Top Banner
LAPORAN PENDAHULUAN TUMOR MAMMAE A. PENGERTIAN Tumor mammae adalah pertumbuhan sel – sel yang abnormal yang menggangu pertumbuhan jaringan tubuh terutama pada sel epitel di mammae ( Sylvia,1995 ) Tumor mammae adalah adanya ketidakseimbangan yang dapat terjadi pada suatu sel / jaringan di dalam mammae dimana ia tumbuh secara liar dan tidak bias dikontol ( Dr.Iskandar,2007 ) Macam tumor mammae 1.Tumor jinak Hanya tumbuh membesar , tidak terlalu berbahaya dan tidak menyebar keluar jaringan 2.Tumor ganas Kangker adalah sel yang telah kehilangn kendali danb mekanisme normalnya sehingga mengalami pertumbuhan tidak wajar , lair , dan kerap kali menyebar jauh ke sel jaringan lain serta merusak B. ETIOLOGI Tak ada satupun penyebab spesifik dari kanker payudara; sebaliknya serangkaian faktor genetik, hormonal, dan kemungkinan kejadian lingkungan dapat
31

Lp Tu. Mammae

Aug 07, 2015

Download

Documents

Andi Surya Abdi
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Lp Tu. Mammae

LAPORAN PENDAHULUAN

TUMOR MAMMAE

A. PENGERTIAN

Tumor mammae adalah pertumbuhan sel – sel yang abnormal yang menggangu pertumbuhan jaringan tubuh terutama pada sel epitel di mammae ( Sylvia,1995 )

Tumor mammae adalah adanya ketidakseimbangan yang dapat terjadi pada suatu sel / jaringan di dalam mammae dimana ia tumbuh secara liar dan tidak bias dikontol ( Dr.Iskandar,2007 )

Macam tumor mammae

1.Tumor jinak

Hanya tumbuh membesar , tidak terlalu berbahaya dan tidak menyebar keluar jaringan

2.Tumor ganas

Kangker adalah sel yang telah kehilangn kendali danb mekanisme normalnya sehingga mengalami pertumbuhan tidak wajar , lair , dan kerap kali menyebar jauh ke sel jaringan lain serta merusak

B. ETIOLOGI

Tak ada satupun penyebab spesifik dari kanker payudara; sebaliknya

serangkaian faktor genetik, hormonal, dan kemungkinan kejadian lingkungan dapat

menunjang terjadinya kanker ini. Bukti yang terus bermunculan menunjukan bahwa

perubahan genetic berkaitan dengan kanker payudara, namun apa yang menyebabkan

perubahan genetic masih belum diketahui.perubahan genetic ini termaksud perubahan

atau mutasi dalam gen normal, dan pengaruh protein baik yang menekan atau

meningkatkan perkembangan kanker payudara. Hormone steroid yang dihasilkan oleh

ovarium mempunyai peran penting dalam kanker. Dua hormone utama-estradiol dan

progesterone-mengalami perubahan dalam lingkungan selular, yang dapat

mempengaruhi factor pertumbuhan bagi kanker payudara.

Page 2: Lp Tu. Mammae

Factor resiko tinggi antara lain :

1. Menstruasi  dini,menofause lebih awal / lambat2. Melahirkan anak pertama dengan usia 30 th keatas3. Kontrasepsi oral4. Status social ekonomi tinggi5. Factor genetika6. Obesitas7. Diet tinggi masukan lemak8. Stress fisiologi kronis

( Susan martin,1999 )

C. MANIFESTASI KLINIK

Gejala awal berupa sebuah benjolan yang biasanya dirasakan berbeda dari

jaringan payudara di sekitarnya, tidak menimbulkan nyeri dan biasanya memiliki

pinggiran yang tidak teratur. Pada stadium awal, jika didorong oleh jari tangan,

benjolan bisa digerakkan dengan mudah di bawah kulit. Pada stadium lanjut, benjolan

biasanya melekat pada dinding dada atau kulit di sekitarnya. Pada kanker stadium

lanjut, bisa terbentuk benjolan yang membengkak atau borok di kulit payudara.

Kadang kulit diatas benjolan mengkerut dan tampak seperti kulit jeruk.

Pasien biasanya datang dengan keluhan benjolan / massa di payudara, ada rasa

sakit dapat juga tanpa rasa sakit, keluar cairan yang abnormal dari puting susu

(biasanya berdarah atau berwarna kuning sampai hijau, mungkin juga bernanah),

timbul kelainan kulit berupa perubahan warna atau tekstur kulit (dimpling,

kemerahan, ulserasi, peau d'orange) pada payudara, puting susu maupun areola

(daerah berwana coklat tua di sekeliling puting susu) dan luka yang tidak sembuh

dalam waktu yang lama. Gejala lainnya yang mungkin ditemukan adalah benjolan

atau massa di ketiak, perubahan ukuran atau bentuk payudara, kulit di sekitar puting

susu bersisik atau ada lekukan pada kulit, puting susu tertarik ke dalam (retraksi

puting susu) atau terasa gatal atau pembengkakan salah satu payudara. Konsistensi

payudara yang keras dan padat, benjolan tersebut berbatas tegas dengan ukuran

kurang dari 5 cm, biasanya dalam stadium ini belum ada penyebaran sel-sel kanker di

luar payudara.Pembesaran kelenjar getah bening atau tanda metastasis jauh. Pada

stadium lanjut bisa timbul nyeri tulang, penurunan berat badan, pembengkakan lengan

Page 3: Lp Tu. Mammae

atau ulserasi kulit. Setiap kelainan pada payudara harus dipikirkan ganas sebelum kita

buktikan tidak ganas.

D. PATOFISIOLOGI PENYAKIT

Untuk dapat menegakkan dignosa kanker dengan baik, terutama untuk

melakukan pengobatan yang tepat, diperlukan pengetahuan tentang proses terjadinya

kanker dan perubahan strukturnya. Tumor/neoplasma merupakan kelompok sel yang

berubah dengan ciri : proliferasi yang berlebihan dan tak berguna, yang tak mengikuti

pengaruh jaringan sekitarnya. Proliferasi abnormal sel kanker akan menggangu

fungsi jaringan normal dengan meninfiltrasi dan memasukinya dengan cara

menyebarkan anak sebar ke organ-organ yang jauh. Di dalam sel tersebut telah terjadi

perubahan secara biokimiawi terutama dalam intinya. Hampir semua tumor ganas

tumbuh dari suatu sel yang mengalami transformasi maligna dan berubah menjadi

sekelompok sel ganas diantara sel normal.

Proses jangka panjang terjadinya kanker ada 4 fase, yaitu:

1. Fase induksi 15 – 30 tahun

Kontak dengan bahan karsinogen membutuhkan waktu bertahun-tahun sampai

dapat merubah jaringan displasia menjadi tumor ganas.

2. Fase insitu: 5 – 10 tahun

Terjadi perubahan jaringan menjadi lesi “pre concerous” yang bisa ditemukan di

serviks uteri, rongga mulut, paru, saluran cerna, kulit dn akhirnya juga di

payudara.

3. Fase invasi: 1 – 5 tahun

Sel menjadi ganas, berkembang biak dan menginfiltrasi melalui membran sel ke

jaringan sekitarnya dan ke pembuluh darah sera limfa

4. Fase desiminasi: 1 - 5 tahun

Terjadi penyebaran ke tempat lain

Page 4: Lp Tu. Mammae

E. PATHWAY

Sel menjadi abnormal

tumor Payudara

hormonal

Perubahan penampilan

Mastektomi

Tidak adekuat pertahanan sistem imun

Kerusakan integritas kulit

Luka Operasi (trauma jaringan)

Gangguan konsep diri

Cemas

Nutrisi kurang dari kebutuhan

Poliferasi sel-sel maligna dalam payudara

Kurang Pengetahuan

Nyeri

Radiasi

Kurang Informasi

Perubahan genetik dalam sel

Resti infeksiKelemahanEmosional distress

(ketidakmampuan mengontrol nyeri)

Kehilangan selera makan

Page 5: Lp Tu. Mammae

F. TANDA DAN GEJALA

Penemuan dini kanker payudara masih sulit ditemukan, kebanyakan

ditemukan jika sudah teraba oleh pasien.

Tanda – tandanya:

1. Terdapat massa utuh kenyal, biasa di kwadran atas bagian dalam, dibawah ketiak

bentuknya tak beraturan dan terfiksasi

2. Nyeri di daerah massa

3. Adanya lekukan ke dalam, tarikan dan refraksi pada area mammae

4. Edema dengan “peant d’ orange (keriput seperti kulit jeruk)

5. Pengelupasan papilla mammae

6. Adanya kerusakan dan retraksi pada area puting, keluar cairan spontan, kadang

disertai darah

7. Ditemukan lessi pada pemeriksaan mamografi

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Mamografi: memperlihatkan struktur internal payudara, dapat mendeteksi kanker

yang tak teraba atau tomur yang terjadi pada tahap awal.

2. Galaktografi: mamogram dengan kontras dilakukan dengan menginjeksikan zat

kontras kedalam aliran duktus.

3. Ultrasound: dapat membantu dalam membedakan antara massa padat dan kista

dan pada wanita yang jaringan payudaranya keras;hasil komplement dari

mamografi.

4. Xeroradiografi: menyatakan peningkatan sirkulasi sekitar sisi tumor.

5. Termografi: mengidentifikasikan pertubuhan cepat tumor sebagai “titik panas”

karena peningkatan suplai darah dan penyesuaian suhu kulit yang lebih tinggi.

6. Diafanografi (transimulasi): mengidentifikasi tumor atau massa dengan

membedakan bahwa jaringan mentransmisikan dan menyebarkan sinar. Prosedur

masih diteliti dan dipertimbangkan kurang akurat daripada mamografi.

7. CT-scan dan MRI: teknik scan yang dapat mendeteksi penyakit payudara,

khususnya massa yang lebih besar, atau tumor kecil, payudara mengeras yang

sulit diperiksa dengan mamografi. Teknik ini tidak bisa untuk pemeriksaan rutin

dan tidak untuk mamografi.

Page 6: Lp Tu. Mammae

8. Biopsi payudara(jarum atau eksisi): memberikan diagnosa definitive terhadap

massa dan berguna untuk klasifikasi histology pentahapan, dan seleksi terapi

yang tepat

9. Asai hormon reseptor: menyatakan apakah sel tumor atau spesimen biopsi

mengandung reseptor hormon (estrogen dan progesteron). Pada sel malignan,

reseptor kompleks estrogen-plus merangsang pertumbuhan dan pembagian sel.

Kurang lebih dua pertiga semua wanita dengan kanker payudara reseptor

estrogennya positif dan cenderung berespon baik terhadap terapi hormon

menyertai terapi primer untuk memperluas periode bebas penyakit dan

kehidupan.

10. Foto dada, pemeriksaan fungsi hati, hitung sel darah, dan scan tulang: dilakukan

untuk mengkaji adanya metastase.

H. KOMPLIKASI

Metastase ke jaringan sekitar mellui saluran limfe (limfogen) ke paru, pleura,

tulang dan hati.

I. PENATALAKSANAAN MEDIS

Ada 2 macam yaitu kuratif (pembedahan) dan poliatif (non pembedahan).

Penanganan kuratif dengan pembedahan yang dilakukan secara mastektomi parsial,

mastektomi total, mastektomi radikal, tergantung dari luas, besar dan penyebaran

knker. Penanganan non pembedahan dengan penyinaran, kemoterapi dan terapi

hormonal.

1. Terapi kuratif :

a. Untuk kanker mamma stadium 0,I,II dan III

- Terapi utama adalah mastektomi radikal modifikasi, alternative

tomoorektomi + diseksi aksila

- Terapi ajuvan, :

Radioterapi paska bedah 4000-6000 rads

Kemoterapi untuk pra menopause dengan CMF

(Cyclophosphamide 100 mg/m2 dd po hari ke 1-14, methotrexate

40 mg/m2 IV hari ke -1 siklus diulangi tiap 4 minggu dan

flouroracil 600 mg/m2 IV hari ke-1 atau CAP (Cyclophosphamide

500 mg/m2 hari ke 1, adriamycin 50 mg/m2 hari ke-1 dan

Page 7: Lp Tu. Mammae

flouroracil 500 mg/m2 IV hari ke-1 dan 8 untuk 6 siklus.

Hormon terapi untuk pasca menopause dengan tamoksifen untuk 1-

2 tahun

- Terapi bantuan, roboransia,

- Terapi sekunder bila perlu

- Terapi komplikasi pasca bedah misalnya gangguan gerak lengan

(fisioterapi)

2. Terapi paliatif

Untuk kanker mamae stadium III B dan IV :

a. Terapi utama

- pramenopause, bilateral ovariedektomi

- pasca menopause ; 1) hormone resptor positif (takmosifen) dan 2)

hormone resptor negative (kemoterapu dengan CMF atau CAF)

b. Terapi ajuvan

- operable (mastektomi simple)

- inoperable (radioterapi)

kanker mamae inoperative :

tumor melekat pada dinding thoraks

odema lengan

nodul satelit yang luas

mastitis karsionamtosa

c. Terapi bantuan ; roboransia

d. Terapi komplikasi , bila ada :

- patah, reposisi-fiksasi-imobilisasi dan radioterapi pada tempat patah

- odema lengan : 1) deuretik, 2) pneumatic sleeve, 3) operasi tranposisi

omentum atau kondoleon,

- Efusion pleura, 1) aspirasi cairan atau drainase bullae, 2) bleomisin 30 mg

dan teramisin 1000 mg, intra pleura

- Hiperkalsemia : 1) deuretika dan rehidrasi, 2) kortikosteroid, 3) mitramisin

¼-1/2 mg/kg BB IV

- NYeri, terapi nyeri sesuai WHO

- Borok,perawatan borok

e. Terapi sekunder, bila ada

Page 8: Lp Tu. Mammae

J. PROGNOSIS

Tujuan akhir dari suatu program ini bukan saja memperbaiki ketahanan hidup ,

tetapi juga perbaikan penyembuhan sebab kanker yang diobatik pada stasium dini

dengan sendirinya menaikkan angka survival biarpun penyembuhannya belum tentu

tercapai.

K. PROSES KEPERAWATAN PASIEN TUMOR MAMMAE

1. PENGKAJIAN

a. Identitas, (lihat factor-faktor predisposisi)

b. Keluhan utama ada benjolan pada payu dara dan lain-lain keluahan serta sejak

kapan, riwayat penyakit (perjalanan penyakit, pengobatan yang telah

diberikan), faktro etiologi/resiko.

c. Konsep diri mengalmi perubahan pada sebagian besar klien dengan kanker

mamma.

d. Pemeriksaan klinis ;

Mencari benjolan Karena organ payudara dipengaruhi oleh faktor hormone

antara lain estrogen dan progesterone, makas ebaiknya pemeriksaan ini

dilakukan saat pengaruh hormonal ini seminimal mungkin/setelah menstruasi

+ 1 minggi dari hari akhir menstruasi. Klien duduk dengan tangan jatuh ke

samping dan pemeriksa berdiri didepan dalam posisi yag lebih kurang sama

tinggi.

1) Inspeksi

Simetri mamma kiri-kanan

Kelainan papilla. Letak dan bentuk, adakah putting susu,

kelainan kulit, tanda radang, peaue d’ orange, dimpling, ulserasi dan

lain-lain. Inspeksi ini juga dilakukan dalam keadaan kedua lengan

diangkat ke atas untuk melihat apakah ada bayangan tumor di bawah

kulit yang ikut bergerak atau adakah bagian yang tertinggal, dimpling

dan lain-lain.

2) Palpasi

Kien berbaring dan diusahakan agar payudara tersebar rata

atas lapangan dada, jika perlu punggung diganjal bantal kecil.

Konsistensi, banyak, lokasi, infiltasi, besar, batas dan

operabilitas.

Page 9: Lp Tu. Mammae

Pemebesaran kelenjar gerah bening (kelenjar aksila)

Dakah metastase Nudus (regional) atau organ jauh)

Stadium kanker (system TNM UICC, 1987)

e. Pemeriksaan penunjang

1) Pemeriksaan penunjang klinis

a) Pemeriksaan radiologist

- Mammografi/USG Mamma

- X-foto thoraks

- Kalau perlu

Galktografi

Tulang-tulang

USG abdomen

Bone scan

CT scan

b) Pemeriksaan laboratorium

- rutin, darah lengkap, urine

- duyla darah puasa dan 2 jpp

- enxym alkali sposphate, LDH

- CEA, MCA, AFP

- Hormon reseptor ER, PR

- Aktivitas estrogen/vaginal smear

c) Pemeriksaan sitologis

- FNA dari tumor

- Cairan kista dan pleura effusion

- Secret putting susu

2) Pemeriksaan sitologis/patologis

a) Durante oprasi Vries coupe

b) Pasca operasi dari specimen operasi

2. Dignosa Keperawatan

PRA OPERASI

Page 10: Lp Tu. Mammae

a. Cemas / takut berhubungan dengan situasi krisis (kanker), perubahan

kesehatan, sosio ekonomi, peran dan fungsi, bentuk interaksi, persiapan

kematian, pemisahan dengan keluarga ditandai dengan peningkatan tegangan,

kelelahan, mengekspresikan kecanggungan peran, perasaan tergantung, tidak

adekuat kemampuan menolong diri, stimulasi simpatetik.

b. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan pengobatan

berhubungan dengan kurangnya informasi, misinterpretasi, keterbatasan

kognitif ditandai dengan sering bertanya, menyatakan masalahnya, pernyataan

miskonsepsi, tidak akurat dalam mengikiuti intruksi/pencegahan komplikasi.

POST OPERASI

c. Nyeri berhubungan dengan prosedur pembedahan, trauma jaringan, interupsi

saraf, diseksi otot.

d. Resiko tinggi terhadap gangguan konsep diri b.d perubahan dalam penampilan

sekunder terhadap pemberian sitostatika.

e. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan

hipermetabolik yang berhubungan dengan kanker, konsekwensi khemotherapi,

radiasi, pembedahan (anoreksia, iritasi lambung, kurangnya rasa kecap,

nausea), emotional distress, fatigue, ketidakmampuan mengontrol nyeri

ditandai dengan klien mengatakan intake tidak adekuat, hilangnya rasa kecap,

kehilangan selera, berat badan turun sampai 20% atau lebih dibawah ideal,

penurunan massa otot dan lemak subkutan, konstipasi, abdominal cramping.

f. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh

sekunder dan sistem imun (efek kemotherapi/radiasi), malnutrisi, prosedur

invasive pembedahan

g. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pembedahan,

efek radiasi dan kemotherapi, deficit imunologik, penurunan intake nutrisi dan

anemia.

h. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, gangguan

neuromuscular, nyeri.

3. Perencanaan

PRE OPERASI

Page 11: Lp Tu. Mammae

a. Cemas / takut berhubungan dengan situasi krisis (kanker), perubahan

kesehatan, sosio ekonomi, peran dan fungsi, bentuk interaksi, persiapan

kematian, pemisahan dengan keluarga ditandai dengan peningkatan tegangan,

kelelahan, mengekspresikan kecanggungan peran, perasaan tergantung, tidak

adekuat kemampuan menolong diri, stimulasi simpatetik.

Tujuan :

- Klien dapat mengurangi rasa cemasnya

- Rileks dan dapat melihat dirinya secara obyektif.

- Menunjukkan koping yang efektif serta mampu berpartisipasi dalam

pengobatan.

INTERVENSI RASIONAL

a. Tentukan pengalaman klien

sebelumnya terhadap penyakit

yang dideritanya.

b. Berikan informasi tentang

prognosis secara akurat.

c. Beri kesempatan pada klien

untuk mengekspresikan rasa

marah, takut, konfrontasi. Beri

informasi dengan emosi wajar

dan ekspresi yang sesuai.

d. Jelaskan pengobatan, tujuan dan

efek samping. Bantu klien

mempersiapkan diri dalam

pengobatan.

e. Catat koping yang tidak efektif

seperti kurang interaksi sosial,

ketidak berdayaan dll.

f. Anjurkan untuk

mengembangkan interaksi

a. Data-data mengenai pengalaman

klien sebelumnya akan memberikan

dasar untuk penyuluhan dan

menghindari adanya duplikasi.

b. Pemberian informasi dapat

membantu klien dalam memahami

proses penyakitnya.

c. Dapat menurunkan kecemasan

klien.

d. Membantu klien dalam memahami

kebutuhan untuk pengobatan dan efek

sampingnya.

e. Mengetahui dan menggali pola

koping klien serta

mengatasinya/memberikan solusi

dalam upaya meningkatkan kekuatan

Page 12: Lp Tu. Mammae

dengan support system.

g. Berikan lingkungan yang tenang

dan nyaman.

h. Pertahankan kontak dengan

klien, bicara dan sentuhlah

dengan wajar.

dalam mengatasi kecemasan.

f. Agar klien memperoleh dukungan

dari orang yang terdekat/keluarga.

g. Memberikan kesempatan pada klien

untuk berpikir/merenung/istirahat.

h. Klien mendapatkan kepercayaan diri

dan keyakinan bahwa dia benar-benar

ditolong.

b. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan pengobatan berhubungan

dengan kurangnya informasi, misinterpretasi, keterbatasan kognitif ditandai

dengan sering bertanya, menyatakan masalahnya, pernyataan miskonsepsi, tidak

akurat dalam mengikiuti intruksi/pencegahan komplikasi.

Tujuan :

- Klien dapat mengatakan secara akurat tentang diagnosis dan pengobatan

pada tingkatan siap.

- Mengikuti prosedur dengan baik dan menjelaskan tentang alasan

mengikuti prosedur tersebut.

- Mempunyai inisiatif dalam perubahan gaya hidup dan berpartisipasi

dalam pengo- batan.

- Bekerjasama dengan pemberi informasi.

INTERVENSI RASIONAL

a. Review pengertian klien dan

keluarga tentang diagnosa,

pengobatan dan akibatnya.

b. Tentukan persepsi klien

tentang kanker dan

pengobatannya, ceritakan pada

klien tentang pengalaman klien

lain yang menderita kanker.

c. Beri informasi yang akurat dan

faktual. Jawab pertanyaan secara

spesifik, hindarkan informasi

a. Menghindari adanya duplikasi dan

pengulangan terhadap pengetahuan

klien.

b. Memungkinkan dilakukan

pembenaran terhadap kesalahan

persepsi dan konsepsi serta kesalahan

pengertian.

c. Membantu klien dalam memahami

proses penyakit.

Page 13: Lp Tu. Mammae

yang tidak diperlukan.

d. Berikan bimbingan kepada

klien/keluarga sebelum mengikuti

prosedur pengobatan, therapy

yang lama, komplikasi. Jujurlah

pada klien.

e. Anjurkan klien untuk

memberikan umpan balik verbal

dan mengkoreksi miskonsepsi

tentang penyakitnya.

f. Review klien /keluarga tentang

pentingnya status nutrisi yang

optimal.

g. Anjurkan klien untuk mengkaji

membran mukosa mulutnya

secara rutin, perhatikan adanya

eritema, ulcerasi.

h. Anjurkan klien memelihara

kebersihan kulit dan rambut.

d. Membantu klien dan keluarga

dalam membuat keputusan pengobatan.

e. Mengetahui sampai sejauhmana

pemahaman klien dan keluarga

mengenai penyakit klien.

f. Meningkatkan pengetahuan klien

dan keluarga mengenai nutrisi yang

adekuat.

g. Mengkaji perkembangan proses-

proses penyembuhan dan tanda-tanda

infeksi serta masalah dengan kesehatan

mulut yang dapat mempengaruhi intake

makanan dan minuman.

h. Meningkatkan integritas kulit dan

kepala.

POST OPERASI

c. Nyeri berhubungan dengan prosedur pembedahan, trauma jaringan, interupsi

saraf, diseksi otot.

Tujuan :

- Tampak rileks

- Mampu tidur atau istirahat dengan tepat

- Mengekspresikan penurunan nyeri

Page 14: Lp Tu. Mammae

INTERVENSI

a. Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, lamanya, dan intensitas (skala

0-10)

b. Diskusikan sensasi masih adanya payudara normal

c. Bantu pasien menemukan posisi nyaman

d. Berikan tindakan kenyamanan dasar tehnik relaksasi

e. Sokong dada saat latihan nafas dalam

f. Berikan obat  nyeri yang tepat pada jadwal teratur sebelum nyeri

berat dan sebelum aktivitas dijadwalkan

g. Berikan analgetik sesuai dengan indikasi

d. Resiko tinggi terhadap gangguan konsep diri b.d perubahan dalam penampilan

sekunder terhadap pemberian sitostatika.

Tujuan :

Setelah diberikan tindakan perawatan, konsep diri dan persepsi klien menjadi

stabil

Kriteria hasil :

- Klien mampu untuk mengeskpresikan perasaan tentang kondisinya

- Klien mampu membagi perasaan dengan perawat, keluarga dan

orang dekat.

- Klien mengkomunikasikan perasaan tentang perubahan dirinya

secara konstruktif.

- Klien mampu berpartisipasi dalam perawatan diri.

INTERVENSI RASIONAL

a. Kontak dengan klien

sering dan perlakukan klien

dengan hangat dan sikap positif.

b. Berikan dorongan pada

klien untuk mengekpresikan

a. Perasaan empatik

dan perhatian untuk siap membantu

klien dalam mengatasi permasalahan

yang ada.

b. Perasaan yang

Page 15: Lp Tu. Mammae

perasaan dan pikiran tentang

kondisi, kemajuan, prognose,

sisem pendukung dan pengobatan.

c. Berikan informasi yang

dapat dipercaya dan klarifikasi

setiap mispersepsi tentang

penyakitnya.

d. Bantu klien

mengidentifikasi potensial

kesempatan untuk hidup mandiri

melewati hidup dengan kanker,

meliputi hubungan interpersonal,

peningkatan pengetahuan,

kekuatan pribadi dan pengertian

serta perkembangan spiritual dan

moral.

e. Kaji respon negatif

terhadap perubahan penampilan

(menyangkal perubahan,

penurunan kemampuan merawat

diri, isolasi sosial, penolakan

untuk mendiskusikan masa depan.

f. Bantu dalam

penatalaksanaan alopesia sesuai

dengan kebutuhan.

g. Kolaborasi dengan tim

kesehatan lain yang terkait untuk

tindakan konseling secara

profesional.

diungkapakan pada orang yang

dipercaya akan membuat perasaan lega

dan tidak tekanan batin.

c. Informasi yang

akurat memberikan masukan dan

instropeksi diri dalam menerima

dirinya.

d. Ektulisasi diri

dibutuhkan bagi klien dengan kaneker.

e. Respon klien yang

negatfi diperlukan bantuan baik fisik

mapun psikis-moral untuk memenuhi

kebutuhan sejhri-sehari.

f. Dampak dari pada

chemoterapi perlu adanya penjelasan

dan perawatan rambut.

g. Konseling

kesehatan secara bersama akan lebih

lebih efektif.

e. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan

hipermetabolik yang berhubungan dengan kanker, konsekwensi khemotherapi,

radiasi, pembedahan (anoreksia, iritasi lambung, kurangnya rasa kecap, nausea),

emotional distress, fatigue, ketidakmampuan mengontrol nyeri ditandai dengan

Page 16: Lp Tu. Mammae

klien mengatakan intake tidak adekuat, hilangnya rasa kecap, kehilangan selera,

berat badan turun sampai 20% atau lebih dibawah ideal, penurunan massa otot dan

lemak subkutan, konstipasi, abdominal cramping.

Tujuan :

- Klien menunjukkan berat badan yang stabil, hasil lab normal dan tidak

ada tanda malnutrisi

- Menyatakan pengertiannya terhadap perlunya intake yang adekuat

- Berpartisipasi dalam penatalaksanaan diet yang berhubungan dengan

penyakitnya

INTERVENSI RASIONAL

a. Monitor intake makanan setiap

hari, apakah klien makan sesuai

dengan kebutuhannya.

b. Timbang dan ukur berat badan,

ukuran triceps serta amati

penurunan berat badan.

c. Kaji pucat, penyembuhan luka

yang lambat dan pembesaran

kelenjar parotis.

d. Anjurkan klien untuk

mengkonsumsi makanan tinggi

kalori dengan intake cairan yang

adekuat. Anjurkan pula makanan

kecil untuk klien.

e. Kontrol faktor lingkungan

seperti bau busuk atau bising.

Hindarkan makanan yang terlalu

manis, berlemak dan pedas.

f. Ciptakan suasana makan yang

menyenangkan misalnya makan

bersama teman atau keluarga.

g. Anjurkan tehnik relaksasi,

visualisasi, latihan moderate

a. Memberikan informasi tentang

status gizi klien.

b. Memberikan informasi tentang

penambahan dan penurunan berat

badan klien.

c. Menunjukkan keadaan gizi klien

sangat buruk.

d. Kalori merupakan sumber energi.

e. Mencegah mual muntah, distensi

berlebihan, dispepsia yang

menyebabkan penurunan nafsu makan

serta mengurangi stimulus berbahaya

yang dapat meningkatkan ansietas.

f. Agar klien merasa seperti berada

dirumah sendiri.

g. Untuk menimbulkan perasaan ingin

Page 17: Lp Tu. Mammae

sebelum makan.

h. Anjurkan komunikasi terbuka

tentang problem anoreksia yang

dialami klien.

Kolaboratif

i. Amati studi laboraturium

seperti total limposit, serum

transferin dan albumin

j. Berikan pengobatan sesuai

indikasi

Phenotiazine, antidopaminergic,

corticosteroids, vitamins

khususnya A,D,E dan B6,

antacida

k. Pasang pipa nasogastrik untuk

memberikan makanan secara

enteral, imbangi dengan infus.

makan/membangkitkan selera makan.

h. Agar dapat diatasi secara bersama-

sama (dengan ahli gizi, perawat dan

klien).

i. Untuk mengetahui/menegakkan

terjadinya gangguan nutrisi sebagi

akibat perjalanan penyakit, pengobatan

dan perawatan terhadap klien.

j. Membantu menghilangkan gejala

penyakit, efek samping dan

meningkatkan status kesehatan klien.

k. Mempermudah intake makanan dan

minuman dengan hasil yang maksimal

dan tepat sesuai kebutuhan.

f. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh

sekunder dan sistem imun (efek kemotherapi/radiasi), malnutrisi, prosedur

invasive pembedahan.

Tujuan :

Hasil yang diharapkan : Pertahankan lingkungan akseptik yang aman,

mengidentifikasi faktor-faktor resiko individu dan

intervensi untuk mengurangi potensial infeksi.

INTERVENSI

a. Kaji balutan / luka untuk karakteristik drain

b. Awasi vital sign

c. Perhatikan prinsip septik, antiseptik setiap tindakan.

Page 18: Lp Tu. Mammae

d. Ganti balutan / rawat luka tiap hari

e. Kaji dolor, color, rubor (tanda-tanda infeksi)

f. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien

g. Kolaborasi, pemberian antibiotik

h. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pembedahan, efek

radiasi dan kemotherapi, deficit imunologik, penurunan intake nutrisi dan anemia.

Tujuan :

- Klien dapat mengidentifikasi intervensi yang berhubungan dengan

kondisi spesifik

- Berpartisipasi dalam pencegahan komplikasi dan percepatan penyembuhan

INTERVENSI RASIONAL

a. Kaji integritas kulit untuk

melihat adanya efek samping

therapi kanker, amati

penyembuhan luka.

b. Anjurkan klien untuk tidak

menggaruk bagian yang gatal.

c. Ubah posisi klien secara

teratur.

d. Berikan advise pada klien

untuk menghindari pemakaian

cream kulit, minyak, bedak tanpa

rekomendasi dokter.

a. Memberikan informasi untuk

perencanaan asuhan dan

mengembangkan identifikasi awal

terhadap perubahan integritas kulit.

b. Menghindari perlukaan yang dapat

menimbulkan infeksi.

c. Menghindari penekanan yang terus

menerus pada suatu daerah tertentu.

d. Mencegah trauma berlanjut pada

kulit dan produk yang kontra indikatif

i. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, gangguan

neuromuscular, nyeri.

Tujuan : klien dapat melakukan aktivitas ringan atau total.

Page 19: Lp Tu. Mammae

Kriteria hasil :

- Perilaku menampakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri.

- Pasien mengungkapkan mampu untuk melakukan beberapa aktivitas tanpa

dibantu.

- Koordinasi otot, tulang dan anggota gerak lainya baik.

INTERVENSI RASIONAL

a. Rencanakan periode istirahat yang

cukup

b. Berikan latihan aktivitas secara

bertahap.

c. Bantu pasien dalam memenuhi

kebutuhan sesuai kebutuhan.

d. Setelah latihan dan aktivitas kaji

respons pasien.

a. mengurangi aktivitas yang tidak

diperlukan, dan energi terkumpul dapat

digunakan untuk aktivitas seperlunya

secar optimal.

b. tahapan-tahapan yang diberikan

membantu proses aktivitas secara

perlahan dengan menghemat tenaga

namun tujuan yang tepat, mobilisasi

dini.

c. mengurangi pemakaian energi

sampai kekuatan pasien pulih kembali.

d. menjaga kemungkinan adanya

respons abnormal dari tubuh sebagai

akibat dari latihan.

Page 20: Lp Tu. Mammae

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa: Waluyo

Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa. EGC : Jakarta.

Barbara, CL. 1996. Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses keperawatan).

Bandung.

Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis, alih bahasa:

Tim PSIK UNPAD Edisi-6. EGC : Jakarta

Doenges,M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C., 1993, Rencana Asuhan Keperawatan

untuk perencanaan dan pendukomentasian perawatan Pasien, Edisi-3, Alih

bahasa; Kariasa,I.M., Sumarwati,N.M., EGC, Jakarta

dr. Budi Harapan Siregar,Sp.B. Catatan Kuliah Bedah Jilid 2. Makassar. Bursa

Aesculapius.

Junaedi, Iskandar dr., (2007) Kanker. Jakarta : PT. Buana Ilmu Populer

Price, Sylvia Anderson, (1995) Patofisiologi Konsep Klinis Proses – Prses Penyakit Edisi 4 buku 2 : Jakarta EGC