Top Banner
LAPORAN PENDAHULUAN MENJAGA KESEHATAN REPRODUKSI WANITA PADA REMAJA TUNAGRAHITA Oleh: Putri Mareta Hertika NIM 122310101014 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
43

Lpj-tunagrahita Kesehatan Reproduksi

Dec 08, 2015

Download

Documents

Laporan pendahuluan
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Lpj-tunagrahita Kesehatan Reproduksi

LAPORAN PENDAHULUAN MENJAGA KESEHATAN

REPRODUKSI WANITA PADA REMAJA

TUNAGRAHITA

Oleh:

Putri Mareta Hertika

NIM 122310101014

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2015

Page 2: Lpj-tunagrahita Kesehatan Reproduksi

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Analisis Situasi

Data Depkes tahun 2006-2007 terdapat 80.000 lebih penderita tunagrahita di

Indonesia. Jumlah ini mengalami kenaikan yang pesat pada tahun 2009,

diperkirakan kini terdapat di atas 100.000 penderita. Sedangkan menurut Survei

Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2004 mendata jumlah penderita

tunagrahita sebanyak 777.761 jiwa atau sebesar 12,8% dari jumlah penyandang

cacat di Indonesia. Selain itu, Menteri Kesehatan menetapkan tanggal 20

Desember sebagai Hari Kepedulian Tunagrahita. Penetapan tersebut agar

masyarakat lebih peduli kepada penderita tunagrahita. Tunagrahita adalah

gangguan intelegensi yang menyebabkan penurunan fungsi kecerdasan otak

terhadap seseorang. Hal ini menyebabkan terjadi masalah psikososial terhadap

penderita yang dialaminya sehari-hari.

Tunagrahita ialah anak yang memiliki tingkat kecerdasan jauh di bawah

rata-rata anak normal, sehingga tidak mampu mengikuti program sekolah yang

diperuntukan bagi anak-anak normal. American Asociation on Mental Deficiency

(AAMD) dalam BP3PTKSM, mendefinisikan tunagrahita sebagai kelainan fungsi

intelektual umum di bawah rata-rata, yaitu IQ 84 kebawah berdasarkan tes,

muncul sebelum usia 16 tahun dan menujukan hambatan dalam perilaku adaptif.

Mereka membutuhkan pelayanan pendidikan khusus. Anak ini disebut anak

terbelakang mental. Amin (1995:11) menyatakan bahwa anak tunagrahita kurang

cakap dalam memikirkan hal-hal yang bersifat abstrak, yang sulit-sulit dan yang

berbelit-belit. Mereka kurang atau terbelakang atau tidak berhasil bukan sehari

dua hari atau sebulan dua bulan, tetapi untuk selama-lamanya dan bukan hanya

dalam satu dua hal tetapi hampir segalanya.

Remaja putri merupakan aset yang paling penting karena berperan dalam

menentukan tingkat pertumbuhan suatu negara. karena penduduk usia muda

merupakan modal pembangunan yaitu sebagai faktor produksi tenaga manusia

(human resources), dan remaja putri dimasa dewasanya akan melahirkan calon

Page 3: Lpj-tunagrahita Kesehatan Reproduksi

anak- anak bangsa,oleh sebab itu menjaga kesehatan merupakan hal yang mutlak

dilakukan terutama menjaga kesehatan organ reproduksinya.

Didalam budaya kita organ reproduksi memang kurang menjadi perhatian

karena pada umumnya orang merasa kurang nyaman membicarakan masalah

organ reproduksi ini . Padahal, organ tersebut sangat membutuhkan perhatian,

terutama kebersihan dan kesehatannya. Bila pengetahuan remaja putri tentang

perawatan daerah kewanitaan rendah hal ini berakibat pada rendahnya kesadaran

tentang pentingnya menjaga kebersihan organ reproduksi dan berdampak serta

berpengaruh pada perilaku remaja yang akibatnya dapat terjadi masalah pada

daerah kewanitaan.

Daerah genitalia wanita merupakan daerah yang penting untuk dirawat.

Karena letaknya yang tertutup, area kewanitaan ini butuh perhatian ekstra. Banyak

dampak yang ditimbulkan apabila seorang wanita tidak memperhatikan

kebersihan daerah genitalnya. Di antaranya adalah keputihan atau fluor albus, bau

tidak sedap, dll. (Manan, 2011). Pengetahuan mengenai fungsi dan struktur

reproduksi akan mengetahui bagaimana cara merawat, dan menjaganya dengan

benar.serta mempengaruhi remaja dalam memperlakukan organ reproduksinya,

yang akan berpengaruh pada kesehatan reproduksinya.

1.2 Perumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana cara menjaga kesehatan organ reproduksi wanita?

1.2.2 Bagaimana cara memasang pembalut yang benar?

Page 4: Lpj-tunagrahita Kesehatan Reproduksi

BAB 2. TUJUAN DAN MANFAAT

2.1 Tujuan

2.1.1 Tujuan Umum

Setelah diberikan pendidikan tentang menjaga kesehatan organ reproduksi,

anak dengan tunagrahita dapat menerapkan ilmu yang telah didapat dan

mengetahui cara memasang pembalut yang benar dan dilakukan secara mandiri.

2.1.2 Tujuan Khusus

a. Anak-anak dengan tunagrahita dapat menjelaskan cara menjaga kesehatan

organ reproduksi

b. Anak-anak dengan tunagrahita dapat mempraktekkan cara memasang

pembalut yang benar

2.2 Manfaat

2.1.2 Bagi Penulis

Mendapatkan pengetahuan, informasi, dan wawasan mengenai kesehatan

reproduksi khususnya pada wanita.

2.1.2 Bagi Masyarakat

Memberi informasi kepada keluarga dan anak penyandang tunagrahita

untuk dapat melakukan perawatan oragan reproduksi serta menjaga

kesehatan organ reproduksi sehingga tidak terjangkit penyakit kelamin.

2.2.3 Bagi Praktik Keperawatan

Memberi informasi bagi praktik keperawatan khususnya keperawatan anak

untuk dapat memberi promosi kesehatan kepada keluarga dan anak-anak

mengenai pentingnya menjaga kesehatan organ reproduksi, sehingga anak-

Page 5: Lpj-tunagrahita Kesehatan Reproduksi

anak dengan Tunagrahita juga dpata secara mandiri untuk menjaga

kesehatan dan kebersihan organ reproduksi.

2.2.4 Bagi Pendidikan Keperawatan

Memberi pengetahuan dan wawasan tentang manfaat menjaga kebersihan

dan kesehatan organ reproduksi untuk mencegah terjadinya penyakit

kelamin. Selain itu, dapat menambah studi kepustakaan dan menjadi

masukan yang berarti dan bermanfaat bagi mahasiswa keperawatan dan

bidang kesehatan lainnya.

2.2.5 Bagi Penelitian Keperawatan

Sebagai bahan informasi dan referensi untuk penulisan atau penelitian

berikutnya yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi perempuan.

Page 6: Lpj-tunagrahita Kesehatan Reproduksi

BAB 3. KERANGKA PENYELESAIAN MASALAH

3.1 Dasar Pemikiran

Anak berkebutuhan khusus dapat diartikan sebagai seorang anak yang

memerlukan pendidikan yang disesuaikan dengan hambatan belajar dan

kebutuhan masing-masing anak secara individual. Morrison (dalam

Patmonodewo, 2003) menyatakan bahwa anak yang berkebutuhan khusus adalah

anak yang mengalami keterbatasan fisik dan mental seperti sulit mendengar, tuli,

kelainan bicara, kelainan dalam penglihatan, gangguan emosi yang serius dan

kesulitan belajar. Salah satu anak berkebutuhan khusus adalah anak tunagrahita.

Anak dengan tunagrahita adalah anak dengan keterbatasan substansial

dalam memfungsikan diri. Keterbatasan ini ditandai dengan terbatasnya

kemampuan fungsi kecerdasan yang terletak dibawah rata-rata (IQ 70 atau

kurang) dan ditandai dengan terbatasnya kemampuan tingkah laku adaptif

minimal di 2 area atau lebih. Tingkah laku adaptif berupa kemampuan

komunikasi, merawat diri, menyesuaikan dalam kehidupan rumah, keterampilan

sosial, pemanfaatan sarana umum, mengarahkan diri sendiri, area kesehatan dan

keamanan, fungsi akademik, pengisian waktu luang dan kerja. Tunagrahita adalah

anak yang secara nyata mengalami hambatan dan keterbelakangan perkembangan

mental intelektual jauh dibawah rata-rata sedemikian rupa, sehingga mengalami

kesulitan dalam tugas-tugas akademik, komunikasi maupun sosial, dan karenanya

memerlukan pendidikan khusus (Dewanti, 2010).

Pendidikan bagi anak tunagrahita bertujuan mengembangkan potensi yang

masih dimiliki secara optimal, agar mereka dapat hidup mandiri dan dapat

menyesuaikan diri dengan lingkungan di mana mereka berada. Anak tunagrahita

merupakan individu yang utuh dan unik yang pada umumnya juga memiliki

potensi atau kekuatan dalam mengimbangi kelainan yang disandangnya, oleh

karena itu layanan pendidikan yang diberikan, diupayakan untuk dapat

mengembangkan potensi yang dimiliki oleh anak secara optimal (Nurlina,

Page 7: Lpj-tunagrahita Kesehatan Reproduksi

2008:47 dalam Hakim dkk., 2013). Anak tunagrahita mampu didik merupakan

anak yang mengalami keterlambatan perkembangan tetapi dapat mempelajari

keterampilan akademis. Anak tunagrahita mampu didik adalah mereka yang

tergolong anak tunagrahita dengan tingkat kecerdasan antara 50/55-70/75, masih

memiliki kemampuan berkembang dalam hal pendidikan (Hakim dkk., 2013).

Menjaga kebersihan organ reproduksi juga harus dikenalkan pada anak

dengan tunagrahita, sehingga anak dengan tunagrahita dapat mengetahui

pentingnya menjaga organ reproduksi dan dapat secara mandiri melakukan

perawatan organ reproduksinya.

3.2 Kerangka Penyelesaian Masalah

Undang-Undang Republik Indonesia No.4 tahun 1997 tentang Penyandang

Cacat menyatakan bahwa penyandang cacat mempunyai hak dan kesempatan

yang sama dalam berbagai aspek kehidupan dan penghidupan. Hak tersebut

diperjelas dalam Undang-Undang No.23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

Penyandang Cacat mempunyai hak untuk kelangsungan hidup, tumbuh dan

berkembang, perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi serta hak untuk

didengar pendapatnya (Kemenkes RI, 2010).

Anak tunagrahita adalah anak yang memiliki intelegensi yang signifikan

berada di bawah rata-rata dan disertai dengan ketidakmampuan dalam adaptasi

perilaku yang muncul dalam masa perkembangan. Anak tunagrahita memiliki

prestasi sekolah kurang secara menyeluruh, tingkat kecerdasan (IQ) di bawah 70,

memiliki ketergantungan pada orang lain secara berlebihan, kurang tanggap,

penampilan fisiknya kurang proporsional, perkembangan bicara terlambat dan

bahasa terbatas (Kemenkes RI, 2010).

Berdasarkan undang-undang yang berlaku serta kebutuhan anak tunagrahita

yang sama dengan anak normal lainnya maka perlu diperhatikan untuk dapat

memberikan hak yang sama pada anak penyandang tunagrahita. Kebutuhan gerak

tubuh juga sangat dibutuhkan bagi setiap anak dalam memenuhi proses tumbuh

kembang anak. Anak penyandang tunagrahita dapat dibantu dengan memberikan

kesempatan seperti anak normal lainnya untuk beraktivitas melalui pendidikan

Page 8: Lpj-tunagrahita Kesehatan Reproduksi

jasmani, olahraga, dan kesehatan. Dengan adanya dasar pemikiran seperti diatas

maka anak penyandang tunagrahita dapat dikenalkan dan dilatih untuk mengikuti

latihan senam irama yang dapat membantu meningkatkan kebugaran jasmani, rasa

percaya diri dan keterampilan gerak anak penyandang tunagrahita.

Kesehatan reproduksi merupakan masalah yang penting untuk

mendapatkan  perhatian terutama di kalangan remaja. Masa remaja diwarnai oleh

pertumbuhan,  perubahan, munculnya berbagai kesempatan, dan seringkali

menghadapi risiko-risiko kesehatan reproduksi. Kegiatan-kegiatan seksual

menempatkan remaja pada tantangan risiko terhadap berbagai masalah kesehatan

reproduksi. Risiko kesehatan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling

berhubungan, misalnya tuntutan untuk menikah muda dan hubungan seksual,

akses terhadap pendidikan dan pekerjaan, kurangnya perhatian terhadap

kebersihan organ reproduksi, ketidaksetaraan jender, kekerasan seksual, dan

pengaruh media massa maupun gaya hidup.

Masa remaja (adolescence/puberty) dimulai pada usia 11 atau 13

sampai usia 21 tahun.  Masa preadolescence pada wanita terjadi pada usia 11–13

tahun. Secara fisik pada masa ini terjadi perubahan organ seksual. Salah satu

perubahan fisik yang dialami remaja putri adalah menstruasi pertama, yang

menuntut remaja putri mampu merawat organ reproduksi dengan baik terutama

dalam hal kebersihan pribadi (personal hygiene). Hal ini disebabkan oleh

peristiwa menstruasi yang merupakan darah kotor, yang jika kurang

dijagakebersihannya akan berpotensi untuk timbul infeksi pada organ reproduksi

(Yusuf, 2002).

Untuk menghindari infeksi vagina, remaja putri perlu memiliki perilaku

yang baik dalam kebersihan diri, khususnya kebersihan alat reproduksi, untuk itu

pendidikan kesehatan manajemen higiene menstruasi perludiberikan kepada

remaja-remaja putri supaya kebersihan diri bisa dijaga dengan baik. Guna

menciptakan perilaku tersebut, perlu diberikan pendidikan kesehatan khususnya

kesehatan reproduksi. Jika pengetahuan meningkat, diharapkan timbul sikap

positif dalam menjaga manajemen higiene menstruasi, yang menjadi dasar

terbentuknya perilaku menjaga personal hygiene.

Page 9: Lpj-tunagrahita Kesehatan Reproduksi

BAB 4. RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN

4.1 Realisasi Penyelesaian Masalah

Penyelesaian masalah untuk anak-anak penyandang tunagrahita yaitu

dengan melakukan pendidikan kesehatan dan demonstrasi cara menjaga kesehatan

organ reproduksi. Demonstrasi ini akan dicontohkan oleh penyaji dan di

demonstrasikan ulang oleh anak dengan Tunagrahita.

4.2 Khalayak Sasaran

Target sasaran pendidikan kesehatan dan demonstrasi pendidikan

kesehatan menjaga kesehatan organ reproduksi merupakan anak penyandang

tunagrahita. Anak penyandang tunagrahita diberikan kesempatan untuk

mengetahui pentingnya menjaga kesehatan dan kebersihan organ reproduksi.

Tujuannya yaitu agar dapat meningkatkan pengetahuan tentang pentingnyan

menjaga kshatan organ reprduksi dan meningkatkan kemandirian anak dengan

Tunagrahita.

4.3 Metode yang Digunakan

Metode yang digunakan dalam pelaksanaan pendidikan kesehatan yang

dilakukan adalah dengan demonstrasi.

Page 10: Lpj-tunagrahita Kesehatan Reproduksi

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Pendekatan Suatu Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Hardjito, Koekoeh, Suwoyo, dan Aisyah, Siti. 2010. Perbedaan Perilaku Menjaga Personal Hygiene saat Menstruasi pada Remaja Putri antara Sebelum dan Sesudah Pemberian Penyuluhan tentang Pendidikan Kesehatan Reproduksi. Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes Vol.I No.2 April 2010. 125-129.

Munir, B. 1997. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat dengan Pendekatan Antropologi. Jakarta: Depkes RI.

Notoatmodjo, S. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Potter, P.A. dan Perry, A.G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi 4. Jakarta: EGC.

Yusuf, Syamsu. 2005. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Page 11: Lpj-tunagrahita Kesehatan Reproduksi

Lampiran 1

SATUAN ACARA PENYULUHAN

(PENDIDIKAN KESEHATAN)

Program Studi Ilmu Keperawatan

Universitas Jember

Jalan Kalimantan No. 37 Kampus Bumi Tegal Boto Jember

Telp. (0331) 323450

Topik : Kesehatan Reproduksi Wanita

Sasaran : Siswa SMP penyandang tunagrahita

Waktu : 07.00-08.00 WIB (1 x 60 menit)

Hari/Tanggal : Selasa, 29 September 2015

Tempat : SLB-C di desa X

1. Standar Kompetensi

Setelah diberikan pendidikan kesehatan dan demonstrasi mengenai

pentingnya menjaga kesehatan dan kebersihan organ reproduksi, anak penyandang

tunagrahita dapat menerapkan cara merawat organ reproduksi dengan benar.

2. Kompetensi Dasar

Setelah diberikan pendidikan kesehatan dan demonstrasi senam irama,

anak tunagrahita diharapkan dapat:

a. Menjelaskan cara menjaga organ reproduksi

b. menjelaskan manfaat menjaga organ reproduksi

c. menerapkan cara-cara menjaga kesehatan organ reproduksi

Page 12: Lpj-tunagrahita Kesehatan Reproduksi

3. Pokok Bahasan

Memberikan pendidikan kesehatan tentang pntngnya menjaga kesehatan

organ reproduksi.

4. Subpokok Bahasan

a. Cara menjaga kesehatan organ reproduksi

b. Manfaat menjaga kesehatan organ reproduksi

c. Demonstrasi cara menjaga kesehatan reproduksi

5. Waktu: 1 x 60 menit

6. Bahan/Alat yang Diperlukan

a. LCD

b. Pembalut dan celana dalam

c. Leaflet

7. Model Pembelajaran

a. Jenis model penyuluhan: ceramah, tanya jawab, diskusi, demonstrasi

b. Landasan teori: konstruktivisme

c. Langkah pokok:

1) Menciptakan suasana pendidikan kesehatan yang baik

2) Mengajukan masalah

3) Membuat keputusan nilai personal

4) Mengidentifikasi pilihan tindakan

5) Memberi komentar

6) Menetapkan tindak lanjut

Page 13: Lpj-tunagrahita Kesehatan Reproduksi

8. Persiapan

Penyuluh mencari referensi (buku, jurnal, hasil penelitian, artikel, dan

lain-lain) tentang senam irama dan membuat media penyuluhan serta berlatih

untuk demonstrasi senam irama.

9. Kegiatan Pendidikan Kesehatan

ProsesTindakan

WaktuKegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta

Pendahuluan a. Memberikan salam,

memperkenalkan diri, dan

membuka penyuluhan

b. Menjelaskan materi secara

umum dan manfaat bagi

anak tunagrahita

c. Menjelaskan tentang TIU

dan TIK

Memerhatikan dan

menjawab salam

Memerhatikan

Memerhatikan

5 menit

Penyajian a. Menanyakan kepada anak

tunagrahita tentang cara

dan manfaat menjaga

kebersihan organ

reproduksi

b. Menjelaskan cara dan

manfaat menjaga

kesehatan organ

reproduksi

c. Mendemonstrasikan cara

memakai pembalut

1) Menanyakan kepada

tunagrahita mengenai

demonstrasi yang

baru disampaikan

2) Mendiskusikan

Memberikan

pertanyaan

Memerhatikan

Memerhatikan

Memberikan

pertanyaan

Memerhatikan dan

memberi tanggapan

5 menit

10

menit

30

menit

Page 14: Lpj-tunagrahita Kesehatan Reproduksi

bersama jawaban

yang diberikan

Penutup a. Menutup pertemuan

dengan memberi

kesimpulan dari materi

yang disampaikan

b. Mengajukan pertanyaan

kepada anaktunagrahita

c. Mendiskusikan bersama

jawaban dari pertanyaan

yang telah diberikan

d. Menutup pertemuan dan

memberi salam

Memerhatikan

Memberi saran

Memberi komentar

dan menjawab

pertanyaan bersama

Memerhatikan dan

membalas salam

10

menit

10. Evaluasi

a. Evaluasi Struktur

1) Anak tunagrahita berada di tempat pertemuan sesuai kontrak.

2) Penyelenggaraan pendidikan kesehatan mengenai kesehatan reproduksi

wanita dilakukan di SLB.

3) Pengorganisasian penyelenggaraan kegiatan dilakukan sebelum

pelaksanaan.

b. Evaluasi Proses

1) Anaktunagrahita antusias terhadap kegiatan yang dilakukan.

2) Anaktunagrahita berpartisipasi dalam kegiatan dengan mengajukan dan

menjawab pertanyaan dengan benar.

c. Evaluasi Hasil

1) Anaktunagrahita memahami materi yang telah disampaikan.

2) Kegiatan pendidikan kesehatan dan demonstrasi sesuai dengan tujuan

yang ingin dicapai.

11. Referensi

Page 15: Lpj-tunagrahita Kesehatan Reproduksi

a. Delphi, Bandi. 1996. Sebab-sebab Keterbelakangan Mental. Bandung:

Mitra Grafika.

b. Dewanti, Rizqa Dienda. 2010. Pola Komunikasi Antara Orang Tua Asuh

dengan Anak Tunagrahita. Tidak Diterbitkan. Skripsi. Surabaya: Program

Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”

Jawa Timur.

c. Dipi, Amin. 1995. Ortopedagogik Anak Tunagrahita. Jakarta: Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan.

d. Hakim, Arif Rohman dkk. 2013. Pengaruh Usia dan Latihan

Keseimbangan terhadap Kemampuan Motorik Kasar Anak Tunagrahita

Kelas Bawah Mampu Didik Sekolah Luar Biasa. Journal of Physical

Education and Sports. [serial online].

www.journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jpes/article/.../1234. [11 November

2013].

e. Kementerian Kesehatan RI. 2010. Pedoman Pelayanan Kesehatan Anak di

Sekolah Luar Biasa (SLB) Bagi Petugas Kesehatan. Jakarta: Direktorat

Bina Kesehatan Anak Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

12. Lampiran

1. Materi

2. Media yang digunakan (booklet)

Pemateri,

Page 16: Lpj-tunagrahita Kesehatan Reproduksi

Putri Mareta Hertika

Lampiran 2

MATERI PENDIDIKAN KESEHATAN

KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA PUTRI SENAM IRAMA

PADA ANAK TUNAGRAHITA

1. Pengertian Tunagrahita

Page 17: Lpj-tunagrahita Kesehatan Reproduksi

Tunagrahita ialah anak yang memiliki tingkat kecerdasan jauh di bawah

rata-rata anak normal, sehingga tidak mampu mengikuti program sekolah yang

diperuntukan bagi anak-anak normal. Mereka membutuhkan pelayanan

penddidikan khusus. Anak ini disebut anak terbelakang mental. Pada umumnya

anak tunagrahita memiliki kelainan yaitu meliputi fungsi intelektual umum di

bawah rata-rata, yaitu IQ 84 kebawah berdasarkan tes, biasanya muncul sebelum

usia 16 tahun, dan menunjukan hambatan dalam perilaku adaptif.

Amin (1995:11), menguraikan gambaran tentang anak tunagrahita yaitu,

anak tunagrahita kurang cakap dalam memikirkan hal-hal yang bersifat abstrak,

yang sulit-sulit dan yang berbelit-belit. Mereka kurang atau terbelakang atau tidak

berhasil bukan sehari dua hari atau sebulan dua bulan, tetapi untuk selama-

lamanya dan bukan hanya dalam satu dua hal tetapi hampir segala-galanya.

Seperti dalam pelajaran, seperti mengarang, menyimpulkan isi bacaan,

menggunakan symbol-simbol berhitung, dan dalam semua pelajaran yang bersifat

teoritis. Mereka kurang atau terhambat dalam menyesuaikan diri dengan

lingkungannya.

2. Penyebab Tunagrahita

Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang menjadi

tunagrahita. Faktor-faktor penyebab ini diantaranya adalah sebagai berikut.

a. Faktor keturunan

Adanya kelainan kromosom baik autosom yaitu mempunyai kromosom 3

ekor pada kromosom nomor 21 sehingga anak mengalami Langdon Down’s S

yndrome dan pada trisomi kromosom nomor 15 anak akan menderita Patau’s

Syndrome dengan ciri-ciri berkepala kecil, mata kecil, berkuping aneh, sumbing,

dan kantung empedu yang besar. Selain itu, setelah mencapai masa puber

tubuhnya menjadi panjang, gayanya mirip wanita, berpayudara besar.

b. Gangguan metabolisme dan gizi

Metabolisme dan gizi merupakan hal yang penting bagi perkembangan

individu terutama perkembangan sel-sel otak. Beberapa kelainan yang disebabkan

Page 18: Lpj-tunagrahita Kesehatan Reproduksi

oleh kegagalan metabolisme dan kekurangan gizi diantaranya adalah sebagai

berikut.

1) Phenylketonuria

Salah satu akibat gangguan metabolisme asam amino juga kelainan

gerakan enzym phenylalanine hydroxide. Gejala umum yang nampak

adalah tunagrahita, kekurangan pigmen, microcephaly, serta kelainan

tingkah laku.

2) Cretinisme

Kelainan ini disebabkan oleh keadaan hypohyroidism kronik yang

terjadi selama masa janin atau segera setelah melahirkan. Berat ringan

kelainan tergantung pada tingkat kekurangan thyroxin. Gejala utama

yang tampak adalah adanya ketidaknormalan fisik yang khas dan

ketunagrahitaan dan awal gejalanya dengan kurangnya nafsu makan,

anak menjadi sangat pendiam, jarang tersenyum dan tidur yang

berlebihan.

c. Infeksi dan keracunan

Adanya infeksi dan keracunan terjangkitnya penyakit-penyakit selama

janin masih berada dalam kandungan ibunya yang menyebabkan anak lahir

menjadi tunagrahita. Beberapa penyakit yang mampu menyebabkan

ketunagrahitaan meliputi:

1) Rubella

Penyakit ini menjangkiti ibu pada dua belas minggu pertama kehamilan.

Selain tunagrahita, ketidaknormalan yang disebabkan penyakit ini adalah

kelainan pendengaran, penyakit jantung bawaan, berat badan yang sangat

rendah pada waktu lahir dan lain-lain.

2) Syphilis bawaan

Kondisi bayi yang terkena Syphilis adalah kesulitan pendengaran, hidungnya

tampak seperti hidung kuda.

3) Syndrome gravidity beracun

Page 19: Lpj-tunagrahita Kesehatan Reproduksi

Ketunagrahitaan yang timbul dari syndrome gravidity beracun terjadi pada

sebagian bayi yang lahir prematur, kerusakan janin yang disebabkan oleh zat

beracun, dan berkurangnya aliran darah pada rahim dan plasenta.

a. Trauma dan zat radioaktif

Trauma otak yang terjadi di kepala dapat menimbulkan pendarahan

intracranial terjadinya kecacatan pada otak. Ini biasanya disebabkan

karena kelahiran yang sulit sehingga memerlukan alat bantu. Selain itu

penyinaran atau radiasi sinar X selama bayi dalam kandungan

mengakibatkan cacat mental microcephaly.

b. Masalah pada kelahiran

Adanya kelahiran yang disertai kejang dan nafas pendek dipastikan bahwa

bayi yang akan dilahirkan menderita kerusakan otak.

c. Faktor lingkungan

Latar belakang pendidikan orang tua sering juga dihubungkan dengan

masalah-masalah perkembangan. Kurangnya kesadaran orang tua akan

pentingnya pendidikan dini serta kurangnya pengetahuan dalam

memberikan rangsang-rangsang positif dalam masa perkembangan anak

dapat menjadi salah satu penyebab timbulnya gangguan atau hambatan

dalam perkembangan anak. Kurangnya kontak pribadi dangan anak,

misalnya dengan tidak mengajaknya berbicara, tersenyum, bermain yang

mengakibatkan timbulnya sikap tegang, dingin dan menutup diri. Kondisi

demikian akan berpengaruh buruk terhadap perkembangan anak baik fisik

maupun mental intelektualnya.

3. Klasifikasi Tunagrahita

Ada 4 tingkatan tunagrahita menurut tingkat intelejensinya yaitu:

a. retardasi mental ringan (mild mental retardation dengan IQ 55–69;

b. retardasi mental sedang (moderate mental reterdation dengan IQ 40–54;

c. retardasi mental berat (severe mental retardation dnegna IQ 20 – 39;

d. retardasi mental sangat berat (provan mental retardation IQ <20.

Page 20: Lpj-tunagrahita Kesehatan Reproduksi

Penggolongan anak tunagrahita menurut perilaku adaptif tidak berdasarkan

tingkat intelegensi, tetapi berdasarkan kematangan sosial. Hal ini juga mempunyai

4 tingkat yaitu:

a. ringan;

b. sedang;

c. berat;

d. sangat berat.

4. Karakteristik Anak Tunagrahita

Anak tunagrahita memiliki karakteristik tersendiri pada segi tingkah laku,

emosi dan sosialnya, cara belajarnya dan kesehatan pada fisikya. Untuk

karakteristik tersebut, setiap anak tunagrahita memiliki karakteristik yang berbeda

sesuai dengan tingkat kekurangannya. Secara umum karakteristik ters6ebut dapat

digeneralkan ke dalam beberapa hal yaitu sebagai berikut.

a. Segi intelektualnya

1) Anak tunagrahita mampu mengetahui atau menyadari situasi, benda-

benda dan orang di sekitarnya, namun mereka tidak mampu memahami

keberadaan dirinya. Hal tersebut disebabkan oleh faktor bahasa yang

manjadi hambatan, dikarenakan mereka pada umunya sulit untuk

mengatakan atau menyampaikan kata yang sesuai dengan keadaan yang

diinginkannya.

2) Mereka berkesulitan untuk memecahkan masalah-masalah yang ada,

tidak mampu membuat suatu rencana bagi dirinya, dan anak tersebut pun

sulit untuk memilih alternatif pilihan yang berbeda.

3) Mereka sulit sekali untuk menuliskan simbol-angka, sehingga secara

umum mereka memiliki kesulitan dalam bidang membaca, menulis dan

berhitung.

4) Kemampuan belajar anak tunagrahita terbatas. Mereka mengalami

kesulitan yang berarti dalam pengetahuan yang bersifat konsep dan

dalam menempatkan dirinya dengan keadaan situasi lingkungannya.

Page 21: Lpj-tunagrahita Kesehatan Reproduksi

b. Segi tingkah laku (perilaku adaptif)

1) Perkembangan anak tunagrahita lamban. Sulit mempelajari sikap

tertentu, bahkan sulit melakukan pekerjaan yang ditugaskan walaupun

tugas tersebut bagi orang normal sangat sederhana.

2) Faktor kognitif merupakan hal yang sulit bagi anak tersebut, khususnya

yang berkenaan dengan perhatian dengan atau konsentrasi, ingatan,

berbicara dengan bahasa yang benar, dan dalam kemampuan

akademiknya.

3) Anak tunagrahita seringkali merasakan ketidakmampuan dalam

melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang diberikan padanya, karena

seringnya melakukan kesalahan-kesalahan pada saat melakukannya.

Mereka pada umunya kurang percaya diri dan seringkali

menggantungkan bimbingan atau bantuan orang lain, atau dengan kata

lain rasa kemampuan dirinya kurang. Mereka juga seringkali sulit dalam

memilih lingkungan pergaulan yang baik, sehingga mudah terjerumus

pada hal-hal yang bersifat negatif.

5. Implikasi pendidikan bagi anak tunagrahita

Pendekatan yang dapat diberikan kepada anak tunagrahita adalah sebagai

berikut.

a. Occuppasional therapy, (terapi gerak)

Terapi ini diberikan kepada anak tunagrahita untuk melatih gerak fungsional

anggota tubuh gerak kasar atau halus.

b. Play therapy (terapi bermain)

Terapi yang diberikan kepada anak tunagrahita dengan cara bermain,

misalnya: anak diajarkan tentang tata cara sosial drama, bermain jual beli.

c. Activity Daily Living (ADL) atau kemampuan merawat diri

Untuk memandirikan anak tunagrahita, mereka harus diberian pengetahuan

dan keterampilan tentang kegiatan kehidupan sehari-hari (ADL) agar mereka

dapat merawat diri sendiri tanpa bantuan orang lain dan tidak tergantung

kepada orang lain.

Page 22: Lpj-tunagrahita Kesehatan Reproduksi

d. Live skill (keterampilan hidup)

Anak yang memerlukan layanan khusus, terutama anak dengan IQ di bawah

rata-rata biasanya tidak diharapkan bekerja sebagai administrator.

e. Focational therapy (terapy bekerja)

Selain diberikan latihan keterampilan, anak tunagrahita juga diberikan latihan

kerja. Dengan bekal lathan yang telah dimilikinya, anak tunagrahita

diharapkan dapat bekerja.

6. Pengertian Higiene

Higiene adalah ilmu kesehatan tentang bagaimana cara perawatan diri pada

individu agar dapat memelihara kesehatannya dengan baik atau disebut juga

dengan higiene perorangan (personal higiene). Personal higiene berasal dari

bahasa Yunani yaitu personal yang artinya perorangan dan higiene berarti sehat.

Personal higiene (kebersihan perorangan) adalah suatu tindakan untuk memelihara

kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis.

Pemeliharaan higiene perorangan diperlukan untuk kenyamanan individu,

keamanan dan kesehatan. Seperti pada orang sehat mampu memenuhi kebutuhan

kesehatannya sendiri, pada orang sakit atau tantangan fisik memerlukan bantuan

perawat untuk melakukan praktik kesehatan yang rutin.

7. Cara Menjaga Kesehatan Reproduksi Wanita

a. Disarankan agar kaum wanita membersihkan bagian luar vagina setelah

buang air kecil atau air besar, seeloknya menggunakan air.

b. Ketika haid, Anda disarankan sering mengganti pembalut terutama pada

hari-hari yang banyak darah. Ini karena darah merupakan media yang

paling sesuai untuk kuman berkembang biak.

c. Hindari sering berlatih douching yaitu memasukkan jari atau ejakulasi ke

dalam vagina dengan tujuan membersihkan bagian dalam vagina.

Perbuatan ini akan menyingkirkan sejenis bakteri loctobacili dari vagina di

samping mengungkapkan vagina dan bagian luar kemaluan pada bahan

kimia yang dapat menyebabkan iritasi kulit.

Page 23: Lpj-tunagrahita Kesehatan Reproduksi

d. Hindari menggunakan sabun atau menyapu shower gel pada alat kelamin

karena dapat menyebabkan kekeringan dan iritasi kulit dan akan menjadi

gatal. Beberapa wanita sensitif dan alergi pada kandungan pewangi serta

buih sabun.

e. Pasangan suami istri diggalakkan membersihkan alat kelamin dengan air

sebelum dan setelah hubungan kelamin untuk menjamin kebersihan yang

optimal. Amalkan membuang air kecil lebih kurang setengah jam setelah

hubungan seks untuk mengurangi risiko infeksi pada kandung kemih.

f. Celana dalam harus diganti setiap hari dan pada hari-hari yang mengalami

keputihan, lebih baik memakai panty liner sehingga tidak menempel pada

pakaian dalam yang menyebabkan ketidaknyamanan.

g. Selain dari itu, bengkak nanah juga dikaitkan dengan infeksi dan pasien

mengeluh sakit dan demam. Perawatan adalah secara incisional dan

drainage untuk menggeluarkan nanah dan konsumsi antibiotik. Bisul juga

bisa terjadi pada wanita yang sering mencukur. Jadi kebersihan cukur

harus dititikberatkan.

h. Wanita yang mengalami keputihan pada alat sulit seharusnya harus tahu

membedakan antara keputihan biasa dan yang berpenyakit. Keputihan

normal dapat terjadi pada waktu-waktu seperti beberapa hari sebelum haid,

ketika gairah seks, kehamilan dan klimakterik atau setelah menopause.

i. Tanda-tanda keputihan yang berpenyakit seperti pertukaran warna dari

jernih, putih kekuningan atau kehijauan atau berdarah. Jika keputihan

terlalu banyak, kental kecil, gatal dan berbau, tanda-tanda bengkak, pedih

atau sakit pada alat kelamin. Jika infeksi menyebar ke leher rahim atau

sistem peranakan, wanita akan mengeluh sakit pada bagian bawah perut

serta demam.

j. Sebaiknya wanita yang mengalami masalah keputihan disarankan dokter

untuk mendapatkan konfirmasi apakah dia sakit atau tidak, sehingga

pengobatan dapat diberikan sebelum penyakit menjadi lebih serius.

k. Kebanyakan wanita sebenarnya tidak membutuhkan produk atau obat

perawatan alat kelamin jika langkah-langkah yang disarankan diikuti

Page 24: Lpj-tunagrahita Kesehatan Reproduksi

dengan bijak. Obat hanya harus diambil untuk mengobati infeksi dan

keputihan yang tidak normal.

l. Kebanyakan wanita merasa nyaman dan puas ketika mereka

membersihkan dan merawat alat kelamin dengan produk yang berada di

pasar. Anda disarankan memikirkan bahan makanan yang tidak

mendatangkan efek samping, yang tidak mengubah ph vagina dan telah

diuji kebersihannya.

m. Jika setelah menggunakan produk tersebut dan timbul rasa gatal, pedih,

kemerahan, Anda disarankan tidak menggunakannya lagi dan jumpalah

dokter untuk mendapatkan pengobatan yang tepat.

8. Pengertian Menstruasi

Menstruasi adalah pelepasan dinding rahim (endometrium) yang disertai

dengan pendarahan dan terjadi secara berulang setiap bulan kecuali pada saat

kehamilan. Menstruasi merupakan siklus pada reproduksi wanita yang ditandai

dengan pengeluaran sel telur setiap bulan secara alami, hal ini terjadi jika ovum

tidak dibuahi kira-kira 2 hari sebelum akhir siklus bulanan.

9. Gangguan saat Menstruasi

a. Nyeri haid (dismenore)

Dismenore atau kram usus uterus merupakan nyeri selama menstruasi

yang disebabkan oleh kejang otot uterus.

b. Pre Menstruasi Syndrome (PMS)

Adalah gabungan sari gejala-gejala fisik dan psikologis yang terjadis

selama fase luteal siklus menstruasi dan akan menghilang setelah

menstruasi dimulai. Gangguan psikologis seperti kecemasan dan depresi.

c. Amenore

Adalah tidak terjadinya menstruasi. Dibagi menjadi amenore primer

(tidak menstruasi sampai usia 17 tahun) dan amenore sekunder (tidak

Page 25: Lpj-tunagrahita Kesehatan Reproduksi

menstruasi selama 3 bulan bagi wanita yang sudah menstruasi

sebelumnya).

10. Pengertian Manajemen Higiene Menstruasi

Higiene menstruasi adalah komponen higiene perorangan yang memegang

peranan penting dalam perilaku kesehatan seorang perempuan khususnya

kebersihan alat reproduksinya saat mengalami menstruasi. Manajemen higiene

menstruasi adalah dasar pengelolaan saat menstruasi agar dapat beraktivitas dalam

kehidupan sehari-hari dengan nyaman seperti pergi ke sekolah, bekerja, dan lain-

lain.

11. Tujuan, Manfaat, dan Pentingnya Perawatan Diri bagi Perempuan saat

Menstruasi.

Tujuan dan manfaat perawatan diri yaitu:

a. Meningkatkan derajat kesehatan seseorang

b. Memelihara kebersihan diri seseorang

c. Memperbaiki personal higiene yang kurang

d. Mencegah penyakit

e. Menciptakan keindahan

f. Meningkatkan rasa percaya diri

Jika remaja putri melakukan perilaku higienis pada saat menstruasi maka

akan terhindar dari kanker rahim, merasa nyaman beraktivitas sehari-hari, percaya

diri, bersemangat dan tidak malas-malasan lagi, tidak dijauhi teman-teman karena

bau badan amis dan tidak mempercayai mitos-mitos yang beredar di masyarakat

karena sudah memahami kebenarannya.

12. Manajemen Higiene Menstruasi

Page 26: Lpj-tunagrahita Kesehatan Reproduksi

Untuk menjaga kebersihan dan kesehatan, idealnya penggunaan pembalut

selama menstruasi harus diganti secara teratur 4 sampai 5 kali sehari atau setiap 3-

4 jam sekali apalagi jika sedang banyak-banyaknya pada 2-3 hari pertama

menstruasi. Setelah mandi atau buang air, vagina harus dikeringkan dengan tisu

atau handuk agar tidak lembab. Selain itu pemakaian celana dalam hendaknya

bahan yang terbuat dari yang mudah menyerap keringat.

Beberapa aspek penting yang harus diperhatikan remaja putri dalam

menjaga kesehatan organ reproduksinya yaitu:

a. Saat menstruasi wajib menggunakan pembalut untuk menyerap darah yang

keluar dari vagina. Bila menggunakan tampon dari kain, harus dibersihkan

dan dipakai lagi setelah kering.

b. Syarat penggunaan pembalut yaitu pembalut yang berbahan lembut dan

menyerap dengan baik, penggantian pembalut minimal dua kali sehari

pada saat menstruasi dan jangan membiarkan pembalut lengket seharian,

pembalut yang sudah dipakai dibersihkan dengan benar sampai bersih

dengan mencucinya sampai tidak tersisa lagi darah dan kemudian buang ke

tempat sampah.

c. Selalu mencatat siklus menstruasi mulai awal sampai akhir dan

mengontrol kondisi tubuh saat menstruasi untuk mendeteksi adanya

gangguan kesehatan.

d. Mengatur jadwal tidur

e. Mengkonsumsi susu berkalsium tinggi dan makanan kaya zat besi saat

menstruasi

f. Latihan ringan dan olahraga membantu mengatasi nyeri haid

g. Rajin mengganti celana dalam 2-3 kali sehari

h. Pembersihan vagina yaitu pembilasan dengan air bersih dari arah depan ke

belakang dan baiknya menggunakan air mengalir , mencuci tangan terlebih

dahulu saat pertama kali membasuh area vagina, dan pastikan kuku tidak

panjang karena akan melukai vagina

i. Menjaga organ reproduksi tidak lembab

Page 27: Lpj-tunagrahita Kesehatan Reproduksi

j. Memakai celana dalam yang terbuat dari katun karena dapat menyerap

keringat dan sebaiknya tidak terlalu ketat

k. Mandi minimal 2 kali sehari dengan air bersih lebih baik lagi air hangat

l. Membuang sampah pembalut secara teratur. Jangan sembarangan karena

akan menyumbat saluran pembuangan.

13. Dampak jika Perempuan tidak Merawat Diri dengan Baik saat

Menstruasi

Peristiwa menstruasi yang merupakan darah kotor, yang jika kurang dijaga

kebersihannya akan berpotensi untuk timbul infeksi pada organ reproduksi

(Yusuf, 2002). Sedangkan apabila perilaku higienis tersebut tidak dilakukan dan

remaja putri kurang peduli akan kebersihan alat reproduksinya, tidak menjaga

penampilan dan kesehatan sewaktu menstruasi, mereka dapat terkena kanker

rahim, keputihan, mengurangi aktivitas saat menstruasi karena malas, kurang

percaya diri, percaya akan mitos-mitos seputar menstruasi yang beredar di

masyarakat, dijauhi teman-teman karena bau badan amis dan lainnya.

Hasil penelitian yang telah dilakukan menyatakan bahwa kurangnya

perilaku perawatan diri saat menstruasi dapat menyebabkan berbagai penyakit

misalnya kanker rahim. Berdasarkan data dari badan kesehatan Dunia (WHO),

kanker serviks merupakan kanker nomor dua terbanyak pada perempuan berusia

15–45 tahun setelah kanker payudara. Tidak kurang dari 500.000 kasus baru

dengan kematian 280.000 penderita terjadi setiap tahun di seluruh dunia.

Indonesia berada pada peringkat pertama untuk kasus wanita penderita

kanker mulut rahim (serviks) sedunia, sedangkan data dari Yayasan Kanker

Indonesia, bahwa penyakit penyakit kanker leher rahim (serviks) mengakibatkan

korban meninggal dunia sedikitnya 555 wanita perharinya dan 200.000 wanita per

tahunnya. Menurut beberapa penelitian menyebutkan bahwa kanker ini

disebabkan oleh virus Human Papilloma Virus (HPV) yang muncul antara lain

karena perilaku sering berganti-ganti pasangan seks dan perilaku yang tidak

higienis pada saat  menstruasi.

Page 28: Lpj-tunagrahita Kesehatan Reproduksi

Virus ini hidup di daerah yang lembab, persisnya dalam cairan vagina  yang

diidap oleh penderita keputihan (leukore). Jika keputihan ini tidak

segera  membaik, virus ini bisa memunculkan kanker rahim. Biasanya keadaan ini

ditandai  dengan banyaknya cairan keputihan yang disertai bau tidak sedap dan

perdarahan  yang keluar dari vagina. Tapi ada kalanya kanker yang muncul itu

tidak memberikan  gejala -gejala sakit seperti itu. Ditemukan penyebab utama

kanker mulut rahim di Indonesia adalah pembalut berkualitas buruk.

Oleh karena itu pada saat menstruasi seharusnya perempuan benar-

benar  dapat menjaga kebersihan organ reproduksi secara ekstra terutama pada

bagian  vagina, karena kalau tidak dijaga kebersihannya, akan menimbulkan

mikroorganisme yang berlebih sehingga mengganggu fungsi organ reproduksi.

Lampiran 3 : Media Leaflet

Page 29: Lpj-tunagrahita Kesehatan Reproduksi

Lampiran 4: Media PPT

Page 30: Lpj-tunagrahita Kesehatan Reproduksi