
kami tidak ada artinya. Oleh karena itu, kepada para pemangku
kepentingan, mari kita terus tingkatkan kerjasama dan terus bina
hubungan komunikasi yang baik di antara kita.
BPH Migas 9Hilir Migas | edisi 08 Tahun ke III 2012
8 [sajian utama]
-
Bangun 13 Proyek Infrastruktur Gas
Menekan Ketergantungan BBM
TEKAD PEMERINTAH MENGURANGI KETERGANTUNGAN PADA BAHAN
BAKAR MINYAK (BBM) DAN MENGGANTINYA DENGAN GAS, AKAN SEGERA
DIWUJUDKAN. INI DIBUKTIKAN DENGAN RENCANA PEMERINTAH YANG
SEGERA
MENGGARAP 13 PROYEK INFRASTRUKTUR GAS SENILAI RP77,93 TRILIUN.
KE-
13 PROYEK INFRASTRUKTUR ITU RENCANANYA MULAI DILAKSANAKAN TAHUN
INI
DAN SECARA KESELURUHAN DIHARAPKAN RAMPUNG PADA 2017 NANTI.
Untuk lima proyek pipa transmisi, rencananya akan dibangun di
jalur Natuna-Jawa bagian barat berkapasitas 1.200 mmscfd, pipa
Kalimantan Timur-Jawa Tengah kapasitas 900 mmscfd, Cirebon-Semarang
kapasitas 400 mmscfd, Semarang-Surabaya kapasitas 400 mmscfd dan
Sumsel-Jawa bagian barat (SSWJ) tahap ketiga dengan kapasitas 1.200
mmscfd.
Lalu, untuk tiga proyek kilang gas alam cair pembangunannya
dilaksanakan di Papua 534 mmscfd, Maluku 534 mmscfd, dan Sulawesi
356 mmscfd dan tiga proyek terminal penerima LNG direncanakan di
tiga lokasi yakni Sumatera Utara 250 mmscfd, Jakarta 250 mmscfd,
dan Jawa Timur berkapasitas 500 mmscfd.
Sedangkan pembangunan kompresor untuk peningkatan kapasitas SSWJ
I dan II menjadi 1.100 mmscfd, dan infrastruktur CNG yang terdiri
dari 120 mother station dan 960 daugther station, pungkasnya.
Pada tahun 2017, berdasarkan penelitian akademik, dengan
pembangunan infrastruktur gas itu dan substitusi BBM 17,38 juta kl,
maka bisa meningkatkan
produk domestik bruto 3 persen. Manfaat lainnya adalah,
mengurangi tingkat pengangguran hingga 13 persen untuk harga minyak
100 dollar AS per barrel.
Prioritas Dalam NegeriTerkait dengan rencana pelaksanaan
pembangunan proyek infrastruktur gas itu, pemerintah memang telah
bertekad akan meningkatkan alokasi gas yang lebih besar bagi
keperluan dalam negeri. Selama ini, tekad itu tak bisa terwujud
lantaran terkendala masalah infrastruktur. Maka, untuk memenuhi
kebutuhan tersebut itu artinya diperlukan kesiapan infrastruktur
gas yang mencukupi.
Jika kebutuhan gas untuk dalam negeri bisa terpenuhi, dengan
sendirinya impor minyak mentah dan BBM dari luar negeri akan
berkurang. Dengan sendirinya pula, Indonesia akan terbebas sebagai
negara yang memiliki ketergantungan pada BBM. Rencananya,
peningkatan alokasi gas di dalam negeri akan diarahkan untuk
mendorong industri, transportasi dan memenuhi kebutuhan rumah
tangga.
Sampai tahun 2014, BPH Migas sudah memiliki rencana pembangunan
tiga ruas pipa baru, selain pipa gas Natuna-Jawa Barat, ada pipa
Kalimantan Timur-Jawa Timur dan pipa Cirebon-Semarang.
Masing-masing nilai proyek pembangunan pipa itu adalah Rp 26,39
triliun, Rp 18,3 triliun dan Rp 2,52 triliun.
Tentang rencana pemerintah itu, disampaikan Anggota Komite Badan
Pelaksana Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) Qoyum Tjandranegara
dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VII DPR di Gedung DPR,
Senayan, Jakarta, beberapa waktu lalu. Menurut Qoyum, jika pada
2017 proyek infrastruktur gas itu rampung, Indonesia akan bisa
mensubstitusi pemakaian BBM hingga 17,38 juta kiloliter (kl).
Bahkan, kata Qoyum lagi, dengan selesainya proyek gas bumi ini,
otomastis akan terjadi penghematan subsidi BBM dalam jumlah
besar.
Rencananya, kata Qoyum, dari 13 proyek infrastruktur gas itu
terdiri dari lima pipa transmisi, tiga proyek kilang gas alam cair
(Liqufied Natural Gas/LNG) dan kompresor untuk peningkatan
kapasitas SSWJ I dan II.
Hilir Migas | edisi 08 Tahun ke III 2012 BPH Migas 11
10 [regulasi]
-
PEMERINTAH BERENCANA AKAN MEMPERKETAT IZIN OPERASIONAL SPBU
ASING DI INDONESIA. NANTINYA, HANYA SPBU ASING YANG MEMENUHI
SYARAT YANG DIPERKENANKAN BEROPERASI DI SINI. SAAT INI,
RENCANA
ITU TENGAH DIGODOK. SEDANG KAMI BAHAS, BAGAIMANA DAN
OPSI-OPSI
APA SAJA YANG AKAN DIAMBIL PEMERINTAH UNTUK MEMPROTEKSI ITU,
KATA
DIREKTUR JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI KEMENTERIAN ENERGI DAN
SUMBER DAYA MINERAL (ESDM), EVITA LEGOWO, DI JAKARTA,
BEBERAPA WAKTU LALU.
Bangun Kilang Baru SPBU Soal syarat apa yang harus dipenuhi
sehingga perusahaan asing bisa bermain di salah satu sektor retail
bahan bakar minyak (BBM) ini, masih samar-samar. Wacana yang
berkembang, mereka wajib membangun kilang minyak di Indonesia.
Setidaknya, BPH Migas mengusulkan gagasan itu. Mestinya, setiap
kehadiran SPBU asing di Indonesia harus memberikan manfaat lebih
besar, kata Ibrahim Hasyim, salah seorang Anggota Komite BPH Migas
yang turut mengusulkan gagasan itu.
Dipersulit MalaysiaMencuatnya rencana pemerintah itu,
ditenggarai akibat dipersulitnya Pertamina yang ingin ekspansi
mendirikan SPBU di Malaysia. Padahal Pertamina sudah sejak setahun
yang lalu mengajukan keinginannya berinvestasi di SPBU di sana.
Tapi hingga kini belum juga terealisasi.
Menurut Vice President Corporate Communication Pertamina
Mochamad Harun, Pertamina terganjal perijinan yang syarat terlalu
berat. Pertamina
diwajibkan mengeluarkan dana sebesar US$ 20 miliar ditambah
modal depot BBM sebesar US$ 50 juta. Dana yang sebesar US$ 20
miliar nantinya untuk membangun kilang minyak di sana. Syaratnya
seperti itu, daripada disana lebih baik di sini bangun kilang kita.
Kalau bangun di sana sama saja kita menjaga keamanan energi negara
lain, katanya. Harus juga menjelaskan dengan syarat semacam itu,
tidak mungkin bagi Pertamina memenuhinya. Menurutnya dari pada
membangun kilang di negara lain lebih baik membangun kilang di
Indonesia karena akan banyak memberikan dampak positif terutama
dari sisi keamanan suplai energi nasional.
Ketatnya perizinan di negeri jiran itu jelas tak sebanding
dengan operasional SPBU mereka di sini. Selama ini, untuk
membangun SPBU di Indonesia memang terbilang mudah. Cukup
berbadan hukum, siapa pun boleh beroperasi. Sementara di Malaysia,
Pertamina yang ingin ekspansi mendirikan SPBU di sana syaratnya
diperketat. Tak berlebihan, jika sejumlah Anggota Dewan sempat
berang dengan kelakukan Malaysia ini. Bahkan, mereka sempat
mengancam akan merekomendasikan pada pemerintah agar mencabut izin
usaha Petronas di sektor SPBU.
Revisi UUTerlepas dari masalah kisruh perizinan yang menimpa
Pertamina, yang jelas, gagasan tentang prasyarat membangun kilang
bagi investor asing jika ingin membuka SPBU di sini tampaknya layak
didukung. Pasalnya, menurut Ibrahim Hasyim, salah seorang Anggota
Komite BPH Migas yang turut mengusulkan gagasan itu, sangat
menguntungkan Indonesia. Bahkan menurut Hasyim, wajib
membangun kilang bagi investor SPBU asing mesti segera
dilakukan. Lebih-lebih jika mengingat, kapasitas kilang kita yang
tak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan BBM di dalam negeri.
Memperketat soal perijinan operasional SPBU Asing ini, juga tak
menyalahi aturan. Soalnya, ketatnya masalah perijinan ini bukan
Cuma Malaysia yang melakukan. Menurut Harun, di negara asalnya,
Shell dan Total juga melakukan hal yang sama. Untuk membangun ritel
BBM di sana wajib membangun kilang.
Hanya masalahnya, untuk mewujudkan rencana itu tentu saja tak
bisa dilakukan secara serampangan. Butuh payung hukum yang jelas
sehingga rencana pemerintah itu bisa dilaksanakan. Sementara
Undang-undang (UU) No. 22 tahun 2001 tentang Migas yang ada memberi
persyaratan terlalu ringan kepada investor asing yang ingin membuka
SPBU di Indonesia. Untuk itulah, kata Hasyim, upaya revisi terhadap
UU tersebut perlu dilakukan.
Senada dengan Hasyim, Harun juga mendesak pemerintah maupun DPR
untuk merevisi UU Migas yang selama ini dianggap terlalu liberal.
Salah satu poin pentingnya adalah mengedepankan asas resiprokal
(kesetaraan) termasuk bidang investasi. Hal ini, lanjut Harun, bisa
dilakukan oleh DPR dari pada hanya mengusulkan pencabutan izin
SPBU-SPBU yang dimiliki Petronas di Indonesia.
Selain itu, yang juga perlu direvisi terkait dengan soal
perizinan pembangunan SPBU yang berada di tangan pemerintah daerah.
Berdasarkan UU, saat ini izin pembangunan SPBU yang mengeluarkan
pemerintah daerah, sedangkan pemerintah pusat hanya memberikan izin
usaha badan niaga.
Oleh karena itu, soal perizinan ini tampaknya juga perlu ditata
ulang. Menurut Evita Legowo, pemerintah memang berencana untuk
mengambil alih soal pemberian izin pembangunan SPBU. Sehingga ke
depannya, bisa berada di satu pintu. Masih dalam diskusi apakah
harus ke pemerintah pusat ataukah harus lepas ke pemerintah daerah.
Itu sudah didiskusikan tapi belum tuntas, katanya.
Soal Perizinan SPBU Asing
Hilir Migas | edisi 08 Tahun ke III 2012 BPH Migas 13
12 [regulasi]12 [regulasi]
-
Harga BBM Naik, Penimbunan(Dijamin) TurunMENJELANG KENAIKAN
HARGA BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) BERSUBSIDI YANG
DIRENCANAKAN BERLAKU MULAI 1 APRIL 2012, MESKI AKHIRNYA DITUNDA,
DI SEJUMLAH
DAERAH DI INDONESIA MARAK TERJADI PENIMBUNAN. KONDISINYA MEMANG
TAK TERELAKAN.
LANTARAN, ADANYA SELISIH HARGA ANTARA SEBELUM DAN SESUDAH
KENAIKAN YANG CUKUP
MENGGIURKAN, MEMBUAT SEJUMLAH OKNUM MELAKUKAN GERAKAN AJI
MUMPUNG INI DENGAN
MENIMBUN BBM BERSUBSIDI JENIS PREMIUM DAN SOLAR.
Di Kecamatan Long Bangun, Kutai Barat, Kalimantan Timur,
misalnya Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas)
bersama Satgas Operasi Pemberantasan Mafia BBM Bersubsidi berhasil
menemukan penyelundupan 100 ton minyak solar tanpa dokumen lengkap.
Anggota Komite BPH Migas, Fahmi Harsandono menyatakan kasus ini
masih dilakukan penyidikan. Bila terbukti melanggar aturan, maka
perusahaan Niaga tersebut akan dicabut izin Niaganya, katanya.
Titik RawanWilayah Kalimantan memang salah satu tempat yang
paling rawan terjadi praktek penimbunan. Berdasarkan penyelidikan,
sejak 1 Januari hingga 17 Maret 2012, empat provinsi di Pulau
Kalimantan menjadi provinsi yang paling banyak terjadi melakukan
penyalahgunaan BBM. Tercatat, sebanyak 26 kasus penyalahgunaan BBM
terjadi di Kalimantan Barat, 25 kasus di Kalimantan Timur, sebanyak
20 kasus di Kalimantan Tengah dan tujuh kasus di Kalimantan
Selatan. Di sana banyak industri pertambangan, jalur lalu lintas
BBM yang sangat sibuk, kata Saud.
Secara keseluruhan, data sampai 17 Maret 2012, di Kalimantan
polisi telah melakukan penindakan terhadap 143
kasus penyalahgunaan BBM. Dari 143 kasus tersebut, Polri
berhasil menjaring 163 tersangka. Barang bukti yang diamankan
adalah 996.021 liter jenis premium, 2.994.032 liter jenis solar,
4.698 liter minyak tanah, empat unit sepeda motor, 58 unit mobil,
24 unit truk, 15 unit mobil tangki, 10 buah kapal, delapan unit
mesin pompa, dan uang tunai sebesar Rp32.205.000.
Di Sulawesi Tenggara (Sultra) juga terjadi hal serupa. Menurut
Kapolda Sultra Brigjen Tubagus Anis Angkawijaya, pada 2012
ditemukan 15 kasus penyalahgunaan BBM dengan barang bukti sitaan
berupa 850 liter bensin dan 2.895 liter solar. Di Jambi, Polda
Jambi telah meringkus kasus penimbunan BBM ilegal dengan jumlah
tersangka 17 orang dan berhasil menyita 25 ribu liter BBM jenis
solar dan premium.
Juga di Jakarta. Polisi meringkus enam penimbun BBM di kawasan
Kalideres, Jakarta Barat. Polisi mendapat 15 jeriken berisi
masing-masing 20 liter bensin dari para pelaku. Di Lampung, Polisi
menyita kendaraan BE 4306 AM yang digunakan untuk menimbun BBM di
Jalan Tirtayasa, Sukarame, Bandar Lampung. Di garasi milik pelaku,
selain kendaraan itu, juga ditemukan barang bukti 600 liter solar
yang disimpan dalam beberapa jeriken.
Sementara di Jogjakarta, dua warga ditetapkan sebagai tersangka
dalam kasus penimbunan BBM setelah keduanya tertangkap tangan
memiliki BBM jenis bensin dan solar dalam jumlah banyak tanpa izin.
Kedua tersangka tertangkap tangan membawa 3.000 liter solar dengan
menggunakan dua kendaraan, yaitu truk AD 1434 TA yang mengangkut
1.900 liter solar dan pickup F 8380 TA yang mengangkut 1.100 liter
solar.
Di Denpasar, Polres Karangasem menangkap dua penimbun 5,4 ton
BBM jenis premium dan solar. Penimbunan dilakukan di dua tempat
berbeda di wilayah Karangasem, Bali. Pelaku pertama digerebek
polisi saat memindahkan premium dari mobil tangki bernopol DK 9482
FA ke beberapa drum di rumahnya. Pelaku kedua menangkapnya lantaran
yang bersangkutan tidak mampu menunjukkan izin angkut sebanyak 400
liter solar yang disimpan dalam drum. Demikian juga di Batam,
Tebingtinggi, Jember, Pekanbaru dan masih banyak lagi.
Yang jelas, kasus-kasus penimbunan BBM yang berhasil dibongkar
dilakukan dengan berbagai modus operandi. Ada yang membeli BBM
dengan jeriken kemudian menjualnya secara eceran dengan harga yang
lebih tinggi, dengan memodifikasi
tangki kendaraan bermotor, baik kendaraan roda dua (sepeda
motor) maupun kendaraan roda empat (mobil), atau yang dikenal
dengan istilah kencing BBM seperti di Indramayu.
Dari berbagai modus operansi itu, yang terbesar terungkapnya
penimbunan BBM dengan menggunakan bus yang telah dimodifikasi
sehingga mampu mengangkut ribuan ton solar. Kasus itu diungkap
jajaran Polres Jember dan Tuban. Di Tuban penimbunan solar dengan
menggunakan truk yang didesain mirip truk pengangkut BBM.
Kesigapan AparatKeberhasilan di dalam mengungkap sejumlah kasus
penyelewengan BBM bersubsidi di berbagai daerah itu, tentu tak
terlepas dari kesigapan aparat dalam mengantisipasi bakal maraknya
aksi penimbunan menjelang diberlakukan kenaikan BBM per 1 April
lalu itu. Dalam hal ini, dibawah pimpinan BPH Migas, pemerintah
membentuk Satuan Tugas (Satgas) Operasi Pemberantasan Mafia BBM
bersubsidi. Anggotanya terdiri dari pemerintah, badan usaha, TNI,
Kepolisian RI, Kementerian Perhubungan, Kementerian Energi Sumber
Daya Mineral, Badan Intelejen Negara, Kejaksaan Agung, Bea dan
Cukai dan melibatkan peran pemerintah di tingkat
kabupaten/kota.
Keberadaan Satgas diperlukan untuk koordinasi antar instansi.
Tapi di lapangan, peran lembaga disesuaikan, masing-masing bekerja
sesuai tugas pokok dan fungsinya. Sementara BPH Migas hanya
berkoordinasi dengan instansi terkait itu. Jadi masing-masing
lembaga berjalan sesuai porsinya, kata Kepala BPH Migas, Andi
Noorsaman Someng.
Selain mengefektifkan fungsi satgas, BPH Migas juga menyebar
intelijen. Tugas mereka, mengawasi aktivitas distribusi BBM
bersubsidi baik untuk masyarakat umum maupun industri kecil.
Situasi menjelang kenaikan harga BBM bersubsidi seperti saat ini
pasti akan mendorong para pelaku usaha nakal untuk berbuat curang
dengan menimbun maupun mengoplos BBM untuk mendapatkan margin yang
lebih besar, kata anggota Komite BPH Migas, Ibrahim Hasyim.BPH
Migas mencurigai 25 titik yang rawan penyimpangan penggunaan BBM
bersubsidi. Ke-25 titik itu tersebar di berbagai daerah di
Indonesia, mulai dari ujung Pulau Sumatera hingga Papua.
Daerah-daerah inilah yang menjadi target satgas operasi mafia BBM
bersubsidi.
Rugi Miliaran RupiahAksi para penimbun BBM bersubsidi itu jelas
merugikan negara dan meresahkan masyarakat. Dari aspek hukum,
perbuatan mereka melanggar UU Nomor 1 Tahun 1953 tentang Penetapan
UU Darurat tentang Penimbunan Barang. Pada pasal 5, hukuman bagi
pelanggar atau penimbun sekurang-kurangnya enam tahun penjara dan
objek hukumnya disita untuk negara (pasal 6). Selain itu, pelaku
dapat dijerat dengan menggunakan pasal 53 UU 22/2001 tentang
Migas.
Berapa kerugian dari aksi penimbunan BBM ini pada 2012, belum
ada angka pasti. Yang jelas, BPH Migas mencatat, kerugian
negara akibat penyimpangan BBM bersubsidi selama 2011
sebanyak satu juta liter atau senilai Rp 10,82 miliar.
Berdasarkan data BPH Migas, total kebutuhan BBM di Indonesia
baik BBM subsidi maupun nonsubsidi mencapai 68 juta kiloliter per
tahun. Dari besaran tersebut, sekitar 37,5-40 juta kiloliter
didominasi oleh BBM subsidi, sisanya nonsubsidi. Untuk BBM
bersubsidi jenis premium sekitar 24 juta kiloliter, solar 12 juta
kiloliter, sedangkan minyak tanah sekitar 1,7 juta kiloliter.
Dari gambaran itu memperlihatkan, ke depan potensi peluang oknum
yang tergiur untuk menyelewengkan BBM bersubsidi cukup besar. Dan
ujung-ujungnya kerugian yang akan dialami negara pun tentu akan
makin bertambah, apalagi dengan di tundanya kenaikan BBM. Sebab
penyelewengan minyak bersubsidi akan terus terjadi selama masih ada
disparitas harga antara BBM bersubsidi dengan harga BBM untuk
industri. Oleh karenanya, sebenarnya aksi penimbunan akan surut
dengan sendirinya jika terjadi kenaikan BBM, karena harga BBM
subsidi dan BBM non subsidi menjadi tidak terlalu jauh berbeda. Dan
menurut Andi Noorsaman, dari segi pengawasan pun juga akan jauh
lebih ringan.
BPH Migas 15Hilir Migas | edisi 07 Tahun ke II 2011
14 [regulasi]
-
Sosialisasi Menuju Konsolidasi
MENANGANI MASALAH YANG BERSIFAT MASIF BUKAN PERKARA GAMPANG.
APALAGI JIKA
MASALAH YANG DITANGANI MEMILIKI DAMPAK POLITIS DAN SOSIAL. JIKA
TAK DITANGANI SECARA
TEPAT, NISCAYA AKAN MENIMBULKAN GEJOLAK. SEPERTI SOAL KEBIJAKAN
MENAIKKAN
HARGA BBM BERSUBSIDI BEBERAPA WAKTU LALU, DAMPAK SOSIAL DAN
POLITISNYA JELAS
SANGAT TINGGI. ITU TERLIHAT DARI SIKAP MASYARAKAT YANG TERBELAH
DUA TERHADAP
KEBIJAKAN INI. ADA YANG PRO, ADA YANG KONTRA. KEDUANYA, TENTU
SAJA, MASING-
MASING PUNYA ALASAN SENDIRI.
Situasi inilah yang dihadapi Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas
Bumi (BPH Migas) menjelang kenaikan bahan bakar minyak (BBM)
bersubsidi yang rencananya akan diberlakukan pemerintah pada 1
April 2012 lalu. Seperti kita tahu, pemerintah telah mengumumkan
soal rencana kenaikan ini awal Pebruari 2012 lalu. Dengan rentang
waktu yang cukup panjang, spekulasi pun bermunculan, termasuk
munculnya para spekulan penimbun BBM. Mereka memanfaatkan situasi
dengan menanggok keuntungan tanpa memikirkan dampak sosialnya yang
bisa memicu kelangkaan BBM.
Namun yang jelas, kebijakan kenaikan BBM ini akan berpengaruh
terhadap tugas dan fungsi yang harus diemban BPH Migas dalam
melakukan pengawasan, pengaturan dan pendistribusian BBM
bersubsidi. Dalam soal pengawasan, bagi BPH Migas komitmen jelas,
bagaimana masalah pengawasan ini bisa berlangsung efisien dan
efektif. Di antaranya, dengan munculnya tindak penyelewengan BBM
bersubsidi. Sementara dalam soal pengaturan dan distribusi, BPH
Migas bisa melakukannya secara tepat: tepat sasaran, tepat volume
dan tepat harga.
Karena itu, bagaimana agar kebijakan kenaikan harga BBM
bersubsidi itu bisa berjalan lancar dan dipahami masyarakat dengan
baik, BPH Migas melakukan serangkaian sosialisasi ke beberapa
instansi pemerintah dan dengan terjun langsung ke masyarakat ke
daerah-daerah. Tentu saja, sosialisasi yang dilakukan, Anggota
Komite tak sekedar memberi pemahaman kepada masyarakat tentang
alasan mendasar
kenapa pemerintah harus menaikkan harga BBM bersubsidi.
Melainkan, juga mendengarkan apa yang dikeluhkan masyarakat.
Selain itu, dari kunjungan sosialisasi ke beberapa daerah,
Anggota Komite coba memotret dan mengindentifikasi secara langsung
kendala-kendala teknis yang dihadapi di lapangan jelang kenaikan
harga BBM bersubsidi itu. Sedangkan dalam kunjungan ke instansi
pemerintah, selain dijadikan sebagai ajang memperkenal diri terkait
posisi Anggota Komite yang relatif baru dalam mengemban amanat di
BPH Migas, juga dalam upaya mencari dukungan guna menciptakan
pengawasan yang efisien dan efektif. Yang jelas, suasana dialogis
senantiasa dijaga Anggota Komite BPH Migas dalam seluruh rangkaian
sosialisasinya.
Kunjungan ke MasyarakatSeperti kunjungan Anggota BPH Migas
Saryono Hadiwidjoyo ke masyarakat kampus Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta. Dalam kunjungan ini, Saryono
melakukan dialog langsung melalui acara Diskusi Publik dengan
mahasiswa. BPH Migas jelas sangat berkepentingan agar masyarakat
kelas menengah terpelajar ini memahami tentang pentingnya subsidi
BBM secara bertahap dikurangi. Lantaran, selain karena subsidi yang
berlangsung saat ini dirasakan kurang tepat sasaran, juga sangat
membebani kocek negara. Orang yang punya mobil subsidinya banyak,
sementara yang tidak punya mobil berarti tidak mendapatkan subsidi,
kata Saryono mencontohkan.
Dalam dialog itu, kepada Mahasiswa Saryono jugas menjelaskan
soal harga yang tepat. Menurutnya, inilah yang menjadi persoalan
bersama. Sebab, kenaikan harga yang direncanakan pemerintah sebesar
Rp 1.500 per liter menjadi Rp 6.000 untuk premium dan solar bukan
berarti harga itu tidak disubsidi. Itu masih disubsidi.Kenaikan ini
tujuan sebenarnya agar perbedaan harga BBM bersubsidi dan non
subsidi tidak terlalu jomplang. Harga premium dan solar subsidi Rp
4.500 per liter, sementara harga pasarnya sedikit di bawah
Pertamax, jomplangnya terlampau jauh. Perbedaan harga inilah yang
menimbulkan potensi penyalahgunaan BBM. Maka dengan menaikan harga
BBM bersubsidi, menurut Saryono, agar perbedaannya tidak terlalu
jauh. Dan tentu saja dengan begitu diharapakan dapat berdampak
mengurangi penyalahgunaan BBM
Mengatasi Kekurangan PasokanSementara dari kunjungan Anggota
Komite Anggota Komite Ibrahim Hasyim dan M. Fanshurullah Asa yang
didampingi staf Direktorat BBM dan staf Sekretariat BPH Migas ke
Ambon dan Flores, ditemukan adanya masalah infrastruktur dan
kekurangan pasokan bahan bakar. Di Ambon, ditemukan tangki
penyimpanan yang umumnya telah berumur lebih dari 20 tahun dan
masalah soal kekurangan angkutan tanker berbobot kecil yang cocok
di wilayah Timur yang semakin sulit didapat di pasar. Di Patimura,
dari kunjungan ke Depot Pengisian Pesawat Udara (DPPU) di Terminal
Transit BBM Wayame, Anggota Komite menemukan adanya masalah
kekurangan pasokan. Ini disebabkan kebutuhan bahan bakar Aviasi
BPH Migas 17Hilir Migas | edisi 07 Tahun ke II 2011
16 [sosialisasi]
-
di sana terus mengalami peningkatan sejalan dengan bertambahnya
frekuensi penerbangan di wilayah ini. Sama dengan di Patimura,
masalah kekuarangan pasokan juga terjadi di Buru Selatan. Di daerah
ini, kurangnya pasokan lantaran hadirnya penambangan emas
disana.
Masalah serupa juga terjadi di Flores, Nusa Tenggara Timur. Dari
kunjungan Anggota Komite BPH Migas Ibrahim Hasyim dan Martin S.
Ritonga beserta staf di salah satu wilayah Timur Indonesia ini
diperoleh data, sering terjadi kelambatan pasokan BBM ke Larantuka
dan ke depan di Kab. Flores Timur sedang dilakukan perluasan Bandar
Udara (sehingga diperlukan pasokan Avtur), penambahan Armada Kapal
Laut untuk Angkutan Laut antar pulau dan rencana pembangunan
Pelabuhan Kontainer sebagai Pelabuhan Samudera untuk kegiatan
ekspor impor. Sementara Depot Pertamina yang tersedia di sana tak
lagi mencukupi untuk memenuhi pasokan BBM di daerah tersebut. Itu
sebabnya Bupati Flores Timur mengajukan permohonan agar Depot
PT Pertamina di Larantuka, Flores Timur dapat dioperasikan
kembali.
Di Ambon, guna mengatasi masalah di sana, BPH Migas meminta
pejabat Pertamina di sana, agar bersama Pemda melakukan Pengaturan
BBM bersubsidi, mana yang untuk masyarakat, untuk kebutuhan tambang
emas dan penerbangan. Sementara untuk mengatasi infrastruktur,
Pertamina diminta untuk lebih memperhatikan perawatan dan rencana
peremajaan dan pengembangannya. Sedangkan untuk angkutan tanker
berbobot kecil, BPH Migas akan membicarakan dengan Pertamina
Pusat.
Di Flores, menurut Martin Ritonga, Pemda Kab. Flores Timur belum
melakukan upaya-upaya yang proaktif dalam penataan, pengaturan dan
pengawasan pendistribusian BBM di wilayahnya sehingga prinsip
penyaluran BBM Bersubsidi secara tepat sasaran ke konsumen
pengguna, masih belum optimal. Oleh karena itu, perlu adanya
kegiatan sosialisasi di NTT. Dan
mengingat NTT adalah wilayah Kepulauan maka kegiatan sosialisasi
perlu dilakukan pada setiap Kabupaten, kata Ritonga.
Masalah kekurangan pasokan juga ditemukan dari kunjungan Kepala
BPH Migas Andy Noorsaman Sommeng beserta Anggota Komite lainnya
Fanshurullah Asa, Sumihar Panjaitan, Saryono Hadiwidjoyo, Ibrahim
Hasyim, serta staf dari Direktorat BBM dan Sekretariat ke Sumatera
Selatan (Sumsel). Informasi soal itu diperoleh setelah Anggota
Komite melakukan pertemuan dengan Anggota DPRD Sumsel yang langsung
dipimpin Ketua Komisi III DPRD Sumsel, Giri Ramanda.
BPH Migas tak kaget memperoleh informasi jika Sumsel mengalami
kekurangan BBM. Menurut Andy, masalah ini banyak terjadi di daerah
lain, terutama pada daerah yang terdapat tambang batubara dan
perkebunan seperti di Sumsel. Hanya masalahnya, seperti dijelaskan
M. Fansrullah Asa, kuota BBM bersubsidi sesungguhnya sudah
ditentukan untuk seluruh wilayah
di Indonesia. Dari jumlah itu dibagi untuk masing-masing
Provinsi dan selanjutnya per kabupaten/Kota. Karena itu, kata
Fansrullah, masalah kekurangan stok BBM sesungguhnya menjadi
tanggung jawab kita bersama. Kita bisa melakukan pengawasan dengan
melakukan kerja sama baik dengan Polri dan Pemda setempat untuk
mengaturnya sehingga tercukupi.
Masalah kegiatan penyaluran dan pendistribusian BBM yang
dilakukan oleh Pertamina juga tak luput dari perhatian BPH Migas.
Untuk mengetahui lebih jelas soal ini, Anggota Komite BPH Migas
Fahmi Harsandono, Ibrahim Hasyim, M. Fanshurullah, Karseno, Martin
Samodra Ritonga, Saryono Hadiwidjoyo dan Sumihar Panjaitan,
melakukan kunjungan ke Depo Plumpang Pertamina, Jakarta. Melalui
kunjungan ini, seperti dikemukakan Ibrahim, BPH Migas berharap ke
depan masalah penyaluran dan distribusi semakin lancar dan lebih
baik.
Dukungan Pembentukan SatgasTerkait dengan masalah
mengoptimalkan
pengawasan, Anggota Komite juga melakukan kunjungan kerja ke
Kantor Kementerian Menteri ESDM, Menko Polhukam, Jaksa Agung Kepala
BIN, Kantor Kementrian Menko Kesra, Kejaksaan Agung dan Panglima
TNI. Tujuan kunjungan ke berbagai lembaga pemerintahan ini, selain
meningkatkan kerjasama yang telah terjalin selama ini, juga untuk
mendapatkan dukungan atas rencana BPH Migas yang akan membentuk
Satgas Pengawasan dan Pengedalian BBM Bersubsidi yang
akan melibatkan semua unsur terkait dan lintas sektoral melalui
Keppres. Satgas ini diperlukan mengingat penyelewengan BBM
Bersubsidi sudah bersifat sistemik dan terintegrasi dari beberapa
unsur masyarakat. Sehingga penanganannya pun perlu dilakukan secara
sistemik dan terintegrasi, kata Andy.
BPH Migas sebelumnya memang telah memiliki Tim Koordinasi
Penanggulangan Penyalahgunaan Penyediaan dan Pendistribusian Bahan
Bakar Minyak (KP4BBM). Hanya Tim ini masih sebatas tim
Koordinasi. Sementara terkait dengan komandonya sendiri belum
jelas. Ke depan, seperti dikemukakan Karseno, mengingat
tantangannya lebih berat, itu sebabnya BPH Migas menghendaki
pembentukan Tim yang lebih kuat. Yaitu, dengan membentuk Satgas
Pengawasan yang anggota terdiri dari beberapa instansi. Namun agar
Satgas dapat berjalan optimal, BPH Migas sangat memerlukan dukungan
penuh dari Pemerintah.
BPH Migas 19Hilir Migas | edisi 08 Tahun ke III 2012
18 [sosialisasi]
-
Antisipisasi Aksi Penimbunan yang Makin Marak
Menurut Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH
Migas) Andy N Sommeng, BPH Migas sudah berkoordinasi dengan Polri
untuk menindak para pelaku penimbunan BBM. Banyak pihak tidak
bertanggung jawab mulai melakukan penimbunan besar-besaran BBM
jenis premium. Stok BBM subsidi habis sebelum waktu, katanya dalam
rapat dengar pendapat BPH Migas dengan Komisi VII DPR di
Jakarta.
Andy menjelaskan, penerapan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor
15 Tahun
PEMERINTAH MEMBENTUK SATUAN TUGAS (SATGAS) YANG BERTUGAS
MEMBERANTAS AKSI PENIMBUNAN BAHAN BAKAR MINYAK (BBM)
SUBSIDI.
AKSI PENIMBUNAN SENDIRI, MENJELANG KENAIKAN HARGA BBM
SUBSIDI
PADA 1 APRIL 2012, DI SEJUMLAH DAERAH JUSTRU KIAN MARAK.
2012 tentang Harga Jual Eceran dan Konsumen Pengguna Jenis Bahan
Bakar Minyak Tertentu yang diterbitkan 7 Februari 2012 lalu harus
segera diberlakukan. Dengan itu, konsumsi BBM bersubsidi tidak akan
lagi melebihi kuota.
Seiring dengan itu, BPH Migas akan mengatur truk atau mobil
operasional tambang dan perkebunan tidak ikut menggunakan solar
bersubsidi. Penetapan alokasi kuota jenis BBM tertentu untuk per
sektor pengguna, seperti rumah tangga, pertanian,
perikanan, usaha mikro, transportasi umum, dan lain-lain juga
akan dilakukan.
Jika ada SPBU yang ikut menimbun BBM, maka seperti diutarakan PT
Pertamina, izinnya akan dicabut. BPH Migas juga berupaya menjaga
kuota BBM bersubsidi pada tahun ini tidak lebih dari 40 juta
kiloliter. Salah satunya dengan penetapan kuota berdasarkan
kabupaten/kota, ucap Andy.
Berdasarkan pantauan di sejumlah daerah, harga premium di
tingkat pengecer belakangan melonjak. Di Kecamatan Punggur, Lampung
Tengah, misalnya, harga premium eceran dijual Rp 7.500 per liter.
Bahkan di Kotabaru, Kalteng, harga eceran premium kini mencapai Rp
10.000 per liter. Kenyataan itu didorong oleh seretnya pasokan.
Kalangan pengecer menyebutkan, sekarang ini untuk bisa mendapatkan
premium di SPBU sulit sekali.
Menurut mereka, banyak SPBU tak mau meladeni pembelian dengan
jeriken seperti yang biasa mereka lakukan selama ini. Kalaupun ada
SPBU yang meladeni pengecer, pembelian dibatasi. Selebihnya,
pembelian di banyak SPBU juga kini harus dijalani dengan mengantre
panjang.
Sementara itu, Kepala Divisi Humas Polri Irjen Saud Usman
Nasution mengatakan, sejak Januari lalu, Polri sudah menangani
puluhan kasus penimbunan BBM subsidi, terutama di Kalimantan.
Rencana kenaikan harga BBM subsidi mulai 1 April 2012 memang
menimbulkan aksi timbun di masyarakat. Aksi tersebut diduga
terutama dilakukan pihak-pihak tertentu yang mencoba menangguk
untung besar.
ANGGOTA KOMITE BPH MIGAS
FAHMI HARSANDONO MENYATAKAN
PIHAKNYA SIAP MENJALANKAN
KEBIJAKAN PEMERINTAH TERKAIT
DENGAN PEMBATASAN BBM.
MENURUT FAHMI, DUA PERSIAPAN
DILAKUKAN SEBAGAI PENGAWASAN
PROSES PEMBELIAN BBM DI SPBU
MILIK PERTAMINA. BISA MELALUI CARA
IT ATAU NON-IT UNTUK MENGAWASI
PEMBATASAN BBM ITU, KATA FAHMI DI
JAKARTA, AHAD 22 JANUARI 2012.
Kebijakan Pembatasan BBM
Kesiapan BPH Migas itu disebut Fahmi juga karena amanah
undang-undang yang tidak boleh menaikkan harga BBM. Fahmi
mengatakan undang-undang juga mengamanahkan kepada regulator energi
di Indonesia untuk mengendalikan subsidi BBM. Jadi jika mau ada
opsi menaikkan harga harus direvisi dulu undang-undangnya, kata
Fahmi.
Mengenai keterbatasan jumlah produksi Pertamax yang dimiliki
Indonesia, BPH Migas disebut Fahmi sudah menyiapkan rencana
penggunaan gas sebagai bahan bakar. BPH Migas juga sudah
mengusulkan agar pemerintah mau menarik pipa dari Kalimantan ke
Jawa untuk mengalirkan gas. Sudah diusulkan dan diperkirakan
biayanya Rp 77 triliun, ujar Fahmi.
Dengan besarnya biaya tersebut Fahmi menilai pemerintah bisa
saja tidak mengeluarkan uang sepeser pun. Caranya adalah dengan
memberikan pengerjaan proyek tersebut kepada pihak swasta seperti
pembangunan jalan tol saat ini. Jadi nanti tinggal
bayar penggunaan saja dan saya yakin pihak swasta juga tertarik,
ucap Fahmi melanjutkan.
BPH Migas disebut Fahmi juga sudah mengajukan permintaan kepada
DPR agar menyetujui pembangunan kilang minyak baru di Indonesia.
Menurut Fahmi saat ini BPH Migas memang kekurangan kilang-kilang,
sehingga target produksi minyak tidak terpenuhi. Kekurangannya
sekitar 400 ribu barrel per hari, kata Fahmi.
Rencana pembangunan itu juga untuk mengurangi ketergantungan
pada konsumsi BBM dalam negeri karena kekurangan produksi tersebut.
Rencananya impor BBM memang dikatakan oleh Fahmi tidak bisa
dilakukan seketika, tapi harus bertahap karena pembangunan kilang
itu juga direncanakan secara bertahap. Tapi pembangunan itu masih
rencana. Jadi belum tahu kapan akan terealisasi, tutur Fahmi.
Fahmi juga masih belum membahas berapa kilang minyak yang
akan
dibangun untuk memenuhi kekurangan 400 ribu barel minyak
tersebut. Jika usulan pembangunan kilang minyak baru disetujui oleh
pemerintah dan DPR, tender pembuatan akan dimulai tahun ini juga.
Jadi semua pembahasannya masih global, ujar Fahmi lagi.
Pemerintah sendiri akan menerapkan kebijakan membatasi
penggunaan Premium bagi pengguna kendaraan pribadi. Pemerintah
beralasan pemberian subsidi untuk bensin jenis Premium tidak tetap
sasaran dan sangat membebani APBN. Rencananya kebijakan itu akan
mulai efektif per 1 April 2012. Pemerintah pun sedang mengkaji opsi
lain, seperti menaikkan harga BBM.
Hilir Migas | edisi 08 Tahun ke III 2012 BPH Migas 21
20 [lensa]
-
Penghematan, Belanja Subsidi BBM ini Naik Sebesar 11 Persen
BPH Migas Koordinasi dengan Penegak Hukum
Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengatakan, alokasi belanja
subsidi naik mencapai Rp 137,4 triliun. Belanja subsidi BBM ini
naik sebesar 11 persen dari pagu APBN 2012 sebesar Rp 123,6
triliun.
Peningkatan subsidi itu, menurut Agus, akibat tingginya harga
minyak mentah yang diperkirakan mencapai rata-rata
Menurut Kepala BPH Migas, Andi Noorsaman Sommeng, habisnya stok
Premium dalam 2 bulan belakangan ini karena isu kenaikan harga BBM.
Berawal dari isu tersebut, banyak pihak-pihak yang tak bertanggung
jawab mulai melakukan penimbunan Premium besar-besaran. Untuk
mengantisipasi hal tersebut, BPH Migas telah melaksanakan
koordinasi dengan pihak penegak hukum yakni kepolisian.
MESKI PEMERINTAH MENETAPKAN
KENAIKAN HARGA BAHAN BAKAR
MINYAK (BBM) BERSUBSIDI
SEBESAR RP 1.500 PER LITER
MENJADI RP 6.000 PER LITER
UNTUK PREMIUM DAN SOLAR,
NAMUN ALOKASI SUBSIDI BBM
DALAM RANCANGAN ANGGARAN
PENDAPATAN DAN BELANJA
NEGARA PERUBAHAN (RAPBNP)
2012 TETAP MENGALAMI KENAIKAN.
BADAN PENGATUR HILIR MINYAK
DAN GAS BUMI (BPH MIGAS)
MENYATAKAN TELAH TERJADI
KEHABISAN STOK BAHAN BAKAR
MINYAK (BBM) BERSUBSIDI JENIS
PREMIUM DALAM DUA BULAN
TERAKHIR.
105 dolar AS per barel serta tambahan jenis subsidi liquefied
gas for vehicle (LGV) sebesar Rp 54 miliar untuk program
diversifikasi BBM ke bahan bakar transportasi umum.
Karena itu, juga diusulkan langkah penghematan beban subsidi BBM
berupa penyesuaian harga BBM bersubsidi. Usulan kenaikan harga BBM
pada bulan April itu akan sangat tepat karena inflasi sedang
rendah, ujarnya di Jakarta, kemarin.
Selain itu, dia mengatakan, sebagai upaya lain untuk menjaga
konsumsi BBM bersubsidi tidak meningkat melebihi konsumsi 40 juta
kiloliter, maka pemerintah melakukan program pengendalian konsumsi
secara bertahap. Pengendalian konsumsi tersebut dilakukan melalui
optimalisasi program konversi minyak tanah ke LPG, konversi BBM ke
bahan bakar gas, peningkatan pemanfaatan energi
alternatif, pengaturan konsumsi BBM serta penyempurnaan regulasi
kebijakan subsidi BBM dan LPG.
Sementara itu, beban anggaran untuk subsidi listrik dalam RAPBNP
juga diperkirakan meningkat hingga Rp 93 triliun, atau meningkat
sebesar 107 persen dari pagu dalam APBN sebesar Rp 44,9 triliun.
Penyebab naiknya subsidi listrik itu akibat keterlambatan
pengoperasian floating storage regasificaton unit (FRSU) dan
kenaikan harga batu bara serta adanya carry over atau kekurangan
pembayaran listrik 2010 sebesar Rp 4,5 triliun.
Untuk itu, pihaknya mengusulkan penyesuaian tarif tenaga listrik
bertahap sebesar 3 persen per triwulan mulai triwulan II 2012.
Jadi, untuk kenaikan TTL, tidak bersamaan dengan kenaikan harga
BBM, namun mulai Mei diteruskan Agustus dan November, ucapnya.
Saat ini kami sudah berkoordinasi dengan pihak kepolisian untuk
melakukan tindakan penimbunan BBM bersubsidi, ujar Andi Noorsaman
Sommeng di komisi VII DPR RI, Senin (12/3).
Menurut Andi, terjadinya banyak penimbunan karena beberapa
faktor. Salah satunya karena banyak pihak yang tidak bisa
dikendalikan akibat adanya isu kenaikan harga BBM. Dua bulan
belakangan ini belum ada pengendalian karena Peraturan Presiden
nomor 15 tahun 2012, papar Andi.
Dalam Peraturan Presiden nomor 15 tahun 2012 itu mengatur
tentang penjualan eceran dan konsumen pengguna jenis Bahan Bakar
Minyak tertentu. Perpres itu rencananya baru selesai tanggal 7
Februari.
Jadi selama itu belum ada pengendalian. Makanya ke depannya kami
lakukan pengendalian konsumsi BBM bersubsidi sehingga kuota
tersebut tidak jebol lagi, jelas Andi.
Stok BBM Masih Aman
Peluang Bagi Bahan Bakar Gas
Secara nasional pasokan premium masih aman karena sesuai
perencanaan rata-rata stok BBM berada di atas 20 hari, artinya
persediaan cukup, kata anggota Komite BPH Migas Ibrahim Hasyim.
Menurut Ibrahim, terdapat dua jenis BBM yang beredar di
masyarakat yaitu subsidi dan non-subsidi, komposisi peredaran BBM
bersubsidi dibanding non-subsidi adalah 60:40.
BADAN PENGATUR HILIR MINYAK
DAN GAS BUMI (BPH MIGAS)
MENYATAKAN BAHWA STOK BAHAN
BAKAR MINYAK BERSUBSIDI DI
INDONESIA AMAN.
SALAH SATU ALASAN PEMERINTAH BERENCANA UNTUK MENAIKKAN HARGA BBM
BERSUBSIDI ADALAH KARENA NILAI
SUBSIDI BBM TANPA SKENARIO KENAIKAN HARGA, PADA 1 APRIL 2012
AKAN MENCAPAI RP178,62 TRILIUN ATAU RP1.500 PER
LITER ATAU SETIAP KENAIKAN HARGA MINYAK 1 DOLAR AS PER LITER
MAKA MEMBUTUHKAN DANA RP2,7 TRILIUN.
Setiap daerah memiliki perhitungan mengenai tingkat permintaan
BBM yang dilakukan oleh Pertamina, bila terjadi antrian saat ini
artinya ada permintaan yang berlebih, bukan stok yang berkurang,
tambah Ibrahim.
Untuk mencegah pelanggaran penyaluran BBM menjelang kenaikan
harga, Ibrahim mengatakan bahwa BPH Migas sudah membentuk satuan
tugas (satgas) untuk mengawasi penyaluran BBM.
Angka subsidi tersebut dengan asumsi harga minyak mentah
Indonesia (ICP) 105 dolar AS per barel, kurs Rp9000 per dolar AS,
dan kuota BBM 40 juta kiloliter.
Realisasi penyaluran BBM selama dua bulan pertama 2012 mencapai
7,02 juta kiloliter atau 18,79 persen dari kuota Pertamina dalam
APBN 2012, angka realisasi tersebut lebih tinggi 755.000 kiloliter
atau 12 persen dari periode yang sama tahun lalu yaitu 6,26 juta
kiloliter.
Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Widjajono
Partowidagdo mengatakan bahwa pengurangan subsidi dapat memberikan
peluang bagi bahan bakar gas untuk dapat tumbuh.
Harga BBG saat ini Rp4100, bila harga premium tetap Rp4500 maka
industri BBG sulit tumbuh karena selisih
harga sedikit, kalau harga cocok maka swasta mau untuk ikut
berbisnis, kata Widjajono.
Kami membuat tim yang lebih luas dan dalam mencakup kerjasama
dengan Polri, TNI Angkatan Laut serta pemerintah daerah untuk
mencegah kecurangan penyaluran BBM, rencananya komando formal ada
di Menkopolhukam namun hal tersebut membutuhkan waktu,
untuk sementara secara ad hoc satgas berada di bawah BPH Migas,
ungkap Ibrahim.
Sejumlah daerah tercatat mengalami peningkatan permintaan BBM
bersubsidi misalnya peningkatan konsumsi BBM mencapai sepuluh
hingga 15 persen di Riau, bahkan pada sejumlah Stasiun Pengisian
Bahan Bakar Umum (SPBU) sudah terjadi antrian di Kota
Gorontalo.
BPH Migas 23Hilir Migas | edisi 07 Tahun ke II 2011
22 [lensa]
-
BPH Migas Siap Sosialisasikan Pengendalian BBM Bersubsidi untuk
Kendaraan DinasTERKAIT UPAYA PEMERINTAH UNTUK MELAKUKAN
PENGANDALIAN BBM
(BAHAN BAKAR MINYAK), ANGGOTA KOMITE BADAN PENGATUR HILIR
MINYAK DAN GAS (BPH MIGAS) FAHMI HARSANDONO MENYATAKAN BPH
MIGAS SIAP MELAKUKAN SOSIALISASI HINGGA KE PEMERINTAH
DAERAH.
dipiroritaskan di wilayah timur dengan maksud untuk mendorong
perekonomian di sana, katanya.
Beberapa strategi lain yang akan diterapkan BPH Migas untuk
meredam lonjakan konsumsi BBM adalah menetapkan alokasi BBM subsidi
per sektor pengguna, misalnya rumah tangga, transportasi umum,
nelayan, pertanian, perikanan, serta usaha mikro. Jadi, konsumen di
luar kelompok itu, misalnya taksi kelas premium, kapal kargo,
angkutan darat untuk industri dan perkebunan, tidak diprioritaskan
mendapat BBM subsidi, paparnya.
Sementara itu Dirjen Migas Kementerian ESDM Evita H. Legowo
menambahkan, upaya pengetatan distribusi BBM memang harus dilakukan
karena pemerintah tidak berencana menambah kuota BBM subsidi. Jadi,
dalam RAPBNP 2012 ini kuotanya tetap 40,5 juta kiloliter, sama
dengan kuota dalam APBN 2012,
Karena itu, lanjut Evita, selain upaya pengawasan dari BPH
Migas, Ditjen Migas Kementerian ESDM juga akan merancang skema
untuk membatasi konsumsi BBM subsidi. Salah satunya, kami akan
meminta seluruh kendaraan dinas BUMN dan BUMD untuk tidak
menggunakan BBM subsidi, katanya.
Selain itu, pemerintah juga akan mengurangi pasokan BBM
bersubsidi di daerah-daerah elite dan jalan tol, pelaksanaan hari
tanpa penjualan BBM bersubsidi pada waktu dan daerah tertentu,
serta mendorong pemanfaatan bahan bakar gas untuk transportasi dan
peningkatan pengawasan.
Salah satu pengendalian yang akan dilakukan adalah dengan
melarang semua jenis kendaraan dinas, baik pelat merah maupun hitam
yang berada di Jawa dan Bali menggunakan BBM bersubsidi. Semula,
mekanismenya akan menggunakan stiker yang ditempelkan di kendaraan
dinas. Tetapi rencana penggunaan stiker ini dibatalkan oleh
pemerintah. Jadi kita pakai sosialisasi saja ke pemerintah daerah
dan petugas SPBU.
BPH Migas mencatat konsumsi BBM subsidi selama empat bulan
terakhir terus melonjak. Hingga April lalu, konsumsi telah
menyentuh angka 14,1 juta kiloliter. Konsumsi ini lewat hingga 7,4
persen dari alokasi yang seharusnya hanya 13,2 juta kiloliter.
Rinciannya adalah Premium telah menyentuh angka 8,9 juta
kiloliter atau lewat 10 persen dari kuota yang sebesar 8,1 juta
kiloliter, solar mencapai 4,9 juta kiloliter atau lewat 7 persen
dari kuota, dan kerosene sebanyak 410 ribu kiloliter.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Kementerian Energi
dan Sumber Daya Mineral Evita Herawati Legowo memaparkan penerapan
pembatasan bagi kendaraan dinas ini memang tidak terlalu signifikan
terhadap penghematan anggaran.
Untuk Jawa dan Bali, diperkirakan hanya ada sekitar 10 ribu
kendaraan dinas, jika ini berjalan maka ada penghematannya sekitar
70 ribu kiloliter.
BPH Migas Tangkap Penimbun Solar 100 TonBADAN PENGATUR HILIR
MINYAK DAN GAS BUMI (BPH MIGAS)
MENGAMANKAN SATU KAPAL BERMUATAN 100 TON ATAU SEKITAR
100 RIBU KILOLITER BAHAN BAKAR BERSUBSIDI (BBM) SOLAR DI
SUNGAI MAHAKAM, LONG BAGUN, KUTAI BARAT, KALIMANTAN TIMUR.
SOLAR BERSUBSIDI TERSEBUT DIDUGA DIJUAL KEMBALI UNTUK
INDUSTRI
PERTAMBANGAN DAN PERKEBUNAN.
BADAN PENGATUR HILIR MINYAK
DAN GAS BUMI (BPH MIGAS) AKAN
MEMPERKETAT DISTRIBUSI BBM
HINGGA TINGKAT KABUPATEN/
KOTA. INI MERUPAKAN SALAH
SATU UPAYA MEREDAM LONJAKAN
KONSUMSI BBM SUBSIDI.
Anggota Komite BPH Migas, Fahmi Harsandono, menjelaskan,
penangkapan kapal dilakukan pada 7 Maret 2012, saat tim pengawasan
pengendalian BBM bersubsidi mencurigai kapal yang telah
dimodifikasi untuk menampung BBM bersubsidi.
Setelah diperiksa, ternyata tidak dilengkapi dokumen, tanpa
registrasi, dan belum diketahui apakah solar ini berasal dari badan
usaha berizin niaga umum, karena tidak ada DO (delivery order),
kata Fahmi di Balikpapan, (16/03).
Fahmi menambahkan, solar bersubsidi tersebut rencananya dijual
untuk industri pertambangan dan perkebunan. Selain itu, BPH Migas
menduga ada indikasi pengoplosan solar dengan minyak tanah, karena
Tim BPH Migas mencium bau minyak tanah di kapal.
Kerosin di Kaltim belum dikonversi menjadi elpiji dan saat
menangkap, tim mencium bau kerosin. Saat ini, temuan sedang diuji
coba di laboratorium, tuturnya.
BPH Migas, dia melanjutkan, telah mengamankan nahkoda kapal.
Berdasarkan pengakuannya, baru kali ini ia menyelundupkan BBM
bersubsidi.
Nahkoda tersebut terancam melanggar Undang-Undang Migas pasal
53, 54, dan 55 dengan ancaman kurungan 10 tahun penjara dan denda
Rp60 miliar.
Dugaan sementara, negara dirugikan Rp450 juta akibat
penyalahgunaan BBM bersubsidi itu. Saat ini, berkas pemeriksaan BPH
Migas akan dilimpahkan kepada Polda Kalimantan Timur untuk
dikembangkan lebih lanjut.
Kepala BPH Migas Andy Noorsaman Sommeng mengatakan, BPH Migas
akan memberlakukan pengaturan kuota BBM subsidi per Kabupaten /
Kota. Pembagian kuota per Kabupaten ini akan memprioritaskan
konsumen di wilayah Indonesia bagian timur, ujarnya saat rapat
dengan Komisi VII DPR, Senin, 12 Maret.
Selama ini, distribusi BBM subsidi memang cenderung
memprioritaskan wilayah Indonesia bagian barat. Akibatnya, kasus
kelangkaan BBM subsidi kerap terjadi di Indonesia bagian timur
seperti NTT, Maluku, maupun Papua. Karena itu, nanti akan
Perketat Distribusi BBM di Kabupaten dan Kota
BPH Migas 25Hilir Migas | edisi 08 Tahun ke III 2012
24 [lensa]
-
Jika Tidak Dikendalikan BBM Bersubsidi Akan Over Kuota
JUMLAH KONSUMSI BBM HINGGA MARET 2012 TERUS MENINGKAT. OLEH
KARENA ITU, BPH MIGAS TERUS BERUPAYA UNTUK MENGENDALIKAN
BBM, MELALUI VERIFIKASI DATA YANG BERASAL DARI PENYALUR BBM.
Sampai saat ini, dari Januari-Maret, konsumsi BBM kita telah
mencapai 10,7 juta. Artinya, hanya tinggal 29 juta lagi, dan
Pertamina juga nampaknya sudah kewalahan, bagaimana mengatur
kondisi ini, ujarnya Anggota Komite BPH Migas, Fahmi
Harsandono.
Ia menambahkan, berdasarkan rapat terakhir dengan pertamina,
diputuskan bahwa BPH Migas haya akan melakukan verifikasi sebesar
40 juta saja, sesuai mandat DPR. Seandainya ada kelebihan,
akan diputuskan setelah adanya kebijakan dari Pemerintah dan
DPR.
Melihat kondisi terkini, jika dibiarkan maka akan terjadi over
kuota yang sangat besar mungkin hingga 7 juta kiloliter, ini tentu
akan berdampak pada jebolnya APBN.
Untuk itu kita perlu mengamankan beberapa titik, dan saat ini
BPH Migas memiliki 4 badan usaha yang kita minta menyalurkan BBM
bersubsidi,
yaitu Pertamina, Patra Niaga (Elnusa), Petronas dan AKR, Namun
penyaluran terbanyak tetap berada di bawah Pertamina, hanya sekitar
dua persen dilakukan usaha pendamping, ujar Fahmi
Saat ini, BPH Migas sedang menyoroti sistem pembukuan di SPBU.
Sebagaimana mandat presiden, BPH Migas diminta melakukan verifikasi
hingga ke penyalur, sesuai Kepres No. 15 tahun 2012. Tiga badan
usaha pendamping Pertamina, justru telah melakukan verifikasi
dengan baik, sementara Pertamina hanya sampai di depot saja.
Fahmi menyatakan, ia bukan berprasangka negatif, tetapi banyak
sekali pompa bensin di daerah yang masih melakukan pembukuan tidak
seperti yang diharapkan. Ia mencontohkan, saat ini di Kalimantan
terjadi kekurangan BBM. Kita tidak pernah mengurangi pasokan karena
kita hanya membaca dari trend realisasi yang ada sekarang ini,
katannya.
Fahmi mengungkapkan, nampaknya pengunaan beberapa alternatif
seperti kartu kendali, RFID, dan sebagainya baru mulai
diaplikasikan tahun depan. Ia juga berharap agar penggunaan BBM
bersubsidi tepat sasaran dan sesuai dengan yang membutuhkan.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Jero Wacik menjelaskan,
pihaknya telah berkoordinasi dengan Menko Polhukam dan lembaga
lain, termasuk meminta Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi
(BPH Migas) untuk meningkatkan pengawasan terhadap pendistribusian
BBM bersubsidi.
Kami terus mengimbau masyarakat agar jangan berbisnis di atas
penderitaan orang lain. Siapa saja yang menimbun BBM, akan
ditangkap tanpa pandang bulu, kata Jero di Jakarta kemarin.
Dia juga yakin, usulan pemerintah mengenai kenaikan harga BBM
subsidi sebesar Rp 1.500 per liter segera disepakati DPR untuk
dimasukkan RAPBN-P 2012. Usulan itu akan menyelamatkan kondisi
ekonomi kita, ujarnya.
Selain itu, pemerintah juga telah mematangkan program kompensasi
berupa bantuan langsung sementara masyarakat (BLSM), pemberian
beasiswa pendidikan, pemberian beras untuk rakyat miskin (raskin),
dan kompensasi pada sektor transportasi.
Sementara itu, Juru Bicara Pertamina M Harun menegaskan,
pihaknya akan menindak tegas stasiun pengisian bahan bakar umum
(SPBU) yang kedapatan melakukan penimbunan BBM. Kegiatan
operasional SPBU akan langsung diberhentikan jika mereka terbukti
melakukan penyalahgunaan BBM bersubsidi.
Harun meminta aparat di lapangan meningkatkan pengawasan untuk
menghindari tindak penimbunan BBM bersubsidi.
Penimbunan BBM, Pemda Diminta Ikut Antisipasi PRESIDEN SUSILO
BAMBANG YUDHOYONO SELAKU KETUA SEKRETARIAT
GABUNGAN PARTAI KOALISI MEMBERIKAN KETERANGAN PERS USAI
MENGGELAR PERTEMUAN TERTUTUP MEMBAHAS RENCANA KENAIKAN
HARGA BBM DI KEDIAMAN PRIBADI PURI CIKEAS, BOGOR, JAWA
BARAT,
RABU (14/3) MALAM.
Presiden meminta semua pihak untuk tidak mencari keuntungan
sendiri terkait rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM)
bersubsidi dari Rp 4.500 menjadi Rp 6.000 per liter per 1 April
2012.
Tindakan penyalahgunaan dalam distribusi BBM bersubsidi berupa
aksi penimbunan yang marak terjadi belakangan ini harus dihentikan,
karena mengakibatkan adanya lonjakan permintaan dan menyulitkan
masyarakat banyak.
Sementara Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Agung
Laksono juga mengatakan , jangan mengambil keuntungan pada situasi
seperti ini saat menjelang kenaikan harga BBM. Kita perlu
mewaspadai dan menghentikan aksi penimbunan BBM bersubsidi yang
sudah menyusahkan ini, katanya
Menurut dia, aparat keamanan harus bertindak tegas dan menangkap
pelaku penimbunan tersebut karena telah mengorbankan kepentingan
masyarakat.
Hal senada juga disampaikan Menteri Koordinator Perekonomian
Hatta Rajasa. Dia meminta masyarakat untuk tidak menyelundupkan BBM
bersubsidi. Ia yakin, jika semua pihak tertib dan tidak melakukan
penimbunan, tidak akan ada kelangkaan BBM yang merugikan
masyarakat.
Ia menyambut baik sikap tegas aparat kepolisian untuk menindak
para pelaku penimbunan BBM yang merupakan pelanggaran tindak
pidana. Selain itu, jajaran pemerintah daerah (pemda)
harus lebih aktif mencegah penimbunan BBM di wilayah
masing-masing.
Di sisi lain, pengelola dan pengusaha stasiun pengisian
bahan-bakar umum (SPBU) dapat mendukung dengan hanya melayani
pembelian dan pengisian BBM langsung ke tangki kendaran.
Pembeli BBM bersubsidi di SPBU dilarang menggunakan jeriken atau
drum. Aparat kepolisian harus langsung bertindak soal ini,
ujarnya.
Hatta juga mengingatkan agar pengurus Organisasi Pengusaha
Angkutan Darat (Organda) dan pemerintah daerah (pemda) tidak
menaikkan tarif angkutan secara sepihak sebelum kenaikan harga BBM
diberlakukan. Ini dikarenakan kenaikan tarif secara dini jelas
keliru dan menyalahi asas keadilan bagi masyarakat luas.
Menteri PPN/Kepala Bappenas Armida Alisjahbana mengatakan,
pemerintah mengucurkan dana Rp 5 triliun untuk kompensasi ke
angkutan umum, salah satunya pembebasan pajak kendaraan bermotor
selama satu tahun, subsidi bunga kredit untuk angkutan umum, dan
penambahan subsidi bagi angkutan penumpang dan barang yang
dikhususkan untuk kelas ekonomi. Untuk pengucuran dana sebesar Rp 5
triliun ini akan difinalisasi di DPR, kata dia.
Cegah Penimbunan, Polisi Akan Awasi SPBU
PEMERINTAH TELAH MEMPERSIAPKAN LANGKAH ANTISIPASI
PENYALAHGUNAAN BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) BERSUBSIDI. SELAIN
MEMBENTUK TIM KHUSUS PEMANTAU KEGIATAN DISTRIBUSI BBM
SUBSIDI,
PEMERINTAH JUGA MEMINTA BANTUAN POLRI AGAR MENERJUNKAN
APARATNYA KE BERBAGAI STASIUN PENGISIAN BAHAN BAKAR UMUM
(SPBU).
Hilir Migas | edisi 07 Tahun ke II 2011 BPH Migas 27
26 [lensa]
-
Pemerintah Daerah Harus Pantau Konsumsi BBMTERKAIT PERMINTAAN
PEMERINTAH
DAERAH UNTUK PENAMBAHAN
KUOTA BAHAN BAKAR MINYAK
(BBM) BERSUBSIDI BAGI WILAYAH
KALIMANTAN, ANGGOTA KOMITE
BADAN PENGATUR HILIR MINYAK
DAN GAS (BPH MIGAS) FAHMI
HARSANDONO MENEGASKAN
PEMERINTAH TIDAK BISA SERTA
MERTA LANGSUNG MENGABULKAN
PERMINTAAN TAMBAHAN KUOTA
SUATU DAERAH.
MEKANISME PENGANGGARANNYA
DALAM APBN, HARUS ADA
PENGAJUAN DARI PEMERINTAH KE
DPR, BUKAN PEMDA LANGSUNG KE
DPR LALU MEMUTUSKAN TAMBAH
KUOTA, UJARNYA.
lebih jauh ini menjelaskan kuota yang diberikan untuk Kalimantan
sebenarnya sudah sesuai dengan asas keadilan dan sesuai trend
realisasi konsumsi BBM subsidi tahun sebelumnya. Fahmi meminta
kepada pemerintah daerah untuk bersikap bijaksana terkait dengan
kuota yang diberikan. Pasalnya, kuota BBM subsidi pada tahun ini
hanya sebesar 40 juta kiloliter.
hadir dalam kunjungan ini. Rencana ini memang sudah kita
rencanakan sejak awal, katanya.
Sebagai Komite baru masa jabatan 2011-2015, lanjut Ibrahim tentu
banyak
Oleh karenanya, BPH Migas selalu mengimbau dan mengajak
pemerintah daerah bekerja sama dalam memantau konsumsi BBM di
masing-masing daerah agar tidak ada penyelewengan yang bisa
mengurangi jatah mereka.
Kepala daerah diminta menertibkan kendaraan kepentingan bisnis
agar tidak lagi menggunakan BBM subsidi, seperti kendaraan untuk
pertambangan atau perkebunan.Ini sangat membebani
harapan-harapan yang diminta oleh Pemerintah. Oleh karena itu,
jajarannya berkunjung ke Depo Plumpang dengan tujuan untuk
mendapatkan gambaranseperti apa operasi yang dilakukan oleh
Pertamina dalam melaksanakan
penyediaan dan pendistribusian BBM.
Inilah tujuan utama kami. Mudah-mudahan tugas kita untuk
melayani masyarakat ini bertambah baik kedepan, tandas Ibrahim.
Terminal BBM Baubau Resmi Dioperasikan
PT PERTAMINA (PERSERO) SECARA RESMI MENGOPERASIKAN TERMINAL
TRASNIT BBM BAUBAU, SULAWESI TENGGARA DENGAN KAPASITAS
100.000 KILO LITER (KL).
Beroperasinya Terminal Transit BBM Baubau ini diharapkan dapat
meningkatkan keandalan pasokan serta mengurangi biaya distribusi
BBM di wilayah Sulawesi. Pembangunan Terminal Transit BBM Baubau
ini dimaksudkan untuk mengurangi biaya demurage di pelabuhan
Makasar yang diakibatkan
oleh beban instalasi Makasar yang sudah melebihi kapasitas.
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Karen Agustiawan, berharap
dengan perubahan Depot Baubau menjadi Terminal Transit akan
meningkatkan keandalan pasokan, serta mengurangi biaya distribusi
BBM untuk daerah Sulawesi, terutama bagian selatan dan Tenggara.
Keberadaan Terminal Transit Baubau juga diharapkan sebagai back up
instalasi Makasar dan Depot Bitung serta Depot-Depot di wilayah
Nusa tenggara Timur bila terjadi kondisi kritis (emergency), ujar
Karen.
Terminal Transit BBM Baubau yang memiliki kapasitas tangki
100.000 KL yang terdiri dari produk Solar dan Premium tersebut
menelan investasi sekitar US$ 40 juta. Terminal Transit BBM Baubau
dilengkapi dengan dermaga BBM 35.000 DWT (dead weight tons) dan
6.500 DWT untuk loading, unloading dan bunkering.
Sementara itu, Anggota Komite Badan Pengatur Hilir Minyak dan
Gas Bumi (BPH Migas), Dr. Ibrahim Hasyim, SE, MM, menjelaskan
mengingat Terminal BBM Makasar yang sebelumnya menjadi tulang
punggung sudah penuh untuk melayani Makasar dan sekitarnya,
kehadiran Terminal BBM Baubau dengan kapasitas 100.000 KL yang
dibagun dengan letak lokasi kedalaman laut dan teknologi baru
diharapkan dapat membantu dalam mengoptimalkan pengoperasian dan
pengawasan yang lebih tepat dan aman.
Terminal BBM Baubau mempunyai arti besar dalam memperkuat
ketersediaan infrastruktur BBM Nasional. Terlebih lebih Terminal
BBM ini mempunyai peran dalam meningkatkan keandalan penyediaan dan
pendistribusian BBM di Sulawesi, tegasnya. Sedangkan Gubernur
Sulawesi Tenggra, Nur Alam, mengatakan kehadiran Terminal BBM
Baubau diharapkan mampumemberikan nilai tambah terhadap pembangunan
di Sulawesi Tenggara. Kami sangat gembira atas terselesaikannya
Terminal BBM Baubau ini karena pastinya akan berimplikasi positif
pada geliat ekonomi di daerah Sulawesi Tenggara, ujarnya.
BPH MIGAS Kunjungi Depo Plumpang
SEJUMLAH ANGGOTA KOMITE BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI
(BPH MIGAS), YAKNI, IBRAHIM
HASYIM, M. FANSHURULLAH, FAHMI HARSANDONO, KARSENO, MARTIN
SAMODRA RITONGA, SARYONO
HADIWIDJOYO DAN SUMIHAR PANJAITAN, KAMIS (19/01/2012) MELAKUKAN
KUNJUNGAN KERJA KE DEPO
PLUMPANG, PERTAMINA, JAKARTA.
Rombongan yang sampai ke lokasi sekitar pukul 10.00 WIB itu
diterima oleh Direktur Pemasaran dan Niaga PT Pertamina (Persero),
Djaelani Sutomo beserta jajarannya.
Dipaparkan Anggota Komite BPH Migas, Ibrahim Hasyim, kunjungan
kerja ke Depo Plumpang tersebut, selain dalam rangka perkenalan
diri sebagai Anggota Komite baru masa jabatan 2011-2015, juga ingin
mengetahui lebih jauh mengenai
kegiatan penyaluran dan pendistribusian BBM yang dilakukan oleh
Pertamina.
Menurutnya, kunjungan ke Pertamina ini sudah direncanakan sejak
awal dan sedianya semua Komite BPH Migas dapat
kuota BBM nasional, kebutuhan mereka sangat tidak terbatas.
Secara nasional rata-rata konsumsi BBM subsidi memang melebihi
hingga 15% dari kuota. BPH Migas sendiri memperkirakan butuh
tambahan sebanyak 4 hingga 5 juta kiloliter untuk mengamankan
kebutuhan BBM pada tahun ini.
Hilir Migas | edisi 08 Tahun ke III 2012 BPH Migas 29
28 [lensa]
-
Menurut Kepala BPH Migas Andi Noorsaman Someng, koordinasi yang
dilakukan untuk kedepannya sudah dipertegas sesuai dengan tugas
pokok dan fungsi dari masing-masing lembaga.
Sekarang ini ada koordinasi dari satgas yang jelas, sesuai
dengan tugas pokok dan fungsi lembaga. Sedangkan kepolisian, BIN,
dan BPH bagaimana? Itu akan berjalan sesuai porsinya, ujar
Anggota Komite BPH Migas, Fahmi Harsandono, menjelaskan,
pihaknya saat ini terus berkonsolidasi dengan berbagai institusi
untuk mencegah bocornya BBM
Satgas Pengawasan BBM
BPH Migas Lakukan Pemetaan Lokasi Penimbunan
TERKAIT DENGAN MARAKNYA
PENIMBUNAN BBM YANG TERJADI,
BADAN PENGATUR HILIR MINYAK
DAN GAS BUMI (BPH MIGAS)
MENYERAHKAN PENGAWASAN
BBM KE SATUAN TUGAS (SATGAS)
UNTUK MENINDAKLANJUTI
TEMUAN.
BADAN PENGATUR KEGIATAN HILIR MINYAK DAN GAS BUMI (BPH
MIGAS)
TELAH MEMETAKAN TITIK-TITIK PENIMBUNAN BAHAN BAKAR MINYAK
(BBM) BERSUBSIDI DI INDONESIA. DENGAN PEMETAAN ITU, PIHAKNYA
BERSAMA APARAT PENEGAK HUKUM DIHARAPKAN BISA SEGERA MENINDAK
AKSI PEMBOCORAN BBM SUBSIDI KE TANGAN YANG TIDAK BERHAK.
Andi seusai melaksanakan Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VII
DPR RI, di gedung DPR, Jakarta, Senin
Perbedaan porsi tersebut, dijelaskannya, melalui realisasi
pengawasan yang terjadi di lapangan. Misalnya jika ditemukan
penimbunan, itu berarti masalah hukum nantinya, karenanya satgas
yang melaksanakan operasinya. Kalau kita (BPH Migas) mengatur saja.
Contohnya, jangan sampai mobil truk pertambangan yang harusnya
menggunakan BBM nonsubsidi tapi pakai BBM subsidi, hal seperti ini
kan banyak, tuturnya.
Andi juga mengatakan jika terjadi kenaikan BBM, maka dari segi
pengawasan sebenarnya akan lebih ringan karena harga BBM subsidi
dan BBM nonsubsidi tidak terlalu jauh berbeda. Mengenai SPBU yang
berani melakukan penimbunan, maka akan ada penindakan tegas. Dari
Pertamina, jika ada SPBU yang melakukan penimbunan, maka akan
ditutup segera, pungkas Andi.
bersubsidi. Bahkan, BPH Migas telah membentuk tim pengawas
pengendalian BBM bersubsidi pada 2 Maret 2012 yang diketuai Mayjen
(Purn) Karseno yang juga anggota Komite BPH Migas.
Saat ini, tim sedang melakukan konsolidasi, kata Fahmi di
Balikpapan, Kalimantan Timur, Jumat 16 Maret 2012. Fahmi
mengakui, upaya penangkapan penimbun BBM bersubsidi itu nantinya
akan dilakukan secara bertahap.Alasannya, tim pengawas memiliki
keterbatasan personel. Kami akan tentukan target operasi dan
berkoordinasi dengan lembaga daerah untuk tentukan operasi,
paparnya.
Secara umum, tugas tim pengawasan pengendalian BBM bersubsidi
adalah mempersiapkan pengawasan dan pengamanan distribusi BBM
bersubsidi, serta pengawasan BBM bersubsidi di lapangan. Tim juga
bertugas merekomendasikan penegakan hukum atas pelanggaran
pelaksanaan BBM bersubsidi kepada aparat penegak hukum.
Seperti diketahui, BPH Migas belum lama ini mengamankan satu
kapal bermuatan 100 ton atau sekitar 100 ribu kiloliter bahan bakar
bersubsidi (BBM) solar di Sungai Mahakam, Long Bagun, Kutai Barat,
Kalimantan Timur. Solar bersubsidi tersebut diduga dijual kembali
untuk industri pertambangan dan perkebunan.
Penangkapan kapal sebetulnya dilakukan pada 7 Maret 2012, saat
tim pengawasan pengendalian BBM bersubsidi mencurigai kapal yang
telah dimodifikasi untuk menampung BBM itu.
Langkah Antisipasi Pengendalian BBM
BPH Migas Awasi Distribusi BBM Bersubsidi
KEPALA BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI (BPH MIGAS)
ANDY
NOORSAMAN SOMMENG MEMAPARKAN BEBERAPA LANGKAH ANTISIPASI
TERKAIT DENGAN RENCANA PEMERINTAH YANG AKAN MELAKSANAKAN
PENGENDALIAN BBM BERSUBSIDI PADA APRIL 2011.
BADAN PENGATUR HILIR MINYAK
DAN GAS BUMI (BPH MIGAS) SIAP
MELAKUKAN PENGAWASAN DAN
PENGENDALIAN DALAM RANGKA
PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN
PENYEDIAAN DAN PENDISTRIBUSIAN
BBM DALAM RANGKA PENERAPAN
PEMBATASAN BAHAN BAKAR
MINYAK (BBM) BERSUBSIDI 1 APRIL
2012 DI JAKARTA, BOGOR, DEPOK,
TANGGERANG, BEKASI (JABODETABEK).
Di depan Anggota Komisi VII DPR RI, Rabu (18/01/2012) Andy
mengatakan langkah tersebut diantaranya, pre-emtif, preventif,
persuasif, represif serta memberikan ruang komunikasi publik.
Untuk langkah pre-emtif, menurut Andy, pihaknya akan melakukan
sosialisasi kebijakan Pemerintah dengan memberikan penyuluhan
kepada masyarakat tentang dampak negatif penyalahgunaan dan
melengkapi sarana dan prasarana atau fasilitas penyimpanan
pengangkutan/pendistribusian BBM baik di darat maupun laut.
Sementara untuk kegiatan preventif BPH Migas akan melakukan
pengamanan dan pengawalan distribusi BBM dari kilang, terminal BBM,
penyalur, pangkalan sampai pengecer. Tidak hanya itu, Andy juga
menjelaskan akan melakukan penertiban administrasi, melakukan
pengawasan tertutup dengan teknologi best practice seperti kartu
kendali, CCTV dan RFID.
Selain itu akan melakukan monitoring pendistribusian BBM dari
depo ke konsunen akhir dan mengaktifkan pengawasan operasional di
lapangan
BPH melakukan pengawasan dan pengendalian BBM bersubsidi sangat
bermanfaat agar pendistribusian BBM bersubsidi dapat tepat sasaran
dan tepat volume, kata Anggota Komite BPH Migas Saryono di Jakarta,
Senin (27/2).
Dalam pengawasan dan pengendalian BBM bersubsidi, menurut
Saryono, BPH Migas akan menggunakan Closed-Circuit Television
(CCTV) yang akan dipasang pada Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum
(SPBU) dan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG), sehingga
diharapkan akan diketahui masalah-masalah penyimpangan.
Selain itu, BPH Migas telah membentuk Satuan Tugas (Satgas)
dalam rangka meningkatkan fungsi Tim Koordinasi Penanggulangan
Penyalahgunaan Penyediaan dan Pendistribusian BBM (TKP4 BBM). Ia
menambahkan Satgas itu terdiri atas Tentara Nasional Indonesia
(TNI), Polisi Republik Indonesia (Polri), Badan Intelejen Negara
(BIN), Badan
dengan Polri,Pemrov, Pemkab/Pemkot. Kami juga mengusulkan
dibentuk satgaspenanggulangan penyalahgunaan penyediaan dan
pendistribusian Jenis BBM Tertentu , katanya.
Sedangkan pada langkah represif, akan dilakukan razia, operasi
penindakan dan penegakan hukum, penerapan pasal yang memenuhi unsur
tindak pidana sebagaimana diatur dalam UU Nomor 22 Tahun 2001
Tentang Migas, pengaman dan penyitaan barang bukti, pengamanan
saksi dan tersangka sampai pencabutan izin usaha. Untuk langkah
persuasif, BPH Migas akan melakukan pembinaan serta pendekatan dan
arahan kepada para pelanggar, jelas Andy.
Terlahir diluar 4 langkah itu, dijelaskan Andy, akan memberikan
ruang komunikasi publik seperti pembentukan hotline center,
pemberdayaan aparat di masing-masing wilayah, mapping prioritas
Jabodetabek dan Jawa - Bali.
Tugas BPH Migas kedepan akan semakin berat dan penuh
tantangan
Intelejen Strategis (BAIS), Kejaksaan, Kementerian Komunikasi
Informatika, Kemeterian Perhubungan, dan instansi terkait
lainnya.
Ketika ditanya bagaimana persiapan BPH Migas untuk pengawasan
dan pengendalian penimbunan BBM, ia mengatakan BPH Migas telah
melakukan persiapan dan indentifikasi untuk melakukan pengawasan
dan pengendalian yang telah disusun berdasarkan rencana operasi di
Jabodetabek.
Hilir Migas | edisi 08 Tahun ke III 2012 BPH Migas 31
30 [lensa]
-
Demikian dikatakan Koordinator Penyidik Pegawai Negeri Sipil
(PPNS) Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas), Edy
Moh. Suhariadi, usai rapat gelar perkara terkait dengan penangkapan
KMT Mitra Kaltim, Senin (26/03/2012) di Polda Kaltim. Tadi sudah
gelar perkara. Kesimpulan gelar perkara Kasus KMT Mitra Kaltim kita
serahkan ke Polda, Tegas Edy.
Lebih jauh, Edy, menjelaskan besok tim akan melakukan pengecekan
sekalian membuat laporan polisi. Yang jelas, sambung koordinator
PPNS itu, KMT Mitra Kaltim ini diduga melanggar UU Migas Nomor 22
Tahun 2001, pasal 53 hurup (b), ada tindak pidana karena tidak ada
izin pengangkutan.
Gelar Perkara Penangkapan KMT Mitra Kaltim
Tidak Ada Penambahan Kuota BBM Bersubsidi
HASIL PENANGKAPAN TERHADAP KMT MITRA KALTIM YANG KEDAPATAN
MEMBAWA 100 TON BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) JENIS MINYAK SOLAR TANPA
DILENGKAPAI DOKUMEN LENGKAP YANG BERHASIL DIAMANKAN TIM SATGAS
PEMBERANTASAN MAFIA BBM BEBERAPA WAKTU LALU DI KECAMATAN LONG
BAGUN, KUTAI BARAT, KALIMANTAN TIMUR, KINI TELAH DISERAHKAN KE
POLDA KALTIM.
BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI (BPH MIGAS) AKAN
MEMPERKETAT PENYALURAN BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) BERSUBSIDI
SETELAH DITUNDANYA PROGRAM PEMBATASAN UNTUK KENDARAAN
PRIBADI.
Terkait dugaan pengoplosan dengan Minyak Tanah, sejauh ini belum
diketahui karena masih menunggu hasil uji laboratorium di Jakarta,
apakah benar BBM tersebut dioplos dengan minyak tanah. Apabila dari
hasil uji laboratorium yang dilakukan ada indikasi pengoplosan,
maka ada tindak pidana lagi, yakni pasal 54 UU Migas Nomor 22 Tahun
2001. Dalam pasal tersebut dijelaskan bahwa setiap orang yang
meniru atau memalsukan bahan bakar minyak dan gas bumi hasil olahan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1) dipidana dengan pidana
penjara paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling tinggi Rp.
60.000.000.000,00 (enam puluh miliar rupiah).
Sebelumnya, pemerintah berencana membatasi konsumsi BBM
bersubsidi berdasarkan kapasitas mesin kendaraan. Namun rencana ini
kembali ditunda karena belum ada kesepakatan untuk jenis kendaraan
yang dibatasi. Akibatnya, kuota bahan bakar bersubsidi bakal
diperketat agar bisa memenuhi kuota 40 juta kiloliter sampai akhir
tahun.
Untuk mendukung program pembatasan konsumsi BBM bersubsidi,
pemerintah mengucurkan Rp 400 miliar kepada BPH Migas untuk
melakukan pengawasan. Tapi dana itu belum kami pergunakan, kata
Fahmi. Untuk mendukung penghematan bahan bakar, pihaknya mengimbau
agar kendaraan dinas menggunakan bahan bakar nonsubsidi.
Premium nantinya akan terbatas dan jika jatah premium habis di
satu daerah, maka tidak akan ditambah. Konsumen harus ganti
konsumsi ke BBM nonsubsidi, kata anggota komite BPH Migas Fahmi
Harsandono.
Sampai saat ini BPH Migas masih menunggu keputusan resmi
pemerintah terkait dengan program pengendalian yang akan
diberlakukan. Sebab, kata Fahmi, jika tak dikendalikan,
konsumsi
bahan bakar bersubsidi tahun ini bakal tembus 44 juta kiloliter
dari kuota 40 juta kiloliter.
Menurut Fahmi, selama tiga bulan pertama 2012, konsumsi sudah
menembus 12 persen dari kuota. Jika tak dikendalikan, diperkirakan
BBM bersubsidi bakal habis pada September mendatang. Agar
mencukupi, kami membatasi alokasi tak boleh melewati 3,2 juta
kiloliter, ujarnya.
Fahmi, BADAN PENGATUR HILIR MINYAK
DAN GAS BUMI (BPH MIGAS) AKAN
MENGAWASI PENYALURAN BAHAN
BAKAR MINYAK (BBM) BERSUBSIDI
HINGGA KE STASIUN PENGISIAN
BAHAN BAKAR UMUM (SPBU) AGAR
BENAR-BENAR DIJUAL KE PIHAK
YANG BERHAK SESUAI DENGAN
JUMLAH YANG DISUBSIDI OLEH
PEMERINTAH.
Cegah Terjadinya Kebocoran BBM Bersubsidi
Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kebocoran, sesuai
amanat Peraturan Presiden No 15/2012 tentang Harga Jual Eceran dan
Konsumen Pengguna Jenis Bahan Bakar Minyak Tertentu. Kami akan
bekerja sama dengan Pertamina sebagai pemilik depot yang
menyalurkan ke SPBU, ujar Anggota BPH Migas Fahmi Harsandono.
Fahmi menuturkan, pihaknya diberikan tugas untuk mengawasi dan
melakukan verifikasi ketepatan distribusi BBM bersubsidi. Sesuai
dengan perpres tersebut pasal 8 ayat 2 disebutkan bahwa Badan
Pengatur melakukan pengaturan,pengawasan dan verifikasi
terhadap
kelancaran dan ketepatan pelaksanaan pendistribusian jenis BBM
tertentu bagi konsumen pengguna.
Sementara ayat selanjutnya menyebut-kan, BPH Migas diperbolehkan
bekerja sama dengan pihak lain. Mengingat depot dikuasai oleh
Pertamina, tentu kami akan bekerja sama dengan yang punya, ujar
Fahmi.
Kami harus memastikan bahan bakar tersebut benar-benar masuk ke
pompa bensin kemudian disalurkan kepada pengguna yang berhak. Tidak
dibelokkan atau diselewengkan ke tempat lain, terangnya.
Selama ini, verifikasi BBM bersubsidi hanya dilakukan sampai ke
depot. BBM yang keluar dari depot harus dibayar subsidinya oleh
pemerintah, tak peduli apakah bahan bakar tersebut akhirnya masuk
ke SPBU (dan dijual untukkonsumen yang berhak atas subsidi
pemerintah) ataukah dibelokkan ke tempat lain.
Padahal, sesuai dengan amant Perpres No 15/2012 tadi, pada
bagian lampirannya ditegaskan bahwa titik serah untuk bensin dan
solar bersubsidi harus dilakukan di tingkat penyalur (SBPU). Sejauh
ini belum ada verifikasi yang lebih ketat hingga ke tingkat
penyaluran ke konsumen dari SPBU, mengingat sebagian besar SBPU
dioperasikan pihak ketiga.
Hingga semester pertama 2010 terdapat sekitar 4.500 SBPU yang
tersebar di seluruh Indonesia. Dari jumlah itu, yang benar-benar
dimiliki dan dioperasikan sendiri oleh Pertamina (disebut sebagai
SBPU coco alias company owned, company operated) hanya 53 unit
saja. Di luar itu, SBPU dimiliki pihak ketiga dengan sistem
waralaba (franchise).
Namun Fahmi menegaskan, pengawasan harus bisa dilakukan
sekalipun pompa bensin dimiliki pihak ketiga. Ia memberi contoh,
toko waralaba Indomaret yang dapat mengontrol dan melakukan
pelaporan penjualan di seluruh outlet-nya. Masak Pertamina kalah
dari Indomaret, kata Fahmi.
Fahmi mengingatkan BBM bersubsidi menyangkut uang negara dalam
jumlah yang kolosal, ratusan triliun. Selama ini, pengawasan
penyalurannya di pompa bensin hanya digantungkan pada kejujuran
sopir tanki dan petugas SPBU. Harus ada sistem pengawasan yang
lebih ketat dan komprehensif, tegasnya.
Seperti diketahui, jumlah subsidi BBM pada tahun lalu, seperti
tercantum dalam APBN Perubahan 2011, mencapai Rp129,72 triliun.
Sayangnya, sebagian besar penyalurannya tidak tepat sasaran.
Hilir Migas | edisi 08 Tahun ke III 2012 BPH Migas 33
32 [lensa]
-
BPH Migas Stiker untuk Kendalikan BBM Bersubsidi
BADAN PENGATUR HILIR
MINYAK DAN GAS BUMI (BPH
MIGAS) TELAH MENYIAPKAN
STIKER ANTI PALSU UNTUK
MENGIDENTIFIKASI KENDARAAN
YANG BERHAK MEMAKAI BAHAN
BAKAR MINYAK (BBM) SUBSIDI.
SEPERTI DIKETAHUI, KEBIJAKAN
PEMBATASAN TERSEBUT
DIMAKSUDKAN UNTUK MENEKAN
KONSUMSI BBM SUBSIDI SEKITAR
3 JUTA KILOLITER, DARI YANG
BIASANYA 47 JUTA KILOLITER
PER TAHUN MENJADI 44 JUTA
KILOLITER PER TAHUN.
Kepala BPH Migas Andy Sommeng mengatakan saat ini BPH Migas
telah memiliki stiker yang diklaim tidak akan bisa dipalsukan atau
digandakan. Cara ini katanya, untuk mengantisipasi terbitnya aturan
soal pemba