Top Banner
MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik Mahasiswa Berkunjung di Café Titik Kumpul Kota Makassar) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar NUR AULIA ABD.MAJID 105381104816 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR OKTOBER 202O
110

MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

Dec 20, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

i

MAHASISWA DAN KAFETARIA

(Perilaku Simbolik Mahasiswa Berkunjung di Café Titik Kumpul Kota Makassar)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

NUR AULIA ABD.MAJID

105381104816

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

OKTOBER 202O

Page 2: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

ii

Page 3: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

iii

Page 4: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

iv

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : NUR AULIA ABD.MAJID

Nim : 10538110816

Jurusan : Pendidikan Sosiologi

Judul :Mahasiswa dan Kafetaria

(Perilaku Simbolik Mahasiswa Berkunjung di Café Titik Kumpul

Kota Makassar)

Skripsi yang saya ajukan di depan tim penguji adalah asli hasil karya sendiri. Bukan

hasil jiplakan atau dibuatkan oleh orang lain.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan saya berbeda menerima

sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.

Makassar, Oktober 2020

Yang Membuat pernyataan

NUR AULIA ABD.MAJID

Nim: 105381104816

Page 5: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

v

SURAT PERJANJIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : NUR AULIA ABD.MAJID

Nim : 105381120216

Jurusan : Pendidikan Sosiologi

Judul : Mahasiswa dan Kafetaria

(Perilaku Simbolik Mahasiswa Berkunjung di Café Titik Kumpul

Kota Makassar

Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:

1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesainya skripsi ini. Saya menyusun

sendiri dan tidak dibuatkan oleh siapapun.

2. Dalam penyusunan skripsi, saya akan selalu melakukan konsultasi dengan

pembimbing yang telah ditetapkan oleh pimpinan Fakultas.

3. Saya tidak melakukan penjiplakan (plagiat) dalam penyusunan skripsi saya.

4. Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya

bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku.

Makassar, Oktober 2020

Yang Membuat pernyataan

NUR AULIA ABD.MAJID

Nim: 105381104816

Page 6: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Tidak ada eskalator kesuksesan, Kau harus menaiki tangga.

-NUR AULIA ABD.MAJID

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah, atas rahmat dan hidayah-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan baik. Karya sederhana ini kupersembahkan untuk:

Kedua orang Tuanku, saudara, sahabat dan orang baik yang tidak bisa saya sebutkan

namanya yang telah memberiku semangat, motivasi serta doa dan keikhlasannya

dalam mendukung penulisan mewujudkan harapan menjadi kenyataan.

Page 7: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

vii

ABSTRAK

Nur Aulia Abd.Majid. 2020. Mahasiswa dan kafetaria (Perilaku simbolik

mahasiswa berkunjung di cafe Titik Kumpul Kota Makassar). Skripsi. Program Studi

Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah

Makassar.

Masalah utama dalam penelitian ini adalah peneliti ingin mengungkap

Mahasiswa dan kafetaria (Perilaku simbolik mahasiswa berkunjung di cafe Titik

Kumpul Kota Makassar). Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bertujuan

untuk mengetahui (Perilaku simbolik mahasiswa berkunjung di cafe Titik Kumpul

Kota Makassar. Teknik pengambilan sampel yaitu snowball sampling. Teknik

pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan dokumentasi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perspektif mahasiswa mengenai kafe

adalah sebagai alternatif pelepas penat, mencari hiburan, menjadi titik untuk bertemu

dengan teman atau pasangan dari mahasiswa itu sendiri, dan yang paling utama adalah

untuk mengangkat citra diri dengan memposting kegiatan ke media sosial di dunia

maya. Selain perilaku hedonisme peneliti juga menemukan perilaku lainnya berupa

belajar atau kerja tugas, makan dan minum, dan mengangkat citra diri bagi mahasiswa.

Dari perilaku simbolik itu menunjukkan bagaimana komunikasi mahasiswa kafetaria

dalam keseharian di kafe titik kumpul.

.

Kata Kunci: Mahasiswa, Kafe, Perspektif, dan Perilaku Simbolik

Page 8: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

viii

ABSTRACT

The main problem in this research is that the researcher wants to reveal the students

and cafeterias (symbolic behavior of students visiting the cafe's point of gathering,

Makassar City). This type of research is a qualitative research which aims to determine

(Symbolic behavior of students visiting the Café Titik Kumpul Kota Makassar. The

sampling technique is snowball sampling. The data collection techniques used were

interviews and documentation.

The results of this study indicate that the student's perspective regarding cafes is an

alternative to releasing fatigue, looking for entertainment, a point to meet with friends

or partners of the students themselves, and most importantly to elevate self-image by

posting activities to social media in cyberspace. In addition to hedonistic behavior,

researchers also found other behaviors in the form of studying or working assignments,

eating and drinking, and raising self-image for students. From this symbolic behavior,

it shows how the cafeteria students communicate in their daily life at the gathering

point cafe.

.

Page 9: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

ix

DAFTAR ISI

Halaman Judul .................................................................................................... i

Halaman Pengesahan .......................................................................................... ii

Persetujuan Pembimbing .................................................................................. iii

Surat Pernyataan ............................................................................................... iv

Surat Perjanjian ................................................................................................. v

Motto dan Persembahan.................................................................................... vi

Abstrak Bahasa Indonesia ................................................................................ vii

Abstrak Bahasa Inggris ................................................................................... viii

Kata Pengantar................................................................................................... ix

Daftar Isi ............................................................................................................. xi

Daftar Gambar ................................................................................................. xiv

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

A. Latar Belakang .......................................................................................... 8

B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 8

C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 9

D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 9

E. Defenisi Operasional ............................................................................... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................................................ 11

A. Identitas Dan Tipe Mahasiswa ................................................................ 11

1. Pengertian Identitas Mahasiswa ........................................................ 11

2. Tipe-Tipe Mahasiswa ........................................................................ 14

3. Sikap dan Perilaku Mahasiwa ........................................................... 15

B. Kafe ......................................................................................................... 17

C. Teori ........................................................................................................ 18

D. Kerangka Pikir ........................................................................................ 20

BAB III METODELOGI PENELITIAN ........................................................ 22

A. Jenis Penelitian ........................................................................................ 22

Page 10: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

x

B. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 22

C. Informan Penelitian ................................................................................. 23

D. Fokus Penelitian ...................................................................................... 24

E. Jenis Data ................................................................................................ 24

F. Instrumen Penelitian................................................................................ 25

G. Teknik Pengumpulan Data. ..................................................................... 26

H. Teknik Analisis Data. .............................................................................. 28

I. Teknik Pengabsahan Data. ...................................................................... 31

J. Etika Penelitian. ...................................................................................... 32

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. ............................ 32

A. Sejarah Kafe Titik Kumpul Makassar ..................................................... 34

B. Keadaan Pekerja Kafe Titik Kumpul Kota Makassar ............................. 41

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. ........................................................... 42

A. Hasil Penelitian ....................................................................................... 43

1. Peresfektif Mahasiswa Terhadap Kafe Titik Kumpul Makassar .... 43

a. Nongkrong (Hangout) ............................................................... 43

b. Diskusi dan Belajar ................................................................... 49

c. Makan dan Minum .................................................................... 51

d. Membangun Citra diri ............................................................... 53

2. Perilaku Simbolik Mahasiswa Berkunjugn di Kafe Ttik Kumpul Kota

Makassar........................................................................................... 57

a. Perilaku Komsumtif .................................................................... 61

b. Weternisasi .................................................................................. 63

B. Pembahasan dan Hasil Penelitian............................................................ 64

1. Peresfektif Mahasiswa Terhadap Kafe Titik Kumpul Makassar ..... 65

2. Perilaku Simbolik Mahasiswa saat berkunjung di Kafe Titik Kumpul Kota

Makassar........................................................................................... 68

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN........................................................... 74

A. Kesimpulan. ............................................................................................ 74

Page 11: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

xi

B. Saran. ....................................................................................................... 75

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 77

LAMPIRAN-LAMPIRAN.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP.

DAFTAR GAMBAR

Gambar. 2.1 Kerangka pikir ................................................................................ 21

Gambar: 3.1 Teknik snowball sampling. ............................................................ 23

Gambar 4.1. Tabel Luas wilayah dan persentase luas wilayah menurut Kecamatan di

Kota Makassar Tahun 2013 ................................................................................ 36

Gambar 4.2 Kafe Titik Kumpul .......................................................................... 39

Page 12: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

xii

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah Subhanahu wata’ala karena berkat limpahan

rahmat dan karunia yang telah dilimpahkan kepada hamba-Nya terkhusus selama

menyusun hingga selesainya skripsi ini. Tak lupa saya kirimkan salam dan salawat

kepada Nabi besar kita Muhammad Sallallahu’alaihi wasallam atas segala kearifan

sikap yang menjadi tauladan dan contoh yang baik bagi kita semua terutama kepada

diri pribadi.

Demikian juga tulisan ini, kehendak hati ingin mencapai kesempurnaan, tetapi

kapasitas penulis dalam keterbatasan. Segala daya dan upaya telah penulis kerahkan

untuk membuat tulisan ini selesai dengan baik dan bermanfaat dalam dunia pendidikan

khususnya dalam ruang lingkup Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

Muhammadiyah Makassar.

Motivasi dari berbagai pihak sangat membantu dalam perampungan tulisan ini.

Segala rasa hormat, peneliti mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tuaku

tercinta Abd.Majid dan Jaweti Parai yang telah berjuang, berdoa, mengasuh,

membesarkan, mendidik, dan membiayai pendidikanku dalam proses pencarian ilmu.

Demikian pula saya mengucapkan terima kasih kepada keluarga yang tak hentinya

memberikan motivasi dan selalu menemaniku dengan candanya. Demikian pula saya

mengucapkan terima kasih kepada pembimbing I Bapak Dr.Jamaluddin

Arifin,S.Pd.,M.Pd. dan Bapak Sulvahrrul Amin ,S.Pd.,M.Pd selaku pembimbing II

Page 13: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

xiii

yang telah memberikan masukan, arahan dan bimbingan serta motivasi sejak awal

penyusunan proposal hingga selesainya skripsi.

Ucapan terima kasih juga kepada Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag. Rektor

Universitas Muhammadiyah Makassar. Erwin Akib, M.Pd.,Ph.D Dekan Unismuh

Makassar. Drs. H. Nurdin., M.Pd selaku ketua. Program Studi Pendidikan. Sosiologi

FKIP Unismuh Makassar.

Terima kasih saya sampaikan kepada sahabat-sahabat saya tercinta Yani,

Tifany, Indah, dan terimakasih kepada saudara atau kakak kandung saya yang tidak

bisa saya sebutkan satu persatu selalu memberikan dukungan dan semangat. Seluruh

teman seperjuangan khususnya Sosiologi 016 B atas segala bantuan dan kerjasamanya

dalam melewati perkuliahan yang tidak singkat dan seluruh teman-teman angkatan

2016 yang tidak saya sebutkan namanya.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati saya senantiasa mengharapkan

kritikan dan saran dari berbagai pihak. Mudah-mudahan dapat memberikan manfaat

bagi para pembaca, terutama bagi diri pribadi saya. Aamiin

Makassar, Oktober, 2020

Peneliti

Page 14: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

xiv

Gambar 2.1 Kerangka Pikir 21

Gambar : 3.1 Teknik snowball sampling. 23

Gambar 4.1. Tabel Luas wilayah dan persentase luas wilayah menurut Kecamatan di

Kota Makassar Tahun 2013 36

Gambar 4.2 Kafe Titik Kumpul 39

Page 15: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kajian tentang kemahasiswaan sangatlah dinamis pada konteks

sekarang ini, ditandai dengan orientasi mahasiswa yang sangat beragam hal

itu didasarkan pada tipe-tipe mahasiswa yang beragam pula mulai dari tipe

Akademik, Organisatoris, Hedonis, dan Aktivis.

Sangat penting mengingat beberapa hal seperti mengupas sisi lain dari

kehidupan khususnya mahasiswa merupakan hal yang sangat menarik.

Teknologi dan informasi yang berkembang pesat saat ini menjadi adalah tiang

penopang kapitalisme perekonomian di barat saat ini membanjiri masyarakat

perkotaan dan memaksa terjadinya transformasi pola pikir dan gaya hidup

masyarakat perkotaan.

Berbagai media seperti televisi, internet, sosial media, berlomba-lomba

hadir untuk menawarkan berbagai macam tontonan hiburan dan juga

informasi bagi masyarakat. Sehingga perilaku masyarakat tanpa sadar

terbentuk dari berbagai macam informasi dari tontonan yang mereka saksikan

tersebut. Pembangunan citra diri masyarakat melalui media massa ini

membangun pengalaman dalam satu ruang dan waktu yang membatasi yang

disebut realitas semu. (Yasraf, 2010)

Semua orang dewasa pasti pernah mengalami masa muda. Hal ini

ditunjukkan pada masa muda ada ciri khas pola perilaku tertentu yang

mereka tunjukkan untuk identitas dirinya.

Page 16: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

2

Sebuah fenomena hidup yang tercipta, melalui segelas kopi ituulah

yang membuat kafe sebagai alternatif gaya hidup yang bisa mereka

dapatkan (Tucker, 2011:6;7). Banyaknya pilihan yang di tawarkan

menjadikan juga banyak pilihan gaya hidup yang bisa untuk di nikmati

khususnya mahasiswa sehingga membuat terikat.(Heryanto, 2008)

Saat mahasiswa memilih kafe sebagai rumah kedua bagi mereka itu

dilandasasi oleh alasan tertentu sehingga, ini menjadi fenomena yang

menarik dan menimbulkan dampak tertentu dan bisa saja berdampak pada

keadaan sosial kita khusunya perubahan gaya hidup,bentuk interaksi, pola

konsumsi. Tak heran jika orang-orang seakan memindahkan kegiantan

sehari-harinya ke kafe.

Hadirnya kafe dalam kehidupan sehari-hari di kota Makassar

khususnya bagi mahasiswa menjadikan salah satu tempat pelarian bagi

mahasiswa ketika jenuh akan tugas-tugas kuliah . Tak heran jika pola

konsumsi itu mulai berubah seiring berekmbangnya zaman dan itu di

tentukan oleh motif dan berbagai kepentingan di dalamnya. (Tomlinson,

1990: 20).

(Ariel Heryanto:2018) mengatakan dalam bukunya identitas dan

kenikmatan, jika dilihat dari kaum yang memang sudah lama seperti kaum

menegah itu menjadi hl yang sudah wajar bagaima mereka.

Kegiatan mengupload apa yang mereka sedang lakukan saat berada di

kafe sudah terkesan bahwa mereka ingin memperlihatkannyan ke dunia

Page 17: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

3

tentang kehidupan mewah yang sedang mereka jalani, dengan

memperlihatkan brand kafe yang cukup dinggap terkenal.

Kaitannya dengan fenomena kafe di era milenial ini adalah bagaimana

remaja yang pada umumnya masih bersekolah ataupun kuliah

membelanjakan uangnya dan berkegiatan sehari-hari. Seperti yang bisa kita

lihat saat mahasiswa melalui perkembangan semua fungsi/aspek untuk

memasuki masa dewasa. Bisa dilihat mahasiswa sekarang lebih menyukai

duduk di kafe bersama teman-teman sebagai cara dirinya untuk meningkatkan

prestise.Bentuk dari manifestasi yang sering mahasiswa lakukan saat berada

di kafe, contohnya saat mereka mengupload foto ke sosial media dan tak lupa

menyertakan tempat, itu semata-mata dilakukan karena mereka ingin terlihat

eksis di depan teman-teman sosial medianya.

Bergaya serba modern sudah menjadi hal yang wajar di lakukan dan

juga memang harus terpenuhi yang harus didahulukan, seperti melakukan

foto-foto, lalu mengunggahnya ke sosial media dan tak lupa juga menyertakan

tempat dimana keberadaanya saat itu, ditambah lagi zaman sekarang sosial

media sudah canggih dan kebanyakan mahasiswa sudah memiliki smartphone

dengan teknologi tinggi yang memudahkan mereka mengekspresikan diri

melalui smartphone canggihnya tersebut, hal ini sesuai dengan pembahasan

dari Lenggogini, Hendradewi, dan Ningrum semakin banyak teman di sosial

media yang diikuti oleh remaja maka semakin banyak pula teman didunia

maya, dan membuat status ataupun memberitahu keberadaan seseorang

melalui gadgetnya.

Page 18: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

4

Mahasiswa diera milenial ini sebagian besar mempunyai motivasi dan

makna tersendiri mengenai kafe dan harga bukan masalah karena mungkin

menghabiskan waktu di kafe sudah merupakan bagian dari gaya hidup.

Terlebih lagi, telah terjadinya suatu perubahan pola gaya hidup di masyarakat,

di mana telah berkembangnya e-business seperti go-food dan grabfood

semakin memudahkan kita dalam membeli makanan atau minuman. Tak

jarang kalangan kaum muda ketika sedang berada di kampus, atau berkumpul

di rumah kerabatnya dan melakukan pembelian melalui go-food atau

grabfood untuk membeli berbagai produk makanan dan minuman.

Berkembangnya e-business saat ini sudah menjadi salah satu bagian dalam

gaya hidup masyarakat.

Kafe telah menjadi fenomena menarik di sejumlah kota besar seperti

Makassar. Keberadaannya langsung pada sejenis gaya hidup eksklusif yang

kemudian mewabah ke berbagai sudut kota, bahkan hingga ke kota-kota kecil.

Bagi masyarakat modern, mengunjungi kafe dan warung kopi sudah menjadi

keharusan dan kebiasaan. Untuk sekedar bersantai atau mencari variasi

hiburan di tengah rutinitas yang padat, duduk sebentar dan minum secangkir

kopi menjadi kenikmatan tersendiri. Berbincang dengan relasi terasa lebih

rileks dan hangat. Kini banyak orang memilih mengadakan pertemuan di kafe

karena tidak terlalu formal dan cukup representatif sehingga suasana

keakraban akan lebih terasa jika dibanding pertemuan yang diadakan di

kantor.

Page 19: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

5

Ramainya kafe menjadikan munculnya berbagai tujuan dan tema

tertentu maka dari itu pemilik kafe berlomba-lomba untuk mendesain kafenya

sedemikian rupa agar tampak menarik di mata konsumen, seperti desain kafe

yang menyediakan wifi, iringan music dan desain-desain yang tampak

elegant. Jadi tak heran jika banyak orang yang menajdikan kafe sebagai

tempat untuk menghilangkan rasa capek.

Tipe dari mahasiswa adalah mudah, meniru gaya dari orang lain. Selain

itu, juga dipicu oleh program-program yang ditayangkan oleh televisi.

Kehidupan sinetron yang kerap menampilkan hidup mewah dan cara instan

telah menjadi tren baru bagi remaja. Siapapun yang terpengaruhi dengan gaya

hidup sinetron itu, maka mendapat label atau cap tidak gaul dan tidak funky.

Sebuah nama yang sangat memalukan bagi mereka, karena itu sependapat

mungkin harus dihindari. Kebutuhan hidup yang tercipta, akibat keinginan

mengejar “syahwat” kenikmatan duniawi, bercampur dengan budaya instan,

membuat para remaja seringkali mendorong diri kedalam perilaku

menyimpang. Hasrat untuk memiliki barang-barang mewah mungkin menjadi

masalah bagi anak-anak orang kaya.

Orang tua sanggup mewujudkan dari yang mereka inginkan. Tapi

bagaimana dengan, remaja dari keluarga pas-pasan? Ketika keinginan

memiliki handphone, sementara estimasi dari orang tua tidak ada, makan

akan menjadi dorongan tersendiri bagi remaja yang, ingin menjadi seperti

teman-temanya yang mampu, atau berkecukupan. Gaya mahasiswa yang

Page 20: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

6

akan ditinjau oleh peneliti adalah gaya hidup remaja yang sering

menghabiskan waktunya di kafe.

Apa saja yang mereka lakukan di dalam kafe sehingga menghabiskan

waktu yang cukup lama di dalam kafe hanya untuk berbincang, ataupun

melakukan aktivitas lain di dalam kafe. Berkembangnya kafe juga ditandai

saat ramainya pengujung pada jam-jam larut malam. Kafe disini sudah

menjadi lambing dari mahasiswa di kota Makassar. Kafe bukan hanya

dijadikan tempat nongkrong bagi mereka, tetapi juga di jadikan tempat untuk

betemu entah itu sahabat atau bahkan juga pasangan.

Hampir setiap hari kafe-kafe di kota Makassar selalu penuh oleh

mahasiswa. Bahkan sebagian dari mereka, menghabiskan waktu yang lama

hanya untuk nongkrong di dalam kafe. Kafe adalah kedai kopi atau tempat

untuk minum kopi, pengunjungnya bisa memesan beberapa minuman selain

kopi, bahkan makanan yang disajikan oleh penyedia kafe itu sendiri.

Mahasiswa adalah salah satu konsumen sasaran bagi kafe, di samping

pekerja kantoran, ibu-ibu, serta segmen masyarakat yang lain. Mahasiswa

dengan segala latar belakangnya merupakan konsumen yang menjanjikan

karena mereka dalam aktivitasnya membutuhkan tempat sebagai sarana untuk

bersosialisasi, berkumpul, bercengkrama, baik dengan teman-teman secara

beramai-ramai atau hanya berdua, misalnya dengan pacar.

Karena mahasiswa adalah mereka yang belum berpenghasilan, maka

dalam pemilihan tempat apakah kafe sesuai dengan uang saku yang diterima

dari orang tua. Dalam konteks sekarang ini identitas mahasiswa telah bergeser

Page 21: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

7

karena lingkungan manusia di tempat dia berada memiliki magnet sosial yang

mampu mempengaruhi mahasiswa larut didalamnya salah satunya hadirnya

kafe yang melahirkan hedonisme. Terkait permasalahan tersebut peneliti

maka timbul motivasi peneliti dan telah mengkaji terkait:

“Mahasiswa dan Kafetaria (Perilaku Simbolik Mahasiswa Berkunjung

di Cafe Titik Kumpul Kota Makassar)”.

B. . Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan terlebih

dahulu maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

1 Bagaimana perspektif mahasiswa terhadap kafe Titik Kumpul Makassar?

2 Bagaimana perilaku simbolik mahasiswa saat berkunjung di kafe Titik

Kumpul Makassar?

C. .Tujuan Penelitian

Merujuk pada rumusan masalah. penelitian tersebut di atas Adapun tujuan

penelitian. ini adalah:

1 Untuk mengetahu.i perspektif mahasiswa terhadap kafe di kota Makassar

2 Untuk mengetahui perilaku simbolik mahasiswa saat berkunjung di kafe

D.Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Page 22: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

8

Penelitian ini dapat memperlengkap khasanah keilmuan yang berkaitan

dengan mahasiswa dan kafetaria.

b. Manfaat Praktis

Peneliti ini bertujuan untuk hal apa saja yang menajadi keperluan konsumen

atau para pengunjung kafe, sehingga pada nantinya pemilik kafe, dapat

menjadikannya acuan untuk mengembangkan usahanya.

E. Definisi Operasional

1. Mahasiswa

Mahasiswa yang arti formalnya, adalah seseorang yang terdaftar di suatu

Perguruan tinggi negeri atau, swasta yang mengikuti semester berjalan dan

makna. filosofinya adalah ‘’seorang yang mencari tahu tentang kebenaran dan

berusaha membuktikan kebenaran tersebut’’. Mahasiswa berasal dari kata

‘maha’ yaitu agung, besar dan ‘siswa yang berarti orang yang sedang belajar

di suatu institusi seperti Pendidikan tinggi.

2. Kafe

Kafe merupakan tempat untuk berbincang-bincang dan bersantai di mana

pengunjung dapat memesan makanan dan minuman. Kafe disini masuk

kedalam tipe restoran namun lebih mengutamakan suasana yang rileks, dan

nyaman bagi pengunjung, tersedia juga tempat duduk yang nyaman disertai

alunan musik.

3. Perilaku Simbolik

Page 23: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

9

Perilaku simbolik adalah suatu bentuk perilaku non-verbal seperti gerakan

isyarat yang dipakai oleh suatu anggota masyarakat untuk saling mengerti

satu sama lain.

Page 24: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Identitas Dan Tipe Mahasiswa

1. Pengertian Identitas Mahasiswa

‘’Identitas mahasiswa terdiri dari kata“Identitas” yang artinya syarat, atau

ciri yang dimiliki sehingga membedakan antara satu dengan yang lain, dan

kata Mahasiswa yang arti formalnya adalah ‘’seseorang yang terdaftar

dalam suatu universitas dan mengikuti semester berjalan dan makna

filosofinya adalah seorang yang mencari tahu tentang kebenaran dan

berusaha membuktikan kebenaran tersebut. Mahasiswa berasal dari kata

‘maha’ yaitu agung, besar dan ‘siswa yang berarti orang yang sedang belajar

di suatu institusi seperti pendidikan tinggi. Ketika kita meninjau hal yang

fundamental dari mahasiswa itu sendiri adalah menciptakan budaya belajar

yang diterjemahkan dari hakikat mahasiswa itu sendiri. Bermahasiswa

seharusnya merupakan, suatu proses pengembangan diri secara acak

(random), yang dissimilar oleh, kebebasan atau kemerdekaan yang

manusiawi di dalam ruang interaksinya. Adapun pengertian Mahasiswa

Menurut Para Ahli yaitu

a. Guardian Of Value

Seorang pelajar tingkat tinggi yang, memiliki peran menjaga

nilai-nilai masyarakat kebenaranya bulat, yakni menjunjung, tinggi

Page 25: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

11

keadilan, kejujuran, integrasi, empati, gotong royong, dan sifat yang

sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Dituntut secara alamiah dan

menjaga nilai-nilai untuk mereka jaga, dan juga sebagai penyebar,

pembawa, dan penyampai, nilai-nilai, serta ilmu yang mereka telah

pelajari.

b. Agent Of Change

‘’Mahasiswa juga bertindak sebagai penggerak yang mengajak seluruh

masyarakat untuk dapat bergerak dalam melakukan perubahan ke arah

yang lebih baik lagi, dengan pertimbangan berbagai ilmu, gagasan, serta

pengetahuan yang mereka miliki. Bukan waktunya lagi sebagai

mahasiswa hanya diam, dan juga tidak peduli dengan permasalahan

banggsa dan juga negarannya, karena dipundak merekalah (mahasiswa)

titik kebangkitan suatu negara atau bangsa diletakan’’

c. Moral Force

Mahasiswa yang tingkat pendidikannya paling tinggi, sehingga

sangat diwajibkan untuk mereka memiliki moral, yang baik pula.

Tingkat kecerdasan seorang mahasiswa akan, disejajarkan dengan

tingkat moralitasnya dalam, kehidupannya. Hail ini yang menyebabkan

mengapa mahasiswa dijadikan kekuatan dari moral bangsa yang

diharapkan mampu menjadi, contoh dan juga penggerak perbaikan

moral pada masyarakat.

Page 26: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

12

d. Menurut KBBI

‘’Mahasiswa adalah seseorang yang belajar di perguruan tinggi,

di dalam struktur pendidikan, di Indonesia mahasiswa memegang status

pendidikan tertinggi diantara yang lain’’

e. Menurut Sarwono (1978 : 23)

Mahasiswa adalah setiap orang yang terdaftar untuk mengikuti

pelajaran di sebuah perguruan tinggi dengan batasan umur,sekitar 18-

30 tahun. Karena memiliki ikatan dengan perguruan tinggi.

Jadi kesimpulanya Identitas Mahasiswa adalah syarat atau ciri

yang dimiliki setiap mahasiswa dengan kejelasan identitas yang

dimiliki, sehingga membedakan mereka dengan murid SD, SMP, dan

siswa SMA.

2. Tipe-Tipe Mahasiswa

Terbagi menjadi 4 yaitu:

a. Tipe Akademik mahasiswa yang memfokuskan dirinya pada kegiatan

perkuliahan saja dan tidak terlalu menyukai kegiatan kampus lainnya.

b. Tipe Organisatoris mahasiswa yang sangat suka berorganisasi baik itu

organisasi kampus maupun organisasi luar kampus, mereka juga sangat

peka dengan kondisi sosial maka tak jarang mereka terjun langsung ke

masyarakat.

Page 27: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

13

c. Tipe Hedonis mahasiswa yang hanya mendahulukan penampilan dan

sangat mengikuti perkembangan zaman.

d. Tipe Aktivis mahasiswa yang dapat di kategorikan akademik tetapi juga

berusaha untuk mengakitkannya dengan keberadaan ilmiah yang

didapat.

3. Sikap dan perilaku mahasiswa.

Sebagai generasi penerus bangsa dan juga sebagai warga negara

mahasiswa harusnya dapat memberikan kepercayaan pada masyarakat,

bahwa dia yang akan menjadi penerus dan mampu untuk meneruskan

kepemimpinan bangsa. Peran mahasiswa sebagai agen perubahan tidak

diragukan lagi, karena di negara, termasuk Indonesia. Maka dari itu,

mahasiswa harus memiliki sikap dan perilaku kritis, kreatif, kooperatif, dan

etis. Sikap dan perilaku yang dimiliki mahasiswa saat sekaarang ini di

butuhkan untuk bersaing di kehidupan yang makin di kuasai oleh global.

a. Sikap perilaku kreatif dan kritis.

Kreatifitas dalah salah satu hal unik yang di milik oleh setiap

individu termaksud mahasiswa. Mereka mampu untuk membuat

sesuatu yang baru. Dan sikap kritis mereka juga dilihat saat mampu

bekerja sama dan mampu untuk menyelesaikan persoalan yang

menantang.

b. Kooperatif

Page 28: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

14

Sikap kooperatif di tandai ketika seseorang mammpu untuk ikut

serta dan aktif dalam berbagai kegiatan.Tak jaarng juga mereka ikut

berkontribusi dalam kegiatan tersebut.Kemampuan untuk

berkomunikasi dan menerima pendapat orang lain.

4. Etis

Sikap etis lebih kepada perilaku jujur, selalu berfikir positif, taat

hukum dan bertatakrama yang baik. Semua itu seperti tidak melalukan

pemalpalsuan dan membangun dan mengembangkan sifat percay, serta

mampu menyampaikan pendapat sesuai kebenaran.

B. Kafe

Kafe berasal dari Bahasa perancis yaitu coffee, yang artinya kopi.

(Oldenburg, 1989:126). Kemudian masuk ke Indonesia menjadi kafe.

(Helyana 2012). Kafe menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah tempat

minum kopi yang pengunjungnya dihibur dengan alunan musik dan atau,

tempat minum yang pengunjungnya dapat memesan berbagai aneka

minuman seperti kopi, atau soft drink dan aneka makanan. Dari berbagai

pengertian ditas kafe dapat di simpulkan sebagai tempat yang nyaman untuk

bersantai, makan, minum kopi dan melepas penat dari berbagai tugas yang

melelahkan.

Penegrtian harapinya lebih pada minum kopi, yang dikenal di

Indonesia temapat untuk menimati kopi. Kafe lwbih pada seperti warung

atau kedai yang menyedikan berbagai jenis makanan dan minum bahkan ada

Page 29: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

15

yang menyediakan koran, buku dan lain sebagainya buka sampai larut

malam. dan bersantai. Jadi dapat disimpulkan bahwa cafe adalah tempat

pertemuan antara individu dengan individu lainya dengan tujuan yang

berbeda-beda.

C. Teori

Adapun penelitian ini menggunakan teori perilaku simbolik,

menggunakan bahwa ada suatu makna yang digunakan untuk memakain

suatu hal yang tidak hanya di sebutkan dengan kata-kata tetapi diungkapkan

dengan simbol yang muncul dari diri individu itu sendiri. Dan simbol itu

digunakan untuk memaknai berbagai hal yang terkadung di dalamnya di

samapikan pada publik.

Mead berpendapat simbol yang terdapat tidak muncul dengan

sendirinya melainkan ada proses pembelajaran yang membuat simbol itu

muncul dan kita tidak hanya menciptakan makna saja.

Berdasarkan apa yang dijadikan dasar dari kehidupan kelompok

manusia atau masyarakat, beberapa ahli dari paham Interaksi simbolik

menunjuk pada “komunikasi” atau secara lebih khusus “simbol-simbol” itu

menjadi kunci untuk memahami kehidupan manusia. Interaksi simbolik

menunjuk pada sifat khas dari interaksi antarmanusia. Artinya manusia

saling mendefinisikan dan menerjemahkan tindakannya, baik dalam

interaksi dengan orang lain maupun diri sendiri. Kesimpulan perilaku

Page 30: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

16

simbolik adalah suatu bentuk perilaku non-verbal yang dipakai oleh suatu

anggota masyarakat yang saling mengerti satu sama lain.

D. Kerangka Pikir

Mahasiswa sebagai generasi muda saat ini mempunyai gaya hidup

baru saat berkunjung ke kafe. Kafe saat ini dijadikan sebagai tempat

berkumpulnya para mahasiswa memiliki perspektif tersendiri untuk

memperlihatkan gaya hidup serba bermerek dan mewah sebagai pesan

simbolik untuk seseorang yang melihatnya, mengingat penilaian orang lain

sangat berpusat pada apa yang tampak, dapat berubah mengunggah

instastory atau foto di berbagai media sosial yang mereka miliki. Sehingga

gaya hidup mewah mereka diketahui oleh orang banyak maupun dunia maya

seperti Instagram, Wa, Facebook, dan sebagainya. Gaya hidup tersebut

tersebut mengakibatkan terjadinya berbagai perilaku mahasiswa saat

berkunjung ke kafe.

Page 31: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

17

MAHASISWA

Kafe

Tempat Hangout Tempat Makan

Tempat Minum

Tempat Belajar

Tempat Bersantai

Peresfektif Kafe Perilaku Mahasiswa

Perilaku Simbolik

Gambar 2.1: Bagan Kerangka Pikir.

Page 32: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

18

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Pada penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif

deskriptif. Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan tidak

dipandu oleh teori, tetapi dipandu oleh fakta-fakta yang penulis temukan pada

saat dilapangan. Oleh karena itu, analisis data yang dilakukan bersifat induktif

berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan dan kemudian dapat dikonstruksikan

menjadi hipotesis dan teori. Pendekatan kualitatif tidak mengandalkan bukti

berdasarkan logika sistematis, prinsip angka atau metode statistic

pembicaraan yang sebenarnya, isyarat dan Tindakan sosial lainnya adalah

bahan mental untuk analisis kualitatif.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kafe Titik Kumpul, secara geografis terletak

di Jl. Talasalapang Raya No. 55 Kelurahan Gunung Sari Kecamatan

Rappocini Kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan. Lokasi ini dipilih

karena merupakan salah satu kafe yang sangat menarik bagi peneliti dengan

suasana yang tradisional modern dan lokasinya yang berada di pinggir jalan

sehingga sangat mudah untuk dijangkau para pengunjung khususnya

mahasiswa yang menjadi objek dari penelitian. Dan untuk mempermudah

Page 33: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

19

mendapatkan informasi mengenai Mahasiswa dan Kafetaria (Perilaku

Simbolik Mahasiswa Berkunjung di Cafe Titik Kumpul Kota Makassar).

C. Informan Penelitian

Informan dalam penelitian ini adalah Mahasiswa, Server, Barista,

dan Owner Kafe Titik Kumpul. Menggunakan snowball sampling (bola

salju). Teknik sampling snowball adalah suatu metode yang mengidentifikasi,

memilih dan mengambil sampel dalam suatu jaringan atau rantai hubungan

yang menerus. Peneliti menyajikan suatu jaringan melalui gambar sociogram

berupa gambar lingkaran-lingkaran yang dikaitkan atau dihubungkan dengan

garis-garis. Setiap lingkaran mewakili satu responden atau kasus, dan garis-

garis menunjukkan hubungan antar responden atau antar kasus (Neuman,

2003).

Metode ini digunakan untuk menjelaskan pola-pola sosial atau

komunikasi (sosiometrik) suatu komunitas tertentu. Dalam hal ini penentuan

sampel, pertama-tama peneliti memilih Owner Kafe Titik Kumpul

Talasalapang. Tetapi karena merasa masih kurang terhadap data yang

diberikan, maka peneliti mencari orang lain yang dipandang lebih tahu dan

dapat melengkapi data yang diberikan oleh Owner Kafe Titik Kumpul

Talasalapang, dalam hal ini adalah semua Karyawan dan Mahasiswa yang

mengunjungi Kafe Titik Kumpul Talasalapang.

Dibawah ini merupakan contoh gambar teknik snowball sampling

Page 34: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

20

Gambar 3.1

Dalam menentukan informan penelitian dilakukan dengan cara

melalui keterangan awal orang yang berwenang baik seperti Owner kemudian

melangkah ke informan selanjutnya.

Berdasarkan pendapat diatas ditarik kesimpulan bahwa tujuannya

adalah agar peneliti dapat memperoleh informasi yang akurat dan benar-benar

memenuhi persyaratan karena informan tersebut mengetahui secara lengkap

tentang lapangan atau daerah peneliti tersebut. Penentuan sampel dalam

penelitian kualitatif tidak didasarkan perhitungan statistik.

D. Fokus Penelitian

Adapun yang menjadi fokus penelitian dalam penelitian ini adalah

Mahasiswa dan Kafetaria (Perilaku Simbolik Mahasiswa Berkunjung di Cafe

Titik Kumpul Kota Makassar).

E. Jenis Data

Sugiyono (2010: 15) data yang diperlukan dalam penelitian bersumber

dari data primer dan sekunder.

a. Data Primer

Data yang dikumpulkan dalam melalui pengamatan lapangan pada

objek. Untuk melengkapi data, maka melakukan wawancara secara

langsung dan mendalam dengan berpedoman pada daftar pertanyaan

yang telah disiapkan sebagai alat pengumpulan data.

Page 35: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

21

Dalam hal ini sumber data utama (data primer) diperoleh langsung

dari setiap informan yang diwawancarai secara langsung dalam

penelitian.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang telah diperoleh melalui bacaan dan

berbagai macam lainnya terdiri dari surat-surat pribadi, buku harian

sampai dokumentasi-dokumentasi resmi dari berbagai instansi

pemerintah.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam memperoleh data penelitian adalah

berupa, lembar observasi, panduan wawancara, serta catatan dokumentasi

sebagai pendukung dalam penelitian ini.

1. Lembar Observasi.

Berisi catatan-catatan yang diperoleh peneliti pada saat melakukan

pengamatan di lapangan.

2. Pedoman Wawanacara.

Merupakan seperangkat daftar pertanyaan yang sudah disiapkan

oleh peneliti sesuai dengan rumusan masalah dan pertanyaan peneliti

yang akan dijawab melalui proses wawancara.

3. Catatan Dokumentasi.

Page 36: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

22

Dokumentasi adalah pendukung yang dikumpulkan, sebagai

penguatan data observasi dan wawancara yang berupa gambar, grafik,

angka, sesuai dengan kebutuhan peneliti.

G. Teknik Pengumpulan Data

Pada tahap pengumpulan data peneliti menggunakan Teknik

Pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan data primer (data yang

diperoleh langsung dari sumbernya) dan data sekunder (data diperoleh tidak

langsung dari sumbernya) dengan melalui wawancara, observasi, dokumentasi

dan angket.

1. Observasi

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan

pengamatan langsung ke fokus dan objek penelitian. Ada beberapa alasan

mengapa dalam penelitian kualitatif, pengamatan yang dimanfaatkan

sebesar-besarnya seperti yang dikemukakan oleh Guba dan Lincoln

(dalam Moleong, 2005:174-175) yaitu:

a. Teknik pengambilan ini didasarkan atas pengamatan secara

langsung.

b. Teknik pengamatan juga memungkinkan melihat dan mengamati

sendiri kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang

terjadi pada keadaan yang sebenarnya.

Page 37: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

23

c. Pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam

situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proporsional maupun

pengetahuan yang langsung diperoleh dari data.

2. Observasi

Merupakan bagian dari Teknik pengumpulan data di mana

mahasiswa menjadi objek dalam penelitian dan dalam penelitian

tersebut akan dicapai apa menjadi pokok permasalahan yakni

mengetahui apa penyebab terjadinya degradasi fungsi Pendidikan

serta memahami bentuk degradasi fungsi dari Pendidikan

kontemporer.

3. Wawancara

Teknik pengumpulan data primer dari para pihak yang dijadikan

informan penelitian. Teknik wawancara dilakukan dengan mempersiapkan

terlebih dahulu pedoman wawancara tersebut berisi pokok-pokok

pertanyaan terbuka untuk diajukan kepada informan penelitian: Secara

garis besar ada dua macam pedoman wawancara, yaitu:

a. Pedoman wawancara tidak terstruktur, yaitu pedoman wawancara

yang hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan. Dalam hal ini

perlu adanya kreativitas pewawancara sangat diperlukan, bahkan

pedoman wawancara model ini sangat tergantung pada pewawancara.

b. Pedoman wawancara terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang

disusun secara terperinci sehingga menyerupai check-list.

Pewawancara hanya tinggal memberi tanda v (cheek).

Page 38: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

24

Dalam pelaksanaan penelitian di lapangan, wawancara biasanya

wawancara dilaksanakan dalam bentuk ’’semi structured’’. Dimana

interview menanyakan serentetan pertanyaan yang sudah terstruktur,

kemudian satu persatu di perdalam menggali keterangan lebih lanjut.

Dengan model wawancara seperti ini, maka semua variabel yang ingin

digali dalam penelitian akan dapat diperoleh secara lengkap dan

mendalam.

4. Dokumentasi

Data dalam penelitian kualitatif kebanyakan diperoleh dari sumber

manusia atau human resources, melalui observasi dan wawancara.

Bentuk-bentuk dokumen tersebut diatas, melalui observasi dan

wawancara. Bentuk-bentuk dokumen tersebut diatas, bentuk lainnya

adalah foto dan bahan statistik. Dengan menggunakan foto akan dapat

mengungkapkan suatu situasi pada detik tertentu sehingga dapat

memberikan informasi deskriptif yang berlaku saat itu. Foto dibuat dengan

maksud tertentu, misalnya untuk melukiskan kegembiraan atau kesedihan,

kemeriahan, semangat dan situasi psikologis lainya. Foto juga dapat

menggambarkan situasi sosial seperti kemiskinan daerah kumuh, adat

istiadat, penderitaan dan berbagai fenomena sosial lainnya.

H. Teknik Analisa Data

Pada penelitian ini menggunakan Teknik analisis deskriptif kualitatif.

1. Reduksi Data

Page 39: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

25

Reduksi data merupakan salah satu dari teknik analisis data

kualitatif. Reduksi data adalah bentuk analisis yang menajamkan,

menggolongkan, mengarahkan, membuang, yang tidak perlu dan

mengorganisasikan data sedemikian rupa hingga kesimpulan akhir dapat

diambil. Reduksi tidak perlu diartikan sebagai kuantifikasi data.

2. Penyajian Data

Penyajian data merupakan salah satu dari teknik analisis data

kualitatif. Penyajian data adalah kegiatan Ketika sekumpulan informasi

disusun, sehingga memberi kemungkinan akan adanya penarikan

kesimpulan. Bentuk penyajian data kualitatif berupa teks naratif (berbentuk

catatan lapangan), matriks, grafik, jaringan dan bagan.

Dengan adanya penyajian data, maka akan memudahkan untuk

memahami apa yang terjadi, dan merencanakan kerja selanjutnya oleh

Miles dan Huberman disarankan agar dalam melakukan display data,

selain dengan teks yang, naratif, juga dapat berupa grafik, matrik, network

(jaringan kerja), dan chart.

3. Penarikan kesimpulan/Verifikasi.

Penarikan kesimpulan merupakan salah sau dari teknik analisis data

kualitatif. Penarikan kesimpulan adalah hasil analisis yang dapat digunakan

untuk mengambil Tindakan.

Page 40: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

26

Langkah ketiga dalam analisis data dalam penelitian kualitatif menurut

Miles dan Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan

mengalami perubahan apabila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang

mengalami pada tahap pengumpulan data berikutnya.

Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal

didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti Kembali ke

lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan

merupakan kesimpulan yang dapat dipercaya.

Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin

dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi

mungkin juga tidak. Mengapa bisa demikian? Karena seperti telah

dikemukakan di atas bahwa masalah dan rumusan dalam penelitian kualitatif

masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti berada di

lapangan.

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang

sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran

suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau, bahkan gelap,

sehingga setelah diteliti menjadi jelas. Kesimpulan ini dapat berupa hubungan

kausal atau interaktif, maupun hipotesis atau teori.

I. Teknik Keabsahan Data

Sugiyono (2012:369), dalam penelitian ini, Teknik keabsahan data yang

digunakan adalah triangulasi (peer debriefing). Triangulasi dalam pemeriksaan

Page 41: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

27

keabsahan data diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan

berbagai cara dan berbagai waktu. Teknik keabsahan data dalam penelitian ini,

dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Triangulasi sumber, untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara

mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.

2. Triangulasi Teknik, untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara

mengecek data kepada sumber yang sama dengan Teknik yang berbeda.

3. Triangulasi waktu, untuk menguji kredibilitas data dapat dilakukan dengan

cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi atau Teknik

lain dalam waktu atau situasi yang berbeda.

J. Etika Penelitian.

Etika penelitian merupakan hal yang penting dalam penelitian. Oleh

karena itu maka segi etika harus diperhatikan. Masalah etika yang harus

diperhatikan. Masalah etika yang diperhatikan antara lain:

1. Informed Consent (Surat persetujuan)

Informed Consent diberikan sebelum melakukan penelitian informed

consent ini berupa lembar persetujuan untuk menjadi respoden. Pemberi

informed dan consent ini bertujuan penelitian serta mengerti jdampaknya.

Jika tidak bersedia maka peneliti harus menghormati hak responden atau

subjek bersedia maka harus menandatangani lembar persetjuan.

2.Anonymity (tanpa nama)

Masalah etika merupakan masalah yang memberikan jaminan dan

penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau

Page 42: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

28

mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya

menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang

disajikan.

3.Confidentiality (kerahasian)

Semua informasi yang telah dikumpulkan maupun masalah-masalah

lainnya dijamin kerasahasinya oleh peneliti, hanya data tertentu yang akan

dilaporkan pada hasil penelitian.

4.Jujur

Jujur yaitu dalam pengumpulan bahan pustaka, pengumpulan data,

pelaksanaan metode, dan prosedur penelitian, publikasi hasil jujur pada

kekurangan atau kegagalan metode yang dilakukan. Hargai rekan peneliti,

jangan mengklaim pekerjaan yang bukan pekerjaan anda.

5.Obyektifitas

Upaya Meminimalisasi kesalahan dalam rancangan percobaan, analisis dan

interpretasi data, penilaian, ahli/rekan peneliti, keputusan pribadi, pengaruh

pemberi dana/sponsor peneliti.

6.Integritas

Tepati selalu janji dan perjanjian, lakukan dengan tulus upayakan selalu

menjaga konsistensi pikiran dan perbuatan.

7.Keterbukaan

Secara terbuka, saling berbagi data, hasil, ide, alat, dan sumber daya peneliti

terbuka terhadap kritik dan ide-ide baru.

Page 43: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

29

BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kota Makassar merupakan salah satu pemerintah kota dalam

wilayah Provinsi Sulawesi Selatan yang berbentuk berdasarkan Undang-

undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-daerah

Tingkat II di Sulawesi, sebagaimana yang tercantum lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 74 dan Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 1822.

Kota Makassar menjadi ibukota, Provinsi Sulawesi Selatan

berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1965, (Lembaran Negara

Tahun 1965 Nomor 94), kemudian berdasarkan Undang-Undang Nomor 8

Tahun 1965 Daerah Tingkat II Kotapraja Makassar diubah menjadi Daerah

Tingkat II Kotamadya Makassar. Kota Makassar yang pada tanggal 31

Agustus 1971 berubah nama menjadi 175,77 km2 dengan mengadopsi

sebagian wilayah kabupaten lain yaitu, Gowa, Maros, dan Pangkajene

Kepulauan, hal ini berdasarkan ‘’Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun

1971 tentang Perubahan batas-batas daerah Kotamadya Makassar dan

Kabupaten Gowa, Maros dan Pangkajene dan Kepulauan, lingkup Daerah

Provinsi Sulawesi Selatan’’.

Page 44: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

30

Pada perkembangan, nama Kota Makassar dikembalikan lagi

berdasarkan ‘’Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 1999 tentang

Perubahan Nama Kotamadya Ujung Pandang menjadi Kota Makassar, hal

ini atas keinginan masyarakat yang didukung DPRD Tk.II Ujung Pandang

saat itu, serta masukan dari kalangan budayawan, seniman, sejarawan,

pemerhati hukum dan pelaku bisnis’’.

Hingga Tahun 2013 Kota Makassar telah berusia 406 tahun sesuai

‘’Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2000 yang menetapkan hari jadi Kota

Makassar tanggal 9 November 1607, terus berbenah diri menjadi sebuah

Kota Dunia’’ yang berperan tidak hanya sebagai pusat perdagangan dan jasa

tetapi juga sebagai pusat kegiatan industri, pusat kegiatan pemerintahan,

pusat Kesehatan, simpul jasa angkutan barang dan penumpang baik darat,

laut maupun udara.

Batas-batas administrasi Kota Makassar adalah:

▪ Batas Utara: Kabupaten Maros

▪ Batas Timur: Kabupaten Maros

▪ Batas Selatan: Kabupaten Gowa dan Kabupaten Takalar

▪ Batas Barat: Selat Makassar

Secara administratif Kota Makassar terbagi atas 14 Kecamatan dan

143 Kelurahan. Bagian utara kota terdiri atas Kecamatan Biringkanaya,

Kecamatan Tamalanrea, Kecamatan Tallo, dan Kecamatan Ujung Tanah. Di

Page 45: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

31

bagian selatan terdiri atas Kecamatan Tamalate dan Kecamatan Rappocini.

Di bagian Timur terbagi atas Kecamatan Manggala dan Kecamatan

Panakkukang. Bagian barat adalah Kecamatan Wajo, Kecamatan Bontoala,

Kecamatan Ujung Pandang, Kecamatan Makassar, Kecamatan Mamajang,

dan Kecamatan Mariso. Rincian luas masing-masing kecamatan,

diperbandingkan dengan persentase luas wilayah Kota Makassar sebagai

berikut:

Tabel 4.1. Luas Wilayah dan Persentase terhadap Luas Wilayah

Menurut Kecamatan di Kota Makassar Tahun 2013

(Sumber: RPJM Daerah Kota Makassar Tahun 2014 -

2019, diakses pada tanggal 14 Oktober 2020 Pukul

23.01)

Page 46: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

32

Secara administratif, 14 Kecamatan dan 143 Kelurahan di Kota

Makassar dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Gambar 4.1 Peta Kecamatan di Kota Makassar

(Sumber: RPJM Daerah Kota Makassar Tahun 2014 -

2019, diakses pada tanggal 14 Oktober 2020 Pukul 23.01)

Kota Makassar yang merupakan Ibukota Provinsi Sulawesi

Selatan terletak di Pantai Barat pulau Sulawesi berada dalam titik koordinat

119° 18’ 30,18" sampai dengan 119°32'31,03" BT dan 5°00' 30,18" sampai

dengan 5°14’ 6,49" LS. Sesuai dengan karakteristik fisik dan

perkembangannya, salah satu kecamatan yang menjadi lokasi penelitian

yaitu kecamatan Rappocini. Penggunaan lahan di kecamatan Rappocini

hampir seluruhnya diperuntukkan sebagai kawasan pemukiman. Luas

wilayahnya 9,23 km2 atau sekitar 5,25% dari luas keseluruhan Kota

Makassar. Topografi wilayahnya dataran rendah dengan elevasi 2-6 m di

atas permukaan laut sehingga peruntukan lahan di kecamatan ini dominan

pemukiman. Persentase penggunaan lahan sebagai kawasan pemukiman

Page 47: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

33

sangat besar hampir 65% sedangkan penggunaan lahan di sektor pertanian

sebagai lahan sawah hanya seluas 20 ha (17 ha luas lahan panen).

Maraknya kafe di kota Makassar Terkhusus di wilayah Jalan

Talasalapang Kec. Rappocini yang beraneka ragam bentuk dan pelayanan,

menumbuhkan persaingan ketat antar sesama pelaku usaha ini. Strategi

yang mereka gunakan dengan menyediakan berbagai macam fasilitas yang

membuat pengunjung kafe yang sesuai dengan kebutuhan gaya hidup kaum

milenial sekarang ini.

Di sini peneliti mengambil sampel salah satu kafe yang berada di

wilayah Kecamatan Rappocini, yang merupakan salah satu cafe yang

menarik bagi peneliti dengan suasana yang tradisional modern dan

lokasinya yang sangat berada di pinggir jalan sehingga sangat mudah untuk

dijangkau mata para pengunjung. Kafe tersebut bernama Kafe Titik

Kumpul, berada di jalan Talasalapang Raya.

1. Sejarah Kafe Titik Kumpul

Gambar 4.2 Cafe Titik Kumpul

(Sumber: Google Street View, diakses pada tanggal 02

Oktober 2020 Pukul 22.01)

Page 48: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

34

Berkembangnya kafe akhir-akhir ini muncul berbagai tujuan dan

tema misalnya muncul berbagai macam desain kafe dengan iringan musik,

terjangkaunya harga sehingga menarik minat para konsumen dan makanan

cepat saji yang disedikan oleh pemilik kafe.Dan ini membuat minat pemilik

kafe yang unik untuk memberikan desain yang elegant.Maka akan

membuat para pengujungnya untuk belomba-lomba untuk datang dan

menikmati berbagai macam fasilitas yang disediahkan.Seperti bersantai dan

bertemu dengan pasangan.

Cafe Titik Kumpul yang sebelumnya bernama De Jazz Coffee Shop

adalah salah satu diantara banyaknya Kafe di Kota Makassar yang sering

dikunjungi kalangan muda. Berlokasi di Jl Tallasalapang no 55, Kafe ini

juga sering digunakan sebagai tempat bazar, belajar musik hingga hangout.

Kafe Titik Kumpul Berlokasi di Jl Tallasalapang No. 55 Kelurahan

Gunung Sari Kecamatan Rappocini Kota Makassar.

Gambar 4.3 Lokasi Penelitian

(Sumber: Google Maps, diakses pada tanggal 02 Oktober Pukul 22.54)

Didirikan sejak 2016 oleh Irfan Jaya (37) asal Kabupaten Soppeng,

Sulawesi Selatan. Irfan begitu cinta dengan musik Jazz saat sedang berkarir

Page 49: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

35

di Jakarta. Kafe ini menawarkan desain konsep interior modern, tradisional

dan klasik. Meja yang disuguhkan dalam Kafe ini merupakan meja bekas

mesin jahit. Dan Kursi yang terbuat dari kayu dan dihiasi lukisan-lukisan

unik. Di Dinding di Kafe ini juga dihiasi enam buah gitar yang bisa

digunakan.

Kafe titik kumpul merupakan salah satu tempat hangout paling asik

untuk milenial adalah Kafe. Selain sebagai tempat paling bertukar cerita tak

jarang Kafe juga ditempati sebagai wadah belajar musik, hingga diskusi.

Dan kemudian inilah yang menjadikan daya Tarik mahasiswa mendatangi

salah satu Kafe ternama di kota Makassar.

Selain dengan daya tarik yang mengundang mahasiswa untuk

berkunjung, lokasi kafe juga berada di pinggir jalan menjadikan kafe ini

menjadi sangat strategis dan menjadi pilihan beberapa mahasiswa untuk

berkunjung dan hangout di tempat ini.

2. Keadaan Pekerja Kafe Titik Kumpul Makassar

Kafe titik kumpul memiliki 5 karyawan yang terdiri dari Manajer,

Barista, dan Waiters. Sebagian besar pengunjung adalah mahasiswa yang

sangat gemar hangout dan mendengarkan musik, karena sesuai dengan tema

dari design tempatnya yang menggambarkan tentang musik dan suasana

yang sangat nyaman.

Kafe titik kumpul memiliki 6 karyawan yang terdiri dari Owner,

Manajer, Barista, dan Server. Sebagian besar pengunjung adalah mahasiswa

yang sangat gemar hangout dan mendengarkan musik, karena sesuai dengan

Page 50: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

36

tema dari design tempatnya yang menggambarkan tentang musik dan

suasana yang sangat nyaman.

Tabel Keadaan Pekerja Kafe Titik Kumpul Makassar

No Nama Karyawan Jabatan

1 Irfan Jaya Owner

2 Taufik Akbar Manager

3 Aum Mathalata Kepala Barista

4 Syaifullah Barista

5 Sri Andi Pratiwi Kepala Server

6 Nita Server

Tabel 4.2 Tabel Keadaan Pekerja Kafe Titik Kumpul Makassar

Page 51: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

37

BAB V

HASIL PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

1. Perspektif Mahasiswa Terhadap Kafe Titik Kumpul Makassar

Berkembangnya kafe di setiap tahunya menjadikan

banyaknya orang memanfaatkan sebagai pelarian untuk melepas penat

dan sangat disukai oleh banyak kalangan khsuusnyan mahasiswa,

apalagi mahasiswa yang memilik tangka ekonomi yang terbilang tinggi

dan sangat mammpu mengikuti arus perkembangan zaman.

Semakin pesatnya kafe yang ada di kota Makassar dengan

berbagai macam bentuk dan pelayananya, seakan memberikan kesan

persaingan antar sesama peengusaha yag berkecimbung di kafe. Sang

pemilik kafe bersaing dengan strategi penjulan dengan memberikan

fasilitas yang memuakan dan membuat mereka betah berlama-lama.

Menurut pengamat peneliti, ada banyak jenis orang yang

mengunjungi kafe mulai dari mereka yang ingin main game, bersantai,

nongkrong, atau bahkan hanyak sekedar makan saja lalu pulang, hal ini

terajdi karena si pemilik kafe menyediakan akses internet seperti fife di

kafe Titik Kumpul. Lewat fasilitas wifi, di kafe Titik Kumpul bisa

berselancar di dunia maya secara gratis’’. Jadi yang mendasari

munculnya konstuksi sosial ini ialah karena mereka mempunyai minat

dan keinginan dari setiap individu yang dinggap menarik bagi mereka

Page 52: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

38

otomatis ini menajdikan munculnay gaya hidup dan menjadikan itu

semua sebagai peresfektif tentang kafe.

Maka dari itu timbul ,motivasi peneliti untuk meneliti apakah

sebenarnya mahasiswa berkunjung ke kafe hanya semata-mata untuk

untuk nongkrong,makan,minum, menikmati fasilitas kafe, bertemu

dengan pasangan atau ada maksud lainnya sehingga mereka betah

berlama-lama di kafe. Karena yang kita ketahui kafe merupakan tempay

yang ketika kita berkunjung menuntut konsumen untuk mengerlurkan

biaya yang terbilang mahal dan yang kita ketahui juga jika seorang

mahasiswa yang berkunjung dan mereka masih mengharpakan kiriman

dari orang tua adalah hal yang sangat tidak wajar. Kemudian muncul

juga pertanyaan mengapa mahasiswa lebih memilih kafe dibadingkan

dengan tempat-tempat lain seeprti warkop (warung kopi). Dari

pernyataan diatas melatar belakangi peneliti untuk meneliti fenomena

yang terjadi dan mendapat 4 poin penting diantaranya sebagai berikut:

a. Nongkrong (Hangout)

“Salah satu faktor yang mempengaruhi gaya hidup adalah

konsep diri”. Seperti yang dikatakan Sarwono, ‘’konsep diri sangat

berpengaruh pada gaya hidup sesseorang’’ tentang bagimana kit

akita untuk menunjukkan diri kita maka gaya hidup itu harus kita

jalani dengan sesuai apa yang tampak di dalam diri kita contoh

sesorang yang gaya hidupnya seorang tokoh agama maka dia bersifat

Page 53: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

39

dengan peneuh kesederanaan dan rasa syukur yang tinggi, atau maka

dia menerpapkan pola hidup sehat pada diirnya. Jadi kalua dia

mahasiswa konsep dirinya adalah komsumtif. Gaya hidup seorang

mahasiswa telah bergeser di pengaruhi oleh lingkungan sosial yang

membawa mahasiswa kesifat hedonism yang menjadikan

mahasiswa bersikap komsumtif.

Maka demikian, telah terjadi sebuah dorongan yang

mengakibatkan kafe menjadi sebuag trend di kalangan mahasiswa.

Dibawah ini adalah data hasil wawancara yang di peroleh dari

beberapa informan penelitian. Disini informan penelitian kurang

memberikan penjelesan yang spesifik mengenai terkait kafe itu

sendiri, ada berbagai macam jawaban yang di keluarkan para

informan penelitian itu juga berdasarkan apa yang mereka lihat dan

rasakan saja. Sehingga peneliti hanya dapat menyimpulkan bahwa

kafe di mata mereka hanya sebuah tempat untuk nongkrong.

Dari hasil wawancara kepada salah satu narasumber yang berinisial

(M) mengatakan bawa:

“Kafe adalah tempat mengerjakan tugas dan hangout

bersama teman saat lagi ada waktu kosong”. (Wawancara

Informan Inisial M, 2 Oktober 2020)

Kemudian informan inisial (AA) mengemukaktelahan tentang kafe

itu sendiri :

Page 54: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

40

“Kafe sih menurutku toh tempat nongki-nongki sama anak-

anak kalau lagi bosanki di kos, terus kafe juga tempat

menikmati minuman sama makanan ringan, tapi tergantungji

iyya karena ada kafe juga yang menyediakan makanan berat

terus kafe selalu identic dengan kopi”. (Wawancara Informan

Inisial AA, 15 Oktober 2020)

Hasil wawancara di atas juga bahwa sebagian besar

narasumber hanya memberikan pengertian tentang apa yang mereka

lakukan di kafe dan bahkan masih ada beberapa yang bingung

tentang pengertian kafe itu sendiri, kebanyakan memberikan

pengertian tidak jauh beda dengan apa yang disampaikan oleh

informan berinisial (M) yaitu kafe merupakan tempat mengisi waktu

luang (kosong).

Gaya hidup dijadikan konteks dalam berkkafetari setiap

individu yang hangout di kafe yang memiliki kepentingan masing-

masing berkunjung di kafe tidak terbatas untuk tempat hangout Ada

berbagai macam konsep kafe, mulai dari konsep yang tradisional

sampai dengan konsep yang telah menyesuaikan diri dengan budaya

kekinian sehingga menjadikan mahasiswa bersikap hedon.

Hedonisme merupakan sebuah pandagan yang meganggap

materi adalah segala-galanya dan merupakan sebuah tujuan hidup.

Penganut pendangan ini sering bepesata pora, bersenang-senang

Page 55: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

41

tidak peduli orang lain suka atau tidak, karena mereka bilang hidup

hanyalah sekali jadi kenapa tidak untuk hari ini sehingga ia

menikamti hidupnya senikmat-nikmatnya dan sesuka hatinya.

Pengaruh budaya asing yang masuk ke Indonesia membuat

pengaruh besar terhadap kepemudahaan di negara kita dan sangat

lebih mendominasi. (Sunarto: 2016, 128).

Hedonisme, sudah sangat menjadi hal yang wajar tercermin

dari perilaku muda-mudi setiap harinya. Kumpulan mahasiswa

berlomba-lomba untuk bisa hidup mewah, bersenang-senang,

menghabiskan uang mereka dan nongkrong di kafe, dan ta mungkin

jika ini yang membuat banyaknya sekarang berkembang kafe,mall

dan tempat-tempat nongkrong lainnya.

Berkembangnya hedonism di kalangan mahasiswa ini karena

di pengaruhi faktor lingkungan yang membuat mereka meniru gaya

hidup yang orang-orang asing tau orang terkenal dan tak jarang juga

dari mereka ingin ikut tenar . Sekarang ini banyak sekali ajang yang

menawarkan untuk bisa memperoleh popularitas dengan cara yang

instant. Beberapa ahli berpedapat bahwa hedonisme tidak bisa di di

sangkal sebab manusia selalu terkit dengan perasaan tidak enak, dan

inilah yang membuat mperasaan di dalam manusia selalu muncul

perasaan tidak enak . (Sunatra: 2016, 130).

“hedonisme adalah doktrin yang menyatakan bahwa

kesenangan adalah hal yang paling penting dalam hidup, atau

Page 56: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

42

hedonisme adalah paham yang dianut oleh orang-orang yang

mencari kesenangan hidup semata-mata”.Terkait dengan pendapat

Collin Gem diatas melenceng dari apa yang sebenarnya makna dari

gaya hidup hedonism dan sama sekali sangat bertentang dengan

tujuan Pendidikan bangsa kita.

Filsuf Epicurus (341-279 SM) yang mempopulerkan paham

hedonism, suatu paham yang menganggap kesenangan dan

kenikmatan materi adalah tujuan yang paling utama dalam hidup.

Filsafatnya dititik beratkan pada etika yang memberikan ketenangan

batin. Kalau manusia mempunyai ketenangan batin, maka manusia

mencapai tujuan hidupnya. Tujuan hidup manusia adalah hedon,

kenikmatan, kepuasan. Ketenangan batin diperoleh dengan

memuaskan keinginannya. Manusia harus dapat memlih keinginan

yang memberikan kepuasan secara mendalam.

Menurut Burhanuddin (1997:81), hedonism adlah sesuatu itu

dinggap jelas bahwa sesuatu yang hanya mendatangkan kesusahan,

penderitaan dan tidak menyenangkan, dengan sendirinya dinilai

tidak baik. Orang-orang mengatakan ini, dengan sendirinya,

menganggap atau menjadikan kesenangan itu sebagai tujuan

hidupnya.

Menurut Aristoteles dalam Russell (2004:243) kenikmatan berbeda

dengan kebahagiaan, sebab tak mungkin ada kebahagiaan tanpa

Page 57: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

43

adanya kenikmataan. Yang mengatakan tiga pandangan tentang

kenikmatan:

1. Bahwa kenikmatan tidak baik;

2. Bahwa beberapa kenikmatan baik, namun

sebagian besar buruk;

3. Bahwa kenikmatan baik, namun bukan yang

terbaik.

Aristoteles menolak pendapat yang pertama dengan alas an

bahwa penderitaan sudah pasti buruk, seningga kenikmataan

tentunya baik. Dengan tepatnya ia katakana bahwa tak masuk akal

jika dikatakan bahwa manusia bisa Bahagia dalam penderitaan,

nasib baik yang sifatnya lahiriyah, sampai taraf tertentu, perlu bagi

terwujudnya kebahagiaan. Ia pun menyangkal pandangan bahwa

semua kenikmatan besifat jasmaniah, segala sesuatu mengandung

unsur rohani, dan kesenangan mengandung sekian kemungkinan

untuk mencapai yang masih tersisa. Selanjutnya ia menyatakan

kenikmatan buruk akan tetapi itu bukanlah kenikmatan yang

dirasakan oleh orang-orang yang baik, mungkin saja kenikmatan

yang dirasakan oleh orang-orang yang baik, mungkin saja berbeda-

beda jenisnya dan kenikmatan baik buruk tergantung pada apakah

kenikmatan itu berkaitan dengan aktivitas yang baik atau buruk.

Hedonisme sebagai suatu ‘’budaya’’ yang di dalamnya

terdapat dimensi kepuasan materi sebagai tujuan utama menicu dan

Page 58: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

44

mengacu pada pemanfaatan alam, dan atau melakukan aktivitas

hidup yang jauh dari dimensi spiritual atau moralitas. Kesadaran

akan nilai-nilai etika dan moralitas yang rendah dalam mencapai

tujuan hidup memberikan kepuasan sesaat, dan dampak negatif yang

sangat panjang.

Setelah mengajukan beberapa perntanyaan kepada informan,

peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa dari sekian banyakya

aktivitas yang dilakukan mahasiswa saat beradaa di kafe Titik

Kumpu, sebagian dari mahasiswa menunjukkan sifat hedon, itu

terlihat saat mereka memamerakan aktivitas komsumtif mereka di

media sosial.

b. Diskusi dan Belajar

Ada beberapa mahasiswa yang menjadikan kafe sebagai

tempat silaturahmi dengan teman-teman lamanya, mengerjakan

tugas, ataupun berdiskusi. Jadi intiya apapun yang mereka lakukan

selagi alasannya masih dalam batas wajar, itu tidak masalah.

Mahasiswa yang lebih sering menghabiskan waktu di kafe dibading

dirumah, dianggap sebagai sesuatu yang positif, hal itu juga salah

satu kebiasaan yang baik karena ketika berkumpul dengan teman-

temannya mereka tidak hanya sekedar menghabiskan waktu saja

namun juga melakukan hal-hal yang bermanfaat yang dapat

menunjang karir dan masa depan, misalnya mereka berdiskusi

Page 59: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

45

tentang bisnis, mengerjakan tugas, dan agenda-agenda yang berbaur

positif.

Setiap mahasiswa mempunyai kebutuhan dan alas an yang

berbeda-beda ketika peneliti bertanya tentang seberapa

berpengaruhnya kafe bagi mereka, alasan itu juga berpengaruh

terhadap tindakan informan berkunjung ke kafe di setiap harinya.

Ada beberapa dari mahasiswa yang mengatakan mereka ke kafe

disetiap harinya, ada juga yang hanya mengikuti suasana hati tanpa

harus menyusan jadwal terlebih dahulu dan bahkan ada juga yang

berdiskusi dan mengerjakan tugas kuliah.

Seperti wawancara dari salah satu informan yang berinisial

(AT) menyampaikan bahwa:

“Rata-rata sih kerja tugas apa lagikan saat ini eee sistemnya

yah kuliah online yah jadi kebanyakan main di warkop (Kafe

titik kumpul) yah itu sih online.” (Wawancara Informan Inisial

AT, 11 Oktober 2020)

Dan kemudian diperjelas oleh informan selanjutnya yang berinisial

(A) mengatakan:

“Tergantung, ada mahasiswa yang datang untuk apa, untuk

kerja tugas, fokus kerja tugas, terus ada juga mahasiswa

datang hanya untuk eee mengisi rasa bosannya. Yah dia

datang karena bosan di rumah, ada sosok suasana baru ketika

mereka datang ke sini. Kemudian ada yang main game, live di

Page 60: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

46

instagram atau-pun ngumpul-ngumpul bareng temennya.”

(Wawancara Informan Inisial A, 11 Oktober 2020)

Keputusan mengujungi kafe memang pada dasarnya muncul

dari diri sendiri tetapi disamping itu ada yang menjadi dorongan

memilih keputusan tersebut. Contohnya mereka diajak oleh sahabat

dan teman bergaul setiap harinya, apapun yang dilakukan oleh

temnya mereka berusaha untuk ikut serta dalam , termaksud dalam

menghabiskan waktu dan memanfaatkan waktu dengan baik. Seperti

ada mahasiswa yang menghabiskan waktu di kafe dengan berdiskusi

dan belajar.

c. Makan dan minum

Kebutuhan modernisasi kafe tidak hanya sebatas tempat

hangout saja bagi mahasiswa, tetapi juga di jadikan sebagai tempat

rapat yang nyaman, sebagai tempat menikmati menu makanan,

dengan makanan cepat saji. Yang uniknya pada saat malam harinya

tempat ini malah dibanjiri oleh para mahasiswa, apalagi pada mala

minggu menurut karyawan kafe kesukaan mahasiswa menikmati

kopi karena barista di kafe ini sangat pandai meracik kopi.

Seperti tanggapan yang disampaikan oleh Informan berinisial (A)

menyampaikan bahwa:

Page 61: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

47

“Cafe itu tempat untuk bersantai untuk melepas lelah

seharian, dimana cafe itu menurut saya tempat yang paling

nyaman setelah rumah”. (Wawancara Informan Inisial A, 9

Oktober 2020)

Selanjutnya tanggapan yang disampaikan oleh Informan berinisial

(M) menyampaikan bahwa:

“Kalau menurutku pribadi cafe tempat untuk bersantai jika

terlalu jenuh akan tugas kuliah”. (Wawancara Informan

Inisial M, 2 Oktober 2020)

Hasil wawancara di atas mengemukakan bahwa selain tempat

untuk mengisi waktu kosong, informan juga menambahkan bahwa

kafe adalah tempat untuk menikmati minuman dan makanan baik

makanan ringan ataupun, makanan berat. Dari wawancara tersebut

dapat kita lihat bahwa informan sangat nyaman untuk bersantai di

kafe sambil menikmati menu yang telah dipesan.

Kafe menjadi salah satu wadah yang digunakan mahasiswa

untuk melakukan beberapa aktivitas, mencari hiburan, berdiskusi

dengan teman, dan bahkan sebagai tempat menunjukkan kelas

sosialnya kepada para teman-teman di sosial medianya, sebagaimana

pernyataan yang disampaikan oleh informan di atas.

Page 62: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

48

5. Membangun citra diri

Dari hasil hasil pengamatan peneliti di lapangan, kafe Titik

Kumpul menjadi salah satu wadah bagi mahasiswa untuk

memamerkan gaya hidup mereka kepada orang lain untuk

mendapatkan pengakuan indentitas sosial. Sejak pertama kali kafe

muncul, sejak saat itu juga memiliki penikmatnya masing-masing,

meski di awal kemunculannya belum se tren sekarang namun

seiiring dengan berjalannya waktu seakan menjadi kebutuhan primer

bagi sebagian orang, bukan perkara yang sulit bagi mereka yang

berpenghasilan atau memiliki kelas ekonomi yang tinggi, dengan

menghabiskan waktu yang cukup lam di kafe, menikmati sajian

menu yang harganya terbilang tinggi dari tempat pada umumnya,

mengabadikan di media sosial seakan mendikte orang lain untuk

mempersepsi dirinya menjadi penanda bahwa ia memiliki identitas

kelas sosial seperti apa yang ia tampakkan, sehingga dapat dianggap

bahwa perilaku simbolik mahasiswa memamerkan life styelnya

karena butuh pengakuan dari orang lain atas apa yang dilakukannya

dan bermain game online yang merupakan kebiasaan dikalangan

mahasiswa saat ini.

Dalam prosesnya Kafetaria terbentuk atas kesadaran bahawa

manusia tidak bisa hidup sendiri ia perlu individu-individu lainnya

Page 63: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

49

untuk melangsungkan kehidupannya. Untuk itulah manusia harus

bergaul dengan yang lainnya. Mahasiswa yang teliti disini adalah

mencoba menjelaskan tentang asal-usul dan tujuan serta presfektif

tentang kafe.

Menurut pengamatan peneliti, terdapat beberapa komunitas di

dalam kafe diantaranya adalah: komunitas penggerak seni, pencinta

buku hingga komunitas cyber seperti gamers bisa juga sebagai

tempat relaks sambal membaca buku, berselancar internet dengan

fasilitas wifi, sebagai contoh adalah, berselancar di dunia maya dan

berinteraksi dengan para anggota komunitas cyber adalah tawaran

lain yang ada di kafe Titik Kumpul. Lewat fasilitas hospot, di kafe

Titik Kumpul bisa berselancara di dunia maya secara gratis. Jadi

pada dasarnya konstruksi sosial dalam komunitas ini berbentuk

karena keinginan dan minat dari setiap individu yang menurut

mereka menarik, kemudian secara otomatis mengkonstruksi gaya

hidup dan pola komunitas mereka masing-masing dan menjadikan

itu semua sebagai presfektif tentang kafe.

Ketika memilih dan menjadikan kafe sebagai salah satu rumh

beberapa di antara informan kurang memberikan peresfektif atau

pemahaman yang jelas terkiat definisi kafe, mereka memberikan

jawaban yang berbeda-beda sesuai denga napa yang diindrai,

sehingga peneliti berkesimpulan bahawa presfektif kafe bagi mereka

Page 64: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

50

dijadikan sebagai tempat hangout. Sebagaimana jawaban-jawaban

yang disampakan oleh informan ketika peneliti bertanya.

Mahasiswa yang sering hangout di kafe memiliki sisi positif

dan negatifna, jika kita tinjau dari sisi positifnya kafe sering

dijadikan sebagai tempat untuk bertemu dengan teman lama, reuni,

dan melepas rasa bosan yang di akibatkan oleh aktivitas padat,

namun jika di tinjau dari sisi negatifnya terlalu sering hangout di

kafe akan menghabiskan uang, apalagi masih mengharapakan

kiriman dari orang tua, dan itu termaksud dalam gaya hidup yang

terlalu berfoya-foya, dan mereka masih bergantung sepenuhnya dari

orang tua.

Kemudian Peneliti memberikan pertanyaan mendasar tentang

seberapa penting mengunggah foto atau story di social media?.

Disini peneliti mendapatkan dua jawaban diantaranya:

“Kalau menurutku tidak terlalu pentingji, kalau sempat buat

story yah story kalau tidak yah tidak, yang penting itu

menikmati suasana tenangnya kafe”. (Wawancara Informan

Inisial AS, 16 Oktober 2020)

Kemudian informan selanjutnya menjawab pertanyaan dengan

yakin:

Page 65: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

51

“Yah itu bagiku iya penting karena toh supaya na tauki orang-

orang ada tonji kupergi tidak dikosja tidur”. (Wawancara

Informan Inisial AA, 16 Oktober 2020)

Dari hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa

memamerkan kegiatan kafetaria untuk sebagian orang sangatlah

penting dilakukan kepada publik media sosial tentang keseharian

mereka, di lain sisi ada yang menganggap itu adalah hal yang tidak

terlalu penting tetapi tetap memamerkan jika mereka sempat.

Disinilah letak perilaku simbolik mahasiswa yang paling jelas dapat

kita lihat dengan apa yang telah kita genggam saat ini Smartphone,

sangat banyak sekali mahasiswa yang memamerkan kegiatan

kafetaria mereka di sosial media setiap harinya.

Setiap orang memiliki kebutuhan dan alasan yang berdeda-

beda saat peneliti bertanya kepada informan tentang seberapa

berpengaruhnya kafe bagi mereka, alasan tersebut juga berpengaruh

pada intens atau Tindakan informan saat berkunjung di kafe setiap

pekannya. Ada yang mengatakan bahwa hangout semata-mata untuk

mengikuti suasana hati tanpa harus menyusun jadwal terlebih

dahulu.

Di media sosial sekarang ini orang lebih gampang

menunjukkan kelas sosialnya, hanya dengan mengunggah gaya

hidup yang serba bermerek dengan memakai brand yang tidak

Page 66: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

52

mudah untuk dijangkau oleh oaring lain apalagi yang memiliki

tingkat perekonomian yang tidak memadai, berbeda halnya dengan

orang-orang yang memiliki gaya hidup atau kebiasaan yang serba

mahal, segala sesuatunya dengan muda ia daptkan kemudian

memamerkannya di media sosial, termaksuk alasan mereka memilij

tempat untuk sekedar makan, minum dan mengahabiskan waktu.

Jadi dari beberapa penjelasan di atas dapat dilihat bahwa

perspektif mahasiswa mengenai kafe adalah sebagai alternatif

pelepas penat, mencari hiburan, menjadi titik untuk bertemu dengan

teman atau pasangan dari mahasiswa itu sendiri, dan yang paling

utama adalah untuk mengangkat citra diri dengan memposting

kegiatan ke media sosial di dunia maya.

Selain perilaku hedonisme peneliti juga menemukan perilaku

lainnya berupa belajar atau kerja tugas, makan dan minum, dan

mengangkat citra diri bagi mahasiswa. Dari perilaku simbolik itu

menunjukkan bagaimana komunikasi mahasiswa kafetaria dalam

keseharian di kafe titik kumpul.

2. Perilaku Simbolik Mahasiswa Saat Berkunjung di Kafe Titik

Kumpul Makassar

Manusia adalah makluk Tuhan yang multi dimensi dan kompleks

(said Agil:1003). Interaksi sosial dapat diartikan sebagai hubugan-

hubungan sosial yang dinamis. Yaitu hubungan yang dimaksud dapat

berupa hubungan anatara individu yang satu dengan individu yang

Page 67: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

53

lainnya maupun antara kelompok yang satu dengan kelompok yang

lainya dan juga individu dengan kelompok (Elly M Setiadi: 2011).

Pada dasarnya manusia mempunyai kemampuan menciptakan

simbol-simbol itu kemudian digunakan untk berkomunikasi dalam

interaksi sosialnya. Mulai daro simbol sederhana seperti bunyidan

isyarat, sampai kepada simbol yang dimodifikasi dalam bentuk signal-

singnal melalui gelombang-gelombang udara dan cahaya seperti,

televisi, radio, yang nantinya di gunakan untuk berinteraksi (Alex

Sobur:2006).

Perilaku simbolik mahasiswa yang merupakan fokus dari

penelitian ini sangat jelas terlihat ketika kita berada di area Titik

kumpul. Tetapi selain observasi langsung peneliti juga mengambil data

dari wawancara informan terkhusus para karyawan kafe titik kumpul

yang setiap hari menyaksikan dan memperhatikan perilaku simbolik

para pengunjung tak terkecuali pengunjung mahasiswa.

Ruang publik dapat didefinisikan dengan berbagai sudut pandang

ilmu yang akan digunakan. Dalam (Ritzer, 2012), Levebre berargumen

bahwa ruang dapat memainkan berabagai peran di dalam dunia sosio-

ekonomi. Salah satunya, ruang itu sendiri dapat merupakan suatu

komoditas yang sangat luas yang dikonsumsi misalnya, oleh seorang

turis yang sedang mengunjungi Disneyland.

Dari makna ruang dari Levebre tersebut selaras dengan realitas

sosial yang terjadi pada jaman sekarang ini dimana ruang publik seperri

Page 68: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

54

kafe, warung kopi, hanya sebatas dikonsumsi untuk pemenuhan selera

bukan lagi menjadi area debat kritis. Seperti yang dikatakan (Prasetyo,

2012:176), jika dulu dalam masa-masa awalnya ruang public ditempati

oleh pemilik property dan produsen ekonomi, sekarang ruang publik

diokupasi oleh orang-orang yang berpendapatan stabil, suatu

persyaratan yang dibutuhkan untuk melakukan komsumsi secara stabil.

Begitu pula dengan yang dikemukakan (Hardiman, 2010:190)

mengatakan bahwa ruang publik yang didefinisikan di atas itu dalam

kenyataan sejarahnya dikomersialkan, yaitu tunduk dibawah logika

produksi dan komsumsi sebagai objek-objek komoditas dalam pasar

kapitalis memiliki dasar Grandnarrative-nya dalam buku Arendt The

Human Condition. Sutrisno menggambarkan leburnya ruang publik

Bersama semacam alun-alun keraton akibat adanya nilai-nilai ekonomi

yang lebih modern daripada sekedar system barter. Sutrisno pun

demikian, mengutip dari (Sutrisno, 2010:282): Pertama, sejak

pemaknaan ruang Bersama digeser dari bingkai nilai kultur dan fungsi

temu Bersama merayakan kebersamaan menjadi hanya berbingkai

lapangan tempat panggung pameran dagang dengan kepentingan

ekonimis dan nilai ekonomi industry menggusurnya menjadi pasar jual

beli. Dari berbgai pengertian diatas dapat di simpukan bahwa makna

ruang public telah bergeser menjadi komuditas. Seperti kafe dalam

Bahasa ini diambil sebagai salah satu dari sekian banyak ruang publik.

Page 69: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

55

Dalam konteks pembahasan diatas. Kafe adalah tempat dimana

individu bertemu dan berkumpul melakukan aktivitasnya. Namun disini

kafe telah dikuasai oleh kapitalisme dan menjadikannya komoditas.

Sehingga kafe bukan lagi menjadi ajang masyarakat untuk

berkomunikasi secara rasional namun telah menjadi pemenuhan

kebutuhan individual yang berkaitan dengan gaya hidup. Kesenangan,

dan simbol-simbol identitas. Ruang public kafe untuk pemenuhan

kebutuhan yang berkaitan dengan gaya hidup, kesenangan, dan simbol-

simbol identitas akan dianalisis melalui teori dramaturgi Erving

Goffman. Dramaturgi adalah sebuah teori yang dapat menginterprestasi

kehidupan sehari-hari dari manusia. Manusia ibarat memainkan sebuah

pertunjukkan di panggung. Didalam panggung itu terdiri dari panggung

depan dan belakang, Didalam panggung depan depan terdapat setting

dan personal front, yang selanjutnya dapat dibagi menjadi penampilan

(apparence).

‘’Penjelasan pertama adalah setting yang menurut (Goffman,

1972:32) first, there is "setting", involving furniture, decor, physical

layout, and other background items which supply the scenery and stage

props for the spate of human action played out before, within or upon

it’’.

Pengaturan ini melibatkan hal-jhal yang berkenan dengan atribut-

atribut yang diperlukan, seperti furniture, dokorasi, tata letak fisik, dan

Page 70: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

56

barang-barang latar belakang lainnya yang menyediakan alat-alat untuk

membantu serentetan untuk individu memainkan tindakannya.

Dari hasil pengamatan peneliri menemukan dua sub interprestasi

dari teori Erving Goffan:

a. Perilaku Konsumtif

Kebutuhan dan komsumsi adalah perluasan kekuatan produksi

yang diorganisir. (George Ritzer: 2003) Ketika individu

mengkomsumsi obyej, individu tersebut juga mengkomsumsi tanda

sebagai proses mendefenisikan diri mereka. Melalui obyek, setiap

individu dan setiap kelompok menemukan tempatnya masing-

masing dalam sebuah tatanan. Komsumsi merupakan sebuah system

aksi dan manipualasi tanda. Supaya menjadi obyek yang

dikonsumsi, obyek harus menjadi tanda. Mengkonsumsi obyek lain.

Konsumsi dalam masyarakat kapitalisme modern bukan hanya

mencari kenikmatan dalam memperoleh dan menggunakan obyek

yang kita konsumsi, tetapi lebih pada mencari perbedaan.

Kapitalisme mempunyai tujuan untuk menciptakan imajinasi

bahwa orang yang sukses adalah orang yang punya banyak barang.

Konsumerisme menjadi sesuatu hal yang wajar dalam system

kapitalisme. Dalam kapitalisme mutakhir, adanya konsumerisme

berarti upaya untuk memperluas pasar. Dalam pengertian popular,

konsumerisme menunjuk pada cara komsumsi yang melebihi batas.

Orang-orang membeli barang-barang yang sebenarnya tidak

Page 71: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

57

diperlukan lagi dan sekedar untuk memenuhi keinginannya untuk

berkonsumsi secara berlebihan.

Budaya konsumsi kontemporer, menurut Featherstone, juga

dimaknai sebagai individualism, kesadaran diri, kebutuhan

sandang, waktu senggang, selera memilih kebutuhan pangan yang

menajadi petunjuk selera individu dan gaya hidup seseorang. (Nina

M Armando:2004). Dalam konteksnya dengan mahasiswa,

mahasiswa kini sikepung kapitalisme dari berbagai penjuru, mulai

privatisme Pendidikan, materi Pendidikan yang semata-mata

mengabdi pada kepentingan industry pasar, serbuan realitas semu

media yang menampilkan hipokritisme sosial melalui sinetron dan

tayangan infotainment.

Sebagai mode, munculnya sikap konsumsi memberikan

petunjuk bagaimana cara oaring menampilkan indiviudualisme

dalam pemilihan barang. Dalam keadaan seperti ini kedudukan

individu secara aktif menunjukkan selera yang dicontohkan oleh

sebuah kelompok tertentu. Gaya hidup dalam konteks ini merupakan

satu dari contohkan oleh sebuah kelompok tertentu. Gaya hidup

dalam konteks ini merupakan satu dari contoh praktik konsumsi

yang dilandasi oleh sebuah perjuangan dalam memperoleh gengsi

sosial. (Celia Lury:1998).

Menurut Baudrillard sedikitpun tidak ada aktifitas untuk

berbelanja yang memang sangat dibutuhkan. Karena hanya sekedar

Page 72: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

58

melihat-lihat objek, mejeng yang tidak bermanfaat dengan kata lain

eskplorasi yang tidak berguna. Seperti halnya kafe ketika

pengunjung datang ada pemandu yang disebut dengan purel

menyambut kedatangan pengujung, biasanya purel menawarkan

produk yang tersedia di kafe, dengan memberikan sebuah katalog,

katalog ini memungkinkan pengunjung dibujuk untuk membeli

produk yang tidak dibutuhkan.

b. Westernisasi

Ruang publik kafe untuk pemenuhan kebutuhan yang

berkaitan dengan gaya hidup, kesenangan, dan simbol-simbol

identitas akan dianalisis melalui terori Erving Goffman. Dramaturgi

adalah sebuah teori yang dapat menginterprestasikan kehidupan

sehari-hari dari manusia. Manusia ibarat memainkan sebuag

pertunjukkan di panggung. Didalam panggung itu sendiri terdiri dari

panggung depan dan panggung belakang.

Interaksi simbolis adalah suatu proses interaksi secar verbal

maupun non verbal anatra individu yang memunculkan makna-

makna khusus terhadap suatu objek. Pada fenomena tren kafe

sebagai penanda identitas kelas sosial di kalangan kaum milenial,

makna muncul adalah bentuk konsep diri yang timbul dari kesukaan.

tujuan, ideologi, dan evaluasi diri penimatnya terhadap penggunaan

kafe. Temuan peneliti pada sub sub ini adalah simbol perilaku yang

Page 73: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

59

digunakan kaum milenial untuk berinteraksi, baik verbal maupun

nonverbal.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Pada dasarnya kebiasaan berkunjung di kafe (kafetaria) hanyalah

sebuah aktivitas ringan untuk sekedar mengisi waktu luang dan

menghilangkan rasa capek baik secara individu maupun kelompok. Individu

maupun kelompok yang bertemu dan duduk Bersama itu menentukan

bagaimana system dan bentuk-bentuk hubungan itu terwujud. Ketika

sebuah pertemuan dalam interaksi tersebut itu terjadi tentu perubahan pola-

pola kehidupan yang sudah ad aitu bisa mengalami pembenturan atau

kegoyahan. Saling berinteraksi antar sesame dalam kehidpan sehari-hari itu

menghasilkan pergaulan dan membentuk suatu kelompok-kelompok

manusia itu saling bekerja sama dan saling berbicara untuk mencapai tujuan

Bersama. (Elly M.Setiadi:2007)

Interaksi sosial merupakan hal yang tidak dapat dihindari dan ditolak

keberadaanya, mau tidak mau terjadi pada siapapun. Banyak menyakngkut

berbagai aspek kehidupan manusia, seperti suku bangsa, adat isti adat dan

interaksi adalah suatu dasar yang menjadi pola dalam segala altivitas

manusia. Bentuk umum dari proses sosial adalah interaksi sosial (proses

sosial), oleh karena interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya

aktiviats-aktivitas sosial. (Syahrial Syarbaini Rusdianta: 2009).

Page 74: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

60

Mahasiswa dalam kafetaria merupakan komunikasi atau interaksi

sosial atau dapat dikatakan sebagai kafetaria merupakan tren pergaulan

masa kini yang sangat penting bagi kehidupan sosial mahasiswa itu sendiri

dalam kehidupan sehari-hari. Perilaku ini-pun dilakukan tidak dengan

alasan penyelesaian tugas saja, bahkan penyelesaian tugas hanyalah

sampingan dalam kegiatan kafetaria itu, selebihnya adalah perilaku

simbolik yang sangat melekat pada diri mahasiswa saat ini.

Dalam hal ini kafetaria merupakan hal yang sangat sulit dihindari

oleh mahasiswa itu sendiri. Karena sudah menjadi hal yang lumrah ketika

menghabiskan waktu di kafe daripada perpustakaan, rumah/kos, dan tempat

yang dulu melekat pada diri mahasiswa itu sendiri yang dikenal memiliki

intelektual yang tinggi.

Masyarakat dapt dilihat sebagai suatu system bertindak dalam usaha

memuaskan tujuan-tujuan sosial. Sistem seperti ini biasanya terwujud

melakui interaksi atau komunikasi timbal balik antara anggota dalam

berbagai ragam bentuk. (Wila Huky:1986) Khususnya mahasiswa Makasar,

sejarah dan budaya kafetaria sudah berlangsung sudah lama.

1. Perspektif Mahasiswa Terhadap Kafe Titik Kumpul Makassar

Kafe dalam Bahasa Perancis café. Arti harfianya adalah sebuah

minuman kopi, tetapi kemudian menjadi temapat yang di gunakan

seseorang dapat minum, tidak hanya kopi saja, tetapi juga minuman

lainnya. Di Indonesia, kafe bearti sejenis tempat sederhana, tetapi cukup

Page 75: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

61

menarik dimana kita dapat makan sambal menikmati alunan music yag

indah. Dengan ini kafe berbeda dengan warung.

‘’Menurut kaum awam, kopi hanya minuman yang rasanya

pahit. Namun berbeda dimata penggemar penggemarnya, kopi adalah

sebuah gaya hidup bagi mereka, kopi sebagai obat penenang paling

mujarab’’. Kini kopi bukan lagi sebagai minuman penghilang rasa

katuk, namun sudah menjelma menjadi sebuah gaya hidup. Dimana-

mana mulai menjamur kedai-kedai kopi ternama. Selain itu, produksi

kopi sudah ada dijual dalam bentuk sachet untuk memepermuda

meminumnya. Tinggal di tuangkan saja ke dalam secangkir air panas

maka sudah dapat dinimati.

Perspektif merupakan suatu kumpulan asumsi maupun

keyakinan tentang suatu hal, dengan perspektif orang akan memandang

sesuatu hal berdasarkan cara – cara tertentu. Perspektif membimbing

setiap orang untuk menentukan bagian yang relevan dengan fenomena

yang terpilih dari konsep-konsep tertentu untuk dipandang secara

rasional. Secara ringkas dapat disimpulkan bahwa perspektif adalah

kerangka kerja konseptual, sekumpulan asumsi, nilai, gagasan yang

mempengaruhi perspektif manusia sehingga menghasilkan tindakan

dalam suatu konteks situasi tertentu.

Dalam konteks sosiologi juga memiliki perspektif yang

memandang proses sosial didasarkan pada sekumpulan asumsi, nilai

gagasan yang melingkupi proses sosial yang terjadi sehingga menjadi

Page 76: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

62

perspektif pendekatan, atau kadang disebut paradigma ketiga-tiganya

merupakan cara sosiologi dalam mempelajari masyarakat. Walaupun

perspektif tersebut berbeda, bahkan kadang saling bertolak belakang,

antara satu dengan yang lain, namun, sekali lagi perspektif ini hanya

merupakan cara pendekatan untuk mengkaji masyarakat. Jadi dapat

disimpulkan, bahwa perspektif sosiologi merupakan pola pengamatan

ilmu sosiologi dalam mengkaji tentang kehidupan masyarakat dengan

segala aspek atau, proses sosial kehidupan di dalamnya. Pada

perkembangan selanjutnya terdapat tempat perspektif dalam sosiologi,

yaitu perspektif evolusionis, dan perspektif konflik. (Raho:2007)

Kafe adalah tempat yang mengutamakan kenyamanan bagi

pengunjungnya tatanan design interior yang elegant, romantic dan

nyaman, dengan berbagai fasilitas diantarnya wife,tv,ac, lcd, yang dapat

digunakan untuk untuk persentasi,meeting atau sembari bertemu teman,

menjamu relasi, perkumpulan, bahkan pesta. Sebuah tempat yang

simple bagi kehidupan modern serta sebuah tempat hangout yang

memiliki sebuah event atau acara tertentu yang terjadwal setiap harinya.

Kafe memang menjadi sebuah gaya hidup dan tempat persaingan

bagi setiap inidividunya dimana mereka bisa mendapatkan inspirasi dan

atmosfer baru dari suasana dan seabrek karakter manusia yang lalu

Lalang di sekitar kafe. Tak heran menjadi salah satu faktor penting yang

menjadi perhatian pengelola restoran selain makanan itu sendiri dan

pelayanan. Dengan kesan semiminimalis terasa mewakili kebutuhan

Page 77: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

63

berbagai lapisan usia, seperti juga konsep sajian makanan yang

menyesuaikan.

Begitupun dengan kafe titik kumpul talasalapang yang

memberikan desain interior modern-klasik yang sangat memanjakan

mata pengunjung sehingga memberikan persepsi pengunjung untuk

menjadikan tempat tersebut menjadi tempat bersantai dan melakukan

kegiatan nyaman lainnya.

2. Perilaku Simbolik Mahasiswa Saat Berkunjung di Kafe Titik

Kumpul Makassar

Gaya hidup sangat erat kaitanya dengan perekembangan zaman,

dewasa ini gaya hidup lebih cenderung untuk mengikuti trend, yang sedang

berkembang. Trend tersebut awalnya merupakan budaya, yang ada di

negara-negara yang maju seperti Amerika, Inggris dan lain-lain, yang

dijadikan sebagai kiblat oleh masyarakat di negara berkembang seperti

Indonesia ini dalam berperilaku. Apalagi diera globalisasi seperti sekarang

dan tidak ada lagi, skat atau batas negara. Keberadaan manusia sebagai

makluk individu dan makluk sosial mengandung pengertian bahwa manusia

merupakan makluk yang unik, dan merupakan perpaduan antara aspek

individu sebagai perwujudan dirinya sendiri, dan makluk sosial sebagai

anggota kelompok atau masyarakat.

Gaya hidup hangout di kafe merupakan kegiatan yang sering

dilakukan oleh para mahasiswa yang masih masuk dalam kategori

produktif. Kegiatan ini dapat dilakukan di mana saja termaksud kafe-kafe

Page 78: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

64

atau tempat berkumpul lainnya. Istilah hangout bagi mahasiswa merupakan

salah satu kegiatan untuk mengisi waktu luang mereka setelah pulang dari

kegiatan perkuliahan. Bagi para mahasiswa yang menjadi penyuka atau

penikmat kegiatan hangout ini, membutuhkan sarana dan prasarana yang

memadai seperti kenyamanan tempat dan juga prasarana yang memadai dan

produk yang di tawarkan.

Fenomena gaya hidup kafetaria mahasiswa di kafe, biasanya lebih

sering terjadi pada lapisan masyarakat perkotaan. Bagi mahasiswa, gaya

hidup kafetaria di kafe sudah bukan hal yang aneh, akan tetapi tetap saja

terlihat unik dan salah satunya yaitu di kota Makassar terutama di kafe Titik

Kumpul yang pernah peneliti amati. Situasi kafe yang ada sangat ramai

sekali dikunjungi oleh para mahasiswa yang mendatangi tempat tersebut

dengan berbagai keperluan masing-masing.

Perkembangan zaman pada saat ini fenomena hangout di kafe,

khususnya para mahasiswa di kafe Titik Kumpul sudah menjadi sebuah

kebutuhan seperti halnya gaya hidup komsutif. Kota Makassar pada saat ini

sudah banyak adanya beberapa kafe atau tempat untuk berkafetaria yang

biasanya ditempati oleh para mahasiswa, dan beberapa contoh tempat

hangout khususnya kafe di kota Makassar adalah kafe Titik Kumpul.

Keistimewaan kafetaria di lokasi penelitian sekarang konsumen atau

pengunjung kafe khsusnya mahasiswa dapat menikmati makanan dan

minuman dengan adanya life music seperti halnya kafe yang memasuki

kalangan kelas menegah ke atas. Tempat hangout di kafe, dalam kalangan

Page 79: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

65

mahasiswa biasanya dilihat dari fasilitas yang di tawarkan sesuai dengan

tempat dan harganya. Karena sesuai dengan kantong mahasiswa itu sendiri.

Serta susananya membuat pengujung betah berlama-lama hangout di tempat

tersebut.

Hal yang paling mendasar dari kota merupakan pusat peradaban

umat manusia, kawan industry dan teknologi. Karena berbagai peran itulah

ia didefinisikan sebagai pusat moderinitas. Modernisme dengan etos

materialism sudah menjadi pegangan masyarakat modern selama beberapa

decade, masyarkat modern berpikir bahwa materi adalah segala-galannya.

Keberhasilan seseorang dinilai dari jauh mana ia berhasil mengumpulkan

uang dan membelanjakannya. Kehidupan, Kesehatan seseorang dihabiskan

dengan curahan perhatian yang ‘’regiously’’ untuk materi. Defenisi sukses

dalam kamus masyarakat modern selalu identic dengan penampilan fisik

lahiriyah dalam bidang material. Hal ini ternyata membuat masyarkat

modern kehilangan kesadaran hidup, seni menghormati hidup, dan kritis

identitas. (Haedar nashir:1997).

Perilaku konsumtif adalah perilaku individu yang selalu membeli

barang tanpa memikirkan manfaat dan kebutuhannya, dan meletakkan

kesenangan diatas segala-galanya. Perilaku konsumtif bisa juga muncul

karena adanya dorongan untuk melakukan transaksi jual beli yang berlebih-

lebihan. Gaya hidup konsumtif merupakan gaya hidup modern. Gaya hidup

adalah komoditas, dan komoditas sepenuhnya telah mengkonstruksikan

gaya hidup. Dalam dunia modern, gaya hidup kita membantu

Page 80: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

66

mendefenisikan sikap, nilai-nilai dan menunjukkan kekayaan serta posisi

sosial kita. Urusan gaya hidup saat ini bukan monopoli suatu kelas, tetapi

sudah merupakan ciri sebuah dunia modern atau sering disebut moderinitas.

Siapa pun yang hidup dalam masyarakat modern akan menggunakan

gagasan tentang gaya hidup untuk menggambarkan tindakannya sendiri

maupun orang lain. Gaya hidup adalah pola-pola Tindakan yang

membedaka antara satu orang dengan orang lain.

Menurut mzhab Frankfurt, budaya konsumen adalah rekayasa atas

kebebasan dan kelimparuahan yang dirasakan oleh masyarakat industry

maju. Akumulasi produksi memungkinkan produksi tersebut berjalan agar

akumulasi dapat diserap dan kebutuhan manusia bergantung pada produksi

industrial. Inilah yang disebut dengan budaya konsumen.

Sedangkan menurut Yasraf Amir Piliang, dalam bukunya sebuah

dunia yang di lipat mengutip pendapat Thorstein Veblen, ‘’budaya

konsumen harus diwaspadai bukan karena ia adalah konsekuensi dari

ekspansi produksi tapi ia merupakan selubung dari kompetisi sosial

yang tidak adil. Budaya konsumerisme yang berkembang merupakan

satu arena di mana produk-produk konsumsi merupakan satu medium

untuk pembentukan personalitas, citra, gaya hidup dan cara diferensiasi

status sosial yang berbeda-beda. Barang-barang konsumsi, pada

akhirnya menjadi sebuah cermin tempat para konsumen menemukan

makna kehidupan. Relasi sosial telah tergantikan fungsinya dari sekedar

Page 81: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

67

hubungan antar manusia menjadi pemilik dan penggunaan benda-benda

dan gaya hidup’’(Yasraf Amir Piliang:1998).

Munculnya ikatan antara kekuasaan pasar dan Tindakan

konsumen membentuk lahirnya perjuangan dalam menentukan selera si

kalangan masyarakat menegah. Terlihat hubungan antara pengaruh

pasar dengan kedudukan individu dalam pandangan budaya konsumen

menjadi kunci bagi selera. (Celia Lury:1998)

Akibat dari globalisasi adalah wilayah-wilayah geografis dan

kebudayaan yang sebelumnya bersifat subsistem kemudian berubah

menjadi berorintasi pada dasar. Dampak sosial yang kemudian muncul

adalah makin meratanya perilaku konsumtif di berbagai kalangan usia

dan lapisan masyarakat. Seperti halnya komunitas kafe disini gaya

hangout di kafe tidak hanya dimiliki terbatas oleh para anak mda yang

bergaul, tetapi juga para ibu-ibu muda, keluarga, pasangan dan lain

sebagainya. Kafe tidak seperti diskotik yang terbatas untuk para kaum

dugemers karena tidak mungkin ada meeting dalam diskotik dan tidak

akan di temui tempat yang nyaman seperti di kafe tanpa hingar binger

music disko.

Page 82: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

68

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Jadi kesimpuln yang dapat penulis tarik dari urain panjang lebar di

atas, sekaligus menjadi jawaban mengenai rumusan masalah yang sudah

ditetapkan sebelumnya,

1. Dari hasil pengamatan peneliti di lapangan, kafe Titik Kumpul

dijadikan salah satu wadah bagi mahasiswa untuk memperlihatkan

hidup mereka kepada orang lain, untuk mendapatkan identitas kelas

sosial. Jadi dari beberapa argumen di atas dapat disimpulkan, bahwa

perspektif mahasiswa tentang kafe yaitu sebagai alternatif pelepas

penat, mencari hiburan, menjadi lokasi pertemuan bersama teman atau

pasangan, dan sebagai sarana untuk mengangkat derajat social di dunia

maya.

2. Pada dasarnya manusia mempunyai kemampuan menciptakan simbol

dan simbol itu kemudian digunakan untuk berkomunikasi dalam

interaksi sosialnya. Mulai dari simbol sederhana seperti bunyi dan

isyarat, sampai kepada simbol yang dimodifikasi dalam bentuk sinyal-

signal melalui gelombang-gelombang udara dan cahaya seperti,

televisi, radio, yang nantinya digunakan untuk berinteraksi. Adapun

perilaku simbolik mahasiswa pada saat ber kafetaria yaitu, perilaku

simbolik lainnya berupa bertingkah hedon, hangout, memamerkan gaya

Page 83: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

69

hidup (lifestyle), belajar atau kerja tugas, bersantai, dan kafe menjadi

rumah kedua bagi mahasiswa. Dari perilaku simbolik itu menunjukkan

bagaimana komunikasi mahasiswa kafetaria dalam keseharian di kafe

titik kumpul.

A. SARAN

Berdasarkan hasil telaah terhadap kesimpulan skripsi diatas, secara

garis besar hasil penelitian ini bukanlah hasil akhir atau final, tapi masih

membuka kesempatan atau peluang untuk dikaji lebih dalam lagi. Oleh

karena itu dibawah ini beberapa saran yang dapat di kemukakan oleh penulis

yaitu:

1. Bagi Mahasiswa permasalahan gaya hidup menjadi sesuatu

permasalahan yang trend saat ini seiring dengan majunya globalisasi,

tidak menutup kemungkinan munculnya perbedaan pola dan tingkah

laku para penikmat kafe dari waktu ke waktu nanti sesuai dengan akan

bertambahnya gerai kafe yang akan muncul di Makassar, seningga kita

harus lebih bijak dalam berkunjung ketempat tersebut.

2. Bagi peneliti penelitian yang dilakukan hanya gambaran kecil yang

penulis kemukakan, maka dari itu diharapkan kepada peneliti

selanjutnya lebih memberikan gambaran yang luas terkait penelitian

ini.

3. Bagi pemilik kafe untuk memperoleh gamabran yang lebih luas

diharapakan pada penelitian selanjutnya lebih ditekankan yang

Page 84: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

70

dibutuhkan para pengunjung kafe sehingga kedepannya cafe nya bisa

lebih berkembang.

Page 85: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

71

DAFTAR PUSTAKA

Alhamid, Thalha. (2019). Resume: Instrumen pengumpulan data. Jurnal. Ekonomi

islam, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Sorong.

Alex ,Sobur. (2006).Semiotika Komunikasi.Bandung : Remaja Rosdakarya.

Collins, Gem (1997).Kamus suku matematika.Jakarta: Erlangga.

Creswel, John W. (2016). Research Design Pendekatan Metode Kualitatif,

Kuantitatif, dan Campuran.Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Diakses tanggal

22:30 Juli 2020.

Goffaman, Erving. (1971). The Presentation of self in Everday Life. London: Cox

& wyman

Herlyana, Elly, (2012). Fenomena coffee shop sebagai Gejala Gaya Hidup Baru

Kaum Muda. Jurnal THAQAFIYYAT, vol 13, No 1 Juni 2012

Huky, Wila. (1986). Pengantar Sosiologi. Surabaya: Usaha Nasional

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), mahasiswa (online)

https://www.google.co.id/amp/s/www.kompasiana.com/amp/heriansyah_p

pkn/apa-dari-mahasiswa_553101c96ea8345d538b456b diakses pada

tanggal 25 Juli 2020 Pukul 22:23

Lury, Celia.( 1998). Budaya Konsumen. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Masini, Ketut. (2016). Perpustakaan kafe: Konsep unik sebagai usaha peningkatan

mutu baca dan interaksi. Jurnal. Balai Besar Penelitian dan pengembangan

budidaya laut.

Nurdiani, Nina.(2014).Teknik Sampling snowball dalam penelitian lapangan.

Jurnal. Architecture Department, Faculty of engineering, Binus University.

Oldenburg.Ray.(1989) Analisis Konsep desain interior terhadap segmentasi pada

pengunjung sebuah kafe. Jurnal vol 5 No.1

Piling, Yasraf Amir. 2010. Dunia yang Dilipat: Konsumerisme dan Hiper

Realitas Gaya Hidup Bandung: Matahari.

Prasetyo, E. (2012). Data Mining Konsep dan Aplikasi Menggunakan Matlab.

Yogyakarta: Andi Offset.

Page 86: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

72

Raho, Bernard.( 2007), Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prestasi Pusaka

Ritzer, George.(2012). Teori Sosiologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rusdianta dan Syarbaini, Syahrial. (2009). Dasar-dasar Sosiologi: Yogyakarta:

Graha Ilmu.

Salam, Burhanuddin.(1997).Logika Materi Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jakarta:

Rineka Cipta

Sarwono,(1989).Psikologi remaja.Jakarta:Raja Grafindo Persada.

Setiadi, Elly M.(2011). Pengantar Sosiologi. Jakarta: Kencana.

Sugiyono,(2010).Statistik Untuk Penelitian.Bandung: Alfabeta

Sutrisno, Edy.(2010). Manajemen Sumber Daya Alam. Jakarta: Kencana Prenada

Media Group.

Sunarto, Kamanto. Pengantar Sosiologi.Jakarta: Penerbit Fakultas Ekonomi,

Universitas Indonesia: 2016.

Suwono. 1978. Definisi Mahasiswa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Tersedia dalam : http://www.pengertianku.net/2014//11/kenali-penegertian-

mahasiswa-dan menurut-para ahli.html

Tomlinso, Alan (ed). (1990). Consumption, Identity, and the packaging of pleasure.

London & New York: Routledge.

Tucker, Catherine M. (2010.) Coffee Culture: Local Experiences, Global

Connections. New York: Routledge

Wahyuni, Sri.(2016).Analisis desain interior terhadap segmentasi pada

pengunjung sebuah kafe.Jurnal.Vol 2 No.1.November 2016.

Page 87: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

73

L

A

M

P

I

R

A

N

Page 88: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

74

PEDOMAN OBSERVASI

Tanggal Observasi: 23 September s/d 07 November 2020

Tempat : Kafe Titik Kumpul Makassar

NO ASPEK YANG DIAMATI HASIL PENGAMATAN

1 Lokasi Observasi Kafe Titik Kumpul di Jalan Talasalapang raya

Kelurahan Gunungsari Kecamatan Rappocini Kota

Makassar.

2 Pekerjaan Pengunjung di Kafe

Titik Kumpul Makassar

Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa

pengunjung Kafe Titik Kumpul merupakan mayoritas

Mahasiswa.

3 Perilaku mahasiswa di Kafe Titik

Kumpul Makassar

Dari hasil pengamatan ditemukan bahwa beberapa

perilaku mahasiswa saat berkunjung di Kafe Titik

Kumpul seperti nongkrong bersama teman, main

game, mengerjakan tugas, bertemu dengan pacar.

4 Faktor Penghambat Kafetaria pada

mahasiswa di Kafe Titik Kumpul

Yang menjadi penghambat dalam kafetaria mahasiswa

adalah budget atau harga dari produk yang ditawarkan

kafe terlalu mahal untuk standar mahasiswa, selain itu

yang menjadi penghambat kemudian adalah pergaulan

yang tidak mendominasi kebiasaan kafetaria.

Page 89: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

75

5 Faktor pendukung kafetaria pada

mahasiswa di Kafe Titik Kumpul

Yang menjadi pendukung dalam kafetaria mahasiswa

salah satunya adalah kepuasan atas pelayanan yang

diberikan di Kafe Titik Kumpul Kota Makassar dan

kepenatan padatnya kuliah dan menumpuknya tugas-

tugas sehingga mahasiswa perlu aktivitas yang

membuat dirinya tidak suntuk akan kejenuhan kuliah

salah satunya yaitu ber kafetaria

6 Perspektif mahasiswa tentang Kafe

di Kota Makassar

Kafe merupakan salah satu tempat yang nyaman untuk

berkumpul bersama teman-teman, dan menjadi tempat

favorit untuk mengerjakan tugas dengan suasana dan

layanan yang nyaman ditambah lagi desain tempat

yang membuat mahasiswa betah berlama-lama di

kafe.

PEDOMAN WAWANCARA

Page 90: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

76

NO Rumusan Masalah Pertanyaan

1 Bagaimana perspektif kafe

mahasiswa terhadap kafe Titik

kumpul di kota Makassar?

Apa pengertian kafe menurut

anda?

Bagaimana tren kafe saat ini?

Bagaimana pandangan anda

tentang mahasiswa yang sering

memanfaatkan waktu di kafe

daripada dirumah/kos?

Sejauh mana kebutuhan hangout di

kafe bagi anda?

Ketika hangout dan menghabiskan

waktu di Kafe, apakah kemauan

diri sendiri atau memenuhi ajakan

teman?

Mengapa memilih Kafe

dibandingkan warkop atau warung

kopi?

Berapa kali Anda hangout di Kafe

disetiap pekannya?

Budget yang Anda gunakan,

apakah penghasilan sendiri atau

masih bergantung pada orangtua?

Sebutkan beberapa Kafe yang

sering Anda kunjungi?

Sebutkan media sosial yang Anda

gunakan?

Berapa rata-rata pengeluaran yang

dihabiskan saat hangout di kafe?

2 Bagaimana perilaku mahasiswa

saat berkunjung di Cafe titik

kumpul kota Makassar?

Apa alasan utama anda datang ke

kafe Titik Kumpul?

Kegiatan apa yang biasa anda

lakukan saat berkunjung ke kafe?

Page 91: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

77

Biasanya anda datang dengan

siapa?

Berapa lama Anda menghabiskan

waktu di kafe untuk satukali

hangout?

Seberapa penting membuat story

atau mengunggah foto ke media

sosial saat berada didalam kafe?

Page 92: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

78

Page 93: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

79

Page 94: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

80

Page 95: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

81

Page 96: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

82

Page 97: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

83

Page 98: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

84

Page 99: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

85

Page 100: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

86

Page 101: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

87

Page 102: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

88

Page 103: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

89

DOKUMENTASI

Gambaran Kafe Titik Kumpul dari depan

Suasana kafe titik kumpul

Page 104: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

90

Panggung live music kafe titik kumpul

Mahasiswa yang datang ke kafe mengerjakan tugas

Page 105: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

91

Informan penelitian 1

Page 106: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

92

Informan 2

Informan penelitian 3

Page 107: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

93

Informan 4

Informan penelitian 5

Page 108: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

94

Mahasiswa yang mengunggah instastory saat berada di cafe titik kumpul

Page 109: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

95

Page 110: MAHASISWA DAN KAFETARIA (Perilaku Simbolik ......Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar,

96

RIWAYAT HIDUP

NUR AULIA ABD.MAJID, Lahir pada tanggal 21 April 1997 di Enrekang

Sulawesi Selatan. Penulis merupakan anak ke 2 dari 5 bersaudara, dari pasangan

Abd.Majid dan Jaweti Parai. Penulis pertama kali masuk pendidikan formal di Tk

Aisyiyah Bara-baraya Makassar pada tahun 2003 dan tamat 2004. Pada tahun yang

sama penulis melanjutkan pendidikan di SDN 129 Bunu dan tamat pada tahun 2010,

setelah tamat SD, penulis melanjutkan ke SMP Negeri 1 Enrekang dan tamat pada

tahun 2013, dan pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SMA

Negeri 1 Enrekang dan tamat pada tahun 2016 pada tahun yang sama penulis

melanjutkan pendidikannya di Universitas Muhammadiyah Makassar, Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Sosiologi melalui

Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Peneliti menyelesaikan kuliah strata

satu (S1) pada tahun 2020. Semasa kuliah penulis aktif dalam organisasi. Penulis

aktif di organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM FKIP) periode 2019-2020,

dan penulis juga aktif dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan

Sosiologi yang pada saat itu menjabat sebagai ketua bidang kesekretariatan periode

2018-2019.