Top Banner
PENDAHULUAN Latar Belakang Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan dan atau kehilangan jaringan disebabkan kontak dengan sumber yang memiliki suhu yang sangat tinggi (misalnya api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi) atau suhu yang sangat rendah. Dengan kerusakan jaringan yang terjadi, demikian kompleks permasalahan yang timbul sehingga luka bakar merupakan suatu bentuk seberat-berat trauma dengan morbiditas dan mortalitas tinggi; memerlukan penatalaksanaan khusus sejak awal (fase akut) sampai fase lanjut secara berkesinambungan. Penderita luka bakar akan meninggal dengan tiga sebab utama : pertama karena burn shock pada 2-3 hari pertama pasca luka bakar, kedua akibat gagal nafas pada hari ke 5-7, dan terakhir karena sepsis pada minggu- minggu berikutnya. Paper Luka Bakar By Tia Febrina (09-084) FK Unbrah Page 1
40

Luka Bakar Tia

Feb 19, 2016

Download

Documents

hardianfaisal

luka bakar
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Luka Bakar Tia

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan dan atau kehilangan jaringan

disebabkan kontak dengan sumber yang memiliki suhu yang sangat tinggi (misalnya

api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi) atau suhu yang sangat rendah.

Dengan kerusakan jaringan yang terjadi, demikian kompleks permasalahan

yang timbul sehingga luka bakar merupakan suatu bentuk seberat-berat trauma

dengan morbiditas dan mortalitas tinggi; memerlukan penatalaksanaan khusus sejak

awal (fase akut) sampai fase lanjut secara berkesinambungan.

Penderita luka bakar akan meninggal dengan tiga sebab utama : pertama

karena burn shock pada 2-3 hari pertama pasca luka bakar, kedua akibat gagal nafas

pada hari ke 5-7, dan terakhir karena sepsis pada minggu-minggu berikutnya.

Paper Luka Bakar By Tia Febrina (09-084) FK Unbrah Page 1

Page 2: Luka Bakar Tia

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 SUSUNAN DAN FUNGSI KULIT

Kulit adalah sistem integumen, merupakan organ tubuh yang terletak paling

luar dan melampisi seluruh tubuh, membatasi dari lingkungan hidup manusia. Luas

kulit berkisar 0,025 m2 pada anak baru lahir hingga pada orang dewasa 1.8 m2,

dengan berat kira-kira 4,5 – 5 kg (15% total berat badan). Tebalnya kulit bervariasi

mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin. Kulit tipis

terletak pada kelopak mata, penis, labium minus dan kulit medial lengan atas.

Sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak tangan, telapak kaki, punggung, bahu dan

bokong. Kulit memiliki sistem yang menakjubkan, lapisan epidermis mengontrol

penguapan, sedangkan dermis memberikan fleksibilitas dan kekuatan.

EPIDERMIS

Lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri dari epitel berlapis gepeng

bertanduk, mengandung sel melanosit, Langerhans dan Merkel. Tebal epidermis

berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh, paling tebal pada telapak tangan dan

kaki. Ketebalan epidermis hanya sekitar 5 % dari seluruh ketebalan kulit. Terjadi

regenerasi setiap 4-6 minggu.

Epidermis terdiri atas lima lapisan, yaitu ;

1. Stratum Korneum : lapisan sel keratinosit, mengelupas dan berganti.

2. Stratum Lusidum : sel gepeng tanpa inti dan terdapat proteineleidin biasa pada

kulit tebal telapak kaki dan telapak tangan.

3. Stratum Granulosum : 3-5 lapis sel polygonal gepeng disebut granula

keratohialin yang mengandung protein kaya akan histidin. Terdapat sel

Langerhans.

4. Stratum Spinosum : filamen tonofibril berperan penting mempertahankan

kohesi sel dan melindungi terhadap efek abrasi.

5. Stratum Basale (Stratum Germinativum) : terdapat aktifitas mitosis yag hebat

dan bertanggung jawab dalam pembaharuan sel epidermis secara konstan.

Epidermis diperbaharui setiap 28 hari untuk migrasi ke permukaan, hal ini

tergantung letak, usia, dan faktor lain. Merupakan satu lapis sel yang

mengandung melanosit.

Paper Luka Bakar By Tia Febrina (09-084) FK Unbrah Page 2

Page 3: Luka Bakar Tia

DERMIS

Lapisan lebih tebal (0,06 – 1,2 mm) terdiri atas jaringan ikat yang menyokong

epidermis dan menghubungkan dengan jaringan subkutis. Terutama tersusun atas

kolagen dan serabut elastin, pembuluh darah dan ujung-ujung saraf. Lebih dalam dari

dermis terdapat kelenjar keringat yaitu kelenjar sebaseus dan folikel rambut serta

plexus-plexus kapiler dan lapisan lemak subdermal.

Serabut-serabut kolagen menebal dan sintesis kolagen berkurang dengan

bertambahnya usia. Serabut elastin jumlahnya terus meningkat dan menebal. Pada

usia lanjut kolagen saling bersilangan dalam jumlah besar dan serabut elastin

berkurang. Hal ini menyebabkan kulit terjadi kehilangan kelemasannya dan tampak

mempunyai banyak keriput.

FASE PENYEMBUHAN LUKA

1. Fase inflamasi (2-3 hari) : terjadi segera setelah cidera jaringan, berfungsi

untuk mencapai hemostasis, pembersihan jaringan yang mati, pencegahan

kolonisasi infeksi invasif oleh mikroba patogen, khususnya bakteri.

2. Fase proliferasi (4 hari-3minggu) : jaringan granulasi mulai menutupi luka

dan terjadi migrasi keratinosit untuk mengembalikan kontinuitas epitelisasi.

Terjadi kaskade amgiogenesis.

3. Fase remodelling (21hari-1tahun) : kolagen tipe I yang meningkat, kekuatan

jaringan meningkat maksimal 80 % dari jaringan normal, vaskularisasi mulai

menurun.

Paper Luka Bakar By Tia Febrina (09-084) FK Unbrah Page 3

Page 4: Luka Bakar Tia

FUNGSI UTAMA KULIT ADALAH

1. Proteksi

2. Termoregulasi

3. Sensorik

4. Respon Imun

5. Blood Reservoir

6. Kontrol Kehilangan Cairan

7. Fungsi Metabolik

8. Psikososial

2.2 LUKA BAKAR

2.2.1 DEFENISI

Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan dan atau kehilangan jaringan

disebabkan kontak dengan sumber yang memiliki suhu yang sangat tinggi (misalnya

api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi) atau suhu yang sangat rendah.

2.2.2 EPIDEMIOLOGI

Dilaporkan insidensi kejadian pasien datang dengan luka bakar di RSU dr.

Pirngadi Medan selama tahun 2013 sebanyak 36 kasus. Terjadi pada laki-laki

Paper Luka Bakar By Tia Febrina (09-084) FK Unbrah Page 4

Page 5: Luka Bakar Tia

sebanyak 61% dan pada perempuan sebanyak 38%. Pada usia <10 tahun sebanyak

22%, rentang usia 10-20 tahun sebanyak 16%, 21-30 tahun sebanyak 22%, 31-40

tahun sebanyak 11%, 41-50 tahun sebanyak 16% dan >51 tahun 11%. Keadaan

pasien saat keluar dari rumah sakit 25% meninggal, 38% pulang berobat jalan dan

13% pulang atas permintaan sendiri. Kasus luka bakar terbanyak derajat II sebanyak

72%.

2.2.3PATOFISIOLOGI

REAKSI LOKAL

Reaksi lokal tubuh terhadap luka bakar dideskripsikan oleh Jackson tahun 1947

terdiri atas 3 zona yaitu :

1. Zona koagulasi : kerusakan maksimal yaitu kehilangan jaringan yang

irreversibel karena terjadi koagulasi protein konstituen.

Jaringan ini bersifat non vital dan dapat dipastikan mengalami nekrosis

beberapa saat setelah kontak; karenanya disebut juga sebagai zona nekrosis.

2. Zona statis : area terjadi penurunan perfusi jaringan yang masih dapat sembuh

jika resusitasi tepat dilakukan.

Daerah diluar/ disekitar dan langsung berhubungan dengan zona kagulasi.

Kerusakan yang terjadi di daerah ini terjadi karena perubahan endotel

pembuluh darah, trombosit dan leukosit yang diikuti perubahan permeabilitas

kapiler, trombosis dan respons inflamasi lokal; mengakibatkan terjadinya

gangguan perfusi (no flow pphenomena). Proses tersebut biasanya

berlangsung dalam dua belas sampai dua puluh empat jam pasca trauma:

mungkin berakhir dengan nekrosis jaringan.

3. Zona hiperemis : zona terluar dengan perfusi jaringan yang meningkat dan

dapat sembuh kecuali jika terjadi sepsis berat atau hipoperfusi yang lama.

Daerah di luar zona statis. Di daerah ini terjadi reaksi berupa vasodilatasi

tanpa banyak melibatkan reaksi sel. Tergantung keadaaan umum dan terapi

yang diberikan, zona ketiga dapat mengalami penyembuhan spontan; atau

berubah menjadi zona kedua bahkan zona pertama (perubahan derajat luka

yang menunjukan perburukan disebut degradasi luka).

Paper Luka Bakar By Tia Febrina (09-084) FK Unbrah Page 5

Page 6: Luka Bakar Tia

REAKSI SISTEMIK

Perubahan patofisiologi yang terjadi pada pasien luka bakar bergantung pada

luas kedalam luka bakar. Pada luka bakar ringan, tubuh merespon sesuai lokasi luka

bakar. Sedangkan pada luka bakar dengan luas 25% atau lebih, tubuh melakukan

respin secara sistemik sehingga mempengaruhi seluruh sistem. Perubahan fisiologis

yang terjadi pada pasien luka bakar antara lain:

a. Keseimbangan cairan dan elektrolit

Segeran setalah terjadi luka bakar, tubuh melepaskan substansi vasoaktif

seperti (katekolamin, histamin, serotonin, leukotrien, kinin dan prostaglandin)

pada daerah luka. Substansi ini mengakibatkan permeabilitas pembuluh darah

meningkat yang diikuti oleh perpindahan plasma dari dalam vaskular ke

jaringan sekitar dan perpindahan Na ke dalam sel dan K ke luar sel.

b. Sistem persarafan

Pada luka bakar jarang terjadi masalah yang serius kecuali yang disebabkan

oleh ledakan atau trauma penyerta. Pasien biasanya sadar. Gelisah terjadi

karena nyeri. Penurunan kesadaran terjadi karena hipovolemia atau hipoksia.

c. Sistem kardiovaskular

Pada luka bakar, denyut nadi dan resistensi perifer akan meningkat sebagai

respon terhadap peningkatan pelepasan katekolamin dan respon terhadap

kondisi hipovolemia. Setelah 24 jam pertama pemberian cairan resusitasi,

curah jantung akan kembali normal dan kemudian meningkat untuk

memenuhi kebutuhan peningkatan metabolisme tubuh.

d. Sitem pernafasan

Pada pasien dengan trauma inhalasi akan ditemukan insufisiensi paru.

Ventilasi akan menurun atau normal di awali luka bakar dan meningkat saat

proses resusitasi cairan. Hiperventilasi mengakibatkan peningkatan frekuensi

Paper Luka Bakar By Tia Febrina (09-084) FK Unbrah Page 6

Page 7: Luka Bakar Tia

pernapasan dan volume tidal. Tahanan pembuluh darah paru dapat meningkat

dan ekspansi paru mungkin mengalami penurunan. Perubahan ekspansi paru

mengakibatkan peningkatan dalam upaya napas.

e. Sitem urinari

Respon ginjal terhadap perubahan sirkulasi dan perfusi pada luka bakar

berupa penurunan fungsi glomerulus dan produksi urin. Jika resusitasi tidak

adekuat dan hipovolemia terus berakibat pada kegagalan fungsi ginjal.

f. Sistem pencernaan

Penurunan perfusi aliran darah mesenterika mengakibatkan ileus paralitikk

dan penurunan fungsi sistem pencernaan terutama pada pasien dengan luas

luka bakar lebih dari 25 %. Dengan menurunnya aliran darah ke mukosa

gaster, mengakibatkan iskemia saluran cerna bagian atas dan berlanjut dengan

erosi mukosa gaster dan duodenum. Jika erosi ini tidak ditangani maka dapat

terjadi ulkus pada saluran cerna (Curling’s Ulcer) dan perdarahan cerna.

g. Sistem kekebalan tubuh

Penurunan aktivitas limfosit, penurunan produksi imunoglobulin, supresi dari

aktivitas komplemen, gangguan fungsi netrofil dan makrofag akan

mengakibatkan penurunan fungsi sistem imun.

2.2.4 PENILAIAN LUKA BAKAR

DERAJAT KEPARAHAN

1. KLASIFIKASI LUKA BAKAR

a. Berdasarkan penyebab

b. Berdasarkan kedalaman luka bakar

c. Berdasarkan luas luka bakar

a. Berdasarkan penyebab

Untuk membedakan klasifikasi luka bakar berdasarkan penyebab, antara lain:

Luka bakar karena api dan atau benda panas lainnya (burn)

Luka bakar karena minyak panas

Luka bakar karena air panas (scald)

Luka bakar karena bahan kimia yang bersifat asam kuat atau basa kuat

(chemical burn)

Luka bakar karena listrik dan petir (electric burn atau electrocution dan

lightning)

Paper Luka Bakar By Tia Febrina (09-084) FK Unbrah Page 7

Page 8: Luka Bakar Tia

Luka bakar karena radiasi

Luka bakar karena ledakan (perlu disebutkan penyebab ledakan: misal,

ledakan bom, ledakan tabung gas, dsb)

Trauma akibat suhu sangat rendah (frost bite)

b. Berdasarkan kedalaman luka bakar

1. Luka bakar derajat I

Kerap diberi simbol 1o.

Kerusakan jaringan terbatas pada bagian permukaan (superfisial) yaitu

epidermis.

Perlekatan epidermis dengan dermis (dermal-epidermal junction) tetap

terpelihara baik.

Kulit kering, hiperemik memberikan efloitesensi berupa eritema.

Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi.

Penyembuhan (regenerasi epithel) terjadi secara spontan dalam waktu 5-7

hari.

Contoh: luka bakar akibat sengatan matahari (sun-burn).

Karena derajat kerusakan yang ditimbulkannya tidak merupakan masalah

klinik yang berarti dalam kajian terapetik, luka bakar derajat satu tidak

dicantumkan dalam perhitungan luas luka bakar.

2. Luka bakar derajat II ( Partial thickness burn )

Kerap diberi simbul 2o.

Kerusakan meliputi seluruh ketebalan epidermis dan sebagian superfisial

dermis.

Respons yang timbul berupa reaksi inflamasi akut disertai proses eksudasi.

Nyeri karena ujung-ujung syaraf sensorik teriritasi.

Luka derajat II ini dibedakan menjadi dua, yaitu derajat dua dangkal dan

derajat dua dalam; diuraikan berikut ini.

a. Derajat II dangkal ( Superficial partial thickness burn )

Kerusakan mengenai epidermis dan sebagian (sepertiga bagian

superfisial) dermis.

Dermal-epidermal junction mengalami kerusakan sehingga terjadi

epidermolisis yang diikuti terbentuknya lepuh (bula,blister). Lepuh ini

merupakan karakteristik luka bakar derajat dua dangkal. Bila

epidermis terlepas (terkelupas), terlihat dasar luka berwarna

kemerahan – kadang pucat – edematus dan eksudatif.

Paper Luka Bakar By Tia Febrina (09-084) FK Unbrah Page 8

Page 9: Luka Bakar Tia

Apendises kulit (intugemen, adneksa kulit) seperti folikel rambut,

kelenjar keringat, kelenjar sebasea utuh.

Penyembuhan terjadi secara spontan umumnya memerlukan waktu

antara 10-14 hari, hal ini dimungkinkan karena membrana basalis dan

apendises kulit tetap utuh; diketahui keduanya merupakan sumber

proses epithelialisasi.

b. Derajat II dalam ( Deep partial thickness burn )

Kerusakan mengenai hampir seluruh (duapertiga bagian superfisial)

dermis.

Apendises kulit (integumen) seperti folikel rambut, kelenjar keringat,

kelenjar sebasea sebagian tubuh.

Kerap dijumpai eskar tipis dipermukaan; harus dibedakan dengan

eskar pada luka bakar derajat tiga

Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung apendises kulit yang

tersisa. Biasanya penyembuhan memerlukan waktu yang lebih dari

dua minggu.

3. Luka bakar derajat III ( Full thickness burn )

Kerap diberi simbol 3o.

Kerusakan meliputi seluruh ketebalan kulti (epidermis dan dermis) serta

lapisan yang lebih dalam.

Apendises kulit (adneksa, integumen) seperti folikel rambut, kelenjar

keringat, kelenjar sebasea mengalami kerusakan.

Kulit yang terbakar tampak berwarna pucat atau lebih putih karena terbentuk

eskar.

Secara teoritis tidak dijumpai rasa nyeri, bahkan hilang sensasi karena ujung-

ujung serabut saraf sensorik mengalami kerusakan/kematian.

Penyembuhan terjadi lama. Proses epithelisasi spontan baik dari tepi luka

(membrana basalis), maupun dari apendises kulit (folikel rambut, kelenjar

keringat dan kelenjar sebasea yang memiliki potensi epithelialisasi) tidak

dimungkinkan terjadi karena struktur-struktur jairngan tersebut mengalami

kerusakan.

Kedalaman dan kerusakan jaringan ini ditentukan oleh peran beberapa faktor, antara

lain :

1. Penyebab (api, air panas, ledakan, bahan kimia dan listrik).

Secara umum, kerusakan yang terjadi adalah kerusakan jaringan yang identik.

Namun kerusakan atau keparahan luka berbeda. Berdasarkan urutan berat-

Paper Luka Bakar By Tia Febrina (09-084) FK Unbrah Page 9

Page 10: Luka Bakar Tia

ringan luka bakar dikaitkan dengan penyebab; luka bakar listik dan kimiawi

menepati urutan pertama, diikuti api, radiasi, minyak panas lalu air panas.

2. Lama kontak dengan sumber panas.

Lama kontak jaringan dengan sumber panas menentukan luas dan kedalaman

kerusakan jaringan. Semakin lama waktu kontak, semakin luas dan dalam

kerusakan jaringan yang terjadi.

Menurut American Burn Association, luka bakar dapat diklasifikasikan menjadi 3

berdasarkan berat ringannya :

1. Luka bakar berat (Major Burn)

Derajat II-III > 20 % pada pasien < 10 tahun atau > 50 tahun’

Derajat II-III > 25% pada kelompok usia lain

Luka bakar pada muka, telinga, tangan , kaki dan perineum

Terdapat cedera inhalasi, luka bakar listrik tegangan tinggi

Disertai trauma lain

Pasien dengan resiko tinggi

2. Luka bakar sedang (Moderate Burn)

Luka bakar dengan luas 15-25% pada dewasa, dengan luka bakar derajat

III < 10%

Luka bakar dengan luas 10-20% pada usia < 10 tahun dan > 40 tahun

dengan derajat III < 10%

Luka bakar derajat III < 10% pada anak maupun dewasa yang tidak

mengenai muka, tangan, kaki dan perineum

3. Luka bakar ringan

Luka bakar dengan luas < 15% pada dewasa

Luka bakar dengan luas < 10% pada anak dan usia lanjut

Luka bakar dengan luas < 2% pada segala usia, tidak megenai muka,

tangan dan perineum.

Paper Luka Bakar By Tia Febrina (09-084) FK Unbrah Page 10

Page 11: Luka Bakar Tia

Paper Luka Bakar By Tia Febrina (09-084) FK Unbrah Page 11

Page 12: Luka Bakar Tia

c. Berdasarkan luas luka bakar

Luas luka bakar pada dewasa dihitung menggunakan rumus sembilan (rule of

nine) yang diprovokasi oleh Wallace; didasari atas perhitungan kelipatan 9, dimana 1

% luas permukaan tubuh adalah luas tepalak tangan penderita. Pada anak-anak

menggunakan tabel dari Lund dan Browder yang mengacu pada ukuran bagian

tubuh terbesar pada seorang bayi/anak (yaitu kepala).

Paper Luka Bakar By Tia Febrina (09-084) FK Unbrah Page 12

Page 13: Luka Bakar Tia

Palmar Surface Methode, permukaan palmar tangan (termasuk jari) secara

kasar meliputi 0,78% dari Total Body surface Area (TBSA). Dapat digunakan untuk

menghitung luka bakar kecil ( <15%) dan luka bakar besar ( >85%). Tidak berguna

untuk luas luka bakar menengah.

2.2.5 LUKA BAKAR LISTRIK DAN KIMIA

Luka Bakar Listrik

Cedera trauma listrik dibagi menjadi eksposur tegangan tinggi ( >1000

voltase), sedang (120-1000 voltase) dan rendah (< 120voltase). Tingkat kerusakan

luka trauma listrik biasanya diasosiasikan dengan voltase, jenis arus, resistensi

jaringan, lama kontak. Tulang memiliki resistensi tertinggi, terendah pada saraf dan

pembuluh darah sehingga mudah terjadi kerusakan.

Arus listrik menimbulkan kelainan karena rangsangan terhadap saraf dan otot.

Energi panas yang timbul akibat tahanan jaringan yang dilalui arus menyebabkan

luka bakar pada jaringan tersebut. Energi panas dari loncatan arus listrik tegangan

tinggi yang mengenai tubuh akan menimbulkan luka bakar yang dalam karena suhu

bunga api listrik dapat mencapai 2.500o C. Arus bolak balik menimbulkan rangsangan

otot yang hebat berupa kejang. Bila arus tersebut melalui jantung, kekuatan sebesar

60 miliamper saja sudah cukup untuk menimbulkan fibrilasi ventrikel. Lebih-lebih

kalau arus langsung mengenai jantung, fibrilasi dapat terjadi oleh arus sebersar 1/10

miliamper.

Urutan tahanan jaringan dimulai dari yang paling rendah adalah saraf,

pembuluh darah, otot, kulit, tendo dan tulang. Jaringan yang tahanannya tinggi akan

lebih banyak dialiri arus dan panas yang timbul lebih tinggi. Karena epidermisnya

lebih tebal, telapak tangan dan kaki mempunyai tahanan listrik lebih tinhhi sehingga

luka bakar yang terjadi akibat arus listrik di daerah ini juga lebih berat.

Paper Luka Bakar By Tia Febrina (09-084) FK Unbrah Page 13

Page 14: Luka Bakar Tia

Pengobatan. Terlebih dahulu, sebelum penderita ditangani, arus lirstrik harus

diputus. Harus diingat bahwa penderita mengandung muatan listrik selama masih

berhubungan dengan sumber arus.kemudian kalau perlu, dilakukan resusitasi jantung

dengan masase jantung dan nafas buatan mulut ke mulut, cairan parenteral harus

diberikan. Kadang luka bakar dikulit luar tampak ringan, tetapi kerusakan jaringan

yang lebih dalam luas dan berat.

2.2.6 TRAUMA INHALASI

Konsekuensi klinis dapat berupa edema saluran nafas, bronkospasm, oklusi saluran

nafas, hilangnya klirens silier, peningkatan ruang rugi, intrapulmonary shunting,

menurunnya komplaiens dinding dada, tracheobronkhitis dan pneumonia.

Tanda-tanda dari keracunan karbondioksida adalah sakit kepala, bingung, koma dan

aritmia.

1. Indikasi trauma inhalasi : adanya riwayat trauma pada ruang tertutup, luka

bakar wajah, bulu hidung/mata terbakar, jelaga pada lubang hidung atau

rongga mulut, suara serak (hoarseness), konjungtivitis, takipnea, sputum

berjelaga, meningkatnya level CO dalam darah (tampak darah lebih merah

cerah).

2. Tersangka trauma inhalasi membutuhkan intubasi segera akibat edema jalan

nafas yang progresif. Kegagalan dalam mendiagnosis trauma inhalasi dapat

berakibat jalan nafas, jika tidak tertatalaksana, menyebabkan kematian.

3. X-ray dada dan analisa gas darah dapat dgunakan untuk mengekslusikan

trauma inhalasi.

4. Direk bronkoskopi saat ini digunakan sebagai alat untuk diagnosis.

Tindakan

1. Tindakan pemasangan ETT disesuaikan dengan usia.

2. Bila ditemukan salah satu atau lebih dari pemeriksaan fisik indikasi trauma

inhalasi, lakukan intubasi segera.

3. Bila ditemukan salah satu atau lebih dari pemeriksaan fisik, lakukan observasi

ketat tanda klinis dan laboratorium, bila observasi ketat tidak dapat dilakukan

maka lakukan intubasi.

4. Bila usaha intubasi 1 kali gagal dilakukan harus dkonversi ke trakeostomi.

5. Bila ditemukan edema masif pada wajah dan leher disertai tanda klinis trauma

inhalasi lakukan trakeostomi segera.

6. Bila timbul keraguan sebaiknya dilakukan intubasi.

Paper Luka Bakar By Tia Febrina (09-084) FK Unbrah Page 14

Page 15: Luka Bakar Tia

2.2.7 PENATALAKSANAAN

1. FIRST AID

Pertolongan pertama saat terjadi kebakaran adalah dengan menghentikan

proses bakar yaitu dengan menjauhkan/mematikan sumber panas. Ingalah Stop, Drop,

Roll and Cover pada kejadian terbakar api, memutuskan sambungan listrik pada luka

bakar listrik, atau dengan cara menyiramkan air pada luka bakar untuk mendinginkan

luka bakar.

Mendinginkan Luka Bakar (Minor) : irigasi dengan air yang mengalir (air

keran suhu 2-15oC) selama 20 menit adalah waktu terbaik, 10 menit – 1 jam masih

dapat diterima, paling lambat irigasi adalah 1 – 3 jam setelah kejadian. Irigasi dengan

air dingin mengalir bermanfaat untuk mendinginkan luka bakar, mengurangi nyeri

dan edema. Hasil penelitian dari irgasi air dingin selama 20 menit ini pun bermakna

pada improvisasi di re-epitelisasi jaringan setelah 2 minggu luka bakar dan kurangnya

jaringan skar dalam 6 minggu post-luka bakar.Kemudian bersihkan dengan sabun

dengan pH netral,clorhexidine yang diencerkan atau dengan sabun bayi.

Buka semua aksesoris yang menempel di badan dan tutup dengan kain yang

bersih (sedang-berat), contoh handuk/sprei bersih. Kemudian segera ke rumah sakit

terdekat untuk resusitasi.

Jangan pernah memberikan pertolongan pertama dengan metode lain seperti

batu es, pemberian pasta gigi/kecap, sabun colek, mentega. Tidak pada tempatnya.

Analgesia : pendingin dan penutupan luka akan menurunkan rasa nyeri atau dapat

dengan medikasi yaitu paracetamol, anti-inflamasi ibuprofen dan opioids.

Penutupan luka : proteksi terhadap hipotermi, polyvinyl chloride (cling film), tidak

melekat, lentur/elastis, dan transparan untuk pemeriksaan inspeksi.

2. PRIMARY SURVEI

Paper Luka Bakar By Tia Febrina (09-084) FK Unbrah Page 15

Page 16: Luka Bakar Tia

Semua pasien dengan luka bakar dilakukan penilaian awal (initial assesment)

dengan ABCDE sesuai tatalaksana Advanced trauma Life Support. Diawali dengan

penilaian :

Airway :

1. Anamnesa : terkurung dalam ruang tertutup berasap kita harus curiga adanya

trauma inhalasi. Ajak pasien bicara maka kita dapat mengetahui adanya

sumbatan jalan nafas (nafas stridor).

2. Objective : Lihat tanda klinis trauma inhalasi dengan :

Look :

a. Luka bakar pada wajah.

b. Alis dan bulu hidung terbakar.

c. Bibir, mukasa intraoral edema.

d. Lidah bengkak.

e. Jika ragu lakukan Laryngoscopy melihat tanda edema atau hiperemis

pada jalan nafas.

Listen : Suara berubah (hoarseness), wheezing (suara mengi), gargling (suara

seperti kumur-kumur).

Feel : penurunan atau tidak adanya aliran udara.

Tindakan : amankan jalan nafas.

Absolute : C, D, E

Relative : A, B > observation

Jika ragu : pasang endotracheal tube atau inhalasi.

Intubasi dan Trakeostomi

Pilihan utama : intubasi. Bila intubasi gagal dilakukan :

1. Ganti ukuran ETT lebih kecil (mulai dari no.7 – 6,5/6)

2. Trakeostomi

Berbagai macam jenis endotracheal tube :

1. Endotracheal tube : defenitif airway

2. Nasotracheal tube

Paper Luka Bakar By Tia Febrina (09-084) FK Unbrah Page 16

Page 17: Luka Bakar Tia

3. Laryngeal mask airway : digunakan jika ventilasi sungkup sulit dilakukan dan

merupakan teknik resusitasi jika intubasi gagal. Bukan proteksi defenitif

airway.

4. Double lumen airway : untuk blind intubation. Keuntungan : konversi ke ETT

dan relatif lebih mudah dibanding ETT. Kerugian : relatif lebih mudah

dibanding ETT, segera cari pertolongan defenitif airway secure.

Kontraindikasi : pasien dengan obstruksi jalan nafas sentral, reflex laringeal atau

refleks faringeal, tertelan benda asing.

Kondisi Darurat :

Apabila sarana, prasarana, sumber daya manusia dan kompetensi tidak

tersedia/memadai yang bisa dilakukan.

Posisiskan pasien ½ duduk, elevasi 30-45%, titrasi dan monitor cairan ketat.

Breathing

Perhatikan adanya keracunan Copada pasien. Adanya tanda depressed respiratory

drive : depresi sitem saraf pusat akibat intoksikasi CO.

Penuruan usaha pernapasan : kelmahan dinding otot, kerusakan saraf dan

kordaspinalis, nyeri, dan fraktur tulang iga adaya eskar melingkar di dinding dada.

Look :sianosis, gangguan penurunan kesadaran, tracheal tug, penggunaan

otot-otot aksesoris bantu nafas, gangguan pola nafas, gangguan laju respirasi,

simetris dan kedalam nafas, dan saturasi oksigen.

Paper Luka Bakar By Tia Febrina (09-084) FK Unbrah Page 17

Page 18: Luka Bakar Tia

Listen :sesak nafas, tidak dapat berbicara, pernapasan berisik, saat perkusi

ditemukam redup, auskultasi suara napas tambahan.

Feel : pergerakan dan pengembangan dinding paru, adanya deviasi trachea,

krepitasi dan distensi abdominal.

ASSESMENT : Jika ada eskarmelingkar di dinding dada maka lakukan

eskarotomi. Jika eskarotomi dilakukan, namun tidak ada perbaikan

pertimbangkan ventilasi mekanik (non-invasive possitive pressure

ventilation). Berikan oksigen 100% menggunakan non rebreathing face mask

12-15 liter/menit

CIRCULATION

Survei Primer – berkaitan dengan jantung : iskemia, aritmia, penyakit vaskular,

kardiomiopati, tamponad.

Sekunder – berasal dari luar jantung : obat – obatan, hipoksia, gangguan elektrolit,

dehidrasi.

“penurunan tekanan darah merupakan tanda yang muncul kemudian dari

gangguan kardiovaskular yang merupakan tanda dari gagalnya mekanisme

kompensasi jantung.”

Pasang dua jalur intravena pada vena besar di perifer untuk resusitasi, dan lakukan

pemasangan CVC dan atau femoral. Untuk memantau cairan yang diberikan sudah

adekuar maka pasangkan folley kateter untuk melihat urin output jika tidak ada

kontraindikasi. Berdasarkan ABA target urin output 0,5-1ml/kgBB/jam pada dewasa

dan 1-1,5ml/kgBB/jam pada anak.

LOOK : lihat tanda-tanda syok, penurunan perfusi perifer (pallor : cek capillary refill

time < 2detik), perdarahan, sianosis, diaforesis, gangguan tingkat kesadaran, sesak

nafas, penurunan urin output, dan distensi vena jugularis dan eskar melingkar pada

ekstermitas.

LISTEN : suara jantung tambahan

FEEL : Nilai apakah ada tanda-tanda syok, raba nadi pulsasi kardiak perifer dan

sentral (nilai dan hitung denyut, kecepatan, kualitas, regular dan kesimetrisan nadi)

nilai normal : 60-100 dalam 1 menit. Lakukan pemeriksaan tekanan darah dan pantau

saturasi oksigen. Nilai saturasi oksigen normal 95%-100%.

ASSESMENT :

Paper Luka Bakar By Tia Febrina (09-084) FK Unbrah Page 18

Page 19: Luka Bakar Tia

Indikasi resusitasi cairan pada pasien luka bakar :

1. Dewasa : > 15% TBSA

2. Anak-anak : > 10% TBSA

Lakukan resusitasi cairan dengan menggunakan Parkland Formula. Di unit luka bakar

RSCM, mengadopsi dari Utah Center, yaitu :

1. Dewasa : 4cc x kgBB x % luka bakar

2. Anak : 2-4cc x kgBB x % luka bakar + Darrow maintenace

Diberikan setengah jumlah volume pada 8 jam pertama dan setengah lagi pada 16

jam kedua.

Dan jika tidak ada syok maka gunakan formula Parkland dengan rumus 4 ml x kgBB

x % TBSA kemudain setengahnya diberikan dalam waktu 8 jam, dan setengahnya

lagi dalam 16 jam kemudian. Cairan kristaloid yang direkomendasikan adalah Ringer

Laktat.

Rute intravena, direkomendasikan untuk luka bakar dengan % TBSA > 20%.

Pada pasien dengan % TBSA < 20%, diberikan cairan maintenance secara

intravena per oral.

Beberapa kondisi dapat memerlukan resusitasi cairan yang lebih, seperti full-

thickness burn injuries, inhalation injury dan keterlambatan resusitasi.

Pergunakan jumlah cairan seminimal mungkin namun tetap adekuat. Titrasi

cairan, tambah atau kurangkan, pantau perjam dengan melihat urin output dan

klinis pasien.

3. RESUSITASI CAIRAN DAN MONITORING

Dewasa dan anak yang menderita luka bakar > 10% dan 20% TBSA harus

menggunakan formula resusitasi dengan berdasarkan Berat Badan (kg) dan persen

luas permukaan terbakar (TBSA)

Beberapa formula yang umum dipakai dalam memulai resusitasi cairan

kristaloid : 2-4ml/kgBB/%TBSA dalam 24 jam pertama.

Resusitasi cairan, tanpa memperhatikan jenis cairan yang dipakai dan banyak

estimasi cairan yang diperlukan, harus mencapai target urin output sebanyak 0,5-1,0

ml/kgBB/jam pada dewasa dan 1,0-1,5 ml/kgBB/jam pada anak.

Akses dan rute untuk resusitasi

Paper Luka Bakar By Tia Febrina (09-084) FK Unbrah Page 19

Page 20: Luka Bakar Tia

Rute oral, dengan solusi garam seimbang dapat diberikan jika perlatan untuk

resusitasi formal (intavena) terbatas, tidak lupa untuk memperhatikan kondisi saluran

cerna pasien. Resusitasi dengan rute oral dapat dilakukan juga pada % TBSA < 20%.

Beberapa kondisi dapat memerlukan resusitasi cairan yang lebih, seperti full-

thickness burn injuries, inhalation injury dan keterlambatan resusitasi.

Resusitasi cairan kristaloid :

Penggunaan yang cukup popular yaitu solusi Ringer Lactat (RL) yang

mengandung 130 meq/L sodium.

Pergunakan jumlah cairn seminimal mungkin, tetapi sekiranya adekuat untuk

mencapai perfusi optimal.

Volume cairan yang masuk hendaknya dititrasi secara kontinue, untuk

menghindari kelebihan dan kekurangan resusitasi. Titrasi dipertahankan untuk

mencapai perfusi renal dengan target urine output sebanyak 0,5-1,0 ml/kgBB/jam

pada dewasa dan 1,0-1,5 ml/kgBB/jam pada anak.

Beberapa formulasi resusitasi cairan yang biasa digunakan dalam 24 jam

pertama seperti :

Parkland/Baxter formula :

4 x kgBB x % TBSA

Menggunakan cairan RL, 50% total perhitungan cairan diberikan 8 jam

pertama dan sisanya 16 jam setelahnya.

Untuk pasien anak maka formula Baxter/parkland + cairan rumatan

Paper Luka Bakar By Tia Febrina (09-084) FK Unbrah Page 20

Page 21: Luka Bakar Tia

MONITOR :

Pengawasan resusitasi : urin Output adalah parameter utama dalam menilai

keberhasilan resusitasi, target urine output sebanyak 0,5-1,0 ml/kgbb/jam pada

dewasa dan 1,0-1,5 ml/kgBB/jam pada anak. MAP ≥ 65, heart rate ≤120, dan RR 20-

14 x/menit. Temperatur 37-38oC dan akral hangat.

Laboratorium diagnosis : darah perifer lengkap, analisa gas darah, elektrolit,

albumin, SGOT, SGPT, ureum, creatinin dan urinalisa.

Paper Luka Bakar By Tia Febrina (09-084) FK Unbrah Page 21

Page 22: Luka Bakar Tia

2.2.8 BALUTAN LUKA

A. Balutan

Salah satu manajemen luka bakar adalah penggunaan balutan atau wound

dressing. Setelah membersihkan luka dengan ari mengalir dan sabun dengan pH

netral, chlorohexide 0,05% dan melakukan teknik aseptik untuk bula pada luka.

Setelahnya luka dibalut dengan pembalut (dressing) yang berfungsi sebagai proteksi,

menghindari eksudat, mengurangi nyeri lokal, respon psikologis baik dan

mempertahankan kelembaban dan menghangatkan untuk mendukung proses

penyembuhan.

Kekurangan dari pembalut luka tradisional (kasa, kasa tulle) adalah adhesi

dan oklusi, sakit pada saat ganti balutan dan penumbuhan bakteri. Sedangkan

pembalut luka modern seperti transparent dressing (cling film) film dressing, foam

dressing, hydrogel, dan yang terbaru nano crystalline silver (contohnya aquacell)

memliki kelebihan mudah, simple, tidak nyeri saat diganti, bacterial barrier, lembab

dan hangat, serta membantu proses penyembuhan luka.

Paper Luka Bakar By Tia Febrina (09-084) FK Unbrah Page 22

Page 23: Luka Bakar Tia

Balutan untuk luka bakar full thickness dapat menggunkan silver based

dressing sementara (annticoat). Namun Gold standartnya adalah early excision dan

skin graft. Manfaatnya adalah menurunkan pelepasan mediator inflamasi kolonisasi

bakterial, sepsis dan MOF, serta menurunkan mortalitas dan lamanya di rawat.

Saat Mengganti Balutan

1. Dressing terlepas dengan sendirinya

2. Kebocoran eksudat

3. Cairan tembus pada balutan

4. Pireksia tidak dapat dijelaskan

5. Bau busuk

6. Pembengkakan pada jaringan perifer

Paper Luka Bakar By Tia Febrina (09-084) FK Unbrah Page 23

Page 24: Luka Bakar Tia

2.2.9 KOMPLIKASI

KONTRAKTUR

Kontraksi ialah proses penyembuhan fisiologis normal yang terjadi pada

margin luka dan mengurangi ukuran akhir dari luka. Sementara kontraktur adalah

efek patologis jaringan parut yang mungkin timbul dari proses penyembuhan luka.

Kontraktur dapat menyebabkan deformitas seluruh sendi yang memerlukan

pembebasan kulit dengan graft atau flap.

PARUT HIPERTROFI DAN KELOID

Parut hipertropik adalah pertumbuhan jaringan parut yang berlebihan yang

tidak melebihi batas luka aslinya. Etiologinya dikaitkan dengan penyembuhan luka

yang tidak normal.

Tanda atau penampakan yang terlihat adalah terjadinya parut yang menebal

yang dapat menimbulkan ketidak percayaan diri pasien.

Keloid adalah jaringan parut yang tumbuh melebihi area luka pada kulit yang

menyembuh. Tempat predileksi keloid ditunjukan pada area deltoid sternum,

punggung dan telinga.

Paper Luka Bakar By Tia Febrina (09-084) FK Unbrah Page 24

Page 25: Luka Bakar Tia

BALUT TEKAN

Pressure garment telah digunkan sejak tahun 1970, yang termasuk dalam

metode ini adalah sebagai berikut;

Anting-anting penekanan

Kancing penekan

Elastic bandage

Lycra bandages

Compression wrap/compression garment

Garment digunakan setelah luka tertutup epitel. Tekanan yang direkomendasi

dalam penggunaan pressure garment adalah 24-30 mmHg selama 18-24 jam sehari

selama 6-12 bulan. Fungsi pemberian tekanan adalah untuk menimbulkan hipoksia

jaringan sehingga mereduksi jaringan fibroblas dan menurunkan α macroglobulin

sehingga menghambat kolagenase untuk mendegradasi kolagen sehingga dapat

menghasilkan parut yang lebih tipis, matang dan elastis. Keberhasilan penggunaan

metode ini anatara 60-85%. Bila dikombinasi dengan teknik operatif dapat

memberikan respon hingga 90-100%.

2.2.10 KRITERIA RUJUK

Pasien dengan luka bakar harus mendapatkan perawatan bedah lebih intens

yaitu dengan merujuk ke RS yang memiliki fasilitas sarana pelayanan luka bakar

yang memadai. Adapun kriteria rujuk menurut American Burn Association untuk

pasien luka bakar adalah;

1. Luka bakar partial thickness dan full thickness dengan TBSA lebih dari 10%

pada pasien kurang dari 10 tahun dan diatas 50 tahun

2. Luka bakar derajat dua dan tiga dengan TBSA lebih dari 20% pada kelompok

usia lainnya.

3. Luka bakar yang meliputi muka, tangan, kaki, alat kelamin, perineum atau

sendi-sendi mayor.

4. Luka bakar derajat tiga di kelompok umur apapun.

5. Terbakar listrik, termasuk sambaran petir.

6. Luka bakar zat kimia.

7. Trauma inhalasi

8. Pasien luka bakar dengan kondisi penyakit yang sudah diderita yang dapat

memberikan komplikasi perawatan, memperpanjang penyembuhan, atau

mempengaruhi tingkat kematian.

Paper Luka Bakar By Tia Febrina (09-084) FK Unbrah Page 25

Page 26: Luka Bakar Tia

9. Pasien dengan luka bakar dan trauma bermakna (seperti patah tulang) dimana

luka bakar lebih mengancam nyawa. Jika keadaan trauma lebih berat, maka

pasien dapat distabilkan dulu di TraumaCenter baru dirujuk ke unit luka

bakar.

10. Anak dengan luka bakar yang dirawat di rumah sakit tanpa keberadaan

spesialis anak maupun peralatan untuk anak.

11. Luka bakar pada pasien yang membutuhkan konsiderasi spesial pada aspek

emosional, sosial atau rehabilitasi jangka panjang.

2.2.11.PROGNOSIS

Prognosis pada kasus luka bakar ditentukan oleh beberapa faktor yang bersifat

kompleks dan menyangkut mortalitas dan morbiditas atau burn illness severity and

prediction of outcome.

Faktor yang memperngaruhi prognosis antara lain; 1. Jenis luka bakar,

kedalaman, lokasi trauma, trauma penyerta; 2. Respons penderita terhadap trauma

dan terapi; 3. Terapi (penatalaksanaan). Dengan mengetahui faktor-faktor tersebut,

dapat diperkirakan berat luka bakar yang dialami oleh seseorang penderita sekaligus

dapat diketahui prognosisnya.

Faktor penderita

Kondisi Umum

Usia

Gender

Status gizi

Faktor Premorbid Kelainan

kardiovaskular

Paper Luka Bakar By Tia Febrina (09-084) FK Unbrah Page 26

Page 27: Luka Bakar Tia

Kelainan

neurogenik

Kelainan paru

Kelainan

metabolisme

Kelainan ginjal

Kelainan psikiatri

Kehamilan

Faktor trauma Luka bakar

Trauma penyerta

Gangguan ABC

Jenis, luas dan

kedalaman

Tatalaksana

Tatalaksana pra

rumah sakit

Tatalaksana di

rumah sakit

Fase awal (fase

akut, fase syok)

Fase selanjutnya

Paper Luka Bakar By Tia Febrina (09-084) FK Unbrah Page 27

Page 28: Luka Bakar Tia

REFERENSI

1. Moenadjat Yelfa. Luka Bakar, Masalah dan Tatalaksana. 2009. Jakarta, EGC

2. R. Sjamsuhidayat, Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah ed.2. 2005. Jakarta,

EGC

3. Sabiston David C MD. Buku Ajar Bedah bagian 1.2006. Jakarta, EGC

4. Schrock Theodore R MD. Ilmu Bedah. 2004. Jakarta, EGC

5. Soelarto dkk. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. 2010. Jakarta, FK UI

6. Wardhana Aditya MD. Petunjuk Praktis Tatalaksana Awal Luka Bakar Ed1.

2013. Jakarta, Press

Paper Luka Bakar By Tia Febrina (09-084) FK Unbrah Page 28

Page 29: Luka Bakar Tia

RESUME

Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan dan atau kehilangan jaringan

disebabkan kontak dengan sumber yang memiliki suhu yang sangat tinggi (misalnya

api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi) atau suhu yang sangat rendah.

Luka bakar dklasifikasikan berdasarkan penyebab, kedalaman luka bakar dan

berdasarkan luas luka bakar. Luas luka bakar pada dewasa dihitung menggunakan

rumus sembilan (rule of nine) yang diprovokasi oleh Wallace; didasari atas

perhitungan kelipatan 9, dimana 1 % luas permukaan tubuh adalah luas tepalak

tangan penderita. Pada anak-anak menggunakan tabel dari Lund dan Browderyang

mengacu pada ukuran bagian tubuh terbesar pada seorang bayi/anak.

Penanganan luka bakar berfokus kepada perbaikan hemodinamik yang

terganggu akibat gangguan cairan dan elektrolit, mengatasi infeksi dan komplikasi

dari luka bakar. Dimulai dengan penghitungan cairan resusitasi dan penangan luka

yang tepat.

Penghitungan resusitasi cairan pada luka bakar menggunakan formula

Parkland dengan rumus 4 ml x kgBB x % TBSA yang setengahnya diberikan dalam

waktu 8 jam, dan setengahnya lagi dalam 16 jam kemudian. Dalam resusitasi cairan

yangharus dimonitor adalah target urin output sebanyak 0,5-1,0 ml/kgBB/jam pada

dewasa dan 1,0-1,5 ml/kgBB/jam pada anak.

Debridement diindikasikan pada luka bakar yang dalam, contohnya pada luka

bakar deep dermal dan subdermal. Luka bakar yang dakam ditandai dengan

permukaan keputihan, merah, kecoklatan, kuning atau bahkan kehitaman dan tidak

adanya capillary refil ataupun sensibilitas kulit. Debridement dilakukan pada pasien

luka bakar yang datang dengan anggapan luka yang ada termasuk luka kotor dari luar.

Debridement dilakukan untuk membersihkan luka dari kotoran dan membuang

jaringan yang kotor dan mati.

Paper Luka Bakar By Tia Febrina (09-084) FK Unbrah Page 29