Top Banner

of 71

Lukman-skripsi Perilaku Merokok Pada Remaja

Oct 11, 2015

Download

Documents

Lukman Satria
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 1

    FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MEROKOK

    PADA REMAJA DI SMA NEGERI 2 MAMUJU KAB. MAMUJU

    TAHUN 2014

    SKRIPSI

    OLEH :

    LUKMAN

    012010005

    PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN

    STIKES ANDINI PERSADA MAMUJU

    SULAWESI BARAT

    TAHUN 2014

  • STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 2

    FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MEROKOK

    PADA REMAJA DI SMA NEGERI 2 MAMUJUKAB. MAMUJU

    TAHUN 2014

    SKRIPSI

    Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Pendidikan Program Studi

    SI Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Andini Persada Mamuju Sulawesi Barat

    OLEH :

    LUKMAN

    012010005

    PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN

    STIKES ANDINI PERSADA MAMUJU

    SULAWESI BARAT

    TAHUN 2014

  • STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 3

    LEMBAR PERSETUJUAN

    SKRIPSI

    Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Merokok Pada Remaja Di SMA Negeri 2

    Mamuju Kab. Mamuju Tahun 2014

    OLEH :

    Nama : LUKMAN

    NIM : 012010005

    Skripsi ini telah diterima, disetujui untuk diuji serta dipertahankan di depan tim penguji

    Program studi SI Keperawatan STIKES Andini Persada Mamuju Sulawesi Barat.

    Menyetujui

    Pembimbing I Pembimbing II

    Ns. Edi Purnomo, S.Kep, M.Kes, M.Kep Ns. Free Marlin Patak, S.Kep

    NIDN : 0310047702 NIDN : 9935000028

    Mengetahui

    Ketua STIKES Andini Persada Mamuju Ketua Program Studi SI Keperawatan

    STIKES Andini Persada Mamuju

    Ns. Edi Purnomo, S. Kep,. M. Kes,. M. Kep Zulhaini Sartika A. P, S. Kep

    NIDN : 0310047702 NIDN : 0310117802

  • STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 4

    HALAMAN PENGESAHAN

    SKRIPSI

    FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MEROKOK

    PADA REMAJA DI SMA NEGERI 2 MAMUJU KAB. MAMUJU

    TAHUN 2014

    Yang Disusun dan Diajukan Oleh :

    Nama : Lukman

    Nim : 012010005

    Telah Dipertahankan di Depan Panitia Ujian Skripsi Pada

    Hari : Jumat

    Tanggal : 8 Agustus 2014

    Dan Telah Dinyatakan Melalui Syarat

    Tim Penguji

    Ketua : Ns. Edi Purnomo, S. Kep,. M. Kes,. M. Kep

    Anggota : Zulhaini Sartika A. P, S. Kep

    Anggota : Ns. Free Marlin Patak, S.Kep

    Mengetahui

    Ketua STIKES Andini Persada Mamuju Ketua Program Studi SI Keperawatan

    STIKES Andini Persada Mamuju

    Ns. Edi Purnomo, S. Kep,. M. Kes,. M. Kep Zulhaini Sartika A. P, S. Kep

    NIDN : 0310047702 NIDN : 0310117802

  • STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 5

    LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN

    Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa, skripsi ini merupakan karya

    saya sendiri (ASLI), dan isi dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan oleh

    orang lain untuk memperoleh gelar akademis di suatu institusi pendidikan, dan sepanjang

    pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis dan atau

    diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan

    disebutkan dalam daftar pustaka.

    Mamuju, 8 Agustus 2014

    Lukman

    012010005

  • STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 6

    MOTTO

    KITA TIDAK TAU HASILNYA KALAU KITA BELUM

    MENGERJAKANNYA, GAGAL ADALAH SUATU PROSES UNTUK

    MENCAPAI KESUKSESAN JADI JANGAN TAKUT GAGAL KARENA

    ORANG YANG TAKUT GAGAL SAMA HALNYA MERENCANAKAN

    SUATU KEGAGALAN

    LUKMAN

  • STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 7

    CURRICULUM VITAE

    A. IDENTITAS

    1. Nama Lengkap : Lukman

    2. Jenis Kelamin : Laki-Laki

    3. Tempat, Tanggal lahir : Pontanakayang, 03 Februari 1991

    4. Agama : Islam

    5. Suku/Bangsa : Makassar/Indonesia

    6. Alamat : Jl. Muh. Husni Thamrin

    7. Status : Belum Nikah

    8. Nomor Telepon : 0852 3287 8259

    9. Email : [email protected]

    B. PENDIDIKAN

    1. Tamat SD 2 Pontanakayang Tahun 2004

    2. Tamat SMP Negeri 4 Budong-Budong Tahun 2007

    3. Tamat SMA Negeri 2 Mamuju Tahun 2010

    4. Melanjutkan Pendidikan Pada Program studi SI Keperawatan STIKES Andini

    Persada Mamuju Tahun 2010.

  • STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 8

    KATA PENGANTAR

    Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

    Alhamdulillahirabbilalamin, segala puji hanya layak untuk Allah SWT atas segala

    berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat

    menyelesaikan Skripsi yang berjudul Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Merokok

    Pada Remaja Di SMA Negeri 2 Mamuju Kab. Mamuju Tahun 2014 . Skripsi ini disusun

    sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu

    Kesehatan Andini Persada Mamuju Sulawesi Barat.

    Penulis menyadari bahwa selama proses penyusunan Skripsi ini, peneliti banyak

    mendapat bantuan dan bimbingan , Ns. Edi Purnomo, S. Kep,. M. Kes,. M. Kep selaku

    pembimbing I dalam penelitian ini dan Ibu Ns. Free Marlin, S. Kep selaku pembimbing II.

    Maka dari itu penulis mengucapkan banyak terima kasih, serta berbagai pihak yang telah

    memberikan banyak bantuan selama proses penelitian ini. Oleh karena itu, penulis

    mengucapkan bayak terima kasih kepada :

    1. Ibu Agustina R. Palamba S. Sos, M. Kes selaku Ketua Yayasan pendidikan Andini

    Persada Mamuju Sulawesi Barat.

    2. Bapak Ns. Edi Purnomo, S. Kep, M. Kes, M. Kep selaku Ketua STIKES Andini Persada

    Mamuju Sulawesi Barat.

    3. Seluruh staf di kampus STIKES Andini Persada Mamuju Program Studi Ilmu

    Keperawatan yang telah banyak memberikan bantuan kepada peneliti.

    4. Kepala Sekolah SMA Negeri 2 Mamuju Kab. Mamuju dan seluruh staf yang telah

    memberikan kesempatan pada peneliti untuk melaksanakan penelitian di SMA Negeri 2

    Mamuju Kab. Mamuju

    5. Kedua orang tua yang senantiasa memberikan spirit dan lantunan doa selama proses

    penelitian.

  • STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 9

    6. Saudara yang telah memberikan bantuan moril selama proses penelitian.

    7. Teman- teman mahasiswa-mahasiswi khususnya diangkatan SI Keperawatan Tahun 2010

    yang telah kompak selalu dan memberikan semangat kepada peneliti.

    8. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan

    bantuan baik material maupun spiritual demi perampungan penelitian ini.

    Meskipun penulis berharap isi dari Skripsi ini bebas dari kekurangan dan kesalahan,

    namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang

    bersifat membangun agar Skripsi ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata penulis berharap agar

    Skripsi ini bermanfaat bagi semua pembaca.

    Mamuju, 23 Maret 2014

    Penulis

  • STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 10

    DAFTAR ISI

    JUDUL PENELITIAN ...................................................................................................... i

    LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................................ ii

    LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................. iii

    LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ....................................................................... iv

    MOTTO .......................................................................................................................... vi

    RIWAYAT HIDUP ....................................................................................................... vii

    KATA PENGANTAR .................................................................................................. viii

    DAFTAR ISI ................................................................................................................... ix

    LAMPIRAN DAFTAR TABEL .................................................................................... xii

    DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................. xiii

    ABSTRAK .................................................................................................................... xiii

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang ..................................................................................................... 1

    B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 11

    C. Tujuan Penelitian .............................................................................................. 11

    1. Tujuan Umum .............................................................................................. 11

    2. Tujuan Khusus ............................................................................................. 11

    D. Manfaat Penelitian ............................................................................................. 12

    1. Manfaat Bagi Peneliti .................................................................................. 12

    2. Manfaat Bagi Institusi Pendidikan ............................................................... 12

    3. Manfaat Bagi Tempat Penelitian ................................................................. 12

  • STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 11

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    A. Konsep Remaja .................................................................................................. 13

    1. Defenisi Remaja .......................................................................................... 13

    2. Tugas Perkembangan Remaja ..................................................................... 13

    3. Ciri-Ciri Masa Remaja ................................................................................ 14

    4. Perkembangan Intelektual, Moral, Sosial dan Kepribadian Remaja ........... 16

    B. Konsep Perilaku ................................................................................................. 18

    1. Pengertian .................................................................................................... 18

    C. Perilaku Merokok Pada Remaja ......................................................................... 20

    1. Pengertian Perilaku Merokok ...................................................................... 20

    2. Tahap-Tahap Perilaku Merokok .................................................................. 24

    D. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Merokok ..................................... 25

    1. Faktor Diri (internal) .................................................................................... 25

    2. Faktor Lingkungan (eksternal) ..................................................................... 25

    BAB III KERANGKA KERJA PENELITIAN

    A. Kerangka Konsep ............................................................................................... 40

    B. Variabel Penelitian ............................................................................................. 41

    C. Hipotesis Penelitian ........................................................................................... 41

    D. Definisi Operasional .......................................................................................... 41

    BAB IV METODE PENELITIAN

    A. Desain Penelitian ............................................................................................... 43

    B. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................................ 43

    C. Populasi dan Sampel .......................................................................................... 43

    D. Alat Pengumpulan Data ..................................................................................... 45

    E. Metode Pengumpulan Data ................................................................................ 46

  • STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 12

    F. Pengolahan Data dan Analisa Data .................................................................... 46

    G. Etika Penelitian .................................................................................................. 48

    BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Analisis Univariat .............................................................................................. 50

    B. Analisis Bivariat ................................................................................................. 53

    C. Pembahasan ........................................................................................................ 57

    BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan ........................................................................................................ 63

    B. Saran .................................................................................................................. 63

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

  • STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 13

    DAFTAR TABEL

    Nama Tabel Halaman

    Tabel 3.1 Definisi operasional 41

    Tabel 4.1 Proportional stratified sampling 45

    Tabel 5.1 Distribusi responden berdasarkan kelas di SMA Negeri 2

    Mamuju Kab. Mamuju Tahun 2014

    50

    Tabel 5.2 Distribusi responden berdasarkan umur di SMA Negeri 2

    Mamuju Kab. Mamuju Tahun 2014

    51

    Tabel 5.3 Distribusi responden berdasarkan perilaku di SMA

    Negeri 2 Mamuju Kab. Mamuju Tahun 2014

    51

    Tabel 5.4 Distribusi responden berdasarkan pengetahuan di SMA

    Negeri 2 Mamuju Kab. Mamuju Tahun 2014

    52

    Tabel 5.5 Distribusi responden berdasarkan psikososial di SMA

    Negeri 2 Mamuju Kab. Mamuju Tahun 2014

    52

    Tabel 5.6 Distribusi responden berdasarkan lingkungan di SMA

    Negeri 2 Mamuju Kab. Mamuju Tahun 2014

    53

    Tabel 5.7 Pengaruh pengetahuan responden terhadap prilaku

    merokok pada remaja di SMA Negeri 2 Mamuju Kab.

    Mamuju Tahun 2014

    54

    Tabel 5.8 Pengaruh psikososial responden terhadap perilaku

    merokok pada remaja di SMA Negeri 2 Mamuju Kab.

    Mamuju Tahun 2014

    55

    Tabel 5.9 Pengaruh lingkungan responden terhadap perilaku

    merokok pada remaja di SMA Negeri 2 Mamuju Kab.

    Mamuju Tahun 2014

    56

  • STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 14

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 : Lembar konsul

    Lampiran 2 : Permohonan menjadi responden

    Lampiran 3 : Persetujuan menjadi responden

    Lampiran 4 : Lembar kuesioner

    Lampiran 5 : Surat izin dari STIKES Andini Persada Mamuju

    Lampiran 6 : Surat izin penelitian dari KESBANGPOL dan LINMAS

    Lampiran 7 : Master tabel

    Lampiran 8 : Output SPSS

  • STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 15

    Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES)

    Andini Persada Mamuju Sulawesi Barat

    Skripsi, 8 Agustus 2014

    ABSTRAK

    LUKMAN, NIM : 012010005, FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

    PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA DI SMA NEGERI 2 MAMUJU KAB.

    MAMUJU TAHUN 2014 (DIBIMBING OLEH EDI PURNOMO DAN FREE

    MARLIN PATAK)

    (xiii, 64 halaman, 11 tabel, 2 gambar, 8 lampiran)

    Perilaku merokok di SMA Negeri 2 Mamuju disebabkan oleh kurangnya pengetahuan

    tentang bahaya rokok, pengaruh teman, stress skibat pacar, dan stress akibat tekanan dari

    keluarga. Selain itu kurangnya sosialisasi masalah bahaya rokok dapat mengakibatkan

    meningkatnya perokok di kalangan remaja terutama anak sekolah.

    Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi perilaku merokok pada

    remaja di SMA Negeri 2 Mamuju Kab. Mamuju Tahun 2014

    Penelitian ini merupakan penelitian survey yang bersifat analitik dengan pendekatan Cross

    Sectional dilakukan pada tanggal 5 Mei-6 Agustus 2014. Populasi dalam penelitian ini adalah

    remaja siswa kelas X dan XI di SMAN Negeri 2 Mamuju Tahun 2014 yang berjumlah 189

    orang. Dengan jumlah sampel 82 responden.

    Hasil bivariat dengan menggunakan uji uji chi-square menunjukkan bahwa Ada

    pengaruh antara pengetahuan terhadap perilaku merokok pada remaja di SMA Negeri 2

    Mamuju Kab. Mamuju Tahun 2014, ditandai dengan nilai P = 0,000. Ada pengaruh antara

    psikososial terhadap perilaku merokok pada remaja di SMA Negeri 2 Mamuju Kab. Mamuju

    Tahun 2014, ditandai dengan nilai P = 0,000. Ada pengaruh antara linkungan terhadap

    perilaku merokok pada remaja di SMA Negeri 2 Mamuju Kab. Mamuju Tahun 2014, ditandai

    dengan nilai P = 0,000.

    Berdasarkan hasil penelitian maka agar lebih mengontrol siswa agar tidak merokok dan

    mempertegas aturan merokok bagi siswa serta mengantisipasi stress yang mungkin terjadi

    pasa siswa dengan lebih mengaktifkan bimbingan dan konseling.

    Kata Kunci : Perilaku merokok, pengetahuan, psikososial dan lingkungan

    Kepustakaan : 21 (2004-2013)

  • STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 16

    College of Health Sciences (STIKES)

    Andini Persada Produktion West Sulawesi

    Thesis, 8 August 2014

    ABSTRACT

    LUKMAN, NIM: 012010005, "FACTORS AFFECTING BEHAVIOR IN

    ADOLESCENT SMOKING SMA 2 MAMUJU KAB. MAMUJU YEAR 2014 "(guided

    by EDI PURNOMO AND FREE MARLIN PATAK)

    (xiii, 64 pages, 11 tables, 2 images, annex 8)

    Smoking behavior at SMAN 2 Mamuju caused by a lack of knowledge about the dangers

    of smoking, the influence of friends, stress skibat boyfriend, and stress due to pressure from

    the family. In addition, lack of socialization problems may result in increased danger of

    cigarette smokers among teenagers, especially school children.

    The purpose of the study To investigate the factors that influence smoking behavior in

    adolescents in SMAN 2 Mamuju Kab. Mamuju Year 2014, This research is analytic survey

    with cross sectional approach was conducted on May 5 to August 6 2014 population in this

    study were young students of class X and XI in SMA Negeri 2 Mamuju 2014, amounting to

    189 people. With a sample size of 82 respondents.

    Bivariate results using the chi-square test showed that Ada influence of knowledge on

    smoking behavior in adolescents in SMAN 2 Mamuju Kab. Mamuju Year 2014, marked with

    a P value = 0.000. There are between psychosocial influences on smoking behavior in

    adolescents in SMAN 2 Mamuju Kab. Mamuju Year 2014, marked with a P value = 0.000.

    There is the influence of environments on smoking behavior in adolescents in SMAN 2

    Mamuju Kab. Mamuju Year 2014, marked with a P value = 0,000.

    Based on the research in order to better control the students from smoking and reinforce

    the smoking rules for students and anticipate stress that may occur pasa enable students with

    more guidance and counseling.

    Keywords : Smoking behavior, knowledge, psychosocial and environmental

    Bibliography : 21 (2004-2013)

  • STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 17

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Masalah rokok saat ini menjadi topik yang sedang hangat dibicarakan. Telah banyak

    artikel dalam media cetak dan pertemuan ilmiah, ceramah, wawancara baik di radio

    maupun televisi serta penyuluhan mengenai bahaya merokok dan kerugian yang

    ditimbulkan akibat rokok. Berbagai kebijakan dan aturan yang memuat sanksi bagi para

    perokok dipublikasikan secara terus-menerus. Bahkan setiap tanggal 31 Mei, Badan

    Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan sebagai Hari Tanpa Tembakau Sedunia (World No

    Tobacco Day). Melalui peringatan hari tanpa rokok sedunia ini, diharapkan menjadi

    kesempatan bagi kita untuk berfikir kembali dan menyadari akan bahaya dan dampak

    rokok baik bagi perokok itu sendiri maupun lingkungan disekitarnya.

    Rokok merupakan zat adiktif yang mengancam kesehatan karena didalamnya

    mengandung zat-zat yang membahayakan tubuh. Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan

    beberapa artikel ilmiah menerangkan bahwa dalam setiap kumpulan asap rokok

    terkandung 4000 racun kimia berbahaya dan 43 diantaranya bersifat karsinogenik

    (merangsang tumbuhnya kanker). Beberapa zat yang berbahaya tersebut diantaranya tar,

    karbonmonoksida (CO) dan nikotin (Abadi, 2005).

    Melalui zat yang dihisap dalam rokok, hampir sekitar 90 % kanker paru-paru tidak

    dapat diselamatkan. (Basyir, 2005). Selain itu rokok dapat menyebabkan kanker mulut,

    bibir, kerongkongan, penyakit jantung, bahkan disinyalir dapat memperpendek usia.

    Menurut perhitungan Fakultas Kedokteran di Inggris, rata-rata setiap perokok kehilangan

    5 menit umurnya setiap menghisap sebatang rokok (Nainggolan, 2000).

    Pada tahun 2001 meningkat menjadi 31,5 %. Pada tahun 2007 mencapai 34,2 %.

    Kemudian tahun 2010 naik lagi menjadi 34,7 % (Riskesdas, 2010).

  • STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 18

    Umur mulai merokok pada usia anak mengalami peningkatan, demikian pula umur

    mulai merokok pada usia remaja dan dewasa muda mengalami peningkatan. Menurut

    data hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 dan 2010, terjadi

    kecenderungan peningkatan umur mulai merokok pada usia yang lebih muda. Menurut

    Riskesdas 2007, umur pertama kali merokok pada usia 5-9 tahun sebesar 1,2 %, pada

    usia 10-14 tahun sebesar 10,3 %, pada usia 15-19 tahun sebesar 33,1 %, pada usia 20-24

    tahun sebesar 12,1 %, pada usia 25-29 tahun sebesar 3,4 % dan pada usia >30 tahun

    sebesar 4 %. Sedangkan menurut Riskesdas 2010, umur pertama kali merokok pada usia

    5-9 tahun sebesar 1,7 %, pada usia 10-14 tahun sebesar 17,5 %, pada usia 15-19 tahun

    sebesar 43,3 %, pada usia 20-24 tahun sebesar 14,6 %, pada usia 25-29 tahun sebesar 4,3

    % dan pada usia >30 tahun sebesar 3,9 %.

    Ketua Badan Khusus Pengendalian Tembakau (BKPT) Ikatan Ahli Kesehatan

    Masyarakat Indonesia, dan dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

    (FKM UI), Widyastuti Soerojo, dalam seminar "Meningkatkan Harkat dan Martabat

    Konsumen dengan Informasi Jelas dan Benar dan Perlindungan Hukum" di Jakarta,

    2010, mengatakan bahwa Nikotin memiliki skor tertinggi dalam hal membuat

    ketergantungan dibandingkan dengan zat adiktif lainnya seperti heroin, kokain,

    mariyuana, kafein, dan alkohol. Menurut Soerojo, "skor itu dilihat dari aspek tingkat

    kesulitan untuk berhenti, angka kambuhan, dorongan tetap menggunakan meski sudah

    tahu bahayanya serta persentase orang yang ketagihan, dari 75 hingga 80 persen perokok

    yang ingin berhenti merokok, hasilnya kurang dari 5 persen yang berhasil berhenti

    merokok." Hal itu disebabkan karena nikotin dalam tembakau adalah zat adiktif plus.

    Dikatakan pula , peraturan apa pun yang dibuat untuk membatasi konsumsi rokok, sulit

    untuk menghentikan ketagihan rokok.

  • STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 19

    Prevalensi merokok di Indonesia dari tahun ketahun cenderung mengalami

    peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari hasil Riskesdas tahun 2007, penduduk Indonesia

    berusia >15 tahun yang merokok setiap hari sebanyak 27,2 %, yang kadang-kadang

    (tidak setiap hari) merokok sebanyak 6,1 %, mantan perokok sebesar 3,7 % dan yang

    tidak merokok sebesar 63 %. Sedangkan menurut hasil Riskesdas 2010, penduduk

    Indonesia berusia >15 tahun yang merokok setiap hari sebanyak 28,2 %, yang kadang-

    kadang (tidak setiap hari) merokok sebanyak 6,5 %, mantan perokok sebesar 5,4 % dan

    yang tidak merokok sebesar 59,9 %. Dibandingkan tahun 2007, pada tahun 2010 terlihat

    adanya peningkatan prevalensi merokok penduduk berusia >15 tahun.

    Menurut WHO, 80% perokok di dunia berdomisili di negara-negara berkembang. Di

    Indonesia terdapat lebih dari 50 juta orang yang membelanjakan uangnya secara rutin

    untuk membeli rokok. Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa kebiasaan merokok

    akan menurunkan kemampuan ekonomi keluarga miskin yang banyak terdapat di negara-

    negara berkembang. Sedangkan menurunnya kemampuan ekonomi akan berakibat lebih

    lanjut pada menurunnya kemampuan menyediakan makanan bergizi bagi keluarga,

    pendidikan dan upaya memperoleh pelayanan kesehatan.

    Menurut Tobacco Control Support Center (TCSC), Ikatan Ahli Kesehatan

    Masyarakat Indonesia (IAKMI), pada tahun 2005 jumlah kematian akibat 3 kelompok

    penyakit utama yaitu kanker, penyakit jantung dan penyakit pernafasan kronik obstruktif

    diperkirakan sebesar 400.000 orang yang menyebabkan kerugian total sebesar 167

    Triliun Rupiah atau setara dengan 5 kali lipat pendapatan pemerintah dari cukai

    tembakau pada tahun yang sama sebesar 37 Triliun Rupiah.

    Dengan jumlah perokok di Indonesia yang mencapai lebih dari 60 juta dan konsumsi

    rokok yang mencapai 240 milyar batang per tahun, maka dapat dikalkulasi jumlah

    konsumsi rokok rata-rata per hari yaitu 10,95 batang perhari. Dapat dikatakan bahwa

  • STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 20

    pada tahun 2008 setiap perokok di Indonesia menghisap rata-rata 10 hingga 11 batang

    rokok perhari. TCSC-IAKMI, Profil Tembakau Indonesia, Tahun 2009.

    Menurut data Susenas, tahun 2004, rata-rata jumlah konsumsi rokok orang dewasa

    adalah: laki-laki mengkonsumsi 11 batang rokok per hari, sedangkan perempuan

    mengkonsumsi 10 batang rokok per hari. Sedangkan menurut Riskesdas 2007, rata-rata

    jumlah konsumsi rokok orang dewasa adalah 10 batang perhari, laki-laki 11 batang dan

    perempuan 7 batang perhari. Menurut Riskesdas 2007 dan 2010, jumlah perokok laki-

    laki lebih tinggi (64 % dan 65,9 %) dibandingkan perempuan (4,9 % dan 4,2 %).

    Konsumsi rokok terendah pada kelompok umur 15-24 tahun dan kelompok +55 tahun.

    (Susenas, 2004).

    Menurut Riskesdas 2007 dan 2010, usia mulai merokok pada anak-anak yang

    tertinggi pada usia 15-19 tahun (33,1 % pada tahun 2007 dan 43,3 % pada tahun 2010),

    juga merupakan yang tertinggi dari seluruh kelompok umur. Hal ini menunjukkan bahwa

    anak-anak merupakan kelompok yang paling rentan untuk terpapar rokok pertama kali.

    Data Riskesdas 2007 dan 2010 juga menunjukkan usia mulai merokok pertama kali ada

    kecenderungan semakin muda (1,2 % pada tahun 2007 menjadi 1,7 % pada tahun 2010).

    Menurut TCSC-IAKMI, prevalensi perokok dewasa pendidikan rendah lebih besar

    daripada perokok dewasa pendidikan tinggi. Data tahun 2004 menunjukkan bahwa

    sebanyak 67 % laki-laki tidak bersekolah atau tidak lulus SD adalah perokok aktif, di sisi

    lain, perokok aktif lulusan pendidikan tinggi sebanyak 47,8%.

    Menurut Riskesdas 2007, prevalensi merokok umur >15 tahun yang tertinggi pada

    kelompok yang tidak sekolah atau tidak tamat SD yaitu sebesar 72,3 % pada laki-laki

    dan 10,1 % pada perempuan. Menurut Susenas tahun 2004, prevalensi merokok pada

    kelompok sosial ekonomi terendah (termiskin) lebih tinggi pada kelompok sosial

    ekonomi tertinggi (terkaya).

  • STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 21

    Sedangkan menurut Riskesdas 2007, prevalensi perokok berdasarkan tingkat sosial

    ekonomi hampir tidak menunjukkan adanya perbedaan, demikian juga pada perokok

    perempuan tidak menggambarkan pola tertentu. Tahun 2007 prevalensi perokok

    kelompok sosial ekonomi terendah 35,8 % sementara kelompok sosial ekonomi tertinggi

    31,5 %. Terdapat kenaikkan 5,6% pada kelompok sosial ekonomi terendah selama tahun

    2004 - 2007 sementara yang tertinggi justru turun 4 %. Menurut Susenas 2004, umur

    mulai merokok yang tertinggi pada kelompok umur 15-19 tahun yaitu sebesar 63,7 %,

    diikuti kelompok usia 20-24 tahun (17,2 %) dan kelompok usia 10-14 tahun sebesar 12,6

    %.

    Menurut Susenas 2004, sebanyak 82,4 % dari perokok berusia lebih dari 15 tahun

    merokok di dalam rumah. Sedangkan menurut Riskesdas 2007, sebanyak 85,4 % dari

    perokok berusia 10 tahun ke atas merokok di dalam rumah bersama dengan anggota

    lainnya.

    Menurut Global Youth Tobacco Survey (GYTS, tahun 2006), enam dari 10 siswa

    terpapar asap rokok di sekolah dan ada 8 dari 10 siswa terpapar asap rokok di tempat-

    tempat umum. Sedangkan menurut GYTS 2009, Dua dari tiga siswa (68,8 %) terpapar

    asap rokok orang lain di dalam rumah mereka dan lebih dari tiga perempat persen (78,1

    %) siswa terpapar asap rokok orang lain di tempat umum.

    Menurut WHO, pada abad ke-20 yang baru lalu, ada 100 juta penduduk dunia

    meninggal dunia akibat rokok. Diperkirakan pada tahun 2030 angka kematian akibat

    rokok akan melebihi 8 juta orang pertahun dan akan ada 1 milyar kematian akibat rokok

    selama abad 21 ini bila tidak dilakukan upaya-upaya intervensi yang efektif.

    Menurut hasil studi yang dilakukan oleh Richard D. Semba et al, di Indonesia tahun

    2000-2003 pada lebih dari 360.000 rumah tangga miskin di perkotaan dan perdesaan,

    ternyata bahwa terdapat perbedaan bermakna angka kematian bayi dan angka kematian

  • STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 22

    balita antara keluarga yang ayahnya merokok dan keluarga dengan ayah tidak merokok.

    Terlihat bahwa angka kematian bayi dan balita pada keluarga yang ayahnya merokok

    lebih tinggi daripada pada keluarga dengan ayah yang tidak merokok, perkotaan; ayah

    merokok dengan angka kematian bayi 6,3 %, angka kematian balita 8,1 % dan ayah tidak

    merokok; angka kematian bayi 5,3%, angka kematian balita 6,6 % sedangkan di

    pedesaan; ayah merokok dengan angka kematian bayi 9,2%, angka kematian balita 10,9

    % dan ayah tidak merokok; angka kematian bayi 6,4 %, angka kematian balita 7,6 %.

    Pelarangan merokok di tempat-tempat umum telah dikeluarkan melalui PP No.

    19/2003, Pemda DKI Jakarta mengeluarkan Perda No. 2/2005 tentang pengendalian

    pencemaran udara dimana diselipkan pasal (pasal 13) yang mengatur kawasan tanpa

    rokok, dan Keputusan Gubernur tentang kawasan dilarang merokok. Pemerintah Daerah

    yang telah menerapkan peraturan kawasan tanpa rokok adalah Pemda kota Bogor, kota

    Tangerang, kota Palembang dan beberapa kota lainnya yang belum memublikasikan

    peraturannya. Namun dalam prakteknya belum nampak kesungguhan pemerintah dalam

    penerapan sanksi kepada pelanggarnya.

    Saat ini Indonesia merupakan negara terbesar ketiga di dunia dalam jumlah perokok,

    namun ada satu hal kontradiktif yaitu Indonesia merupakan salah satu dari dua negara di

    dunia yang tidak menandatangani Kerangka Kerja Konvensi Pengendalian Tembakau

    atau Framework Convention on Tobacco Control (FCTC). Negara lain yang tidak

    menandatangani FCTC adalah Zimbabwe.

    Pemerintah Indonesia sebenarnya pernah terlibat aktif dalam forum (rapat-rapat)

    Inter Governmental Negotiating Body untuk pembahasan dan penyusunan draft

    kesepakatan FCTC di Genewa selama tahun 2000-2003, diwakili oleh Departemen

    Kesehatan, Departemen Perdagangan, dan Departemen Luar Negeri. Selain itu Indonesia

    juga telah hadir pada World Health Assembly di Geneva, pada 31 Mei 2003.

  • STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 23

    Tujuan kesepakatan FCTC adalah untuk mengendalikan perdagangan rokok agar

    tidak mengganggu kesehatan masyarakat. Landasan penyusunan kesepakatan FCTC

    adalah Pasal 19 anggaran dasar WHO tentang wewenang untuk mengeluarkan

    kesepakatan yang mengikat (binding treaty) di antara para anggotanya yang bertujuan

    untuk melindungi dan meningkatkan kesehatan masyarakat.

    Dalam perkembangannya hingga kini sudah 172 negara (parties) yang

    menandatangani, mengaksesi atau meratifikasi FCTC. Dapat dikatakan bahwa secara

    diplomatis 172 negara tersebut menyatakan mendukung upaya pengendalian dampak

    tembakau terhadap kesehatan, meski ada kemungkinan bahwa sebenarnya (secara

    tertutup) mereka juga menentang FCTC, tetapi 172 negara ini tidak secara frontal dan

    terbuka menentang. Tetapi Indonesia berani menentang kesepakatan FCTC secara

    terbuka dengan tidak mau menandatangani, mengaksesi atau meratifikasi kesepakatan

    FCTC hingga saat ini.

    Banyak hal yang dapat menjadi resiko timbulnya perilaku merokok pada anak usia

    remaja. Subanada (Soetjiningsih, 2004) mengungkapkan bahwa faktor resiko munculnya

    perilaku merokok pada remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya; Faktor

    psikologis/kepribadian yang terdiri dari faktor psikososial yang meliputi stress, rasa

    bosan, rasa ingin tahu, ingin terlihat gagah, rendah diri dan perilaku yang menunjukan

    pemberontakan menjadi hal yang mengkontribusi remaja untuk mulai merokok; Selain

    itu, secara psikologis perilaku merokok pada remaja diasosiasikan juga dengan gangguan

    psikiatrik; Faktor biologis, meliputi fungsi kognisi, etnik, genetik dan jenis kelamin;

    Faktor lingkungan, yakni orangtua, saudara kandung, teman sebaya dan reklame atau

    iklan menampilkan sang idola remaja; Faktor regulatori yakni adanya pajak atau bea

    cukai yang tinggi terhadap rokok dengan maksud untuk menurunkan daya beli

    masyarakat terhadap rokok, dan pembatasan fasilitas / lokasi untuk merokok.

  • STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 24

    Faktor psikologis dapat dilihat dari kajian perkembangan remaja lingkungan, artinya

    perilaku merokok selain disebabkan oleh faktor dalam diri, Erikson mengatakan bahwa

    setiap remaja akan mengalami fase krisis dalam proses pencarian jati dirinya yang

    disebabkan karena adanya perubahan fisik dan psikososial. Ketidaksesuaian antara

    perkembangan fisik, psikis dan sosial menyebabkan remaja berada dalam kondisi

    dibawah tekanan atau stress. Merokok menjadi alternatif yang mereka pilih karena

    dianggap dapat mengurangi ketegangan dan membantu relaksasi terhadap stress (Helmi

    & Komalasari, 2006).

    Aktivitas merokok yang ada di lingkungan menstimulasi remaja untuk mencoba hal

    yang sama agar dapat diterima sebagai anggota dari lingkungan tersebut (A.F Muchtar

    2005). Orang tua, saudara kandung, teman sebaya dan iklan merupakan faktor

    lingkungan yang mendorong remaja untuk merokok.

    Berdasarkan faktor biologi, merokok merupakan perilaku yang diturunkan secara

    genetik, dan perilaku ini lebih banyak terjadi pada mereka keturunan ras kulit putih.

    Sedangkan berdasarkan faktor regulatori, perilaku merokok berkaitan dengan daya beli

    masyarakat terhadap rokok yang akan terpengaruh oleh kebijakan pemerintah melalui

    pajak atau bea cukai rokok. Selain itu adanya kebijakan penentuan daerah bebas rokok,

    menjadi upaya yang diharapkan dapat mengurangi konsumsi mayarakat akan rokok dan

    sekolah menjadi salah satu tempat yang ditetapkan sebagai kawasan bebas rokok

    (Soetjiningsih, 2004).

    Melihat dari faktor-faktor tersebut, dalam kesempatan ini penulis hanya

    memfokuskan penelitian pada dua faktor yakni psikologis (stress) dan faktor lingkungan

    yang meliputi dukungan keluarga, dukungan teman, dan dukungan iklan. Adapun faktor

    biologi dan regulatori tidak menjadi lingkup penelitian dengan pertimbangan; faktor

    biologis akan sangat sulit untuk diteliti, sedangkan berkaitan dengan faktor regulatori,

  • STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 25

    Padahal SMA Negeri 2 Mamuju Kab. Mamuju sendiri memiliki kebijakan yang tertulis

    dalam perjanjian antara pihak sekolah dengan calon siswa mengenai larangan membawa

    ataupun merokok didalam maupun diluar lingkungan sekolah, termasuk sanksi tegas

    yang menjerat apabila larangan ini di langgar oleh siswa.

    Berdasarkan studi awal yang dilakukan di SMA Negeri 2 Mamuju Kab. Mamuju

    merupakan instansi pendidikan yang berada di Kota Mamuju Kab. Mamuju, tepatnya di

    Jl. Soekarno Hatta. Instansi pendidikan ini merupakan sekolah negeri yang banyak

    diminati di Kota Mamuju Kab. Mamuju. Hal ini terlihat dari banyaknya siswa yang

    terdaftar di SMA Negeri 2 Mamuju Kab. Mamuju. Jumlah siswa secara keseluruhan di

    SMA Negeri 2 Mamuju Kab. Mamuju berjumlah 598 siswa (278 siswa laki-laki dan 320

    siswa perempuan). Dari 598 siswa tersebut terbagi menjadi 237 siswa kelas I, 185 siswa

    kelas II dan 176 siswa kelas III.

    Dari data latar belakang di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian

    mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Merokok Pada Remaja Di SMA

    Negeri 2 Mamuju Kab. Mamuju Tahun 2014

    B. Rumusan Masalah

    Masalah yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah apakah ada faktor-

    faktor yang mempengaruhi perilaku merokok pada remaja di SMA Negeri 2 Mamuju

    Kab. Mamuju Tahun 2014?.

    C. Tujuan Penelitian

    1. Tujuan Umum

    Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi perilaku merokok pada remaja di

    SMA Negeri 2 Mamuju Kab. Mamuju Tahun 2014.

  • STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 26

    2. Tujuan Khusus

    a. Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan terhadap perilaku merokok remaja di

    SMA Negeri 2 Mamuju Tahun 2014

    b. Untuk mengetahui pengaruh psikososial terhadap perilaku merokok pada remaja

    di SMA Negeri 2 Mamuju Kab. Mamuju Tahun 2014

    c. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan terhadap perilaku merokok pada remaja

    di SMA Negeri 2 Mamuju Kab. Mamuju Tahun 2014

    d. Untuk mengetahui faktor yang dominan yang mempengaruhi perilaku merokok

    pada remaja di SMA Negeri 2 Mamuju Kab. Mamuju Tahun 2014

    D. Manfaat Penelitian

    1. Manfaat Bagi Peneliti

    Merupakan tambahan ilmu pengetahuan dalam memperluas wawasan tentang

    metode penelitian khususnya tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

    merokok pada remaja dan sebagai bahan informasi bagi peneliti selanjutnya yang

    relevan dengan penelitian ini.

    2. Manfaat Bagi Institusi Pendidikan

    a. Sebagai bahan masukan dalam rangka upaya menurunkan angka kematian akibat

    penyakit yang berkaitan dengan merokok.

    b. Sebagai bahan masukan dalam rangka upaya pencegahan atau penanggulangan

    kebiasaan merokok pada siswa.

    3. Manfaat Bagi Tempat Penelitian

    Untuk memberikan masukan bagi pihak sekolah agar lebih mengontrol siswa

    agar tidak merokok dan mempertegas aturan merokok bagi siswa serta

    mengantisipasi stress yang mungkin terjadi pada siswa dengan lebih mengaktifkan

    bimbingan dan konseling.

  • STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 27

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Konsep Remaja

    1. Defenisi Remaja

    Remaja adalah bila seorang anak telah mencapai umur 10-18 tahun untuk anak

    perempuan dan 12-20 tahun untuk anak laki-laki (Soetjiningsih, 2004). Remaja

    adalah periode perubahan dari masa anak-anak dan masa dewasa (10-24 tahun)

    (ICPD, 1994).

    Harold (Nurihsan: 2011: 55) menyatakan bahwa periode masa remaja itu kiranya

    dapat didefinisikan secara umum sebagai suatu periode dalam perkembangan yang

    dijalani seseorang yang terbentang semenjak berakhirnya masa kanak-kanaknya

    sampai datangnya awal masa dewasanya.

    Konopka (Yusuf:2009:9) menyatakan bahwa masa remaja merupakan segmen

    kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan siswa, dan merupakan masa

    transisi (dari masa anak ke masa dewasa) yang diarahkan kepada perkembangan

    masa dewasa yang sehat.

    2. Tugas Perkembangan Remaja

    a. Memperluas hubungan antara pribadi dan berkomunikasi secara lebih dewasa

    dengan kawan sebaya, baik laki-laki maupun perempuan

    b. Memperoleh peranan sosial

    c. Menerima keadaan tubuhnya dan menggunakannya secara efektif

    d. Memperoleh kebebasan emosional dari orangtua dan orang dewasa lainnya

    e. Mencapai kepastian akan kebebasan dan kemampuan berdiri sendiri

    f. Memilih dan mempersiapkan lapangan pekerjaan

    g. Mempersiapkan diri dalam pembentukan keluarga

  • STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 28

    h. Membentuk sistem nilai, moralitas dan falsafah hidup (Soetjiningsih, 2004).

    3. Ciri-Ciri Masa Remaja

    a. Masa Remaja Sebagai Periode yang Penting

    Ada beberapa periode yang lebih penting daripada lainnya, karena akibatnya

    yang langsung terhadap sikap dan perilaku dan ada lagi yang penting karena

    akibat-akibat jangka panjang penting. Ada periode yang penting karena akibat

    fisik dan ada lagi karena akibat periode remaja kedua-duanya sama penting.

    b. Masa Remaja Sebagai Masa Peralihan

    Peralihan tidak terputus dengan atau berubah dariapa yang terjadi

    sebelumnya, melainkan lebih-lebih sebuah peralihan dari satu tahap

    perkembangan ke tahap berikutnya. Dalam setiap periode peralihan, status

    tidaklah jelas dan terdapat keraguan akan peran yang harus dilakukan. Pada masa

    ini remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan orang dewasa

    c. Masa Remaja Sebagai Periode Perubahan

    Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama remaja sejajar dengan

    tingkat perubahan fisik selama awal masa remaja ketika perubahan fisik terjadi

    dengan pesat. Perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung pesat. Kalau

    perubahan fisik menurun maka perubahan sikap dan perilaku juga menurun.

    d. Masa Remaja Sebagai Masa Mencari Identitas

    Pada tahun-tahun awal masa remaja, penyesuaian diri dengan kelompok

    masih tetap penting bagi anak laki-laki maupun perempuan, lambat laun mereka

    mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi dengan menjadi sama

    dengan teman dalam segala hal, seperti sebelumnya.

  • STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 29

    e. Masa Remaja Sebagai Usia Yang Menimbulkan Ketakutan

    Anggapan stereotif budaya bahwa remaja anak-anak yang tidak rapih, yang

    tidak dapat dipercaya dan cenderung merusak dan berperilaku merusak

    menyebabkan orang dewasa yang harus membimbing dan mengawasi kehidupan

    remaja muda takut bertanggung jawab dan bersikap tidak simpatik terhadap

    perilaku remaja yang normal.

    f. Masa sebagai Masa Yang Tidak Realistik

    Remaja cenderung memandang kehidupan melalui kacamata berwarna merah

    jambu. Ia melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang ia inginkan

    dan bukan sebagaimana adanya, terlebih dalam hal cita-cita. Semakin tidak

    realistik cita-citanya semakin ia menjadi marah. Remaja akan sakit hati dan

    kecewa apabila orang lain mengecewakannya/kalau ia tidak berhasil mencapai

    tujuan yang ditetapkannya.

    g. Masa Remaja Sebagai Ambang Masa Dewasa

    Dengan semakin mendekatnya usia kematangan yang sah, para remaja

    menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan untuk

    memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa (Hurlock, 1999).

    4. Perkembangan Intelektual, Moral, Sosial dan Kepribadian Remaja

    a. Perkembangan Intelektual/Kognitif

    Menurut Piaget, remaja masuk dalam tingkat perkembangan kognitif

    tertinggipada Tahap Operasional Formal ( analitis kombinatoris)

    1) Mampu berpikir abstrak

    2) Memberikan cara baru yang lebih fleksibel untuk memanipulasi informasi.

    3) Mampu menggunakan simbol-simbol dan mampu mempelajari aljabar dan

    kalkulus.

  • STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 30

    4) Mengerti metafora (majas) dan kiasan lebih baik.

    b. Perkembangan Moral

    Enam (6) tahapan Perkembangan Moral Kohlberg :

    1) Level 1 : Moral Pra-Konvensional (4 10 tahun).

    a) Tahap-I : Orientasi terhadap hukuman dan kepatuhan.

    b) Tahap-II : Tujuan instrumental saling berganti

    2) Level 2 : Moral Konvensional (10 13 tahun atau lebih).

    a) Tahap-II : Mengutamakan persahabatan, persetujuan oranglain,dan

    aturan.

    b) Menilai baik apa yg menyenangkan dan buruk.

    c) Tahap-IV : Perkembangan hati nurani dan kecemasan sosial, (kesadaran

    untuk mempertahankan aturan)

    3) Level 3 : Moral Post-Konvensional (remaja awal sampai dengan seterusnya).

    a) Tahap-V : Kontak sosial : Melakukan tindakan moral, hak individu, dan

    demokrasi berdasarkan pada hukum, kata hati mulai bicara.

    b) Tahap-VI : Prinsip moral universal sudah mengalami internalisasi

    (tingkah laku moral dikemudikan tanggungjawab batin sendiri).

    c. Perkembangan Sosial

    Anna Freud Pada masa remaja berkembang ego defense mechanisme utama,

    yaitu :

    1) Intelektualisasi, seolah olah tahu banyak secara intelektual namun tidak

    menyelesaikan masalah secara realistik

    2) Ascetism, over control pada hal hal yang berkaitan dengan penampilan diri (

    pakaian, makanan dll).

  • STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 31

    d. Perkembangan Kepribadian

    Pandangan-pandangan kontemporer tentang perkembangan identitas

    menyebutkan beberapa pertimbangan penting, yaitu :

    1) Perkembangan identitas adalah suatu proses yang panjang, dan

    2) Perkembangan identitas sangat luar biasa kompleks.

    e. Perbedaan Gender dalam Pembentukan Identitas

    1) Banyak peneliti mendukung pendapat Erikson Identitas dan Intimasi pada

    perempuan berkembang secara bersamaan (intimasi lebih berarti pada anak

    perempuan)

    2) Self-Esteem, selama masa remaja berkembang pesat dalam konteks hubungan

    dengan rekan sebaya (jenis kelamin sama).

    B. Konsep Perilaku

    1. Pengertian

    Perilaku manusia adalah refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti

    pengetahuan, persepsi, minat, keinginan dan sikap. Hal-hal yang mempengaruhi

    perilaku seseorang sebagian terletak dalam diri individu sendiri yang disebut juga

    faktor internal sebagian lagi terletak di luar dirinya atau disebut dengan faktor

    eksternal yaitu faktor lingkungan ( Notoatmodjo, 1997 ).

    Menurut WHO, yang dikutip oleh Notoatmodjo (1993), perubahan perilaku

    dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu :

    a. Perubahan alamiah (natural change), ialah perubahan yang dikarenakan

    perubahan pada lingkungan fisik, sosial, budaya ataupun ekonomi dimana dia

    hidup dan beraktifitas.

    b. Perubahan terencana (planned change), ialah perubahan ini terjadi, karena

    memang direncanakan sendiri oleh subjek.

  • STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 32

    c. Perubahan dari hal kesediaannya untuk berubah (readiness to change), ialah

    perubahan yang terjadi apabila terdapat suatu inovasi atau program-program

    baru, maka yang terjadi adalah sebagian orang cepat mengalami perubahan

    perilaku dan sebagian lagi lamban. Hal ini disebabkan setiap orang mempunyai

    kesediaan untuk berubah yang berbeda-beda.

    Tim ahli WHO (1984), menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang itu

    berperilaku ada empat alasan pokok, yaitu :

    a. Pemikiran dan perasaan

    Bentuk pemikiran dan perasaan ini adalah pengetahuan, kepercayaan, sikap

    dan lainlain.

    b. Orang penting sebagai referensi

    Apabila seseorang itu penting bagi kita, maka apapun yang ia katakan dan

    lakukan cenderung untuk kita contoh. Orang inilah yang dianggap kelompok

    referensi seperti : guru, kepala suku dan lain-lain.

    c. Sumber-sumber daya

    Yang termasuk adalah fasilitas-fasilitas misalnya : waktu, uang, tenaga

    kerja, ketrampilan dan pelayanan. Pengaruh sumber daya terhadap perilaku

    dapat bersifat positif maupun negatif.

    d. Kebudayaan

    Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan pengadaan sumber daya di dalam

    suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup yang disebut

    kebudayaan. Perilaku yang normal adalah salah satu aspek dari kebudayaan dan

    selanjutnya kebudayaan mempunyai pengaruh yang dalam terhadap perilaku.

  • STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 33

    Dari uraian tersebut diatas dapat dilihat bahwa, alasan seseorang

    berperilaku. Oleh sebab itu, perilaku yang sama diantara beberapa orang dapat

    berbeda-beda penyebab atau latar belakangnya.

    Perilaku yang optimal akan memberi dampak pada status kesehatan yang

    optimal juga. Perilaku yang optimal adalah seluruh pola kekuatan, kebiasaan

    pribadi atau masyarakat, baik secara sadar ataupun tidak yang mengarah kepada

    upaya pribadi atau masyarakat untuk menolong dirinya sendiri dari masalah

    kesehatan. Pola kelakuan/kebiasaan yang berhubungan dengan tindakan

    promotif, preventif harus ada pada setiap pribadi atau masyarakat

    C. Perilaku Merokok Pada Remaja

    1. Pengertian Perilaku Merokok

    Perilaku merokok adalah aktivitas seseorang yang merupakan respon orang

    tersebut terhadap rangsangan dari luar yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi

    seseorang untuk merokok dan dapat diamati secara langsung. Sedangkan menurut

    Istiqomah merokok adalah membakar tembakau kemudian dihisap, baik

    menggunakan rokok maupun menggunakan pipa. Temparatur sebatang rokok yang

    tengah dibakar adalah 90 derajat Celcius untuk ujung rokok yang dibakar, dan 30

    derajat Celcius untuk ujung rokok yang terselip di antara bibir perokok (Istiqomah,

    2003).

    Munculnya perilaku dari organisme ini dipengaruhi oleh faktor stimulus yang

    diterima, baik stimulus internal maupun stimulus eksternal. Seperti halnya perilaku

    lain, perilaku merokok pun muncul karena adanya faktor internal (faktor biologis dan

    faktor psikologis, seperti perilaku merokok dilakukan untuk mengurangi stres) dan

    faktor eksternal (faktor lingkungan sosial, seperti terpengaruh oleh teman sebaya).

  • STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 34

    Sari dkk (2003) menyebutkan bahwa perilaku merokok adalah aktivitas menghisap

    atau menghirup asap rokok dengan menggunakan pipa atau rokok.

    Menurut Ogawa (dalam Triyanti, 2006) dahulu perilaku merokok disebut sebagai

    suatu kebiasaan atau ketagihan, tetapi dewasa ini merokok disebut sebagai tobacco

    dependency sendiri dapat didefinisikan sebagai perilaku penggunaan tembakau yang

    menetap, biasanya lebih dari setengah bungkus rokok per hari, dengan adanya

    tambahan distres yang disebabkan oleh kebutuhan akan tembakau secara berulang-

    ulang. Perilaku merokok dapat juga didefinisikan sebagai aktivitas subjek yang

    berhubungan dengan perilaku merokoknya, yang diukur melalui intensitas merokok,

    waktu merokok, dan fungsi merokok dalam kehidupan sehari-hari (Komalasari &

    Helmi, 2000).

    Intensitas merokok sebagai wujud dari perilaku merokok menurut (Bustan, M.N.,

    2000) rokok aktif adalah asap rokok yang berasal dari isapan perokok atau asap

    utama pada rokok yang dihisap (mainstream). Dari pendapat diatas dapat ditarik

    kesimpulan bahwa perokok aktif (active smoker) adalah orang yang merokok dan

    langsung menghisap rokok serta bisa mengakibatkan bahaya bagi kesehatan diri

    sendiri maupun lingkungan sekitar.

    Perokok pasif adalah asap rokok yang dihirup oleh seseorang yang tidak

    merokok (Pasive Smoker). Asap rokok merupakan polutan bagi manusia dan

    lingkungan sekitarnya. Asap rokok lebih berbahaya terhadap perokok pasif dari pada

    perokok aktif. Asap rokok sigaret kemungkinan besar berbahaya terhadap mereka

    yang bukan perokok, terutama di tempat tertutup. Asap rokok yang dihembuskan

    oleh perokok aktif dan terhirup oleh perokok pasif, lima kali lebih banyak

    mengandung karbon monoksida, empat kali lebih banyak mengandung tar dan

    nikotin (Wardoyo, 1996).

  • STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 35

    Sedangkan menurut (Mutadin, 2002) perilaku merokok berdasarkan intensitas

    merokok membagi jumlah rokok yang dihisapnya setiap hari, yaitu:

    a. Perokok sangat berat adalah perokok yang mengkomsumsi rokok sangat sering

    yaitu merokok lebih 31 batang tiap harinya dengan selang merokok lima menit

    setelah bangun tidur pagi hari.

    b. Perokok berat adalah perokok yang menghabiskan 21-30 batang rokok setiap

    hari dengan selang waktu merokok berkisar 6-30 menit setelah bangun tidur

    pagi hari.

    c. Perokok sedang adalah perokok yang mengkomsumsi rokok cukup yaitu 11-21

    batang per hari dengan selang waktu 31-60 menit mulai bangun tidur pagi hari.

    d. Perokok ringan adalah perokok yang mengkomsumsi rokok jarang yaitu sekitar

    10 batang per hari dengan selang waktu 60 menit dari bangun tidur pagi.

    Menurut Tomkins cit Wismanto dan Sarwo (2007) ada 4 tipe perilaku merokok

    berdasarkan Management of affect theory, keempat tipe tersebut adalah :

    a. Tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif. Dengan merokok

    seseorang merasakan penambahan rasa yang positif. Dalam hal ini dibagi dalam

    3 sub tipe:

    1) Pleasure relaxation, perilaku merokok hanya untuk menambah atau

    meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat, misalnya merokok setelah

    minum kopi atau makan.

    2) Stimulation to pick them up, perilaku merokok hanya dilakukan sekedarnya

    untuk menyenangkan perasaan.

    3) Pleasure of handling the cigarette, kenikmatan yang diperoleh dengan

    memegang rokok. Sangat spesifik pada perokok pipa. Perokok pipa akan

    menghabiskan waktu untuk mengisi pipa dengan tembakau sedangkan

  • STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 36

    untuk menghisapnya hanya dibutuhkan waktu beberapa menit saja atau

    perokok lebih senang berlama-lama memainkan rokoknya dengan jari-

    jarinya lama sebelum dia menyalakan dengan api.

    b. Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negatif. Banyak orang

    menggunakan rokok untuk mengurangi perasaan negatif, misalnya bila marah,

    cemas ataupun gelisah, rokok dianggap sebagai penyelamat.

    c. Perilaku merokok yang adiktif (psychological addiction). Bagi yang sudah

    adiksi, akan menambah dosis rokok yang digunakan setiap saat setelah efek

    dari rokok yang dihisapnya berkurang. Mereka umumnya akan pergi keluar

    rumah membeli rokok, walau tengah malam sekalipun.

    d. Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan. Mereka menggunakan rokok

    sama sekali bukan karena untuk mengendalikan perasaan mereka, tetapi

    karena benar-benar sudah kebiasaan rutin. Pada tipe orang seperti ini merokok

    merupakan suatu perilaku yang bersifat otomatis.

    2. Tahap-Tahap Perilaku Merokok

    Laventhal dan Clearly cit Pitaloka (2006) mengungkapkan empat tahap dalam

    perilaku merokok, yaitu :

    a. Tahap Preparatory

    Seseorang mendapatkan gambaran yang menyenangkan mengenai merokok

    dengan cara mendengar, melihat, atau dari hasil bacaan, sehingga menimbulkan

    niat untuk merokok.

    b. Tahap Initiation

    Tahap perintisan merokok, yaitu tahap apakah seseorang akan meneruskan

    ataukah tidak terhadap perilaku merokok.

  • STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 37

    c. Tahap Becoming A Smoker

    Apabila seseorang telah mengkonsumsi rokok sebanyak empat batang per

    hari maka mempunyai kecenderungan menjadi perokok.

    d. Tahap Maintaining Of Smoking

    Pada tahap ini merokok sudah menjadi salah satu bagian dari cara pengaturan

    diri (self regulating). Merokok dilakukan untuk memperoleh efek yang

    menyenangkan.

    D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Merokok

    Menurut Komalasari dan Helmi (2000), perilaku merokok selain disebabkan dari

    faktor dalam diri (internal) juga disebabkan faktor dari lingkungan (eksternal).

    1. Faktor Diri (Internal)

    Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin

    melepaskan diri dari rasa sakit dan kebosanan. Merokok juga memberi image

    bahwa merokok dapat menunjukkan kejantanan (kebanggaan diri) dan

    menunjukkan kedewasaan. Individu juga merokok dengan alasan sebagai alat

    menghilangkan stres (Nasution, 2007).

    Remaja mulai merokok berkaitan dengan adanya krisis psikososial yang

    dialami pada perkembangannya yaitu pada masa ketika mereka sedang mencari

    jati dirinya (Komalasari dan Helmi, 2000).

    2. Faktor Lingkungan (Eksternal)

    Menurut Soetjisningsih (2004), faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

    perilaku merokok remaja adalah keluarga atau orang tua, saudara kandung

    maupun teman sebaya yang merokok, dan iklan rokok.

  • STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 38

    a. Orang Tua

    Perilaku remaja memang sangat menarik dan gaya mereka pun bermacam-

    macam. Ada yang atraktif, lincah, modis, agresif dan kreatif dalam hal-hal

    yang berguna, namun ada juga remaja yang suka hura-hura bahkan mengacau.

    Pada masa remaja, remaja memulai berjuang melepas ketergantungan kepada

    orang tua dan berusaha mencapai kemandirian sehingga dapat diterima dan

    diakui sebagai orang dewasa. Pada masa ini hubungan keluarga yang dulu

    sangat erat sekarang tampak terpecah. Orang tua sangat berperan pada masa

    remaja, salah satunya adalah pola asuh keluarga akan sangat berpengaruh pada

    perilaku remaja. Pola asuh keluarga yang kurang baik akan menimbulkan

    perilaku yang menyimpang seperti merokok, minum-minuman keras,

    menggunakan obat-obat terlarang dan lain-lain (Depkes RI, 2005).

    b. Teman Sebaya

    Pengaruh kelompok sebaya terhadap perilaku beresiko kesehatan pada

    remaja dapat terjadi melalui mekanisme peer sosialization, dengan arah

    pengaruh berasal kelompok sebaya, artinya ketika remaja bergabung dengan

    kelompok sebayanya maka seorang remaja akan dituntut untuk berperilaku

    sama dengan kelompoknya, sesuai dengan norma yang dikembangkan oleh

    kelompok tersebut (Mutadin, 2002).

    Remaja pada umumnya bergaul dengan sesama mereka, karakteristik

    persahabatan remaja dipengaruhi oleh kesamaan: usia, jenis kelamin dan ras.

    Kesamaan dalam menggunakan obat-obatan, merokok sangat berpengaruh

    kuat dalam pemilihan teman. (Yusuf, 2006).

  • STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 39

    c. Iklan Rokok

    Banyaknya iklan rokok di media cetak, elektronik, dan media luar ruang

    telah mendorong rasa ingin tahu remaja tentang produk rokok. Iklan rokok

    mempunyai tujuan mensponsori hiburan bukan untuk menjual rokok, dengan

    tujuan untuk mengumpulkan kalangan muda yang belum merokok untuk

    mencoba merokok dan setelah mencoba merokok akan terus berkelanjutan

    sampai ketagihan (Istiqomah, 2004).

    Menurut Hansen dalam Wismanto dan Budi (2007), mengungkapkan bahwa

    faktor yang mempengaruhi perilaku merokok yaitu:

    a. Faktor Psikologis

    Individu merokok untuk mendapatkan kesenangan, kenyamanan, merasa

    lepas dari kegelisahan dan juga untuk mendapatkan rasa percaya diri. Oleh

    karena itu individu perokok yang bergaul dengan perokok lebih sulit untuk

    berhenti merokok, daripada perokok yang bergaul atau lingkungan sosialnya

    menolak perilaku merokok.

    b. Faktor Biologis

    Banyak penelitian yang menyatakan bahwa semakin tinggi kadar nikotin

    dalam darah, maka semakin besar pula ketergantungan seorang terhadap

    rokok.

    Menurut Baradja (2008), mengungkapkan faktor-faktor penyebab

    merokok dapat dibagi dalam beberapa golongan sekalipun sesungguhnya

    faktor-faktor itu saling berkaitan satu sama lain :

    1) Faktor Genetik

    Beberapa studi menyebut faktor genetik sebagai penentu dalam

    timbulnya perilaku merokok dan bahwa kecenderungan menderita kanker,

  • STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 40

    serta tendensi untuk merokok adalah faktor yang diwarisi bersama-sama.

    Studi menggunakan pasangan kembar membuktikan adanya pengaruh

    genetik, karena kembar identik, walaupun dibesarkan terpisah, akan

    memiliki pola kebiasaan merokok yang sama bila dibandingkan dengan

    kembar non-identik. Akan tetapi secara umum, faktor genetik ini kurang

    berarti bila dibandingkan dengan faktor lingkungan dalam menentukan

    perilaku merokok yang akan timbul.

    2) Faktor Kepribadian (Personality)

    Banyak peneliti mencoba menetapkan tipe kepribadian perokok.

    Tetapi studi statistik tak dapat memberi perbedaan yang cukup besar antara

    pribadi orang yang merokok dan yang tidak. Oleh karena itu tes-tes

    kepribadian kurang bermanfaat dalam memprediksi apakah seseorang akan

    menjadi perokok. Lebih bermanfaat adalah pengamatan dan studi observasi

    dilapangan. Anak sekolah yang merokok menganggap dirinya, seperti

    orang lain juga memandang dirinya, sebagai orang yang kurang sukses

    dalam pendidikan. Mereka biasanya memiliki prestasi akademik kurang,

    tanpa minat belajar dan kurang patuh pada otoritas. Asosiasi ini sudah

    secara konsisten ditemukan sejak permulaan abad ini. Dibandingkan

    dengan yang tidak merokok, mereka lebih impulsif, haus sensasi, gemar

    menempuh bahaya dan risiko dan berani melawan penguasa. Mereka

    minum teh dan kopi dan sering juga menggunakan obat termasuk alkohol.

    Mereka lebih mudah bercerai, beralih pekerjaan, mendapat kecelakaan

    lalulintas, dan enggan mengenakan ikat pinggang keselamatan dalam

    mobil. Banyak dari perilaku ini sesuai dengan sifat kepribadian extrovert

  • STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 41

    dan antisosial yang sudah terbukti berhubungan dengan kebiasaan

    merokok.

    3) Faktor Kejiwaan (Psikodinamik)

    Dua teori yang paling masuk akal adalah bahwa merokok itu adalah

    suatu kegiatan kompensasi dari kehilangan kenikmatan oral yang dini atau

    adanya suatu rasa rendah diri yang tak nyata. Ahli lainnya berpendapat

    bahwa merokok adalah semacam pemuasan kebutuhan oral yang tidak

    dipenuhi semasa bayi. Kegiatan ini biasanya dilakukan sebagai pengganti

    merokok pada mereka yang sedang mencoba berhenti merokok.

    4) Faktor Sensorimotorik

    Buat sebagian perokok, kegiatan merokok itu sendirilah yang

    membentuk kebiasaan tersebut, bukan efek psikososial atau

    farmakologiknya. Sosok sebungkus rokok, membukanya, mengambil dan

    memegang sebatang rokok, menyalakannya, mengisap, mengeluarkan

    sambil mengamati asap rokok, aroma, rasa dan juga bunyinya semua

    berperan dalam terciptanya kebiasaan ini. Dalam suatu penelitian ternyata

    lebih dari 11 persen menganggap aspek-aspek ini penting buat mereka.

    5) Faktor Farmakologis

    Nikotin mencapai otak dalam waktu singkat, mungkin pada menit

    pertama sejak dihisap. Cara kerja bahan ini sangat kompleks. Pada dosis

    sama dengan yang didalam rokok, bahan ini dapat menimbulkan stimulasi

    dan rangsangan di satu sisi tetapi juga relaksasi di sisi lainnya. Efek ini

    tergantung bukan saja pada dosis dan kondisi tubuh seseorang, tetapi juga

    pada suasana hati (mood) dan situasi. Oleh karena itu bila kita sedang

    marah atau takut, efeknya adalah menenangkan. Tetapi dalam keadaan

  • STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 42

    lelah atau bosan, bahan itu akan merangsang dan memacu semangat.

    Dalam pengertian ini nikotin berfungsi untuk menjaga keseimbangan mood

    dalan situasi stress.

    Stressor didefinisikan sebagai kondisi-kondisi, naik fisik, lingkungan dan

    sosial yang menyebabkan terjadinya stress (Yusuf, 2008). Penyebab stress dapat

    datang dari sudut kehidupan manapun seperti aspek bioecological (lingkungan),

    pekerjaan, serta aspek psikososial (Putri, 2008) dengan rincian sebagai berikut :

    a. Pengetahuan

    Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang

    melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

    melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran,

    penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh

    melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat

    penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2010).

    Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (2002), Pengetahuan (knowledge)

    adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan

    pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca

    indra manusia yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan

    raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

    terbentuknya tindakan seseorang (over behavior).

    Suatu perbuatan yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng

    daripada perbuatan yang tidak didasari oleh pengetahuan, dan orang yang

    mengadopsi perbuatan dalam diri seseorang tersebut akan terjadi proses

    sebagai berikut :

  • STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 43

    1) Kesadaran (Awareness) dimana orang tersebut menyadari dalam arti

    mengetahui terlebih dahulu terhadap objek (stimulus)

    2) Merasa tertarik (Interest) terhadap stimulus atau obyek tertentu. Disini

    sikap subyek sudah mulai timbul.

    3) Menimbang-nimbang (evaluation) terhadap baik dan tidaknya terhadap

    stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah tidak

    baik lagi.

    4) Trial, dimana subyek mulai melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang

    dikehendaki oleh stimulus.

    5) Adopsi (adoption), dimana subyek telah berprilaku baru sesuai dengan

    pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus (Notoatmodjo,

    2007).

    b. Tingkatan Pengetahuan

    Menurut Notoatmodjo (2005) tingkat pengetahuan yang dicakup di dalam

    domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu :

    1) Tahu (Know)

    Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

    sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah

    mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh

    bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu,

    tahu ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

    2) Memahami (Comprehension)

    Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar

    tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi

    tersebut secara benar.

  • STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 44

    3) Aplikasi (Application)

    Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

    telah dipelajari pada situasi atau kondisi rill (sebenarnya). Aplikasi di sini

    dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,

    adanya prinsip terhadap obyek yang dipelajari.

    4) Analisis (Analysis)

    Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau obyek

    ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur

    organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lainnya.

    5) Sintesis (Synthesis)

    Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

    menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang

    baru. Dalam kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun

    formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

    6) Evaluasi (Evaluation)

    Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan suatu justifikasi

    atau penilaian terhadap suatu materi atau objek (Notoatmodjo, 2010).

    Penentuan kategori penelitian menurut Arikunto (2004) sebagai

    berikut :

    a) 76-100%, jika pertanyaan yang benar dijawab oleh responden adalah

    kategori baik.

    b) 61-75%, pertanyaan yang dijawab benar oleh responden adalah

    Kategori Cukup.

    c) < 60%, jika pertanyaan yang dijawab benar oleh responden adalah

    kategori kurang.

  • STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 45

    c. Aspek Psikososial, psikologis dan sosial

    1) Aspek Psikososial

    Aspek Psikososial, mencakup perubahan-perubahan yang terjadi

    dalam kehidupan, seperti ketika masuk kuliah pada hari yang pertama,

    pindah rumah, menikah, melahirkan, kematian anggota keluarga,

    persahabatan, masalah percintaan dan lain sebagainya.

    Sejalan dengan hal itu, Nasution (2007) mengungkapkan bahwa

    stressor dapat berwujud atau berbantuk fisik, seperti polusi udara, dapat

    juga berkaitan dengan lingkungan sosial, seperti interaksi sosial, ataupun

    hanya pikiran dan perasaan individu sendiri yang menganggap sesuatu hal

    sebagai ancama, baik nyata maupun hanya imajinasi.

    Sementara itu Yusuf (2008) mengklasifikasikan stressor ke dalam tiga

    kelompok besar, yakni fisik-biologik, psikologik, dan sosial. Faktor fisik-

    biologik artinya faktor yang berasal dari kondisi fisik atau kondisi biologis

    individu. Seperti penyakit yang sulit disembuhkan, cacat fisik atau kurang

    berfungsinya salah satu anggota tubuh, dan merasa penampilan kurang

    menarik.

    Faktor psikologik merupakan faktor-faktor yang merupakan kondisi

    psikis individu, seperti negative thinking (buruk sangka), frustasi

    (kekecewaan karena gagal memperoleh sesuatu yang diinginkan), hasud

    (iri hati atau dendam), sikap permusuhan, perasaan cemburu, konflik

    pribadi, dan keinginan yang diluar kemampuan.

    2) Aspek Psikologis

    Ada tiga faktor psikologis yang terlibat disini, yaitu:

  • STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 46

    1) Perceived control, yaitu keyakinan bahwa seseorang dapat menguasai

    stressor itu sendiri

    2) Learned helplessness, yaitu reaksi tidak berdaya akibat seringnya

    mengalami peristiwa yang berada di luar kendalinya. Produk akhirnya

    adalah motivational deficit (menyimpulkan bahwa semua upaya

    adalah sia-sia), cognitive deficit (kesulitan mempelajari respon-respon

    yang dapat membawa hasil yang positif), dan emotional deficit (rasa

    tertekan karena melihat bahwa ia tidak dapat berbuat apa-apa dan

    situasinya tak terkendalikan lagi)

    3) Hadriness, yaitu keberanian dan ketangguhan yang terdiri dari tiga

    karakteristik:

    a) Keyakinan bahwa seseorang dapat mengendalikan atau

    mempengaruhi apa yang terjadi padanya

    b) Komitmen, keterlibatan dan makna pada apa yang dilakukan dari hari

    demi hari

    c) Fleksibel untuk beradaptasi dengan perubahan yang terjadi, seolah-

    olah perubahan merupakan tantangan untuk pertumbuhannya.

    3) Aspek Sosial

    Peristiwa penting dalam hidup merupakan stressor sosial yang

    berpengaruh. Selain itu, tugas rutin sehari-hari ternyata juga berpengaruh

    terhadap kesehatan jiwa. Dukungan sosial yang mencakup dukungan

    emosional, dukungan nyata, dan dukungan informasi turut mempengaruhi

    reaksi seseorang dalam menghadapi stress.

    Carson dan Butcher (2005) mengungkapkan definisi yang lebih

    konseptual mengenai stressor yakni meliputi semua hal atau situasi baik itu

  • STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 47

    positif maupun negatif yang menuntut penyesuaian diri dari individu.

    Stressor menurut Carson dan Butcher (2005) terdiri dari tiga hal utama,

    yakni sebagai berikut:

    a) Frustasi (frustrations)

    Individu merasa frustasi ketika usaha yang dilakukannya

    menghadapi suatu rintangan. Frustasi juga bisa terjadi ketika individu

    tersebut gagal dalam mencapai tujuan yang diharapkannya. Frustasi

    membuat individu tidak mampu untuk menanggulangi masalah yang

    dihadapinya karena disebabkan individu tersebut memiliki perasaan

    bahwa ia tidak memiliki daya dan kemampuan sehingga gagal dalam

    mencapai tujuannya. Frustasi bisa disebabkan oleh berbagai macam hal,

    baik yang bersifat internal (misal keterbatasan fisik, kesendirian, dan

    perasaan bersalah) maupun eksternal (misal deskriminasi dan masalah

    relasi dengan orang lain)

    b) Konflik (conflicts)

    Dalam banyak hal stress disebabkan oleh dua atau lebih kebutuhan

    yang muncul secara bersamaan. Individu dituntut untuk menentukan

    pilihan dan ketika itulah konflik terjadi.

    Konflik dapat terjadi dalam tiga situasi yakni pertama, ketika

    individu harus memilih satu diantara dua atau lebih pilihan yang sama-

    sama menyenangkan dalam satu waktu yang bersamaan, misalnya

    adalah pilihan dalam menentukan film yang akan ditonton saat ke

    bioskop. Kedua, ketika individu harus memilih satu diantara dua atau

    lebih pilihan yang sama-sama tidak menyenangkan dalam satu waktu

    yang bersamaan. Misalnya adalah ketika seseorang mahasiswa harus

  • STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 48

    menentukan pilihannya untuk berangkat kuliah atau tidak, yang mana

    jika ia tidak berangkat kuliah, maka ia akan melewatkan ujian akhir,

    manun jika ia berangkat kuliah, ia akan bertemu dengan orang-orang

    yang tidak ingin ditemuinya.

    Ketiga, ketika individu akan merasakan dilema atas akibat positif

    dan negatif yang akan dihadapi ketika ia harus menentukan sebuah

    pilihan. Misalnya ada seorang mantan perokok ingin merokok ketika

    berada di dalam sebuah pesta namun ia menyadari jika ia merokok akan

    membahayakan status sosialnya yang telah berubah menjadi seorang

    nonperokok.

    c) Tekanan (Pressures)

    Stress tidak hanya berasal dari frustasi dan konflik, tapi juga bisa

    dari pressures untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk berperilaku

    dalam cara-cara tertentu. Secara umum, pressures menuntut individu

    untuk meningkatkan kecepatannya dalam bertindak, bahkan dapat

    mengubah arah perilakunya.

  • STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 49

    Kerangka Penelitian

    Gambar 2.1 : Kerangka Penelitian

    Menurut Komalasari dan Helmi (2000),

    perilaku merokok disebabkan oleh :

    1. Faktor Diri (internal)

    2. Faktor Lingkungan (eksternal)

    Menurut Hansen dalam

    Wismanto dan Budi

    (2007), mengungkapkan

    bahwa faktor yang

    mempengaruhi perilaku

    merokok yaitu:

    1. Faktor Psikologis

    2. Faktor Biologis

    Putri ( 2008), dengan

    rincian

    sebagai berikut :

    1. Pengetahuan

    2. Lingkungan

    3. Pekerjaan

    4. aspek psikososial

    Perilaku seseorang dipengaruhi oleh beberapa

    faktor, diantaranya meliputi:

    1. Pengetahuan

    2. Umur

    3. Intelegensi

    4. Lingkungan

    5. Sosial Budaya

    6. Pendidikan

    7. Informasi

    8. Pengalaman (Notoatmodjo, 2010)

    Perilaku Merokok

  • STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 50

    BAB III

    KERANGKA KERJA PENELITIAN

    A. Kerangka Konsep

    Pada bab ini akan dibahas mengenai kerangka konsep penelitian, hipotesis

    penelitian, variabel penelitian dan defenisi operasional yang mencakup defenisi teoritis,

    cara ukur, alat ukur, hasil ukur dan skala ukur dari veriabel-variabel penelitian.

    Kerangka konsep penelitian adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang

    ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan

    (Notoatmodjo, 2010).

    Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah suatu hubungan atau kaitan antara

    konsep satu terhadap konsep yang lain dari masalah yang ingin di teliti. Kemudian

    konsep tersebut harus di gambarkan ke dalam sub-sub variabel (Arikunto, 2004).

    Variabel Independen Variabel Dependen

    Gambar 1.1 Kerangka Konsep

    B. Variabel Penelitian

    Variabel-variabel yang di teliti meliputi :

    1. Variabel Independen : pengetahuan, psikososial dan lingkungan

    2. Variabel Dependen : Perilaku merokok pada remaja

    Perilaku Merokok Pada remaja

    Lingkungan

    Psikososial

    Pengetahuan

  • STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 51

    C. Hipotesis Penelitian

    Dari kerangka konsep diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :

    1. Ha : Ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku merokok pada remaja di

    SMA Negeri 2 Mamuju Kab. Mamuju Tahun 2014

    2. Ha : Ada hubungan antara psikososial dengan perilaku merokok pada remaja di

    SMA Negeri 2 Mamuju Kab. Mamuju Tahun 2014

    3. Ha : Ada hubungan antara lingkungan dengan perilaku merokok pada remaja di

    SMA Negeri 2 Mamuju Kab. Mamuju Tahun 2014

    D. Definisi Operasional

    Tabel 2.1 : Definisi Operasional

    Variabel

    Definisi

    Operasional

    Kriteria

    Objektif

    Alat Ukur Skala

    Perilaku

    merokok

    pada remaja

    Kebiasaan

    merokok pada

    remaja baik

    dilingkungan

    terbuka maupun

    tertutup

    Merokok

    Tidak merokok

    Kuesioner

    Nominal

    Pengetahuan

    Segala sesuatu

    informasi yang di

    dapat tentang

    perilaku merokok

    Baik : 75-100%

    Cukup : 50-74%

    Kurang : 49%

    Kuesioner

    Ordinal

  • STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 52

    Psikososial

    Aspek yang

    mencakup

    perubahan-

    perubahan yang

    terjadi dalam

    kehidupan

    Mempengaruhi :

    Bila >60 %

    Tidak

    mempengaruhi :

    Bila 3 %

    Tidak

    mempengaruhi :

    Bila

  • STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 53

    BAB IV

    METODE PENELITIAN

    A. Desain Penelitian

    Desain penelitian ini menggunakan metode analitik dengan pendekatan Cross

    Sectional (Bisri, 2008). Cross sectional merupakan rancangan penelitian dengan

    melakukan pengukuran atau pengamatan pada waktu penelitian sedang berlangsung

    (Notoatmodjo, 2010).

    B. Tempat dan Waktu Penelitian

    1. Tempat Penelitian

    Tempat Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 2 Mamuju Kab. Mamuju.

    2. Waktu Penelitian

    Waktu Penelitian dilaksanakan pada tanggal 7 Maret- 6 Agustus 2014

    C. Populasi dan Sampel

    1. Populasi

    Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi adalah keseluruhan

    objek penelitian atau objek yang diteliti. Berdasarkan pendapat di atas maka yang

    menjadi populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X dan XI di SMA Negeri 2

    Mamuju Kab. Mamuju Tahun 2014 yang berjumlah 189 orang.

    2. Sampel

    Menurut Notoatmodjo, (2010) Sampel adalah sebagian yang diambil dari

    keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi.

    Dengan menggunakan rumus slovin (Notoatmodjo, 2010), sebagai berikut:

    n = N

    1 + N (d2)

  • STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 54

    Keterangan:

    N : Besar Populasi

    n : Besar Sampel

    d : Tingkat Kepercayaan (ketepatan yang diinginkan) sebesar 90%

    n = N

    1 + N (d2)

    n = 189

    1 + 189 (0,12)

    n = 189

    1 + 189 (0,01)

    n = 189

    1 + 1,31

    n = 189 = 81,8 = 82

    2,31

    Jadi, jumlah sampel yang digunakan berjumlah 82 orang.

    Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik

    proportional stratified sampling adalah pengambilan sampel dilakukan berdasarkan

    pertimbangan antara jumlah anggota populasi berdasarkan masing-masing strata/kelas

    (Notoatmodjo, 2010).

    SPI = n x JS

    N

    Keterangan:

    SPI = Jumlah sampel pada tiap-tiap subpopulasi

    n = Jumlah responden dalam subpopulasi

    N = Jumlah responden dalam populasi

  • STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 55

    JS = Jumlah sampel yang dibutuhkan

    Tabel 3.2 : proportional stratified sampling

    No

    Kelas

    Jumlah Responden

    Dalam Subpopulasi

    Jumlah Sampel Yang

    dibutuhkan

    1 X 121 orang 52 orang

    2 XI 68 orang 30 orang

    Total 189 orang 82 orang

    D. Alat Pengumpulan Data

    1. Data Primer

    Data primer di peroleh dengan cara memberikan kuisioner kepada responden.

    2. Data Sekunder

    Data sekunder diperoleh dari Dinas Pendidikan dan Instansi terkait lainnya yang

    berhubungan dengan penelitian.

    E. Metode Pengumpulan Data

    Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang berisikan 26

    pertanyaan yang sudah disusun secara terstruktur. Variabel dependen yaitu perilaku

    merokok terdiri atas 5 pertanyaan pilihan terpimpin.

    Variabel independen yaitu pengetahuan 10 pertanyaan , 10 pertanyaan tentang

    psikososial dan 5 pertanyaan untuk Lingkungan dengan jawaban pilihan terpimpin.

    F. Pengolahan Data dan Analisa Data

    1. Pengolahan Data

    Setelah data terkumpul melalui kuesioner, maka dilakukan pengolahan data yang

    melalui berupa tahapan sebagai berikut:

    a. Seleksi data (Editing)

  • STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 56

    Dimana penulis akan melakukan penelitian terhadap data yang diperoleh dan

    diteliti apakah terdapat kekeliruan atau tidak dalam penelitian.

    b. Pemberian kode (Coding)

    Setelah dilakukan editing, selanjutnya penulis memberikan kode tertentu pada

    tiap-tiap data sehingga memudahkan dalam melakukan analisis data.

    c. Pengelompokkan data (Tabulating)

    Pada tahap ini, jawaban-jawaban responden yang sama dikelompokkan dengan

    teliti dan teratur lalu dihitung dan dijumlahkan, kemudian dituliskan dalam

    bentuk tabel-tabel (Notoatmodjo, 2010).

    2. Analisa Data

    Setelah data tersebut melalui proses seleksi data (Editing), pemberian kode

    (Coding), dan Pengelompokkan data (Tabulating), maka selanjutnya analisa data

    dengan beberapa cara yaiutu sebagai berikut :

    a. Analisa Univariat

    Analisa univariat dilakukan terhadap tiap variable dari hasil penelitian. Pada

    umumnya dalam analisa hanya menghasilkan distribusi dari tiap variable

    (Notoatmodjo, 2010). Selanjutnya data dimasukkan ke dalam program SPSS 16.0

    For Windows.

    b. Analisa Bivariat

    Analisa bivariat merupakan analisa hasil dari variabel-variabel bebas yang

    diduga mempunyai hubungan dengan variabel terkait. Analisa data yang

    digunakan adalah tabel silang. Untuk menguji hipotesa dilakukan analisa statistik

    dengan menggunakan uji Khi Kuadrat (Chi- Square) pada tingkat kemaknaan

    95% (p < 0,05) sehingga dapat diketahui ada tidaknya hubungan yang bermakna

    secara statistik menggunakan program SPSS 16.0 For Windows. Melalui

  • STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 57

    perhitungan Khi Kuadrat (Chi-square) tes selanjutnya ditarik kesimpulan bila P

    lebih kecil dari alpha (P < 0,05), maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang

    menunjukkan adanya pengaruh bermakna antara variabel dependen dan

    independen dan jika P lebih besar dari alpha (P > 0.05) maka Ho diterima dan Ha

    ditolak yang menunjukkan tidak adanya pengaruh bermakna antara variabel

    dependen dan independen.

    Aturan yang berlaku untuk uji Khi Kuadrat (Chi-square), untuk program

    komputerisasi seperti SPSS adalah sebagai berikut:

    a. Bila pada tabel contingency 2x2 dijumpai nilai e (harapan) kurang dari 5, maka

    hasil yang digunakan adalah Fisher Exact Test.

    b. Bia pada tabel Contingency 2x2 tidak dijumpai nilai e (harapan) kurang dari 5,

    maka hasil yang digunakan adalah Continuity Correction.

    c. Bila tabel Contingency yang lebih dari 2x2 misalnya 3x2, 3x3 dan lain-lain, maka

    hasil yang digunakan adalah Pearson Chi-Square.

    d. Bila pada tabel Contingency 3x2 ada sel dengan nilai frekuensi harapan (e)

    kurang dari 5, maka akan dilakukan meger sehingga menjadi table Contingency

    2x2 (Notoatmodjo, 2010)

    G. Etika Penelitian

    Nursalam (2003) menyebutkan dalam melakukan penelitian peneliti harus

    memperhatikan masalah etika peneliti yang meliputi :

    1. Lembar Persetujuan (Informed Consent)

    Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang diteliti. Peneliti akan

    menjelskan maksud dan tujuan dari penelitian yang akan dilakukan serta dampak

    yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengambilan data, bila subyek menolak

    maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menhormati hak-hakresponden.

  • STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 58

    2. Tanpa Nama (Anonimity)

    Dalam menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak akan mencantumkan

    nama responden pada lembar pengumpulan data, cukup dengan memberi kode

    masing-masing lembar tersebut.

    3. Kerahasiaan (Confidentiality)

    Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti, haknya kelompok

    data tertentu saja yang akan disajikan atau dilaporkan sebagai hasil riset sesui

    desngan penelitian.

  • STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 59

    BAB V

    HASIL PENELITIAN

    Pada bab ini diuraikan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap Faktor-Faktor

    Yang Mempengaruhi Perilaku Merokok Pada Remaja di SMA Negeri 2 Mamuju Kab.

    Mamuju Tahun 2014

    A. Analisis Univariat

    Tabel 5.1

    Distribusi Responden Berdasarkan Kelas

    di SMA Negeri 2 Mamuju Kab. Mamuju Tahun 2014

    Kelas Total Persentase (%)

    X 53 63,9

    XI 29 34,9

    Total 82 100,0

    Sumber : data primer 2014

    Berdasarkan tabel 5.1 dapat disimpulkan bahwa, kelompok kelas X sebayak 53

    orang (63,9 %) responden, sedangkan kelompok kelas XI sebanyak 29 orang (34,9 %)

    responden.

    Tabel 5.2

    Distribusi Responden Berdasarkan Umur

    di SMA Negeri 2 Mamuju Kab. Mamuju Tahun 2014

    Umur Total Persentase (%)

    >15 Tahun 5 6,0

    15 Tahun

    sebayak 5 orang (6,0 %) responden, sedangkan kelompok umur

  • STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 60

    Tabel 5.3

    Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku

    di SMA Negeri 2 Mamuju Kab. Mamuju Tahun 2014

    Prilaku Total Persentase (%)

    Merokok 67 81,7

    Tidak Merokok 15 18,3

    Total 82 100,0

    Sumber : data primer 2014

    Berdasarkan tabel 5.3 diatas maka dapat dilihat bahwa dari 82 responden yang

    diteliti ditemukan mayoritas siswa merokok, yaitu sebanyak 67 responden (81,7 %),

    sedangkan kelompok tidak merokok sebanyak 15 orang (18,3 %) responden.

    Tabel 5.4

    Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan

    di SMA Negeri 2 Mamuju Kab. Mamuju Tahun 2014

    Pengetahuan Total Persentase (%)

    Baik 14 17,1

    Cukup 18 22,0

    Kurang 50 61,0

    Total 82 100,0

    Sumber : data primer 2014

    Berdasarkan tabel 1.